19 BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Karakter
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, teperamen, watak. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak Amri dkk., (2011). Secara etimologis, kata karakter merupakan istilah kata yang berasal dari Lahasa Latin yaitu ‘kharassein“,
“kharakter“, “kharax” yang memiliki pengertian membuat tajam, Karakter berarti tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain (Poerwadarminta seperti dikutip dalam Syarbini, 2012). Dalam bahasa Inggris, karakter (character) diberi arti a distinctive differentiating mark, tanda atau sifat yang membedakan seseorang
dengan orang lain (Martin H,Manser seperti dikutip Syarbini, 2012).
2.1.2 Pengertian Pendidikan
Menurut UU no 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
20
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut KBBI Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;
proses, cara dan pembuatan mendidik
2.1.3 Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan Zubaedi, (2013).
Menurut Ratna Megawangi seperti dikutip Syarbini (2012), pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak- anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannnya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
2.1.4 Nilai-Nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bukanlah sekedar mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Namun lebih dari itu, pendidikan karakter adalah
21
proses menanamkan (internalisasi) nilai-nilai positif kepada peserta didik melalui berbagai metode dan strategi yang tepat.
Syarbini (2012) bahwa : Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, pemerintah sebenarnya telah mengindentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, budaya, dan falsafah bangsa yaitu : (1) relegius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat / komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli social dan (18) tanggung jawab. yang kemudian sejak 2016 di kristalisasi melalui program PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) menjadi lima nilai utama karakter yang saling berkaitan dalam membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas gerakan PPK yakni :
2.1.4.1 Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut; menghargai perbedaan agama; menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain; serta hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu: hubungan individu dengan
22
Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta atau lingkungan. Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan Tuhan
2.1.4.2 Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, serta menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya
2.1.4.3 Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, dan waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita
2.1.4.4 Gotong-Royong
Nilai karakter gotong-royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu-membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, serta memberi bantuan/ pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan
23 2.1.4.5 Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku dan berorientasikan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, serta memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral atau integritas moral
2.1.5 Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bukan semata-mata soal pengetahuan belaka, namun terlebih soal kepribadian dan perilaku siswa sehari-hari Amri, dkk,(2011). Doni seperti dikutip Syarbini (2012), menyatakan bahwa :
“Dengan menempatkan pendidikan karakter dalam rangka dinamika dan dialektika proses pembentukan individu, para insan pendidik seperti guru, orang tua, staf sekolah, masyarakat dan lainnya, diharapkan semakin menyadari pentingnya pendidikan karakter sebagai sarana pembentuk pedoman perilaku, pengayaan nilai individu dengan cara memberikan ruang bagi figur keteladanan bagi anak didik dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses pertumbuhan berupa kenyamanan diri satu sama lain dalam keseluruhan dimensinya.” Menurut buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional dikutip dalam Syarbini (2012:), bahwa strategi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah/madrasah dilakukan dengan 4 (empat) cara, yaitu:
24
2.1.5.1 Mengintegrasikan kesetiap mata pelajaran 2.1.5.2 Pengembangan budaya sekolah
2.1.5.3. Melalui kegiatan ekstrakurikuler 2.1.5.4 Kegiatan keseharian di rumah
2.1.6 Ekstrakurikuler
2.1.6.1 Pengertian Ekstrakurikuler
Menurut Wiyani (2013:), menyatakan bahwa : Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan dalam mengembangkan aspek-aspek tertentu dari apa yang ditemukan pada kurikulum yang sedang dijalankan, termasuk yang berhubungan dengan bagaimana penerapan sesungguhnya dari ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh peserta didik sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup mereka maupun lingkungan sekitarnya.
