• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

digilib.uns.ac.id

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dibahas mengenai literature yang berkaitan dengan penelitian, sehingga membentuk kerangka pemikiran yang utuh. Selain itu, dalam bab ini akan mengahasilkan variabel berdasarkan sistesa literatur yang digunakan.

2.1 Pengertian dan Komponen Livable City

Kota layak huni atau Livable City merupakan suatu konsep untuk perencanaan kota di mana masyarakat yang tinggal dapat menikmati kenyamanan dan ketenangan dalam suatu kota.

Menurut Hahlweg (2997), kota yang layak huni adalah kota yang mampu menampung seluruh aktivitas masyarakat dengan memberikan jaminan keamanan bagi seluruh masyarakat.

Sedangkan menurut Evan (2002), konsep Livable City digunakan untuk mewujudkan gagasan pembangunan yang memperhatikan aspek fisik dan sosial.

Kota layak huni merupakan tempat yang menumbukan kemandirian dan mendapat dukungan masyarakat yang berkelanjutan. Konsep ini memudahkan untuk menjangkau seluruh aktivitas, aksesibilitas, penyediaan perumahan, transportasi publik, pelayanan umum, dan kemudahan untuk berpartisipasi. Hal tersebut memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan. Selain itu, konsep kota layak huni dianggap mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat, menciptakan nilai ekonomi, kehidupan kota yang sehat, serta mendukung kelestarian lingkungan. (An Annual Report Prepared by Connecticut’s Legislative Commission on Aging, 2015)

Menurut Commission on Aging (2015) dari hasil identifikasi ada tujuh komponen untuk mewujudkan kota layak huni. Komponen tersebut dibagi menjadi dua kategori, yaitu komponen fisik dan komponen sosial. Komponen fisik terdiri dari planning and zoning, public space and buildings, housing and transportation. Sedangkan komponen sosial terdiri dari community engagement (which includes support and connectivity, civic engagement, and opportunities for both employment and recreation), health services and social services. Komponen-komponen tersebut saling mempengaruhi untuk mencapai kota layak huni.

Adapun beberapa manfaat yang dihasilkan dari penerapan konsep livable city, di antaranya (Commission on Aging, 2015):

1) Kota yang layak huni dapat ditinggali oleh masyarakat berbagai usia. Fasilitas yang disediakan dalam kota layak huni juga sangat ramah untuk seluruh kalangan masyarakat. Fasilitas tersebut terdiri dari perumahan, transportasi publik yang terintegrasi dengan aktivtas guna lahan yang padat, penyediaan fasilitas umum, serta kawasan komersial.

(2)

commit to user

2) Kota layak huni dapat menambah nilai ekonomi. Hal tersebut diakrenakan adanya peningkatan nilai rumah, dilengkapi properti yang lebih berkualitas, adanya pendapatan dari pajak penjualan infrastruktur, pertumbuhan pendapatan bisnis, peluang untuk pembangunan, serta biaya transportasi lebih rendah.

3) Kota layak huni dapat meningkatkan kesehatan. Kondisi masyarakat akan berdapak pada tingkat aktivitas fisik, pemenuhan kebutuhan pangan, kualitas udara, dan kohesi sosial. Kota layak huni memberikan kesempatan untuk membuat pilihan yang sehat.

4) Kota layak huni mendorong masyarakat untuk bertanggungjawab terhadap lingkungan. Meningkatkan kepadatan dan menggunakan transportasi yang ramah merupakan upaya untuk mengurangi penggunaan sumberdaya yang tak terbarukan sehingga mampu menghemat sumber energi dan mengurangi tingkat polusi.

Merriam dan Webster mendefinisikasn kota layak huni secara luas yaitu sebagai kesesuaian untuk hidup manusia, di mana manusia dapat hidup secara berkelanjutan. Kota layak huni menjadi topik yang populer pada tahun 1980-an di kalangan perencana untuk mempelajari pergesaran pola pengembangan pusat-pusat kota di kawasan pinggiran kota yang begitu pesat.

Banyak asumsi yang muncul bahwa pertumbuhan tersebut didukung oleh berbagai upaya inovatif untuk membuat masyarakat hidup di kota layak huni.

Livability juga menjadi pusat perhatian Partnership for Sustainable Communities yang dibetuk oleh beberapa departemen, di antaranya Departement of Housing Urban Development (HUD), US Department of Transportation (DOT), dan Enviromental Protection Agency (EPA) pada bulan Juni 2009. Kemitraan ini mengidentifikasi ada enam prinsip livability, yaitu untuk meningkatkan akses ke perumahan yang terjangkau, meningkatkan pilihan transportasi, biaya transportasi yang lebih rendah, melindungi lingkungan, pemerataan pembangunan, dan mengatasi tantangan perubahan iklim di masyarakat.

Berdasarkan hasil survey, konsep livable city memiliki multidimensi. Dari hal tersebut muncul aspek-aspek untuk menunjang kota layak huni (Fabish & Haas, 2010) :

1) Lingkungan (misalnya kualitas udara, ruang terbuka hijau, emisi gas));

2) Ekonomi (misalnya revitalisasi ekonomi dan pembangunan);

3) Guna lahan (misalnya compact dan mixed use development);

4) Transportasi (misalnya pedestrian, aksesibilitas, dan pilihan moda transportasi);

5) Ekuitas (misalnya keterjangkauan kebutuhan perumahan, pendapatan); dan 6) Pembangunan masyarakat (keamanan dan kenyamanan, layanan kesehatan).

