• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PURWOCENG Pimpinella alpina Molk. MELALUI PAKAN TERHADAP SPERMATOGENESIS IKAN LELE JANTAN Clarias sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PURWOCENG Pimpinella alpina Molk. MELALUI PAKAN TERHADAP SPERMATOGENESIS IKAN LELE JANTAN Clarias sp."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PURWOCENG Pimpinella alpina Molk. MELALUI PAKAN TERHADAP SPERMATOGENESIS IKAN LELE JANTAN Clarias sp.

POPPY DEA BERTHA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PURWOCENG (Pimpinella alpina, Molk.) MELALUI PAKAN TERHADAP SPERMATOGENESIS IKAN LELE JANTAN (Clarias sp.)

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2012

Poppy Dea Bertha C14061137

(3)

ABSTRAK

POPPY DEA BERTHA. Pengaruh Pemberian Ekstrak Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) Melalui Pakan Terhadap Spermatogenesis Ikan Lele Jantan (Clarias sp.). Di bimbing oleh MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR dan DINAR TRI SOELISTYOWATI.

Purwoceng merupakan tanaman herbal komersial yang akarnya dilaporkan berkhasiat sebagai obat afrodisiak, diuretik, dan tonik. Tanaman tersebut merupakan tanaman asli Indonesia yang hidup secara endemik di daerah pegunungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak Purwoceng (Pimpinella alpina, Molk.) yang diberikan melalui pakan terhadap perkembangan testis ikan lele (Clarias sp.) yang meliputi peningkatan bobot testis, nilai GSI, serta nilai spermatokrit. Perlakuan terdiri dari pemberian ekstrak purwoceng melalui pakan dengan dosis 0; 2,5; 5 dan 7,5 g/kg pakan. Adapun ikan yang diujicobakan pada penelitian adalah ikan lele jantan dengan bobot awal 200- 300 g dan padat tebar 10 ekor per bak. Pemeliharaan ikan dilakukan pada bak berdimensi 2x 1,5x1 m yang diisi air dengan ketinggian 60-70 cm. Pemeliharaan dilakukan selama 30 hari. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Pemberian ekstrak purwoceng dengan dosis 5g/kg yang dicampur dalam pakan menunjukkan nilai bobot testis, nilai GSI dan kadar spermatokrit yang lebih tinggi dibandingkan kontrol.

Kata kunci: ekstrak purwoceng, spermatogenesis ikan, ikan lele.

(4)

ABSTRACT

POPPY DEA BERTHA. Effect of Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) Extract Mixed in The Feed on Spermatogenesis in The Male Catfish (Clarias sp.).

Supervised by MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR and DINAR TRI SOELISTYOWATI.

Purwoceng was a commercial medicinal plant that could be used as aphrodisiac, diuretic, and body fit enhancer. The plant was indigenous of Indonesia that grew endemically at mountains area. This research orders to know effect of Purwoceng (Pimpinella alpina, Molk.) extract mixed in the feed on spermatogenesis in the male catfish (Clarias sp.) include testis weight, Gonado Somatic Index (GSI), and spermatokrit levels. The treatment comprises administering purwoceng extract through the feed at a dose of 0; 2.5; 5; 7.5. Animal tests used were male catfish Clarias sp. with initial weight 200-300 g and density 10 fishes/media. Male catfish maintened in media sized 2x1,5x1 m  that fill water 60-70 cm. Fishes cultured for 30 days. All data analyzed statistically by one way ANNOVA.

Purwoceng extract at a dose of 5g/kg mixed in the feed showed a significant effect on testis weight, and GSI values spermatokrit levels in adult male catfish.

Key words: purwoceng extract, spermatogenesis in fish, catfish.

(5)

PEMBERIAN EKSTRAK PURWOCENG (Pimpinella alpina, Molk.) MELALUI PAKAN TERHADAP SPERMATOGENESIS IKAN LELE

JANTAN (Clarias sp.)