Menurut permendikbud No.62 tahun 2014 ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan
2.1.6.2 Tujuan Ekstrakurikuler
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler ayat (2) yaitu: Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan
25
kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
2.1.6.2 Bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler
Bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler dapat berupa: 1. Krida, misalnya: Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), dan lainnya; 2. Karya ilmiah, misalnya: Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya; 3. Latihan olah-bakat latihan olah-minat, misalnya:
pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan komunikasi, rekayasa, dan lainnya; 4. Keagamaan, misalnya: pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca tulis alquran, retreat; atau 5. Bentuk kegiatan lainnya..
2.1.6.3 Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan dengan prinsip: (1) partisipasi aktif yakni bahwa Kegiatan Ekstrakurikuler menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing; dan (2) menyenangkan yakni bahwa Kegiatan Ekstrakurikuler dilaksanakan dalam suasana yang menggembirakan bagi peserta didik.
26 2.1.6.4 Lingkup Kegiatan
Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler meliputi:
2.1.6.4.1 Individual, yakni Kegiatan Ekstrakurikuler yang diikuti oleh peserta didik secara perorangan.
2.1.6.4.2 Berkelompok, yakni Kegiatan Ekstrakurikuler yang diikuti oleh peserta didik secara:
2.1.6.4.2.1.Berkelompok dalam satu kelas (klasikal).
2.1.6.4.2.2.Berkelompok dalam kelas paralel 2.1.6.4.2.3.Berkelompok antarkelas.
2.1.6.5 Mekanisme Kegiatan 2.1.6.5.1 Pengembangan
Kegiatan Ekstrakurikuler dikelompokkan menjadi Kegiatan Ekstrakurikuler wajib dan Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan. Dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Kepramukaan merupakan ekstrakurikuler wajib. Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan diperuntukan bagi peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pelaksananannya dapat bekerja sama dengan organisasi kepramukaan setempat/terdekat dengan mengacu kepada Pedoman dan Prosedur Operasi Standar Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib. Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan diselenggarakan oleh satuan pendidikan bagi peserta didik
27
sesuai bakat dan minat peserta didik. Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui tahapan: (1) analisis sumber daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler; (2) identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik; (3) menetapkan bentuk kegiatan yang diselenggarakan; (4) mengupayakan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga lainnya; (5) menyusun Program Kegiatan Ekstrakurikuler. Satuan pendidikan wajib menyusun program Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan bagian dari Rencana Kerja Sekolah. Program Kegiatan Ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan dengan mempertimbangkan penggunaan sumber daya bersama yang tersedia pada gugus/klaster sekolah. Penggunaannya difasilitasi oleh pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masingmasing. Program Kegiatan Ekstrakurikuler disosialisasikan kepada peserta didik dan orangtua/wali pada setiap awal tahun pelajaran. Sistematika Program Kegiatan Ekstrakurikuler sekurang-kurangnya memuat:
28
2.1.6.5.1.1 Rasional dan tujuan umum;
2.1.6.5.1.2 Deskripsi setiap Kegiatan Ekstrakurikuler;
2.1.6.5.1.3 Pengelolaan;
2.1.6.5.1.4 Pendanaan; dan 2.1.6.5.1.5 Evaluasi
2.1.6.5.2. Pelaksanaan
Penjadwalan Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan dirancang di awal tahun pelajaran oleh pembina di bawah bimbingan kepala sekolah/madrasah atau wakil kepala sekolah/madrasah. Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler diatur agar tidak menghambat pelaksanaan kegiatan intra dan kokurikuler.
2.1.6.5.3 Penilaian
Kinerja peserta didik dalam Kegiatan Ekstrakurikuler perlu mendapat penilaian dan dideskripsikan dalam raport. Kriteria keberhasilannya meliputi proses dan pencapaian kompetensi peserta didik dalam Kegiatan Ekstrakurikuler yang dipilihnya. Penilaian dilakukan secara kualitatif. Peserta didik wajib memperoleh nilai minimal “baik” pada Pendidikan Kepramukaan pada setiap semesternya. Nilai yang diperoleh pada Pendidikan Kepramukaan berpengaruh terhadap kenaikan kelas peserta didik. Bagi peserta didik yang belum mencapai nilai
29
minimal perlu mendapat bimbingan terus menerus untuk mencapainya.