(3)

commit to user

digilib.uns.ac.id

15

Berikut enam prinsip livability yang menjadi dasar dari kemitraan (US Environmental Protection Agency, 2011):

1) Memberikan pilihan transportasi yang lebih untuk mengurangi biaya transportasi, mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi, meningkatkan kualitas udara, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

2) Mempromosikan perumahan yang terjangkau melalui perluasan pilihan lokasi perumahan dan hemat energi untuk semua kalangan masyarakarakat sehingga dapat menekan biaya perumahan dan transportasi.

3) Meningkatkan daya saing ekonomi melalui akses yang dapat diandalkan dan tepat waktu untuk pekerjaan, pendidikan, dan layanan, serta memperluas jaringan pasar.

4) Mendukung masyarakat melalui revitalisasi masyarakat dengan pengembangan transit oriented, pengembangan mixed-use, dan daur ulang tanah.

5) Mengkoordinasikan dan memanfaatkan kebijakan federal dan investasi.

Menyelaraskan kebijakan federal dan investasi untuk mengantisipasi hambatan rencana pertumbuhan di masa depan, dan membuat pilihan energi cerdas seperti energi terbarukan yang dihasilkan secara lokal.

6) Berinvestasi di lingkungan yang sehat, aman, dan berorientasi pada pejalan kaki.

Dalam beberapa tahun terakhir, konsep livability menjadi momok yang dibicarakan di kota-kota besar di dunia. Livability ini biasaya digunakan sebagai alat untuk melakukan perbandingan antar kota. Menurut Tan, ada lima indikator penilaian untuk kota layak huni.

Kelima indikator tersebut memiliki landasan teori ilmu sosial, humaniora dan filsafat alam.

Secara khusus, indikator tersebut adalah (Tan et.al (2012):

1) Pembangunan ekonomi dan daya saing 2) Keamanan dan stabilitas

3) Kondisi sosial-budaya 4) Pemerintahan umum

5) Ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Centre for Liveable Cities (2013) menjelaskan 10 prinsip untuk mengembangkan kota layak huni, berikut ini merupakan prinsip-prinsip tersebut:

1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Pembaruan 2) Merangkul Keanekaragaman, pembangunan secara inklusif 3) Memberikan rasa nyaman

4) Mengembangkan guna lahan campuran 5) Mengoptimalkan fungsi ruang publik

6) Memprioritaskan transportasi ramah lingkungan

(4)

commit to user 7) Meringankan kepadatan dengan berbagai vegetasi 8) Menciptakan ruang yang aman

9) Mempromosikan solusi inovatif dan non-nonvesional 10) Mensinergikan antar kemitraan (people, private, public)

Dalam The Path of Livable City (2002), beberapa kemitraan San Francisco Bicycle Coalition, Rescue Muni, Walk San Francisco, and City Car Share melakukan kolaborasi untuk meningkatkan transportasi dan penggunaan lahan di San Francisco agar lebih aman, sehat, dan mudah diakses. Visi ini merupakan agenda perubahan positif untuk menjadikan sebuah kota menjadi layak huni secara nyata. Berikut ini merupakan prinsip-prinsip yang harus dilakukan:

1) Memudahkan untuk mengakses pelayanan umum (kawasan perdagangan, perkantoran dan kawasan pendidikan)

2) Memberikan rasa aman pada pejalan kaki 3) Perumahan akan lebih terjangkau oleh imigran 4) Menghemat biaya transportasi

5) perumahan menjadi lebih terjangkau, dan aksesibilitas meningkat, kota akan lebih ekonomis kompetitif.

6) Meningkatkan citra kawasan agar lebih menarik 7) Pelestarian lingkungan

Dari sintesa teori tersebut dapat diketahui bahwa aspek transportasi dapat menunjang untuk mewujudkan kota layak huni. Transportasi yang dimaksud, yaitu transportasi yang berorientasi pada pengembangan public transportation untuk mendukung aktivitas masyarakat baik yang bersifat vehiculer maupun non-vehiculer. Selain itu, untuk mendukung kota yang layak huni harus mengikuti prinsip-prinsip livable city, berikut ini merupakan sintesa teori prinsip livable city:

(5)

commit to user

digilib.uns.ac.id

17

Tabel 2. 1Sintesa Teori Prinsip Livable City

Sumber: Commision of Aging, Partnership for Sustainable Communities, Enviromental Protection Agency 2011, Centre for Livable City Singapore, The Path to Livable City Commision of