POPPY DEA BERTHA

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

(6)

Judul Skripsi : Pemberian Ekstrak Purwoceng (Pimpinella alpina, Molk.) Melalui Pakan Terhadap Spermatogenesis Ikan Lele Jantan (Clarias sp.)

Nama Mahasiswa : Poppy Dea Bertha Nomor Pokok : C14061137

Disetujui

Pembimbing II

Dr. Dinar Tri Soelistyowati, DEA.

NIP. 19611016 198403 2 001 Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Muhammad Zairin Junior, M.Sc.

NIP. 19590218 198601 1 001

Diketahui :

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc NIP. 195912221986011001

Tanggal Lulus :

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2011 s.d. April 2011 adalah reproduksi ikan, dengan judul “Pemberian Ekstrak Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) Melalui Pakan Terhadap Spermatogenesis Ikan Lele Jantan (Clarias sp.)”.

Penelitian ini dilaksanakan di Kolam Percobaan Babakan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan serta di Laboratorium Kesehatan Ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Muhammad Zairin Junior selaku dosen Pembimbing I dan Dr. Dinar Tri Soelistyowati selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Yani Hadiroseyani,MM. selaku dosen Penguji Tamu, Dr. Odang Carman selaku Ketua Departemen BDP, serta seluruh dosen dan pegawai tata usaha Departemen Budidaya Perairan atas ilmu dan bimbingannya selama ini.

Selanjutnya kepada Ir. Harton Arfah, M.Si dan Dr. Agus Oman Sudrajat yang telah memberikan motivasi dan semangat selama penelitian ini dilaksanakan, serta segenap teknisi Kolam Babakan (Pak Wawan, Mang Ntis, dan Kang Irus) atas bantuannya. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga juga penulis sampaikan kepada Ayahanda Rosidan, Ibunda Dra. Deborah Ellen Mangkulla, dan adik-adik penulis (Meita Rivani dan Rivalenzha Ramadhan) yang selalu memberikan perhatian, cinta dan kasih sayang kepada penulis. Tak lupa juga kepada orang- orang terdekat (Setio Budi Pramono, Meiyana, Ayyun, Amel) atas kebersamaan dan kasih sayangnya, teman-teman kos Bateng 69, teman-teman kos Al Farabi , teman-teman BDP 43 dan adik-adik BDP 45 atas dukungan dan semangatnya.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberi informasi dan manfaat bagi penulis serta pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2012

Poppy Dea Bertha

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Depok tanggal 04 Oktober 1988 dari ayah Rosidan dan ibu Dra. Deborah Ellen Mangkulla. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah TK. Kuntum Mekar (1992- 1994), penulis melanjutkan pendidikan di SDN Depok Baru 3 dan lulus tahun 2000, lalu melanjutkan pendidikan di SLTPN 2 Depok (2000-2003), serta menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Depok dan lulus tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Setahun kemudian, penulis memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah melakukan magang liburan di Tambak Pinang Gading, Lampung (2008) serta melakukan praktek lapang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL), Lampung (2009). Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Fisiologi Hewan Air 2008/2009 dan 2009/2010, asisten Fisiologi Reproduksi Organisme Akuatik 2009/2010 dan sebagai koordinator asisten 2010/2011, asisten Dasar-dasar Genetika Ikan 2009/2010, asisten Transportasi Penanganan Biota Akuatik 2009/2010 dan asisten alih semester 2010/2011, asisten dosen Fisiologi Reproduksi Biota Air Program Diploma 2010/2011 serta asisten Industri Perbenihan Organisme Akuatik 2010/2011. Selain itu penulis pernah aktif menjadi pengurus Dewan Gedung Asrama Putri TPB IPB A3 periode 2006/2007, pengurus LISES Gentra Kaheman 2007-2010, pengurus Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) periode 2007/2008 dan Kadiv. PSDM HIMAKUA 2008/2009, serta aktif sebagai pelatih tim kesenian perkusi BDP 2009-2011.

