LAPORAN TUGAS AKHIR MAHASISWA
Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
Nama : Diah Ayu Safitri NIM : H3316008
PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS MINAT HORTIKULTURA DAN ARSITEKTUR PERTAMANAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2019
BUDIDAYA DAN ANALISIS USAHATANI TANAMAN SAWI PAKCOY (Brassica rapa chinensis) DENGAN PERLAKUAN
PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK
iii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan baik dan tepat waktu. Penulisan laporan kegiatan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir. Penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Samanhudi, S.P., M.Si., IPM. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Raden Kunto Adi, S.P., M.P. selaku Kepala Program Studi D III Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu RR Aulia Qonita, S.P., M.P. selaku Dosen Pembimbing.
4. Ibu Dr. Ir. Amalia Tetrani Sakya, M.P., M.Phil. selaku Dosen Penguji.
5. Semua mahasiswa DIII Agribisnis Fakultas Pertanian yang selalu memberi motivasi dan dukungannya kepada penulis.
6. Semua pihak dan teman-teman yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa manusia tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Demikian pula dalam penulisan laporan tugas akhir ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Surakarta, Desember 2019
Penulis
iii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTARiii DAFTAR ISI ... ivii
DAFTAR TABEL………...………v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Tujuan ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Karakteristik Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica rapa chinensis) ... 4
B. Pupuk Anorganik………...5
C. Pupuk Organik………...5
E. Analisis Usahatani ... 12
BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN ... 16
A. Tempat Pelaksanaan ... 16
B. Waktu Pelaksanaan ... 16
C. Metode Pengambilan Data ... 16
D. Tata Laksana ... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.0 A. Kondisi Umum Lingkungan Penanaman . Error! Bookmark not defined.0 B. Kegiatan Budidaya Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica rapa chinensis) Error! Bookmark not defined. 1.Penyemain Benih ... Error! Bookmark not defined. 2.Pengolahan Tanah...21
3.Penanaman ... Error! Bookmark not defined.2 4.Pemeliharaan ... 22
5.Pengendalian Hama ... 25
6.Pemanenan ... 26
iii
7.Pemanenan………...27
C. Analisis Usahatani ... 28
1.Biaya tetap ... 28
2.Biaya variabel ... 29
3.Biaya total ... 29
4.Penerimaan ... ...29
5.Keuntungan ... 29
6.R/C ratio ... 30
7.Analisis Titik Balik Modal / Break Event Point (BEP) ... 31
D. Analisis Usahatani ... 31
1.Biaya tetap ... 31
2.Biaya variabel ... 32
3.Biaya total ... 32
4.Penerimaan ... ...32
5.Keuntungan ... 32
6.R/C ratio ... 33
7.Analisis Titik Balik Modal / Break Event Point (BEP) ... 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...35
A. Kesimpulan ... 35
B. Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Biaya tetap untuk budidaya sawi pakcoy dengan perlakuan pupuk anorganik dengan luas 100m2………... 28 Tabel 2. Biaya variabel untuk budidaya sawi pakcoy dengan
perlakuan pupuk anorganik dengan luas
100m2………….……….
29 Tabel 3. Biaya tetap untuk budidaya sawi pakcoy dengan
perlakuan pupuk organik dengan luas 100m2………... 31 Tabel 4. Biaya variabel untuk budidaya sawi pakcoy dengan
perlakuan pupuk organik dengan luas 100m2………... 32
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Penyemain benih ... 20
Gambar 2 Pengolahan lahan... 21
Gambar 3 Benih sawi pakcoy ... 22
Gambar 4 Penanaman………...22
Gambar 5 Pemeliharaan ... 22
Gambar 6 Penyiraman ... 24
Gambar 7 Penyulaman………..24
Gambar 8 Penyiangan………...24
Gambar 9 Ulat daun kubis……….25
Gambar 10 Kumbang anjing……….26
Gambar 11 Pemanenan ... 27
Gambar 12 Pemasaran... 28
42
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Sawi pakcoy merupakan salah satu sayuran daun yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Tanaman ini juga dapat tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah. Jenis sawi yang saat ini cukup popular dan banyak dikonsumsi masyarakat antara lain : sawi hijau, sawi putih dan sawi pakcoy. Ketiga jenis sawi tersebut, sawi pakcoy termasuk jenis sawi yang banyak dibudidayakan petani saat ini. Batang dan daunnya yang lebih lebar dari sawi hijau biasa, membuat sawi jenis ini lebih sering digunakan masyarakat dalam berbagai menu masakan, hal ini memberikan prospek bisnis yang cukup cerah bagian para petani sawi pakcoy. Meningkatkan produksi sayuran diperlukan beberapa usaha antara lain, dengan perbaikan teknik bercocok tanam, penggunaan varietas yang cocok, pemeliharaan yang intensif dan usaha-usaha dalam perbaikan tingkat kesuburan tanahnya (Yuliani, et al, 2008).
Menurut Tri dan Nano (2016) tanaman sawi pakcoy merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Di Indonesia banyak terdapat jenis makanan yang menggunakan daun pakcoy sebagai bahan makanan utama maupun sebagai pelengkap. Pakcoy selain sebagai sayuran juga dapat bermanfaat bagi kesehatan manusia, terutama yang mengkonsumsinya secara kontinya. Pakcoy dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokkan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala karena mengandung vitamin dan zat gizi yang penting bagi kesehatan manusia.
Pemupukan mempunyai peranan penting terhadap keberhasilan budidaya tanaman. Tanaman membutuhkan pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan hara agar dapat tumbuh serta berkembang dengan baik. Pemberian pupuk organik dapat menambah cadangan dengan unsur hara di dalam tanah, memperbaiki struktur tanah dan menambah kandungan bahan organik tanah.
Menurut Andi dan Asdita (2017) sawi pakcoy adalah sayuran yang digemari oleh masyarakat. Pupuk nitrogen dan kalium menentukan kualitas
dan kuantitas hasil tanaman. Sawi pakcoy merupakan satu jenis sayuram daun yang di konsumsi oleh masyarakat luas. Sayuran bagi kesehatan manusi mendorong sayuran ini semakin diminati sehingga permintaan akan sayuran senantiasa mengalami peningkatan. Tanaman sayur daun jenis pakcoy ini mudah di budidayakan namun kebutuhan unsur hara tanaman tidak dapat diabaikan termasuk unsur hara makro N, P dan K. Nitrogen sangat diperlukan tanaman untuk menunjang pertumbuhan vegetatifnya. Pemberian nitrogen dengan dosis yang tepat sangat menentukan kualitas pertumbuhan dan hasil tanaman secara maksimal. Menurut Lilik, et al (2018) pupuk organik menjadi salah satu solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk anorganik terutama urea untuk menuju pertanian organik. Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami daripada bahan pembenah buatan/sintesis.
B. Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan tugas akhir mahasiswa yaitu : 1. Tujuan Umum :
a. Mahasiswa memiliki kemampuan menerapkan kaidah ilmiah dalam memecahkan masalah di bidang pertanian khususnya hortikultura.
b. Mahasiswa mampu memperdalam ilmu pertanian melalui kajian masalah yang spesifik dan membahasnya secara komprehensif.
c. Mahasiswa memiliki kemampuan menyusun karya tulis ilmiah berdasarkan standar penulisan ilmiah.
d. Meningkatkan kompetensi lulusan melalui pengaplikasian teori yang diterima selama perkuliahan pada kenyataan yang terjadi di dunia pertanian.
2. Tujuan Khusus :
1. Mengetahui cara budidaya tanaman sawi pakcoy.
2. Mengetahui permasalahan yang ada dalam budidaya tanaman sawi pakcoy.
3. Menganalisis usaha tani budidaya sawi pakcoy dengan perlakuan pupuk organik dan pupuk anorganik.
3. Manfaat
a. Memperoleh keterampilan dalam membudidayakan tanaman sawi pakcoy.
b. Mengetahui permasalahan yang ada dan cara penanganan yang tepat dalam membudidayaan tanaman sawi pakcoy.
c. Mengetahui kelayakan usahatani tanaman sawi pakcoy.
d. Memperoleh pengalaman dan penyelarasan antara pencapaian pembelajaran di kampus dengan dinamika perkembangan sektor pertanian.
