• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN MEKANISME PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PENGADILAN AGAMA SENGETI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN MEKANISME PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PENGADILAN AGAMA SENGETI"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

LAPORAN MEKANISME PENGENDALIAN INTERN

PEMERINTAH

PENGADILAN AGAMA SENGETI

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT karena atas karunia, rahmat dan hidayah-Nya, laporan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern lingkup Pengadilan Agama Sengeti Triwulan I Tahun 2022 ini telah diselesaikan.

Laporan ini merupakan salah satu kewajiban selaku pelaksanaan pengendalian intern di lingkungan Pengadilan Agama Sengeti dengan harapan adanya upaya perbaikan terus menerus atas permasalahan yang ada melalui kegiatan pengendalian intern yang efektif dalam pelaksanaan kegiatan, hambatan, rencana pemecahan masalah dan tindak lanjut pemecahan masalah selama TA 2022.

Semoga laporan yang disusun ini bermanfaat, khususnya bagi pengambil kebijakan di lingkungan Pengadilan Agama Sengeti sehingga dapat mewujudkan tujuan dari pengendalian intern yaitu tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan, akhirnya kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas seluruh bantuannya dalam penyelesaian laporan ini.

Sengeti, Maret 2022

Ketua TIM Pengendalian Intern,

Elmishbah Ase, S.HI

(6)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Pengadilan Agama Sengeti berusaha memberikan perbaikan dan nilai tambah bagi penyelenggaraan pemerintahan dan membantu program pemerintah dengan tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Mengingat pentingnya tujuan pengendalian tersebut setiap pimpinan dan pegawai di Pengadilan Agama Sengeti (Pengadilan Agama Sengeti) perlu meningkatkan penerapan pengendalian intern secara sistematis, terstruktur, dan terdokumentasi dengan baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sesuai dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 033B/KMA/SK/III/2012 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Pengadilan Agama Sengeti telah melaksanakan ketentuan dalam Keputusan tersebut.

Penyelenggaraan SPIP Pengadilan Agama Sengeti Triwulan I Tahun 2022 meliputi tahap perencanaan, penilaian resiko, pelaksanaan, monitoring, pertanggungjawaban sampai dengan pemanfaatan yang dilaksanakan melalui kegiatan pengendalian rutin, pengendalian berkala dan pengendalian dengan pendekatan manajemen resiko.

(7)

BAB I

GAMBARAN UMUM PENYELENGGARAAN SPIP

1.1 Latar Belakang

Sistem Pengendalian Intern (SPI) merupakan proses integral pada tindakan dan kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandaan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang- undangan. Mengingat pentingnya tujuan pengendalian tersebut setiap pimpinan dan pegawai di Pengadilan Agama Sengeti Kementerian perlu meningkatkan penerapan pengendalian intern secara sistematis, terstruktur, dan terdokumentasi dengan baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Penerapan SPI sebagaimana di atas memerlukan strategi yang memungkinkan pengendalian intern tidak berhenti pada tataran konsep tetapi langsung dapat diterapkan di Pengadilan Agama Sengeti. Secara umum, implementasi pengendalian intern dilaksanakan melalui tahap Perencanaan dan pemantauan. Kedua tahapan tersebut merupakan proses yang dijalankan secara terus menerus dan berulang.

Penerapan SPI mencakup seluruh unsur pengendalian intern sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan pengendalian intern. Pada Pasal 18 PP 60 tahun 2008, menyatakan bahwa Pimpinan instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan. Selanjutnya untuk mengevaluasi penyelenggaraan SPI perlu dilakukan pemantauan sebagaimana diamanatkan pada pasal 43 ayat (1) dan (2), yaitu Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan SPI, pemantauan tersebut dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.

(8)

1.2 Dasar Hukum

1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

3 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

4 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

5 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

6 Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 033B/KMA/SK/III/2012 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Mahkamah Agung Republik Indonesia

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud pelaksanaan SPIP untuk memberikan pedoman bagi seluruh pimpinan dan pegawai dalam menyelenggarakan SPIP dilingkungan Pengadila Agama Sengeti.

Tujuan pelaksanaan SPIP untuk untuk menghasilkan peningkatan kinerja, mekanisme kerja baru lebih yang efektif, efisien, dan terkendali di Pengadilan Agama Sengeti.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup SPIP mencakup kegiatan Pengadilan Agama Sengeti Triwulan I Tahun 2022 yang efisien dan efektif, keandaan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

(9)

BAB II

STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP

2.1 Struktur Organisasi, Visi, Misi dan Tujuan Strategis A. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sengeti

(10)

B. Visi

Visi Pengadilan Agama Sengeti adalah sebagai berikut :

“TERWUJUDNYA PENGADILAN AGAMA SENGETI YANG AGUNG“

Visi Pengadilan Agama Sengeti tersebut merupakan kondisi yang diharapkan dapat memotivasi seluruh karyawan-karyawati Pengadilan Agama Sengeti dalam menjalankan aktivitas. Pernyataan visi Pengadilan Agama Sengeti tersebut memiliki pokok pengertian sebagai berikut :

Bahwa yang ingin dicapai melalui visi ini adalah menjadikan Pengadilan Agama Sengeti sebagai lembaga peradilan yang dihormati, yang di kelola dan diawasi oleh hakim dan pegawai yang memiliki kemuliaan, kebesaran dan keluhuran sikap dan jiwa dalam melaksanakan tugas pokoknya memutus perkara.

C. Misi

Misi Pertama : “Menjaga Kemandirian Badan Peradilan”, maksudnya

adalah bahwa Syarat utama terselenggaranya suatu proses peradilan yang obyektif adalah adanya kemandirian lembaga yang menyelenggarakan peradilan, yaitu kemandirian badan peradilan sebagai sebuah lembaga (kemandirian institusional), serta kemandirian hakim dalam menjalankan fungsinya (kemandirian individual/fungsional).

Kemandirian menjadi kata kunci dalam usaha melaksanakan tugas pokok dan fungsi badan peradilan secara efektif.

Sebagai konsekuensi dari penyatuan atap, di mana badan peradilan

telah mendapatkan kewenangan atas urusan organisasi, administrasi dan

finansial (konsep satu atap), maka fungsi perencanaan, pelaksanaan,

serta pengawasan organisasi, administrasi, dan finansial seluruh badan

peradilan di Indonesia harus dijalankan secara baik. Hal ini dimaksudkan

agar tidak mengganggu pelaksanaan tugas kekuasaan kehakiman yang

diembannya. Hal penting lain yang perlu diperjuangkan adalah

kemandirian pengelolaan anggaran berbasis kinerja dan penyediaan

sarana pendukung dalam bentuk alokasi yang pasti dari APBN.

(11)

Kebutuhan adanya kepastian ini untuk memberikan jaminan penyelenggaraan pengadilan di seluruh Indonesia.

