• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN INOVASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN INOVASI"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN (P): 1693-7147

Pemuliaan

Tanaman Hutan

Volume 14 No. 1, Juni 2020

J urnal J urnal

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN INOVASI

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

ISSN (E): 2527-8665

(2)

JURNAL PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

Volume 14 No. 1, Juni 2020

Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan adalah media resmi publikasi ilmiah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Jurnal ini menerima dan mempublikasikan tulisan hasil penelitian yang berhubungan dengan bioscience seperti silvikultur/budidaya, perbenihan, pemuliaan, genetika, bioteknologi, hama/penyakit, fisiologi dan konservasi genetik dengan frekuensi terbit dua kali setahun, Juni dan Desember.

Susunan Dewan Penyunting (Editorial Board)

Penanggung jawab (Insured Editor):

Dr. Nur Sumedi, S.Pi., MP.

Ketua Dewan Penyunting (Editor in Chief):

Dr. Ir. Anto Rimbawanto, M. Agr.

Redaktur (Managing Editors):

Retisa Mutiaradevi, S.Kom., M.CA Rinto Hidayat, S. Hut.

Penyunting/Editor Bagian (Section Editors):

Dr. Istiana Prihartini, S.Si, M.Si Fithry Ardhany, S. Hut., M. Sc.

Sumardi, S. Hut, M.Sc Rinto Hidayat, S.Hut.

Endang Dwi Lestariningsih, S. IP.

Uki Maharani Pamukti, S. Kom., M.Eng.

Maya Retnasari, A. Md.

Penyunting/Editor Draft Naskah Final (Proofreaders):

Dr. Ir. Anto Rimbawanto, M. Agr.

Dr. Ir. Arif Nirsatmanto, M. Sc.

Fithry Ardhany, S. Hut., M. Sc.

Retisa Mutiaradevi, S.Kom., M.CA Rinto Hidayat, S.Hut.

Penyunting/Editor Tata Letak (Layout Editors):

Uki Maharani Pamukti, S.Kom., M. Eng.

Administrasi laman e-journal (Web Admin) Uki Maharani Pamukti, S. Kom., M.Eng.

Endang Dwi Lestariningsih, S. IP.

Maya Retnasari, A. Md.

Sekretariat Redaksi (Secretariat) Fithry Ardhany, S. Hut., M. Sc.

Endang Dwi Lestariningsih, S. IP.

Uki Maharani Pamukti, S. Kom., M.Eng.

M. Nurdin Asfandi, A. Md.

Maya Retnasari, A. Md.

Diterbitkan oleh:

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alamat:

Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 15,

Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, Indonesia - 55582

Telp. +62-274 895954, 896080;

Fax. +62-274 896080 email: breeding@biotifor.or.id

Cover : Daun Pohon Jati Oleh : Uki Maharani Pamukti

(3)

ISSN (P): 1693-7147 ISSN (E): 2527-8665

JURNAL PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

Volume 14 No. 1, Juni 2020

Penyunting (Editors):

Dr. Ir. Anto Rimbawanto, M. Agr.

Genetika Molekuler, BBPPBPTH, Indonesia

Prof. Dr. Ir. Suryo Hardiwinoto, M. Agr. Sc.

Silvikultur,

Universitas Gadjah Mada, Indonesia Prof. Dr. Ir. Muh. Restu, M. P.

Genetika dan Pemuliaan Hutan, Universitas Hassanudin, Indonesia Dr. Ir. Arif Nirsatmanto, M. Sc.

Pemuliaan Tanaman Hutan, BBPPBPTH, Indonesia Dr. Ir. Budi Tjahjono

Proteksi Tanaman/Phytopatology, PT. Arara Abadi, Indonesia

Dr. Ir. Eko Bhakti Hardiyanto Pemuliaan Tanaman Hutan,

Universitas Gadjah Mada, Indonesia Dr. Sapto Indrioko, S. Hut., M. P.

Bioteknologi Hutan, Pemuliaan Pohon, Genetika Hutan,

Universitas Gadjah Mada, Indonesia Ir. Arif Wibowo, M.Agr

Mikologi

Universitas Gadjah Mada, Indonesia ILG. Nurtjahjaningsih, S.Si, M.Sc, Ph.D Genetika

BBPPBPTH, Indonesia

Dr. Noor Khomsah Kartikawati, S.Hut., M.P.

Genetika

BBPPBPTH, Indonesia

Mitra Bestari (Reviewers):

Prof. Dr. Mohammad Na'iem, M. Agr. Sc. Pemuliaan Tanaman Hutan,

Universitas Gadjah Mada, Indonesia Prof. Dr. Ir. H. Djoko Marsono Konservasi Sumber Daya Hutan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia Prof. Dr. Ir. Susamto, M. Sc.

Proteksi Tanaman,

Universitas Gadjah Mada, Indonesia Prof. Dr. Ir. Sumardi, M. For. Sc.

Perlindungan Hutan dan Kesehatan Hutan, Institut Pertanian (INSTIPER) Yogyakarta, Indonesia

Dr. Ir. Arif Nirsatmanto, M. Sc.

Pemuliaan Tanaman Hutan, BBPPBPTH, Indonesia Dr. Ir. Eny Faridah, M. Sc.

Fisiologi Pohon dan Biologi Molekuler, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

Prof. Dr. Ir. Budi Leksono, M.P.

Pemuliaan Tanaman Hutan, BBPPBPTH, Indonesia Dr. Anto Rimbawanto Genetika Molekuler BBPPBPTH, Indonesia Dr. Ir. Taryono, M. Sc.

Bioteknologi Tanaman,

Universitas Gadjah Mada, Indonesia Dr. Ir. Supriyanto, DEA

Pemuliaan Tanaman,

Institut Pertanian Bogor, Indonesia Dr. Ir. Sumarwoto P. S., M. P.

Teknologi Benih dan Produksi Tanaman, Universitas Pembangunan Nasional, Indonesia

(4)
(5)

ISSN (P) : 1693-7147 ISSN (E) : 2527-8665

JURNAL PEMULIAAN TANAMAN HUTAN Volume 14 No. 1, Juni 2020

1. INVENTARISASI SERANGGA DAN TINGKAT KERUSAKAN YANG DITIMBULKAN PADA TEGAKAN JATI (Tectona grandis LINN. F) DI AREAL HUTAN TANAMAN RAKYAT (HTR) NEGERI HILA KABUPATEN MALUKU TENGAH

Inventory of insects and levels of damages on teak (Tectona grandis LINN.F) at forest plants Hila State District, Maluku District

Cornelia M.A Wattimena, Fransina Latumahina, dan N.K Kartikawati ... 1 – 8 2. SIFAT KAYU JATI UNGGUL NUSANTARA (Tectona grandis L.f.) PADA TIGA

KELAS DIAMETER POHON

The nature of jati unggul nusantara (Tectona grandis L.f.) wood in three classes of tree diameter

Gudiwidayanto Sapto Putro, Sri Nugroho Marsoem, Joko Sulistyo dan Suryo

Hadiwinoto ... 9 - 19 3. ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI PENYEBAB PENYAKIT

BERCAK DAUN PADA SEMAI PINUS DI PERUM PERHUTANI BKPH PURWOREJO, KPH KEDU SELATAN

Isolation, identification and characterization of leaf spot disease causal agent on pine seedling at Perum Perhutani, BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan

