• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROGRAM PERANCANGAN. dasar dalam perencanaan arsitektur dimana konsep dasar yang diambil yaitu:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III PROGRAM PERANCANGAN. dasar dalam perencanaan arsitektur dimana konsep dasar yang diambil yaitu:"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PROGRAM PERANCANGAN

A. Konsep Dasar Perancangan

Konsep dasar perancangan mengambil konsep dari filosofi objek yang merupakan dasar dalam perencanaan arsitektur dimana konsep dasar yang diambil yaitu:

 Edukatif : Objek diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi pengunjung baik dari luar atau pengunjung lokal.

 Rekreatif : Objek mampu memberikan suasana rekreasi dan rileks dalam mencapai salah satu target dari objek itu sendiri yaitu tempat hiburan musik.

 Dinamis : Bertujuan untuk menampilkan nuansa dinamis kepada pemakai dan pengunjung dengan memberikan suatu tampilan yang memberikan ciri khas tersendiri berupa bentuk bangunan yang menarik dengan tampilan di buat dengan ketinggian yang berbeda-beda dan bentuk yang menyerupai cangkang hewan trenggiling, untuk memberi irama dan kedinamisan pada bangunan sehingga ketika dipandang akan memberikan kesan dan keunikan tersendiri.

B. Tata Ruang Makro 1. Lokasi

a. Studi Penentuan Lokasi

Untuk menentukan lokasi dalam mendirikan suatu fasilitas bangunan ada beberapa persyaratan yang harus diketahui, yaitu :

 Lokasinya harus strategis, yaitu mudah dicapai oleh masyarakat umum.

(2)

 Lokasinya harus sehat, dalam pengertian bahwa lokasi bukan berada di daerah

industri yang tinggi kadar polusinya dan bukan berada di daerah yang berlumpur/tanah rawa atau tanah yang berpasir.

 Faktor iklim yang berpengaruh adalah kelembaban yang harus terkontrol

mencapai kenetralan yaitu antara 55-65 %.

b. Pengenalan Lokasi

Provinsi Gorontalo berdiri pada tanggal 15 februari 2001, dengan Dasar Hukum Undang-Undang No.22 tahun 1999. Gorontalo merupakan salah satu provinsi termuda di Indonesia yang merupakan daerah tingkat 1 yang paling sedikit jumlah penduduknya yaitu hanya sekitar 909.083 jiwa, dengan luas wilayah sekitar 12.215,44 Km2.

1) Letak Astronomis

Kota Gorontalo merupakan sebuah kota yang dahulunya termasuk dalam Propinsi Sulawesi Utara, berdasarkan UU No. 38 Tahun 2000 terjadi pemekaran wilayah, dimana terbentuknya Provinsi baru dengan nama Provinsi Gorontalo yang beribukota di Kota Gorontalo.

Gambar 3.1 Peta Kota Gorontalo

(3)

2) Letak Administratif

Luas wilayah Kota Gorontalo adalah 64,79 km2 atau 0,28% dari luas wilayah Propinsi Gorontalo yang meliputi 6 kecamatan. Kota Gorontalo terletak di pantai barat, pada koordinat LU 00º 28’ 17”- LU 00º 35’ 56” dan BT 122º 59’ 44” - BT 123º 05’ 59”.

Batas-batas Kota Gorontalo adalah :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone Bolango.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Boalemo.

Sebagai Ibukota Provinsi, Kota Gorontalo dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota telah menentukan arah kebijaksanaan pembangunan. Arah kebijaksanaan pembangunan ini menetapkan fungsi dan peranan kota Gorontalo sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, jasa, rekreasi dan pendidikan.

Fungsi dan peranan kota ini dituangkan dalam struktur ruang kota yang disebut dengan Bagian Wilayah Kota (BWK). Di Kota Gorontalo bagian wilayah kotanya terdiri dari 5 BWK yang masing-masing memiliki rencana pengembangan dan fungsi sendiri. Bagian wilayah kota tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

(4)

 BWK Utara

Meliputi dua kecamatan yaitu kecamatan Kota Utara dan kecamatan Sipatana.

dikecamatan Kota Utara antara lain Kelurahan Dulomo, Dulomo Selatan, Wongkaditi, Wongkaditi Barat, Dembe II, dan Dembe Jaya. Sedangkan dikecamatan Sipatana antara lain Kelurahan Bulotadaa, Bulotadaa Timur, Molosipat U, Tapa, dan Tanggikiki. BWK ini menjadi kegiatan pendidikan, pusat transportasi regional dan pemukiman.

 BWK Selatan

Meliputi dua kecamatan yaitu kecamatan Kota Selatan dan kecamatan Hulandalangi. dikecamatan Kota Selatan antara lain Kelurahan Limba U I, Limba U II, Limba B, Biawa’o, dan Biawu. Sedangkan dikecamatan Hulandalangi antara lain Kelurahan Tenilo, Donggala, Siendeng, Tenda, dan Pohe. BWK ini menjadi pusat rekreasi, transportasi laut/pelabuhan, perdagangan dan kawasan konservasi.

 BWK Barat

Meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan Dungingi dan Kecamatan Kota Barat.

Dikecamatan Dungingi diantaranya Kelurahan Molosipat W, Libuo, Buladu, Tuladenggi, Huangobotu, Tomulabutao, Tomulabutao Timur dan Wumialo.

Sedangkan dikecamatan Kota Barat antara lain Kelurahan Lekobalo, Dembe I, Pilolodaa, Buliide, dan Tenilo berfungsi sebagai pusat pemerintahan, kegiatan pendidikan, pusat transportasi regional dan pemukiman.

 BWK Timur

Meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kota Timur dan Kecamatan Dumbo Raya. Dikecamatan Kota Timur antara lain Kelurahan Heledulaa, Heledulaa Selatan, Moodu, Tamalate, Padebuolo, Ipilo, Budis, dan Tamalate. Sedangkan Kecamatan Dumbo Raya antara lain Kelurahan Botu, Talumolo, Leato Utara, dan Leato Selatan.

(5)

sebagian wilayah kelurahan Padebuolo. BWK ini dijadikan sebagai pusat industri, kerajinan dan pemukiman.

 BWK Tengah

Meliputi beberapa wilayah kelurahan di kecamatan Kota Tengah antara lain Kelurahan Dulalowo, Dulalowo Selatan, Liluwo, Pulubala, dan Paguyaman.

Dikelurahan ini menjadi pusat perdagangan regional / grosir, perbelanjaan, pemerintahan, kawasan olahraga dan rekreasi, fasilitas peribadatan, kesehatan dan pendidikan.

Pembagian BWK ini sangat berperan penting dalam penentuan lokasi objek rancangan. Karena dengan adanya pembagian wilayah tersebut, objek rancangan yang dalam hal ini adalah Gedung Pementasan Musik yang dapat dikategorikan sebagai tempat rekreasi dan edukasi yang berada dalam pengelolaan pemerintah dapat ditempatkan pada wilayah yang sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan pengelompokkan fungsi daerah/wilayah pada setiap BWK, maka objek rancangan dapat ditempatkan di kawasan BWK Selatan yang merupakan daerah yang berfungsi sebagai pusat rekreasi, transportasi, laut/pelabuhan, perdagangan, dan kawasan konservasi.

(6)

2. Penentuan Site

a. Kriteria Penentuan Site

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan site menyangkut fisik, tata lingkungan dan kebutuhannya :

 Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota (RTRK)

 Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat mendukung terciptanya Gedung Pementasan Musik.

 Mudah dijangkau dengan transportasi darat.

 Kondisi topografi atau kontur lahan relatif datar.

 Lalu lintas tidak padat.

b. Lokasi Alternatif Site

Berdasarkan pertimbangan diatas maka terdapat 2 (dua alternative site yang memiliki potensi untuk menjadi lokasi site, yaitu :

 Site A, altenatif yang berada pada bagian pusat kota daerah rekreatif.