Selain kemandirian institusional, kemandirian badan peradilan juga mengandung aspek kemandirian hakim untuk memutus (kemandirian individual/fungsional) yang terkait erat dengan tujuan penyelenggaraan pengadilan. Tujuan peyelenggaraan pengadilan yang dimaksud adalah untuk menjamin adanya pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil bagi setiap manusia. Selain itu, juga perlu dibangun pemahaman dan kemampuan yang setara di antara para hakim mengenai masalah-masalah hukum yang berkembang.

Misi Kedua : “Memberikan Pelayanan Hukum Yang Berkeadilan Kepada Pencari Keadilan”, maksudnya adalah Tugas badan peradilan

adalah menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Menyadari hal ini, orientasi perbaikan yang dilakukan Pengadilan Agama Sengeti mempertimbangkan kepentingan pencari keadilan dalam memperoleh keadilan. Adalah keharusan bagi setiap badan peradilan untuk meningkatkan pelayanan publik dan memberikan jaminan proses peradilan yang adil. Keadilan, bagi para pencari keadilan pada dasarnya merupakan suatu nilai yang subyektif, karena adil menurut satu pihak belum tentu adil bagi pihak lain. Penyelenggaraan peradilan atau penegakan hukum harus dipahami sebagai sarana untuk menjamin adanya suatu proses yang adil, dalam rangka menghasilkan putusan yang mempertimbangkan kepentingan (keadilan menurut) kedua belah pihak.

Perbaikan yang akan dilakukan oleh Pengadilan Agama Sengeti,

selain menyentuh aspek yudisial, yaitu substansi putusan yang dapat

dipertanggungjawabkan, juga akan meliputi peningkatan pelayanan

administratif sebagai penunjang berjalannya proses yang adil. Sebagai

contoh adalah adanya pengumuman jadwal sidang secara terbuka dan

pemberian salinan putusan, sebagai bentuk jaminan akses bagi pencari

keadilan.

(12)

Misi Ketiga : “Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan Badan Peradilan”. Kualitas kepemimpinan badan peradilan akan menentukan

kualitas dan kecepatan gerak perubahan badan peradilan. Dalam sistem satu atap, peran pimpinan badan peradilan, selain menguasai aspek teknis yudisial, diharuskan juga mampu merumuskan kebijakan-kebijakan non-teknis (kepemimpinan dan manajerial). Terkait aspek yudisial, seorang pimpinan pengadilan bertanggungjawab untuk menjaga adanya kesatuan hukum di pengadilan yang dipimpinnya. Untuk area non-teknis, secara operasional, pimpinan badan peradilan dibantu oleh pelaksana urusan administrasi. Dengan kata lain, pimpinan badan peradilan harus memiliki kompetensi yudisial dan non-yudisial. Demi terlaksananya upaya- upaya tersebut, Pengadilan Agama Sengeti menitikberatkan pada peningkatan kualitas kepemimpinan badan peradilan dengan membangun dan mengembangkan kompetensi teknis yudisial dan non-teknis yudisial (kepemimpinan dan manajerial).

Misi Keempat : “Meningkatkan kredebilitas dan transparansi badan peradilan”. Kredibilitas dan transparansi badan peradilan merupakan

faktor penting untuk mengembalikan kepercayaan pencari keadilan

kepada badan peradilan. Upaya menjaga kredibilitas akan dilakukan

dengan mengefektifkan sistem pembinaan, pengawasan, serta publikasi

putusan-putusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain sebagai

bentuk pertanggungjawaban publik, adanya pengelolaan organisasi yang

terbuka, juga akan membangun kepercayaan pengemban kepentingan di

dalam badan peradilan itu sendiri. Melalui keterbukaan informasi dan

pelaporan internal, personil peradilan akan mendapatkan kejelasan

mengenai jenjang karir, kesempatan pengembangan diri dengan

pendidikan dan pelatihan, serta penghargaan ataupun hukuman yang

mungkin mereka dapatkan. Terlaksananya prinsip transparansi,

pemberian perlakuan yang setara, serta jaminan proses yang jujur dan

adil, hanya dapat dicapai dengan usaha para personil peradilan untuk

bekerja secara profesional dan menjaga integritasnya.

(13)

D. Tujuan

Tujuan strategis disusun berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan yang dihadapi dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi Pengadilan Agama Sengeti. Adapun tujuan strategis Pengadilan Agama Sengeti adalah :

 Meningkatkan tertib admintsrasi perkara;

 Meningkatkan sitem pelayanan administrasi perkara yang cepat

kepada masyarakat;

 Meningkatkan pelayanan hukum kepada masyarakat secara

berkeadilan;

 Meningkatkan kinerja peradilan yang efektif dan efesien

(14)

2.2 Fungsi dan Arah Kebijakan

A. Fungsi Pengadilan Agama Sengeti

1. Fungsi mengadili (judicial power), yakni menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama dalam tingkat pertama (vide : Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006).

2. Fungsi pembinaan, yakni memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk kepada pejabat struktural dan fungsional di bawah jajarannya, baik menyangkut teknis yudisial, administrasi peradilan, maupun administrasi umum/perlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan pembangunan. (vide : Pasal 53 ayat (3) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun 2006 jo. KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).

3. Fungsi pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti, dan Jurusita/Jurusita Pengganti di bawah jajarannya agar peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya (vide : Pasal 53 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun 2006) dan terhadap pelaksanaan administrasi umum kesekretariatan serta pembangunan. (vide: KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).

4. Fungsi nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta. (vide : Pasal 52 ayat (1) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun 2006).

5. Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan (teknis dan persidangan), dan administrasi umum (kepegawaian, keuangan, dan umum/perlengakapan) (vide : KMA Nomor KMA/080/

VIII/2006).

6. Fungsi Lainnya :

(15)

a. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat dengan instansi lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas Islam dan lain-lain (vide: Pasal 52 A Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2006).

b. Pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan riset/penelitian dan sebagainya serta memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat dalam era keterbukaan dan transparansi informasi peradilan, sepanjang diatur dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor KMA/144/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan.

B. Arah Kebijakan Pengadilan Agama Sengeti

Sesuai dengan arah pembangunan bidang hukum yang tertuang dalam RPJMN tahun 2020-2024 tersebut diatas serta dalam rangka mewujudkan visi Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia Yang Agung, maka Mahkamah Agung menetapkan 8 sasaran sebagai berikut :

 Terwujudnya proses peradilan yang pasti, transparan dan

akuntabel;

 Peningkatan efektivitas pengelolaan penyelesaian perkara;

 Meningkatnya akses peradilan bagi masyarakat terpinggirkan

melalui program;

 .Peningkatan efektivitas pengelolaan penyelesaian perkara;

 Meningkatnya pelaksanaan pembinaan bagi aparat tenaga teknis

di lingkungan Peradilan.Sistem Pembinaan;

 Meningkatnya pelaksanaan pengawasan kinerja aparat peradilan

secara optimal;

 Meningkatnya pelaksanaan penelitian, pendidikan dan pelatihan

Sumbe Daya Aparatur di lingkungan Mahkamah Agung;

 Meningkatnya tranparansi pengelolaan SDM, Keuangan dan Aset.