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Pemberian Ekstrak Purwoceng (Pimpinella alpina, Molk.) Melalui Pakan Terhadap Spermatogenesis Ikan Lele Jantan (Clarias sp.)”.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI ... x DAFTAR GAMBAR ... xi DAFTAR LAMPIRAN ... xii I. PENDAHULUAN ...

1.1 Latar Belakang ...

1.2 Tujuan ...

1 1 3 II. BAHAN DAN METODE ...

2.1 Bahan Uji ...

2.2 Rancangan Penelitian ...

2.3 Prosedur Penelitian ...

2.3.1 Persiapan Wadah ...

2.3.2 Pembuatan Ekstrak Purwoceng ...

2.3.3 Pemeliharaan Ikan Uji ...

2.4 Parameter Uji ...

2.4.1 Bobot Testis ...

2.4.2 Gonado Somatic Indeks (GSI) ...

2.4.3 Kadar Spermatokrit ...

2.4.4 Analisis Data ...

4 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 III. HASIL DAN PEMBAHASAN ...

3.1 Hasil ...

3.1.1 Bobot Tubuh Ikan Lele ...

3.1.2 Bobot Testis Ikan Lele ...

3.1.3 Gonado Somatic Index (GSI) ...

3.1.4 Kadar Spermatokrit ...

3.2 Pembahasan ...

7 7 7 8 8 10 11 IV. KESIMPULAN DAN SARAN ...

4.1 Kesimpulan ...

4.2 Saran ...

15 15 15 V. DAFTAR PUSTAKA ... 16 LAMPIRAN ... 17

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Rata-rata bobot tubuh ikan lele pada pemberian ekstrak purwoceng

melalui pakan setelah 30 hari pemeliharaan... 7 2 Rata-rata bobot testis ikan lele pada pemberian ekstrak purwoceng

melalui pakan setelah 30 hari pemeliharaan ... 8 3 Nilai GSI ikan lele pada pemberian ekstrak purwoceng melalui

pakan setelah 30 hari pemeliharaan....

9

4 Persentase kadar spermatokrit ikan lele pada pemberian ekstrak purwoceng melalui pakan setelah 30 hari pemeliharaan...

9

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Rata-rata Bobot Tubuh, Bobot Testis dan Nilai GSI Ikan Lele Pada

Pemberian Ekstrak Purwoceng Melalui Pakan Setelah 30 Hari Pemeliharaan...

19

2 Persentase Kadar Spermatokrit dan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Pada Pemberian Ekstrak Purwoceng Melalui Pakan Setelah 30 Hari Pemeliharaan ...

20

3 Data Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Lele Pada Pemberian Ekstrak Purwoceng Melalui pakan Selama 30 Hari Pemeliharaan..

21

4 Analisis Sidik Ragam Bobot Tubuh, Bobot Testis, Nilai GSI, dan Kadar Spermatokrit Ikan Lele Pada Pemberian Ekstrak Purwoceng Melalui Pakan ...

22

(12)

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Aspek reproduksi pada ikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kegiatan budidaya ikan. Menurut Affandi dan Tang (2002), aspek reproduksi pada ikan meliputi perkembangan gonad, struktur gonad, perkembangan sel gamet, dan kematangan akhir (final maturation). Pemijahan ikan dengan hasil yang baik memerlukan induk yang berkualitas. Salah satu faktor terkait dengan kualitas induk adalah kematangan gonad. Manipulasi lingkungan maupun hormonal dapat digunakan untuk membantu optimalisasi dalam kegiatan pematangan gonad tersebut. Manipulasi hormonal dengan menggunakan berbagai bahan sintetik maupun alami telah diaplikasikan untuk mempercepat pematangan gonad pada ikan.

