i
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga buku Prosiding Seminar Nasional Manajemen Agribisnis pada tanggal 19 November 2016 di Universitas Udayana dapat terwujud.
Buku prosiding ini memuat sejumlah artikel hasil penelitian dan program pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan oleh Bapak/Ibu dosen Unud dan perguruan tinggi lain, serta peneliti BPTP (Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian) seluruh Indonesia yang dikumpulkan dan ditata oleh tim dalam kepanitiaan seminar nasional.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Unud, Bapak Prof. Dr.dr. Ketut Suastika,Sp.PD-KEMD yang telah memfasilitasi semua kegiatan seminar nasional.
2. Direktur Program Pascasarjana Unud, Ibu Prof.Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp,S (K) memfasilitasi semua kegiatan seminar nasional.
3. Bapak/Ibu segenap panitia seminar nasional, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pemikirannya demi suksesnya kegiatan ini.
4. Bapak/Ibu dosen dan peneliti lainnya penyumbang artikel hasil penelitian dan program pengabdian kepada masyarakat dalam kegiatan ini.
Semoga buku prosiding ini dapat memberi kemanfaatan bagi kita semua, untuk kepentingan pengembangan ilmu, dan teknologi. Di samping itu, diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi upaya pembangunan bangsa dan negara.
Terakhir, tiada gading yang tak retak. Mohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan. Saran dan kritik yang membangun tetap kami tunggu demi kesempurnaan buku prosiding ini.
Denpasar, 14 November 2016 Ketua,
Dr. Gede Mekse Korri Arisena,SP.,M.Agb NIP. 19850311 201404 1 001
ii DAFTAR ISI
Pengaruh Kualitas Jasa Pelayanan PT. Bank Rakyat Indonesia 1 Cabang Kawi Malang terhadap Kepuasan Petani di Kecamatan Bumiaji,
Kota Batu dalam Penggunaan KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi)
Dina Novia Priminingtyas dan Brilliant Mentari Dilliani
Peran Kelompok Tani dalam Program Lumbung Pangan Desa untuk 2 Mewujudkan Ketahanan Pangan
Yayuk Yuliati dan Dina Novia Priminingtyas
Performa Kelembagaan Usahatani di Kabupaten Kupang dan 3 Timor Tengah Selatan, Provinsi NTT
Kristina Lako dan Agustina Hewe
Keragaan Bantuan Modal dan Kredit Pada Rumahtangga Tani 4 di Propinsi Nusa Tenggara Timur
Agustina Hewe dan Kristina Lako
Kajian Pemasaran Produk Pangan Hasil Olahan (Keripik Singkong, Keripik 5 Pisang dan Keripik Sukun) di Kota Manokwari
Elsa A. Br. S. Meliala
Pengembangan Benih Cabe Merah (Capsicum Annuum L) 6 Berbasis Partisipasi
Yayat Sukayat, Hepi Hapsar, dan Neni Rostini
Penerapan Tri Hita Karana (THK) pada Kegiatan Bisnis di Kelompok 7 Tani Mekar Sari, Desa Tegal Badeng Timur, Kecamatan Negara,
Kabupaten Jembrana Putu Fajar Kartika Lestari
Pengetahuan Petani dalam Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu 8 Cabai Rawit di Kabupaten Buleleng
Eko Nugroho Jati dan Jemmy Rinaldi
iii
Corporate Farming And Agrotourism Subak 9
(Pertanian Perusahaan Dan Agrowisata Subak) Nyoman Sutjipta
Analisis Pendapatan Usaha Ternak Kambing Integrasi 10 dengan Tanaman Kakao di Desa Banjarharjo
Wiendarti Indri Werdhany, Sukar, dan Gunawan
Peningkatan Hasil dan Pendapatan Petani Melalui Penerapan 11 Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Cabai di Subak Giri, Klungkung Bali Ni Putu Suratmini dan Jemmy Rinaldi
Revitalisasi Kelembagaan Penyuluhan di Indonesia 12 Kadhung Prayoga
Pemupukan Organik Kopi Arabika pada Integrasi Tanaman-Ternak 13 Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Wayan Sunanjaya dan Ni Made Delly Resiani
Efektifitas Beberapa Cara Pengendalian Penyakit Blas Padi 14 pada Pertanaman Padi Sawah
Ni Made Delly Resiani dan Wayan Sunanjaya
Pengkajian Beberapa Dosis Kompos Terhadap Laju Pertumbuhan 15 dan Hasil Kedelai (Glycine Max (L) Merill) di Lahan Kering
Ni Ketut Sudarmini dan Ni Made Delly Resiani
Tingkat Pengetahuan Petani Terhadap Teknologi Pengelolaan 16 Tanaman Terpadu Cabai Rawit di Kabupaten Klungkung
Jemmy Rinaldi, Nyoman Ngurah Arya, dan I Ketut Mahaputra
Penanganan Panen Dan Pascapanen dalam Menekan Kehilangan 17 Hasil Padi di Bali
I Ketut Mahaputra, Jemmy Rinaldi, dan Nyoman Ngurah Arya
Dampak Ekonomi Inovasi Teknologi Flushing pada Usaha Budidaya 18 Pembibitan Sapi Bali di Lahan Marginal (Studi Kasus di Desa
Tukad Sumaga, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng) I Putu Agus Kertawirawan
iv
Analisis Keuntungan Usaha Pembibitan Babi yang Memperoleh 19 Pakan Berbasis Limbah (Kasus Pada Kelompok Ternak Paras Paros
Desa Padangsambian Kaja Kecamatan Denpasar Barat Kota Denpasar Provinsi Bali)
Anak Agung Ngurah Badung Sarmuda Dinata
Kajian Adaptasi Dua Varietas Unggul Baru (Vub) Inpari 20 di Lahan Sawah Dataran Rendah Beriklim Kering di Bali
Ida Bagus Aribawa dan SAN. Aryawati
Analisa Ekonomi Rumah Tangga Tani (Studi Kasus Kelompok 21 Tani Ternak ”Walung Amertha” Desa Sanda, Kec. Pupuan,
Kab. Tabanan)
Agung Prijanto dan Berlian Nathalia
Strategi Pengendalian Alih Fugsi Lahan Sawah Ke Penggunaan 22 Non Pertanian Provinsi Bali
Suharyanto, Jemmy Rinaldi, Ketut Mahaputra, dan Nyoman Ngurah Arya
Perbaikan Teknologi Budidaya Padi Melalui Penggunaan Varietas 23 Unggul dan Sistem Tanam Mendukung Peningkatan Produksi
I Made Swijana, Ni Putu Sutami, dan I Made Londra
Peluang Inovasi Teknologi Pengembangan Usaha Pertanian 24 di Desa Bunutan Melalui Pendekatan Pra ( Kalender Musim)
I Made Londra dan Putu Sutami
Karakteristik Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) pada 25 Agro Ekologi yang Berbeda
Ni Putu Sutami dan I Made Londra
Analisis Persepsi Petani Cabai terhadap Pembangunan Berkelanjutan 26 I Nyoman Gede Ustriyana dan Ida Ayu Listia Dewi
Rekomendasi Pemupukan Majemuk Kalium, Nitrogen dan Bahan Organik 27 pada Tanaman Cabai di Tanah Regosol, Magelang, Jawa Tengah
Catur Prasetiyono , Robinson Putra, dan Eko Srihartanto
v
Pengaruh Dinamika dan Peran Kelompok Tani Dalam Penerapan 28 pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah
(Kasus Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kab.Bogor)
Robinson Putra, Epsi Euriga, dan Zul Arsal
Peran Kelompok Tani Penangkar Benih Mendukung Ketersediaan 29 Benih di Kabupaten Lampung Timur
Robinson Putra, Amiruddin Saleh, dan Ninuk Purnaningsih
Produksi Benih Sumber Padi Melalui Penguatan Kelembagaan 30 Penangkar Secara Berkelanjutan Mendukung Percepatan Penyebaran
Vub di Provinsi Bali
S.A.N. Aryawati dan I.B. Kade Suastika
Perkembangan Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu (Kuat) 31 Subak Guama Mendukung Sistem Pertanian Berkelanjutan
S.A.N. Aryawati
Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi dan Ketahanan 32 terhadap OPT Utama Mendukung Keberlanjutan Pangan di Bali
I.B.K. Suastika, Putu Suratmini, dan Putu Sutami
Pengembangan Integrasi Tanaman Kelapa-Ternak Kambing 33 Melalui Laboratorium Lapang Inovasi Pertanian di Kabupaten Aceh Timur Nani Yunizar, Basri AB, dan Abdul Azis
Peran Kelembagaan dalam Mendukung Pengembangan Inovasi 34 Pertanian di Aceh
Abdul Azis dan Basri A. Bakar
Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Bangli 35 Nyoman Ngurah Arya, I Ketut Mahaputra, dan Jemmy Rinaldi
Strategi Branding dalam Promosi Penjualan Produk Pertanian Olahan 36 PT. Hatten Bali untuk Pasar Pariwisata Indonesia
I Ketut Surya Diarta, Putu Widhianti Lestari, dan Ida Ayu Putu Citra Dewi
vi
Kajian Pengetahuan dan Sikap Petani dalam Teknik Produksi Benih Padi 37 untuk Penumbuhan Serta Penguatan Kelembagaan Penangkar Benih di
Kabupaten Jembrana
Putu Suratmini, Eko Nugroho Jati, dan Ketut Kasih
Dukungan Program Simantri dalam Penyediaan Kompos pada 38 Pengembangan Kopi Arabika Ke Arah Organik (Kasus Desa Catur, Bangli) Ida Ayu Parwati dan N. Suyasa