2.3 Tahapan Penyelenggaraan SPIP

Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Pengadilan Agama Sengeti meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:

(16)

A. Pemahaman

Adalah tahap untuk membangun kembali kesadaran, menyamakan persepsi, dan penyegaran mengenai SPIP. Hal ini sebagai upaya untuk menginternalisasi SPIP agar tetap menjadi bagian yang integral dan menyatu dalam kegiatan kepemerintahan, yaitu dengan melibatkan seluruh tingkatan pejabat dan pegawai di lingkungan Pengadilan Agama Sengeti. Kegiatan untuk membangun kembali kesadaran, penyamaan persepsi, dan penyegaran, antara lain melalui:

a. Pembinaan

Pelaksanaan kegiatan pembinaan dapat dilakukan oleh Satuan Tugas (Satgas) SPIP.

b. Fokus Grup Diskusi (FGD)

Metoda lain untuk membangun kembali kesadaran, menyamakan persepsi dan penyegaran mengenai SPIP adalah dengan menyelenggarakan diskusi kelompok atau FGD. Satgas SPIP di lingkungan Pengadilan Agama Sengeti menjadi fasilitator dalam diskusi dengan tugas antara lain:

1. memandu diskusi kelompok dalam FGD;

2. menyiapkan materi diskusi yang diupayakan ke arah pemahaman atas semua unsur SPIP termasuk subunsur, butir-butir, dan hal-hal yang menjadi perhatian dalam diskusi;

3. memberikan contoh penyelenggaraan pengendalian intern pada pelaksanaan tugas dan fungsi dalam kegiatan pemerintahan.

B. Pelaksanaan SPIP a. Internalisasi

Internalisasi adalah proses yang dilakukan oleh pimpinan dan pegawai untuk menerapkan SPI dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sehari-hari.

Penerapan SPI dilaksanakan melalui penyelenggaraan pengendalian rutin, pengendalian berkala, dan pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko.

b. Pendokumentasian

Pendokumentasian adalah proses dokumentasi terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pengendalian intern yang dilaksanakan melalui

(17)

penyelenggaraan pengendalian rutin, pengendalian berkala, dan pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko.

C. Pelaporan

Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan penyelengggaraan SPIP, maka Satgas SPI Pengadilan Agama Sengeti menyusun laporan triwulanan yang memuat informasi-informasi:

a. Ringkasan Merupakan uraian singkat dari laporan penyelenggaraan SPIP yang telah dilaksanakan.

b. Pelaksanaan kegiatan Berisikan uraian dari rencana dan realisasi masing-masing pelaksanaan tahapan penyelenggaraan kegiatan SPIP, yaitu tahap pemahaman dan tahap pelaksanaan.

c. Hambatan Berisikan uraian hambatan dalam pelaksanaan penyelenggaraan SPIP yang menyebabkan tidak terwujudnya efektivitas penyelenggaraan SPIP.

d. Rencana Pemecahan Masalah Merupakan uraian rencana pemecahan masalah terhadap hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan SPIP. Tindak Lanjut Pemecahan Masalah Merupakan uraian realisasi dari rencana pemecahan masalah dalam penyelenggaraan SPIP pada periode sebelumnya.

D. Pengembangan berkelanjutan

Penyelenggaraan SPIP yang telah dievaluasi, baik oleh internal maupun eksternal digunakan untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan SPIP untuk periode berikutnya

E. Evaluasi

a. Evaluasi penyelenggaraan SPIP merupakan rangkaian kegiatan membandingkan antara hasil atau prestasi kegiatan dengan standar dan rencana penyelenggaraan SPIP;

b. Evaluasi penyelenggaraan SPIP bertujuan untuk menentukan dan menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan tahapan penyelenggaraan SPIP;

c. Hasil evaluasi disampaikan dalam laporan penyelenggaraan SPIP setiap triwulan.

(18)

No. Kelompok/Uraian Risiko A Organisasi

1 Tujuan organisasi belum ditetapkan secara spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis dan ada batas waktu

2 Pegawai tidak mengetahui dan memahami tujuan organisasi

3

Satuan kerja belum sepenuhnya memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang formal untuk keseluruhan prosedur dan keseluruhan kegiatan

4 SOP yang ada tidak berjalan secara optimal atau tidak ditaati 5 SOP ada tetapi belum berbasis risiko

6 Ada pemisahan tugas dan fungsi tetapi tidak berjalan secara optimal atau terjadi tumpang tindih

B Perencanaan F. Lingkup Penyelenggaraan

Untuk dapat menyelenggarakan SPIP secara efektif, maka SPIP dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur terkait kebijakan dan pelaksanaan operasional satuan kerja Pengadilan Agama Sengeti.

G. Pengendalian

Pengendalian Dalam penyelenggaraan SPIP di lingkungan Pengadilan Agama Sengeti, pelaksanaannya melalui 3 (tiga) jenis pengendalian, meliputi:

a. Pengendalian Rutin

Pengendalian rutin diselenggarakan oleh pimpinan dan seluruh pegawai setiap hari. Risiko yang perlu dikendalikan dalam penyelenggaraan pengendalian rutin antara lain dalam aspek organisasi, aspek perencanaan, aspek pengelolaan keuangan (pelaksanaan anggaran, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), akuntansi dan pelaporan, serta kerugian negara), aspek kepegawaian, dan aspek kinerja, sekurang-kurangnya meliputi:

1

Perencanaan/penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) belum melibatkan pihak yang berkompeten (aspek teknis pekerjaan/kinerja dan aspek keuangan)

2 Perencanaan barang/aset melebihi dari kebutuhan yang seharusnya dan belum didasarkan pada asas kebutuhan

3

Perencanaan barang/aset belum mempertimbangkan risiko pada tahap pemanfaatan

4 Perencanaan belum mempertimbangkan kapasitas satuan kerja (kuantitas dan kompetensi SDM)

(19)

5 Perencanaan belum mempertimbangkan risiko dan belum menetapkan rencana pengendalian dalam pencapaian tujuan kebijakan dan aktivitas/kegiatan untuk kegiatan yang seharusnya memerlukan pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko

6 Kurangnya keterpaduan, konsistensi, dan sinkronisasi antara perencanaan kinerja dan anggaran

7 Terdapat usulan kegiatan yang sama dengan tugas dan fungsi instansi lain, dan/atau tumpang tindih dengan tugas dan fungsi instansi lain 8 Terdapat kesalahan dalam perlakuan dan pengakuan keuangan dalam

penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)

C Pelaksanaan Anggaran

1 Pertanggungjawaban tidak akuntabel (bukti tidak lengkap/tidak valid/tidak sesuai ketentuan)

2 Pekerjaan dilaksanakan mendahului kontrak atau penetapan anggaran 3 Proses pengadaan barang/jasa tidak sesuai ketentuan (tidak

menimbulkan kerugian negara)

