• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Edukasi Saintifik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Edukasi Saintifik"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Efektivitas Pelaksanaan Workshop Teknologi Informasi Pembelajaran terhadap Peningkatan Kompetensi Profesional

Guru Madrasah Ibtidaiyah Nur’aeni T. Rasyidi

Madrasah Ibtidaiyah DDI Ance, Indonesia

Corresponding Author. Email: wahyuddinrauf89@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini mengangkat masalah pokok tentang bagaimana efektivitas workshop Teknologi Informasi (TI) pembelajaran terhadap peningkatan kompetensi profesional guru di MI DDI Ance Kabupaten Barru. Dengan tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas workshop TI Pembelajaran terhadap peningkatan kompetensi profesional guru di MI DDI Ance Kabupaten Barru. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian pre-eksperimen model pre-test post-test one group design. Sampel penelitian adalah 9 orang guru MI DDI Ance Kab. Barru, dengan analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan uji hipotesis (uji t). Hasil penelitian menunjukkan kategori pemahaman guru sebelum tentang TI pembelajaran dengan kategori yang sangat baik tidak ada, kategori baik sebanyak 1 responden atau 11%, kategori cukup sebanyak 5 responden atau 56%, kurang 2 responden atau 22 %, dan sangat kurang ada 1 responden atau 11%. Pada kegiatan sesudah workshop TI, pemahaman guru pada kategori sangat baik sebanyak 5 responden atau 56%, kategori baik sebanyak 3 responden atau 33%, sedang 1 responden atau 11% berada pada kategori cukup, untuk kategori kurang dan sangat kurang tidak ada. Dan pada taraf 5% atau 0,050, adalah 2,26. Maka dapat diketahui bahwa: ttabel 2,26< t0 12,6. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan workshop TI pembelajaran efektif dalam meningkatkan kompetensi profesional guru MI DDI Ance Kab. Barru.

Kata Kunci: kompetensi, profesional, workshop, teknologi informasi

Pendahuluan

Guru merupakan salah satu aspek terpenting dari pendidikan, tanpa guru tidak akan terjadi proses pendidikan. Oleh karena itu, guru menjadi tulang punggung lahirnya out put pendidikan yang berkualitas dan memiliki daya saing secara global. Dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya, guru sebagai profesi menyandang persyaratan tertentu sebagaimana tertuang di dalam Undang-Undang RI. Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Dalam pasal 39 (1) dan (2) dinyatakan bahwa “Guru merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melaksanakan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”.

Guru sebagai tenaga profesional di bidang kependidikan, di samping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis (Cheng, 2017; Yasmin, Sohail, Sarkar, & Hafeez, 2017). Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar-mengajar.

(2)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 20 Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam pelaksanaan tugas belajar mengajar di sekolah adalah penguasaan TI (Teknologi Informasi) dalam proses belajar mengajar di sekolah. Menurut Fauzi (2008) dan Deb (2014) bahwa teknologi Informasi (Information technology) adalah yang memanfaatkan komputer sebagai perangkat utama untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat.

Penguasaan TI saat ini sudah menjadi keniscayaan bagi guru profesional. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi yang sangat massif dan sudah merambah seluruh sektor kehidupan termasuk di sekolah (Sulisworo & Suryani, 2014; Webb, Gibson, &

Forkosh‐Baruch, 2013). Guru yang tidak menguasai TI akan ketinggalan zaman dan dapat dipastikan tidak akan mampu mengikuti perkembangan pembelajaran yang sudah memasuki fase digital media.

Hampir seluruh media pendidikan sudah tersaji dalam bentuk digital yang dapat diakses dan dimanfaatkan dalam ruang-ruang kelas. Pun dalam hal dokumentasi dan administrasi guru, saat ini sudah memasuki proses digitalisasi, seluruhnya terintegrasi dalam satu sistem (one server system). Pemerintah saat ini juga telah memasukkan kemajuan TI dalam pendidikan seperti data yang terintegrasi misalnya penggunaan sistem DAPODIK, PUPNS, Pajak online, dan sebagainya. Semuanya tentu membutuhkan kemampuan TI dari para guru sebagai subjek langsung dari kemajuan teknologi pendidikan.