Aging

Partnership for Sustainable Communities,

2009

Enviromental Protection Agency,

2011

Centre for Livable City Singapore, 2013

The Path to Livable

City, 2002 Sintesa Teori Keterangan Dapat ditinggali

semua kalangan masyarakat

Akses ke perumahan terjangkau

Mempromosikan perumahan yang terjangkau

Perumahan menjadi lebih terjangkau

Terjangkau

Digunakan dalam persilangan untuk menentukan parameter Memudahkan akses

untuk pelayanan umum

Meningkatkan kenyamanan

Memberikan rasa nyaman

Meningkatkan kenyamanan

Digunakan dalam persilangan untuk menentukan parameter Menciptakan ruang

yang aman Mengoptimalkan fungsi ruang publik

Memberikan rasa aman pada pejalan kaki

Memberikan ruang yang aman

Digunakan dalam persilangan untuk menentukan parameter Bertanggungjawab

terhadap lingkungan

Melindungi lingkungan Mengatasi tantangan perubahan iklim

Berinvestasi pada lingkungan yang sehat

Mendekatkan alam dengan manusia Meringankan kepadatan dengan vegetasi

Pelestarian lingkungan Meningkatkan citra kawasan

Ramah lingkungan Digunakan dalam persilangan untuk menentukan parameter

Meningkatkan pilihan transportasi Biaya transportasi rendah

Memberikan pilihan transportasi

Meningkatkan transportasi ramah lingkungan

Menghemat biaya transportasi

Mengurangi biaya perjalanan

Digunakan dalam persilangan untuk menentukan parameter Pemerataan

pembangunan

Revitalisasi masyarakt melalui pembangunan guna lahan campuran

Pembangunan inklusif Mengembangkan guna lahan campuran

Mengembangkan pembangunan guna lahan campuran

Digunakan dalam persilangan untuk menentukan parameter

(6)

commit to user 2.2 Transportasi

Transportasi adalah pemidahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya.

Transportasi memudahkan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Berikut ini merupakan definisi transportasi yang dikemukakan oleh para ahli:

1) Menurut Steenbrink (1974), transportasi adalah perpindahan manusia atau barang menggunakan kendaraan dari tempat ke tempat lain yang terpisah secara geografis.

2) Menurut Morlok (1978), transportasi didefinisikan sebagai kegiatan memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat ketempat lain.

3) Menurut Bowersox (1981), transportasi adalah perpindahan barang atau penumpang dari suatu tempat ketempat lain, dimana produk dipindahkan ke tempat tujuan dibutuhkan.

4) Menurut Papacostas (1987), transportasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem control yang memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari suatu temapat ke tempat lain secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktivitas manusia. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa transportasi merupakan fasilitas yang mendukung pergerakan manusia atau barang menggunakan moda transportasi yang sesuai dengan kebutuhan.

Untuk memudahkan objek-objek tersebut berpindah, terdapat 5 komponen utama dalam transportasi, yaitu (Morlok, 1991):

1) Manusia dan barang.

Ditinjau dari terminologinya, sistem transportasi adalah sistem pergerakan yang memindahkan manusia dan barang dari tempat asal ke tempat tujuan yang bersangkutan menggunakan moda transportasi yang digerakan oleh sumber tenaga untuk keperluan tertentu. Setiap harinya, pergerakan manusia bisa mencapai ribuan orang secara bersamaan. Pergerakan tersebut tentunya harus didukung oleh sarana dan prasarana yang ada dengan implikasi di mana dari pergerakan tersebut dalam kurun waktu tertentu akan membentuk aliran.

2) Kendaraan dan peti kemas

Kemampuan manusia untuk bergerak dalam kecepatan maupun daya angkutnya sangat terbatas, oleh karena itu perlu alat angkut yang memenuhi kebutuhannya. Sarana transportasi merupakan moda atau alat yang digunakan untuk memindahkan manusia atau barang dengan memperhatikan ruang tempat bergerak (media), serta kesamaan sifat-sifat fisiknya.

(7)

commit to user

digilib.uns.ac.id

19 3) Jalan

Sebagai akibat adanya kebutuhan transportasi, yakni pergerakan orang dan barang, maka timbul tuntutan untuk menyediakan prasarana transportai agar pergerakan tersebut dapat berlangsung dengan aman, nyaman, cepat, dan ekonomis. Bentuk dari prasarana transportasi yaitu jalan raya, jalan rel, pedestrian, dan jalur sepeda. Prasarana tersebut tentunya akan mendukung perpindahan objek.

4) Terminal

Terminal merupakan tempat untuk memasukkan dan mengeluarkan yang diangkut (barang dan manusia) ke dalam atau keluar dari alat angkut (kendaraan).

5) Sistem Pengoperasian

Sistem pengoperasian merupakan sistem yang mengatur 4 komponen lainnya, yaitu manusia dan barang, kendaraan, jalan, serta terminal.

Seperti yang tercantum dalam "Understanding Urban Transportation System," sebuah panduan aksi yang diterbitkan oleh National League of Cities, sistem transportasi yang kompleks membutuhkan pemahaman tentang perilaku dan permintaan perjalanan, serta pilihan harga untuk konsumen dan tujuan masyarakat. pendekatan tradisional pada transportasi, termasuk pembangunan dan pemeliharaan jalan raya dan trotoar tetap menjadi elemen transportasi yang baik. Perencanaan, desain dan implementasi elemen ini - berdasarkan transportasi dan prioritas penggunaan lahan sangat berdampak sistem transportasi berkelanjutan. National League of Cities (2013) menjelaskan bahwa ada 6 elemen transportasi yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) Jalan dianggap sebagai tulang punggung sistem transportasi. jalan digunakan sebagai media untuk memindahkan barang atau manusia. Jalan pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan fungsi penggunaannya, yaitu jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal.