4 Pemecahan kontrak untuk menghindari pelelangan 5 Pelaksanaan lelang secara proforma

6 Penyetoran penerimaan negara/daerah atau kas di bendaharawan ke Kas negara/daerah melebihi batas waktu yang ditentukan

7 Pertanggungjawaban/penyetoran uang persediaan melebihi batas waktu yang ditentukan

8 Sisa kas di bendahara pengeluaran akhir tahun anggaran belum/tidak disetor ke kas negara/daerah

9 Kepemilikan aset tidak/belum didukung bukti yang sah 10 Pengalihan/revisi anggaran tidak sesuai ketentuan

11 Kesalahan pembebanan anggaran dan pelampauan terhadap pagu anggaran

12 Pelaksanaan belanja di luar mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

13 Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi pelaksanaan pertanggungjawaban anggaran

14 Pelaksanaan pemisahan tugas dan fungsi pelaksanaan pertanggungjawaban anggaran tidak/kurang memadai

15 Penggunaan anggaran tidak tepat sasaran/tidak sesuai peruntukan D Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

1 Penerimaan negara atau denda keterlambatan pekerjaan belum/tidak ditetapkan dipungut/diterima/disetor ke kas negara

2 Penggunaan langsung terhadap penerimaan negara

3 Penerimaan negara diterima atau digunakan oleh instansi yang tidak berhak

4 Pengenaan tarif pajak/PNBP lebih rendah dari ketentuan

5 Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan, serta penggunaan Penerimaan negara tidak sesuai ketentuan

(20)

E Akuntansi dan Pelaporan 1 Pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat 2 Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan 3 Entitas terlambat menyampaikan laporan

4 Pelaporan tidak/belum mengacu pada kaidah-kaidah yang berlaku 5 Pelaporan belum didukung SDM yang memadai

6 Perhitungan penyusutan tidak sesuai ketentuan

7 Pengelolaan BMN termasuk persediaan belum dilakukan secara memadai

F Kerugian Negara

1 Belanja atau pengadaan barang/jasa fiktif

2 Rekanan pengadaan barang/jasa tidak menyelesaikan pekerjaan 3 Kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang

4 Kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang

5 Pemahalan harga (Mark up)

6 Penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi

7 Pembayaran honorarium dan/atau biaya perjalanan dinas ganda dan/atau melebihi standar yang ditetapkan

8 Spesifikasi barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan kontrak 9 Belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan

10 Penjualan/pertukaran/penghapusan aset negara tidak sesuai ketentuan dan merugikan Negara

11 Penyetoran penerimaan negara dengan bukti fiktif

12 Kelebihan pembayaran dalam pengadaan barang/jasa tetapi pekerjaan belum dilakukan sebagian atau seluruhnya

13 Rekanan belum melaksanakan kewajiban pemeliharaan barang hasil pengadaan yang telah rusak selama masa pemeliharaan

14 Aset dikuasai pihak lain

15 Pembelian aset yang berstatus sengketa 16

Pihak ketiga belum melaksanakan kewajiban untuk menyerahkan aset kepada Negara

17 Pencairan anggaran pada akhir tahun anggaran untuk pekerjaan yang belum selesai

(21)

G Kepegawaian

1 Pegawai yang ada belum seluruhnya menaati jam kerja

2 Dalam menjalankan tugas dan fungsi, terdapat pegawai yang tidak sesuai dengan kompetensinya

3 Instansi belum mempunyai rencana pengembangan pegawai

4 Terdapat pegawai yang tidak memenuhi kewajiban dan melanggar larangan tetapi belum dijatuhi hukuman disiplin

5 Terdapat pegawai yang belum menjalankan tugas dan fungsinya

H Kinerja

1 Terdapat kegiatan yang tidak sesuai dengan tugas dan fungsi instansi 2 Terdapat kegiatan belum dilaksanakan dan melewati batas waktu yang

telah ditetapkan

3 Terdapat kegiatan sudah dilaksanakan tetapi tidak sesuai dengan jadwal tahapan yang telah ditetapkan

4 Terdapat kegiatan yang tidak dapat mencapai target kinerja yang ditetapkan

5 Terdapat kegiatan, dalam pelaksanaannya menyimpang sehingga kemungkinan mengakibatkan tujuan tidak dapat dicapai

b. Pengendalian Berkala

Pengendalian berkala merupakan sarana penyampaian informasi aktual mengenai kondisi beberapa aktivitas/kegiatan kepada Pimpinan Pengadilan Agama Sengeti sebagai bahan dalam pengambilan keputusan guna kegiatan pengendalian.

Daftar Formulir Pengendalian Berkala

No Kode Nama Formulir Tingkat

1 Formulir: SPI-SDM Pengendalian Kapasitas SDM Pengelola Keuangan

Satke 2 Formulir: SPI-ANG Pengendalian Penyusunan

Anggaran

Satker 3 Formulir: SPI-PBJ Pengendalian Pengadaan

Barang/Jasa

Satker 4 Formulir: SPI-BMN Pengendalian Barang Milik

Negara

Satke 5 Formulir: SPI-KN Pengendalian Penyelesaian

Kerugian Negara

Satker 6 Formulir: SPI-PA Pengendalian Penyerapan

Anggaran

Satker

(22)

a. Pengendalian Kapasitas SDM Pengelola Keuangan

Pengendalian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kapasitas SDM pengelola keuangan sehingga kepala satuan kerja dapat mengetahui kesenjangan atau kelemahan dan selanjutnya diwajibkan melakukan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan. Secara berjenjang, informasi terkait kapasitas SDM pengelola keuangan wajib mengetahui dan selanjutnya menetapkan kegiatan pengendalian.

b. Pengendalian Penyusunan Anggaran

Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan jaminan dan kepastian bahwa komponen yang diusulkan, dari aspek keuangan telah sesuai dengan kaidah-kaidah keuangan yang berlaku. Pimpinan bertanggung jawab terhadap kebenaran usulan anggaran di lingkungannya dari kaidah-kaidah keuangan yang berlaku.

c. Pengendalian Pengadaan Barang/Jasa

Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang rencana dan pelaksanaan serta hambatan-hambatan proses pengadaan barang/jasa sehingga kepala satuan kerja dapat mengetahui proses pengadaan barang/jasa yang mempunyai permasalahan selanjutnya diwajibkan melakukan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan. Secara berjenjang, informasi terkait pengadaan barang/jasa yang mempunyai permasalahan di lingkungan Pengadilan Agama Sengeti wajib mengetahui dan selanjutnya menetapkan kegiatan pengendalian.

(23)

d. Pengendalian Barang Milik Negara (BMN)

Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang pengelolaan BMN yang mempunyai permasalahan sehingga kepala satuan kerja dapat mengetahui BMN yang mempunyai permasalahan.

