Opini Hukum dan Hak Asasi Manusia Volume 1 (2021): 47-52
ISSN 2809-9877 (Media Online)
http://repositori.lshp.or.id/index.php/opini
47
UU No. 11 Tahun 2020 Klaster Ketenagakerjaan:
Ringkasan dan Catatan Singkatnya
M. Lutfi Rizal Farid
Lembaga Studi Hukum Pidana E-mail: [email protected]
Diterima: 20 September 2021 Disetujui: 30 September 2021
Ikhtisar: Lebih dari 1.200 pasal direvisi menjadi satu dalam UU No.
11 Tahun 2020 yang mengatur multisektor. Artikel ini hanya meringkas UU No. 11 Tahun 2020 klaster ketenagakerjaan.
Berikut membuat catatan singkatnya. Terhadap UU No. 13 Tahun 2003, UU No. 11 Tahun 2020 mengubah 31 pasal, menghapus 29 pasal, dan menyisipkan 13 pasal baru. Pengubahan pasal, penghapusan pasal, dan penyisipan pasal merupakan bentuk pembaruan terhadap UU No. 13 Tahun 2003 yang telah dilakukan judicial review pada Mahkamah Konstitusi sebanyak 11 (sebelas kali).
Kata Kunci: Cipta Kerja; Ketenagakerjaan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) diundangkan pada 2 November 2020. Undang-undang tersebut menghimpun beberapa undang-undang dalam berbagai klaster dengan mencabut dan mengubah beberapa undang-undang yang lama.
Teknik penghimpunan tersebut disebut dengan Omnibus Law.
Teknik ini menitikberatkan pada penyederhanaan jumlah regulasi.1
1 Antoni Putra, “Penerapan Omnibus Law Dalam Upaya Reformasi Regulasi,” Jurnal Legislasi Indonesia 17, no. 1 (2020): 1.
48
Konsep Omnibus Law lebih dikenal dalam sistem hukum anglo saxon (Common Law System). Namun, terdapat beberapa negara yang menganut sistem hukum Eropa Kontinental (Civil Law System) yang juga mengenalnya, misalnya, Indonesia.2
Dalam sistem common law, sumber hukum yang utama adalah putusan pengadilan. Di sisi yang lain, regulasi relatif tidak begitu banyak apabila dibandingkan negara yang menganut sistem civil law. Sementara dalam sistem civil law, sumber hukum yang utama adalah peraturan perundang-undangan yang relatif lebih banyak dan kompleks.3
Lebih dari 1.200 pasal direvisi menjadi satu dalam UU No.
11 Tahun 2020 yang mengatur multisektor. Pada UU No. 11 Tahun 2020 terdapat 11 (sebelas) klaster, antara lain, penyederhanaan perizinan, persyaratan investasi, ketenagakerjaan, pengadaan lahan, kemudahan berusaha, dukungan riset dan inovasi, administrasi pemerintahan, pengenaan sanksi, kemudahan, pemberdayaan, dan perlindungan umkm, investasi dan proyek pemerintah, serta kawasan ekonomi.4
Dikutip dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, UU No. 11 Tahun 2020 bermanfaat untuk memperbaiki iklim investasi dan mewujudkan kepastian hukum. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat tranformasi ekonomi, menyelaraskan kebijakan pusat-daerah, memberi kemudahan berusaha, mengatasi problem regulasi yang tumpang tindih, dan menghilangkan ego sektoral. Adanya Omnibus Law diharapkan dapat mampu untuk menaikkan
2 Supriyadi and Andi Intan Purnamasari, “Gagasan Pembangunan Metode Omnibus Law Dalam Pembentukan Peraturan Daerah,” Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum 15, no. 2 (2021): 258.
3 Muhammad Insa Anari, “Omnibus Law Untuk Menata Regulasi Penanaman Modal,” Jurnal Rechtsvinding 9, no. 1 (2020): 73.
4 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia,
“Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja,” last modified 2020, accessed November
11, 2020, https://dikti.kemdikbud.go.id/wp-
content/uploads/2020/10/Booklet-UU-Cipta-Kerja.pdf.
