• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rasio jari tangan

Rasio jari merupakan perbandingan panjang dari 2 buah jari yang berbeda, yang diukur dari titik tengah pada lipatan paling bawah dimana jari bersendi dengan tangan sampai ujung jari, bukan ujung kuku. Telah lama di ketahui bahwa perkembangan jari tangan kedua dan keempat di dalam kandungan dipicu oleh paparan hormon seks saat itu. Maka rasio panjang jari tangan kedua dan keempat (2D:4D) yang biasa digunakan sebagai sebuah indikator dari paparan testosteron prenatal (Jordan-Steen, 2009). Rasio ini dipertimbangkan menjadi sebuah tanda dari keseimbangan hormon testosteron dan estrogen ketika berada di dalam kandungan (Manning et al., 2014).

Rasio jari memiliki korelasi negatif dengan testosteron prenatal dan korelasi positif dengan estrogen prenatal. Rasio jari rendah (nilainya < 1) terjadi apabila testosteron prenatal yang tinggi dan estrogen prenatal yang rendah sedangkan Rasio jari tinggi (nilainya > 1) ketika testosteron prenatal rendah dan estrogen prenatal tinggi (Manning et al., 2000).

Rasio panjang jari tangan kedua dan keempat (2D:4D) sebagai suatu ciri dimorfik seksual telah diketahui sejak tahun 1888. Laki-laki relatif memiliki jari kedua yang lebih pendek daripada jari keempat. Dikatakan rasio rendah atau lebih maskulin, itu berarti lebih tingginya paparan testosteron prenatal atau lebih sensitif terhadap androgen atau keduanya (Bailey & Hurd, 2004). Begitu pula ditemukan pada etnik Ebira dari Nigeria, laki-laki memiliki jari kedua yang lebih pendek dari jari keempat yang mana berbeda signifikan ketika dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan panjang jari kedua dan keempat pada perempuan kurang lebih sama. Sehingga rasio panjang jari tangan kedua dan keempat (2D:4D) menjadi dimorfik seksual dengan perempuan memiliki rasio yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Ibegbu et al., 2012).

(2)

Gambar 2.1 Pola Rasio Jari Tangan Kanan

Pada tahun 2011, John Manning kembali mempublikasikan teori rasio jarinya. Dia mendeskripsikan bagaimana rasio jari 2D:4D bisa diterima sebagai ukuran keseimbangan antara konsentrasi testosteron dan estrogen prenatal. Terdapat pada artiket yang berjudul sebagai berikut : 'Resolving the role of prenatal sex steroids

in the development of digit ratio'.

Ada 7 elemen kunci di dalam hipotesis John Manning :

1. Rasio jari 2D:4D merupakan hasil dari keseimbangan antara testosteron prenatal dan estrogen prenatal.

2. Rasio jari 2D:4D tinggi merupakan hasil dari rendahnya konsentrasi testosteron atau tingginya konsentrasi estrogen.

3. Rasio jari 2D:4D rendah merupakan hasil dari tingginya konsentrasi testosteron atau rendahnya konsentrasi estrogen.

4. Jari keempat (4D) memiliki reseptor hormon yang lebih banyak daripada jari kedua (2D) sehingga rasio jari 2D:4D paling banyak dipicu oleh perubahan panjang jari keempat (karena konsentrasi hormon prenatal) 5. Penelitian terhadap manusia dan hewan tentang hubungan antara hormon

(3)

kanan.

6. Rasio jari 2D:4D bervariasi sesuai jenis kelamin (laki-laki umumnya memiliki jari keempat lebih panjang dari jari kedua dibandingkan perempuan).

7. Rasio jari 2D:4D berbeda-beda sesuai etnik.

Rasio panjang jari kemudian diketahui berhubungan dengan kesehatan, tingkah laku, dan kondisi psikologis (Nicolas & Jacks, 2012).

2.2 Kecerdasan

2.2.1 Definisi Kecerdasan

Kecerdasan adalah keunggulan atau kesempurnaan perkembangan akal budi, seperti kepandaian, kecermatan, dan ketajaman pikiran. Dalam bahasa Inggris digunakan dua istilah yang maksudnya sama, yaitu intelligence dan quotient (Sumardi, 2000).

Sedangkan menurut Gardner tahun 1983 di dalam Smith (2006), kecerdasan adalah Suatu kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai budaya.