Khususnya dalam konteks pembelajaran, guru wajib menyediakan media pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa memahami apa yang mereka pelajari. Saat ini pembuatan media pembelajaran sudah menggunakan kemampuan TI yang baik sehingga siswa dapat merasa nyaman dan tertarik dalam belajar, di sinilah pentingnya penguasaan TI pembelajaran bagi guru sekaligus menunjukkan sikap profesionalnya.

Menurut Fauzi (2008) dan Deb (2014) teknologi informasi (information technology) adalah yang memanfaatkan komputer sebagai perangkat utama untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat. Menurut John (2013) teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi.

Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan (Pan & Seow, 2016;

Pegu, 2014).

Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, system jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global (Burbules & Callister, 2018). Arti teknologi informasi bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan. Pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pendidikan sudah merupakan kelaziman. Membantu menyediakan komputer dan jaringan yang menghubungkan rumah murid dengan ruang kelas, guru, dan administrator sekolah. Semuanya dihubungkan ke internet, dan para guru dilatih menggunakan komputer pribadi.

(3)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 21 Teknologi Informasi memiliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:

1. Teknologi berfungsi sebagai alat (tools), dalam hal ini TIK digunakan sebagai alat bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat database, membuat program administratif untuk siswa, guru dan staf, data kepegawaian, keuangan dan sebagainya.

2. Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa. Misalnya teknologi komputer dipelajari oleh beberapa jurusan di perguruan tinggi seperti informatika, manajemen informasi, ilmu komputer. Dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran TIK sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasai siswa semua kompetensinya.

3. Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy). dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini komputer telah diprogram sedemikian rupa sehingga siswa dibimbing secara bertahap dengan menggunakan prinsip pembelajaran tuntas untuk menguasai kompetensi. Dalam hal ini posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai fasilitator, motivator, transmitter, dan evaluator.

Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam manajemen dunia pendidikan, berdasar studi tentang tujuan pemanfaatan TI di dunia pendidikan (Nashruddin & Tanasy, 2021; Scherer, Siddiq, & Tondeur, 2019), diketahui beberapa tujuan dari pemanfaatan TI dalam bidang pendidikan, yaitu:

1. Memperbaiki competitive positioning 2. Meningkatkan brand image

3. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran 4. Meningkatkan kepuasan siswa

5. Meningkatkan pendapatan 6. Memperluas basis siswa

7. Meningkatkan kualitas pelayanan 8. Mengurangi biaya operasi

9. Mengembangkan produk dan layanan baru

Kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Kata “profesional” berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Grimmett, Forgasz, Williams, & White, 2018). Dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya bidangnya (Arisandi & Vanissa, 2020).

(4)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 22 Yang dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus menguasai landasan-landasan kependidikan (Cochran-Smith, Grudnoff, Orland-Barak, & Smith, 2020). Kompetensi profesionalisme guru berhubungan dengan kompetensi yang menuntut guru untuk ahli di bidang pendidikan sebagai suatu pondasi yang dalam melaksanakan profesinya sebagai seorang guru profesional (Lee, Mojica, & Lovett, 2020). Karena dalam menjalankan profesi keguruan, terdapat kemampuan dasar dalam pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap ang tepat tentang lingkungan belajar mengajar dan mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.

Namun, di lapangan sepanjang pengetahuan peneliti, guru masih kurang dalam penggunaan TI, kemampuan guru masih rendah, termasuk di Madrah Ibtidaiyah (MI) DDI Ance. Hal ini sudah menjadi rahasia umum, rendahnya kemampuan guru dalam pelaksanaan TI pembelajaran. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana efektivitas workshop TI Pembelajaran terhadap peningkatan kompetensi profesional guru di MI DDI Ance Kabupaten Barru.