Nur Hidayati, Siti Husna Nurrohmah, dan Fithry Ardhany ... 21 - 32 4. EVALUASI UJI KLON JATI (Tectona grandis L.f.) UMUR 20 TAHUN DI KPH

CEPU PERUM PERHUTANI

Evaluation of clonal test of teak (Tectona grandis L.f.) at 20 years in KPH Cepu Perum Perhutani

Deanova Frestiana Br. Pelawi, Sapto Indrioko, Fanny Hidayati dan Aris Wibowo .... 33 – 43 5. KARAKTERISASI MORFOLOGI, PERBANYAKAN VEGETATIF DAN

POTENSI BAMBU (Gigantochloa dan Schizostachyum) SEBAGAI TANAMAN UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR

Morphological characterization, vegetative propagatian and potention of bamboo (Gigantochloa and Schizostachyum) for land and water conservation

Trimanto, Desya Wahyu Annisa dan Dzaskyah Hanasari ... 45 – 55 6. PENYAKIT AKAR GANODERMA PADA SENGON DI SLEMAN,

YOGYAKARTA

Ganoderma root disease on sengon in Sleman, Yogyakarta

Tri Maryono ... 57 - 63 7. PENGARUH ASAL BENIH TIMOHO (Kleinhovia hospita L) TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT DI TINGKAT PERSEMAIAN

The effect of seeds’ orgin on the growth of timoho (Kleinhovia hospita L) seedling in the nursery

Rafelinta Daradwinta, Ragil Pinasti, Lukman Hakim ... 65 – 74

(6)
(7)

JURNAL PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

ISSN (P): 1693-7147 | ISSN (E): 2527-8665 Volume 14 No. 1, Juni 2020

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dicopy tanpa ijin dan biaya UDC/ODC 630*453

Cornelia M.A Wattimena, Fransina Latumahina, dan N.K Kartikawati

INVENTARISASI SERANGGA DAN TINGKAT KERUSAKAN YANG DITIMBULKAN PADA TEGAKAN JATI (Tectona grandis LINN.F) DI AREAL HUTAN TANAMAN RAKYAT (HTR) NEGERI HILA KABUPATEN MALUKU TENGAH

Inventory of insects and levels of damages on teak (Tectona grandis LINN.F) at forest plants Hila State District, Maluku District

J. Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 14 No. 1, Juni 2020, p. 1 – 8

The study aims to determine the types of insects that attack teak plants, diagnose the symptoms of attack and estimate the magnitude and intensity of attacks caused by teak pests. The results found two types of pests that attack teak stands namely Woodhoppers (Valanga nigricornis) and Caterpillars (Hyblaea puera) with moderate damage intensity. Valanga nigricornis measuring 45 - 55 mm (male) and 15-75 mm (female), has a head, chest, thorax and abdomen, yellowish brown with a dark blue hue on the wings.

The rear wing is visible when flying and is red.

Caterpillars (Hyblaea puera) are found to be brown with a pair of small yellow stripes on each side, and between two lines are dark brown with a length of 3.5 cm, while the cocoon is dark brownish black, with an average length of 1.4-1. 9 cm, and an average weight of 0.7-1.3 mg. Valanga nigricornis attack area of 29.58% belong to the category of moderate attack and Hyblaea puera of 23.41% belonging to the category of mild attack.

Keywords: woodhoppers, Valanga nigricornis, caterpillars, Hyblaea puera

UDC/ODC 630*810

Gudiwidayanto Sapto Putro, Sri Nugroho Marsoem, Joko Sulistyo dan Suryo Hadiwinoto

SIFAT KAYU JATI UNGGUL NUSANTARA (Tectona grandis L.f.) PADA TIGA KELAS DIAMETER POHON

The nature of jati unggul nusantara (Tectona grandis L.f.) wood in three classes of tree diameter

J. Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 14 No. 1, Juni 2020, p. 9 - 19

Increasing the growth rate of teak trees is carried out to shorten the tree harvest rotation and reduce the deficit of teak timber supply, while maintaining the superiority of wood properties. The study was conducted to determine the nature of five-year-old JUN Teak wood in three classes of tree diameter and radial position of the trunk. This study arranged in a completely randomized design arranged in factorial combinations of the treatments of radial positions and diameter classes consisting of large (18-22 cm), medium (14-18 cm) and small (10-14 cm) stem diameters, and the radial position of wood on the trunk based on the tree's ring. Three samples of trees were felled for each stem diameter class so that totally nine trees were used in this study. The testing of the physical properties of wood and the measurement of fiber dimensions were conducted using British Standards 373 and the IAWA method, respectively.

The results showed that the diameter of the tree and the radial position of the wood had a significant effect on all parameters observed (fiber dimension and physical properties of wood), except the fiber diameter. The tree growth rate had a negative correlation with fiber length (-0.67), fiber wall thickness (-0.65), air-dry moisture content (-0.91) and air dry specific gravity (-0.86), and had a positive correlation with fiber diameter (0.61) and green water content (0.78). According to the pattern of wood properties in the radial direction, JUN wood harvested at the age of five was categorized as juvenile wood. This wood is acceptable as furniture and lightweight construction material.

Keywords: fiber dimension, fiber thickness, fiber length, physical properties, radial position of the trunk

(8)

ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN

KARAKTERISASI PENYEBAB PENYAKIT BERCAK DAUN PADA SEMAI PINUS DI PERUM PERHUTANI BKPH PURWOREJO, KPH KEDU SELATAN

Isolation, identification and characterization of leaf spot disease causal agent on pine seedling at Perum Perhutani, BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan J. Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 14 No. 1, Juni 2020, p. 21 - 32

Pinus merkusii, a multiuse tree, is cultivated at Indonesian Plantation. Pinus plantation have been threatened by rust/spot leaf disease. The pathogen has infected pinus seedlings at Perum Perhutani, BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan and cause high mortality. The aims of this research to identify pathogen causing rust/spot leaf thus information how to control can be observed. Pathogens were isolated from infected leaves, and grown on the potato dextrose agar (PDA) and observed macroscopis and microscopis and identified. The pathogens also were inoculated to healthy seedlings (Postulat Koch Test).

The result shows that pathogen causing rust/spot leaf on seedlings pine is Pestalotia sp with characteristic white colony, hypha has acervuli with conidia that have 2-5 septums and 3 or 5 whip like structures at the edge. Potulat Koch test indicated that inoculated healthy seedling shows similar symptom with infected seedlings. Rust/spot leaf has similar symptom and sign. Spot or rust appear on leaves started from edge and spread to base. At first, spots were formed in small size and separate each other but they developed and became larger and fused.

Keywords: pathogen, Pestalotia sp, inoculation, acervuli, hypha

EVALUASI UJI KLON JATI (Tectona grandis L.f.) UMUR 20 TAHUN DI KPH CEPU PERUM PERHUTANI

Evaluation of clonal test of teak (Tectona grandis L.f.) at 20 years in KPH Cepu Perum Perhutani

J. Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 14 No. 1, Juni 2020, p. 33 – 43

Evaluation of the teak clone test aims to determine the growth and genetic parameters of the clones at the age of 20 years. Teak clone test was established in 1999 with a Randomized Complete Block Design (RCBD). The number of clones used was 65 clones, five replications (blocks), four treeplots, with a spacing of 3m x 3m. Measurements were carried out on the growth characteristics (i.e., plant height and diameter at breast height / DBH) and wood quality (i.e., Pilodyn penetration stress-wave velocity / SWV).