2.2.2 Jenis-jenis kecerdasan

Penelitian tentang kecerdasan oleh seorang ahli psikolog dan ahli pendidikan dari

Harvard Univercity, Howard Gardner dalam bukunya yang berjudul “Frame of The Mind” (1983) di dalam buku Bahaudin tahun 2007 ditulis manusia memiliki

lebih dari 200 cara untuk menjadi cerdas, bukan hanya satu cara saja. Manusia tidak hanya memiliki satu kecerdasan tetapi banyak kecerdasan yang disebut

multiple intelligences. Pada penelitian Gardner yang pertama kali, ditemukan

tujuh macam kelompok kecerdasan dasar lalu kemudian dikembangkan menjadi sepuluh kelompok (Bahaudin, 2007).

(4)

Di dalam buku Bahaudin (2007) dijelaskan secara singkat sepuluh kelompok kecerdasan sebagai berikut :

1. Kecerdasan Interpersonal adalah bagaimana manusia dapat saling memahami satu sama lain yang juga mempengaruhi bagaimana mereka berkomunikasi.

2. Kecerdasan logika/matematika adalah kemampuan untuk memproses secara analistis. Kemampuan ini terkait yang bersifat kuantitatif.

3. Kecerdasan spasial/visual adalah suatu kemampuan dalam membangun gagasan atau model, membayangkna penerapan dan mengubahnya yang semuanya dilakukan di dalam pikirannya.

4. Kecerdasan musical adalah sensitivitas terhadap irama, melodi dan nada. Kemampuan ini baik dalam posisi sebagai pendengar maupun sebagai pelaku, terutama dalam dunia musik.

5. Kecerdasan linguistik/verbal yaitu kemampuan untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya secara jernih baik secara lisan maupun tertulis.

6. Kecerdasan intrapersonal adalah suatu kemampuan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri antara lain dengan melakukan refleksi, merenung mengenai dirinya dan sebagainya.

7. Kecerdasan fisik/tubuh suatu kemampuan dalam melakukan gerakan fisik. 8. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali situasi emosi

dirinya ataupun situasi emosi orang lain dan bereaksi dengan cara yang positif sesuai dengan budaya orang tersebut.

9. Kecerdasan terhadap alam adalah kemampuan menikmati hidup dan berinteraksi dan menyatu dengan alam secara baik.

10. Kecerdasan mengenai eksistensi diri adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami hidup dan kehidupannya, misalnya dalam menjawab pertanyaan apa hidup ini dan kenapa dan untuk apa saya hidup.

Di dalam buku Sumardi (2006) disebutkan pada tahun 2000-an, di kenal ada tiga belas macam kecerdasan. Ketiga belas kecerdasan itu ialah :

(5)

2. Kecerdasan logika (logical-mathematical intelligence) 3. Kecerdasan visual-ruang (visual-spatial intelligence) 4. Kecerdasan raga (bodily-kinesthetic intelligence) 5. Kecerdasan musik (musical intelligence)

6. Kecerdasan sosial (interpersonal intelligence) 7. Kecerdasan pribadi (intrapersonal intelligence) 8. Kecerdasan masak (culiner intelligence)

9. Kecerdasan alam (natural intelligence) 10. Kecerdasan emosi (emotional intelligence) 11. Kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) 12. Kecerdasan keuletan (adversity quotient) 13. Kecerdasan keuangan (financial quotient)

Berdasarkan konsep kecerdasan menurut Gardner, awalnya hanya ada tujuh kecerdasan (kemudian berkembang menjadi delapan) dan disebutnya sebagai kecerdasan majemuk (multiple intelligence) ialah verbal linguistik, logika matematika, kinestetik-jasmani, visual-spasial, musik, antarpribadi, intrapribadi dan naturalis (Smith, 2006).

Seseorang dapat memiliki beberapa kecerdasan sekaligus, hanya saja ada yang menonjol dan ada yang biasa-biasa saja. Sebagai contohnya sebagai berikut :

1. Albert Einstein, memiliki kecerdasan logika dan kecerdasan musik yang menonjol, membuat dia menjadi pemenang hadiah Nobel di bidang fisika tahun 1921 dan tampil bermain biola bersama Orkestra Wina yang prestisius itu (Sumardi, 2006).

2. Taufik Hidayat, atlet idola remaja awal tahun 2000-an merupakan contoh pemuda yang meiliki kecerdasan majemuk yang menonjol, yaitu kecerdasan raga, kecerdasan keuletan, dan kecerdasan logika (Sumardi, 2006).