Rekayasa Kelembagaan pada Sistem Subak di Bali 39 I Ketut Suamba dan Ni Wayan Sri Astiti
Risiko Dan Mitigasi Risiko Produksi Cabai Merah di Desa Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali
Ratna Komala Dewi dan Ni Nyoman Parining
40
Efektivitas Tinggi Tiang Perangkap Serangga Walang Sangit
(Leptocorisa Oratorius F) pada Tanaman Padi ( Oryza Sativa L.) di Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Abdul Sabur
41
Analisis Integrasi Pasar Beras di Provinsi Bali I Dewa Gede Agung
42
Pengaruh Lubang Ventilasi pada Perangkap Sederhana Serangga Walang Sangit (Leptocorisa Oratorius F ) Tanaman Padi di Kecamatan Bungur Kabupaten Tapin
Abdul Sabur
43
Kemandirian Petani Perkotaan dalam Mengembangkan Agribisnis Sayuran di Kota Denpasar
Luh Prima Kemala Dewi dan Ni Wayan Putu Artini
44
Usahatani Cabai Rawit Hiyung Mendukung Pendapatan pada Lahan Lebak di Kalimantan Selatan (Kasus di Desa Hiyung Kabupaten Tapin) Rismarini Zuraida dan Rosita Galib
45
vii
Alokasi Pembiayaan Dana Kredit LPD pada Sektor Pertanian di Kabupaten Gianyar
Putu Udayani Wijayanti dan I Wayan Widyantara
46
Usahatani Padi dan Bawang Merah Mendukung Pendapatan di Petani di Kalimantan Selatan
Rismarini Zuraida
47
Kompetisi Air : Ancaman Keberlanjutan Pertanian di Bali I Made Sudarma
48
Analisis Sistim Tatakelola Alsintan dalam Mendukung Swasembada Pangan di Bali
Ketut Budi Susrusa, Yohanes Setiyo, Ida Bagus Gunadnya, Ni Luh Yulianti, dan Putu Udayani Wijayanti
49
Efektivitas dan Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Giri Mekar Kabupaten Karangasem
I Wayan Widyantara, AAA Wulandira SDj, dan Putu Udayani Wijayanti
50
Pemetaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten Buleleng Provinsi Bali
Made Antara dan Made Sri Sumarniasih
51
Dampak Sosial Ekonomi Alih Fungsi Lahan Pertanian bagi Anggota Subak Kerdung di Kota denpasar
Ida Ayu Listia Dewi, I Made Sarjana, dan Ni Luh Made Pradnyawathi
52
Perilaku Petani Berdasarkan Weda di Bali I Gde Setiawan Adi Putra dan I Wayan Sudarta
53
Penguatan kelembagaan Pertanian melalui Peningkatan Kinerja Pendampingan
I Dewa Putu Oka Suardi
54
viii RINGKASAN
Perubahan global yang disebabkan oleh pertambahan populasi penduduk, meningkatnya aktivitas pariwisata dan ekonomi akan mengancam keberlajutan pertanian. Keberlanjutan pertanian juga dihadapkan dengan masalah semakin banyak petani yang mengolah pertaniannya hanya untuk mencapai profit maksimum, tanpa memperhatikan aspek ekologi dan sosial.
Idealnya pertanian bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu, pertanian adalah sebuah cara hidup (way of life atau livehood) bagi sebagian besar petani di Indonesia. Oleh karena itu pembahasan mengenai sektor dan sistem pertanian harus menempatkan subjek petani, sebagai pelaku sektor pertanian secara utuh, tidak saja petani sebagai homo economicus, melainkan juga sebagai homo socius dan homo religius.
Konsekuensi pandangan ini adalah dikaitkannya unsur-unsur nilai sosial-budaya lokal, yang memuat aturan dan pola hubungan sosial, politik, ekonomi, dan budaya ke dalam kerangka paradigma pembangunan sistem pertanian.
1
PENGARUH KUALITAS JASA PELAYANAN PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KAWI MALANG TERHADAP KEPUASAN PETANI DIKECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU
DALAM PENGGUNAAN KKP-E
(KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI)
Dina Novia Priminingtyas dan Brilliant Mentari Dilliani, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang
E-mail : dinanovia@ub.ac.id
ABSTRAK
Bank sebagai lembaga pendukung system agribisnis berperan penting dalam membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi petani khususnya yang berkaitan dengan permodalan. Pemerintah membuat program KKP-E(Kredit Ketahanan Pangan) dengan bekerjasama dengan beberapa bank pemerintah, salah satunya adalah BRI. Oleh karena itu diperlukannya penelitian ini untuk melihat kondisi yang terjadi di lapang yaitu pengaruh kualitas jasa pelayanan BRI terhadap kepuasan petani.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kepentingan atribut, dan menganalisis kepuasan petani terhadap penggunaan kredit KKP-E. Metode yang digunakan untuk menganalisis tingkat kepentingan dari adalah IPA, sedangkan untuk menganalisis tingkat kepuasan menggunakan metodeCSI. Besar nilai kepentingan terdiri dari 4 kuadran, atribut yang perlu dipertahankan kinerjanya oleh pihak bank adalah besar bunga, beban bunga, perbandingan dengan bank lain, keamanan dalam pengkreditan, kepercayaan dalam memegang jaminan dan data pribadi debitur.
Sedangkan untuk nilai CSI, yaitu 52,11 persen yang berarti bahwa indeks kepuasan keseluruhan konsumen yang dihitung berdasarkan atribut produk berada pada kriteria cukup puas.
Kata kunci: pelayanan, KKP-E, tingkat kepentingan, tingkat kepuasan
2
PERAN KELOMPOK TANI DALAM PROGRAM LUMBUNG PANGAN DESA UNTUK MEWUJUDKAN
KETAHANAN PANGAN
Yayuk Yuliati dan Dina Novia Priminingtyas
Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang e-mail : yayuk.yyl@gmail.com
ABSTRAK
Ketahanan pangan perlu mendapat prioritas dalam program pembangunan nasional. Mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan tingkat konsumsi beras tertinggi di dunia. Kebijakan sektor pertanian yang mengabaikan kepentingan produsen/petani dengan melakukan impor berbagai komoditi pangan terutama beras membuat bangsa ini menjadi tidak mandiri pangan.
Berdasarkan fakta tersebut, Badan Ketahanan Pangan Nasional berupaya untuk meningkatkan dan menjaga ketahanan pangan nasional melalui Program Lumbung Pangan Desa. Akan tetapi Program Lumbung Pangan Desa di beberapa daerah tidak berjalan maksimal karena masih rendahnya partisipasi petani dalam Program Lumbung Pangan Desa. Permasalahan umum yang dihadapi petani berkaitan dengan ketersediaan sarana produksi, permodalan, teknis budidaya sampai pemasaran masih terjadi sehingga Program Lumbung Pangan Desa terkesan berjalan di tempat. Oleh karena itu perlu sosialisasi dan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak-pihak terkait termasuk lembaga pendukung agar Program Lumbung Pangan Desa bias berjalan dengan baik dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Kata kunci : petani, program lumbung pangan desa, ketahanan pangan
3
PERFORMA KELEMBAGAAN USAHATANI DI KABUPATEN KUPANG DAN TIMOR TENGAH SELATAN, PROVINSI NTT
Kristina Lako dan Agustina Hewe Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT
Jl. Timor Raya Km 32 Naibonat, Kupang Email: lakokristina772@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian performa kelembagaan usahatani adalah untuk mengetahui sejauh mana peran dan fungsi kelembagaan usahatani di Kabupaten Kupang dan TTS. Penelitian menggunakan metode survey. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Juni 2016.Teknikpengumpulan data dengan metode wawancara struktural, Focus Group Discusion (FGD), dan observasi serta menggunakan data sekunder. Penentuan desa secara purposive, yaitu desa sentra produksi sapi dan mendapatkan bantuan modal/kredit dari berbagai sumber. Data dianalisis secara statistik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kelembagaan usahatani yang ada adalah kelembagaan sarana produksi, kelembagaan kelompoktani, kelembagaan pemasaran, dan kelembagaan permodalan. Peran kelembagaan saprodi dan kemitraan masih terkategori sedang. Kelembagaan kelompoktani relatif baik, kelembagaan pemasaran perlu ditingkatkan terutama penentuan harga dan biaya-biaya pemasaran, kelembagaan permodalan belum baik karena petani belum mengakses kredit secara baik dan lembaga permodalanpun belum optimal melayani kebutuhan petani.