42
1 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica rapa chinensis)
Tanaman sawi pakcoy termasuk dalam jenis sayur sawi yang mudah diperoleh dan cukup ekonomis. Pakcoy dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai masakan, hal ini cukup meningkatkan kebutuhan masyarakat akan tanaman pakcoy. Tanaman pakcoy cukup mudah untuk dibudidayakan dan hanya memerlukan waktu yang pendek berkisar 3 sampai 4 minggu.
Perawatannya juga tidak terlalu sulit dibandingkan dengan budidaya tanaman yang lainnya. Budidaya tanaman sawi pakcoy dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat dengan menggunakan media tanam dalam polybag. Media tanam dapat dibuat dari campuran tanah dan kompos (Erma, et al, 2014).
Klasifikasi dari tanaman sawi pakcoy antara lain sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledonae Ordo : Rhoeadales Famili : Brasscaceae Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa chinensis. (Haryanto, 2006).
Tanaman sawi pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang berudara panas maupun berudara dingin sehingga dapat diusahakan di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah, namun akan lebih baik jika ditanam di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah 5-1200 mdpl, namun tanaman sawi pakcoy sering dibudidayakan pada daerah ketinggian 100-500 mdpl.
Tanaman sawi pakcoy juga tahan terhadap air hujan sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau, jika penyiraman dilakukan dengan teratur dan cukup, tanaman ini akan tumbuh sebaik pada musim penghujan.
Sawi pakcoy yang dibudidayakan pada dataran tinggi umumnya lebih cepat berbunga. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur,
banyak mengandung humus, subur. pH tanah yang optimum untuk pertumbuhannya berkisar antara 6-7 (Haryanto, 2007).
Batang sawi pakcoy berupa akar tunggang yang membentuk cabang- cabang yang menyebar keseluruhan akar tunggang dengan kedalaman 30-40 cm ke bawah permukaan tanah. Akar tanaman berfungsi untuk menghisap air dan zat-zat makanan dari dalam tanah dan untuk menyerap unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan untuk memperkuat berdirinya batang tanaman sawi pakcoy (Rukmana, 2002).
Struktur bunga sawi pakcoy tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh memanjang dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai kelopak daun, empat helai mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2002).
Daun tanaman sawi pakcoy berbentuk oval, berwarna hijau tua agak mengkilat, daun tidak membentuk kepala atau krop dan daun tumbuh agak tegak setengah mendatar. Daun tanaman tersusun dalam bentuk spiral yang rapat dan melekat pada batang. Tangkai daun tanaman beewarna hijau muda dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15-30 cm (Rukmana, 1994).
B. Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari hewan (pupuk kandang). Pupuk kandang merupakan jenis pupuk yang baik. Tujuan dari pemberian pupuk organik adalah untuk mempertinggi kandungan bahan organik dalam tanah. Manfaat pupuk organik terhadap tanah adalah memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan kemampuan memegang air, aerasi, penetrasi akar dan menstabilkan suhu tanah. Kelebihan pupuk organik adalah mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, tetapi jumlahnya sedikit, dapat memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi gembur, memiliki daya simpan air yang tinggi, tanaman lebih tahan terhadap serangan penyakit. Kekurangan pupuk organik yang berupa padatan memiliki kuantitas yang besar, sehingga biaya pengangkutan lebih mahal, kecepatan penyerapan unsur hara tanaman lebih lama dibandingkan dengan penyerapan unsur hara dari pupuk anorganik (Parnata, 2010).
Pupuk kotoran sapi sifatnya lebih baik dari pada pupuk alam lainnya maupun pupuk buatan, karena merupakan humus yang mengandung senyawa- senyawa organik. Sumber unsur hara makro yang penting bagi pertumbuhan dan perkembang tanaman dan banyak mengandung mikroorganisme yang dapat menghancurkan sampah-sampah yang ada dalam tanah, hingga berubah menjadi humus, kandungan kotoran sapi nitrogen 1,67%, P205 1,11%, K20 0,56%, kelembaban 80%. Penambaham bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan menambah bahan organik tanah juga memberikan kontribusi terhadap ketersediaan hara N, P dan K, serta mengefisienkan penggunaan pupuk anorganik. Bahan organik pupuk kandang secara ekonomis murah, mudah diperoleh dan tanpa pendekatan teknologi yang tinggi sehingga relatif mudah dijangkau oleh petani (Purnomo, et al, 2013).
Perbandingan pupuk organik dengan pupuk anorganik. Pupuk organik harga lebih murah, unsur kompos lengkap dan baik unsur makro maupun mikro, kandungan bahan organik dan mikroorganismenya mampu memperbaiki struktur tanah, tanaman yang diberi pupuk organik dapat memperbaiki daya tahan terhadap serangan penyakit, pupuk organik memiliki efek positif, penggunaan terhadap tanaman memerlukan jumlah yang lebih besar, sedangkan pupuk anorganik harga lebih mahal, unsur hara kurag lengkap dibandingkan dengan pupuk organik, pupuk kimia tidak memperbaiki struktur tanah, tanaman yang diberi pupuk kimia mudah terserang penyakit, pupuk kimia berdampak negatif pada lahan dan merusak mikroorganisme, penggunaan terhadap tanaman sangat sedikit. Pemberian pupuk organik merupakan tindakan pengelolaan yang diharapkan dan memperbaiki kesuburan tanah melalui perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Kandungan pupuk NPK mengandung 16% nitrogen, 16% phospate, 16% kalium, 0,5%
Magnesium, 6% kalsium (Idris dan Marno, 2008).
Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk berbentuk butiran yang mengandung unsur hara, nitrogen, fosfor dan kalium. Pupuk ini sangat baik untuk mendukung masa pertumbuhan tanaman, selain itu keuntngannya adalah usur hara makro yang disumbangkan dapat memenuhui kebutuhan hara
tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan/pertumbuhan bagian-bagian vegetatif seperti daun, batang dan akar, tetapi kalau terlalu banyak menghambat pembungaan dan pembuaham. Fosfor berpengaruh pada pembuahan termasuk pembuahan biji dan apabila tanaman berbuah pengaruh akibat pemberian nitrogen yang berlebihan akan hilang. Kalium berfungsi membantu perkembangan akar sehingga dapat meningkatkan serapan unsur hara oleh tanaman. Keunggulan pupuk anorganik yaitu mengandung unsur hara tertentu misalnya nitrogen (N) saja, NPK atau mengandung semuan unsur sehingga penggunaannya dapat sesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Kekurangan pupuk anorganik adalah mudah tercuci ke lapisan tanah bawah sehingga tidak terjangkau air, beberapa jenis pupuk anorganik bisa menurunkan pH tanah atau berpengaruh terhadap kemasaman tanah, penggunaan yang berlebihan dan terus-menerus tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk organik akan merubah struktur kimiawi maupun biologis tanah (Sutedjo, 2002).
C. Budidaya Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica rapa chinensis) 1. Penyemaian
Menurut Soekamto (2005) Persemaian merupakan kegiatan penanaman benih tanaman yang dilakukan di tempat tertentu untuk menghasilkan bibit yang unggul sehingga pada budidaya memiliki keseragaman tanaman. Penyemaian benih umumnya akan berkecambah segera pada keadaan lingkungan yang mendukung. Syarat umum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan benih adalah: 1) adanya air yang cukup untuk melembabkan biji, 2) suhu yang sesuai, 3) cukup oksigen dan 4) adanya cahaya. Proses perkecambahan benih tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi seperti faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor dalam (internal) meliputi tingkat kematangan benih, ukuran benih, dormansi benih dan penghambat perkecambahan.Faktor luar (eksternal) meliputi cahaya, air, temperatur, oksigen dan medium tumbuh (Sutopo, 2002).