2.1.6.5.4 Evaluasi
Evaluasi Kegiatan Ekstrakurikuler dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pada setiap indikator yang telah ditetapkan dalam perencanaan satuan pendidikan.
Satuan pendidikan hendaknya mengevaluasi setiap indikator yang sudah tercapai maupun yang belum tercapai.
Berdasarkan hasil evaluasi, satuan pendidikan dapat melakukan perbaikan rencana tindak lanjut untuk siklus kegiatan berikutnya.
2.1.6.5.5 Daya Dukung
Daya dukung pengembangan dan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler meliputi:
2.1.6.5.5.1 Kebijakan Satuan Pendidikan
Pengembangan dan pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler merupakan kewenangan dan tanggung jawab penuh dari satuan pendidikan. Oleh karena itu untuk dapat mengembangkan dan melaksanakan Kegiatan Ekstrakurikuler diperlukan kebijakan satuan pendidikan yang ditetapkan dalam rapat satuan pendidikan dengan
30
melibatkan komite sekolah/madrasah baik langsung maupun tidak langsung.
2.1.6.5.5.2 Ketersediaan Pembina
Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler harus didukung dengan ketersediaan pembina. Satuan pendidikan dapat bekerja sama dengan pihak lain untuk memenuhi kebutuhan pembina.
2.1.6.5.5.3 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Satuan Pendidikan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler memerlukan dukungan berupa ketersediaan sarana dan prasarana satuan pendidikan. Yang termasuk sarana satuan pendidikan adalah segala kebutuhan fisik, sosial, dan kultural yang diperlukan untuk mewujudkan proses pendidikan pada satuan pendidikan. Selain itu unsur prasarana seperti lahan, gedung/bangunan, prasarana olahraga dan prasarana kesenian, serta prasarana lainnya.
2.1.6.6 PIHAK YANG TERLIBAT
Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler antara lain :
2.1.6.6.1. Satuan Pendidikan
Kepala sekolah/madrasah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan pembina ekstrakurikuler,
31
bersama-sama mewujudkan keunggulan dalam ragam Kegiatan Ekstrakurikuler sesuai dengan sumber daya yang dimiliki oleh tiap satuan pendidikan.
2.1.6.6.2. Komite Sekolah/Madrasah
Sebagai mitra sekolah memberikan dukungan, saran, dan kontrol dalam mewujudkan keunggulan ragam Kegiatan Ekstrakurikuler.
2.1.6.6.3. Orangtua
Memberikan kepedulian dan komitmen penuh terhadap keberhasilan Kegiatan Ekstrakurikuler pada satuan pendidikan.
2.1.7 Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)
Merupakan pasukan pengibar bendera yang dilaksanakan oleh generasi muda yakni siswa-siswi yang ada di sekolah. Dalam salah satu materi pembinaan kesiswaan, yang tercantum dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan No.
0416/U/1984 yaitu tentang pendidikan pendahuluan bela negara yang diselenggarakan di sekolah. Kegiatan tersebut meliputi berbagai jenis kegiatan, antara lain dengan pembentukan Pasukan Pengibar Bendera (paskibra) sekolah yang meliputi berbagai jenis kegiatan, diantaranya Peraturan Baris Berbaris (PBB), Tata Upacara Bendera (TUB), serta Latihan Kepemimpinan Siswa Tingkat Perintis dan Pemula. Andro Mediawan menyebutkan
32
bahwa “Ekskul Paskibra memiliki beberapa program kerja untuk dilaksanakan”. Adapun beberapa program kerja paskibra tersebut untuk mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dalam prestasi dan mengarahkan dengan baik, menyelenggrakan pendidikan yang mampu menyiapkan kader bangsa yang berwawaswan keuanggulan dan santun dalam bermasyrakat, mengadakan evaluasi kerja, mengadakan latihan-latihan kader paskibra, membantu wilayah dalam pelaksanaaan upacara bendera atau peringatan hari besar, membina siswa-siswi yang berbakat dalam kepaskibraan, mengadakan latihan satuan, latihan satuan gabungan, maupun latihan gabungan, terakhir adalah berpartisipasi dalam setiap pelaksanaan kegiatan yang diselenggarakan Mediawan, (2012).