Kata kunci : kelembagaan, saprodi, kelompoktani, pemasaran, permodalan
4
KERAGAAN BANTUAN MODAL DAN KREDIT PADA RUMAHTANGGA TANI DI PROPINSI
NUSA TENGGARA TIMUR
Agustina Hewe dan Kristina Lako Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT
Jl. Timor Raya Km 32 Naibonat, Kupang ABSTRAK
Berbagai kebijakan pemerintah untuk menangulangi permasalahan permodalan, pada awalnya melalui bentuk program yang terus dikembangkan untuk meningkatkan produksi berbagai komoditas pertanian, yang diberikan secara masal.
Bantuan/kredit yang diberikan pada petani dapat membantu petani untuk usahataninya secara optimal sehingga dapat meningkatkan produksi usahatani yang tentu saja akan berdampak positif bagi pendapatan petani yang bersangkutan.Tujuan dari pada tulisan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang keragaan bantuan modal dan kredit pada rumahtangga petani yang mengakses sumber pembiayaan untuk memperoleh modal didalam menjalankan kegiatan usahataninya.Penelitian ini dilakukan di Kabupaten TTS dan Kupang, Provinsi NTT, diambil dari sumber data primer yang diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner. Dasar pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan banyaknya bantuan modal/kredit, baik dari lembaga pembiayaan formal maupun non formal yang diintroduksikan di wilayah tersebut, serta pertimbangan rumahtangga tani yang menerima bantuan. Responden yang menjadi sampel penelitian adalah petani penerima bantuan dan lembaga pembiayaan yang diakses oleh petani untuk kegiatan usahatani/ternak, sebanyak 24 petani. Pengolahan dan Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa sumber bantuan modal dan kredit yang diterima rumahtangga petani berasal dari bantuan modal program pemerintah seperti PUAP, Anggur Merah, BLT,Dinas, ADD Desa dan BRI. Bantuan modal/kredit yang diberikan dapat membantu petani untuk usahataninya secara optimal sehingga dapat meningkatkan produksi usahatani yang tentu saja akan berdampak positif bagi pendapatan petani yang bersangkutan. Akses petani terhadap pasar sangat diperlukan untuk kelancaran usahatani., Seringkali petani mendapatkan harga yang tidak layak karena masalah waktu jual yang tidak tepat karena sedang
„banjir pasokan/ panen bersamaan komoditi yang sama‟, atau karena ternyata kebutuhan pasar hanya sedikit, sedangkan produksi melimpah. Biaya Transaksi pembelian khususnya ternak sapi sangat tinggi pada biaya transportasi/angkut.
Pengetahuan dan ketrampilan petani peternak tentang system pemeliharaan ternak secara intensif masih rendah, sehingga petani belum dapat menghasil bibit ternak sapi untuk kebutuhan peternak yang lain di sekitar desa.
Kata kunci: bantuan modal/kredit, usahatani, akses pasar
5
KAJIAN PEMASARAN PRODUK PANGAN HASIL OLAHAN (KERIPIK SINGKONG, KERIPIK PISANG
DAN KERIPIK SUKUN) DI KOTA MANOKWARI
ELSA A. Br. S. MELIALA
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Papua Jl. Gunung Salju Kampus Amban Manokwari Papua Barat
Email: elsasembiring82@gmail.com
ABSTRAK
Keberhasilan usaha pengolahan produk pangan hasil olahan singkong, pisang dan sukun ini tidak cukup dipandang dari aspek produksi saja, melainkan aspek pemasaran juga perlu diperhatikan untuk dikaji. Kajian ini diarahkan untuk menelaah sistem pemasaran yang meliputi pendekatan produk pangan olahan, fungsi pemasaran, saluran distribusi, harga dan margin pemasaran serta tingkat efisiensi pemasaran yang mampu mendorong peningkatan produksi dan skala usaha.
Data dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk menjelaskan sistem pemasaran produk pangan olahan yang meliputi pengelolaan fungsi-fungsi pemasaran dan strategi pemasaran. Pembahasan kualitatif disajikan dalam bentuk garfik, tabel dan histogram. Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung parameter margin dan efisiensi pemasaran pada berbagai jenis produk pangan olahan.
Hasil penelitian menunjukkan marjin pemasaran produk pangan hasil olahan adalah Rp 500/kg – Rp. 1000/kg dengan efisiensi sebesar 69% (Keripik Singkong), Rp 1.000,00/kg dengan efisiensi sebesar 10% (Keripik Pisang) serta Rp 1.000,00/kg dengan nilai efisiensi sebesar 13% (Keripik Sukun). Saluran pemasaran yang diterapkan oleh para produsen rata-rata hanya melibatkan satu hingga dua lembaga perantara. Penerapan fungsi-fungsi pemasaran yang optimal diantaranya fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (transportasi dan proses) dan fungsi fasilitas (standarisasi pada level bahan baku dan fungsi penanggungan resiko).
Strategi pemasaran keripik singkong, keripik pisang dan keripik sukun diantaranya dari segi diversifikasi cita rasa, harga untuk segmen pasar mahasiswa atau pelajar, memperluas jaringan pemasaran (supermarket atau swalayan, bandara, pelabuhan, koperasi, dan berbasis online), aktif melakukan promosi melalui pameran- pameran, sehingga diharapkan produk-produk pangan unggulan kota Manokwari bisa dikenal secara lebih luas.
Kata Kunci : Margin Pemasaran, Efisiensi Pemasaran, Fungsi Pemasaran, Strategi Pemasaran
6
PENGEMBANGAN BENIH CABE MERAH (Capsicum annuum L) BERBASIS PARTISIPASI
Yayat Sukayat, Hepi Hapsari, dan Neni Rostini Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unpad
Email : yayatsukayat@yahoo.com . hepihapsari14@gmail.com ABSTRAK
Tingginya fluktuasi produksi cabe antar musim, telah menuntut tersedianya benih cabe yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk merespon benih tersebut, UNPAD melakukan terobosan dengan menyediakan 4 varietas benih cabe (cabe UNPAD) yang diharapkan mampu memenuhi kekurangan benih ditingkat petani. Menyadari benih yang dihasilkan terkait dengan keragamannya, seringkali tidak adaptif dengan lingkungannya dan kebutuhan para pengguna, maka informasi tentang karakteristik benih yang sesuai dengan kebutuhan mulai tingkat petani sampai dengan konsumen ahir perlu dilakukan penelusuran.
Model pendekatan sosial yang mulai dilirik dalam pemuliaan tanaman yaitu participatory plant breeding (PPB). Dalam pendekatan ini partisipasi petani pengguna, ketua kelompok, pedagang pengumpul, dan penyuluh merupakan suatu keharusan, terkait dengan informasinya guna rekayasa benih yang adaptif sesuai pasar dan kondisi lingkungan. Melalui penelitian kaji tindak (action research) Peneliti atau pemulia, mempromosikan dan memberdayakan petani dan atau masyarakat pedesaan untuk mencoba dan menilai kekurangan kelebihan benih tersebut. Hasil penelitian dijadikan rekomendasi rekayasa genetika benih cabe yang sesuai kebutuhan.
Kata kunci : partipatory plant breeding, cabe unpad
7
PENERAPAN TRI HITA KARANA (THK) PADA KEGIATAN BISNIS DI KELOMPOK TANI MEKAR SARI, DESA TEGAL
BADENG TIMUR, KECAMATAN NEGARA, KABUPATEN JEMBRANA
Putu Fajar Kartika Lestari
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mahasaraswati Denpasar Email : pfajarkartikal@yahoo.com
ABSTRAK
Kesinambungan hidup suatu usaha/bisnis, sangat diperlukan keseimbangan.