 Site B, alternatif yang berada pada bagian selatan daerah rekreatif.

Gambar 3.4 Peta Alternatif Site SITE B

SITE A

(7)

a) Alternatif Site A Lokasi Site :

Eks. Kantor Gubernur Jl. Jendral Sudirman, Kecamatan Kota Selatan, Kelurahan Limba U2, Kota Gorontalo.

Batasan Site :

 Sebelah Utara : Area perkantoran dan area kampus UNISAN.

 Sebelah Timur : Rumah adat Dulohupa dan kolam renang Lahilote.

 Sebelah Selatan : Area perkantoran dan area pendidikan.

 Sebelah Barat : Area perkantoran.

Potensi Fisik :

 Site terletak dikawasan area pendidikan dan perkantoran.

 memiliki akses/pencapaian yang baik dan mudah dijangkau.

 Keadaan tanah relative datar atau tidak berkontur.

Aksesbilitas:

Dilalui oleh jalan Arteri primer yaitu jalan Jendral Sudirman.

Infrastuktur:

Jaringan-jaringan infrastruktur seperti jaringan jalan, telepon, air bersih, saluran air (riol kota) tersedia.

b) Alternatif Site B Lokasi Site :

Eks. Bioskop Ideal Jl. Wolter Monginsidi, Kelurahan Tenda Kota Gorontalo.

Batasan Site:

 Sebelah Utara : Gedung Dharma Wanita (Bele Li M’bui).

(8)

 Sebelah Timur : Alun-Alun Taruna Remaja.

 Sebelah Barat : Pemukiman Penduduk.

Potensi Fisik:

 Jangkauan untuk sampai ke site cukup dekat dari pusat kota.

 Site juga terletak dikawasan rekreatif.

 Topografi cukup landai sehingga mudah dalam penataan pedestrian.

Aksesbilitas:

Dilalui oleh jalan arteri primer yaitu jalan Wolter Monginsidi.

Infrastruktur :

 Kondisi jalan baik.

 Drainase air kotor baik.

 Perolehan air bersih dan PDAM cukup baik.

 Memiliki jaringan listrik dan telepon.

Berdasarkan beberapa alternatif lokasi site yang berpotensi didirikan suatu Gedung Pementasan Musik, serta melihat persyaratan pemilihan lokasi maka dibuat tabel pembobotan kriteria-kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pembobotan Pemilihan Site

No. Kriteria Bobot SITE A SITE B

NILAI N x B NILAI N x B 1. Sesuai dengan Bagian Wilayah Kota

(BWK) 30 % 0,5 15 % 0,5 15 %

2. Kesediaan lahan yang cukup serta

kemudahan penataan parkir. 30 % 0,3 15 % 0,5 9 %

3. Mudah dijangkau dengan transportasi

darat. 20 % 0,5 10 % 0,5 10 %

4. Memiliki potensi atau keistimewaan

yang bisa menjadi daya tarik. 10% 0,5 5 % 0,5 5 %

5.

Lingkungan yang mendukung seperti dekat dengan area pendidikan , jasa dan perkantoran untuk menarik banyaknya pengunjung yang datang.

10 % 0,1 5 % 0,5 3 %

Jumlah 100 % 42 % 50 %

Keterangan Nilai : 0,5 = Baik 0,3 = Cukup 0,1 = Kurang

(9)

Dari hasil pembobotan diatas yang sesuai dengan kriteria pemilihan lokasi, maka lokasi yang terpilih adalah SITE B, sebagai lokasi yang cocok untuk pembangunan Gedung Pementasan Musik.

c. Lokasi dan Analisa Site

 Lokasi Site

Site terpilih berada di Jln. Wolter Monginsidi, Kelurahan Tenda, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo, yang merupakan kawasan yang pesat perkembangannya serta fasilitas yang menunjang perencanaan pembangunan Gedung Pementasan Musik di Kota Gorontalo.

 Analisa Site

1) Pencapaian

Letak lokasi site tidak jauh dari pusat Kota Gorontalo, dan dapat dicapai hanya dengan waktu 5-10 menit dari pusat Kota Gorontalo dengan menggunakan

Gambar 3.5 Peta Lokasi Site Terpilih

(10)

2) Batas-Batas Site

Kondisi existing site mempunyai batas-batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Gedung Dharma Wanita Belle Li M’bui

 Sebelah Timur : Alun-Alun Taruna Remaja.

 Sebelah Selatan : Pemukiman Penduduk.

 Sebelah Barat : Pemukiman Penduduk.

3) Topografi

Berdasarkan hasil survey keadaan tanah pada site yang ada relative datar dan tidak berkontur. Dengan kondisi lahan yang demikian, maka dalam perencanaan pembangunan tidak akan terlalu banyak mengalami perubahan atau perombakan. Namun pada lahan-lahan tertentu seperti untuk lansekap atau taman, maka lahan tersebut akan dibuat sedikit berkontur.

Gambar 3.6 Kondisi Existing Site

(11)

4) Klimatologi Matahari, Angin, dan Curah Hujan

 Orientasi Matahari

Orientasi matahari sangat mempengaruhi kenyamanan hunian seseorang, karena merupakan sumber panas alam yang perlu diantisipasi. Untuk itu terdapat beberapa efek dan manfaat yang di timbulkan.

a. Sinar matahari pagi sangat baik bagi tubuh manusia, yaitu antara pukul 06.00- 10.00. sehingga massa bangunan yang menghadap ke timur (arah matahari terbit) sebaiknya diberi bukaan yang cukup.

b. Terangnya langit yang dihasilkan dari pantulan sinar matahari yang merupakan sumber penerangan alamiah disiang hari, dapat dimanfaatkan sebagai penerangan pada massa bangunan.

c. Selain manfaat-manfaat diatas, sinar matahari juga memiliki efek silau dan radiasi panas yang cukup tinggi, khususnya antara pukul 12.00-15.00, yang

Gambar 3.7 Analisa Kllimatologi, Matahari. Angin,dan Curah Hujan.

(12)

dapat mengganggu aktivitas dan kenyamanan pemakai. Untuk diterapkan beberapa hal yang dapat mengatasinya:

1) Pemanfaatan vegetasi sebagai peneduh/pelindung pada daerah-daerah dimana aktivitas diluar bangunan/ruangan dilakukan.

2) Pemakaian bahan penutup tapak yang tidak memantulkan panas, melainkan dipilih yang dapat menyerap panas, misalnya rumput.

Dari analisa klimatologi diatas dpat disimpulkan bahwa matahari, angin, dan curah hujan tidak menjadi masalah dalam perancangan Gedung Pementasan Musik di site terpilih.

 Angin dan Curah Hujan

a) Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, Kota Gorontalo memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada bulan Oktober-April arus angin berasal dari barat/barat laut yang mengandung banyak uap air sehingga mengakibatkan musim hujan, sedangkan pada bulan Juni-September arus angin berasal dari timur yang tidak mengandung uap air sehingga terjadi musim kemarau.

b) Angin laut terjadi pada malam hari dan angin darat pada siang hari.

c) Penghadiran vegetasi yang cukup banyak di sekitar bangunan yaitu untuk mengantisipasi kecepatan dan mengarahkan angin.

(13)

5) Kebisingan/Noise

Untuk mengatasi kebisingan yang mungkin nantinya mengganggu aktivitas objek, maka hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:

 Menggunakan material yang dapat meredam dan mereduksi kebisingan.

 Menempatkan area privat (zona private) pada daerah dengan tingkat kebisingan yang rendah, serta mengatur massa dan ruang dalam bangunan.

 Menggunakan vegetasi/tumbuhan untuk mengurangi atau meredam kebisingan.