Hormon steroid merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan gonad pada ikan teleostei. Hormon tersebut akan merangsang fenomena reproduksi ikan yaitu merangsang diferensiasi gonad, gametogenesis, ovulasi, spermatogenesis, pemijahan dan tingkah laku seksual (Tremblay dan Van Der Kraak 1998). Hormon steroid telah dicoba untuk merangsang ovulasi dan pemijahan, tetapi hasilnya belum memenuhi harapan. Percobaan menggunakan steroid masih terbatas pada lele Afrika (Clarias gariepinus) serta lele India (Heteropneustes fossiis) (Zairin 2003). Beberapa peneliti pendahulu menganggap steroid hanya terdapat pada hewan sebagai hormon kelamin, namun beberapa tahun terakhir telah ditemukan senyawa steroid di dalam tumbuhan yang dikenal dengan istilah fitosteroid. Penggunaan steroid alami dari tumbuhan telah mulai dikembangkan untuk mempercepat kematangan gonad pada ikan. Yustikasari (2004) mengaplikasikan ekstrak jahe terhadap perkembangan telur ikan lele Sangkuriang (Clarias sp.) namun hasilnya kurang signifikan disebabkan dosis yang kurang tepat.

Hormon steroid yang dihasilkan oleh suatu tumbuhan serta memiliki efek spesifik pada reproduksi organisme jantan dikenal dengan istilah fitoandrogen.

Penggunaan fitoandrogen sebagai pengganti hormon jantan telah banyak diaplikasikan pada mamalia dan manusia untuk meningkatkan fungsi reproduksi

 

(13)

jantan. Beberapa tanaman yang memiliki efek androgenik antara lain cabe Jawa (Piper retrofractum), pasak bumi (Eurycoma longifolia), dan purwoceng (Pimpinella alpina) (Juniarto 2004).

Purwoceng merupakan tanaman herbal komersial yang akarnya dilaporkan berkhasiat obat sebagai afrodisiak, diuretik, dan tonik. Tanaman tersebut merupakan tanaman asli Indonesia yang hidup secara endemik di daerah pegunungan (Darwati dan Roostika 2006). Tanaman purwoceng dapat dijumpai di dataran tinggi sekitar 800–3500 m dpl yang terkena sinar matahari seperti dataran tinggi Dieng (Jawa Tengah), serta Gunung Galunggung dan Pangrango (Jawa Barat). Penduduk sekitar dataran tinggi Dieng sejak dulu telah menggunakan tumbuhan obat ini sebagai salah satu bagian ramuan obat tradisional dalam bentuk seduhan untuk mengobati macam-macam penyakit, gangguan kesehatan, dan terutama untuk afrodisiaka (Heyne 1987 dalam Usmiati dan Yuliani 2010).

Penelitian ilmiah terhadap pemanfaatan purwoceng telah dilakukan oleh Taufiqurrahman dan Wibowo (2005). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada dosis 25 mg dan 50 mg ekstrak purwoceng yang diimplankan langsung ke dalam mulut tikus jantan dewasa dapat meningkatkan kadar testosteron dan LH (Luteinizing Hormone) dengan lama pemberian waktu 30 hari. Pada penelitian Widowati dan Faridah (2005), purwoceng diidentifikasi mengandung senyawa sitosterol yang merupakan salah satu steroid pada tanaman.

Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi terutama di kawasan Asia Tenggara (Chinabut et al., 1991). Budidaya lele masih sangat diminati oleh masyarakat Indonesia karena dalam proses pembudidayaannya, ikan lele termasuk jenis ikan yang cepat tumbuh dan mampu mencapai ukuran besar dalam waktu relatif singkat (Ahmed dan Sarder dalam Chou et al., 1994). Berdasarkan data KKP (2010), target produksi ikan lele (Clarias sp.) di Indonesia hingga tahun 2014 mencapai 900.000 ton per tahun. Target produksi ikan lele yang tinggi tersebut harus diikuti dengan ketersediaan benih yang kontinu. Ketersediaan benih ikan lele bergantung pada kegiatan pemijahannya sehingga diperlukan kualitas induk yang baik. Induk jantan lele cenderung memiliki ukuran testis yang kecil dan adanya saluran vesikula seminalis yang bergerigi sehingga sperma ikan lele tidak dapat di

