• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Kewirausahaan dan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Konsep Kewirausahaan dan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Konsep Kewirausahaan dan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah

Posted on 29 Juni 2011

A. Konsep Kewirausahaan

Kewirausahaan Sampai saat ini konsep kewirausahaan masih terus berkembang. Kewirausahan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya.

Seseorang yang memiliki karakter wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya. Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5), “An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resources to capitalze on those opportunities”.

Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan. Intinya, seorang wirausaha adalah orang-orang yang memiliki karakter wirausaha dan mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam hidupnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah orang-orang yang memiliki jiwa kreativitas dan inovatif yang tinggi dalam hidupnya.

Dari beberapa konsep di atas menunjukkan seolah-olah kewirausahaan identik dengan kemampuan para wirausaha dalam dunia usaha (business). Padahal, dalam kenyataannya, kewirausahaan tidak selalu identik dengan karakter wirausaha semata, karena karakter wirausaha kemungkinan juga dimiliki oleh seorang yang bukan wirausaha. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintahan (Soeparman Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997).

Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001). Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996:51), nilai tambah tersebut dapat diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:

Pengembangan teknologi baru (developing new technology), 1.

Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge), 2.

AKHMAD SUDRAJAT: TENTANG PENDIDIKAN

(2)

Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing products or services), 3.

Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer resources).

4.

Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran pengusaha kecil, namun sebenarnya karakter wirausaha juga dimiliki oleh orang-orang yang berprofesi di luar wirausaha. Karakter kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun profesinya.

Dengan demikian, ada enam hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu:

Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994)

1.

Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997)

2.

Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.

3.

Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker, 1959) 4.

Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha (Zimmerer, 1996)

5.

Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.

6.

Berdasarkan keenam pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah nilai-nilai yang membentuk karakter dan perilaku seseorang yang selalu kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo(1999), memberikan ciri-ciri seseorang yang memiliki karakter wirausaha sebagai orang yang (1) percaya diri, (2) berorientasi tugas dan hasil, (3) berani mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan, dan (6) keorisinalan.

Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya.

B. Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah

Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan

(3)

dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek.

1. Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran

Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku.

Langkah ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.

Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat ditanamkan pada peserta didik.

Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, maka penanaman nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu penanaman nilainilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara memilih sejumlah nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata pelajaran.

Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai pokok tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam) nilai pokok yaitu: mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras.

Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan menambahkan satu kolom dalam silabus untuk mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan. Sedangkan cara menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang sudah ada dengan menambahkan pana materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan.

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.

(4)

Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup didalamnya.

Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SKdan KD kedalam silabus.

Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.

Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam RPP.

2. Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

3. Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri

Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.

Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.

Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya.

Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll)

4. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik

(5)

Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga kompetansi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum SMA, pada mata pelajaran ekonomi ada beberapa Kompetensi Dasar yang terkait langsung dengan pengembangan pendidikan kewirausahaan. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.

5. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar

Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan k egiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti. Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun evaluasi.

6. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kutur Sekolah

Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah.

Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di lngkungan sekolah).

7. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal

Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang berada di ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan.

Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan integrasi pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan ini, RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya MULOK memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun RPP MULOK yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi

(6)

>>> berbagi di : 0

Tentang AKHMAD SUDRAJAT

=Ω= seorang praktisi pendidikan di Kabupaten Kuningan yang sedang belajar menjadi diri sendiri =Ω=

Lihat semua tulisan oleh AKHMAD SUDRAJAT →

RPP MULOK yang sudah ada dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.

===========

Sumber: Adaptasi dan disarikan dari:

Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010. Pengenbangan Pendidikan Kewirausahaan; Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta.

This entry was posted in PSIKOLOGI PENDIDIKAN and tagged Artikel, Berita, Info, News, Opini, Pembelajaran, Pendidikan Indonesia, Pengetahuan. Bookmark the permalink.

14 Responses to Konsep Kewirausahaan dan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah

lebahcommunity says:

20 Maret 2012 pukul 21:32

learning is fun and life time

entrepreneur adalah bekal hidup dunia yang harus dipersiapkan sejak dini

dengan ditambahkan pendidikan karakter(baca: akhlaq karimah) Insya Allah, murid akan siap menghadapi dunia global beserta kerumitannya.

saya punya harapan, suatu saat mempunyai sekolah yang mengajarkan pendidikan agama beserta life skill wirausaha, sehingga terwujud generasi yang bermanfaat dan bermartabat

muhammad arifin

Balas

muhammad rapii says:

4 Maret 2012 pukul 20:43

kewirausahaa itu merupakan usaha sadar yang dulakukan seseorang, dengan jiwa yang kereatif, inovatif dan berdaya saing (penomena perilaku yang berdasarkan mental),,,jika ditinjau dari aspek-aspek pengembangan pendidikan (apektif, kognitif, dan skills) maka ini perlu ditanamkan dan dikembangkan lewat dunia pendidikan,,ketika anak sudah selsi dalam jenjang