Selanjutnya, Pimpinan diwajibkan melakukan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Pengadilan Agama Sengeti. Secara berjenjang, terkait dengan informasi BMN yang mempunyai masalah di Pengadilan Agama Sengeti, maka Pimpinan wajib mengetahui dan selanjutnya menetapkan kegiatan pengendalian.

e. Pengendalian Penyelesaian Kerugian Negara (KN)

Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang penyelesaian kerugian negara dan indikasi kerugian negara sehingga kepala satuan kerja dapat mengetahui perkembangan proses penyelesaian kerugian negara maupun adanya indikasi kerugian negara dan hambatannya jika ada. Selanjutnya pimpinan diwajibkan melakukan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Pengadilan Agama Sengeti. Secara berjenjang, terkait dengan informasi penyelesaian kerugian negara dan indikasi kerugian negara di Pengailan Agama Sengeti wajib mengetahui dan selanjutnya menetapkan kegiatan pengendalian.

f. Pengendalian Penyerapan Anggaran

Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang kondisi perkembangan pelaksanaan penyerapan anggaran, sehingga kepala satuan kerja dapat mengetahui perkembangan, hambatan dan permasalahan pada proses pelaksanaan penyerapan anggaran.

Selanjutnya kepala satker diwajibkan melakukan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi yang bersangkutan. Secara berjenjang, informasi terkait penyerapan anggaran yang mempunyai masalah di lingkup Pengadilan Agama Sengeti wajib mengetahui dan selanjutnya menetapkan kegiatan pengendalian.

(24)

c. Pengendalian dengan Pendekatan Manajemen Risiko

Pimpinan satuan kerja sebagai pemilik risiko melakukan pengendalian yang lebih memadai dengan pendekatan manajemen risiko untuk mencapai tujuan suatu aktivitas/kegiatan apabila kebijakan dan aktivitas/kegiatan yang diperkirakan tidak cukup hanya dengan pengendalian rutin. maka untuk mencapai tujuan suatu aktivitas/kegiatan tersebut pimpinan satuan kerja sebagai pemilik risiko melakukan pengendalian yang lebih memadai dengan pendekatan manajemen risiko.

a. Kategori Rencana Kebijakan dan Aktivitas/Kegiatan yang Perlu Dilakukan Pengendalian dengan Pendekatan Manajemen Risiko 1) Kebijakan

Rencana kebijakan yang perlu dilakukan pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko:

a) Kebijakan yang kemungkinan akan berimplikasi pada timbulnya anggaran atau berpengaruh terhadap perubahan struktur anggaran;

b) Kebijakan yang akan berimplikasi pada munculnya aktivitas/kegiatan baru;

c) Kebijakan yang akan berimplikasi pada perubahan tujuan organisasional maupun operasional;

d) Kebijakan yang akan berimplikasi pada perubahan struktur organisasi; dan

e) Kebijakan yang dalam pelaksanaannya akan melibatkan organisasi, instansi dan pihak lain di luar kementerian.

2) Aktivitas/kegiatan

Rencana aktivitas/kegiatan yang perlu dilakukan pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko:

a) Mempunyai alokasi anggaran relatif besar sehingga jika terjadi kesalahan, kelemahan atau penyimpangan akan berakibat dan berdampak negatif secara material terhadap akuntabilitas keuangan dan kinerja;

(25)

b) Khusus untuk pengadaan barang/jasa, kemungkinan mempunyai tingkat kegagalan tinggi dalam mencapai tujuan dan pemanfaatan yang disebabkan:

(1) adanya keterbatasan waktu sejak dari konsultansi perencanaan, persiapan, pelaksanaan sampai dengan serah terima pekerjaan;

(2) dalam pelaksanaannya sangat bergantung/dipengaruhi oleh kondisi alam/cuaca (angin, gelombang laut, hujan, dll) dan lingkungan masyarakat setempat;

(3) Aksesbilitas/keterjangkauan lokasi pelaksanaan aktivitas/

kegiatan dengan satuan kerja penyelenggara;

(4) Aksesbilitas/keterjangkauan lokasi pelaksanaan aktivitas/

kegiatan dalam mobilitas peralatan/mesin, bahan baku dan SDM;

(5) Adanya keterbatasan persediaan bahan baku/barang di dalam negeri dan sangat bergantung dengan suplai dari luar negeri sebagai input untuk aktivitas/kegiatan; dan

(6) Pengadaan barang/jasa yang menurut pertimbangan pimpinan satuan kerja diperlukan pengendalian yang lebih memadai dengan pendekatan manajemen risiko.

c) Mempunyai tingkat Kompleksitas yang relatif tinggi, yaitu dalam pelaksanaannya harus mendapatkan input dan, atau harus melibatkan satker atau unit lain, baik dari dalam maupun luar kementerian begitu pula dalam pemanfaatannya.

b. Penilaian Risiko

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Pasal 13 ayat (1) bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko. Pada Pasal 18 ayat (1) bahwa pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan, dan ayat (2) huruf b bahwa kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko. Dari uraian Pasal 13

(26)

dan Pasal 18 tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan pengendalian tidak dapat dilepaskan dari adanya risiko dan adanya kewajiban pimpinan untuk mengendalikan risiko dalam suatu instansi. Untuk mengetahui adanya risiko dalam suatu instansi yang berasal dari kegiatan dan aktivitas maka diperlukan adanya penilaian risiko. Salah satu titik tolak dalam kegiatan pengendalian adalah penilaian risiko, sehingga penilaian risiko menjadi tahapan yang penting bagi pimpinan instansi pemerintah untuk menjalankan pengendalian dalam rangka mencapai suatu tujuan instansi. Berkaitan dengan hal tersebut, Pimpinan Pengadilan Agama Sengeti perlu merumuskan pendekatan manajemen risiko, yaitu suatu proses tata kelola pengendalian risiko yang terencana, proaktif, dan berkelanjutan yang meliputi penilaian risiko, kegiatan pengendalian, pemantauan, dan pelaporan pengendalian risiko, termasuk berbagai strategi yang dijalankan untuk mengelola risiko dan mengurangi dampaknya. Dengan demikian, tujuan Pengadilan Agama Sengeti dapat tercapai secara efektif dan efisien.

c. Tahapan Penilaian Risiko

Penilaian risiko dilakukan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Pasal 13 sampai dengan Pasal 17. Dalam pelaksanaan penilaian risiko menggunakan pendekatan penilaian mandiri (control self assessment/CSA) dengan tahapan yang terdiri dari:

1) Menetapkan rencana kebijakan dan aktivitas/kegiatan yang akan disusun rencana pengendaliannya sebagai obyek penilaian risiko, membuat FGD yang terdiri dari seluruh pegawai, pimpinan, dan pihak terkait, yang memahami atau akan terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan aktivitas/kegiatan yang akan menjadi obyek penilaian risiko;

2) Menyiapkan SOP atau menyusun bagan arus (flowchart) proses bisnis dari kebijakan dan aktivitas/kegiatan yang akan menjadi obyek penilaian risiko;

(27)

3) Penetapan tujuan yang jelas dan konsisten (spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu), baik untuk tujuan kebijakan dan aktivitas/kegiatan maupun obyek penilaian risiko;

4) Peserta FGD berdiskusi untuk menetapkan risiko-risiko yang dihadapi dan menguraikan sebab-sebab timbulnya risiko;

5) Peserta FGD melakukan analisis risiko untuk menentukan dampak dari risiko secara konkret terhadap pencapaian tujuan;

6) Peserta FGD melakukan identifikasi risiko untuk mengetahui dan mengenali sumber dari risiko secara konkrit, baik dari internal maupun eksternal.