 

(14)

stripping. Hal itu menyebabkan pemijahan buatan pada ikan lele selama ini dilakukan dengan cara pembedahan. Kelemahan ikan lele jantan saat dibedah yaitu menghasilkan cairan sperma yang sedikit sehingga kegiatan pembedahan pada pemijahan buatan ini dianggap kurang efisien.

Ikan lele yang memiliki kelemahan dalam aspek reproduksi namun memiliki permintaan yang tinggi di pasaran mendorong penulis menggunakan ikan lele sebagai ikan uji dalam penelitian ini. Pemberian ekstrak purwoceng melalui pakan terhadap ikan lele diharapkan dapat mengatasi kelemahan aspek reproduksi pada ikan tersebut. Kegiatan ini merupakan penelitian pendahuluan karena ekstrak purwoceng belum pernah diaplikasikan untuk mempercepat kematangan gonad jantan pada ikan.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) yang diberikan melalui pakan terhadap perkembangan testis ikan lele (Clarias sp.) yang meliputi peningkatan bobot testis, nilai GSI, serta nilai spermatokrit.

 

(15)

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Bahan Uji

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan ikan lele (Clarias sp.) berjenis kelamin jantan yang berukuran 200-300 g dari pengumpul di daerah Parung, Kabupaten Bogor. Sedangkan bahan perlakuan berupa simplisia purwoceng (Pimpinella alpina molk) berasal dari tanaman purwoceng yang diperoleh dari kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik di desa Gunung Putri, Cipanas, Bogor.

2.2 Rancangan Penelitian

Perlakuan yang diberikan yaitu pemberian ekstrak purwoceng melalui pakan buatan pada ikan lele jantan ukuran 200-300 gram. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pemberian 3 dosis ekstrak purwoceng yang berbeda dengan 1 kontrol. Masing-masing perlakuan terdiri dari 10 ekor ikan lele jantan yang belum matang gonad. Dosis purwoceng yang digunakan yaitu 0; 2,5; 5; 7,5 g/kg pakan. Pemberian ekstrak purwoceng dilakukan selama 30 hari kepada ikan uji. Setelah 30 hari perlakuan, lima ekor ikan uji diambil secara acak dari setiap bak lalu diamati bobot testis, nilai GSI, spermatokrit dan jumlah spermanya.

2.3 Prosedur Penelitian 2.3.1 Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan adalah bak semen berukuran 2x1,5x1 m. Bak yang digunakan untuk perlakuan sebanyak 4 buah. Sebelum digunakan wadah dikeringkan terlebih dahulu, dibilas dengan air dan dikeringkan kembali. Bak yang sudah bersih diisi air dengan ketinggian 60-70 cm kemudian diberikan aerasi secukupnya. Masing-masing bak diberi penutup berupa hapa yang berukuran 2,5 x 1 x 1 m2 untuk mencegah ikan uji loncat keluar dari bak.

 

(16)

2.3.2 Pembuatan Ekstrak Purwoceng

Tanaman purwoceng dalam keadaan segar kemudian dikeringkan dengan cara dijemur selama seminggu. Ketika tanaman sudah kering maka seluruh bagian tanaman dihaluskan menggunakan blender sampai menjadi serbuk atau simplisia.

Serbuk tersebut dijadikan ekstrak dengan cara melarutkan serbuk purwoceng ke dalam alkohol 70%. Setelah itu ampasnya disaring sedangkan larutan ekstrak purwoceng dimasukkan ke dalam botol sprayer lalu disemprotkan ke pakan.