Benih sawi pakcoy yang ditanam sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu. Media semai berupa tanah. Tanaman muda atau bibit berada dalam masa pertumbuhan yang cepat dan sangat memerlukan air untuk meningkatkan pertumbuhannya (Erwindi dan Yunita, 2017).
2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dengan cara pencangkulan akan mempengaruhi sifat fisik tanah yang berfungsi memperbaiki ruang pori-pori tanah yang terbentuk diantara partikel-partikel tanah (tekstur dan struktur). Kerapatan dan ronggarongga akibat pencangkulan akan memudahkan air dan udara bersirkulasi didalamnya, tempat untuk bersirkulasi, pori-pori tanah olahan akan memudahkan pergerakan akar tanaman dalam penyerapan unsur hara lebih mudah dan memungkinkan tanaman tumbuh subur (Hanafiah, 2005).
Bertanam sawi pakcoy dengan lahan yang cukup, tanah dapat diolah dengan dibajak atau dicangkul dengan kedalaman 20-30 cm , dibuat bedengan dengan tinggi 20-30 cm, lebar 120 cm, jarak antar bedengan 40 cm. Perlakuan berupa pupuk organik berupa pupuk kandang. Pemupukan dengan perlakuan pupuk kandangan dilakukan pada saat pengolahan tanah dan perlakuan dengan pupuk NPK dilakukan jika umur tanaman 4-7 hari setelah tanam. Pembuatan lubang tanam 20 x 20 cm (Rukmana, 2003).
3. Penanaman
Waktu penanaman sawi pakcoy yang paling baik adalah pada musim hujan. Sedangkan cara menanam sawi pakcoy dapat dilakukan dengan sistem tanam langsung benihnya atau memindahkan bibit dari persemaian.
Tahap penanaman bibit yang dipilih yaitu bibit yang baik dengan batangnya tumbuh tegak, daun hijau segar dan tidak terserang hama penyakit, kemudian membuat lubang tanam dengan ukuran 20 x 20 cm, memindahkan bibit ke lubang tanam secara hati-hati (Fuad, 2010).
Ciri-ciri bibit sawi pakcoy yang baik untuk dipindah tanam yaitu bibit sawi yang sudah berumur 2-3 minggu setelah semai atau berdaun 3-4 helai daun, sehingga bibit sawi pakcoy layak untuk dipindahkan ke lahan produksi (Edi dan Julistia, 2010).
4. Pemupukan
Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting, pemupukan berimbang memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil tanaman. Pemupukan harus dibuat lebih rasional dan berimbang berdasarkan kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan tanaman akan unsur hara, sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk dan produksi tanpa merusak lingkungan akibat pemupukan yang berlebihan. Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu tanaman (Tuherkih, 2010).
Pupuk organik adalah salah satunya pupuk kotoran sapi, pupuk yang berupa padat dan cair yang dihasilkan oleh ternak sapi. Pupuk kotoran sapi sifatnya lebih baik dibandingkan pupuk lainnya maupun pupuk buatan, karena merupakan humus yang mengandung senyawa-senyawa organik.
Sumber unsur hara makro yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan banyak mengandung mikroorganisme yang dapat menghancurkan sampah-sampah yang ada (Purnomo, 2013).
Pupuk anorganik merupakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman baik tingkat tinggi atau rendah. Pupuk umumnya berhubungan dengan pupuk buatan yang tidak hanya berisi unsur hara tanaman dalam bentuk unsur nitrogen, tetapi juga dapat berbentuk campuran yang memberikan bentuk-bentuk ion dari unsur hara yang dapat diabsorpsi oleh tanaman (Amini dan Hardhi, 2005).
Pupuk penting dalam budidaya sawi pakcoy. Pupuk anorganik memasok nutrisi seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Kalium meningkatkan pertumbuhan sawi pakcoy. Nitrogen memacu pertumbuhan vegetatif, membantu tanaman dalam fotosintesis, dan fosfor diperlukan untuk meningkatkan kekuatan tanaman. Pupuk organik seperti pupuk kandang juga baik dalam budidaya sawi pakcoy karena tidak mengandung bahan kimia (Ngwu dan Edeh, 2018).
Aplikasi pupuk anorganik terutama dilakukan untuk menyediakan unsur hara N, P, dan K baik dalam bentuk pupuk tunggal ataupun majemuk.
Pupuk majemuk yang biasa digunakan petani adalah pupuk majemuk NPK Mutiara 15:15:15 (mengandung 15% N, 15% P2O5 , dan 15% K2O). Pupuk NPK mutiara mengandung unsur hara makro seimbang yang baik bagi pertumbuhan tanaman sawi pakcoy (Yunita dan Martin, 2015).
Pupuk kandang atau pupuk kotoran sapi merupakan salah satu pupuk organik yang mengandung hara makro dan hara mikro yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang menghasilkan hormone sitokinin dan giberelin yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman (Syafruddin, 2012).
5. Pemeliharaan
Adapun pemeliharaan yang perlu diperhatikan dalam budidaya sawi pakcoy menurut Amin dan Hardhi (2015) sebagai berikut:
a. Penyulaman
Penyulaman dapat dilakukan sedini mungkin atau sejak tanam hingga umur 15 hari setelah tanam. Sedangkan pada sistem tanam pindah bibit dari pesemaian, penyulaman dilakukan dengan cara mengganti tanaman yang mati atau tumbuhnya lemah dengan bibit baru dari pesemaian (Agustina, 2011).
b. Penyiraman
Penyiraman tergantung pada musim, jika musim penghujan datang dan curah hujan berlebihan, maka pengurangan air harus dilakunan, tetapi jika sebaliknya jika air kurang karena datangnya musim kemarau, maka harus dilakukan penambahan air agar cukup bagi tanaman sawi pakcoy. Penyiraman dilakukan sehari dua kali pada pagi hari dan sore supaya tanaman tetap terjaga dengan baik (Mahrus dan Pramono, 2010).
Tanaman sawi pakcoy merupakan tanaman yang tahan terhadap air hujan, pada musim kemarau penyiraman dilakukan dengan teratur dan dengan air yang cukup, tanaman dapat tumbuh sebaik pada musim penghujan, jika budidaya sawi pakcoy dilakukan di dataran tinggi,
tanaman ini tidak perlu air banyak, sebaliknya jika ditanam di dataran rendah diperlukan air lebih banyak (Haryanto, 2006).
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dua hari sekali dilakukan pada sore hari atau pagi hari. Penyiangan sangat perlu dilakukan karena untuk menjaga pertumbuhan tanam sawi pakcoy supaya tumbuh secara maksimal.
Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma (Agustina, 2011).
6. Panen
Tanaman sawi pakcoy dapat dipanen pada umur 25-35 HST, ciri-ciri tanaman sawi pakcoy yang dapat dipanen, yaitu daun yang tumbuh subur dan berwarna hijau segar, pangkal daun tampak sehat, serta tinggi tanaman tampak seragam dan merata. Panen dilakukan dengan cara memotong.
Proses pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman sawi pakcoy dari dalam tanah, lakukan dengan hati-hati agar tidak rusak (Abidin, 2015).
D. Analisis Usahatani
Penyusunan anggaran usahatani dapat dilakukan dengan cara mengarah pada usahatani yang lebih intensif atau mengarah pada usahatani yang kurang intensif. Usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat luar yang diguanakn, upah tenaga kerja luar serta sarana produksi yang lain dan termasuk kewajiban pada pihak ketiga. Keberhasilan, diperlukan evaluasi terutama dari sudut pandang ekonomis antara lain biaya dan pendapatan, kelayakan usaha, dan analisis BEP (Suratiyah, 2008).
Biaya merupakan sejumlah uang tertentu yang telah diputuskan guna pembelian atau pembayaran input yang telah diperlukan, sehingga tersedianya sejumlah uang atau biaya diperlukam sedemikian rupa agar produksi berjalan lancar (Soedarmanto, 1991).
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang dikeluarkan yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Besar kecilnya biaya produksi tersebut tidak dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dihasilkan.