2) Jalur pedestrian merupakan fasilitas dasar yang menunjang sistem transportasi berkelanjutan dengan memberikan kemudahan akses bagi pejalan kaki terhadap fasilitas umum di sekitarnya. Jalur pedestrian meningkatkan konektivitas dan menyediakan ruang yang aman untuk aktivitas pejalan kaki.

3) Dua tipe transit yang mendasar yaitu, bus dan kereta api. Baru-baru ini, banyak kota-kota besar yang mengembangkan kawasan transit dengan menggunakan teknologi transportasi, seperti bus rapid transit.

(8)

commit to user

4) Rute sepeda, wisata kota sepeda umumnya terjadi di jalan-jalan yang terintegrasi dengan lalu lintas lainnya. Pengembangan jalur sepeda merupaka upaya untuk meningkatkan mobilitas masyarakat yang berkelanjutan.

5) Armada pribadi

Perusahaan taksi adalah jenis yang paling umum dari armada pribadi. Namun, armada khusus lainnya yang ditawarkan oleh perusahaan swasta dan organisasi non-profit, termasuk carsharing, berbagi sepeda, perusahaan pedi-taksi dan troli wisata.

6) Armada publik

Sebagian besar pemerintah daerah mempertahankan kendaraan umum. Beberapa, seperti kendaraan darurat atau kendaraan sanitasi, sangat khusus, yang lain hanya mobil digunakan untuk bisnis kota. Peningkatan ruang hijau di perkotaan merupakan sarana untuk menunjang keberlanjutan dan mengurangi biaya operasional.

Dari penjelasan di atas, transportasi diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu transportasi pribadi dan transportasi publik. Private transport adalah modalitas transportasi di mana orang menggunakan kendaraan pribadi seperti motor dan mobil. Keuntungan dari penggunaan private transport yaitu, penumpang akan lebih nyaman dan menghemat waktu karena tidak hharus menyesuaikan waktu dengan penumpang lainnya. Namun semakin banyak penumpang yang menggunakan kendaraan pribadi akan semakin menambah penggunaan bahan bakar dan meningkatkan pencemaran lingkungan. Di beberapa negara, terjadi kekurangan bahan bakar, hal tersebut menyebabkan harga bahan bakar menjadi lebih mahal. Tentangan lain dari penggunaan kendaraan pribadi yaitu, dari segi pemeliharaan.

Public transport adalah modalitas transportasi digunakan oleh penumpang umum. ini termasuk bus, pesawat, dan kereta api. Fasilitas trasnportasi ini memiliki rute dan waktu tertentu yang menghubungan antar kota. Biasanya public transport dikelola oleh pihak pemerintah.

Keuntungan dari penggunaan transportasi umum dikenakan beban yang sama dan tarif yang wajar. Selain itu, dengan memanfaatkan trasnportasi publik dapat mengurangi tingkat pencemaran lingkungan dan menghemat energi terutama yang tak terbarukan. Penggunaan transportasi publik juga dapat menekan akan pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi.

Departemen Transportasi melalui CSIR menjelaskan bahwa untuk mencapai rekstrukturisasi mendasar untuk menciptakan transportasi publik di perkotaan dan menciptakan transportasi publik yang berkelanjutan ada beberapa prisip yang harus dilakukan. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

(9)

commit to user

digilib.uns.ac.id

21

1) Pendekatan pemecahan masalah dan program untuk restrukturisasi transportasi publik harus bertahap, praktis dan fokus pada visi jangka panjang .

2) Node yang tepat dan teknologi harus dipilih untuk menyediakan layanan hemat biaya pada tingkat layanan yang telah ditetapkan, berdasarkan prinsip-prinsip efisiensi.

3) Potensi untuk transfer antara rute harus dimaksimalkan.

4) Pelayanan yang baik berkontribusi terhadap konsep yang dioperasikan secara terpusat dan dikendalikan sistem transportasi umum harus dikembangkan.

5) Komersial, ritel dan industri kegiatan pembangunan harus berada di pusat yang sesuai (konvergensi poin pada jaringan transportasi umum), sebaiknya dalam struktur koridor prioritas.

6) Pembangunan perumahan kepadatan tinggi harus didukung dengan adanya rute angkutan umum

7) Pengembangan transportasi umum dan ifrastruktur harus terintegrasi dengan penggunaan lahan untuk menarik investasi.

8) Hirarki jalan dan pembangunan spasial harus mendukung aktivitas masyarakat.

9) Biaya falitas umum harus lebih murah dibandingkan dengan fasilitas swasta, sehingga mencerminkan transportasi umum menjadi prioritas.

10) Membatasi jumlah kendaraan yang melintas dikawasan permukiman

Tabel 2. 2 Sintesa Teori Elemen-elemen Transportasi

Morlok (1991) National League of

Cities (2013) Alan (2007) Sintesa Teori

Manusia dan barang Manusia dan barang

Kendaraan dan peti

kemas Armada pribadi -

Moda transportasi

Armada public -

Jalan Jalan Jalan arteri

Jaringan transpotasi

Jalur pedestrian Jalan kolektor

Jalur sepeda dan pejalan kaki Rute sepeda

Terminal Transit Public transit Transit

System Pengoperasian Sistem angkutan

umum

Sistem

Sumber: Morlok (1991), National League of Cities (2013), Alan (2007) 2.3 Transportation For Livable City

Berdasarkan dari berbagai literatur pada intinya livability telah menunjukkan bahwa konsep tersebut berhubungan dengan kriteria dan aset yang luas pada dasranya mempengaruhi pengalaman manusia. Tidak heran lagi jika trasnportasi dapat mempengaruhi kenyamanan

(10)

commit to user

seluruh masyarakat dengan berbagai cara. Bahkan beberapa ahli mendefinisikan livability dalam trasnportasi. Menurut Sekretaris AS Perhubungan, Ray LaHood:

"Livability berarti mampu mengakomodir anak-anak ke sekolah, pergi bekerja, dokter, mampir toko atau kantor pos, pergi keluar untuk makan malam dan nonton film, dan bermain dengan anak-anak Anda di taman tanpa harus berada di mobil Anda. "(Federal Highway Administration, 2010).