Untuk mencapai kesinambungan hidup usaha/bisnis tersebut maka perlu diterapkan prinsip keserasian dan keseimbangan hubungan yang harmonis yang dikenal dengan nama Tri Hita Karana. Konsep THK saat ini menjadi konsep yang ditanamkan pada kegiatan usaha atau bisnis, guna menjaga eksistensi bisnisnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penerapan THK pada kegiatan bisnis di Kelompok Tani Mekar Sari, Desa Tegal Badeng Timur, Kecamatan Negara. Analisis yang dipergunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil analisis matriks invers hubungan antara semua sub sistem dari sistem teknologi dan semua sub sistem dari sistem kebudayaan dapat menggambarkan penerapan konsep THK di Kelompok Tani Mekar Sari. Hasil analisis matriks inverse menggambarkan kemampuan penerapan THK di Kelompok Tani Mekar Sari sebesar 91,96 % yang termasuk dalam kategori sangat baik dengan kata lain bahwa operasional pelaksanaan kegiatan bisnis yang dilaksanakan pada Kelompok Tani Mekar Sari akan berlanjut, sepanjang tidak ada kendala yang berarti.
Diharapkan konsep THK yang mengutamakan harmoni dan kebersamaan agar diterapkan ke seluruh komponen subak. Penerapan konsep THK pada Kelompok Tani Mekar Sari agar tetap dipertahankan dengan tujuan demi keberlanjutan kegiatan bisnis yang telah dijalankan.
Kata kunci : bisnis, THK, keberlanjutan
8
PENGETAHUAN PETANI DALAM TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU CABAI RAWIT
DI KABUPATEN BULELENG
Eko Nugroho Jati dan Jemmy Rinaldi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran Denpasar-Selatan, Bali. 80222 Email:bptp_bali@yahoo.com
ABSTRAK
Cabai termasuk komoditas utama atau unggulan hortikultura nasional, namun masih banyak kendala yang dihadapi pada peningkatan produksi cabai. Inovasi teknologi untuk mengatasi kendala dalam budidaya adalah Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Cabai . Untuk menerapkan teknologi PTT Cabai, maka perlu diidentifikasi kebiasaan petani dalam berusahatani cabai, khususnya cabai rawit. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui tingkat pengetahuan petani terhadap teknologi PTT Cabai, dan 2) Mengetahui komponen teknologi apa saja yang perlu diperbaiki dalam berusahatani cabai rawit. Penelitian dilakukan di Subak Lanyahan, Desa Bontihing, Kabupaten Buleleng pada bulan April 2016 dengan metode survey terhadap 25 petani responden menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan petani terhadap PTT Cabai sebagian besar atau 60% termasuk dalam kategori sedang.
Komponen teknologi yang perlu diperbaiki dalam berusahatani cabai yaitu pengetahuan mengenai cara pemilihan benih yang baik, perlakuan benih sebelum semai dan cara penyemaian benih cabai yang baik.
Kata kunci : cabai rawit, pengetahuan, pengelolaan, terpadu
9
CORPORATE FARMING AND AGROTOURISM SUBAK (PERTANIAN PERUSAHAAN DAN AGROWISATA SUBAK)
Nyoman Sutjipta
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Email: nsutjiptacipta@yahoo.com
ABSTRAK
Semua petani di Bali tergabung dalam Organisasi Subak. Subak adalah organisasi sosial religious ekonomi petani. Subak merupakan aset budaya Bangsa Indonesia yang menjadi andalan pariwisata. Namun kenyataannya walaupun subak ada dalam lingkup pariwisata yang mendunia, namun petani di Bali tidak mampu menjadi subyek perkembangan pariwisata. Petani dan budaya petani hanya menjadi obyek tontonan wisatawan.
Corporate farming adalah pertanian perusahaan. Subak dikelola secara perusahaan pertanian, yang memiliki manajer. Manajer bisa ketua subak tapi bisa menyewa tenaga professional. Manajer mengatur subak secara bisnis perusahaan. Petani secara individual tidak mampu berbisnis karena luas pemilikan tanah garapannya kecil sehingga tidak mampu bekerja sama dengan perusahaan, swalayan, hotel dan restoran yang menuntut produk dalam Kwantitas besar, kwalitas baik dan kontinyuitas supply. Petani harus bergabung sehingga mampu memenuhi kebutuhan bisnis perusahaan.
Dalam pertanian perusahaan ini petani menjadi pemilik saham. Sahamnya adalah sawah. Besar kecilnya saham petani tergantung luas sawah yang dipercayakan dikelola oleh perusahaan. Petani tidak lagi mengelola sawahnya sendiri. Manajer mengatur pola tanam sawah perusahaan dan jenis tanaman yang ditanam tidak monokultur tapi bervariasi dipadukan dengan perikanan dan peternakan. Jenis tanaman dan ternak yang diusahakan disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Petani boleh bekerja untuk perusahaan, tapi boleh bekerja diluar pertanian. Perusahaan membentuk berbagai devisi seperti pengolahan tanah, pembibitan, pengairan, panen, transportasi, pemasaran dan sebagainya sesuai kebutuhan.
Bersamaan dengan pertanian, manajer juga mengatur subak untuk dapat dijadikan sebagai obyek pariwisata. Subak bekerja sama dengan biro perjalanan wisata untuk dapat mendatangkan wisatawan berkunjung. Subak membangun sarana dan parasarana pariwisata, misalnya penginapan dengan standard pariwisata, restoran, panggung pertunjukan kesenian.
Manajer menciptakan paket-paket menarik untuk wisatawan seperti lomba-lomba untuk wisatawan, paket pengolahan tanah, paket panen, paket memancing ikan, paket pengolahan hasil panen, paket memasak ala petani dan lain sebagainya. Perusahaan juga harus memiliki show room pusat oleh-oleh untuk menjual produk-produk yang dihasilkan petani.
Corpporate farming akan meningkatkan efisiensi pertanian subak, meningkatkan produktivitas dan kwalitas produk, meningkatkan kemampuan pemenuhan pasar bisnis seperti swalayan. Dengan demikian pendapatan petani dari hasil pertanian bertambah. Petani juga akan memperoleh tambahan pendapatan dari hasil kunjungan wisatawan. Dengan demikian petani akan lebih sejahtera dan ikut menikmati kebesaran pariwisata di Bali. Tentu saja budaya akan tetap dapat hidup berkembang secara lestari.
Kata kunci: subak, perusahaan pertanian, pariwisata
10
ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK KAMBING INTEGRASI DENGAN TANAMAN KAKAO
DI DESA BANJARHARJO
Wiendarti Indri Werdhany, Sukar, dan Gunawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Yogyakarta E-mail : windiedhany@yahoo.com HP 081392815060
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauhmana petani dalam mengoptimalkan pemanfaatan potensi hijauan dan pakan di perkebunan kakao untuk usaha peternakan kambing bligon. Penelitian dilaksanakan di wilayah kegiatan model-bioindustri berbasis integrasi tanaman kakao dan ternak kambing di Desa Banjarharjo, Kalibawang, Kulon Progo. Responden ditetapkan secara acak sederhana dari 4 kelompok tani yang berlokasi di desa Banjarharjo yaitu kelompoktani Gerpule dan Andum Rejeki dan desa Banjaroyo yaitu kelompoktani Pantok Wetan dan Slanden. Survei dengan wawancara menggunakan alat pengumpul data dalam bentuk kuesioner dilakukan terhadap 60 orang ke dua desa pada Nopember - Desember 2015. Data yang terkumpul selanjutnya di analisis dengan menggunakan tabulasi secara deskriptif serta analisis ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan hasil pemeliharaan ternak kambing selama satu tahun paling tinggi pada kelompok dusun Plantok Wetan desa Banjaroyo, sebesar Rp. 4.561.800 ,-/tahun dan terendah pada kelompok dusun Gerpule desa Banjarharjo sebesar Rp 1.393.000 ,-/tahun. Namun demikian berdasar wawancara kepada peternak, pada umumnya menyatakan memberian keuntungan, karena petani selama ini tidak pernah menghitung biaya tenaga kerja keluarga dan hanya memanfaatkan hijauan yang berasal dari daun kakao yang telah di tingkatkan kualitas nutrisinya. Pendapatan hasil usahatani integrasi tanaman kakao-kambing bagi petani di desa Banjarharjo sebesar Rp 5.577.038,-./tahun dan Rp 9.832.295./tahun untuk kelompok di desa Banjaroyo. Berdasar perhitungan analisis B/C ratio usaha ternak kambing terintegrasi dalam kawasan kebun kakao memberikan keuntungan 1,5 % di wilayah desa Banjarharjo dan sebesar % desa Banjaroyo. Penjualan ternak tertinggi adalah ternak kambing usia muda, meskipun beberapa terpaksa menjual cempe.