Gambar 3.8 Analisa Kebisingan di Sekitar Site

(14)

6) View/Tata Pandangan

a) View arah utara adalah areal pemukiman, perhotelan dan Gedung Dharma Wanita Belle Li Mbu’i.

b) View arah barat merupakan areal pemukiman penduduk dan Peribadatan.

c) View arah selatan adalah areal pemukiman penduduk.

d) View arah timur merupakan Alun-Alun Taruna Remaja, lapangan tenis dan kompleks perkantoran.

Gambar 3.9 Analisa View Sekitar Tapak

(15)

7) Utilitas

Jaringan utilitas disekitar site sangat mendukung perencanaan objek, hal ini dapat dilihat dengan tersedianya jaringan utilitas kota, yaitu:

a) Jaringan listrik yang disediakan oleh PT. PLN sebagai penyuplai tenaga listrik ke objek dan sekitarnya.

b) Jaringan air bersih PDAM yang dapat disuplai ke objek rancangan guna memenuhi kebutuhan air bersih.

c) Jaringan komunikasi yang disediakan oleh PT. Telkom sebagai provider yang menyuplai jasa telekomunikasi.

8) Pencapaian Sirkulasi

Site berada dekat dengan sarana fasilitas olahraga dan Alun-ALun Taruna Remaja yang memiliki fasilitas jalan raya sehingga untuk pencapaiannya sangat mudah, baik menggunakan transportasi umum maupun pribadi. Dalam site

Gambar 3.10 Analisa Utilitas Sekitar Site

(16)

terdapat jalur entrance (jalur masuk) dan jalur exit (jalur keluar) sehingga tercipta kemudahan dan keteraturan sirkulasi.

9) Sistem Parkir

 Pengguna parkir. Pengguna parkir pada area parkir adalah untuk pengunjung, baik pengunjung gedung maupun pengelola gedung tersebut.

 Sistem parkir. Area parkir pada tapak diberi perkerasan. Parkir untuk

pengelola disediakan dalam areal yang terpisah dari areal pengunjung. Sistem parkir digunakan untuk kendaraan roda empat dan roda dua. Parkir mobil pengunjung disatukan dalam satu areal yang terpisah dari parkir pengelola.

10) Detail Lansekap

 Vegetasi

Pada site ini diberikan vegetasi yang banyak untuk mengantisipasi apabila musim kemarau tiba, maka dengan adanya vegetasi ini akan dapat memberikan

Gambar 3.11 Analisa Sirkulasi Sekitar Site

(17)

kesejukan dan kenyamanan dalam site serta dapat memperoleh nilai estetika yang baik. Melihat kondisi site yang terletak dipersimpang jalan, maka pada bagian- bagian tertentu diberikan vegetasi yang banyak untuk mengantisipasi kebisingan.

Seperti yang diketahui bahwa disekitar site tersebut telah memiliki vegetasi tetapi vegetasi tersebut masih kurang, sehingga perlu ditanami vegetasi yang lebih banyak lagi.

 Saluran Air Kotor

Saluran air kotor jika diolah dengan baik dan benar dapat menjadi unsur landsekap yang baik. Fungsi dari saluran air kotor selain untuk membuang air kotor juga sebagai pemisah fungsi bangunan, pemisah daerah ruang, sebagai detail pola lansekap, dan lain-lain.

 Perkerasan

Digunakan untuk perkerasan berupa aspal untuk jalan kenderaan dan perkerasan paving block untuk area parkir dalam site, karena kenderaan yang masuk ke dalam site memiliki beban yang berat sehingga menuntut perkerasan yang kuat.

 Street Furniture

Lampu penerangan, terdiri dari lampu penerangan jalan, ditempatkan diantara tanaman untuk memberikan kesan estetika. Serta bak sampah berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah sementara yang kemudian akan diteruskan ke bak sampah induk, dan kemudian diangkut oleh truk sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

(18)

C. Tata Ruang Mikro 1. Analisa Pelaku Kegiatan

Segala kegiatan yang berlangsung di dalam bangunan tergantung pada fungsi bangunan beserta pelakunya, baik pengunjung maupun para staf pengelolanya.

Kegiatan-kegiatan di dalam kawasan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Aktifitas Pengunjung

Aktifitas pengunjung yang datang ke Gedung Pementasan Musik, yaitu :

 Datang,

 Bertanya/mencari informasi,

 Membaca,

 Membeli tiket,

 Duduk, menonton/melihat pertunjukkan,

 Istrahat,

 Makan dan Minum,

 Main Musik, dan

 Buang air kecil dan air besar.

b. Aktifitas Pengelola

Aktifitas pengelola pada Gedung Pementasan Musik, yaitu :

 Datang,

 Melakukan aktivitas pengelolaan bangunan,

 Diskusi,

 Istrahat,

 Makan,

 Sholat, dan

 Buang air kecil dan air besar.

(19)

c. Aktifitas Pemusik

Aktifitas pemusik yang menjadi objek pada Gedung Pementasan Musik adalah:

 Datang,

 Ganti kostum dan berias,

 Performance,

 Istrahat, dan

 Buang air kecil dan air besar.

2. Kebutuhan Ruang

Berdasarkan aktifitas yang terjadi pada objek rancangan dan dari study kasus yang ada, maka diperoleh suatu pengelompokkan kebutuhan ruang yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 3.2 Pengelompokkan Kebutuhan Ruang Gedung Pementasan Musik No. Fasilitas No. Nama Ruang

Sifat Ruang Publik Semi

Publik Privat Servis

1 2 3 4 5 6 7 8

1. PENGELOLA 1. Rg. Penerimaan Tamu 2. Rg. Direktur Utama 3. Rg. Sekretaris 4. Rg. Arsip 5. Rg. Meeting 6. Rg. Karyawan 7. Toilet

2. UTAMA 8. Lobby

9. Tiket Box 10. Rg. Informasi 11. Rg. Security 12. Rg. Serba Guna 13. Auditorium 14. Backstage Area 15. Stage/Panggung 16. Rg. Ganti/Rias 17. Rg. Pengamanan Stage 18. Rg. Medical Center 19. Rg. Monitoring

(20)

21. Rg. Mixer

22. Rg. Alat Pendukung Artis 23. Gudang

24. Toilet

25. Rg. Host Acara 26. Rg. Persiapan Artis 27. Rg. Komputerisasi 3. PENUNJANG 28. Restaurant

29. Mushola

30. Studio Musik

31. Studio Live Streaming 4. SERVICE 32. Penitipan Barang

33. Loading Dock

34. Rg. Mekanikal Elektrikal 35. Rg. Panel

36. Rg. Genset

37. Rg. Air Heating Unit/AHU 38. Gudang Perlengkapan Gedung 5. AREA PARKIR 34. Pos Jaga/Keamanan

35. Area Parkir Mobil

36. Area Parkir Motor

3. Organisasi Ruang a. Tujuan

Penataan organisasi ruang yang sistematik bertujuan pada prinsip-prinsip yang diharapkan sebagaimana berikut :

Kaitan antara lingkup kegiatan dan fungsi penunjang tidak saling mengganggu kegiatan masing-masing.

1) Komunikasi maksimal antara masing-masing lingkup kegiatan.

2) Pencapaian yang efektif ke masing-masing lingkup kegiatan.

3) Kemudahan operasional dan pengamanannya.

b. Dasar Pertimbangan

1) Tuntutan karakter ruang berdasarkan sifat kegiatannya/tuntutan ketenangan.

2) Adanya fungsi kegiatan yang sejenis.

(21)

3) Adanya fungsi kegiatan yang berbeda tetapi erat hubungannya.

c. Prinsip Distribusi Ruang

Untuk memberikan kemudahan kontrol, kecepatan komunikasi dan interaksi antara personil akan lebih baik bila dikelompokan dalam dua lantai, maka :

1) Distribusi vertikal dan horisontal dapat dilakukan pada ruang.