7) Risiko-risiko yang telah ditetapkan, selanjutnya peserta FGD menetapkan sifatnya yaitu masih dapat dikendalikan (controlable) atau relatif tidak dapat dikendalikan (uncontrolable) oleh manajemen, diutamakan risiko pada kegiatan yang dapat dikendalikan (controlable) oleh satuan kerja.

8) Dari risiko-risiko yang telah ada, peserta FGD menetapkan rencana pelaksanaan pengendalian, apakah dapat dilakukan dengan rencana preventif (masih di bawah dan dalam rentang kendali manajemen) atau hanya dengan rencana kontigensi (suatu keadaan belum tentu, karena di luar rentang kendali manajemen);

9) Selanjutnya setiap peserta FGD memberikan persepsi secara kuantitas untuk mengukur kemungkinan terjadinya risiko (jarang terjadi, kemungkinan kecil terjadi, kemungkinan sedang terjadi, kemungkinan besar terjadi dan hampir pasti terjadi) dan dampak yang ditimbulkan risiko (tidak signifikan, kecil, sedang, besar dan sangat besar/katastropik) terhadap tujuan jika suatu risiko terjadi;

10) Peserta FGD menetapkan secara konkrit bentuk kegiatan- kegiatan pengendalian yang bertujuan untuk meminimalisasi risiko serta untuk mengurangi dampak dari risiko terhadap pencapaian tujuan;

11) Selanjutnya peserta FGD menetapkan rencana waktu kegiatan pengendalian;

(28)

12) Peserta FGD memberikan persepsi secara kuantitatif ada/atau tidak adanya risiko yang akan tersisa (risiko residual) kemungkinan dan dampak yang terjadi terhadap tujuan setelah dilakukan kegiatan pengendalian. Dalam pelaksanaan penilaian risiko, dibutuhkan fasilitator yang akan mengorganisasikan pelaksanaan diskusi dan membantu menggali informasi sebanyak mungkin yang berguna untuk menetapkan risiko dan rencana kegiatan pengendalian risiko yang memadai.

d. Formulir Penilaian Risiko

Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian, diperlukan dokumentasi yang baik atas SPI. Rencana kegiatan pengendalian yang telah diuraikan dalam formulir dan ditetapkan dari hasil pelaksanaan penilaian risiko akan digunakan untuk penyelenggaraan manajemen risiko. Media untuk dokumentasi adalah formulir penilaian risiko.

Kriteria ukuran Kemungkinan/Probabilitas/Likelihood tersebut adalah sebagai berikut:

Level Keterjadian Penjelasan

1 Jarang Mungkin terjadi hanya pada kondisi tidak normal; Probabilitas 0% < X ≤ 20%.

2 Kemungkinan Kecil

Mungkin terjadi pada beberapa waktu;

Probabilitas 20% < X ≤ 40%.

3 Kemungkinan Sedang

Dapat terjadi pada beberapa waktu;

Probabilitas 40% < X ≤ 60%

4 Kemungkinan Besar

Akan mungkin terjadi pada banyak keadaan;

Probabilitas 60% < X ≤ 80%

5 Hampir Pasti Dapat terjadi pada banyak keadaan;

Probabilitas 80% < X < 100%)

(29)

21 Kriteria ukuran Dampak adalah sebagai berikut:

Level Dampak Aspek

Kinerja Keuangan

1 Tidak Signifikan Tidak berdampak pada pencapaian tujuan secara umum. Dapat ditangani dengan pengendalian rutin

Kerugian keuangan kecil

2 Kecil Mungkin terjadi pada beberapa waktu;

Probabilitas 20% < X ≤ 40%.

Kerugian keuangan sedang

3 Sedang Dapat terjadi pada beberapa waktu;

Probabilitas 40% < X ≤ 60%

Kerugian keuangan cukup besar

4 Besar Akan mungkin terjadi pada banyak keadaan;

Probabilitas 60% < X ≤ 80%

Kerugian keuangan besar

5 Katastropik Dapat terjadi pada banyak keadaan; Probabilitas 80%

< X < 100%)

Kerugian keuangan sangat besar

Peta resiko seperti pada gambar berikut

(30)

22 Karakteristik maturitas SPIP

(31)

23 BAB III

PENYELENGGARAAN SPIP IT

3.1 Penyelenggaraan SPIP di Lingkungan Pengadilan Agama Sengeti

Sesuai dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 033B/KMA/SK/III/2012 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Pengadilan Agama Sengeti telah melaksanakan ketentuan tersebut. Secara rutin dan berkala Laporan SPIP Pengadilan Agama Sengetit telah disampaikan kepada Satuan Tugas SPIP Pengadilan Agama Sengeti. Tahun 2022 Pengadilan Agama Sengeti merencanakan kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam DIPA/RKA-KL.

3.2 Fokus Pelaksanaan SPIP Lingkup Pengadilan Agama Sengeti

Pelaksanaan SPIP di Pengadilan Agama Sengeti fokus menciptakan pengendalian intern yang handal agar tercapai keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efisien dan efektif, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

3.3 Pembentukan Satgas SPIP Lingkup Pengadilan Agama Sengeti

Keputusan Ketua Pegadilan Agama Sengeti Nomor W5-A10/85/PP.01/1/2022 tanggal 3 Januari 2022 tentang Satuan Tugas Penyelenggara Sistem Pengendalian Intern dilingkungan Pengadilan Agama Sengeti (Terlampir).

3.4 Hambatan, Rencana Pemecahan Masalah dan Tindak Lanjut Pemecahan Masalah

A. Aspek Perencanaan

1. Permasalahan yang terjadi dalam aspek Perencanaan anggaran adalah sebagai berikut:

PERMASALAHAN PENYEBAB

Terdapat kegiatan yang memerlukan penambahan akun baru dalam alokasi anggaran

Tidak terdapat alokasi anggaran kegiatan sesuai kebutuhan yang diperlukan

(32)

24 2. Pengendalian Intern

Kegiatan terkait dengan pengendalian intern bidang perencanaan antara lain:

PERMASALAHAN UPAYA PENGENDALIAN

Terdapat kegiatan yang memerlukan penambahan akun baru 523121 dalam alokasi anggaran

dilakukan proses revisi POK sesegera mungkin sebelum pertanggungj awaban pelaksanaan kegiatan.