Kata kunci : kambing bligon, bioindustri kambing-kakao, analisa usaha ternak kambing
11
PENINGKATAN HASIL DAN PENDAPATAN PETANI MELALUI PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)
CABAI DI SUBAK GIRI, KLUNGKUNG BALI
Ni Putu Suratmini 1) dan Jemmy Rinaldi 1)
1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali Jln. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran, Denpasar.
P.O. BOX:3480. Telp.(0361)720498, Fax. (0361)720498, Email:suratminiputu@yahoo.com
ABSTRAK
Pengkajian dilakukan dengan tujuan meningkatkan produksi dan pendapatan petani cabai melalui penerapan pengelolaan tanaman terpadu cabai.
Demplot di laksanakan Subak Giri Desa Bungbungan, Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung tahun 2015. Varietas cabe rawit yang ditanam adalah varietas lokal Klungkung. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 petani kooperator. Inovasi teknologi yang diterapkan pada demplot adalah beberapa komponen PTT antara lain : persemaian (perendaman benih dengan pestisida nabati), pengolahan lahan termasuk pemberian pupuk organik,pocatri dan dolomit, pembuatan bedengan dan pemasangan mulsa plastik hitam perak, pemupukan anorganik (pupuk kimia), pengendalian HPT. Sedangkan pada non demplot diterapkan teknologi yang sudah biasa dilakukan petani seperti : pemupukan anorganik, mulsa jerami,pengendalian HPT. Parameter yang diamati adalah : pertumbuhan, produksi, analisa usahatani. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa hasil cabai pada demplot lebih tinggi dibanding non demplot, dimana hasil cabe pada demplot 15.092 t/ha atau 54.23% lebih tinggi dibandingkan non demplot (9.785 t/ha).
Hasil analisis usahatani menunjukkan penerimaan petani pada demplot lebih tinggi dibandingkan non demplot. Hal ini disebabkan karena hasil cabai atau produksi cabai lebih tinggi, akan tetapi R/C ratio pada demplot lebih rendah yang disebabkan karena pemberian pupuk organik yang biayanya cukup mahal
Kata kunci : pendapatan, produksi, cabai rawit
12
REVITALISASI KELEMBAGAAN PENYULUHAN DI INDONESIA
Kadhung Prayoga1
1Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada
Email: kadhungprayoga@gmail.com ABSTRAK
Dewasa ini, penyuluhan pertanian menghadapi problem yang serius karena sudah mulai tidak mendapat tempat lagi di sektor pertanian. Berbagai masalah kelembagaan seperti: (1) Tidak ada kordinasi antar lembaga terkait, (2) Kurangnya dukungan lembaga penyuluhan terhadap penyuluh, (3) Lembaga penyuluhan menjalankan tugas yang bias kepentingan, dan (5) Kabupaten/kota masih banyak yang belum membentuk kelembagaan penyuluhan dan rendahnya dana otonom dalam menjalankan fungsinya. Mendasarkan pada permasalahan ini, maka dibutuhkan suatu revitalisasi kelembagaan penyuluhan sebagai upaya untuk memfungsikan kembali lembaga penyuluhan sesuai dengan perannya. Karena alasan inilah, maka penulisan paper ini bertujuan untuk mereview bagaimana seharusnya revitalisasi kelembagaan penyuluhan dilakukan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif dan analisis wacana. Data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan lewat metode studi pustaka. Dari pembahasan diketahui bahwa revitalisasi penyuluhan hendaknya dilakukan baik dari segi internal kelembagaan maupun dari eksternalnya. Hal-hal yang harus dilakukan adalah: (1) Menyusun kembali nilai, fungsi, teknologi, (2) Meningkatkan kualitas sumber daya modal, fisik, dan manusianya, (3) Adanya pola kepemimpinan yang luwes dan penghargaan terhadap staff, serta (4) Memperoleh dukungan dan kelengkapan dalam lingkungan lembaga itu sendiri lewat penyusunan peraturan dan perbaikan sub sistem. Semua ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas lembaga penyuluhan agar mampu memenuhi peran dan fungsinya.
Kata kunci: lembaga, penyuluhan, revitalisasi, Indonesia
13
PEMUPUKAN ORGANIK KOPI ARABIKA PADA INTEGRASI TANAMAN-TERNAK MENDUKUNG PERTANIAN
BERKELANJUTAN
Wayan Sunanjaya dan Ni Made Delly Resiani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran-Denpasar Selatan
Telp/fax : 0361720498
Email: wayansunanjaya@yahoo.co.id
ABSTRAK
Sistem integrasi tanaman kopi ternak sapi adalah salah satu alternatif mendukung pertanian berkelanjutan. Pemanfaatan limbah ternak merupakan pengelolaan sumberdaya terbarukan (renewable resources), yang dapat meningkatkan kesuburan tanah baik secara fisik, kimia maupun biologis untuk menjaga kelangsungan produksi kopi. Limbah kopi diolah untuk konsentrat sebagai pakan sapi dan limbah ternak diolah menghasilkan pupuk padat dan cair (kompos dan biourin) untuk tanaman kopi. Tujuan kajian melihat pengaruh kompos dan atau biourin dengan pola pertanian terintegrasi untuk meningkatkan produksi kopi. Kajian dilaksanakan di Desa Belantih, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan masing- masing 6 ulangan (petani) yakni: (P0) = cara petani; (P1) = P0+25 kg kompos/phn/th;
(P2) = P0+20 lt biourin/phn/th; (P3) = P0+25 kg kompos+20 lt biourin/phn/th.
Parameter yang diamati: jumlah cabang produktif per pohon, jumlah dompolan per cabang, jumlah biji per dompol, berat biji gelondong merah, berat biji basah, berat basah kulit biji, berat kering oven biji dan kering oven kulit biji per pohon dan nilai R/C ratio biaya kajian. Data dianalisis menggunakan ANOVA, dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5%. Hasil analisis menunjukkan, perlakuan berpengaruh nyata terhadap hasil biji gelondong merah , berat biji basah, berat basah kulit biji, berat kering oven biji dan kering oven kulit biji per pohon. Berat kering oven biji per pohon tertinggi pada perlakuan biourin ditambah kompos seberat 3212,29 gram, meningkat 79,86%.
Nilai R/C ratio biaya kajian perlakuan biourin ditambah kompos ˃1.
Kata kunci: kopi arabika, pemupukan organik , pertanian berkelanjutan
14
EFEKTIFITAS BEBERAPA CARA PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS PADI PADA PERTANAMAN PADI SAWAH
Ni Made Delly Resiani dan Wayan Sunanjaya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran-Denpasar Selatan
Telp/fax : 0361720498 Email: dellyresiani@yahoo.co.id
ABSTRAK
Beras mempunyai kedudukan strategis bagi masyarakat Indonesia. Berbagai upaya dilakukan untuk mempertahankan kondisi tersebut, namun serangan penyakit tanaman tetap menjadi satu kendala. Penyakit blas merupakan satu penyakit yang dapat menurunkan produksi secara langsung. Kajian di laksanakan di Subak Sungi, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan mulai Juli-Nopember 2015. Kajian bertujuan untuk mengetahui efektivitas beberapa cara pengendalian dalam menekan intensitas penyakit blas padi varietas Inpari 10. Kajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan 10 ulangan (petani) yakni P0 = pestisida kimia; P1 = pestisida nabati dan P2 =Agensia hayati. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, intensitas penyakit blas, panjang malai, jumlah gabah total/rumpun, bobot gabah kering panen per hektar, dan nilai R/C ratio biaya kajian. Data dianalisis menggunakan ANOVA, dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5%. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada ketiga perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata 91,7;92,6; dan 93,1 cm untuk perlakuan pestisida nabati, agensia hayati dan kimia. Jumlah anakan produktif tertinggi pada perlakuan pestisida kimia, tidak berbeda nyata dengan perlakuan agensia hayati yakni 20,8 dan 20,2 batang. Intensitas penyakit blas tertinggi terjadi pada perlakuan pestisida nabati sebesar 37,43%. Panjang malai, jumlah gabah total/rumpun dan bobot gabah kering panen per hektar tertinggi pada perlakuan agensia hayati masing-masing 23,3 cm; 1.940 butir; dan 4,8 ton per hektar.
Disimpulkan penggunaan pestisida kimia masih lebih efektif dalam menekan intensitas penyakit blas, namun dilihat dari nilai R/C ratio biaya kajian penggunaan pestisida nabati masih memberikan keuntungan terlihat dari nilai R/C ratio biaya kajian pestisida nabati ˃1.