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
NAMA JUDUL PENELITIAN HASIL
Alan Sigit Fibrianto &
Syamsul Bakhri (2017)
Pelaksanaan Aktivitas Ekstrakurikuler Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera) Dalam
Pembentukan Karakter, Moral, Dan Sikap
Nasionalisme Siswa SMA Negeri 3 Surakarta
Paskibra memberikan pengaruh terhadap pembentukan karakter, moralitas, dan sikap siswa karena paskibra dapat menanamkan sikap tegas, bertanggungjawab, disiplin, percaya diri, dan memiliki jiwa kepemimpinan, serta di dalam setiap pelaksanaan program kegiatan
ekstrakurikuler paskibra dapat menumbuhkan aspek
33
sikap nasionalisme Nia Dwi Ratnasari
& Suharningsih (2013)
Hubungan Kegiatan Ekstrakurikuler Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) Dengan Kepemimpinan Peserta Didik Sma Kartika Iv-3 Surabaya
Hubungan antara kegiatan
ekstrakurikuler Paskibra dengan kepemimpinan sebesar 0,613 yang berarti memiliki
hubungan yang kuat dan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, berarti peserta didik yang
mengikuti ekstrakurikuler lebih aktif semakin tinggi kepemimpinan yang dimiliki Bakti Fatwa
Anbiya (2018)
Peran Kegiatan
Ekstrakurikuler Paskibra Dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa SMKN 6 Semarang
Kegiatan ekstrakurikuler Paskibra memberikan determinasi dalam
membentuk karakter disiplin siswa dan ekstrakurikuler paskibra berperan determinan dalam membentuk sikap tegas, tanggung jawab, sigap dalam mengambil keputusan dan ketaatan siswa SMKN 6 Semarang
Noor Yanti, Rabiatul Adawiah
& Harpani Matnuh (2016)
Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Rangka Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Siswa Untuk Menjadi Warga Negara Yang Baik Di Sma Korpri Banjarmasin
Keigatan Ekstrakurikuler memberikan pengembangan Nilai – nilai karaker kerja keras, disiplin, tanggung jawab, relegius, demokratis, rasa ingin tahu,
bersahabat/komunikatif, cinta tanah air, jujur, toleransi, semangat kebangsaan, cinta damai, kreatif, peduli lingkungan, peduli sosial, menghargai prestasi, gemar
34
membaca dan mandiri guna untuk menjadi warga negara yang baik di SMA Korpri Banjarmasin
2.3 Kerangka Konseptual
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran yang ditunjukkan untuk membantu perkembangan peserta didik, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh peserta didik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah Wiyani (2013). Dalam kegiatan ekstrakurikuler, peserta didik tidak hanya diasah minat dan bakatnya saja melainkan juga diberikan materi–materi yang berguna bagi kehidupan sosialnya kelak seperti kedisiplinan, kerjasama, tanggung jawab, kepemimpinan serta masih ada yang lainnya.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler Paskibra diharapkan siswa mampu menanamkan nilai –nilai Pendidikan Karakter sehingga terwujud kualitas generasi penerus yang memiliki kemampuan intelektual dilandasi dengan karakter yang kuat agar dapat memberikan kontribusi positif terhadap dirinya sendiri maupun kepada masyarakat.
SISWA
EKSTRAKURIKULER PASKIBRA
NILAI – NILAI PENDIDIKAN
KARAKTER Bagan 2.1 Kerangka Konseptual