Metode Penelitian

Lokasi penelitian adalah Madrasah Ibtidaiyah DDI Ance yang beralamat di Jalan poros Barru-Makassar Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian pre-eksperimen yang mengkaji tentang efektivitas perlakuan/ treatment berupa workshop TI Pembelajaran dalam meningkatkan kompetensi profesional guru dengan model pre-test post-test one group design yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok tanpa kelompok pembanding (Sugiyono, 2013). Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel x dan y, variabel x adalah Workshop TI pembelajaran, dan variabel y adalah kompetensi profesional guru. Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut:

O1 X O2

Keterangan:

O1 = Pengukuran pertama subjek penelitian sebelum perlakuan X = Treatment atau perlakuan pada subjek penelitian

O2 = Pengukuran pertama subjek penelitian setelah perlakuan

Untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran dan meluasnya cakupan penelitian, maka dibuatlah definisi operasional penelitian sebagai berikut:

1. Workshop TI pembelajaran adalah kegiatan berupa pelatihan dengan materi Teknologi Informasi.

2. Kompetensi profesional guru adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya, termasuk pemanfaatan TIK untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Data populasi penelitian ini adalah seluruh guru Madrasah Ibtidaiyah DDI Ance yang berjumlah 9 orang. Mengingat populasi penelitian yang sedikit, maka pengambilan sampel

(5)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 23 berdasarkan seluruh jumlah populasi atau disebut dengan sampel jenuh. Sehingga sampel penelitian ini adalah 9 sampel.

Adapun tahap pelaksanaan workshop sebagai treatment sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan. Persiapan worshop TI pembelajaran di MI DDI Ance dimulai dari penentuan waktu yang tepat, tanpa mengganggu pembelajaran.

b. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama 3 kali pertemuan, setiap pertemuan akan dipandu dan dibimbing langsung oleh pemateri yang kompeten dalam bidang TI.

Teknik pengumpulan data menggunakan pengumpulan triangulasi data yaitu tes, dokumentasi, dan observasi. Ketiga cara ini akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Tes

Instrumen penelitian ini adalah tes yang berjumlah 30 nomor dengan memuat 4 aspek, yaitu pengetahuan word, exel, power point, dan aplikasi pembuatan soal. Setiap pertanyaan memiliki bobot yang sama yaitu setiap jawaban yang benar berbobot 10.

2. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data berupa semua dokumen pendukung yang ditujukan pada subjek penelitian. Dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dokumen dari sekolah tempat penelitian berupa data-data guru, foto kegiatan, dan data administrasi lainnya.

3. Observasi

Observasi adalah aktivitas yang dilakukan terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, atau untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.

Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran pelaksanaan kegiatan workshop sebagai treatment sebelum dan setelah kegiatan. Guna memperoleh gambaran tingkat pemahaman guru terhadap materi sebelum (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest) berupa workshop TI Pembelajaran, maka untuk keperluan tersebut, maka dibuatkan tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Hasil dan Pembahasan

Untuk mengetahui gambaran pemahaman guru terhadap materi TI pembelajaran sebelum dan setelah kegiatan/ treatment berupa workshop TI, maka digunakan analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif adalah analisis statistik yang digunakan untuk menganalisis data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi, maka berikut ini akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang diklasifikasikan dalam 5 (lima) kategori, yaitu; tingkat sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang.

Setelah dilakukan tabulasi frekuensi dan persentase maka dapat diketahui bahwa kategori pemahaman atau pengetahuan guru tentang TI pembelajaran dengan kategori yang sangat baik tidak ada, kategori baik sebanyak 1 responden atau 11%, kategori cukup sebanyak 5 responden atau 56%, kurang 2 responden atau 22 %, dan sangat kurang ada 1 responden atau 11 %.

(6)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 24 Selanjutnya sesuai dengan nilai persentase tertinggi yang diperoleh sebesar 56% yang berada pada interval 47-57. Hal ini berarti bahwa pemahaman guru tentang TI pembelajaran sebelum dilakukan workshop TI pembelajaran berada pada kategori cukup.

Setelah diberikan perlakuan berupa workshop TI pembelajaran dengan sebanyak 3 kali pertemuan, terlihat bahwa pemahaman guru sebagai subjek mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari pemahaman tentang TI pembelajaran pada kategori sangat baik sebanyak 5 responden atau 56%, kategori baik sebanyak 3 responden atau 33%, sedang 1 responden atau 11% berada pada kategori cukup, untuk kategori kurang dan sangat kurang tidak ada.

Selanjutnya sesuai dengan nilai persentase tertinggi yang diperoleh sebesar 56% yang berada pada interval 70-82. Hal ini berarti bahwa pemahaman guru tentang TI pembelajaran setelah dilakukan workshop TI pembelajaran berada pada kategori sangat baik.