Kata kunci: efektifitas, cara pengendalian, blas padi
15
PENGKAJIAN BEBERAPA DOSIS KOMPOS TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L) Merill)
DI LAHAN KERING
Ni Ketut Sudarmini dan Ni Made Delly Resiani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran-Denpasar Selatan
Telp/fax : 0361720498
Email: Sudarmini_niketut@yahoo.com
ABSTRAK.
Kedelai merupakan salah satu komoditi pangan yang bergizi tinggi dan sangat digemari masyarakat Indonesia, namun produktivitasnya di tingkat petani masih rendah. Berbagai upaya di lakukan untuk mendukung kondisi tersebut. Salah satunya adalah melalui pemanfaatan lahan kering dengan pemberian kompos.
Pengkajian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis kompos kotoran sapi yang tepat dalam mendukung laju pertumbuhan dan hasil polong muda kedelai edamame di lahan kering. Dilaksanakan mulai maret sampai juni 2015. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan kompos kotoran sapi (K) yang terdiri atas 4 taraf dan di ulang sebanyak 6 kali. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar brangkasan, jumlah polong segar dan bobot polong segar, hasil panen polong muda per petak dan per hektar serta nilai R/C ratio biaya kajian. Data dianalisis menggunakan analisis keragaman (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %. Hasil pengkajian menunjukan bahwa perlakuan K3 (kompos 5 t ha-1) berpengaruh nyata terhadap parameter yang diamati dengan tinggi tanaman 64,26 cm, jumlah daun 38,10 helai, jumlah polong segar 22,53 bh per tanaman, bobot polong segar 49,27 g, bobot brangkasan 55,65 g per tanaman, hasil panen kedelai 19,63 kg per petak , atau 9,82 t ha-1 dan nilai R/C ratio biaya kajian ˃1.
Kata kunci : kajian kompos, pertumbuhan, hasil kedelai, kompos
16
TINGKAT PENGETAHUAN PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU CABAI RAWIT DI
KABUPATEN KLUNGKUNG
Jemmy Rinaldi, Nyoman Ngurah Arya dan I Ketut Mahaputra Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar-Selatan, Bali, 80222 Email: jemmy_rinaldi@yahoo.com
ABSTRAK
Cabai rawit merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Namun produksi yang dihasilkan petani relatif rendah yang disebabkan oleh pengetahuan terhadap teknologi yang rendah. Salah satu teknologi untuk meningkatkan produksi cabai yaitu Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Cabai. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui tingkat pengetahuan petani terhadap teknologi PTT Cabai, dan 2) Mengetahui komponen teknologi apa saja yang perlu diperbaiki dalam berusahatani cabai rawit. Penelitian dilakukan di Subak Selangit, Desa Getakan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung pada bulan April 2016 dengan metode survey terhadap 20 petani responden menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani terhadap PTT Cabai sebagian besar berada pada klasifikasi sedang dengan skor 72,84 yaitu sebanyak 65% petani. Komponen teknologi yang perlu diperbaiki dalam berusahatani cabai adalah: 1) pengetahuan terhadap perbenihan cabai yaitu cara persemaian benih, 2) pengetahuan terhadap penanaman bibit cabai yaitu waktu penenaman bibit, cara penanaman bibit dan jarak tanam cabai.
Kata kunci: Cabai rawit, Pengetahuan, PTT Cabai, Klungkung
17
PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN DALAM MENEKAN KEHILANGAN HASIL PADI DI BALI
I Ketut Mahaputra, Jemmy Rinaldi, dan Nyoman Ngurah Arya
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali
Jl. Bypass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar, Telp/Fax: 0361-720498, e-mail: bptp_bali@yahoo.com
ABSTRAK
Beras masih merupakan komoditas yang memiliki nilai strategis secara ekonomi, sosial budaya maupun politik. Hal ini disebabkan beras untuk sebagian besar masyarakat dimanfaatkan sebagai makanan pokok yang belum tergantikan.
Berbagai upaya peningkatan produktivitas padi telah dilakukan, namun belum diikuti penanganan panen dan pasca panen yang memadai, sehingga berakibat terhadap tingginya kehilangan hasil produksi. Demikian halnya di Provinsi Bali, terutama pada Kabupaten Tabanan yang dikenal sebagail umbung berasnya Bali, petani belum terlalu memahami bahwa dalam proses pascapanen yang dilakukan terjadi potensi kehilangan hasil yang cukup tinggi sampai dengan 21%. Kajian dilaksanakan kajian di wilayah Subak Gubug, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan pada bulan November 2014 – Maret 2015 dengan metode survey dan pengamatan langsung di lapangan. Penentuan lokasi maupun petani sebagai sampel secara purposive. Jumlah petani responden ditentukan sebanyak 30 orang. Analisis data secara diskriptif dan dilakukan tabulasi data primer. Dari hasil kajian diperoleh bahwa besarnya kehilangan hasil sebesar 2,66% terdiri dari saat panen 2,11%, perontokan sebesar 0,34% dan di penyosohan sebesar 0,15%. Hal ini jauh di bawah kondisi actual kehilangan hasil akibat susut dan tercece rsebesar 5,4%.
Kata kunci : padi, pascapanen, kehilangan hasil
18
DAMPAK EKONOMI INOVASI TEKNOLOGI FLUSHING PADA USAHA BUDIDAYA PEMBIBITAN SAPI BALI
DI LAHAN MARGINAL
(Studi Kasus di Desa Tukad Sumaga, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng)
I Putu Agus Kertawirawan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar-Selatan Bali, 80222 e-mail : agus_kwirawan@yahoo.com
ABSTRAK
Dalam usaha meningkatkan produksi dan produktivitas ternak sapi pembibitan, peran inovasi teknologi sangat dibutuhkan. Flushing merupakan salah satu inovasi teknologi yang digunakan dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak dengan pemberian pakan tambahan pada fase kebuntingan. Kajian ini dilakukan di lahan kering Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali menggunakan 20 ekor induk sapi Bali yang dibagi ke dalam 2 kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol/cara petani (P0) dan kelompok perlakuan (P1) dengan 10 ulangan. Pakan tambahan yang diberikan pada kelompok perlakuan (P1) adalah 1 kg dedak padi dan 5 ml probiotik Biocas pada induk bunting. Pengamatan dilakukan terhadap rata-berat induk, berat lahir pedet, calving interval serta keuntungan ekonomi dari perlakuan tersebut. Hasil kajian menunjukkan introduksi teknologi flushing dapat meningkatkan kualitas sapi Bali dengan meningkatnya bobot lahir pedet. Bobot lahir pedet rata-rata meningkat baik pada pedet jantan maupun betina sebesar 1.5 kg. Meningkatnya bobot pedet berpengaruh pada performa pedet dan nilai jual. Nilai jual rata-rata pedet meningkat sebesar Rp. 600.000,- pada pedet jantan dan sebesar Rp.500.000,- pada pedet betina. Introduksi teknologi flushing juga dapat meningkatkan produktivitas sapi Bali dengan memperpendek Calving interval (CI) selama 23.1 hari, dimana CI pada P1 selama 381,3 hari dan CI pada P0 selama 405,4 hari. Pendeknya jarak beranak (CI) dapat menurunkan biaya tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan. Secara umum usaha budidaya pembibitan sapi Bali di lokasi penelitian masih menguntungkan (B/C ratio > 1.0). Inovasi teknologi flushing secara analisa ekonomi lebih menguntungkan dibanding dengan yang konvensional (P0). Nilai R/C dan B/C ratio (P0) diperoleh sebesar 0.22 dan 1.22, sedangkan R/C dan B/C ratio pada P1 diperoleh sebesar 0.29 dan 1.29. Potensi pendapatan harian peternak di lokasi penelitian meningkat dari Rp. 6.898,-/hari/ekor induk menjadi Rp. 9.923,-/hari/ekor induk
Kata kunci : bobot lahir pedet, calving interval, pendapatan harian, R/C dan B/C ratio
19
ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA PEMBIBITAN BABI YANG MEMPEROLEH PAKAN BERBASIS LIMBAH
(Kasus Pada Kelompok Ternak Paras Paros Desa Padangsambian Kaja Kecamatan Denpasar Barat Kota Denpasar Provinsi Bali)
Anak Agung Ngurah Badung Sarmuda Dinata Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
Jl. By Pas Ngurah Rai Pesanggaran, Denpasar-Bali, Telp/Fax: 0361-720498 E-mail: badunglahne@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keuntungan usaha pembibitan babi yang memperoleh pakan berbasis limbah. Penelitian dilakukan pada tahun 2015, dengan pemilihan lokasi secara purposive yakni di desa Padangsambian Kaja kecamatan Denpasar Barat Kota Denpasar. Responden penelitian yang diambil adalah seluruh anggota Kelompok Ternak Paras Paros yang berjumlah 20 orang dengan menggunakan metode sensus. Data karakteristik responden, kepemilikan ternak dan komposisi ransum dianalisis secara deskriptif. Untuk mengetahui tingkat pendapatan dilakukan melalui analisis ekonomi parsial B/C ratio dan R/C ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pembibitan ternak babi memiliki pendapatan bersih sebesar Rp. 26.462.280 dengan nilai B/C ratio 1,83 dan R/C ratio sebesar 2,83. Dapat disimpulkan bahwa usaha pembibitan ternak babi yang memperoleh pakan berbasis limbah menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
Kata kunci : babi, limbah, pendapatan
20
KAJIAN ADAPTASI DUA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI DI LAHAN SAWAH DATARAN RENDAH
BERIKLIM KERING DI BALI
Ida Bagus Aribawa dan SAN. Aryawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai, Denpasar Bali E-mail : idabagusaribawa@yahoo.co.id
ABSTRAK
Padi merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Upaya peningkatan produksi padi perlu terus dilakukan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Upaya peningkatan produksi padi tidak mudah karena beragamnya masalah, antara lain alih fungsi lahan dan perubahan iklim, selain itu dominannya penyebaran varietas unggul Ciherang yang saat ini sudah rentan terhadap serangan hama dan penyakit di lahan sawah di Bali. Kajian adaptasi dua varietas unggul baru (VUB) Inpari di lahan sawah dataran rendah iklim kering telah dilaksanakan di Subak Kubu Gembong, Desa Tukad Mungga, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali pada MT III (MK-2) tahun 2014. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil dua VUB Inpari yang ditanam di lahan sawah dataran rendah iklim kering. Kajian menggunakan rancangan lingkungan acak kelompok (RAK) tiga perlakuan diulang lima kali.perlakuan yang dimaksud adalah : (1) VUB Inpari 19, (2) VUB Inpari 24, dan (3) VUB Ciherang. Parameter tanaman padi yang diamati adalah : tinggi tanaman menjelang panen, jumlah anakan, panjang malai, jumlah gabah isi dan hampa per malai dan potensi hasil dalam bentuk gabah kering panen per hektar.