3. Habibie memiliki 2 jenis kecerdasan yaitu matematik dan music (Pasiak, 2006).

(6)

(Tanuwidjaja, 2009).

5. Oprah Winfrey dan Barrack Obama adalah sosok dengan kecerdasan verbal-linguistik yang tinggi (Tanuwidjaja, 2009).

6. Bill Clinton bangkit untuk menjadi salah satu presiden yang paling dihormati dan disukai di Amerika Serikat karena dia memiliki kecerdasan interpersonal yang memungkinkannya memahami rakyatnya, berhubungan dengan mereka dan memotivasinya. Dia juga memiliki kecerdasan linguistik-verbal yang memungkinkannya menyampaikan pidato yang berbobot, menggetarkan emosi dan persuasif. Akhirnya, dia memiliki kecerdasan logis-matematis yabg relatif kuat yang memungkinkannya menganalisis, manafsirkan dan menyelesaikan masalah (Lwin dkk, 2008). 7. Sir Isaac Newton adalah salah satu intelek ilmiah pertama sepanjang masa.

Newton memberi sumbangan kepada semua cabang matematika, tetapi terutama terkenal karena penyelesaiannya atas masalah kontempirer dalam geometri analitik mengenai penggambaran garis tangent pada kurva (diferensiasi) dan penentuan luas yang dibatasi oleh kurva (integrasi). Newton dipilih menjadi Profesor Matematika di Cambridge University pada 1669 (Lwin dkk, 2008).

2.2.3 Kemampuan verbal dan numerik

Kecerdasan intelektual diperkenalkan oleh Alfred Binet seorang psikologi Perancis pada tahun 1900 mengembangkan alat ukur untuk memprediksi kemampuan siswa sekolah dasar di Paris. Kemudian dikembangkanlah berbagai tes lain seperti Scholastic Achievement Test (SAT). Tes ini mendasarkannya pada matematik dan kemampuan verbal seseorang (Bahaudin, 2007).

Dalam Sunaryo (2004), bakat didefinisikan sebagai taraf kecerdasan individu yang bersifat khusus dalam bidang atau pekerjaan tertentu. Menurut Guilford ada 3 dimensi faktor bakat, yaitu :

a. Dimensi perseptual : kemampuan di dalam melakukan persepsi yang mencakup kepekaan indra, perhatian, orientasi ruang, dan waktu, dan kecepatan persepsi.

(7)

b. Dimensi psikomotor : mencakup kekuatan, impuls, kecepatan gerak, kecermatan, dan koordinasi.

c. Dimensi intelektual : mencakup ingatan, pengenalan, berpikir dan evaluatif.

Kecerdasan itu menjadi dasar umum untuk berkembangnya bakat-bakat yang ada pada manusia (Fudyatanta, 2004). Bakat terkait dengan kemampuan khusus seseorang untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Bakat berasal dari faktor bawaan dan lingkungan. Inteligensi merupakan kemampuan umum seseorang sedangkan bakat merupakan kemampuan yang bersifat khusus. Tes bakat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan seseorang berhasil dalam bidang-bidang tertentu. Tes bakat, termasuk tes seri multipel bakat yang merupakan sejumlah tes yang dipakai untuk mengukur berbagai macam bakat seseorang, tidak hanya satu bakat saja. Misalnya tes seri FACT (Flanagan

Aptitude Classification Test), yang terdiri dari 14 subtes bakat, mulai dari bakat

untuk menjadi juru ketik sampai bakat teknik-insinyur. FACT disusun oleh Jc Flanagan dari USA (Fudyatanta, 2004).

Di dalam Fudyatanta (2004) terdapat bermacam-macam seri multipel bakat diantaranya yaitu :

a. Differential Aptitude Tes (DAT) b. General Aptitude Tes Battery (GATB)

c. Flanagan Aptitude Slassification Test (FACT) d. Academic Promise Tests (APT)

e. Flanagan Industrial Tests (FIT) f. Guilford-Zimmerman Aptitude Survey g. Nonreading Aptitude Test Battery (NATB) h. SRA Primary Mental Abilities

(8)

Berikut pembahasan dari beberapa jenis tes di atas :