Setiap dosis yang digunakan dilarutkan dalam 100 ml alkohol. Pembuatan larutan ekstrak dilakukan secara parsial per 1 kg pakan.

2.3.3 Pemeliharaan Ikan Uji

Ikan lele ditebar dalam bak masing-masing perlakuan sebanyak 10 ekor berukuran 200-300 g/ekor ikan berjenis kelamin jantan. Ikan lele pada penelitian ini di adaptasi selama seminggu, kemudian diberi pakan perlakuan yaitu berupa pellet komersial dicampur dengan ekstrak purwoceng selama ± 30 hari masa penelitian, sebanyak 3 kali sehari. Setelah 30 hari perlakuan pada ikan uji kemudian dilihat pengaruhnya sesuai dengan parameter yang telah ditentukan.

Sampling pertumbuhan dilakukan pada setiap 2 minggu selama pemeliharaan.

Selain itu juga dilakukan pengamatan tingkah laku pada ikan percobaan. Pada hari ke-30 dilakukan pembedahan pada ikan uji untuk pengamatan gonad ikan uji meliputi bobot testis, motilitas sperma, spermatokrit, jumlah sperma dan GSI (Gonado Somatic Index).

2.4 Parameter Uji 2.4.1 Bobot Testis

Perhitungan bobot testis dilakukan pada akhir hari ke-30 masa pemeliharaan. Setiap bak pemeliharaan dilakukan pengambilan 5 ekor ikan uji secara acak. Ikan uji tersebut ditimbang bobot tubuhnya kemudian di lakukan pembedahan. Setelah itu, testis diambil dari tubuh dan dibersihkan lalu dihitung bobot testisnya.

 

(17)

2.4.2 Gonado Somatic Index (GSI)

Indeks kematangan gonad atau dikenal dengan istilah Gonado Somatic Index (GSI) dapat diketahui dengan rumus:

100

 

2.4.3 Kadar Spermatokrit

Penghitungan kadar spermatokrit dilakukan dengan cara sampel cairan semen dimasukkan dalam tabung mikrohematokrit sampai 4/5 bagian. Ujung tabung disumbat dengan crystoceal. Tabung hematokrit di sentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 8000 rpm. Setelah itu dilakukan pengukuran kadar hematokrit dengan rumus sebagai berikut:

Kadar Spermatokrit (%) = x 100 % Keterangan : x = padatan cairan semen (cm)

y = total cairan semen (cm)

2.4.4 Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Analisis stasistik dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007 dan program SAS 9.1.3.

 

(18)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Bobot Tubuh Ikan Lele

Hasil penimbangan rata-rata bobot tubuh ikan lele yang diberi perlakuan ekstrak purwoceng (Pimpinella alpina molk.) pada pakan sebanyak 0; 2,5; 5; dan 7,5 g/kg pakan disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1.Rata-rata bobot tubuh ikan lele pada dosis pemberian ekstrak purwoceng yang berbeda melalui pakan setelah 30 hari pemeliharaan

Berdasarkan diagram rata-rata bobot tubuh yang disajikan pada Gambar 1, dapat diketahui bahwa perlakuan 0 g/kg pakan memiliki rata-rata bobot tubuh tertinggi dibanding dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 417,2±58,7 gram sedangkan rata-rata bobot tubuh terendah, terdapat pada perlakuan 5 g/kg pakan yaitu sebesar 396,8±37,1 gram. Ikan uji yang diberi ekstrak purwoceng dengan dosis yang berbeda memiliki rata-rata bobot tubuh lebih rendah dibanding kontrol.

Setelah dilakukan uji lanjut Duncan, diperoleh hasil bahwa rata-rata bobot tubuh antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05).