The results of the analysis of variance showed that there were very significant differences in all observed growth characteristics. Heritability for plant height, stem diameter, Pilodyn penetration, and SWV were 0.38, 0.51, 0.59, 0.29, and 0.53, respectively. The expected genetic gains for volume and SWV were 21.81% and 2.11%, respectively, by selecting the best seven clones. The correlation between growth characteristics is highly positive. Furthermore, correlation between growth characteristics and Pilodyn penetration is positive and significant, indicating that better growth characteristics will be followed by decreasing wood density/specific gravity.

However, further research is needed to clarify this result. Correlation between growth characteristics (tree diameter and height) and SWV are positively low, suggesting that mechanical properties are independent from growth characteristics. Based on clone values of stem diameter and SWV characteristics, there are seven best clones with 4,32 – 17,52% improvement in comparison with the grand mean

Keywords: heritability, genetic gain, teak clone, Pilodyn penetration, stress-wave velocity (SWV)

(9)

UDC/ODC 630*311

Trimanto, Desya Wahyu Annisa, dan Dzaskyah Hanasari

KARAKTERISASI MORFOLOGI,

PERBANYAKAN VEGETATIF DAN POTENSI BAMBU (Gigantochloa dan Schizostachyum) SEBAGAI TANAMAN UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR

Morphological characterization, vegetative

propagatian and potention of bamboo (Gigantochloa and Schizostachyum) for land and water

conservation

J. Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 14 No. 1, Juni 2020, p. 45 – 55

The potential of bamboo as a plant for soil and water conservation can be identified by the morphological character. The quality of bamboo can be shown from the morphological characters. Bamboo is a plant that is difficult to propagate generatively, while there is a paucity information on the vegetative propagation of bamboo species especially genus of Gigantochloa and Schizostachyum. The aims of this research is to characterize morphology of bamboo, studies of bamboo propagation with vegetative method and measure the potential of bamboo as a plant for soil and water conservation. Four species of bamboo namely Gigantochloa atroviolaceae Widjaja, G. robusta Kurz., G. luteostriata Widjaja and Schizostachyum zollingeri Steud.are used in this study. The result of morphology characterization show that four species of bamboo have unique morphological characteristics from reed midribs, reed height, diameter, leaves and roots. The results of vegetative propagation of bamboo using different growing media show that the compost + soil (1: 1) is the best for bamboo growth. Soil media can also be used as an alternative media for vegetative propagation. Sand media gives the lowest growth.

G. atroviolaceae and G. robusta are species of bamboo that suitable for soil and water conservation.

Both species of bamboo are characterized by strong reed, dense growth and canopy, good quality of litter, and a strong root system that supports to soil and water conservation.

Keywords: Bamboo cultivation, domestication, rehabilitation, silviculture

UDC/ODC 630*448 Tri Maryono

PENYAKIT AKAR GANODERMA PADA SENGON DI SLEMAN, YOGYAKARTA Ganoderma root disease on sengon in Sleman, Yogyakarta

J. Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 14 No. 1, Juni 2020, p. 57 – 63

Ganoderma root disease in the community forest of sengon is one of the limiting factor to increase the productivity of sengon wood. This disease has been reported in West Java, East Java, South Sumatra and South Kalimantan. The survey was conducted to determine the existence of Ganoderma root disease in three sengon fields in Sleman, Yogyakarta. The existence of Ganoderma root disease was recognized based on the symptoms of diseased plants and the present of Ganoderma basidiocarp on the diseased sengon stem. The survey results on three sengon fields was succeed in finding diseased plants and also the basidiocarp of Ganoderma on the basal of the diseased plant stem. Symptoms that have been found was either dead or dying trees (few leaves left). The basidiocarp of Ganoderma on the diseased plants varies in characteristic while its young and mature.

The basidiospores is ellipsoid, truncate, rough (coarsely echinulated), and double-walled. The Ganoderma colony was white and turned to yellow orange from the center. Based on this study the Ganoderma root disease in sengon plants has developed in Sleman, Yogyakarta. The presence of dead or dying trees with few leaves left between healthy sengon trees and the presence of Ganoderma basidiocarp in diseased trees are indicator of the presence of root disease in the sengon field caused by Ganoderma.

Keywords: falcataria, pathogen, root rot, sengon disease

(10)

(Kleinhovia hospita L) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT DI TINGKAT PERSEMAIAN

The effect of seeds’ orgin on the growth of timoho (Kleinhovia hospita L) seedling in the nursery J. Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 14 No. 1, Juni 2020, p. 65 – 74

Timoho (Kleinhovia hospita) wood is one of the raw materials for keris sheath having high aesthetic and economic values. Due to the exploitation of keris raw material that outmatches its planting activities, this type of tree is already hard to find in the Special Region of Yogyakarta, so this research aims to determine the effect of Timoho seeds’ origin towards the quality of seedling growth, so it can be used as a standard in determining candidates for generative propagation. The genetic material in the form of seeds in this study came from the parent trees grown in Bulaksumur region (1 tree) and Purwobinangun (2 trees) region, Yogyakarta. The research stages conducted were seed extraction, seed scarification, germination in the petri dish, and seedlings planting in polybags. The result showed that the viability of seeds from Bulaksumur was 80% while the viability of seeds from Purwobinangun was 68%. Observation and measurement of seedling stem length and the number of leaves every 2 weeks for 42 days showed that timoho seedling from Purwobinangun had a higher leaf number (19,11 ± 2,66 blade and a longer stem length (11,54 ± 2,77 cm) than seedling from Bulaksumur, which is 0,59 ± 1,07 blade and 7,59 ± 1,17 cm, respectively. Based on the results of this study, it is concluded that there is a possibility of selfing on timoho’s tree from Bulaksumur which caused the growth of seedlings from Bulaksumur is lower than seedlings from Purwobinangun.

Keywords: generative propagation, selfing, sustainability, viability

(11)

JURNAL PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

ISSN (P): 1693-7147 | ISSN (E): 2527-8665 Volume 14 No.1, Juni 2020

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dicopy tanpa ijin dan biaya UDC/ODC 630*453

Cornelia M.A Wattimena, Fransina Latumahina, dan N.K Kartikawati

INVENTARISASI SERANGGA DAN TINGKAT KERUSAKAN YANG DITIMBULKAN PADA TEGAKAN JATI (Tectona grandis LINN.F) DI AREAL HUTAN TANAMAN RAKYAT (HTR) NEGERI HILA KABUPATEN MALUKU TENGAH

Inventory of insects and levels of damages on teak (Tectona grandis LINN.F) at forest plants Hila State District, Maluku District

J. Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 14 No. 1, Juni 2020, p. 1 – 8

Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis serangga yang menyerang tanaman jati, mendiagnosa gejala serangan serta mengestimasi besarnya intensitas dan luas serangan yang ditimbulkan akibat serangan hama jati. Hasil penelitian menemukan dua jenis hama yang menyerang tegakan jati yakni belalang kayu (Valanga nigricornis) dan ulat jati (Hyblaea puera) dengan intensitas kerusakan tergolong sedang.