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya sangat tergantung pada jumlah produksi. Total biaya dari suatu usaha merupakan jumlah keseluruhan biaya, yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Penerimaan usaha yaitu jumlah nilai rupiah yang diperhitungkan dari seluruh produk yang terjual.
Penerimaan usaha merupakan hasil perkalian antara jumlah produk dengan harga (Nurmasyitah dan Zuriani, 2017).
Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran input-input variabel dalam proses produksi jangka pendek. Penggunaan input variabel tergantung pada kuantitas output yang diproduksi, biaya variabel adalah tenaga kerja, materi (Hartoyo, 2000).
Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara besarnya biaya dengan tingkat produksi. Biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan besarnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
usahatani yang besarnya sangat dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (Soekartawi, 2006).
1. Biaya usahatani a. Biaya tetap
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang dikeluarkan yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Besar kecilnya biaya produksi tersebut tidak dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dihasilkan (Nurmasyitah dan Zuriani, 2017).
b. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya ini terdiri dari bibit, pupuk, biaya panen, pemeliharaan, biaya produk (Luntung, 2012).
c. Biaya total
Total biaya merupakan jumlah keseluruhan biaya, yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel (Nurmastiyah dan Zuriani, 2017).
2. Penerimaan
Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, total penerimaan kegiatan usahatani diterima akhir proses produksi. Penerimaan usahatani sebagai keuntungan material seorang petani atau imbalan jasa petani maupun keluarganya pengelola usahatani maupun akibat pemakaian barang modal yang dimiliki (Suratiyah, 2008).
Penerimaan = Py.Y Keterangan:
Py : Harga produksi (Rp/Kg) Y : Jumlah Produksi (Kg) 3. Pendapatan
Pendapatan atau keuntungan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan usahatani sebagai penerimaan dikurangi dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani (Soekartawi, 2006) pendapatan usaha tani dapat dihitung dengan rumus:
Pd = TR-TC Keterangan:
Pd : Pendapatan usahatani TR : Total penerimaan usahatani TC : Total biaya usahatani 4. R/C ratio
R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan biaya operasional Wanda (2015). R/C Ratio dihitung untuk menentukan kelayakan usaha. R/C Ratio >1 maka usaha ini layak untuk dijalankan. R/C Ratio <1 maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. R/C Ratio =1 maka usaha ini layak untuk dijalankan. Rumus R/C Ratio adalah total penerimaan dibagi total biaya produksi.
Efisiensi = R/C Keterangan:
R : Total penerimaan usahatani C : Total biaya usahatani Kriteria :
R/C > 1 Usahatani layak diusahakan R/C = 1 Usaha tani impas
R/C < 1 Usahatani tidak layak 5. B/C ratio
Benefit/Cost Ratio merupakan alat analisa untuk mengukur tingkat kelayakan di dalam proses produksi usahatani (Soekartawi, 2006). Benefit
Cost Ratio (B/C) = jika B/C Ratio > 0, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan atau prospek untuk dikembangkan. Jika B/C Ratio < 0, maka usaha tersebut mengalami
kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan. Selanjutnya jika B/C Ratio
= 0 maka usaha berada pada titik impas (Break Event Point).
6. BEP (Break Event Point)
Analisis titik pulang pokok (Break Event Point) adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel di dalam kegiatan perusahaan, seperti luasan produksi atau tingkatan produksi yang dilaksanakan dengan biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima dari perusahaan (Suratiyah, 2006).
Analisis BEP dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. BEP Harga BEP Harga :
Keterangan : TC = Total Biaya Y = Penerimaan b. BEP Produksi
BEP Produksi :
Keterangan : FC = Biaya Tetap P = Harga/unit VC = Biaya Variabel c. BEP Penerimaan
BEP Penerimaan :
Keterangan: FC = Biaya Tetap VC = Biaya Variabel S = Total Penerimaan.
BAB III
TATA LAKSANA KEGIATAN A. Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Tugas Akhir ini dilaksanakan di Klinge, RT 24 / RW 9 Gringging Sambungmacan Sragen, Jawa Tengah.
B. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Tugas Akhir telah dilaksanakan pada tangga l0 April – 30 Mei 2019.
C. Metode Pengambilan Data
1. Pengumpulan data secara langsung a. Wawancara
Pengumpulan data dengan cara wawancara langsung kepada Pak Yadi di Klinge, RT 24 Gringging Sambungmacan Sragen Jawa Tengah mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan budidaya tanaman sawi pakcoy.
b. Observasi
Pengumpulan data dengan observasi dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung mengenai kegiatan maupun kondisi yang ada didalam lokasi, dalam hal ini mengamati secara langsung pada budidaya tanaman sawi pakcoy di lahan.
c. Praktik atau Aktivitas Secara Langsung
Pengumpulan data dengan cara praktik dilakukan dengan cara turut serta melakukan praktik kerja secara langsung dalam setiap kegiatan budidaya tanaman sawi pakcoy dilahan.
2. Pengumpulan data secara tidak langsung a. Studi Pustaka
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mencari dan mempelajari referensi-referensi mengenai permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas akhir. Tujuan studi pustaka untuk menunjang data yang diperoleh pada saat pelaksanaan tugas.
b. Pencatatan
Pengumpulan data dengan pencatatan dilakukan dengan cara mencatat data sekunder dari sumber-sumber yang dapat dipertanggung jawabkan dan mendukung kegiatan tugas akhir.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan dokumentasi dilakukan dengan cara mencatat serta mendokumentasikan data dan hasil-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tugas akhir.
D. Tata Laksana
Kegiatan tugas akhir budidaya dan analisis usahatani tanaman sawi pakcoy :
1. Persiapan
Persiapan budidaya tanaman sawi pakcoy ini adalah lahan, benih, pupuk kandang, pupuk organik, serta peralatan seperti cangkul, sabit, ember. Lahan yang digunakan untuk melaksanakan tugas akhir ini seluas 200 m2. Benih sawi pakcoy yang digunakan yaitu benih sawi pakcoy.
Benih didapat dengan membeli dari toko pertanian. Pupuk anorganik yang digunakan yaitu pupuk NPK mutiara 16:16:16 sebanyak 2 kg.
Pupuk kandang yang digunakan yaitu pupuk kandang sapi sebanyak 40 kg.
2. Penyemaian
Persemaian dilakukan dengan menggunakan bedengan kemudian langsung disiram merata dengan menggunakan alat penyiram yaitu gembor yang semburan airnya halus (Soekamto, 2005).
3. Pengolahan lahan
Lahan yang telah disiapkan mula-mula dibersihkan dari gulma yang tumbuh disekitar areal yang akan digunakan untuk penelitian.
Pembersiahan gulma ini bisa dilakukan dengan alat seperti sabit atau cangkul. Lahan yang telah dibersihkan dari gulma kemudian diolah dengan cara dicagkul agar tanah menjadi gembur (Wahyudi, 2010).
4. Pembuatan bedengan
Tanah yang telah diolah kemudian dibuat bedengan, dimana tanah seluas 200 m2 dapat dibuat 12 bedengan. Bedengan bisa dibuat 2 larikan, sehingga untuk 12 bedengan terdapat 24 larikan. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 120 m, panjang 12 m dan tinggi 40 cm. Jarak antar bedengan 40 cm, ukuran ini untuk memudahkan ketika perawatan dan pemanenan. Penaburan pupuk kandang sebanyak 40 kg untuk 6 bedengan (Rukmana, 2003).
5. Penanaman
Penanaman bibit terlebih dahulu dilakukan penyiraman bedengan dengan gembur supaya tanah menjadi lembab dan bibit tidak layu supaya tanaman cepat tumbuh, kemudian tanah di tugal dengan kayu atau jari tangan dengan jarak 20 x 20 cm sesuai dengan jarak tanam. Penanaman dilakukan pada sore hari dengan cara mencabut bibit pada bedengan yang telah disemai kemudian dipindahkan pada bengan yang telah siapkan untuk tempat budidaya tanaman sawi pakcoy, setelah selesai penanaman dilakukan penyiraman tanaman dengan menggunakan gembor yang semburan airnya halus sehingga bibit tanaman tidak rebah (Erma, 2014).