49 kemudahan berusaha dari peringkat 73 menuju ke posisi 53 dunia.5
Artikel ini merupakan ringkasan terhadap UU No. 11 Tahun 2020 klaster ketenagakerjaan. Berikut juga beberapa catatan singkat terhadapnya. Peraturan perundangan-undangan ketenagakerjaan yang diubah dan dihapus dalam UU No. 11 Tahun 2020 adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI).
Terhadap UU No. 13 Tahun 2003, UU No. 11 Tahun 2020 mengubah 31 pasal, menghapus 29 pasal, dan menyisipkan 13 pasal baru.6 Pengubahan pasal, penghapusan pasal, dan penyisipan pasal merupakan bentuk pembaruan terhadap UU No.
13 Tahun 2003 yang telah dilakukan judicial review pada Mahkamah Konstitusi sebanyak 11 (sebelas kali).7
Pertama, terkait pelatihan kerja, UU No. 11 Tahun 2020 mengubah Pasal 13 dan Pasal 14 UU 13 Tahun 2003. Perubahan yang dilakukan, yaitu terdapat lembaga pelatihan kerja perusahaan dan adanya ketentuan mengenai penerbitan perizinan berusaha oleh pemerintah pusat bagi lembaga pelatihan kerja swasta yang terdapat pernyertaan modal asing.
5 Ibid.
6 Ady Thea DA, “Mengintip Isi Klaster Ketenagakerjaan UU Cipta Kerja,” Hukumonline, last modified 2020, accessed November 13, 2020, https://www.hukumonline.com/berita/a/mengintip-isi-klaster-
ketenagakerjaan-uu-cipta-kerja-lt5fa14c6fd08ab.
7 Sigar Aji Poerana, “Berbagai Putusan MK Yang Mengubah UU Ketenagakerjaan,” Hukumonline, last modified 2020, accessed November 13, 2020, https://www.hukumonline.com/klinik/a/berbagai-putusan-mk-yang- mengubah-uu-ketenagakerjaan-lt5078c83ecf921.
50
Kedua, terkait penempatan kerja. Penempatan kerja yang sebelumnya diatur pada Pasal 37 UU No. 13 Tahun 2003 diubah dalam UU No. 11 Tahun 2020. Dalam pengaturannya, lembaga penempatan tenaga kerja swasta dalam melaksanakan penempatan tenaga kerja wajib mempunyai perizinan berusaha yang diterbitkan oleh pemerintah dengan harus memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Ketiga, terkait tenaga kerja asing (TKA). Sebelumnya, penggunaan TKA telah diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 berikut juga peraturan perundang-undangan di bawahnya. Dalam UU No. 11 Tahun 2020, pasal-pasal terkait penggunaan TKA, antara lain, mengubah bunyi Pasal 42, Pasal 45, Pasal 47, dan Pasal 49 UU No. 13 Tahun 2003. Di samping itu, UU No. 11 Tahun 2020 menghapus Pasal 43, Pasal 44, Pasal 46, dan Pasal 48 UU No.
13 Tahun 2003. Perubahan yang dilakukan adalah menjadikan 2 (dua) pasal menjadi 1 (satu) tanpa mengubah redaksi pada pasal- pasal tersebut. Perubahan yang dilakukan berkaitan dengan kewajiban pemberi kerja yang mempekerjakan TKA untuk memiliki izin tertulis.
Keempat, terkait perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT).
Pasal-pasal di dalam UU No. 13 Tahun 2003 mengenai pengaturan PKWT yang diubah oleh UU No. 11 Tahun 2020, antara lain, Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58, Pasal 59, Pasal 61, serta disisipkannya Pasal 61A. Perubahan yang terjadi berkaitan dengan PKWT di dalam UU No. 11 Tahun 2020 adalah adanya uang kompensasi setelah berakhirya hubungan kerja. Namun, yang menjadi polemik saat ini, perubahan terhadap perpanjangan jangka waktu yang seharusnya 3 (tiga) tahun berubah menjadi 5 (lima) tahun.