(7)

pendidikan tidak hanya untuk berharap menjadi pegawi negri, bahkan mampu berkarya dan dapat menciptakan lapangan kerja sendiri,

Balas

RIZAL says:

2 Maret 2012 pukul 01:12

bpk/ibu/mas/mb dll…..

saya minta saran, model belajar apa ya agar di perguruan tinggi senang berwirausaha?

karena saya skripsi mau mengajukan judul ini.

tolong di share izzal.ahmad03 @yahoo.co.id

terimakasih

Balas

dania says:

13 Januari 2012 pukul 00:16

saya mahasiswa..saya saat ini sedang mengajukan skripsi berkaitan dengan kewirausahaan untuk smk.. tp ketika saya mengajukan judul..tanpa di lihat,tanpa di baca dosen saya hanya berkata.. “anak smk blm tau ttng enterpreneur itu msh terlalu jauh untuk mereka, mereka br bljr”.. hhaaa?? dlm hati saya

mangapa ada pendidik yg mempunyai gelar “wahh” tp bs berfikir itu..haruskah saya mengambil skripsi ttng PTK pdhl sudah banyak yang ambil..padahal saya ingin menularkan dan merapkan ide yg ada di otak saya tentang enterpreneur kepada siswa smk yg jalas2 memiliki keterampilan.

Balas

andilisnawati says:

19 Desember 2011 pukul 12:25

betul..betul..betul sekali bahwa kewirausahaan itu adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain serta yang terpenting adalah mampu untuk menghadapi resiko, kegagalan dsb. Tapi dari itu semua mereka mau belajar dan bangkit kembali dari keterpurukan dengan belajar, belajar, belajar dari kegagalan. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa seseorang yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya.

Seharusnya memang dalam penyampaian materi-materi untuk perkuliahan bukan hanya sejuta teori-teori saja, tetapi bagaimana ACTIONnya, siswa atau mahasiswa diajarkan untuk terjun langsung dilapangan, berani berusaha meskipun usaha kecil-kecilan..tetapi mereka berani tuk berbnuat, mengambil resiko. dan alangkah baiknya pengajar kewirausahaan adalah dari praktisi yang juga seorang pebisnis

Balas

icum says:

21 Oktober 2011 pukul 10:11

menurut sy kewirausahaan tdk hanya menjadi tanggungjawab sekolah tetapi orangtua hendaknya diberi pemahaman pembiasaan budaya tidak mengandalkan oranglain (“jaga’ne” dalam bahasa daerah) sehingga anak mempunyai mental berani mengambil resiko dalam mengahadapi suatu masalah

Balas

(8)

Siswo Nugroho says:

15 Agustus 2011 pukul 22:27

menurut saya teori2 kewirausahaan tidak banyak bermanfaat menciptakan karakter wirausaha. Kewirausahaan bukan untuk dihafalkan, tetapi di praktekan.

Yang paling penting adalah mengubah siswa menjadi berani mengambil resiko, tidak takut gagal, mengubah mindset bahwa menjadi wirausaha itu mempunyai tingkat probabilitas kesejahteraan yg tinggi.

Itu yang lebih penting. Mindset dan berani ambil resiko, sisanya learning by doing.

Dan yang terpenting yang menjadi mentor/pengajar HARUS Praktisi bisnis dan bukan ,maaf, guru yang mengerti teori kewirausahaan.

Balas

ahmad fathullah says:

12 Agustus 2011 pukul 22:57

internalisasi enterperneurship dalam mapel cukup baik dan simple. karena budaya siswa saat ini masih meminta belum mencari dan kreatif. hanya perlu ada kajian mendalam tentang stratyegi implementasinya

Balas

sriwahyuni says:

28 Juli 2011 pukul 13:27

Pendidikan kewirausahaan merupakan kebutuhan pokok sudah tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau tidak mau ketinggalan dari negara tetangga. Perlu kerja keras dari semua pihak Kepala Dinas, KS, Guru, Komite, Pengawas Sekolah, untuk mencara cara yang efektif dan efisien untuk melaksanakannya. Akan tetapi dalam pelaksanaan terhambat birokrasi karakter dan personil karakter. Birokrasi (KADIN, KS) yang tidak peduli dengan pendidikan kewirausahaan cenderung membiarkan pelaksanaan pokok berjalan, personal karakter inilah tumpuan harapan kita satu-satunya, untuk mendidik anak bangsa menjadi wirausaha-wirausaha yang handal. Misalnya amat peluang disekitar dan kembangkan. Ada produk lokal misalnya onde-2 pecah, kripik singkong rasa wijen ala daerah X, batik ala daerah …….. dipatenkan. yang penting semangat dan semangat

Pendidikan kewirausahaan memang penting, tetapi sayang gaungnya tidak sehebat pendidikan karakter.