Penanaman tanaman sawi pakcoy dibedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20-30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu. Jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm, pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, kemudian melubangi dengan ukuran 4-8 x 6-10 cm. Bibit yang baik adalah daun berjumlah 3-4 helai daun dan tidak terserang penyakit (Riyanto, 2009).
6. Pemupukan
Pupuk yang diberikan terdiri dari pupuk kandang dan pupuk anorganik. Pupuk kandang diaplikasikan bersamaan ketika pengolahan lahan. Sedangkaan pemupukan pupuk anorganik yang diaplikasikan
secara bertahap. Pemupukan anorganik dilakukan pada saat sawi pakcoy berumur 10 HST. Cara pengaplikasian pupuk anorganik adalah dengan cara dikocorkan menggunakan gayung dengan dosis pupuk 1 kg/100 liter air (Sastradiharja, 2011).
7. Pemanenan
Tanaman sawi pakcoy dapat dipanen ketika umur kurang lebih 25-30 hari setelah tanam. Tanaman yang layak panen memiliki daun yang tumbuh subur dan berwarna hijau segar, pangkal daun tampak sehat, serta ketinggian tanaman seragam dan merata. Cara panennya memotong batang tanaman sawi pakcoy dengan alat bantu pisau tajam agar tidak merusak tanaman. Tanaman sawi pakcoy yang dipanen kemudian dikumpulkan pada keranjang plastik (Munandar, 2009).
8. Pengangkutan dan pemasaran
Tanaman sawi pakcoy yang telah dipanen dan dikumpulkan kemudian disortasi untuk menghilangkan bagian tanaman yang kurang baik. Sawi pakcoy yang sudah disortasi kemudian ditimbang dan di ikat per 1 kg. Rencana dari sasaran pasar adalah tengkulak dan media sosial.
Sawi pakcoy ditawarkan ke pendagang untuk dijual lagi karena jumlah sawi yang banyak dan tidak memiliki tempat di pasar untuk didagangkan secara pribadi. Sawi pakcoy yang organik dibeli oleh pedagang dengan harga Rp 5.500,00/kg, sedangkan sawi pakcoy yang anorganik Rp 5.000,00/kg. Kelebihan dari menjual sawi pakcoy dibeli oleh pedagang yaitu sawi pakcoy sepenuhnya langsung dibeli. Kekurangan dari menjual sawi pakcoy ke pendagang tradisional yaitu harga sayuran yang mengalami naik turun setiap.harinya. Penjualan sawi pakcoy ke tengkulak dan juga melalui media sosial seperti whatshap.
1 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lingkungan Penanaman
Penanaman sawi pakcoy dilaksanakan di daerah Klinge, Gringging Sambungmacan Sragen, Jawa Tengah. Desa Gringging memiliki ketinggian 86 mdpl dan memiliki kondisi tanah yang datar berpotensi pada bidang pertanian dan memiliki bentang wilayah datar/ berbukit/ lereng gunung. Berjarak 1,5 km dari ibukota kecamatan dan 20 km dari ibukota Provinsi. Desa Gringging memiliki batas sebelah Utara Desa Banaran, sebelah Timur sungai sawur, sebelah Selatan Desa Gondang dan sebelah Barat Desa Banyurip. Tanaman sawi pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang berudara panas maupun berudara dingin sehingga dapat diusahakan di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah, namun akan lebih baik jika ditanam di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah 5-1200 mdpl, namun tanaman sawi pakcoy sering dibudidayakan pada daerah ketinggian 100-500 mdpl. Jenis tanah yang ditanami sawi pakcoy di Klinge, Gringging Sambungmacan Sragen, Jawa Tengah yaitu entisol. Menurut Gaol dan Gantor (2014) tanah entisol bertekstur kasar atau mempunyai konsentrasi lepas, struktur lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara rendah serta bahan organik yang rendah, namun budidaya tanaman sawi pakcoy pernah dilakukan dan menghasilkan tanaman yang baik.
B. Kegiatan Budidaya Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica rapa chinensis) 1. Penyemaian Benih
Langkah pertama dilakukan pada persemaian benih sawi pakcoy yaitu menyiapkan benih tanaman. Langkah kedua yang dilakukan yaitu persiapan media tanam. Media yang digunakan yaitu tanah yang selanjutnya media diletakkan ke dalam bak persemaian, media yang sudah diletakkan ke dalam bak persemaian kemudian diratakan, selanjutnya media tersebut dibuat alur yang berfungsi sebagai tempat benih sawi pakcoy diletakkan. Alur dibuat dengan kedalaman 0,5 cm, selanjutnya benih dimasukkan ke dalam alur
tersebut sedikit demi sedikit. Benih yang sudah di dalam alur kemudian ditutup kembali menggunakan tanah. Bak persemaian diletakkan pada tempat yang mendapatkan cahaya matahari yang baik, supaya pertumbuhan tanaman maksimal dan dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore hari.
Gambar 1. Penyemaian benih sawi pakcoy 2. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan bertujuan untuk menggemburkan tanah agar aerasi berjalan dengan baik. Lahan yang digunakan pada kegiatan akhir tanaman sawi pakcoy yaitu seluas 200 m2. Pengolahan lahan terdiri dari pembersihan gulma, pembuatan bedengan, dan pemupukan dasar, sebelum dilakukan pengolahan lahan sebaiknya dibersihkan dari gulma dengan menggunakan cangkul. Lahan yang telah dibersihkan dari gulma kemudian dicangkul, tanah yang sudah digemburkan kemudian dibentuk bedengan sejumlah 12 bedengan dengan ukuran 40x40 cm dan tinggi bedengan 20-30cm.
Pemupukan pada pupuk kandang dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk kandang di atas permukaan tanah sebanyak 40 kg untuk 6 bedengan.
Gambar 2. Pengolahan lahan
3. Penanaman
Benih yang digunakan pada budidaya tanaman sawi pakcoy yaitu benih hibrida F1 flamingo yang diperoleh dari toko pertanian. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari agar tanaman memiliki waktu cukup lama unuk beradaptasi. Bibit sawi pakcoy yang sudah siap untuk ditanam berumur 2-3 minggu atau sudah memiliki 3-4 helai daun. Langkah pertama yang dilakukan pada penanaman sawi pakcoy yaitu menyiram lahan yang akan digunakan, selanjutnya membuat lubang tanam dengan kedalaman 4-5 cm dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Langkah kedua yaitu mencambut bibit sawi pakcoy dari bak persemain dengan hati – hati sehingga akar tanaman tidak putus. Bibit sawi pakcoy yang sudah diambil dari bak persemaian kemudian di tanam dalam lubang tanam yang sudah di siapkan, setiap lubang tanam di tanam dengan 1 tanaman sawi pakcoy kemudian ditutup dengan tanah, selanjutnya dilakukan penyiraman supaya tanaman sawi pakcoy setelah ditanam tidak mengalami kelayuan dan kebutuhan air terpenuhi dengan baik.
Gambar 3. Benih sawi pakcoy Gambar 4. Penanaman sawi pakcoy
4. Pemeliharaan a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan melihat kondisi lingkungan sekitar, apabila terlalu kering maka dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari agar terhindar dari penguapan sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor, gembor yang sudah terisi air kemudian
disiramkan ke seluruh bagian tanaman sawi pakcoy. Penyiraman ini bertujuan agar tanaman tumbuh dengan maksimal.
Gambar 5.Penyiraman sawi pakcoy b. Pemupukan
Pengaplikasian pupuk organik atau pupuk kandang sudah dilakukan pada saat pengolahan lahan. Pupuk kandang yang digunakan sebanyak 40 kg untuk 6 bedengan jadi setiap bedengan diberi 6,6 kg pupuk kandang. Pemupukan pupuk NPK dilakukan pada saat sawi pakcoy berumur 10 HST, dengan cara melarutkan pupuk NPK dengan air sebanyak 100 liter untuk 1 kg pupuk NPK. Pupuk yang sudah larut kemudian diaplikasikan dengan cara disiramkan di sekitar pinggir batang tanaman sawi pakcoy agar penyerapan pupuk maksimal.
