• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Konsumsi Serat dengan Kejadian Konstipasi pada Anak Usia 2-3 Tahun di Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Konsumsi Serat dengan Kejadian Konstipasi pada Anak Usia 2-3 Tahun di Surakarta."

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konstipasi adalah masalah kesehatan yang sering dialami oleh anak.

Konstipasi dapat menyebabkan penderitaan emosional dan fisik pada anak

karena dapat mengganggu kesehatan yang berhubungan dengan penurunan

kualitas hidup. Ukuran kualitas hidup di sini mencakup kemampuan anak

dalam melakukan fungsi sosial, fungsi komunikasi, fungsi kognitif dan

menjalankan kegiatan sehari-hari. Konstipasi tidak hanya berdampak

signifikan pada kualitas kesehatan anak tapi juga pada orang tua dan

pengasuhnya (Wang et al., 2013).

Konstipasi adalah masalah umum yang terjadi pada anak di seluruh

dunia. Didapatkan prevalensi kejadian konstipasi sebesar 22,6 % dari 482

anak usia 4-17 tahun yang memeriksakan diri di unit pediatri Rumah Sakit

Anak IOWA (Baucke, 2007). Pada penelitian epidemiologi di Turki, kejadian

konstipasi paling sering terjadi pada anak dengan usia 24-36 bulan (Koocay et

al., 2011). Penelitian epidemiologi juga pernah dilakukan di Indonesia dengan

subjek anak sekolah dasar kelas V dan VI dengan rentang usia 9 – 13 tahun di

Kota Bogor. Didapatkan prevalensi konstipasi sebanyak 18,0 % dari subjek

pernah mengalami konstipasi sebanyak 1-7 kali dalam satu bulan terakhir

(Ambarita et al., 2014).

(2)

2

Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab konstipasi, salah satunya

adalah jumlah asupan serat yang dikonsumsi (Chang et al., 2015). Serat

merupakan jenis makanan yang harus dikonsumsi sesuai dengan rekomendasi

menurut Diatery Guideline (USDA dan HHS, 2010). Kekurangan konsumsi

serat akan berdampak pada kesehatan, terutama sistem pencernaan. Konsumsi

serat yang cukup akan membuat proses defekasi terjadi secara normal pada

anak (Afzal et al., 2011).

Jumlah konsumsi serat yang direkomendasikan untuk dikonsumsi

adalah 15 gram/hari untuk anak usia 2-5 tahun, 20 gram/hari untuk anak usia

5 – 11 tahun, 25 gram/hari untuk anak usia 11 – 16 tahun, dan 30 gram/ hari

untuk anak usia 16 – 18 tahun (BDA, 2015). Pada penelitian observasi cross

sectional di Bahrain ditemukan bahwa konsumsi serat pada anak, seperti buah

dan sayuran, lebih rendah dari jumlah yang direkomendasikan (Gharib dan

Rasheed, 2011). Selain itu, pada penelitian observasi cross sectional di

London yang dilakukan pada anak usia 5-7 tahun juga ditemukan konsumsi

serat yang rendah pada anak (Johnson et al, 2008). Padahal, pemberian

makanan kaya serat memudahkan proses defekasi (Woo et al., 2015).

Konsumsi serat dapat meningkatkan frekuensi defekasi pada pasien

dengan konstipasi (Yang et al., 2012). Konsumsi serat juga memiliki efek

klinis yang baik pada pasien anak dengan konstipasi. Tingginya jumlah anak

yang tidak menyukai sayuran dan buah-buahan meningkatkan risiko terjadinya

(3)

3

Penelitian observasi mengenai hubungan antara konsumsi serat dengan

kejadian konstipasi pada anak belum banyak dilakukan di Indonesia,

khususnya di Surakarta. Selain itu, penelitian-penelitian mengenai faktor

risiko kejadian konstipasi sebelumnya dilakukan menggunakan desain

penelitian cross sectional. Penggunaan metode penelitian yang berbeda

diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil penelitian.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara konsumsi serat dengan kejadian konstipasi

pada anak usia 2 - 3 tahun di Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara konsumsi serat dengan kejadian konstipasi

pada anak usia 2 – 3 tahun.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis prevalensi kejadian konstipasi pada anak usia 2 – 3 tahun

di Surakarta.

b. Menganalisis faktor-faktor risiko penyebab konstipasi pada anak usia 2

– 3 tahun.

c. Menganalisis jumlah konsumsi serat pada anak usia 2 – 3 tahun di

Surakarta.

d. Menganalisis jenis sumber serat pangan yang paling sering dikonsumsi

(4)

4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dalam

bidang ilmu kesehatan anak mengenai hubungan konsumsi serat

dengan kejadian konstipasi pada anak usia 2 – 3 tahun di Surakarta.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif referensi

bagi penelitian selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian di

bidang serupa.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran orang tua

mengenai pentingnya pemberian konsumsi serat yang cukup bagi anak

usia 2 – 3 tahun.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi tenaga kesehatan untuk

meningkatkan sosialisasi mengenai pentingnya konsumsi serat yang

Referensi

Dokumen terkait

Figure 2 shows the control diagram of the cascaded H-bridge multilevel STATCOM, which consists of active power decoupling controller, the three-phase grid voltage

Perbedaan penelitian oleh Lewy, Zulkardi dan Aisyah dengan penelitian ini adalah soal yang dikembangkan dalam penelitian ini tidak hanya soal untuk mengukur kemampuan

untuk memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan.. metode guru dalam

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah menyusun rancangan yang akan dilaksanakan sesuai dengan temuan masalah dan gagasan awal. Rancangan yang akan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis resepsi pengguna hukum di Surabaya, mengenai citra Kepolisian setelah adanya pengakuan dari Mantan Kabareskrim

Hasil data yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dengan menerapkan pembelajaran dengan penggunaan media gambar maka dapat disimpulkan

Sinonim lengkap adalah sinonim yang kedua kata tersebut memiliki identitas makna kognitif (aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada waktu pembekuan dan kadar SGOT pada berbagai derajat ulkus diabetikum.. Akan tetapi perbedaan tidak dijumpai