Belalang kayu (Valanga nigricornis) berukuran 45 - 55 mm (jantan) dan 15-75 mm (betina), memiliki kepala, dada, thorax dan abdomen, berwarna cokelat kekuningan dengan corak warna biru gelap di bagian sayap. Bagian sayap belakang terlihat saat terbang dan berwarna merah. Ulat jati (Hyblaea puera) yang ditemukan berwarna coklat dengan sepasang garis kuning kecil di setiap sisi, dan diantara dua garis berwarna coklat gelap dengan panjang 3,5 cm, sedangkan kepompong berwarna coklat tua kehitam- hitaman, dengan panjang rata-rata 1,4–1,9 cm, dan berat rata-rata 0,7-1,3 mg. Luas serangan Valanga nigricornis sebesar 29,58 % tergolong dalam kategori terserang sedang dan Hyblaea puera sebesar 23,41 % yang tergolong kategori terserang ringan.

Kata kunci: serangga hama, hutan tanaman rakyat, jati

UDC/ODC 630*810

Gudiwidayanto Sapto Putro, Sri Nugroho Marsoem, Joko Sulistyo dan Suryo Hadiwinoto

SIFAT KAYU JATI UNGGUL NUSANTARA (Tectona grandis L.f.) PADA TIGA KELAS DIAMETER POHON

The nature of jati unggul nusantara (Tectona grandis L.f.) wood in three classes of tree diameter

J. Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 14 No. 1, Juni 2020, p. 9 - 19

Peningkatan pertumbuhan pohon jati dilakukan untuk menurunkan daur panen sehingga dapat mengurangi defisit pasokan kayu jati dengan tetap mempertahankan keunggulan sifatnya. Penelitian dilakukan untuk mempelajari sifat kayu Jati Unggul Nusantara umur lima tahun pada tiga kelas diameter pohon dan posisi radial batang. Perlakuan penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap secara faktorial untuk perlakuan kelas diameter yang terdiri dari diameter batang besar (18-22 cm), sedang (14-18 cm) dan kecil (10-14 cm), serta posisi radial kayu pada batang berdasar lingkaran tahun pohon. Setiap kelas diameter batang diwakili oleh tiga pohon sampel yang masing-masing diuji sifat fisik kayu menggunakan Standar British 373 dan dimensi serat menggunakan metode IAWA. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kelas diameter batang berpengaruh nyata terhadap dimensi serat (kecuali diameter serat) dan sifat fisik kayu. Posisi radial kayu berpengaruh nyata terhadap dimensi serat, kadar air kayu, dan berat jenis kering udara. Laju pertumbuhan pohon memiliki korelasi negatif dengan panjang serat (-0,67), ketebalan dinding serat (-0,65), kadar air kering udara (-0,91) dan berat jenis kering udara (-0,86), serta memiliki korelasi positif dengan diameter serat (0,61) dan kadar air segar (0,78).

Menurut pola sifat pada arah radial, kayu JUN yang dipanen pada usia lima tahun masih termasuk kayu juvenil. Kayu ini memenuhi syarat digunakan sebagai bahan baku furniture dan konstruksi ringan.

Kata kunci: dimensi serat, tebal serat, panjang serat, sifat fisik kayu, posisi radial batang

(12)

ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN

KARAKTERISASI PENYEBAB PENYAKIT BERCAK DAUN PADA SEMAI PINUS DI PERUM PERHUTANI BKPH PURWOREJO, KPH KEDU SELATAN

Isolation, identification and characterization of leaf spot disease causal agent on pine seedling at Perum Perhutani, BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan J. Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 14 No. 1, Juni 2020, p. 21 - 32

Pinus merkusii merupakan tanaman serbaguna yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Namun budidaya tanaman pinus kini tengah menghadapi serangan penyakit bercak daun. Penyakit ini juga menyerang semai pinus di Perum Perhutani, BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan dan menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi patogen penyebab karat daun pada semai pinus sehingga dapat diketahui cara mengendalikannya. Patogen diisolasi dari daun yang terinfeksi, ditumbuhkan pada media potato dextrose agar (PDA). Selanjutnya diamati baik secara makroskopis maupun miroskopis dan diidentifikasi. Kemudian diinokulasi pada tanaman sehat (uji Postulat Koch). Hasil identifikasi menunjukkan bahwa patogen penyebab penyakit bercak daun pada semai pinus adalah Pestalotia sp.

yang dicirikan dengan koloni berwarna putih, hifa memiliki aservuli dengan konidia bersekat 2-5 dan pada ujungnya terdapat seperti bulu cambuk berjumlah 3 atau 5. Hasil Uji postulat Koch pada semai pinus sehat yang diinokulasi menunjukkan gejala yang sama dengan semai yang telah terinfeksi.

Semai yang terinfeksi patogen bercak daun mengalami gejala pada daun-daunnya muncul bercak-bercak kuning diawali dari pucuk daun jarum menyebar kearah pangkal. Bercak terpisah tidak beraturan tapi kemudian membesar dan menyatu.

Kata kunci : patogen, Pestalotia sp, inokulasi, aservuli, hifa

EVALUASI UJI KLON JATI (Tectona grandis L.f.) UMUR 20 TAHUN DI KPH CEPU PERUM PERHUTANI

Evaluation of clonal test of teak (Tectona grandis L.f.) at 20 years in KPH Cepu Perum Perhutani J. Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 14 No. 1, Juni 2020, p. 33 – 43

Evaluasi uji klon jati bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan parameter genetik klon pada umur 20 tahun. Uji klon jati dibangun pada tahun 1999 dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan melibatkan 65 klon, 5 replikasi (blok), 4 treeplot, dan jarak tanam 3m x 3m.

Pengukuran dilakukan terhadap karakter pertumbuhan (tinggi tanaman dan diameter batang / DBH) serta kualitas kayu (penetrasi Pilodyn, dan kecepatan rambat gelombang/ stress-wave velocity/

SWV). Hasil analisis varians menunjukkan terdapat perbedaan sangat nyata terhadap semua karakter pertumbuhan yang diamati. Heritabilitas untuk sifat tinggi tanaman, diameter batang, penetrasi Pilodyn, dan SWV berturut-turut sebesar 0,38; 0,51; 0,59;

0,29; dan 0,53. Perolehan genetik harapan untuk volume dan SWV berturut-turut sebesar 21,81 % dan 2,11 % berdasarkan pemilihan tujuh klon terbaik.

Korelasi antar karakter pertumbuhan bernilai positif dan kuat. Adapun korelasi antar karakter pertumbuhan dan penetrasi Pylodin bernilai positif dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik sifat pertumbuhan dapat mengakibatkan penurunan kerapatan / berat jenis kayunya. Namun, perlu penelitian lebih lanjut terkait dengan hal ini.

Hubungan antara karakter partumbuhan (diameter dan tinggi pohon) dengan SWV bernilai lemah. Hal ini menunjukkan bahwa sifat mekanika kayu tidak dipengaruhi oleh pertumbuhan pohon pada Jati.

Berdasarkan nilai klon dari karakter diameter batang dan SWV, terdapat tujuh klon terbaik dengan peningkatan sebesar 4,32 – 17,52% dibandingkan dengan nilai rerata umum.