3. Tindak Lanjut Pemecahan Masalah

HAMBATAN PEMECAHAN

MASALAH TINDAK LANJUT

akun baru 523121 pada kegiatan kegiatan

pemeliharaan peralatan dan mesin untuk detil

pemeliharaan inventaris kantor tidak ada

Mengajukan untuk Revisi penyesuaian alokasi kebutuhan sebelum pelaksanaan kegiatan

Telah dilakukan revisi POK sesuai kebutuhan alokasi

anggaran sebelum

pelaksanaan Kegiatan Pemeliharaan peralatan dan mesin.

Pada aspek perencanaan mengakibatkan terdapat pengurangan nilai pada aspek pagu minus pada Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA)

B. Aspek Pengelolaan Keuangan

1. Permasalahan dalam Pengelolaan Keuangan

Secara umum, permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan anggaran khususnya terkait keuangan tidak berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya. Beberapa permasalahan merupakan ulangan yang perlu diminimalkan, Beberapa masalah yang terjadi diantaranya antara lain :

PERMASALAHAN PENYEBAB

Kesalahan SPM Ketidaksesuaian data suplier

2. Pengendalian Intern

PERMASALAHAN UPAYA PENGENDALIAN

Ketidaksesuaian data suplier Menugaskan PPABP untuk konsultasi ke KPPN terkait penginputan data suplier

(33)

25 3. Tindak Lanjut Pemecahan Masalah

Kegiatan pengendalian intern yang dilakukan dibidang keuangan harus dimonitor dan evaluasi pelaksanaannya agar efektif dalam pencapaian outputnya. Beberapa kegiatan pengendalian intern yang telah dilakukan mampu mengurangi risiko dan permasalahan yang terjadi. Secara umum, Pengadilan Agama Sengeti telah melakukan monitoring dan evaluasi atas kegiatan pengendalian intern yang telah dilakukan. Walaupun tidak secara keseluruhan dapat menghilangkan permasalahan yang timbul, namun setidaknya dapat mengurangi risiko dan permasalahan yang ada.

Hasil monev atas kegiatan pengendalian intern yang dilaksanakan dan hasilnya tersaji pada Tabel berikut :

HAMBATAN PEMECAHAN MASALAH TINDAK LANJUT

TINDAK LANJUT Ketidak sesuaian SPM Menugaskan PPABP untuk

konsultasi ke KPPN terkait penginputan data suplier

Telah ditugaskan PPABP untuk konsultasi ke KPPN terkait penginputan data suplier

C. Aspek Kepegawaian

1. Permasalahan yang terjadi dalam aspek Kepegawaian adalah sebagai berikut :

PERMASALAHAN PENYEBAB

Pegawai yang ada belum seluruhnya menaati jam kerja

Masih rendahnya kedisiplinan pegawai

2. Pengendalian Intern

PERMASALAHAN UPAYA PENGENDALIAN

Pegawai yang ada belum seluruhnya menaati jam kerja

Pengendalian rutin tentang kedisiplinan dari tiap atasan langsung kepada pegawai

(34)

26 3. Tindak Lanjut Pemecahan Masalah

HAMBATAN PEMECAHAN MASALAH TINDAK LANJUT

Pegawai yang ada belum seluruhnya menaati jam kerja

Pembinaan kepada pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin sesuai peraturan

Telah dilakukan monev kedisiplinan kehadiran pegawai secara bulanan

D. Aspek Kinerja

1. Permasalahan yang terjadi dalam aspek kinerja adalah sebagai berikut:

PERMASALAHAN PENYEBAB

Kegiatan belum dilaksanakan dan melewati batas waktu yang telah ditetapkan

Perubahan kebijakan dalam menentukan prioritas kegiatan

Kegiatan sudah dilaksanakan tetapi tidak sesuai dengan j adwal tahapan yang telah ditetapkan

Terjadi pergeseran pelaksanaan kegiatan sehingga hasil/output mengalami keterlambatan

Kegiatan yang tidak dapat mencapai target kinerja yang ditetapkan

Perubahan kebijakan dalam hal memprioritaskan kegiatan pengawasan

2. Pengendalian Intern

PERMASALAHAN UPAYA PENGENDALIAN

Kegiatan belum dilaksanakan dan melewati batas waktu yang telah ditetapkan

Melaksanakan Rencana Operasional Kegiatan (ROK) yang telah disusun dan direncanakan Mendorong percepatan pelaksanaan kegiatan Melakukan pemantauan secara berkala

Kegiatan sudah dilaksanakan tetapi tidak sesuai dengan jadwal tahapan yang telah ditetapkan

Melaksanakan Rencana Operasional Kegiatan (ROK) yang telah disusun dan direncanakan Mendorong percepatan pelaksanaan kepada penanggungjawab kegiatan

Kegiatan yang tidak dapat mencapai target kinerja yang ditetapkan

Menetapkan target dan pengukuran kinerja sesuai kuantitas dan kualitas yang terukur, Meningkatkan upaya pemantauan berkala atas pencapaian target

(35)

27 3. Tindak Lanjut Pemecahan Masalah

HAMBATAN PEMECAHAN MASALAH TINDAK LANJUT

Kegiatan belum dilaksanakan dan melewati batas waktu yang telah ditetapkan

Melaksanakan Rencana Operasional Kegiatan (ROK) yang telah disusun dan direncanakan

Revisi pelaksanaan kegiatan dan melaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan

Kegiatan sudah dilaksanakan tetapi t idak sesuai dengan jadwal tahapan yang telah ditetapkan

Melaksanakan Rencana Operasional Kegiatan (ROK) yang telah disusun dan direncanakan

Revisi anggaran maupun revisi jadwal menyesuaikan dengan kegiatan yang sudah dilaksanakan Mendorong percepatan pelaksanaan kegiatan

Kegiatan yang tidak dapat mencapai target kinerj a yan ditetapkan

Menetapkan target dan pengukuran kinerja sesuai kuantitas dan kualitas yang terukur dan kapasitas kinerja

Revisi target kinerja dengan menyesuaikan kapasitas kinerja instansi

(36)

28 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan 1. Penilaian Risiko

No Sub Unsur Nilai Tingkat Penjelasan

1 Identifikasi Risiko

4 Terkelola dan terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala, pedoman penilaian risiko (identifikasi risiko) yang ditetapkan secara formal oleh pimpinan organisasi/ unit-organisasi atau pedoman penilaian risiko formal lainnya

2 Analisis Risiko 4 Terkelola dan terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala, pedoman penilaian risiko (analisis risiko) yang ditetapkan secara formal oleh pimpinan organisasi/ unit-organisasi atau pedoman penilaian risiko formal lainnya