Kelima, terkait pengaturan mengenai alih daya (outsourcing). Pasal 66 UU No. 13 Tahun 2003 diubah UU No. 11 Tahun 2020, yaitu mengatur tanggung jawab perusahaan alih daya terhadap hak-hak normatif pekerja.
Keenam, terkait waktu kerja, waktu istirahat, dan cuti. UU No. 11 Tahun 2020 mengubah pasal-pasal di dalam UU No. 13
51 Tahun 2003 yang mengatur tentang waktu kerja, waktu istirahat, dan cuti sebagaimana tercantum pada Pasal 77, Pasal 78, dan Pasal 79.
Ketujuh, terkait upah. Pengaturan tentang upah UU No. 11 Tahun 2020 yang mengubah pengaturan dalam UU No. 13 Tahun 2003, antara lain, pada Pasal 88, Pasal 92, Pasal 94, Pasal 95, dan Pasal 98. UU No. 11 Tahun 2020 menyisipkan beberapa pasal yaitu, Pasal 88A, Pasal 88B, Pasal 88C, Pasal 88D, Pasal 88E, Pasal 90A, Pasal 90B, dan Pasal 92A. Di samping itu, UU No. 11 Tahun 2020 menghapus Pasal 89, Pasal 90, Pasal 91, Pasal 96, dan Pasal 97 UU No. 13 Tahun 2003. Perubahan tersebut terkait, antara lain, menghapus upah minimum sektoral serta mengatur upah minimum untuk usaha mikro, kecil, dan menengah dengan didasarkan pada kesepakatan antara pekerja dengan pengusaha.
Kedelapan, terkait pemutusan hubungan kerja (PHK). UU No. 11 Tahun 2020 mengubah Pasal 151, Pasal 153, Pasal 156, Pasal 157, dan Pasal 160 UU No. 13 Tahun 2003. UU No. 11 Tahun 2020 menyisipkan Pasal 151A, Pasal 154A, dan Pasal 157A. Selain itu, UU No. 11 Tahun 2020 menghapus Pasal 152, Pasal 154, Pasal 155, Pasal 158, Pasal 159, Pasal 161, Pasal 162, Pasal 163, Pasal 164, Pasal 165, Pasal 166, Pasal 167, Pasal 168, Pasal 169, Pasal 170, Pasal 171, dan Pasal 172.
Kesembilan, pengaturan mengenai sanksi pidana dan administratif. UU No. 11 Tahun 2020 mengubah Pasal 185, Pasal 186, Pasal 187, Pasal 188, dan Pasal 190 UU No. 13 Tahun 2003.
Pasal yang disisipkan adalah Pasal 190A. Sementara itu, pasal yang dihapus adalah Pasal 184.
Referensi
Anari, Muhammad Insa. “Omnibus Law Untuk Menata Regulasi Penanaman Modal.” Jurnal Rechtsvinding 9, no. 1 (2020).
DA, Ady Thea. “Mengintip Isi Klaster Ketenagakerjaan UU Cipta Kerja.” Hukumonline. Last modified 2020. Accessed
November 13, 2020.
52
https://www.hukumonline.com/berita/a/mengintip-isi- klaster-ketenagakerjaan-uu-cipta-kerja-lt5fa14c6fd08ab.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. “Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja.” Last modified 2020. Accessed November 11, 2020.
https://dikti.kemdikbud.go.id/wp-
content/uploads/2020/10/Booklet-UU-Cipta-Kerja.pdf.
Poerana, Sigar Aji. “Berbagai Putusan MK Yang Mengubah UU Ketenagakerjaan.” Hukumonline. Last modified 2020.
Accessed November 13, 2020.
https://www.hukumonline.com/klinik/a/berbagai- putusan-mk-yang-mengubah-uu-ketenagakerjaan- lt5078c83ecf921.
Putra, Antoni. “Penerapan Omnibus Law Dalam Upaya Reformasi Regulasi.” Jurnal Legislasi Indonesia 17, no. 1 (2020).
Supriyadi, and Andi Intan Purnamasari. “Gagasan Pembangunan Metode Omnibus Law Dalam Pembentukan Peraturan Daerah.” Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum 15, no. 2 (2021).