Kata kunci: heritabilitas, perolehan genetik, klon jati, penetrasi Pilodyn, kecepatan rambat gelombang (SWV)

(13)

UDC/ODC 630*311

Trimanto, Desya Wahyu Annisa, dan Dzaskyah Hanasari

KARAKTERISASI MORFOLOGI,

PERBANYAKAN VEGETATIF DAN POTENSI BAMBU (Gigantochloa dan Schizostachyum) SEBAGAI TANAMAN UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR

Morphological characterization, vegetative

propagatian and potention of bamboo (Gigantochloa and Schizostachyum) for land and water

conservation

J. Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 14 No. 1, Juni 2020, p. 45 – 55

Potensi bambu sebagai tanaman untuk konservasi tanah dan air dapat diidentifikasi dengan karakter morfologi. Kualitas bambu dapat ditunjukan dari karakter morfologinya. Bambu merupakan tanaman yang sulit diperbanyak secara generative, sementara informasi perbanyakan jenis-jenis bambu dengan metode vegetatif belum banyak diinformasikan khususnya genus Gigantochloa dan Schizostachyum.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkarakterisasi morfologi, studi perbanyakan bambu dan mengukur potensi bambu sebagai tanaman untuk konservasi tanah dan air. Empat spesies bambu yaitu Gigantochloa atroviolaceae Widjaja, G. robusta Kurz., G. luteostriata Widjaja dan Schizostachyum zollingeri Steud., digunakan dalam penelitian ini.

Hasil karakterisasi morfologi menunjukan bahwa keempat spesies bambu memiliki karakter morfologi yang khas baik dari buluh, pelepah buluh, tinggi, diameter, daun dan akar. Hasil perbanyakan bambu secara vegetatif dengan menggunakan media tanam yang berbeda menunjukan bahwa media tanam kompos+tanah (1:1) merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan bambu. Media tanam tanah juga dapat digunakan sebagai alternatif media untuk perbanyakan bambu secara vegetatif. Media pasir memberikan hasil pertumbuhan yang paling rendah dibanding media lain. G. atroviolaceae dan G. robusta merupakan jenis bambu yang cocok untuk konservasi tanah dan air. Kedua jenis bambu ini berkarakter kuat, pertumbuhan dan kanopi rapat, kualitas seresah yang baik, dan sistem perakaran kuat yang menunjang konservasi tanah dan air.

Kata kunci: Budidaya bambu, pemuliaan tanaman, rehabilitasi, silvikultur

UDC/ODC 630*448 Tri Maryono

PENYAKIT AKAR GANODERMA PADA SENGON DI SLEMAN, YOGYAKARTA Ganoderma root disease on sengon in Sleman, Yogyakarta

J. Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 14 No. 1, Juni 2020, p. 57 – 63

Penyakit akar Ganoderma pada tanaman kehutanan jenis sengon merupakan ancaman serius peningkatan produktivitas kayu sengon. Penyakit ini telah dilaporkan di Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Selatan. Kegiatan survey ini dilakukan untuk mengetahui keberadan penyakit akar Ganoderma pada tiga lahan sengon di Sleman Yogyakarta. Keberadaan penyakit akar Ganoderma didasarkan pada adanya gejala tanaman sakit dan badan buah Ganoderma pada batang sengon sakit.

Hasil survey pada tiga lahan sengon berhasil menemukan tanaman sakit dan juga badan buah Ganoderma pada sekitar pangkal batang tanaman sakit. Gejala yang berhasil ditemukan berupa tanaman mati dan tanaman merana (daunnya sedikit).

Badan buah Ganoderma pada tanaman sakit bervariasi karakternya ketika muda dan tua.

Basidiospora dari badan buah berbentuk ellipsoid dan truncate, permukaannya kasar, dan memiliki dua lapis dinding sel. Koloni Ganoderma hasil isolasi dari badan buah berwarna putih pada awalnya dan menjadi kuning keemasan dari tengah. Berdasarkan hasil survey ini diketahui bahwa bahwa penyakit akar Ganoderma pada tanaman sengon telah berkembang di Sleman, Yogyakarta. Adanya tanaman sengon mati atau tampak merana dengan daun sedikit di antara tanaman sengon sehat dan adanya badan buah Ganoderma pada tanaman sakit adalah indikasi adanya penyakit akar pada lahan sengon yang di sebabkan oleh jamur Ganoderma.

Kata kunci: falcataria, patogen, busuk akar, penyakit sengon

(14)

(Kleinhovia hospita L) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT DI TINGKAT PERSEMAIAN

The effect of seeds’ orgin on the growth of timoho (Kleinhovia hospita L) seedling in the nursery J. Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 14 No. 1, Juni 2020, p. 65 – 74

Kayu timoho (Kleinhovia hospita) merupakan bahan baku warangka keris yang memiliki nilai estetis dan ekonomi tinggi. Adanya eksploitasi pada bahan baku keris yang tidak diimbangi dengan kegiatan penanaman, maka pohon timoho semakin sulit ditemukan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh habitat asal pohon induk timoho terhadap kualitas pertumbuhan bibit sehingga dapat dijadikan standar dalam penentuan kandidat perbanyakan generatif. Penelitian ini dilakukan di persemaian kantor B2P2BPTH Yogyakarta. Materi genetik berupa biji dalam penelitian ini berasal dari satu pohon induk di Bulaksumur dan dua pohon induk dari Purwobinangun, Yogyakarta. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi ekstraksi biji, skarifikasi, perkecambahan pada media petri dish, dan persemaian dalam polybag. Hasil penelitian menunjukkan viabilitas biji dari Bulaksumur sebesar 80% sedangkan dari Purwobinangun sebesar 68%.

Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu selama 42 hari menunjukkan bahwa jumlah daun bibit timoho dari Purwobinangun memiliki rata-rata jumlah daun (19,11 ± 2,66 helai) dan panjang batang (11,54 ± 2,77 cm) lebih baik dibandingkan dengan rata-rata jumlah daun dan panjang batang bibit timoho dari Bulaksumur (10,59 ± 1,07 helai dan 7,59 ± 1,17 cm).

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat kemungkinan adanya selfing pada pohon di Bulaksumur yang menyebabkan pertumbuhan bibit timoho Bulaksumur lebih rendah dibandingkan bibit Purwobinangun.

Kata kunci: perbanyakan generatif, selfing, kelestarian, viabilitas

(15)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dewan Redaksi Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Budi Leksono, MP (Pemuliaan Tanaman Hutan, BBPPBPTH) 2. Dr. Ir. Anto Rimbawanto, M.Agr (Genetika Molekuler, BBPPBPTH) 3. Dr. Ir. Eny Faridah, M.Sc (Fisiologi Pohon dan Biologi Molekuler, UGM

Selaku mitra bebestari (Peer reviewers) atas telaah dan saran terhadap isi naskah yang dimuat pada Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 14 No. 1, Juni 2020.