Gambar 6. Pemupukan sawi pakcoy c. Penyulaman
Penyulaman yaitu mengganti tanaman yang mati dengan tanaman baru, penyulaman dilakukan pada umur 2-3 HST. Langkah pertama yang dilakukan yaitu mencabut tanaman yang mati selanjutnya membuat
lubang tanam dengan kedalaman 4-5 cm. Langkah kedua yaitu mencabut bibit tanaman sawi pakcoy dari bak persemaian dengan sangat hati-hati agar akar sawi pakcoy tidak putus dengan cara mengais media tanam.
Bibit yang sudah diambil dari bak persemaian kemudian ditanam dalam lubang tanam yang sudah disiapkan, setiap lubang tanam ditanam 1 tanaman sawi pakcoy dengan cara memasukkan seluruh akar tanaman sawi pakcoy dalam satu lubang tanam. Akar sawi pakcoy yang sudah dimasukkan ke dalam lubang tanam kemudian ditutup dengan tanah, setelah itu disiram dengan air supaya tananam sawi pakcoy tidak layu.
Gambar 7. Penyulaman sawi pakcoy d. Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada pagi dan sore hari dengan dengan cara manual yaitu dengan mencabut gulma di sekitar tanaman sawi pakcoy dengan tangan. Penyiangan harus dilakukan sampai pada akar gulma agar gulma tidak tumbuh lagi. Penyulaman sangat diperlukan karena gulma akan mengganggu pertumbuhan sawi pakcoy sehingga tanaman sawi pakcoy tidak bisa tumbuh dengan maksimal.
Gambar 8. Penyiangan sawi pakcoy
6 e. Pengendalian Hama dan Penyakit
Budidaya tanaman sawi pakcoy terdapat hama yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi pakcoy.
1. Hama Kumbang Anjing (Phyllotreta viatta)
Kumbang anjing memiliki warna hitam dengan bagian tengah badannya berwarna kuning agak gelap. Ciri-ciri gejala kumbang anjing adalah tanaman berlubang 1-2 mm. Pengecekan tanaman sawi pakcoy dilakukan setiap pagi dan sore hari, pada saat pengecekan jika melihat kumbang anjing kemudian diambil dengan tangan dan pengendalian dilakukan secara manual dengan cara mematikan kumbang anjing dengan cara diinjak.
Gambar 9. Kumbang anjing pada sawi pakcoy 2. Hama Ulat daun kubis (Plutella xylostella)
Ulat daun kubis berwarna hijau yang menempel pada bagian bawah daun sawi pakcoy. Ciri-ciri daun sawi pakcoy yang terserang hama ulat daun kubis yaitu daun akan nampak berlubang pada tanaman sawi pakcoy, jika serangan hebat daun akan habis tinggal pangkal daun. Pengecekan dilakukan setiap pagi dan sore hari, jika melihat daun sawi pakcoy terserang ulat daun kubis, cara pengendalian dilakukan secara manual yaitu dengan cara membuang daun yang sudah terserang ulat daun kubis, agar tanaman lainnya tidak tertular.
Gambar 10. Ulat daun kubis pada sawi pakcoy 5. Pemanenan
Tanaman sawi pakcoy dipanen pada umur 30 hari, pemanenan tanam sawi pakcoy dilakukan pada sore hari agar tanam sawi pakcoy tidak mengakibatkan pelayuan. Ciri-ciri tanaman sawi pakcoy yang sudah siap dipanen yaitu daun berjumlah 7-8 helai daun, daun berwarna hijau tua dan tanaman sawi pakcoy nampak segar. Tanaman sawi pakcoy dipanen dengan cara memotong bagian pangkal tanaman yang berada di atas tanah. Sawi pakcoy yang sudah dipanen kemudian dipindahkan ke tempat yang teduh kemudian dilakukan sortasi dengan cara menghilangkan daun yang rusak atau tidak baik, setelah sortasi dilakukan langkah selanjutnya adalah melakukan penimbangan pada sawi pakcoy.
Gambar 11. Pemanena sawi pakcoy
6. Pemasaran
Pemasaran dilakukan di tengkulak dan melalui media sosial yaitu whatshap, mayoritas pemasaran dilakukan di tengkulak. Harga sawi pakcoy organik dijual ke tengkulak dan melalui media sosial whatshap dengan harga Rp 5.500,00/kg, sedangkan sawi pakcoy anorganik Rp 5.000,00/kg.
Kelebihan dari menjual sawi pakcoy ke tengkulak yaitu sawi pakcoy secara keseluruhan langsung dibeli.
Gambar 12. Pemasaran ke tengkulak Gambar 13. Pemasaran ke whatshap
C. Analisis Usahatani
Analisis usahatani dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya budidaya sawi pakcoy.
Analisis usahatani sawi pakcoy dengan perlakuan pupuk anorganik 1. Biaya Tetap
Tabel 1. Biaya Tetap Untuk Budidaya Tanaman Sawi Pakcoy Dengan Perlakuan Pupuk Anorganik Dengan Luas 100m2
No Keterangan Vol Satuan Harga Satuan (Rp)
Jumlah Harga (Rp)
Umur Ekonom
is (Bulan)
Total Penyusuta
n Per 1Bulan
(Rp) 1.
Sewa lahan Selama 1 bulan
100 m2 25.000,00 25.000,00 25.000,00 2. Penyusutan
peralatan:
a. Ember 1 Buah 8.000,00 8.000,00 20 400,00 b. Pisau 2 Buah 5.000,00 1 10.000,00 10 1.000,00 c. Cangkul 1 Buah 60.000,00 60.000,00 35 1.714,00 d. Gembor 1 Buah 60.000,00 60.000,00 50 1.200,00 e. Timbangan 1 Buah 1100.000,00 100.000,00 60 1.666,00 f. Bak semai 1 Buah 5.000,00 5.000,00 5 2.000,00
Total Biaya Tetap 32.580,00
Sumber: Data Pengeluaran
Penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus beban penyusutan untuk tiap tahun nilainya sama besar dan tidak dipengaruhi dengan hasil/output yang diproduksi (Setiawan, 2001).
Rumus metode garis lurus :
2. Biaya variabel
Tabel 2. Biaya Variabel Untuk Budidaya Tanaman Sawi Pakcoy Dengan Perlakuan Pupuk Anorganik Dengan Luas 100m2
No Keterangan Volume Satuan
Harga Satuan
(Rp)
Jumlah Harga
(Rp)
1. Benih ½ Pack 60.000,00 30.000,00
Pupuk NPK 2 Kg 10.000,00 20.000,00
Plastik 1 Pack 5.000,00 5.000,00
Rafia 1 Pack 5.000,00 5.000,00
Karung 1 Buah 1.000,00 1.000,00
2. Tenaga Kerja
a. Pengolahan lahan 10 JOK 7.000,00 70.000,00
b. Pemberian pupuk 2 JOK 7.000,00 14.000,00
c. Penanaman 2 JOK 7.000,00 14.000,00
d. Perawatan 2 JOK 7.000,00 14.000,00
e. Panen 2 JOK 7.000,00 14.000,00
Total Biaya Variabel 187.000,00
Sumber: Data Pengeluaran Keterangan
JOK = Jam Orang Kerja Analisis Perhitungan
1. Total biaya = Biaya tetap + Biaya variabel = Rp 32.580,00 + Rp 187.000,00
= Rp 219.580,00
2. Penerimaan = hasil panen x harga jual = 90 kg x Rp.5.000,00/kg = Rp 450.000,00
3. Keuntungan = Peneriman – Total Biaya
= Rp 450.000,00 – Rp 219.580,00 = Rp 230.420,00
4. R/C Ratio =
= 2,0 (R/C Ratio >1 = layak)
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa R/C Ratio pada tanaman sawi pakcoy yaitu 2,0. R/C Ratio menunjukan lebih dari 1 yang artinya usaha budidaya sawi pakcoy dengan perlakuan pupuk anorganik ini dapat dikatakan layak untuk dijalankan.