Definisi ini menyoroti peran penting pilihan transportasi dalam menciptakan masyarakat yang lebih layak huni. Selain itu, livability baru ini dirilis di Livability for Transportation Guidebook dari FHWA lanjut mengeksplorasi peran transportasi dalam meningkatkan livability masyarakat dan kualitas hidup. Secara khusus, buku pedoman mengatakan tersebut mengatakan:

“Kenyaman dalam transportasi adalah tentang kualitas bagaimana menjangkau lokasi, jenis fasilitas dan layanan yang tersedia untuk mencapai tujuan masyarakat luas, di antaranya akses menuju tempat kerja, perumahan yang terjangkau, pergi ke sekolah, dan jalan-jalan. Hal ini menyangkut keamanan jalan dan masalah kapasitas melalui perencanaan dan desain yang lebih baik, memaksimalkan dan memperluas teknologi baru seperti Intelegent Transportation System (ITS) dan pedestrian yang ramah. Hal ini juga termasuk mengembangkan transportasi publik yang berkualitas tinggi untuk mendorong pembangunan ekonomi, dan desain komunitas yang menawarkan warga dan pekerja dengan berbagai pilihan transportasi Dan, itu melibatkan strategis yang menghubungkan modal jalur pesepeda, fasilitas pejalan kaki, layanan transit, dan jalan raya menjadi benar-benar intermodal, sistem yang saling berhubungan. "(Federal Highway Administration, 2010).

Kutipan tersebut menyoroti peran investasi transportasi dapat mempengaruhi aksesibilitas, pembangunan ekonomi, pilihan transportasi yang memiliki kontribusi untuk memenuhi kenyamanan masyarakat. Sebuah tinjauan literatur menunjukan bahwa transportasi dapat mempengaruhi faktor-faktor di atas, serta aspek livable city lainnya (Forkenbrock &

Weisbrod, 2001).

Mengkaitkan livability dalam perencanaan, program, dan proyek transportasi bukanlah konsep baru yang dilakukan, konsep ini telah dilakukan oleh beberapa generasi untuk membuat tempat yang lebih layak huni melalui inisiatif transportasi dengan berbagai tingkat dukungan.

Meskipun sebagian besar inisiatif livability sukses dan proyek umumnya telah dilaksanakan di tingkat regional dan lokal. US Department of Transportation (US DOT), Federal Highway Administration (FHWA), dan federal Administrasi Transit (FTA) telah melakukan sejumlah program dan pendekatan untuk melindungi manusia dan lingkungan alam, meningkatkan moda pilihan, meningkatkan keamanan, dan mendorong masyarakat layak huni.

(11)

commit to user

digilib.uns.ac.id

23

Untuk mewujudkan tempat yang layak huni, dikembangkan sistem transportasi untuk kota layak huni dengan aspek-aspek berikut ini (Federal Highway Administration, 2010):

1) Rail Transit and Transit-Oriented Development, merupakan konsep pengembangan pusat transit untuk memenuhi permintaan perjalanan tambahan yang terintegrasi dengan penggunaan lahan yang memperhatikan tingkat kenyamanan masyarakat.

2) Corridor-Focused Bus Rapid Transit and Boulevard/Multiway, merupakan pengembangan jalur multimodal yang dirancang untuk pengembangan jalur BRT.

3) Regional Transportation and Land Use Planning merupakan integrasi penggunaan lahan dengan perencanaan transportasi untuk meningkatkan kenyamanan.

4) Redevelopment, merupakan kesepatan pengembangan transportasi untuk memperkuat hubungan penggunaan lahan dan mobilitas.

5) Transportation and Housing Affordability, merupakan hubungan transportasi dengan keterjangkauan perumahan.

Menurut National Cooperative Highway Research Program (NCHRP), proyek transportasi dapat mempengaruhi kualitas visual suatu daerah, tingkat kebisingan lalu lintas, interaksi sosial, dan kohesi masyarakat, yang semuanya dapat mempengaruhi kemampuan suatu daerah untuk menarik bisnis baru dan penduduk (Forkenbrock & Weisbrod, 2001). Kita juga tahu bahwa kebijakan dan praktek transportasi dapat mempengaruhi keselamatan lalu lintas, kualitas udara, green space, streetscape, keterjangkauan transportasi, pelestarian sumber daya sejarah dan budaya, dan ketersediaan kesempatan rekreasi (VTPI, 2010; Pichardo-Muñiz, 2010).