(16)
(17)

Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 14 No. 1, Juni 2020, p. 1 - 8

INVENTARISASI SERANGGA DAN TINGKAT KERUSAKAN YANG DITIMBULKAN PADA TEGAKAN JATI (Tectona grandis LINN.F) DI AREAL HUTAN TANAMAN RAKYAT (HTR) NEGERI HILA KABUPATEN MALUKU

TENGAH

Inventory of insects and levels of damages on teak (Tectona grandis LINN.F) at forest plants Hila State District, Maluku District

Cornelia M.A Wattimena¹, Fransina Latumahina², dan N.K Kartikawati³

²Kontributor Utama, ¹˒²Universitas Pattimura Ambon, Jl. Ir. M. Putuhena Kampus Poka, Ambon, Indonesia email penulis korespondensi: fransina.latumahina@yahoo.com

³Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Jl. Palagan Tentara Pelajar KM 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, Indonesia

Tanggal diterima: 07 Februari 2020, Tanggal direvisi: 18 Februari 2020, Disetujui terbit: 05 Juni 2020

ABSTRACT

The study aims to determine the types of insects that attack teak plants, diagnose the symptoms of attack and estimate the magnitude and intensity of attacks caused by teak pest. The results found two types of pests that attack teak stands namely Woodhoppers (Valanga nigricornis) and Caterpillars (Hyblaea puera) with moderate damage intensity. Valanga nigricornis measuring 45 - 55 mm (male) and 15-75 mm (female), has a head, chest, thorax and abdomen, yellowish brown with a dark blue hue on the wings. The rear wing is visible when flying and is red. Caterpillars (Hyblaea puera) are found to be brown with a pair of small yellow stripes on each side, and between two lines are dark brown with a length of 3.5 cm, while the cocoon is dark brownish black, with an average length of 1.4-1. 9 cm, and an average weight of 0.7-1.3 mg. Valanga nigricornis attack area of 29.58%

belong to the category of moderate attack and Hyblaea puera of 23.41% belonging to the category of mild attack.

Keywords: woodhoppers, Valanga nigricornis, caterpillars, Hyblaea puera

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis serangga yang menyerang tanaman jati, mendiagnosa gejala serangan serta mengestimasi besarnya intensitas dan luas serangan yang ditimbulkan akibat serangan hama jati.

Hasil penelitian menemukan dua jenis hama yang menyerang tegakan jati yakni belalang kayu (Valanga nigricornis) dan ulat jati (Hyblaea puera) dengan intensitas kerusakan tergolong sedang. Belalang kayu (Valanga nigricornis) berukuran 45 - 55 mm (jantan) dan 15-75 mm (betina), memiliki kepala, dada, thorax dan abdomen, berwarna cokelat kekuningan dengan corak warna biru gelap di bagian sayap. Bagian sayap belakang terlihat saat terbang dan berwarna merah. Ulat jati (Hyblaea puera) yang ditemukan berwarna coklat dengan sepasang garis kuning kecil di setiap sisi, dan diantara dua garis berwarna coklat gelap dengan panjang 3,5 cm, sedangkan kepompong berwarna coklat tua kehitam-hitaman, dengan panjang rata-rata 1,4–1,9 cm, dan berat rata-rata 0,7-1,3 mg. Luas serangan Valanga nigricornis sebesar 29,58 % tergolong dalam kategori terserang sedang dan Hyblaea puera sebesar 23,41 % yang tergolong kategori terserang ringan.

Kata kunci: belalang kayu, Valanga nigricornis, ulat jati, Hyblaea puera I. PENDAHULUAN

Hutan rakyat merupakan salah satu model pengelolaan sumber daya alam yang berdasarkan inisiatif masyarakat yang bertujuan untuk menghasilkan kayu atau hasil hutan ikutan lainnya sebagai upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dilakukan oleh masyarakat yang berada di

dalam dan atau di sekitar hutan, yang terdiri dari perorangan atau kelompok masyarakat yang diberi ijin pengelolaan hutan (Tjoa, Kastanya, Iskar, Latumahina, & Aponno, 2020). Sasaran lokasi HTR adalah kawasan hutan produksi yang tidak produktif, tidak dibebani izin/hak lain, letaknya diutamakan dekat dengan industri hasil hutan dan telah ditetapkan

(18)

pencadangannya oleh Menteri Kehutanan.

Keberhasilan pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) tidak hanya ditentukan oleh penguasaan dan penerapan teknik silvikultur yang sesuai dan taat azas, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek lainnya seperti perlindungan terhadap hama maupun penyakit.

Serangan hama dan penyakit dapat menurunkan potensi tegakan baik kualitas maupun kuantitasnya. Kerusakan hutan bukan saja terjadi karena ulah manusia tetapi faktor penyebab lain dari kerusakan yaitu serangan hama. Hama adalah semua binatang yang dapat menimbulkan kerusakan pada tegakan dan hasil hutan sehingga menimbulkan kerugian secara ekonomi (Nietschke, Magarey, Borchert, Calvin, & Jones, 2007).

Jati merupakan salah satu tanaman tropis yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, karena kayunya tergolong kayu serbaguna dan merupakan salah satu kayu perdagangan yang memiliki kualitas kayu sangat bagus, sangat disukai dan memiliki permintaan sangat tinggi Hidayat dan Sari (2014) dalam (Pattiwael, 2018). Tanaman jati merupakan salah satu jenis tanaman yang ditanam pada Hutan Tanaman Rakyat (HTR) di Negeri Hila, namun dalam pertumbuhannya sering mengalami gangguan akibat serangan hama maupun penyakit (Latumahina & Susetya, 2015). Hama yang biasanya menyerang tanaman jati adalah Xyleborus destruens Bldf, Neotermes tectonae Damm. (menyerang batang), Captotermes curvignatus Hciver., Leucopholis rorida F.

(menyerang akar), Duomitus ceramicus Wlk., Monochamus rusticator Fab. (menyerang kambium sampai ada xylem), Hiblaea puera Cr., Pyrausta machaeralis Wills (menyerang daun), Phassus damor Morr. (menyerang leher akar) dan bahkan beberapa jenis semut dari Genus Anoplolepis juga menyerang jati (Latumahina et al., 2015).

Oleh sebab itu, untuk mempertinggi persentase hidup tegakan jati pada HTR, maka monitoring terhadap serangan hama perlu dilakukan secara teratur, serta perlu adanya

identifikasi agar diketahui secara pasti jenis serangga hama yang menyerang tanaman jati, sehingga langkah – langkah pengendalian akan diambil secara tepat. Penelitian ini bertujuan:

untuk mengetahui serangga hama yang menyerang tanaman jati serta intensitas dan luas serangan yang ditimbulkannya.

II. METODE PENELITIAN Tempat dan waktu penelitian A.

Penelitian dilaksanakan dalam areal Hutan Tanaman Rakyat Negeri Hila, Kabupaten Maluku Tengah, pada Bulan Juni – September 2019.

Alat dan bahan B.

Alat yang digunakan yaitu botol plastik, kaca pembesar, pinset, phiband, haga, meter roll, tali raffia, cat, teropong monokuler, thermometer, kantong plastik, alat tulis menulis, kamera dan buku kunci determinasi serangga (Latumahina, 2008). Bahan yang digunakan yaitu alkohol 70 % dan tanaman jati (Tectona grandis Linn.f).

Pelaksanaan penelitian C.

Pengambilan sampel dilakukan pada areal penelitian yang seluas 1 ha dibagi menjadi 5 blok sampel (secara diagonal) dimana ukuran tiap – tiap blok yakni 20 x 20 m2. Pengamatan dilakukan pada setiap blok sampel, meliputi intensitas kerusakan terhadap daun tanaman sampel pada bagian atas, bagian tengah dan bawah dengan sistem arah mata angin (Selatan, Utara, Timur dan Barat).