2) Tiap lingkup kegiatan didistribusikan secara vertikal dan horizontal, sehingga masing-masing menempati tiap lantai dengan distribusi dua lantai.

d. Pola Peruangan

Faktor-faktor yang menjadi dasar petimbangan terhadap pola peruangan, antara lain:

1) Pola hubungan kerja menurut struktur organisasi.

2) Pengelompokan ruang sesuai fungsi.

3) Sistem sirkulasi pencapaian dan pola sirkulasi.

Berdasarkan pada kegiatan yang ada, maka pola peruangan diwujudkan dalam:

a) Pengaturan unit-unit ruang sehingga didapat pola sirkulasi dan lay-out keseluruhan yang menunjang pencapaian dan sirkulasi yang jelas.

b) Sistem flow pelayanan umum dan khusus dipisahkan agar kiranya pelayanan lebih teratur dan tidak menyulitkan.

c) Penyesuaian sifat dan karakter masing-masing kegiatan.

(22)

D. Study Besaran Ruang 1. Tujuan

Untuk mendapatkan optimalisasi pemenuhan kebutuhan ruang yang efektif dan efisien, dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan besaran ruang yang akan dipakai.

2. Dasar Pertimbangan

Adapun beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk mempengaruhi penentuan besaran ruang yang akan dipakai, yaitu :

 Jenis pemakai yang menggunakan ruang.

 Jenis aktivitas dan perabotan yang digunakan.

 Fungsi dan jenis ruang.

 Asumsi yang dipakai.

Adapun standar yang dijadikan acuan dalam perencanaan besaran ruang objek rancangan gedung konser musik adalah dengan menggunakan Data Arsitek jilid I dan II (Architect’s Data Neuvert). Hal ini digunakan apabila ada ruang yang tidak atau belum memiliki standard, besaran ruang diambil berdasarkan studi ruang gerak, sirkulasi dan perletakan perabot.

3. Tinjauan Potensi Pengunjung dan Kapasitas Kebutuhan Bangunan

Kapasitas dari suatu gedung atau bangunan tidak terlepas dari jumlah pengunjung yang diperkirakan akan masuk kedalam bangunan itu, hal tersebut yang akan menentukan berapa besar bangunan itu untuk dapat menampung kapasitas dari pada pengunjung dan pengelolanya.

(23)

Tabel 3.3 Jumlah Pengunjung No. Tahun

Jumlah Penonton

(org/thn)

Jenis Musik di Gelar Jumlah Tempat

1. 2007 8.441 Pop Rock, Dangdut, Pop 3

2. 2008 8.472 Pop, Dangdut 2

3. 2009 8.520 Pop, Slow Rock, Dangdut 4

4. 2010 8.574 Pop, Dangdut 4

5. 2011 8.721 Pop, Dangdut 4

Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo, 2011

Perhitungan jumlah penonton pada gedung pentas yang datang pada tahun 2020 atau 10 tahun ke depan. jumlah penonton ini merupakan hasil dari pertunjukan musik lokal dan non lokal yang dilangsungkan di Provinsi Gorontalo.

Rumus yang digunakan dalam memprediksi peningkatan pengunjung/penonton adalah pengembangan dari rumus probabilitas yang dikembangkan oleh ahli matematika Perancis Pimeon D Poisson. Rumus ini dulu digunakan untuk menghitung atau diterapkan pada putusan-putusan pengadilan pidana dan perdata, namun seiring perkembangan rumus ini digunakan untuk menghitung prediksi jumlah penduduk.

(sumber pengantar teknik) RUMUS :

keterangan :

Pn = Jumlah pengunjung tahun ke-n (2020).

Po = Jumlah pengunjung tahun saat proyeksi.

r = Pertumbuhan rata-rata pertahun.

n = Selisih tahun antara saat proyeksi dan tahun proyeksi.

maka :

a. Prediksi Jumlah Pengunjung 1) Pengunjung Datang

Maka Pertambahan pengunjung tiap tahun.

Pn = Po ( 1 + r )

(24)

4 tahun terakhir = 8.472 – 8.441 × 100%

8.472

= 31 × 100%

8.472

= 0,36%

3 tahun terakhir = 8.520 – 8.472 × 100%

8.520

= 48 × 100%

8.520

= 0,56%

2 tahun terakhir = 8.574 – 8.520 × 100%

8.574

= 54 × 100%

8.574

= 0,63%

1 tahun terakhir = 8.721 – 8.574 × 100%

8.721

= 147 × 100%

8.721

= 1,68%

r = 0,36 + 0.56 + 0,63 + 1,68 4

= 3,23 4

= 0,81%

2) Proyeksi jumlah pengunjung tahun 2020 (sepuluh tahun mendatang) Pn = Po ( 1 + r )

Pn = 8.721 (1 + 0,81%)

¹º

= 8.721 (1 + 0,0081)

¹º

= 8.721 (1,0081)

¹º

= 8.721 (1,084)

= 9.453 orang

(25)

Jadi jumlah pengunjung pertahun adalah: 9.453/3 kali konser = 3.151 org/thn b. Prediksi Jumlah Pengunjung pada Konser Lokal dan Non Lokal

Prediksi jumlah pengunjung pada konser lokal dan non lokal adalah 1 : 2 Jumlah penonton yang datang adalah:

 Konser lokal = 1 × 3.151 × 1 kali konser = 3.151 orang

 Konser non lokal = 2 × 3.151 × 2 kali konser = 18.906 orang

 Jumlah pengunjung yang datang pada konser, dengan perbandinagn 1:3 adalah

3.151 + 18.906 = 22.057 orang.

Persentasi pengunjung untuk konser lokal dan non lokal adalah:

 Konser lokal = 3.151 : 22.057 × 100% = 14,3%

 Konser non lokal = 18.906 : 22.057 × 100% = 85,7%

Maka :

 Jumlah penonton konser lokal : 0,143 × 9.453 = 1.352 orang/tahun.

 Jumlah penonton perkonser lokal : 1.352 : 3 kali konser = 450 orang/konser.

 Jumlah penonton konser non lokal : 450 × 2 = 900 orang/konser.

4. Besaran Ruang

Tabel 3.4 Besaran Ruang Fasilitas Pengelolah Kebutuhan

Ruang Kapasitas Standar

/orang (M

²

) Acuan Perhitungan Luas Ruang

Direktur Utama

1 orang kepala, 1 Orang

Sespri 16 m2 NAD 2 × 16 m2 32 m2

Ruang

Sekretaris 1 orang 8 m2 NAD 1 × 8 m2 8 m2

Ruang Arsip 1 orang kepala bagian,1

orang Sekretaris 8 m2 NAD 2 × 8 m2 16 m2

Ruang

Karyawan 6 kepala bagian, 48 staf 8 m2 NAD 54 × 8 m2 432 m2

Ruang Tamu 20 orang 2,4 m2 NAD 20 × 2,4 m2 48 m2

(26)

Ruang Meeting 60 orang 8 m2 NAD 60 × 8 m2 480 m2

Tiolet

1 toilet untuk 5 - 10 org.

50 % dari pengelola 60 = 30/15 org = 2 unit pria dan

wanita

@untuk pria dalam 1 unit terdapat 1 wc, 1 urinoir

0,8, 1 wastafel.