Hasil analisis menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter tanaman yang diamati, kecuali panjang malai. Perbedaan ini dimungkinkan karena adanya perbedaan genetik dari masing-masing varietas dalam memanfaatkan lingkungan tumbuh. Hasil gabah kering panen tertinggi dihasilkan oleh VUB Inpari 24, yaitu 8,93 ton GKP/Ha, meningkat sebesar 10,86 % dibandingkan VUB pembanding Ciherang.
Kata kunci : adaptasi, VUB Inpari, lahan sawah dan dataran rendah iklim kering
21
ANALISA EKONOMI RUMAH TANGGA TANI (Studi Kasus Kelompok Tani Ternak ”Walung Amertha”
Desa Sanda, Kec. Pupuan, Kab. Tabanan)
Agung Prijanto dan Berlian Nathalia
1,2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar - Selatan, Bali, 80222 ABSTRAK
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup manusia. Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Terpenuhinya kebutuhan pangan tersebut dapat dilihat dari ketersediaan pangannya dan pendapatan. selain ketersediaannya juga perlu diperhatikan dari aspek pola konsumsi rumah tangga atau keseimbangan kontribusi diantara jenis pangan yang dikonsumsi, sehingga dapat memenuhi standar gizi yang dianjurkan.Tinggi rendahnya pendapatan rumah tangga akan berpengaruh terhadap pola pengeluaran rumah tangga, makin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, makin kecil proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga. Dalam kegiatan pengkajian ini sebagai obyek survei adalah para anggota kelompok tani ternak ”Walung Amertha” yang berjumlah 25 orang. Data dianalisis secara deskriptif, sehingga diperoleh data rata- rata dari keseluruhan responden terkait dengan komoditas dominan, skala usahatani, produktivitas, pendapatan dan pengeluaran. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani adalah sebesar Rp. 45.401.154/tahun. Dari total pendapatan rumah tangga petani tersebut, kontribusi terbesar masih berasal dari pendapatan dari luar usahatani yakni sebesar 46,91%. Kontribusi dari usaha perkebunan menempati urutan kedua yakni sebesar 28,81%. Dari total pendapatan rumah tangga tersebut sebanyak 80,98%
digunakan untuk memenuhi kebutuhan non pangan. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah mampu memenuhi kebutuhan dasarnya dan sudah bisa mengalokasikan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya.
Kata kunci : ekonomi, rumah tangga tani
22
STRATEGI PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH KE PENGGUNAAN NON PERTANIAN PROVINSI BALI
Suharyanto1 , Jemmy Rinaldi2, Ketut Mahaputra2, dan Nyoman Ngurah Arya2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kep.Bangka Belitung
Jl. Mentok Km.4 Pangkalpinang email : suharyanto.bali@gmail.com
ABSTRAK
Alih fungsi lahan pertanian terutama lahan sawah beririgasi di Pulau Bali menunjukkan dinamika perubahan penggunaan lahan pertanian yang cukup intensif dengan semakin berkembangnya
perekonomian wilayah. Pengamanan lahan pertanian terutama pada lahan sawah beririgasi sudah merupakan kebijakan pemerintah, dan untuk itu telah dibuat berbagai kebijakan pemerintah, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan- peraturan. Tujuan penelitian ini adalah : mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi subak, menetapkan beberapa alternatif strategi untuk solusi pengendalian alih fungsi lahan sawah. Pendekatan penelitian dengan menggunakan metode SWOT analisis. Pengumpulan data melalui indepth interview dan Focus Group Discussion (FGD) terhadap stakeholder yang berkaitan dengan pengendalian alih fungsi lahan sawah antara lain petani, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Dinas Pertanian, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pekerjaan Umum (PU), Badan Pusat Statistik (BPS). Rekomendasi kebijakan dalam rangka pengendalian alih fungsi lahan sawah yang perlu dipertimbangkan yang disesuaikan dengan kondisi wilayah Bali antara lain : (1) mengintensifkan kebijakan penerapan peraturan daeran yang berkaitan dengan alih fungsi lahan sawah melalui pengawasan disertai sanksi yang tegas dan mendorong untuk diterbitkannya Perda terkait perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan, (2) pemberikan insentif kepada pemilik sawah beririgasi, baik individu maupun kolektif, karena posisinya yang strategis dalam menjalankan fungsi produksi, konservasi, dan warisan nilai-nilai budaya (pariwisata), (3) penguatan kemampuan kolektif masyarakat tani dalam mengelola sumber daya lahan dan air, (4) memberikan dukungan kepada pemerintahan lokal/desa adat melalui regulasi yang bersifat lokal dalam kaitan mempertahankan subak abadi.
Kata kunci : strategi, pengendalian, alih fungsi, lahan sawah.
23
PERBAIKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI
MELALUI PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL DAN SISTEM TANAM MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI
I Made Swijana1), Ni Putu Sutami2), dan I Made Londra2)
1) Penyuluh BPTP Bali
2) Peneliti BPTP Bali
Email : tamiasih@yaahoo.co.id ABSTRAK
Benih merupakan salah satu sarana produksi yang penting diperhatikan dalam kegiatan usahatani karena kualitas benih yang baik akan mampu menunjang peningkatan produksi dan produktivitas. Perkembangan tehnologi di bidang pertanian terus dituntut berkembang secara dinamis sesuai spesifik lokasi. Penanaman padi sawah di Provinsi Bali pada umumnya menggunakan sistem tapin, namun penanaman tapin membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga dianggap kurang efisien dari segi biaya dan tenaga. Dengan sistem tabela (tanam benih langsung) menggunakan Atabela (alat tanam benih langsung) tenaga kerja dapat diefisienkan sekitar 4 orang/ha tanpa mengesampingkan komponen teknologi PTT padi sawah. Luas lahan untuk penanaman tabela adalah 6 hektar dengan petani kooperator sebanyak 17 orang. Jumlah perlakuan atau cara tanam ada 5 yaitu cara tanam tapin/tegel, tabela (25 x 25 cm), tabela (25 x 30 cm), tabela (25 x 40 cm), tabela (25 x 50 cm). Tujuan kegiatan adalah membandingkan teknologi yang dilakukan petani dengan teknologi introduksi. Data yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang malai, gabah isi dan hampa, kadar air saat panen dan produksi. Dari kelima cara tanam tersebut varietas Sidenuk dengan sistem tanam tabela (25 x 40 cm) memberikan produksi yang tertinggi yaitu 8,27 ton per hektar. Hasil ini memberikan dampak pada petani untuk menanam padi pada musim tanam berikutnya menggunakan alat atabela tanpa tergantung pada seka/perkumpulan tanam dan tidak lagi membuang waktu untuk membuat persemaian.