Gambar 1. Areal penelitian Keterangan

: Luas Areal (1 Ha)

: Luas Blok (400 m2) 400

m2

400

m2

400

m2

400

m2

400

m2

1 Ha

(19)

Inventarisasi Serangga dan Tingkat Kerusakan Yang di Timbulkan Pada Tegakan Jati (Tectona grandis LINN.F) di Areal Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Negeri Hila Kabupaten Maluku Tengah Cornelia. M.A. Wattimena, Fransina Latumahina dan N.K Kartikawati

Pengumpulan data D.

Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dengan pengamatan langsung

di lapangan terhadap jenis-jenis hama yang menyerang tanaman jati dan tingkat serangan/kriteria serangan seperti yang dikemukakan oleh (Hariyanto, Jumani, & Heni, 2014) seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria dan skor serangan hama

Kriteria Gejala serangan Skor

Sehat

Terserang ringan Terserang sedang Terserang berat Mati

Tidak ada serangan

Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing-masing daun yang terserang sedikit

Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing-masing daun yang terserang agak banyak

Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan masing-masing daun yang terserang banyak

Seluruh daun rontok atau tidak ada tanda-tanda kehidupan

0 1 2 3 4

Teknik pengumpulan berasal dari data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari instansi terkait pengamatan laboratorium.

Identifikasi hama dilakukan pada Laboratorium Silvikultur Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon. Penelitian dilaksanakan untuk mengidentifikasi hama yang ditemukan dengan menggunakan Buku Kunci Determinasi Serangga. Latumahina, (2008) dan Wattimena, Pelupessy, dan Selang (2016) bukan merupakan Buku Kunci Determinasi Serangga melainkan paper hasil penelitian. Buku Kunci Determinasi yang dipakai oleh Wattimena, Pelupessy, dan Selang (2016) disusun oleh Kalshoven, (1981), sedang pada Latumahina tidak menyebutkan Buku Kunci Serangga untuk identifikasi.

Analisis data E.

Analisis yang digunakan yaitu analisis kuantitatif.

1. Intensitas serangan

Untuk menghitung kerusakan pada tanaman jati maka digunakan rumus sebagai berikut :

IS =

.....(1)

Keterangan :

IS = Intensitas serangan

n = Jumlah ranting per tanaman dari tiap kategori serangan

v = Nilai skala dari tiap kategori serangan Z = Nilai skala dari kategori serangan tertinggi

N = Banyaknya ranting tanaman yang diamati

Untuk mengetahui intensitas kerusakan didasarkan pada kategori serangan, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penilaian intensitas kerusakan Nilai

skala

Presentase serangan (%)

Kriteria 0

1 2 3 4

0 1 – 25 26 – 50 51 – 75

>76

Normal Terserang ringan Terserang sedang Terserang berat Terserang sangat berat 2. Luas serangan (LS)

Untuk menghitung luas serangan hama digunakan rumus :

P =

...(2) Keterangan :

P = Luas serangan

a = Jumlah tanaman yang terserang b = Jumlah tanaman yang diamati

Kategori serangan didasarkan pada kriteria penentuan kategori yang terdapat pada Tabel 3.

(20)

Tabel 3 Kriteria penentuan kategori serangan Nilai

skala

Presentase serangan (%)

Kriteria 0

1 2 3 4

0 1 – 25 26 – 50 51 – 75

>76

Normal Terserang ringan Terserang sedang Terserang berat Terserang sangat berat

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Serangga adalah bagian dari ekosistem

hutan, keberadaan serangga tidak selalu menimbulkan dampak negatif bagi pertumbuhan pohon. Serangan serangga daun pada umumnya tidak menyebabkan kematian pohon. Berdasarkan hasil penelitian, serangga hama yang ditemukan di areal Hutan Tanaman Rakyat di Negeri Hila, Kabupaten Maluku Tengah adalah dua jenis yaitu belalang kayu dan ulat daun jati. Hasil identifikasi kedua hama tersebut adalah Valanga nigricornis (Gambar 2) dan Hyblaea puera (Gambar 3).

Gambar 2. ( a ) Valanga nigricornis ( b ) Bentuk kerusakan pada daun jati V. nigricornis terdiri dari 3 bagian utama,

yaitu kepala, dada (Thorax) dan perut (Abdomen) dan memiliki 6 (enam) kaki bersendi, 2 pasang sayap dan 2 antena. Belalang kayu berwarna cokelat termasuk golongan ordo Orthoptera dan famili Acrididae. Belalang kayu ini menyerang pohon jati dan berbagai pohon kayu-kayuan lainnya. Belalang kayu

mempunyai panjang 4 cm sedangkan, gejala dan tanda yang ditimbulkan akibat dari serangan hama belalang kayu adalah rusaknya daun sebagian pada tanaman jati dan tanda yang ditimbulkannya yaitu terdapat daun di bagian tepinya tampak bekas gigitan terutama pada daun yang masih muda dan tua.

Gambar 3. ( a ) Ulat daun Jati ( b ) Bentuk kerusakan daun jati H.puera termasuk dalam Ordo

Lepidoptera Famili Noctuidae. Penyebarannya di India, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Pulau Salomon, Afrika Selatan dan Afrika Timur.

(Nietschke et al., 2007). Selain menyeranng tanaman jati, juga menyerang tanaman lain.

Hama ini biasanya menyerang pada awal musim penghujan, yaitu sekitar bulan November

a b

a b

(21)

Inventarisasi Serangga dan Tingkat Kerusakan Yang di Timbulkan Pada Tegakan Jati (Tectona grandis LINN.F) di Areal Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Negeri Hila Kabupaten Maluku Tengah Cornelia. M.A. Wattimena, Fransina Latumahina dan N.K Kartikawati

hingga Januari. Serangga hama ulat daun jati (Gambar 3a) yang ditemukan berukuran panjang 2 cm dan lebar tubuh 1,2 cm dengan bentuk serangan terjadinya lubang – lubang pada sebagian daun dan yang tertinggal hanya tulang daun akibatnya pertumbuhan tegakan melambat. Selain itu, membuat daun jati lama-

kelamaan akan berubah warna menjadi kuning, Gambar 3b.

Intensitas serangan A.

Intensitas serangan V. nigricornis dan H. puera pada Hutan Tanaman Rakyat (HTR) masuk dalam kategori terserang sedang, Tabel 4.

Tabel 4 . Intensitas kerusakan daun tanaman jati akibat serangan hama belalang daun jati dan hama ulat

Blok Jenis hama

Valanga nigricornis Hyblaea puera Kategori

I 30,93 % 31,91 % Terserang sedang

II 29,70 % 27,13 % Terserang sedang

III 31,54 % 31,44 % Terserang sedang

IV 36,71 % 33,29 % Terserang sedang

V 40,50 % 37,56 % Terserang sedang

Berdasarkan hasil penelitian, intensitas kerusakan daun tanaman jadi akibat serangan ulat daun dan belalang kayu berada pada kategori serangan sedang. Hal ini disebabkan karena faktor internal.