@untuk wanita dalam 1 unit terdapat 1 wc, 1

wastafel

Pria 1,8 m + 0.8 =

2,6 Wanita

1,8m2

NAD 2 × 4,4 m2 9 m2

Sub total 1.025m

²

30% sirkulasi 307,5m

²

Total 1332,5m

²

Tabel 3.5 Besaran Ruang Fasilitas Utama Kebutuhan

Ruang Kapasitas Standar

/orang (M

²

) Acuan Perhitungan Luas

Lobby 10 % dari 900

Orang = 90 org 1,48 m2 NAD 90 × 1,48 m2 133,2 m2 Tiket Box 2 loket (1 loket, 2 petugas) 1,5 m2 NAD 4 × 1,5 m2 6 m2

Ruang

Informasi - 1 ruangan NAD - 12 m2

Ruang Security - NAD - 12 m2

Ruang Serba Guna

20% dari pengunjung 900

= 180 org 1,2 m2 NAD 180 × 1,2 m2 216 m2

Auditorium 80 % dari pengunjung 900

= 720 org 1,2 m2 TSS 720 × 1,2 m2 864 m2

Backstage Area 50 Orang - Asumsi 50 0rang 85 m2

Stage/Panggung 25 Orang 3 m2 Asumsi 25 × 3 m2 75 m2

Ruang

Ganti/Rias 10 orang 2 m2 NAD 10 × 2 m2 20 m2

Ruang Pengamanan

Stage

- 1 ruangan Asumsi - 24 m2

Medical Center - 1 ruangan Asumsi - 16 m2

Ruang Monitor - - NAD - 15 m2

Ruang

Proyektor - 1 ruangan Asumsi - 75 m2

Ruang Mixer - 1 ruangan Asumsi - 36 m2

Ruang Lighting - 60 m2 Asumsi 60 m2 60 m2

(27)

Ruang Alat Pendukung

Artis

10 orang 1,8 m2 NAD 10 × 1,8 m2 18 m2

Ruang Host

Acara 6 orang 2 m2 NAD 6 × 2 m2 12 m2

Ruang

Persiapan Artis 8 orang 2 m2 NAD 8 × 2 m2 14 m2

Ruang

Komputerisasi 15 orang 1 ruangan NAD - 38 m2

Gudang - - NAD - 20 m2

Toilet Pria/Wanita

1 toilet untuk 50-70 org.

40 % dari pengunjung 900

= 360 / 60 org = 6 unit pria dan wanita

@untuk pria dalam 1 unit terdapat 1 wc, 1 urinoir

0,8, 1 wastafel.

@untuk wanita dalam 1 unit terdapat 1 wc, 1

wastafel

Pria 1,8 m + 0.8

= 2,6 m2 Wanita

1,8 m2

NAD 6 × 4,4 m2 26,4 m2

Sub Total 1777,6 m2 30% sirkulasi 533,28 m

²

Total 2310,88 m²

Tabel 3.6 Besaran Ruang Fasilitas Penunjang Kebutuhan

Ruang Kapasitas Standar

/orang (M

²

) Acuan Perhitungan Luas Restoran &

Cafe

30% dari pengunjung 900

= 270 org 1,48 m2 NAD 270 × 1,48 m2 399,6 m2

Dapur 25 Orang 0,5 m2 NAD 25 × 0,5 m2 12,5 m2

Gudang - - NAD - 5 m2

Toilet

1 toilet untuk 10 - 20 org.

5 % dari pengunjung 670

= 34/20org = 1,7 = 2 unit pria dan wanita

@untuk pria dalam 1 unit terdapat 1 wc, 1 urinoir

0,8, 1 wastafel.

@untuk wanita dalam 1 unit terdapat 1 wc, 1

wastafel

Pria 1,8 m + 0.8

= 2,6 m2 Wanita

1,8 m2

NAD 2 × 4,4 m2 9 m2

Mushola 10 Orang 1,5 m2 Asumsi 10 × 1,5 m2 15 m2

Studio Musik - - Asumsi - 106 m2

Studio Live Streaming

- - Asumsi - 97 m2

Sub Total 649,1 m2 30% sirkulasi 194,73 m

²

(28)

Tabel 3.7 Besaran Ruang Fasilitas Service Kebutuhan

Ruang Kapasitas Standar

/orang (M

²

) Acuan Perhitungan Luas

Loading Dock - - Asumsi - 47 m2

Penitipan

Barang - 15 m2 NAD 15 m2 15 m2

Ruang Mekanikal

Elektrikal

- 15 m2 NAD 15 m2 15 m2

Ruang Panel 4 orang - NAD 4 × 4 16 m2

Ruang Genset 5 orang 5,5 m2 NAD 5 × 5,5 m2 27 m2

Ruang Air Heating Unit/AHU

2 orang - Asumsi - 16 m2

Gudang - - NAD - 57 m2

Sub Total 193 m2 30% sirkulasi 57,9m² Total 250,9m²

Tabel 3.8 Lahan Parkir Kebutuhan

Ruang Kapasitas Standar

/orang (M

²

) Acuan Perhitungan Luas Pos Keamanan 2 Loket (1 Loket, 1

Petugas) 4 m2 NAD 2 × 4 m2 8 m2

Parkir Mobil

1 mobil = 4 orang 30 % dari pengunjung &

pengelola 900 + 60 = 960 288/4 orang = 72 mobil

24 m2/

mobil NAD 72 × 24 m2 1728 m2

Parkir Sepeda Motor

1 sepeda motor = 2 orang 70 % dari pengunjung &

pengelola 900 + 60 = 960 672. 50% dari 672 = 336.

336 / 2 = 168 sepeda motor

1,6 m2 /sepeda

motor

NAD 168 × 1,6 m2 268,8 m2

Sub Total 2004,8 m2 30% sirkulasi 601,44 m²

Total 2606,24m² Ket: NAD : Neufert, Ernst, Architect Data I & II

TSS : Time Saver Standart For Building Type

Tabel 3.9 Rekapitulasi Besaran Ruang

No. Jenis Ruang Luasan Ruang 1. Fasilitas Pengelola 1332,5 m2 2. Fasilitas Utama 2310,88 m2 3. Fasilitas Penunjang 843,83 m2 4. Fasilitas Service 250,9 m2

Total 4738,11 m2

(29)

5. Open Space

Total luasan area yang dibutuhkan untuk perancangan Gedung Pementasan Musik adalah :

Total Luasan Ruang (BC) = 4738,11m² : 2 = 2369,055 m² Building Coverage (BC) : Open Space (OPS) = 40% : 60%

Untuk OPS = 60 × BC

40

= 60 × 2369,055 m² 40

= 3553,59 m²

Luas lahan tapak untuk area lansekap = 3553,59 m² - Luasan Lahan Parkir

= 3553,59 m² - 2606,24m²

= 947,35 m² Luas Lahan Efektif adalah :

= Building Coverage (BC) + Lahan Parkir + Lahan Lansekap

= 2369,055 m² + 2606,24m² + 947,35 m²

= 5922,645 m²

6. Pola Hubungan Ruang

Hubungan ruang dalam objek rancangan terbagi atas:

a. Pola Hubungan Makro

Pola hubungan ruang makro menggambarkan secara skematik hubungan ruang- ruang antar fasilitas secara keseluruhan dalam objek rancangan.

(30)

b. Pola Hubungan Ruang Mikro

Hubungan ruang mikro menggambarkan secara sistematik hubungan ruang- ruang tiap bagian dalam objek rancangan, baik fasilitas utama maupun fasilitas penunjang.

Fasilitas Utama: Recital

Gambar 3.12 Pola Hubungan Ruang Makro

Gambar 3.13 Pola Hubungan Ruang Mikro, Recital

(31)

E. Analisa Bangunan 1. Konsep Dasar Bentuk

Terdapat 3 (tiga) wujud dasar sebagai bentuk yang paling sederhana dan teratur yang nantinya dapat dikembangkan sebagai komposisi bentuk Arsitektur, yang oleh Francis D.K Ching bentuk-bentuk dasar/murni itu, terdiri atas:

Tabel 3.10 Konsep Dasar Bentuk

SIFAT BENTUK OLAHAN RUANG

Serentetan titik-titik yang disusun dengan dalam olahan jarak yang sama dan seimbang terhadap sebuah titik.