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan tes “t” untuk menguji dua hipotesis yaitu:

a. Ha (Hipotesis alternatif) yang berbunyi “Ada perbedaan peningkatan kompetensi profesional guru MI DDI Ance setelah pelaksanaan workshop TI (Teknologi Informasi).”

b. H0 yang berbunyi “Tidak ada perbedaan peningkatan kompetensi profesional guru MI DDI Ance setelah pelaksanaan workshop TI (Teknologi Informasi).” Untuk keberartian penelitian maka yang akan diuji adalah H0 atau hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada perbedaan, atau pengaruh.

Adapun langkah-langkah uji hipotesis dimulai dengan melakukan tabulasi pada nilai variabel X dan Y berupa hasil pretest dan posttest Setelah melakukan uji t diketahui bahwa hasilnya adalah t0 =12,6. yang selanjutnya akan dihitung df atau db-nya dengan ketentuan df atau db = N-1 = 9-1 = 8. Dengan df = 8 setelah dikonsultasikan pada tabel nilai “ttabel”, pada taraf 5% atau 0,050, adalah 2,3. Maka dapat diketahui bahwa: ttabel 2,3 < t0 12,6

Karena t0 lebih besar daripada ttabel maka hipotesis nihil (H0) ditolak ini berarti bahwa ada perbedaan peningkatan kompetensi profesional guru MI DDI Ance setelah dilakukan workshop TI pembelajaran. Dengan demikian, pelaksanaan workshop TI pembelajaran efektif dalam meningkatkan kompetensi profesional guru MI DDI Ance Kab. Barru.

Peningkatan kompetensi guru adalah hal mutlak bagi seorang guru profesional.

Kemampuan guru dalam mengorganisir pembelajaran, menguasai materi dan kemampuan menguasai TIK (Teknologi Informasi Komunikasi) merupakan kompetensi profesional yang wajib ditingkatkan oleh guru.

Penguasaan TI pembelajaran adalah salah satu contoh penerapan kompetensi profesional guru. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, maka guru yang tidak memiliki kemampuan TI akan menjadi marginal dalam konteks globalisasi, tidak akan mampu bersaing dan akan menjadi sumber daya manusia yang rendah kualitasnya. Oleh karena itu, disamping sebagai tuntutan zaman, peningkatan kualitas guru dalam penguasaan TI khususnya TI pembelajaran sudah menjadi keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi bagi seorang guru.

Pada penelitian ini, ide dasar dari masalah kurangnya kemampuan guru dalam TI pembelajaran khususnya di MI DDI Ance Kab. Barru telah melahirkan penelitian pre- eksperimen dengan membuat perlakuan khusus yang berupa workshop TI pembelajaran yang dilakukan pada guru-guru MI DDI Ance Kab. Barru. Hasil penelitian menunjukkan adanya

(7)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 25 perubahan pemahaman terhadap materi TI pembelajaran sesudah dilakukan posttest di mana nilai posttest setelah dideskripsikan berada pada kategori sangat baik.

Hal ini juga mengindikasikan adanya signifikansi pada uji hipotesis yang menemukan jawaban bahwa ada perbedaan peningkatan kompetensi profesional guru MI DDI Ance setelah dilakukan workshop TI pembelajaran. Dengan demikian, pelaksanaan workshop TI pembelajaran efektif dalam meningkatkan kompetensi profesional guru MI DDI Ance Kab.

Barru.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan workshop TI pembelajaran efektif dalam meningkatkan kompetensi profesional guru MI DDI Ance Kab.

Barru. Hal ini dapat dilihat dari deskripsi pemahaman guru terhadap materi TI pembelajaran melalui posttest dan pretest. Pada pretest nilai persentase tertinggi yang diperoleh sebesar 56% yang berada pada kategori cukup. Pada posttest atau setelah perlakuan diketahui bahwa nilai persentase tertinggi yang diperoleh sebesar 56% berada pada kategori sangat baik. Pada uji hipotesis diketahui bahwa nilai ttabel 2,3 lebih kecil daripada nilai t0 12,6, yang berarti Hipotesis nihil (H0) ditolak sehingga jelaslah adanya perbedaan peningkatan kompetensi profesional guru MI DDI Ance setelah dilakukan perlakuan berupa workshop TI pembelajaran.