Faktor di dalam habitat itu sendiri yang mempengaruhi kehadiran dan perkembangan hama pada suatu lokasi adalah kemampuannya untuk berkembang biak. Kemampuan berkembang biak suatu serangga tergantung dari kecepatan berkembang biak dan perbandingan kelamin (sex ratio) antara serangga jantan dan

betina (Dunn, Hofmann, Waters, & Witchel, 2011). Hama dapat merusak tanaman dengan cara memakan, bertelur, berlindung, ataupun bersarang (Garden & Cogreg, 2012). Besar kecilnya pengaruh kerusakan tanaman dan kehilangan hasil akibat serangan hama ditentukan beberapa faktor seperti tinggi rendahnya populasi hama yang hadir di pertanaman, bagian tanaman yang dirusak, tanggap tanaman terhadap serangan hama dan fase pertumbuhan tanaman/umur tanaman (Hariyanto et al., 2014).

Tabel 5. Luas serangan hama V.nigricornis

Blok Jumlah tanaman Yang terserang Luas serangan Kategori

I 47 11 23,40% Terserang ringan

II 48 16 33,33% Terserang sedang

III 47 16 34,04% Terserang sedang

IV 45 13 28,88% Terserang sedang

V 43 11 25,58% Terserang singan

Rata-Rata 29,04% Terserang sedang

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 5), luas serangan hama V. nigricornis pada blok I dan III termasuk dalam kategori terserang

ringan yaitu 23,40% dan 25,58%, sedangkan blok II, III dan IV termasuk dalam kategori

(22)

terserang sedang yaitu 33,33%, 34,04% dan 28,88%.

V. nigricornis dan H. puera merupakan hama yang menyerang tanaman jati pada Hutan Tanaman Rakyat (HTR) di Negeri Hila, dengan luas serangan tergolong kategori rusak ringan hingga rusak sedang. Hal ini disebabkan karena, V. nigricornis merupakan salah satu serangga polifag, yang memiliki berbagai tanaman sebagai sumber makanannya. Selain tanaman jati, V. nigricornis juga memakan daun dari tanaman kopi, kakao, kelapa, mangga, kapuk, jagung, jarak, kapas, tebu, singkong. Lama

hidup V. nigricornis dapat mencapai 3 sampai 5 bulan dengan keperidian mencapai 158 butir telur per betina (Pattiwael, 2018). Dengan demikian pengendalian terhadap V. nigricornis sangat sulit dilakukan (Hidayat & Sari, 2014).

Sedangkan H. puera menyerang pada awal musim penghujan. Ulat jati menggerogoti pinggiran daun, bahkan daun-daun yang terserang robek dan berlubang-lubang dimakan ulat. Bila ulat tidak banyak cukup diambil dan dimatikan (Wattimena, Latumahina, Puttileihalat, Sahetapy, & Uruilal, 2020).

Tabel 6 Luas serangan hama H.puera

Blok Jumlah tanaman Yang terserang Luas serangan Kategori

I 47 14 29,78% Terserang sedang

II 48 14 29,16% Terserang sedang

III 47 6 12,76% Terserang ringan

IV 45 11 24,44% Terserang ringan

V 43 9 20,93% Terserang ringan

Rata-Rata 23,41% Terserang ringan

Berdasarkan hasil penelitian Tabel 6, luas serangan hama H. puera pada blok I dan II termasuk dalam kategori terserang sedang yaitu:

29,78% dan 29,16%, sedangkan blok III, IV dan V termasuk dalam kategori terserang ringan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas

serangan yang diakibatkan oleh Hama V. nigricornis seluas 29,94% dapat

dikategorikan sebagai rusak sedang. Hama V.

nigricornis menuntut hidup di semak-semak dan pepohonan. Belalang ini dapat melakukan reproduksi dengan cepat dan melakukan migrasi secara besar-besaran. Nimfa dan imago memakan daun dan merupakan serangga yang polifag (menyerang berbagai jenis tanaman.

Sedangkan menurut Antonacci et al. (2017) bahwa belalang merupakan serangga herbivora yang terkenal sebagai serangga dengan kemampuan melompat melampaui jarak hingga 20 kali panjang tubuhnya. Dengan demikian hama V. nigricornis kemungkinan menyebabkan

kerusakan lebih besar (Anggraeni & Mindawati, 2011).

Hama H. puera seluas 23,41% termasuk dalam kategori rusak ringan. Hal ini disebabkan karena sumber pakan yang tersedia tidak disukai oleh hama tersebut. Menurut Herdiana (2010) umumnya masing-masing jenis ulat berspesialisasi memakan daun dari jenis-jenis tumbuhan yang tertentu saja, juga ditentukan oleh ketersediaan tumbuhan yang menjadi inang dari ulatnya.

Intensitas serangan V. nigricornis dan H. puera tidak berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman jati dan secara ekonomis tidak menimbulkan dampak yang besar. Hal ini disebabkan karena intensitas serangan kedua jenis serangga hama ini masih masuk dalam kategori rusak sedang (33,88% dan 32,27%).

Beberapa faktor yang diduga turut berpengaruh terhadap kehadiran dua jenis hama dalam kawasan HTR yakni faktor lingkungan,

Gambar

Gambar 2. ( a ) Valanga nigricornis ( b ) Bentuk kerusakan pada daun jati  V. nigricornis terdiri dari 3 bagian utama,
Gambar  1.  Lokasi  tegakan  Jati  Unggul  Nusantara  di  Kecamatan  Panjatan,  Kabupaten  Kulonprogo,  Daerah  Istimewa  Yogyakarta,  Indonesia  (7  °  54'49,3  "S;
Tabel  1.  Rekapitulasi  hasil  analisis  varian  masing- masing-masing sifat kayu
Tabel  3  menunjukkan  rerata  diameter  serat sebesar 18,8 μm. Diameter serat cenderung  turun  dari  lingkaran  tahun  dekat  empulur  (lingkaran  tahun  pertama)  ke  arah  bagian  dekat  kulit kayu (lingkaran tahun terakhir), sementara  itu  diameter
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Pengujian Hipotesis Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas Keuangan. Nilai signifikan variabel Sistem Akuntansi Daerah sebesar

Usaha penggilingan daging di Kabupaten Seruyan berada pada kuadran pertama yaitu memiliki sejumlah kekuatan yang besar dan peluang-peluang besar impresif yang

Dengan adanya penelitian ini diharapkan para dosen akuntansi dapat memahami dan menerapkan mengenai kompetensi pedagogik dan profesionalisme dalam kegiatan belajar

dari itu, melihat kasus narkotika di Indonesia yang masih marak terjadi negara sebenarnya berada pada posisi yang dilema untuk memberlakukan hukuman mati atau tidak, namun

Beliau mengatakan sendiri kepada saya, ‘Ketika saya ingin mengajukan satu pertanyaan yang dapat mempermalukan Maulwi Muhammad Husain Sahib, Hadhrat Masih Mau’ud as

Dalam menangani setiap pekerjaan perancangan baik itu proyek yang besar ataupun kecil, sederhana maupun kompleks, hal pertama yang harus dilakukan adalah

Pengaruh pemupukan P sangat dipengaruhi oleh inokulasi FMA, terlihat bahwa perlakuan pemupukan pada tanaman yang diinokulasi FMA menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding

Didalam kehidupan bermasyarakat yang heterogen memang tidak mudah untuk menerapkan antara dimana kebebasan berekspresi seorang jurnalis dituntut untuk mencari