 Rileks dan santai

 Jika ditempatkan suatu lingkaran pada suatu bidang akan memperkuat sifat alamnya sebagai poros.

 Jika menempatkan garis lurus atau bentuk-bentuk bersudut di sekitar bentuk lingkaran dapat menimbulkan perasaan gerak putar yang kuat.

 Pergerakan leluasa.

 Agak sulit dalam olahan ruang.

Sebuah bidang datar yang mempunyai 4 buah sisi yang sama penjang dan 4 buah sudut 900.

 Memberi kesan formal dan kaku.

 Memberi kesan tertib dan teratur.

 Menghadirkan kesan dinamis, stabil, statis, dan rasional.

 Mudah.

 Ruang terpakai secara efisien.

 Sirkulasi mudah.

Sebuah bidang datar yang dibatasi oleh 3 buah sisi dan mempunyai 3 buah sudut.

 Menghadirkan kesan stabil dan dinamis.

 Jika terletak pada satu sisi merupakan bentuk yang stabil dan seimbang.

 Pada keadaan sangat kritis akan tampak tidak stabil dan cenderung jatuh.

 Adanya sudut yang banyak, akan membuat ruang tidak terpakai secara efektif.

 Sirkulasi kurang leluasa.

LINGKARAN

PERSEGI

SEGITIGA

(32)

2. Gubahan Bentuk

a. Proses Perubahan Bentuk

Proses perubahan bentuk dapat ditempuh dengan morfologi. dengan bentuk- bentuk dasar yang diubah hingga diperoleh bentukan yang cocok dengan dasar perancangan objek. Morfologi Arsitektural (architectural morphology) disebut juga studi didalam Arsitektur, hal ini secara inti menyangkut dengan batasan-batasan dimana bentuk geometri ditempatkan pada bentuk-bentuk yang memungkinkan atau tepat dan ruang-ruang dimana bangunan-bangunan dan rencana denahnya diambil.

Morfologi juga merupakan proses perubahan bentuk yang diakibatkan oleh faktor penting yang mempengaruhi bentuk denah dan tampilan bangunan itu sendiri.

Rencana perubahan bentuk dengan penggabungan bentuk berpengaruh terhadap denah dan tampilan bentuk objek nanti, yang dalam hal ini objek rancangan mengambil konsep biomorfik yang dapat mengambil inspirasi dari alam sekitar.

b. Jenis Bentuk Bangunan

Berdasarkan jenis massa yang ada maka untuk menunjang citra bangunan, kita dapat mengetahui jenis massa apakah yang cocok nantinya agar bangunan terlihat unik, dinamis, individual dan menarik.

Pada objek rancangan Gedung Pementasan ini diambil jenis massa tunggal dengan pertimbangan sebagai berikut:

 Mudah mengelompokkan kegiatan tanpa terjadi tumpang tindih antara fungsi yang berbeda lewat perbedaan lantai dan pembagian zone tiap lantai.

 Aktivitas pada obyek yang memungkinkan untuk disatukan dalam suatu massa dimana aktivitas utamanya yaitu sesuatu yang berhubungan dengan pertunjukkan atau pementasan musik.

(33)

 Kesan bangunan yang akan ditampilkan lebih dinamis dan mudah dalam pengawasan keamanan.

c. Gubahan Bentuk Bangunan

Sisitem gubahan bentuk bangunan terdiri dari beberapa macam system, yaitu:

 Bentuk Terpusat

Terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengintari bentuk dominan yang berada ditengah-tengah. Bentuk ini biasanya menuntut adanya keteraturan geometris yang mempunyai dominasi visual, bentuk-bentuk yang harus terletak dipusat yang menjadi dominan.

 Bentuk Linier

Terdiri atas bentuk-bentuk yang diatur dalam suatu deret dan berulang.

 Bentuk Radial

Merupakan komposisi dari bentuk-bentuk linier yang berkembang keluar bentuk-bentuk berpusat dan searah dengan jari-jarinya.

 Bentuk Cluster

Terdiri dari bentuk-bentuk yang saling berdekatan atau bersama-sama menerima kesamaan visual. Pola cluster ini dibentuk berdasarkan persyaratan fungsional seperti ukuran ataupun jarak letak dan pola ini cukup luas untuk memadukan bermacam-macam bentuk, ukuran dan orientasi kedalam struktur organisasinya.

 Bentuk Grid

Adalah bentuk-bentuk modular dimana hubungannya satu sama lain diatur oleh grid-grid tiga dimensi.

(34)

Gubahan massa bangunan yang sesuai adalah bentuk radial yang merupakan komposisi dari bentuk-bentuk linier yang berkembang keluar bentuk- bentuk berpusat dan searah dengan jari-jarinya.

3. Tampilan Bangunan

Tampilan bangunan memegang peranan penting guna menampilkan citra bangunan. yang berperan didalam citra bangunan yaitu:

a. Fungsi, pemenuhan terhadap aktivitas manusia merupakan batasan fungsi secara umum dalam Arsitektur. Namun fungsi tidak selalu menentukan bentuk, dalam hal ini bentuk hanya dapat mencerminkan simbol kegiatan yang ada tapi tidak selalu form follow function.

b. Skala, berperan dalam memberi kesan pada bangunan dan berlaku pada interior dan eksterior bangunan.

c. Penampilan berdasarkan gubahan massa, seperti:

 Simetris, berkesan statis.

 Asimetris, berkesan dinamis.

 Hirarki, berdasarkan kepentingan fungsi bangunan.

Pada rancangan Gedung Pementasan Musik ini, menggunakan prinsip Asimetris agar berkesan dinamis sesuai citra yang diinginkan.

d. Pengolahan fasade bangunan juga mengambil konteks sejarah dari musik itu sendiri. Dari sejarahnya perkembangan musik mengalami 2 periode yaitu periode klasik dan modern.

Maka pengolahan fasade yang digunakan adalah modern minimalis dengan melihat perkembangan musik saat sekarang ini jauh berkembang pesat dengan

(35)

jenis-jenis/aliran musik baru yang modern dengan fasilitas-fasilitas yang memadai dan canggih sehingga membantu perkembangan musik itu sendiri.

F. Utilitas Bangunan a. Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan yang digunakan pada bangunan ini terdiri atas:

1) Pencahayaan alami (day lighting)

Pencahayaan yang berasal dari sinar matahari melalui jendela-jendela dan skylight. Sinar matahari melalui skylight diteruskan ke ruang-ruang yang berada pada bangunan.

2) Pencahayaan buatan (artificial lighting)

Pencahayaan dengan menggunakan energi listrik (berasal dari PLN), dengan tenaga cadangan dari generator. Secara umum, menggunakan lampu downlight.

Downlight tidak hanya menjadi alat penerangan didaerah publik tetapi dengan penataan letak yang artistik, elemen interior ini dapat memberi nuansa berbeda yang mempecantik ruangan. Lampu taman (garden lamp) digunakan untuk ruang luar.

 Auditorium (Ruang Pertunjukan)

Pencahayaan di ruang-ruang pertunjukan tidak sama dengan pencahayaan pada ruang-ruang lain seperti pada cafetaria, lobby, dan lain sebagainya. Hal ini karena aktivitas di ruang ini berbeda dengan aktivitas di ruangan lain. Pada ruang-ruang seperti ini sebagian pengunjung menginginkan pencahayaan secara tidak langsung mengenai objek misalnya cahaya yang berasal dari pantulan karena mengenai suatu bidang, maupun cahaya yang dihasilkan dari lampu yang tersembunyi di balik dinding yang bertekstur. Akan tetapi pada ruang-ruang

(36)

tersebut juga tetap menggunakan sistem pencahayaan langsung. Hal ini karena pengunjung yang datang ke tempat ini terdiri dari anak-anak, remaja, orang dewasa, sampai orang yang sudah tua.