Karakteristik masyarakat dapat mempengaruhi perencanaan transportasi yang dapat diimplementasikan pada kawasan tersebut. Masyarakat yang sudah lanjut usia cukup diperhatikan dalam proses perencanaan. Agar sistem transportasi dapat digunakan semua kalangan dan mendukung konsep layak huni, maka ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi (Commesion of Aging, 2015), yaitu:

1) Pilihan transportasi

2) Berorietasi pada pejalan kaki 3) Kondisi perjalanan yang aman

Melihat dari visi Kota San-Francisco yang mendorong usaha untuk memperhatikan keadilan sosial dan keseimbangan ekologi, sebuah kota mampu berkembang dalam ekonomi global yang memperhatikan integritas lingkungan, sebuat kota yang mampu menyambut imigran dengan rasa persatuan. Untuk mewuudkan visi tersebut tidak terlepas dari perencanaan aspek transportasi. Transportation for Livable City ini menyajikan komponen transportasi untuk sebuah kota layak huni, sebagai berikut:

(12)

commit to user

1) A Walkable City, penyedian fasilitas untuk penjalan kaki untuk meningkatkan mobilitas yang lebih aman khususnya untuk anak-anak dan manula.

2) Fast and Frequent Local Sustainability, pengembangan layanan transit yang lebih cepat dan berkelanjutan.

3) Effective Regional Transit, pengembangan penggunaan lahan yang padat di sekitar pusat transit untuk memudahkan mobilitas bagi masyarakat yang tinggal di pinggiran kota.

4) Safe and Comfortabel Bicycling, pengembangan jalur sepeda yang aman dan nyaman.

Berdasarkan penelitian Elda İstillozlu untuk meningkatkan kota layak huni yaitu, dengan menyediakan jenis angkutan umum yang paling tepat, analisis aksesibilitas harus dilakukan dari perspektif livability. Ketika mempertimbangkan aksesibilitas dari perspektif livability, dapat dengan mudah dilihat bahwa, seperti yang telah diusulkan oleh Yeang, aksesibilitas merupakan salah satu dimensi kualitas tempat fungsional aspek livability (Yeang, 2006). Dimensi ini terdiri dari aksesibilitas pejalan kaki, kualitas angkutan umum, dan vitalitas dan kelangsungan pelayanan masyarakat. Mengingat dimensi livability (lihat yang diperoleh Yeang, daftar indikator untuk aksesibilitas dapat diusulkan seperti yang ditunjukkan di bawah ini:

1) Vehicular Accessibility, merupakan kemudahan aksesibilitas bagi kendaraan bermotor, khususnya transportasi umum yang ada di perkotaan. Sehingga kendaraan yang melintas bebas hambatan. Hal tersebut lebih ditekankan pada jenis moda transportasi umum dan jenis jalan yang dilalui.

2) Non-vehicular Accessibility, merupakan kemudahan aksesibilitas bagi kendaraan non-bermotor, contohnya jalur pejalan kaki dan jalur sepeda yang disediakan untuk memfasilitas pengguna jalan dan sepeda dengan meningkatkan rasa aman dalam berkendara.

3) Streetscape, merupakan perlengkapan jalan untuk menambha nilai estetika dan penyediaan lahan parkir.

4) Integration of modes, merupakan integrasi antar moda transportasi umum yang berbeda serta integrasi moda transportasi umum dengan moda transportasi pribadi.

Menurut Litmann (2015), untuk mewujudkan kota layak huni, system transportasi kota harus memiliki kriteria berikut ini:

1) Keanekaragaman sistem transportasi. Masyarakat dapat memilih dari berbagai mode, pilihan lokasi dan harga, terutama yang terjangkau, sehat, dan efisien.

(13)

commit to user

digilib.uns.ac.id

25

2) Integrasi sistem. Berbagai komponen sistem transportasi terintegrasi dengan baik, seperti akses pejalan kaki dan bersepeda ke transit, serta perencanaan transportasi dan tata guna lahan terpadu.

3) Keterjangkauan. Pilihan transportasi yang terjangkau memberikan akses pada masyarakat berpendapatan rendah.

4) Efisiensi sumber daya (energi dan lahan). Kebijakan mendorong efisiensi energi dan lahan.

5) Harga dan prioritas yang efisien. Jalan raya, parkir, asuransi dan bahan bakar dihargai untuk mendorong efisiensi, dan fasilitas dikelola untuk mendukung perjalanan bernilai lebih tinggi dan mode yang lebih efisien.

6) Aksesibilitas penggunaan lahan (smart growth). Kebijakan mendukung pengembangan penggunaan lahan yang kompak, campuran, terhubung, multi- modal untuk meningkatkan aksesibilitas penggunaan lahan dan pilihan transportasi.

7) Efisiensi operasional. Agen transportasi, penyedia layanan dan fasilitas dikelola secara efisien untuk meminimalkan biaya dan memaksimalkan kualitas layanan.

8) Perencanaan komprehensif dan inklusif. Perencanaan bersifat komprehensif (mempertimbangkan semua tujuan, dampak dan pilihan yang signifikan), terpadu (pengambilan keputusan dikoordinasikan di antara berbagai sektor, yurisdiksi dan lembaga), dan inklusif (semua orang yang terkena dampak dapat berpartisipasi).