1. Tes Perbedaan Bakat - Differential Aptitude Tests (DAT)

Tes ini disusun oleh : George K. Bennett, Harold G. Seashore, Aleander G. Wesman. Tes ini dibuat karena keterbatasan tes kecerdasan yang mendapatkan hasil skor tunggal. DAT terdiri dari 7 subtes, yaitu :

a. Tes Penalaran Verbal - Verbal Reasoning b. Tes Kemampuan Numerik - Numerikal Ability c. Tes Penalaran Abstrak - Abstract Reasoning

d. Tes Relasi Spasial - Space Relation

e. Tes Penalaran Mekanik - Mechanical Reasoning

f. Tes Keakuratan-Kecepatan Klerika - Clerical Speed and Acuracy g. Tes Penggunaan Bahasa - Languange Usage (Spelling and Sentences)

2. Seri Tes Bakat Umum – General Aptitude Tes Battery (GATB)

GATB dikembangkan oleh United State Employment Service (USES). Tes GATB banyak dipakai para konselor untuk bimbingan kerja karyawan. GATB terdiri 12 macam subtes, yakni :

a. Tes Perbandingan Nama b. Tes Komputasi (Perhitungan) c. Tes Tiga Dimensi

d. Tes Perbendaharaan Kata e. Tes Memasangkan Alat f. Tes Aritmatik

g. Tes Memasangkan Bentuk (matching form) h. Tes Membuat Tanda (mark making)

i. Tes Meletakkan (place test) j. Tes Membalik (turn test) k. Tes Merakit (asembeling) l. Tes Mengurai (diasembel)

(9)

2.2.3.1 Kemampuan verbal

Kecerdasan verbal mengacu pada kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca, dan menulis (Lwin et al., 2008)

Istilah lain yang biasa digunakan yaitu kecerdasan linguistik, adalah kecerdasan dalam mengolah kata. Ini adalah kecerdasan para jurnalis, juru cerita, penyair dan pengacara. Jenis pemikiran inilah yang menghasilkan King Lear karya Shakespeare, Odyssey karya Homerus, dan Kisah Seribu Satu Malam dari Arab.Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Mereka mahir dalam hal-hal kecil, sebab mereka mampu mengingat berbagai fakta. Mereka gemar sekali membaca, dapat menulis dengan jelas, dan dapat mengartikan bahasa tulisan secara luas. Bisa jadi mereka adalah ahli sastra (Armstrong, 2002).

Akan tetapi, kecerdasan bermain kata-kata merupakan aset di setiap bidang lain juga. Misalnya, dokter harus berkomunikasi dengan pasiennya, pengusaha harus bernegosiasi dan menulis laporan, sedangkan komandan tentara harus mengilhami anak buahnya. Beberapa orang terkenal yang memiliki kemampuan ini adalah Sir Winston Churchill, Larry King, John F. Kennedy dan Martin Luther King (Lwin

et al., 2008).

Di dalam Armstrong (2002), secara sederhana kita dapat memeriksa kecerdasan apa yg paling menonjol dalam diri kita. Berikut adalah daftar periksa untuk kecerdasan verbal/linguistik :

a. Buku sangat penting bagi saya.

b. Saya dapat mendengar kata-kata di kepala saya sebelum saya membaca, berbicara, atau menuliskannya.

c. Saya mendapatkan lebih banyak hal dari mendengarkan radio atau kaset yang banyak berisi kata-kata daripada televisi atau film.

(10)

d. Saya tidak mengalami kesulitan dalam permainan kata seperti Scrabble, Anagrams, atau Password.

e. Saya senang menghiburdiri sendiri atau orang lain dengan lelucon, sajak lucu-lucuan, atau permainan kata.

f. Kadang-kadang orang lain terpaksa berhenti dan meminta saya untuk menjelaskan makna kata yang saya gunakan dalam tulisan atau pembicaraan saya.

g. Ketika bersekolah, saya menganggap pelajaran bahasa, studi sosial, dan sejarah lebih mudah daripada matematika dan ilmu alam.

h. Kalau saya berkendaraan di jalan bebas hambatan, saya lebih memperhatikan kata-kata yang tertulis di papan reklame daripada memperhatikan pemandangan.

i. Dalam percakapan, saya sering mengungkapkan segala sesuatu yang pernah saya baca atau dengar.

j. Akhir-akhir ini saya menulis sesuatu yang amat saya banggakan atau yang membuat saya mendapat pengakuan dari orang lain.

2.2.3.2 Kemampuan numerik

Kecerdasan matematis-logis adalah kemmapuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah (Lwin et al., 2008).