 Cafetaria

Pencahayaan pada cafetaria menggunakan pencahayaan buatan, hal ini dikarenakan ruangan tersebut yang tertutup struktur atap dari sinar matahari yang menjadi sumber pencahayaan alami.

 Lobby

Pada area lobby sistem pencahayaan yang digunakan adalah sistem pencahayaan buatan seperti halnya pada cafetaria.

Pada ruang-ruang lain seperti pada kantor pengelola sistem pencahayaan yang digunakan adalah sistem pencahayaan buatan. Hal ini karena aktivitas diruang ini tidak sama dengan aktivitas pada ruang auditorium atau ruang pertunjukan.

b. Sistem Penghawaan

Penghawaan pada bangunan Gorontalo Expo Center, untuk mendukung kegiatan promosi /pameran merupakan persyaratan mutlak untuk dipenuhi.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penghawaan antara lain : 1) Keadaan ventilasi

2) Bentuk bidang pengarah 3) Keadaan temperatur 4) Keadaan kelembaban 5) Kebutuhan udara tiap objek

6) Arah angin terhadap bangunan dan besaran ventilasi

(37)

7) Radiasi

8) Kualitas udara dalam lingkungan sekitar.

Penghawaan pada Gedung Konser ini menggunakan 2 sistem, yaitu:

a) Penghawaan alami (natural ventilation)

Dengan memanfaatkan aliran udara dengan cara memasukkan udara dan mengeluarkan udara kembali keluar bangunan.

b) Penghawaan buatan (artificial ventilation)

Memanfaatkan tenaga listrik dengan menggunakan alat pengukur suhu ruangan Air Conditioning (AC). Adapun jenis AC yang digunakan pada objek rancangan adalah:

 AC Split

Digunakan pada fasilitas pengelola, fasilitas penunjang dan fasilitas utama.

AC Split mempunyai kelembutan suara mesin yang tidak bising sehingga menjamin ketenangan. Peredam suara bising tersebut karena adanya motor kondensor yang terletak diluar ruangan.

 AC Central

Digunakan pada fasilitas pertunjukan/auditoriuml, yang terdiri dari mesin pengelola udara yaitu Air Handling Unit (AHU).

Gambar 3.14 AC Split

(38)

c. Sistem Pencegahan Kebakaran

Sistem pencegahan kebakaran telah diatur pada peraturan-peraturan bangunan yang prinsipnya meliputi pencegahan kebakaran dengan mengadakan alat pengaman pada sistem sekring (fuse). Setiap ruangan dilengkapi dengan Alat Pemadam Air Ringan (APAR) dengan media tabung kimia/busa dengan perletakan yang mudah dijangkau, dilengkapi dengan ionizer atau head detector yang membunyikan alarm seketika bila terjadi kebakaran pada suatu ruangan.

Untuk menangkal kebakaran pada bangunan ini digunakan:

1) Ionizer Detector, yang berfungsi mendeteksi ion asap secara dini.

2) Head Detector, yang mendeteksi perubahan panas yang signifikan didalam ruangan.

3) Penempatan tabung pengaman dalam firebox ditempat-tempat yang mudah terbakar pada jarak sekitar 30m.

4) Pemasangan water hydrant pada area sudut-sudut luar bangunan.

5) Pemasangan sprinkler.

Bak Penampungan

Water Hidrant Fire House

Alarm SUMBER API

Tangga Darurat APAR

Gambar 3.16 Sistem Penyelamatan Terhadap Kebakaran

(39)

d. Sistem Distribusi Air Bersih

Pengadaan air bersih sebagai tuntutan kebutuhan pengunjung direncanakan berasal dari PDAM. PDAM merupakan sumber air bersih yang berasal dari sungai yang kemudian dibendung, lalu diolah dan diproses oleh suatu perusahaan untuk warga/masyarakat yang memerlukan usaha ini, sedangkan sumur pompa merupakan sumber air bersih yang berasal dari air tanah yang di pompa ke atas dengan menggunakan pompa air. Syarat-syarat fisik air bersih adalah:

 Jernih, bersih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.

 Mempunyai suhu kira-kira 10-20°C

 Memenuhi syarat kesehatan.

Berdasarkan cara pengalirannya, untuk mendistribusikan air ke ruang-ruang yang telah ditentukan dalam bangunan dapat menggunakan sistem horizontal ataupun sistem vertikal.

Untuk penyimpanan air bersih dari pompa atau PDAM, volume air disesuaikan dengan keperluan pengguna seluruhnya yang kemudian air bersih tersebut dapat disimpan dalam ground recervoir dan tangki air.

Gambar 3.17 Sistem Distribusi Air Bersih

Sumur Pompa

Ground Tank Meteran

PDAM

Pompa Tandon

Air Ruangan

(40)

e. Sistem Pembuangan

 Air Kotor dan Air Hujan

Air kotor dapat dibedakan atas air kotor yang berasal dari bangunan, baik itu dari pantry, westafel, air hujan dan sebagainya. Sedangkan kotoran padat berupa kotoran manusia yang berasal dari toilet.

Secara rinci proses pembuangan air kotor pada bangunan dapat dilihat dalam skema berikut ini:

Kotoran atau feaces baik padat maupun cair yang berasal dari kamar mandi/WC disalurkan melalui saluran pipa-pipa yang ditanam dalam tanah ke bak kontrol lalu disalurkan ke septic tank dan berakhir pada bak peresapan.

Untuk air hujan yang mengalir dari bagian atap dialirkan ke talang horizontal menuju talang vertical. Agar tidak terjadi genangan air, maka dibuat saluran air disekeliling bangunan dan tepi jalur kenderaan ke riol kota agar air hujan dapat langsung mengalir.

Gambar 3.18 Sistem Pembuangan Air Kotor dan Kotoran Padat Limbah

Padat

Bak Kontrol Septic Tank Peresapan

Air Kotor (Lavatory,Westafel)

Air Kotor (Dapur,Paintry)

Bak Penangkap

Lemak

Bak Kontrol

RIOL KOTA

Air Hujan Saluran

Drainase

Bak Kontrol

RIOL KOTA

Gambar 3.19 Sistem Pembuangan Air Hujan

(41)

 Sampah

Sampah yang ada di dalam bangunan dibuang ke tempat sampah yang ada dalam bangunan, kemudian sampah tersebut dibuang ke tempat sampah yang ada diluar bangunan. Sampah dari bangunan dan tapak dibuang sementara ke tempat sampah didalam tapak yang kemudian diangkut keluar dengan truk pengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir atau TPA.

f. Sistem Telekomunikasi

Sistem komunikasi yang digunakan didalam bangunan ini adalah:

 Telepon

Digunakan untuk hubungan ekstern, dengan sistem PABX (Privat Automatic Brance Exchanges) yang dihubungkan dengan PT. Telkom.

 Intercom

Digunakan untuk percakapan antar ruangan didalam bangunan.

 Walky Talkie

Digunakan oleh security sebagai sarana didalam menjaga keamanan dan kenyamanan.

Gambar 3.20 Sistem Pengelolaan Sampah Truk Pengangkut/Dump

Truk

Sampah Basah/Organik Sampah

Basah/Conteiner

Sampah Kering/Anorganik

Sampah Basah/Conteiner

TPA

(42)

g. Sistem Penangkal Petir

Petir adalah suatu gejala listrik diatmosfir yang timbul bila terjadi banyak kondensasi dari uap air dan ada arus udara naik yang kuat. Instalasi penangkal petir adalah instalasi suatu sistem dengan komponen-komponen dan peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir dan menyalurkannya ke tanah, sehingga semua bangunan beserta isinya atau benda-benda yang dilindunginya terhindar dari bahaya sambaran petir yang dapat mengakibatkan kebakaran.