Menurut laporan Livability untuk Transportasi di Montana (2012) menyelidiki makna livability yang digunakan oleh Montana Departement of Transportation. Berdasarkan penelitian dan pendapat masyarakat dikembangkan definisi berikut: “Provide a transportation system that emphasizes a safe, maintained road network; allows for multimodal transportation opportunities; and considers local community values.”Meskipun penelitian ini menemukan bahwa definisi livability bervariasi, ada beberapa tema umum yang terkait dengan transportasi.:

1) Sistem transportasi harus mencakup semua moda (udara, mobil, angkutan umum, sepeda, pejalan kaki, dan mode lokal lainnya).

2) Penggunaan lahan dan transportasi jelas mempengaruhi satu sama lain. rencana transportasi dan proyek harus menghasilkan sistem transportasi yang terintegrasi dan mendukung rencana lokal penggunaan lahan, proyek perumahan yang terjangkau, dan upaya-upaya serupa yang mendorong struktur masyarakat yang tinggal.

3) Sistem Transportasi di daerah padat dan berkembang harus sangat terhubung dan jalan-jalan yang dirancang menjadi sistem grid untuk memudahkan konektivitas.

(14)

commit to user

4) Proyek Transportasi harus memasukkan nilai-nilai lokal dalam proses / desain perencanaan. Nilai-nilai tersebut dapat mencakup koridor transportasi estetis dan keselamatan pejalan kaki.

5) Keselamatan dan kapasitas untuk mode mobil tidak boleh diabaikan.

6) Sistem Transportasi harus berusaha untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan gas rumah kaca.

7) Sistem Transportasi harus memberikan akses ke pekerjaan, pendidikan, perawatan kesehatan, dan jasa.

8) Proyek Transportasi harus dikoordinasikan dengan proyek lainnya untuk meningkatkan pendanaan dan mencapai tujuan livability.

(15)

commit to user

digilib.uns.ac.id

27

Tabel 2. 3 Sintesa Teori Transportation for Livable City Livability and

Quality of Life (FHWA, 2010)

Transportation for Livable City

Guidebook (FHWA, 2010)

Commesion of Aging

(2013)

Path of Livable City (2002)

Yeang, 2006 dikutip dalam Elda İstillozlu

Litmann, 2015

Variabel Deskripsi

Pengembangan jalur sepeda

Pengembangan jalur sepeda

Akses sepeda Jalur sepeda Jalur sepeda merupakan fasilitas khusus untuk pengguna

sepeda dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan

pengguna sepeda Fasilitas pejalan

kaki

Berorientasi pada pejalan

kaki

Fasilitas pejalan kaki

Pengembangan jalur pejalan kaki

Akses pejalan kaki

Jalur pedestrian Penyedian jalur khusus untuk pejalan kaki yang menjamin keamanan dan kenyamanan bagi

pejalan kaki Integrasi

penggunaan lahan dengan transportasi

Pengembangan guna lahan yang

padat disekitar pusat transit

Aksesibilitas penggunaan

lahan

Tata guna lahan Tata guna lahan merupakan pengembangan penggunaan

lahan campuran untuk memudahkan aksesibilitas Layanan transit Pengembangan

layanan transit

Pengembangan titik transit

Titik transit Pengembangan local transit yang terintegrasi dengan penggunaan lahan campuran Pengembangan

jaringan transportasi interemoda

Pengembangan untuk jalur BRT

Kondisi perjalanan yang aman

Pengembangan jalur transportasi

umum

Jalur angkutan umum

Pengembangan jalur khusus untuk transportasi umum untuk

meningkatkan kualitas perjalanan Pilihan moda

transportasi

Integrasi antar moda

Pilihan moda transportasi

Moda transportasi

Moda transportasi merupakan moda yang digunakan dengan fasilitas yang aman dan nyaman Sumber: Livability and Quality of Life (FHWA, 2010); Transportation for Livable City Guidebook (FHWA, 2010); Commesion of Aging (2013); Path of Livable City (2002)

Yeang, 2006; dan Litmann, 2015

Untuk merumuskan indikator pada tiap variabel, dilakukan persilangan antara sintesa teori prinsip livable city dengan variabel penelitian.

berikut ini merupakan tabel persilangan untuk merumuskan indikator:

(16)

28

Tabel 2. 4 Matriks Keterkaitan Prinsip Livable City dengan Variabel Transportasi Prinsip

Livable City

Variabel

Terjangkau Nyaman Aman Ramah

Lingkungan Hemat Guna Lahan

Mixed Use Indikator Sumber

Jalur sepeda

Tersedianya jalur sepeda yang nyaman

Tersedianya jalur sepeda yang aman

Tersedianya jalur sepeda yang nyaman

The Path to Livable City, 2005

Tersedianya jalur sepeda yang aman

The Path to Livable City, 2005

Jalur pejalan kaki

Tersedianya jalur pejalan kaki yang

nyaman

Tersedianya jalur pejalan kaki yang aman

Tersedianya jalur pejalan kaki yang nyaman

The Path to Livable City, 2005

Tersedianya jalur pejalan kaki yang aman bagi difable

The Path to Livable City, 2005

Tata guna lahan

Terdapat penggunaan lahan mixed use

Terdapat

penggunaan lahan mixed use

ITDP, 2011 US Department of Transportation (US DOT), 2010

Titik transit

Tersedianya stasiun yang terjangkau

dengan kawasan pelayanan

umum

Terdapat bangunan yang padat di sekitar

titik transit

Tersedianya stasiun yang terjangkau dengan kawasan

pelayanan umum

ITDP. 2011

Terdapat bangunan yang padat di sekitar titik transit

The Path to Livable City, 2002

Jalur angkutan

umum

Waktu tempuh relative cepat

Tersedianya jalur angkutan

umum yang aman

Tersedianya jalur angkutan

umum di kawasan mixed

use

Waktu tempuh relatif cepat

Faderal Highway Administration, 2010

Kepadatan rute yang tinggi

Tamim, 2000

(17)