Kata kunci : benih, sistem tanam, atabela
24
PELUANG INOVASI TEKNOLOGI PENGEMBANGAN USAHA PERTANIAN
DI DESA BUNUTAN MELALUI PENDEKATAN PRA ( KALENDER MUSIM)
I Made Londra dan Putu Sutami
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali Jl. By Pass Ngurah Rai Denpasar Bali
e-mail : londra_bptp@yahoo.co.id ABSTRAK
Penggalian informasi untuk menentukan peluang inovasi teknologi pertanian di Dusun Sega, Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem Bali, dilaksanakan pada bulan Juni 2015, melalui pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) dengan teknik kalender musim. PRA ini merupakan bagian dari kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Komoditas Sapi Potong. Lokasi ini termasuk agroekosistem lahan kering dataran tinggi beriklim kering. PRA dilaksanakan di kelompok tani Sega Mandiri, dengan melibatkan masyarakat tani Desa Bunutan, staf Desa Bunutan staf Kecamatan Abang, Dinas Pertanian dan Peternakan Karangasem serta instansi, terkait lainnya dengan jumlah peserta keseluruhan sebanyak 70 orang. Hasil PRA menunjukkan, musim hujan berlangsung selama 6 bulan yaitu antara bulan November sampai Maret dengan puncak hujan pada bulan Bulan Januari sampai pebruari . Kepemilikan ternak sapi di lokasi ini sebanyak 3 ekor, biasanya mengalami kesulitan pakan pada bulan Mei sampai Oktober dengan puncak kesulitan pakan terjadi bulan Juli dan Agustus. Pada bulan- bulan sulit pakan tersebut, hanya tersedia hijauan Daun Nangka sedangkan hijauan lainya hampir tidak berproduksi. Untuk menangani permasalahan tersebut ada peluang untuk memanfaatkan dedak padi dan limbah pertanian yang difermentasi.
Tanaman pangan yang diusahakan diantaranya jagung, kacang-kacangan dan ketela rambat sedangakan tanaman tahunan yaitu jati dan cengkeh. Dengan terintroduksinya teknologi diharapkan bisa menutupi pakan di musim kemarau.
Kata kunci : peluang inovasi teknologi, usaha pertanian, dan lahan kering
25
KARAKTERISTIK SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI (SIMANTRI)
PADA AGRO EKOLOGI YANG BERBEDA
Oleh :
Ni Putu Sutami dan I Made Londra BPTP Bali
email : tamiasih@yahoo.co.id ABSTRAK
Keterbatasan s u m b e r d a y a p e r t a n i a n t e r u t a m a t e n a g a k e r j a d a n l a h a n m e n u n t u t d i k e m b a n g k a n s u a t u s i s t e m p e r t a n i a n ya n g d a p a t memadukan berbagai usahatani sesuai dengan potensi wilayah. Sistem pertanian terintegrasi (SIMANTRI) merupakan salah satu program unggulan daerah Pemprov Bali untuk peningkatan peran sektor pertanian mendukung Bali Mandara (maju, aman, damai dan sejahtera). Kegiatan integrasi yang dilaksanakan berorientasi pada usaha pertanian tanpa limbah (zero waste) danmenghasilkan 4 F (food, feed, fertilizer dan fuel). Penelitian ini dilakukan di 3 tempat yang memiliki agro ekologi berbeda.
Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive berdasarkan zona masing-masing wilayah kemudian dikarakterisasi dan diamati keberlanjutan sistem yang diterapkan dan usaha yang dijalankan. Data yang didapat dianalisis secara deskriptif untuk memperoleh gambaran tentang konsep pertanian terintegrasi dengan menerapkan budidaya sapi potong dan pembibitan, penerapan biogas dari kotoran sapi, pengolahan pupuk organik, budidaya tanaman pangan dan budidaya hijauan sebagai sumber pakan serta pengawetan pakan. Hasil kajian atau karakteristik memperlihatkan bahwa ada perbedaan produktifitas dari sistem pertanian terintegrasi yang diterapkan di masing-masing wilayah. Perbedaan tersebut karena ketersediaan sumber pakan, pola beternak sapi, pola penanganan biogas dan penanganan pupuk organik. Perbedaan produktivitas tersebut dengan berbagai introduksi teknologi terkait pertanian terintegrasi tidak mempengaruhi keberlangsungan usaha. Efisiensi usaha dapat dilakukan karena memanfaatkan limbah hasil usaha yang satu untuk digunakan sebagai input bagi usaha yang lain tanpa mengeluarkan biaya yang tinggi.
Penerapan sistem biogas dalam sistem pertanian terintegrasi dapat menurunkan tingkat polusi yang dihasilkan dari usaha peternakan (ramah lingkungan) sekaligus menghasilkan sumber energi yang dapat menunjang kegiatan usaha di sektor yang lain dalam satu lokasi.
Kata kunci : pertanian terintegrasi, karakteristik, pemanfaatan limbah, sumberdaya
26
ANALISIS PERSEPSI PETANI CABAI
TERHADAP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
I Nyoman Gede Ustriyana1), Ida Ayu Listia Dewi1)
1)Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Udayana E-mail : gede_ustriyana@unud.ac.id
ABSTRAK
Indonesia sebagai negara agraris berupaya merespon tentang pentingnya pembangunan berkelanjutan melalui berbagai program maupun kegiatan, dan petani sebagai ujung tombak pelaksana pertanian berkelanjutan perlu dimintakan pendapatnya. Tujuan penelitian ini 1) melihat karakteristik petani melalui analisis deskriptif, 2) melihat tingkat persepsi petani terhadap pertanian berkelanjutan dan 3) melihat hubungan karakteristik petani dengan kemungkinan implementasi melalui pendekatan korelasi Rank Spearman dan Chi- square. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan tergolong tinggi, sebanyak 43,33 persen masuk kategori tamat SMA dan hanya 1,67 persen tidak menamatkan SD.
Pengetahuan petani tentang konsep pertanian berkelanjutan tergolong baik, 66,67 persen responden menjawab benar tentang definisi pertanian berkelanjutan. Persepsi responden terhadap konsep pertanian berkelanjutan menunjukkan hasil yang cukup baik. Hanya variabel pendidikan dan pengetahuan pertanian berkelanjutan yang memiliki hubungan nyata dengan persepsi pertanian berkelanjutan. Analisis hubungan antara persepsi pertanian berkelanjutan dengan keputusan implementasi pertanian berkelanjutan, tidak ada hubungan yang nyata, kecuali hubungan antara dimensi lingkungan dengan variabel alasan mengusahakan cabai. Akses ke penyuluh berhubungan nyata dengan sumber informasi yang mempengaruhi usahatani cabai, dan pengetahuan pertanian berkelanjutan berhubungan nyata dengan sumber informasi yang mempengaruhi usahatani cabai dan menanam kembali cabai di kemudiaan hari dengan konsep pertanian berkelanjutan.
Kata kunci: pertanian berkelanjutan, persepsi petani, analisis rank spearman, chi square
27
REKOMENDASI PEMUPUKAN MAJEMUK KALIUM, NITROGEN DAN BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN CABAI
DI TANAH REGOSOL, MAGELANG, JAWA TENGAH
Catur Prasetiyono1 , Robinson Putra1, Eko Srihartanto2
1LPTP Kepulauan Riau
2BPTP Jogyakarta
E-mail: cprasetiyono@yahoo.com ABSTRAK
Cabai merupakan tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi mata pencaharian petani. Magelang merupakan salah satu sentra produksi sayuran khususnya tanaman cabai. Jenis lahan yang ada umumnya adalah Regosol.
Usahatani cabai di wilayah ini masih belum menerapkan rekomendasi dosis pupuk spesifik lokasi. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh rekomendasi pupuk majemuk K, N dan bahan organik yang sesuai dengan tanaman cabai. Penelitian dilakukan di Magelang, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun. Perlakuan yang dicobakan antara lain tiga level pupuk N yang berbeda, tiga level pupuk K yang berbeda dan tiga level bahan organik yang berbeda. Ukuran bedengan 20 m x 1 m dan jarak tanam 30 cm x 60 cm. Parameter pengamatan antara lain tinggi tanaman, jumlah batang dan jumlah buah (produksi). Hasil menunjukkan dosis pupuk N 200 urea kg/ha yang terbaik dilengkapi dengan pupuk K sebanyak 75 Kg/ha KCl dan bahan organik sebanyak 5 ton/ha. Hasil produksi tertinggi buah cabai mencapai 13,4 kg/plot.
Kata kunci: cabai, dosis pupuk, regosol, Jawa Tengah