Balas

Rusmiyatun Saragih says:

25 Juli 2011 pukul 06:10

Kewirausahaan sangat bermanfaat bagi kemandirian siswa pada masa depan. Mohon bl berkenan diberikan gambaran yg jelas bagi siswa SMP untuk menerapkan karakter kewirausahaan. Terima kasih

Balas

hauna says:

22 Juli 2011 pukul 10:29

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada kita cukup susah, kebayakan kita takut berspekulasi, takut bersaing, dan perlu berkreasi mengeluarkan ide dan kemampuan. Sebagian besar yang ada dibenak adalah bekerja di perkantoran, tampil perlente, gaji besar, fasilitas mewah…. jarang ada yang berpikir siap merintis dari bawah….. itulah dikehidupan nyata

(9)

AKHMAD SUDRAJAT: TENTANG PENDIDIKAN Balas

dinokiniko says:

8 Juli 2011 pukul 14:54

Harus di keraskan pada ACTION.

Kadang kita action itu yang paling susah.

Balas

ulfiarahmi says:

8 Juli 2011 pukul 13:19

wirausaha akan lebih efektif dipraktekkan ketimbang kita berenang dalam teori-teori karena dalam kenyataannya banyak hal tak terduka yang akan dihadapi

Balas

M IKHSAN SUMARI says:

29 Juni 2011 pukul 22:58

Kewirausahaan merupakan bahan kajian penting sepenting ideologi. Dari sisi kajian sejarah, bangsa Indonesia telah kehilangan asset yang tiada ternilai harganya sejak pemberlakuan program Tanam Paksa (Cultuur stelsel) yang dicanangkan oleh Van den Bosch. Berpuncak pada program industrialisasi di tanah jajahan era berikutnya. Sejak itu bangsa Indonesia kehilangan jiwa produsen dan berubah total menjadi jiwa konsumen. Yang menjadikan hancur negeri ini bisa jadi sebenarnya sebab ini. Bangsa tiada lagi bisa mandiri. Lambat laun bergantung pada luar negeri. Karena ini pula bangsa Indonesia mulai terkikis patriotisme dan nasionalismenya. Mulai dari yang masalah kecil hingga masalah besar. Seperti suatu saat dipampang spanduk promosi wortel dari New Zealand. Kalau dikaji, dari belahan bumi mana pun yang namanya wortel pasti rasanya wortel juga. Kenapa tidak memakai wortel produk dalam negeri? Demikian juga bangsa Indonesia tidak bangga memiliki industri pesawat Nortanio yang kemudian dinamai IPTN. Kenapa dihimpun dan dikembangkan tetapi justru dibangkrutkan atau dipailitkan. Mestinya bangga industri pesawatnya mendapat pesanan dari luar negeri hingga puluhan unit atau bahkan ratusan unit. Anehnya, sekarang bangga bisa import Boeing atau Airbus.

Dengan demikian sesuatu yang luar biasa sejak dini generasi penerus dipupuk kewirausahaan sehingga mampu mengembalikan jiwa produsen yang sengaja dihancurkan oleh kaum kolonialis – imperialis. Dengan kembalinya jiwa produsen = saat itu pula bangsa Indonesia akan jaya. Tidak perlu bergantung pada luar. Indonesia kaya anugerah sumber daya alam. Optimis, 90% warga Indonesia berjiwa produsen, 100% pejabat berjiwa produsen = lunas seluruh hutang dan bahkan menjadi kreditur no 1 di dunia. Buktinya : saat kerajaan nasional pertama di Indonesia Sriwijaya dan kedua

Majapahit merupakan negara besar saat itu. Kenapa sekarang tidak belajar kebesaran dan kejayaan masa lalu? Kenapa tidak bertambah maju malah mundur? Oleh karena itu, kewirausahaan mesti dikembangkan untuk mengembalikan jiwa

produsen. Indonesia harus maju – jangan mundur. Yang tetap mundur biar dipatentkan orang menanam benih padi manual, mengepel dan tukang memasang keramik lantai.

Balas

Tema: Twenty Ten Blog pada WordPress.com.

Referensi

Dokumen terkait

Mensyukuri nilai-nilai konstitusional ketentuan Undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur tentang wilayah negara, warga negara dan penduduk, agama dan

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI ALAT PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DI KELAS V SDN TUGU 11 CIMANGGIS

“ Pengaruh Disiplin belajar, Motivasi Belajar dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI SMK Pasundan 1

[r]

Selain pada masa awal perkuliahan, assessment terhadap prior knowledge dapat dilakukan kembali di tengah-tengah masa perkuliahan (tengah semester) untuk melihat

Bekas kemasan yang mengandung sisa residu produk dikategorikan kedalam uap yang mudah terbakar atau meledak.Jangan memotong , membengkokkan ataupun mengelas disekitar

No. Alam 1).Keindahan pantai yang mendukung suasana untuk pelatihan yoga. 2).Pantai memiliki energi untuk mendukung pembangkitan energi dalam pelatihan yoga. 3).Pantai

Pembukaan akses yang menghubungkan Kota Jantho, dengan wilayah belakangnya Lamno dan Keumala akan meningkatkan interaksi ke tiga wilayah karena akses tersebut dapat