Sistem penangkal petir tersebut dapat berupa:

 Sistem Franklin (Sistem Konvensional)

 Sistem Faraday (Sangkar Faraday)

 Sistem Radio AKtif

Dalam sistem penangkal petir pada Gedung Pementasan ini dirancang menggunakan sistem Franklyn atau Sistem Konvensional. Pada sistem Franklyn ini sebuah batang yang runcing dipasang pada bagian paling atas bangunan, dan dihubungkan dengan batang tembaga menuju elektroda tanah (mencapai permukaan air).

Daerah yang dilindungi dari sambaran petir berbentuk segitiga kerucut dengan ujung penyalur petir pada puncaknya. Disistem ini hanya menggunakan sebuah split penangkal petir yang dipasang pada tempat tertinggi.

h. Sistem Penyediaan Listrik

Listrik merupakan energi yang dapat diubah menjadi energi lain, menghasilkan panas, cahaya, kimia, atau gerak (mekanik). Dalam bangunan atau gedung, penggunaan listrik sangatlah penting mengingat penggunaan gedung atau bangunan yang tak pernah

Tiang Franklin

Tembaga Penghantar

Ground /Tanah

Gambar 3.21 Sistem Penangkal Petir

(43)

lepas dari sistem pencahayaan, penghawaan, elektrikal dan sebagainya yang sebagian besar cara pengalirannya membutuhkan suatu arus listrik.

Kebutuhan listrik dalam bangunan Gedung Pementasan dapat diperoleh melalui PLN sebagai sumber listrik yang utama dan generator atau genset sebagai sistem jaringan listrik cadangan apabila aliran listrik dari PLN terputus. Kedua jaringan disalurkan ke trafo dan panel kontrol pusat (MDP) kemudian dialirkan ke panel (SDP) yang akan diteruskan ke tiap-tiap ruang yang membutuhkan aliran listrik.

i. Sistem Akustik

Prinsip-prinsip perencanaan akustik ruang sebagai dasar pertimbangan antara lain:

1) Background noise/latar belakang kebisingan.

2) Bentuk dan ukuran ruang.

3) Jenis kegiatan dan fungsi ruang.

4) Penggunaan elemen-elemen ruang seperti:

 Plafon yang berfungsi untuk pemantulan bunyi.

 Dinding berfungsi untuk pemantulan, penyerapan dan pembaur bunyi.

 Lantai berfungsi sebagai penyerap, pemantul dan pembelok bunyi.

Elemen-elemen ruang ini merupakan fungsi akustik yang sangat menentukan dalam sistem yang akan diterapkan pada suatu rancangan Gedung Pementasan Musik.

Gambar 3.22 Sistem Penyediaan Listrik PLN Meter Panel Listrik

ATS Panel

Distribusi

Unit Bangunan

Genset

(44)

Pada Gedung Pementasan Musik ini khususnya pada ruang-ruang yang membutuhkan bahan peredaman maka digunakan kombinasi dari bahan-bahan peredam yang ada, misalnya penggunaan gypsum sebagai partisi ruang, penggunaan glasswool sebagai bahan pengisi, serta penggunaan lantai karpet dapat menciptakan sistem akustik ruang yang baik untuk ruang-ruang yang mengahasilkan bising yang tinggi.

 Ruang Auditorium

Teknik penataan akustik pada ruang auditorium sangat perlu untuk diperhatikan agar tidak mengganggu pengguna ruangan lain. Hal ini karena pada ruang-ruang tersebut menghasilkan tingkat kebisingan yang sangat tinggi. Mengingat ruang-ruang tersebut membutuhkan peredaman yang sangat tinggi maka cara untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan menambahkan massa pada partisi ruangan. Penggunaan dinding ganda dengan memberikan rongga udara yang didalamnya terdapat material pengisi juga dapat memperoleh hasil redaman yang lebih baik. Gypsum digunakan sebagai material partisi dinding ruangan dan untuk material pengisi digunakan selimut akustik yang berupa serat kaca (glasswool). Secara umum sistem akustik yang diterapkan pada ruang ini mengacu pada lima prinsip dasar membuat ruang kedap suara yaitu penggandaan massa material yang digunakan, absorpsi atau penyerapan suara, serta penggunaan material akustik pada ruang tersebut.

 . Back Stage, Restaurant, dan Lobby

Penataan akustik pada ruang-ruang publik seperti back stage, restoran, lobby, dan sebagainya tidak terlalu membutuhkan teknik peredaman yang lebih. Hal ini karena aktivitas di ruang-ruang tersebut tidak banyak menghasilkan kebisingan yang tinggi.

Pada ruang-ruang tersebut tidak perlu menggunakan dinding ganda seperti pada ruang auditorium. Teknik peredaman di ruang-ruang ini hanya dilakukan dengan cara

(45)

permainan plafond yang naik turun. Plafond yang tidak rata atau naik turun mampu meredam suara meskipun hasil peredamannya tidak sebaik menggunakan material kedap suara.

Pada ruang-ruang lain seperti ruang-ruang pengelola tidak terlalu memperhatikan sistem penataan akustik. Hal ini karena ruang-ruang tersebut tidak banyak menghasilkan kebisingan.

j. Pengaturan Tata Landscape

Tujuannya adalah untuk menentukan/menganalisa jenis dan fungsi tanaman yang akan digunakan pada luar tapak. Dasar pertimbangannya adalah untuk pembentukan ruang Landscape dan sebagai kontrol visual yang berfungsi sebagai penyejuk dan pereduksi panas dan bunyi yang menyebabkan kebisingan.

Untuk jenis tanaman yang akan digunakan pada penataan Landscape yaitu :

1) Palem Raja, karena mempunyai banyak fungsi selain unsur estetika juga sebagai pengarah dan tata hijau.

2) Kirai Payung, karena dapat melindungi dan sebagai penahan angin selain itu juga sebagai filter kebisingan.

Dari hasil analisa, dapat diketahui jenis pohon yang digunakan dan fungsinya, yaitu:

a) Dapat menciptakan iklim mikro yang baik.

b) Sebagai pendukung unsur estetika.

c) Sebagai pembatas dan pengarah imajine.

Gambar

Gambar 3.1 Peta Kota Gorontalo
Gambar 3.4 Peta Alternatif Site SITE B
Tabel 3.1 Pembobotan Pemilihan Site
Gambar 3.5 Peta Lokasi Site Terpilih
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem komunikasi yang diperlukan adalah telepon, faxsilimile, intercom yang akan digunakan antar ruang maupun tempat lain yang ada di luar bangunan, serta dilengkapi

Sistem komunikasi yang diperlukan adalah telepon, faxsilimile, intercom yang akan digunakan antar ruang maupun tempat lain yang ada di luar bangunan, serta

Dalam bangunan Taman Wisata Alam, sistem pencahayaan alami biasa digunakan untuk menerangi area sirkulasi (jalan) pada siang hari.... Sistem

Bangunan pada Taman Wisata Bunga Krisan menggunakan tampilan dengan konsep arsitektur organik dengan menerapkan material dan detail bangunan bernuansa alami, sehingga

Penerapan nilai Botting Langi pada pola penataan massa yaitu dengan meletakkan ruang pertunjukan outdoor pada zona Botting Langi' karena sebuah pertunjukan adalah simbol

Terdapat 10 aspek fisik yang dikelola pada penerapan konsep ini, yaitu pencahayaan, penghawaan, aroma, taman dan ruang luar, alam pada ruang dalam, kebisingan, ketenangan

Untuk pencahayaan buatan diterapkan pada ruang-ruang yang kurang terjangkau sinar matahari, ruang- ruang yang digunakan pada malam hari, dan pada saat matahari tidak stabil

View ke tapak berbicara tentang bagaimana pengunjung perpustakaan yang baru pertama kali datang ke kawasan Fakultas Teknik, dapat dengan mudah menemukan letak