2. Kegiatan Pengendalian

No Sub Unsur Nilai Tingkat Penjelasan

1 Reviu Kinerja 4 Terkelola dan terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala dokumen penetapan kinerja (PK/Tapkin) tahunan dan atau triwulanan yang ditetapkan secara formal, dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin) tahunan dan atau triwulanan tersebut

2 Pembinaan Sumber Daya Manusia

3 Terdefinisi Pengadilan Agama Sengeti telah memiliki kebijakan dan SOP terkait pembinaan sumber daya manusia (kebutuhan jumlah, persyaratan jabatan, dan standar kinerja)

3 Pengendalian atas

Pengelolaan

4 Terkelola dan terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala kebijakan SOP yg memuat pengendalian umum (utk menjamin

(37)

No Sub Unsur Nilai Tingkat Penjelasan

Sistem Informasi sistem informasi siap utk digunakan) dan pengendalian aplikasi (utk menjamin validitas, kelengkapan, dan akurasi data) sistem informasi

4 Pengendalian Fisik atas Aset

4 Terkelola dan Terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala aturan terkait dengan pengamanan aset daripencurian/kerusakan/ penyimpangan penggunaan aset, serta unit organisasi/ unit kerja telah melaksanakan pengamanan fisik atas aset sesuai dengan aturan yang ditetapkan

5 Penetapan dan Reviu Indikator

4 Terkelola dan Terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala indikator kinerja utama (IKU) yang ditetapkan secara formal oleh pimpinan organisasi

6 Pemisahan Fungsi

4 Terkelola dan Terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala pemisahan tanggung jawab dan tugas untuk menjamin bahwa seluruh aspek utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 (satu) orang yg berpotensi terjadinya kecurangan

7 Otorisasi Transaksi dan Kejadian Penting

4 Terkelola dan Terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala aturan/pedoman/SOP yang memuat tentang otorisasi atas transaksi dan kejadian penting (keuangan, barang, kepegawaian, perijinan, pendapatan, dll) 8 Pencatatan yang

Akurat dan Tepat Waktu

4 Terkelola dan Terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala aturan/pedoman terkait kewajiban pencatatan transaksi dan kejadian secara akurat dan tepat waktu

9 Pembatasan Akses atas Sumber Daya

4 Terkelola dan Terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala aturan/pedoman tentang pembatasan akses atas sumber daya

29

(38)

No Sub Unsur Nilai Tingkat Penjelasan

dan Catatan di unit kerja pada pegawai yang berwenang yang ditetapkan secara formal oleh pimpinan organisasi/unit organisasi/ unit kerja

10 Akuntabilitas Pencatatan dan Sumber Daya

4 Terkelola dan Terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala kebijakan pendokumentasian implementasi SPI serta transaksi dan kejadian penting

11 Dokumentasi yang baik atas Sistem

Pengendalian Intern

4 Terkelola dan Terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah memiliki, mengkomunikasikan, memberlakukan/ mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala kebijakan/prosedur untuk melakukan dokumentasi atas implementasi/ penyelenggaraan SPI serta transaksi dan kejadian penting

3. Informasi dan Komunikasi

No Sub Unsur Nilai Tingkat Penjelasan

1 Informasi yang Relevan

4 Terkelola dan Terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah memiliki, mengkomunikasikan, memberlakukan/ mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala kebijakan / prosedur atau pedoman infokom / SOP/

kehumasan untuk memperoleh informasi yang penting dalam mencapai tujuan Instansi Pemerintah

2 Komunikasi yang Efektif

4 Terkelola dan Terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah memiliki, mengkomunikasikan, memberlakukan/ mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala kebijakan/ SOP/

pedoman untuk menjelaskan pentingnya pengendalian intern dan tugas serta tanggungjawab masing-masing pegawai

30

(39)

4. Pemantauan Pengendalian Intern

No Sub Unsur Nilai Tingkat Penjelasan

1 Pemantauan Berkelanjutan

4 Terkelola dan Terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah memiliki, mengkomunikasikan, memberlakukan/ mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala strategi/kebijakan/

prosedur pemantauan berkelanjutan (supervisi kegiatan, pembandingan, rekonsiliasi, sidak, dan prosedur lain) untuk meyakinkan bahwa aktivitas pengendalian telah berjalan sesuai dengan yang diinginkan

2 Evaluasi Terpisah 4 Terkelola dan Terukur

Pengadilan Agama Sengeti sudah memiliki, mengkomunikasikan, memberlakukan/ mengimplementasikan dan melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala kebijakan/pedoman/

prosedur untuk melakukan evaluasi pengendalian intern secara terpisah yang ditetapkan secara formal oleh pimpinan organisasi

(40)

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) di lingkup Pengadilan Agama Sengeti sudah dioptimalkan, seluruh tindak lanjut atas permasalahan telah dilakukan, sebagai upaya dalam peningkatan pengendalian aktivitas utama organisasi yang tersistem mulai dari perencanaan, penilaian risiko, pelaksanaan, monitoring, dan pelaporan oleh penanggung jawab aktivitas serta pimpinan unit kerja dan telah menghasilkan peningkatan kinerja, mekanise kerja baru yang lebih efektif, efisien, dan terkendali.

Demikian laporan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Internal pada Satuan Kerja Pengadilan Agama Sengeti untuk mendapat arahan lebih lanjut.

Sengeti, Maret 2022

Ketua TIM Pengendalian Intern,

Elmishbah Ase, S.HI

32

(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa kegiatan tersebut muncul beberapa pemikiran atau ide-ide pengajaran yang berbeda dari guru sehingga menimbulkan perubahan skenario workshop, seperti adanya

Dengan ini diberitahukan bahwa Direktorat Jenderal Perhubungan Udara memberi kesempatan bagi Warga Negara Indonesia yang berijazah Diploma III (Terakreditasi oleh Ditjen

Penelitian tentang isolasi dan karakterisasi jamur selulolitik ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh isolat jamur selulolitik yang berperan dalam fermentasi

Berdasarkan hasil analisis AHP yang dilakukan terhadap responden key informans dan pengunjung wisatawan , kriteria yang tepat untuk mengembangkan obyek wisata batik di Kota

Fasilitator membantu peserta untuk menjawab pertanyaan dalam kalimat yang sudah disusun seperti “Ya betul anak-anak...kita tidak boleh mengejek teman, jika ada teman kita yang

Seluruh saldo Kredit Peserta yang terhutang kepada Pemegang Polis sampai dengan tanggal terjadinya Peristiwa Yang Dipertanggungkan (Saldo Hutang) yang dapat dibayarkan oleh Kami

Bahan pembelajaran ini dilengkapi dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai, materi pembelajaran yang diuraikan dalam kegiatan belajar, ilustrasi

Menghadapi masalah keamanan pangan yang cukup kompleks, strategi yang dapat dilakukan adalah: meningkatkan kompetensi dan memperkuat infrastruktur