5. B/C Ratio =
= 1,0 (B/C Ratio >1 = layak)
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa B/C Ratio pada tanaman sawi pakcoy yaitu 1,0. B/C Ratio menunjukkan sebesar 1,0 yang artinya setiap pengeluaran dengan sebesar Rp 1 akan memberikan pendapatan sebesar 1,0.
6. BEP Produksi =
= 43 kg
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa BEP Produksi tanaman sawi pakcoy sebesar 43 kg. Hal tersebut menunjukkan bahwa penjualan sawi pakcoy tidak mengalami laba dan rugi apabila diperoleh sebesar 45 kg.
7. BEP Harga =
= Rp 2.439,00/kg
Berdasarkan hasil perhitungan BEP Harga didapatkan sebesar Rp 2.439,00/kg. BEP Harga tersebut menunjukkan penjualan sawi pakcoy
tidak mengalami laba dan rugi jika dijual dengan harga sebesar Rp 2.439,00/kg.
8. BEP Penerimaan
= Rp 32.579,00
Berdasarkan hasil perhitungan diatas BEP Harga didapatkan sebesar Rp 32.579,00. BEP Penerimaan tersebut menunjukkan penjualan sawi pakcoy akan mengalami Break Event Point ketika mendapatkan penerimaan sebesar Rp 32.579,00.
D. Analisis Usahatani Sawi Pakcoy Dengan Perlakuan Pupuk Organik 1. Biaya Tetap
Tabel 4. Biaya Tetap Untuk Budidaya Tanaman Sawi Pakcoy Dengan Perlakuan Pupuk Organik Dengan Luas 100m2
No Keterangan Vol Satuan Harga Satuan (Rp)
Jumlah Harga (Rp)
Umur Ekonom
is (Bulan)
Total Penyusuta
n Per 1Bulan
(Rp) 1.
Sewa lahan Selama 1 bulan
100 m2 25.000,00 25.000,00 25.000,00
2. Penyusutan peralatan:
a. Ember 1 Buah 8.000,00 8.000,00 20 400,00 b. Pisau 2 Buah 5.000,00 1 10.000,00 10 1.000,00 c. Cangkul 1 Buah 60.000,00 60.000,00 35 1.714,00 d. Gembor 1 Buah 60.000,00 60.000,00 50 1.200,00 e. Timbangan 1 Buah 1100.000,00 100.000,00 60 1.666,00 f. Bak semai 1 Buah 10.000,00 10.000,00 5 2.000,00
Total Biaya Tetap 32.580,00
Sumber: Data Pengeluaran
Penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus beban penyusutan untuk tiap tahun nilainya sama besar dan tidak dipengaruhi dengan hasil/output yang diproduksi (Setiawan, 2001).
Rumus metode garis lurus :
2. Biaya variabel
Tabel 4. Biaya Variabel Untuk Budidaya Tanaman Sawi Pakcoy Dengan Perlakuan Pupuk Organik Dengan Luas 100m2
No Keterangan Volume Satuan
Harga Satuan
(Rp)
Jumlah Harga
(Rp)
1. Benih ½ Pack 60.000,00 30.000,00
Pupuk kandang 40 Kg 1.000,00 40.000,00
Plastik 1 Pack 5.000,00 5.000,00
Rafia 1 Pack 5.000,00 5.000,00
Karung 1 Buah 1.000,00 1.000,00
2. Tenaga Kerja
a. Pengolahan lahan 10 JOK 7.000,00 70.000,00 b. Pemberian pupuk 2 JOK 7.000,00 14.000,00
c. Penanaman 2 JOK 7.000,00 14.000,00
d. Perawatan 2 JOK 7.000,00 14.000,00
e. Panen 2 JOK 7.000,00 14.000,00
Total Biaya Variabel 207.000,00
Sumber: Data Pengeluaran Keterangan :
JOK = Jam Orang Kerja Analisis Perhitungan
1. Total biaya = Biaya tetap + Biaya variabel = Rp 32.580,00 + Rp 207.000,00 = Rp 239.580,00.
2. Penerimaan = hasil panen x harga jual = 60 kg x Rp.5.500,00/kg
= Rp 330.000,00.
3. Keuntungan = Peneriman – Total Biaya = Rp 330.000,00 – Rp 239.580,00 = Rp 90.420,00.
4. R/C Ratio =
= 1,3 (R/C Ratio >1 = layak)
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa R/C Ratio pada tanaman sawi pakcoy yaitu 1,3. R/C Ratio menunjukkan lebih dari 1 yang artinya tersebut usaha budidaya sawi pakcoy dengan perlakuan pupuk anorganik ini dapat dikatakan layak untuk dijalankan.
5. B/C Ratio =
= 0,3 (B/C Ratio <1 = layak)
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa B/C Ratio pada tanaman sawi pakcoy yaitu 0,3. B/C Ratio menunjukkan sebesar 0,3 yang artinya setiap pengeluaran dengan sebesar Rp 1 akan memberikan pendapatan sebesar 0,3.
6. BEP Produksi =
= 43 kg
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa BEP Produksi tanaman sawi pakcoy sebesar 43 kg. Hal tersebut menunjukkan bahwa penjualan sawi pakcoy tidak mengalami laba dan rugi apabila diproduksi sebesar 43 kg.
7. BEP Harga
= Rp 3.997,00/kg
Berdasarkan hasil perhitungan BEP Harga didapatkan sebesar Rp 3.997,00/kg. BEP Harga tersebut menunjukkan penjualan sawi pakcoy tidak mengalami laba dan rugi jika dijual dengan harga sebesar Rp 3.997,00/kg.
8. BEP Penerimaan
= Rp 32.579,00
Berdasarkan hasil perhitungan diatas BEP Harga didapatkan sebesar Rp 32.579,00. BEP Penerimaan tersebut menunjukkan penjualan sawi pakcoy akan mengalami Break Event Point ketika mendapatkan penerimaan sebesar Rp 32.579,00.
42
42 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil tugas akhir budidaya tanaman sawi pakcoy adalah sebagai berikut :
1. Budidaya tanaman sawi pakcoy yang dilakukan meliputi penyemaian benih, pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen, dan penjualan hasil panen ke tengkulak di pasar daerah Gringging.
2. Hama yang menyerang tanaman sawi pakcoy yaitu hama kumbang anjing dan hama ulat daun kubis, hama ini mengakibatkan daun sawi pakcoy menjadi berlubang-lubang dan sobek.
3. Hasil analisis usahatani budidaya sawi pakcoy pada lahan dengan luas 100m2 untuk perlakuan pupuk anorganik dalam satu kali masa tanam memerlukan total biaya Rp 219.580,00. Penerimaan Rp 450.000,00.
Keuntungan Rp 230.420,00. R/C ratio 2,0 artinya usaha budidaya tanaman sawi pakcoy dengan perlakuan pupuk anorganik layak untuk dijalankan.
B/C ratio 1,0. BEP produksi 43 kg. BEP harga Rp 2.439,00/kg dan BEP penerimaan Rp 32.579,00.
Hasil analisis usahatani budidaya sawi pakcoy pada lahan dengan luas 100m2 dengan perlakuan pupuk organik dalam satu kali masa tanam memerlukan total biaya Rp 239.580,00. Penerimaan Rp 330.00,00.
Keuntungan Rp 90.420,00. R/C ratio 1,3 artinya usaha budidaya tanaman sawi pakcoy dengan perlakuan pupuk organik layak untuk dijalankan. B/C ratio 0,3. BEP produksi 43 kg. BEP harga Rp 3.997,00/kg. BEP penerimaan Rp 32.579,00.
B. Saran
Untuk menanggulangi hama kumbang anjing dan hama ulat daun kubis pada budidaya tanaman sawi pakcoy bisa dilakukan dengan cara mengecek tanaman sawi pakcoy setiap pagi dan sore hari.