Daftar Pustaka

Arisandi, A., & Vanissa, R. (2020). Motivational Factors to Become EFL Teachers. JELITA, 1(2), 1-11.

Burbules, N. C., & Callister, T. A. (2018). Watch IT: The risks and promises of information technologies for education. New York: Routledge.

Cheng, E. C. K. (2017). Managing school-based professional development activities.

International Journal of Educational Management, 31(4), 445-454. doi:

https://doi.org/10.1108/IJEM-02-2016-0042

Cochran-Smith, M., Grudnoff, L., Orland-Barak, L., & Smith, K. (2020). Educating teacher educators: International perspectives. The New Educator, 16(1), 5-24.

Deb, S. (2014). Information technology, its impact on society and its future. Advances in Computing, 4(1), 25-29.

Fauzi, A. (2008). Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Graha Ilmu.

Grimmett, H., Forgasz, R., Williams, J., & White, S. (2018). Reimagining the role of mentor teachers in professional experience: Moving to I as fellow teacher educator. Asia- Pacific Journal of Teacher Education, 46(4), 340-353.

John, S. P. (2013). Influence of computer self-efficacy on information technology adoption.

International Journal of Information Technology, 19(1), 1-13.

Lee, H. S., Mojica, G. F., & Lovett, J. N. (2020). Examining How Online Professional Development Impacts Teachers' Beliefs about Teaching Statistics. Online Learning, 24(1), 5-27.

(8)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 26 Nashruddin, N., & Tanasy, N. (2021). School Policies on the Use of Android Devices in Students Learning Activities during the Covid-19 Pandemic Condition. Lembaran Ilmu Kependidikan, 50(1), 66-73.

Pan, G., & Seow, P. S. (2016). Preparing accounting graduates for digital revolution: A critical review of information technology competencies and skills development. Journal of Education for business, 91(3), 166-175.

Pegu, U. K. (2014). Information and communication technology in higher education in india:

Challenges and opportunities. International Journal of Information and Computation Technology, 4(5), 513-518.

Scherer, R., Siddiq, F., & Tondeur, J. (2019). The technology acceptance model (TAM): A meta-analytic structural equation modeling approach to explaining teachers’ adoption of digital technology in education. Computers & Education, 128, 13-35.

Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R &

D. Jakarta: Erlangga.

Sulisworo, D., & Suryani, F. (2014). The effect of cooperative learning, motivation and information technology literacy to achievement. International Journal of Learning &

Development, 4(2), 58-64.

Webb, M., Gibson, D., & Forkosh‐Baruch, A. (2013). Challenges for information technology supporting educational assessment. Journal of Computer Assisted Learning, 29(5), 451- 462.

Yasmin, M., Sohail, A., Sarkar, M., & Hafeez, R. (2017). Creative methods in transforming education using human resources. Creativity Studies, 10(2), 145-158.

Referensi

Dokumen terkait

dan tidak memberikan makanan kepada seorang brahmana atau seorang pertapa; kamu harus. mengenali dia

Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukan rata-rata tingkat nyeri pada kelompok intervensi yang diberikan distraksi visual saat dilakukan pemasangan infus adalah 5.95

wisatawan yang beranggapan bahwa infrastruktur di Objek wisata Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas sudah memadai tetapi banyak wisatawan juga yang

Apabila perusahaan menerapkan semua indikator Good corporate governance dengan baik maka kemungkinan manajemen laba yang dilakukan akan semakin rendah.. Perusahaan yang

Selain itu bagi akademisi dapat digunakan sebagai informasi untuk penelitian lebih lanjut terkait dengan pemanfaatan bahan alami yang dapat dipergunakan sebagai bahan

Terdapat peningkatan insidens kanker payudara pada usia kurang dari 40 tahun, dimana pada usia tersebut jaringan payudaranya lebih padat, sehingga akan semakin

Salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa menghubungkan topik satu dengan topik lain dalam matematika atau menghubungkan matematika dengan bidang ilmu

5) melaporkan hasil pelaksanaan wasrik yang menjadi tugas dan kewajibannya kepada Irjen TNI; dan.. 6) Irops dibantu oleh empat orang Inspektur Utama yang