Kecerdasan logis-matematis adalah kecerdasan dalam hal angka dan logika. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemogram komputer. Newton menemukan kecerdasan ini ketika menemukan kalkulus. Demikian pula dengan Einstein ketika ia menyusun teori relatifitasnya. Ciri-ciri orang yang cerdas secara logis-matematis mencakup kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, dan pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional (Armstrong, 2002)

(11)

Berikut adalah daftar periksa untuk melihat apakah seseorang tersebut berbakat di bidang logis-matematis/numerik :

a. Dengan mudah saya dapat menghitung angka-angka dalam benak saya. b. Matematika dan atau sains merupakan mata pelajaran favorit saya di sekolah. c. Saya suka melakukan permainan atau memecahkan soal yang menuntut

pemikiran logis.

d. Saya suka mengadakan percobaan kecil "Bagaimana seandainya" (misalnya, "Bagaimana seandainya saya melipatduakan jumlah air yang saya tuangkan ke rumpun mawar di halaman rumah setiap minggunya?").

e. Saya selalu mencari pola keteraturan, atau urutan logis dari segala sesuatu. g. Saya menaruh minat pada perkembangan baru dalam sains.

h. Saya berpendapat bahwa hampir segala sesuatu mempunyai penjelasan yang masuk akal.

h. Kadang-kadang saya berpikir dalam konsep yang jelas, abstrak, tanpa kat, tanpa gambar.

i. Saya sering menemukn salah penalaran dalam segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan orang di rumah maupun di tempat kerja.

j. Saya merasa lebih nyaman bila segala sesuatu sudah diukur, dikelompokkan, dianalisis, atau dikuantifikasikan dengan cara tertentu.

2.3 Hubungan rasio jari tangan dan kemampuan verbal dan numerik Penelitian tentang rasio jari tangan dan kemampuan verbal dan numerik telah dimulai sejak lama. Di dalam Luxen (2005), dinyatakan Jensen (1998) telah menemukan bahwa rasio 2D:4D memiliki korelasi positif dengan tingkat kemampuan verbal tetapi korelasi negatif dengan kemampuan numerik.

Sedangkan pada penelitian Marc F. Luxen dan Bram P. Buunk yang dilakukan pada tahun 2005 dengan sampelnya orang Belanda sebanyak 81 orang, dengan rata-rata usia 20 tahun mendapatkan hasil sama, yaitu adanya korelasi negatif dengan kemampuan numerik dan korelasi positif dengan kemampuan verbal tetapi hanya terdapat hubungan pada jari tangan kanan saja, sedangkan yang kiri tidak ditemukan adanya hubungan.

(12)

Selanjutnya pada tahun 2006, Bernhard Fink, Helen Brookes, Nick Neave, John T. Manning, dan David C. Geary juga melakukan penelitian dengan jumlah sampel 73 orang. Rata-rata usia sampelnya yaitu 6-11 tahun. Sampel berasal dari UK dan Austria. Hasil penelitian ini ialah terdapat korelasi negatif antara rasio 2D:4D dengan kemampuan numerik pada kedua tangan kanan maupun kiri tetapi hanya terdapat pada jenis kelamin laki-laki saja.

Gambar

Gambar 2.1 Pola Rasio Jari Tangan Kanan

Referensi

Dokumen terkait

Pada sistem yang lama pengolahan data penggunaan dana operasional masih dilakukan dengan menggunakan personal komputer, sehingga memerlukan waktu yang relatif lama

Konsep gaya hidup dapat membantu pemasar memahami nilai konsumen yang berubah dan bagaimana juga gaya hidup mempengaruhi perilaku pembelian, sehingga untuk mengetahui bagaimana

nya dapat dilakukan sotelah terdapat keputuoan hukuman dioiplin pemberhentian oebagai Pegawai Negeri Sipil ber- daBarkan Peraturan Pemorintali ncraor 30 tahun 1900 yang.

3) garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, b dan c, perlu menetapkan Peraturan Bersama Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bupati Bantul tentang

Hasil Penelitian menunjukan, bahwa berdasarkan konsepnya, leksem-leksem yang mengandung medan makna rasa bahasa Moronene tidak selalu diungkapkan dengan sebuah

Tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana bagian interne Rumah Sakit “X” antara lain, memberikan obat dengan takaran yang tepat sesuai dengan arahan dokter bagi para

5. tindak lanjut atas evaluasi.. Pemenuhan kebijakan oleh Unit Kerja dengan mengacu pada. ketentuan peraturan perundang-undangan di