commit to user

digilib.uns.ac.id

29 Prinsip

Livable City

Variabel

Terjangkau Nyaman Aman Ramah

Lingkungan Hemat Guna Lahan

Mixed Use Indikator Sumber

Kepadatan rute yang

tinggi

Tersedianya jalur angkutan umum yang aman

The Path to Livable City, 2002

Tersedianya jalur angkutan umum di kawasan mixed use

Alan, 2007

Moda transportasi

Waktu tunggu yang ideal

Tersedianya moda yang

nyaman

Tersedianya moda yang

aman

Tersedianya moda transportasi

ramah lingkungan

Biaya perjalanan

hemat

Waktu tunggu yang ideal

The World Bank Urban Transport 1986

Tersedianya moda transportasi yang terintegrasi

Yeang, 2006 Tersedianya moda

yang nyaman

Commesion of Aging, 2015 Tersedianya moda

yang aman

Commesion of Aging, 205 Tersedianya

moda transportasi

yang terintegrasi

Tersedianya moda transportasi ramah lingkungan

Centre for Liveable Cities, 2013

Biaya perjalanan hemat

Harries (1976) dan Warpanie (2002) Sumber: The Path to Livable City, 2002; ITDP, 2011; US Department of Transportation (US DOT), 2010; Faderal Highway Administration, 2010; Tamim, 2000; Alan, 2007;

The World Bank Urban Transport 1986; Yeang, 2006; Commesion of Aging, 2015; Centre for Liveable Cities, 2013; Harries (1976) dan Warpanie (2002)

(18)

commit to user

(19)

commit to user

digilib.uns.ac.id

31

Pada tabel di atas telah dirumuskan variabel penelitian, yaitu jalur sepeda, jalur pejalan kaki, local transit, jalur angkutan umum, moda transportasi, dan tata guna lahan. Variabel tersebut dipilih berdasarkan kesamaan dari pendapat para ahli atau sumber lainnya. Variabel- variabel tersebut merupakan variabel operasional yang nantinya akan digunakan untuk melakukan survey di lapangan. Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing variabel:

1) Jalur sepeda merupakan fasilitas khusus untuk pengguna sepeda dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan pengguna sepeda.

2) Jalur pedestrian merupakan jalur khusus untuk pejalan kaki yang menjamin keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki.

3) Tata guna lahan merupakan pengembangan penggunaan lahan campuran untuk memudahkan aksesibilitas.

4) Titik transit yang dimaksud yaitu stasiun dan terminal dengan kepadatan bangunan yang tinggi.

5) Jalur angkutan umum merupakan jalur khusus untuk transportasi umum untuk meningkatkan kualitas perjalanan.

6) Moda transportasi merupakan moda transportasi umum yang digunakan dengan fasilitas yang aman dan nyaman.

2.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan hasil sintesa variabel sebelumnya, maka dapat digambarkan melalui kerangka pikir untuk mengatahui kesesuaian sistem transportasi umum di Kota Surakarta terhadap konsep transportasi untuk kota layak huni. Berikut merupakan kerangka pikir yang digambarkan pada sebuah skema:

Gambar 2. 1 Kerangka Pikir Sumber: Peneliti, 2017

Gambar

Tabel 2. 1Sintesa Teori Prinsip Livable City
Tabel 2. 2 Sintesa Teori Elemen-elemen Transportasi
Tabel 2. 3 Sintesa Teori Transportation for Livable City  Livability and
Tabel 2. 4 Matriks Keterkaitan Prinsip Livable City dengan Variabel Transportasi  Prinsip
+2

Referensi

Dokumen terkait

Damayanti dan Kawedar (2018) dan Sari (2017) yang menyatakan hubungan positif signifikan antara financial distress dan earnings management. Dalam penelitian ini, financial

Hasil analisis Chi Square yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa r hitung (27,977) > r tabel (3,481) dengan nilai p-value (Asymp.sig) 0,00 lebih kecil dari 0,05 (p-value

1) Usia reproduksi. 2) Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak.. 4) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi. 5) Setelah melahirkan dan tidak

Pemilihan umum yang selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

Untuk menekan terjadinya kecelakaan lalu lintas khususnya yang menimpa pengendara sepeda motor di Surabaya dibangunlah jalur khusus, dengan harapan jalur khusus

Tidak hanya jalur khusus sepeda melainkan disediakannya juga jalur-jalur yang sesuai dengan peruntukkannya seperti jalur cepat dan lambat, jalur motor, dan jalur

Gubernur Daerah Khusus lbukota Jakarta, untuk Lajur Sepeda dan/atau Jalur Sepeda yang berada di Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan

Masalah yang sering muncul kepermukaan antara lain : meningkatnya lahan kritis akibat Penambangan Tanpa Izin, penyusutan/penurunan Sumber Daya Alam, pencemaran