42
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 2015. Budidaya Pakcoy. Jakarta: Penerbit Swadaya.
Agustina, L. 2011. Teknologi Hijau Dalam Pertanian Organik Menuju Pertanian Berlanjut. UB Press. Malang.
Ali, M. 2010. Teknik Budidaya Sawi Pakcoy. J. Produksi Tanama. No 2 Vol 1, 10-20.
Amin, A. R. dan Hardhi, K. 2015. Mengenal Budidaya Sawi Pakcoy Melalui Pemanfaatan Media Informasi. J. Jupiter. Vol 14 No 1, 66-71.
Amini, S. dan Susilowati, R. 2005. Konsetrasi Unsur Hara Pada Media dan Pertumbuhan Dengan Pupuk Anorganik Teknis dan Analis. J. Perikanan Vol 2 No 1, 201-206
Andi, K. dan Asdita, W. 2017. Pengaruh Aplikasi Pupuk N Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanam Sawi Pakcoy. J. Produksi Tanaman. Vol 5 No 2, 281-289.
Andi, P. 2017. Memahami Metode – Metode Penelitian. Yogyakarta : Ar- Ruzz Media.
Basuki, A. T. dan Prawoto, N. 2016. Analisia Regresi Dalam Penelitian Ekonomi dan Bisnis. J. Ekonomi. Vol 5 No 2, 21-24.
Edi, S. dan Julistia, B. 2010. Budidaya Sayuran. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.
Erma, P. dan Endang, K. dan Afrazak, J. 2014. Perbaikan Kesuburan Tanah Liat dan Pasir dengan Penambahan kompos Produktivitas Tanaman Sawi Pakcoy. J.Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol 29 No10, 3-5.
Erwindi, C. dan Yunita, C. F. M. 2017. Perencangan Infrastruktur Pertanian. J.
Sains dan Seni Pomint. Vol 6 No 2, 2337 – 3560.
Fuad. 2010. Budidaya Tanaman Sawi Pakcoy Jurusan Agribisnis dan Arsitektur Pertamanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret
Gaol, J. L. dan Gantor, S. 2014. Pemberian Pupuk Kalium Untuk Meningkatkan Ketersediaan Hara K dan Pertumbuhan Kedelai di Entisol. J.
Agroekoteknologi. Vol 2 No 3, 1151-119.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Hartoyo dan Rahardi. 2000. Agribisnis Peternakan. Jakarta : Penebar Swadaya.
43
Hartoyo. 2000. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional
Haryanto. 2006. Sawi dan selada. Jakarta : Penebar Swadaya
Hasyiatun, K.Y. dan Karyanto, A. dan Rugayah. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair dan Dosis Pupuk NPK (15:15:15) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Cucumis sativus L.). J.
Agrotek Tropika. Vol 3 No 1, 30 – 35.
Hirota, T. dan Natsuaki, T. dan Murai, T. dan Nishigawa, H. dan Niibori, K.
2010. Yellowing Disease of Tomato Caused by Tomato Chlorosis Virus Newly Recognized in Japan. J. Gen Plant Pathol. No76, 168-171.
Idris, M. dan Marno. 2008. Srategi dan Metode Pengajaran. Yogyakarta :Ar-ruzz Media.
Kurniawan, A. dan Harianto, S. P. dan Rusita. 2017. Pengaruh Aplikasi Pupuk N Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Pakcoy J. Produksi Tanaman. Vol 5 No 2, 281-289
Lilik, S. dan Rahma, S. dan Sitiwati. 2018. Respon Tanaman Sawi Pakcoy Terhadap Pengguaan Pupuk Kandang. J. Produksi Tanaman. Vol 6 No 1, 30-35.
Lumintang, F. M. 2013. Analisis Pendapatan Pertaniandi Desa Teep Kecamatan Langowan Timur. J. EMBA. V0l 1 No 3, 991-998
Luntung, A.Y. 2012. Analisis Tingkat Pendapatan Usaha Tomat Apel di Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa. J. Pembangunan Ekonomi Keuangan Daerah. Vol 7 No 3, 1-25
Mahrus, A. dan Pramono, A. J. 2010. Memupuk Tanaman Sayur. Jakarta : Penebar Swadaya.
Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Abak Berbakat. Jakarta : Bineka Cipta.
Ngwu, B.O. E. dan Edeh V. N. 2018. Effect of Varying Rates of NPK 15:15:15 Fertiliser on the Physicochemical Properties of the Soil, Growth and Yield of Cucumber. International Journal of Plant & Soil Science. Vol 25 No 1, 1-7
Nurmastiyah. dan Zuriani. 2017. Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri Tahu Pada UD Aceh Setia di Desa Gapu Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen. J. Pertanian. Vol 1 No 11, 975-982.
44
Parnata, A. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Prihastanti, E. 2014. Perbaikan Kesuburan Tanah Liat dan Pasir Dengan Penambahan Kompos Limbah Sagu Untuk Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Pakcoy. J. Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol 12 No 1, 1-14.
Purnomo, R. dan Santoso, M. dan Heddy, S. 2013. Pengaruh Berbagai Macam Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tananaman. J. Produksi Tanaman. Vol 1 No 3, 2338-3967.
Riyanto, A. 2009. Metedologi Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta :Nuba Medika.
Rizki, M. dan Elfiana dan Satriawan, H. 2017. Analisis Usahatani Pisang Ayam di Desa Awe Geutah Paya Kecamatan Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen. J. S. Pertanian. Vol 1 No 3, 187 – 186.
Rukmana. 1994. Budidaya Mentimun. Yogyakarta: Kanisius.
Rukmana. 2002. Bertanam petsai dan sawi. Yogyakarta: Kanisius.
Rukmana. 2003. Bertanam petsai dan sawi. Yogyakarta: Kanisius
Sastraduharja, S. 2011. Sukses Bertanam Sayuran Secara Organik. Bandung : Angkasa.
Semangun, H. 1989. Penyaki-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia.
Yogyakarta: UGM Press.
Setiawan, S. J. 2001. Kajian Terhadap Beberapa Metode Penyusutan Dan Pengaruhnya Terhadap Perhitungan Beban Pokok Penjualan. J.
Akuntansi dan Keuangan. Vol 3 No 2, 157 – 158.
Setyobudi, L. dan Herlina, N. dan Dominiko, A. 2018. Respon Tanaman Pakcoy (Brasica rapa chinensis) Terhadap Penggunaan Pupuk Kascing dan Biorinkambing. J. Produksi Tanaman. Vol 6 No 1, 188-193
Soedarmanto. 1991. Budidaya Tembakau. CV. Yasaguna. Jakarta.
Soeharto, I. 1997. Manajemen Proyek. Jakarta: Erlangga.
Soekamto. 2005. Break Event Point.Surakarta : UNS Press.
Soekartawi. 2006. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: UI Press.
Suratiyah, K. 2006. Ilmu usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sutedjo. 2002. Pupuk dan cara pemupukan. Jakarta : Rineka Cipta.
45
Sutopo. 2002. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syafruddin. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung Manis. J. floratek. Vol No7, 107-114.
Tri, A. B. dan Nano, P. 2016. Analisia Regresi Dalan Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Depok : PT Rajagrafindo Persada.
Tuherkih. 2010. Pengaruh Pupuk NPK Majemuk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Di Tanah Inceptisols. J. Ilmu Pertanian. Vol 15 No 2, 127- 130.
Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Wanda, F. F. A. 2013. Analisis Pendapatan Usaha Tni Jeruk Siam (Studi Kasus di Desa Padang Pangrapat kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser). J.
Ilmu Administrasi Bisnis. Vol 3 No 3, 600-611.
Yuliani. 2008. Pemanfaatan MOL dan Pupuk organik Untuk Peningkatan Pertumbuhan dan hasil Tanaman Sawi. J. Produksi Tanaman. Vol 6 No , 11-15.
Yunita, A dan Martin, S, M. 2012. Impact Of Corporate Social Responsibility Toward Firm Value. J. The Business Review. Vol 1 No 4, 30-35.