385 390 395 400 405 410 415 420

0 2.5

Rata-rata bobot tubuh (gram)

Perlakuan (g/kg pakan)5 7.5 417,2 ± 58,7a

414,0 ± 44,8a  412,6 ± 66,9a

396,8  ± 37,1a

 

(19)

3.1.2 Bobot Testis Ikan Lele

Hasil penimbangan rata-rata bobot testis ikan uji yang diberi perlakuan ekstrak purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) pada pakan sebanyak 0; 2; 5; dan 7,5 g/kg pakan disajikan pada Gambar 2.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

0 2.5 5 7.5

Rata-rata Bobot testis (gram)

Perlakuan (g/kg pakan)

2,16± 1,02ab  3,06± 0,48b

2,52± 0,48ab 1,81± 0,45a 

Gambar 2. Rata-rata bobot testis ikan lele pada dosis pemberian ekstrak purwoceng yang berbeda melalui pakan setelah 30 hari pemeliharaan

Berdasarkan diagram rata-rata bobot testis yang disajikan pada Gambar 2, dapat diketahui bahwa perlakuan 5 g/kg pakan memiliki rata-rata bobot testis tertinggi dibanding dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 3,06±0,48 gram. Rata- rata bobot testis terendah terdapat pada perlakuan 0 g/kg pakan yaitu sebesar 1,81±0,45 gram. Diagram pada gambar 2 menunjukkan bahwa ikan uji yang diberi perlakuan purwoceng memiliki rata-rata bobot testis yang lebih tinggi dibanding perlakuan kontrol.

Setelah dilakukan uji lanjut Duncan diperoleh hasil bahwa pada selang kepercayaan 95%, rata-rata bobot testis ikan uji yang diberi ekstrak purwoceng berbeda nyata terhadap rata-rata bobot testis ikan kontrol. Berdasarkan uji tersebut diketahui bahwa rata-rata bobot testis ikan uji perlakuan dengan dosis 5 g/kg pakan memiliki perbedaan yang paling nyata terhadap kontrol.

3.1.3 Gonado Somatic Index (GSI)

Persentase perbandingan bobot testis terhadap bobot tubuh ikan dikenal dengan Gonado Somatic Indeks (GSI) (Nikolsky, 1969 dalam Effendie, 2002).

Nilai GSI pada ikan uji yang diberi perlakuan ekstrak purwoceng (Pimpinella

 

(20)

alpina molk.) melalui pakan sebanyak 0; 2,5; 5; dan 7,5 g/kg pakan disajikan pada Gambar 3.

Berdasarkan data yang disajikan pada Gambar 3, dapat diketahui bahwa perlakuan 5 g/kg pakan memiliki nilai GSI tertinggi dibanding dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 0,79±0,29 %. Hal ini dapat diartikan pada ikan uji perlakuan 5 g/kg pakan memiliki bobot testis sebesar 0,79 % dari seluruh bobot tubuh ikan tersebut. Nilai GSI terendah terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 0,45±0,15 %.

Diagram nilai GSI pada Gambar 3 menunjukkan bahwa ikan uji yang diberi ekstrak purwoceng melalui pakan memiliki nilai GSI yang lebih tinggi dibanding kontrol.

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

0 2.5 5 7.5

Nilai GS (%) 

Perlakuan (g/kg pakan) 0,79± 0,29b

0,45± 0,15a 

0,61± 0,14 ab

0,51± 0,21ab 

Gambar 3. Nilai GSI ikan lele pada dosis pemberian ekstrak purwoceng yang berbeda melalui pakan setelah 30 hari pemeliharaan.

Data GSI ikan lele pada pemberian ekstrak purwoceng melalui pakan dilakukan uji lanjut Duncan sehingga diperoleh hasil bahwa pada selang kepercayaan 95%, nilai GSI ikan lele yang diberi ekstrak purwoceng pada berbagai dosis memiliki perbedaan yang nyata terhadap kontrol. Berdasarkan uji tersebut perlakuan dengan dosis 5 g/kg pakan memiliki perbedaan yang paling nyata terhadap kontrol.

 

(21)

3.1.4 Kadar Spermatokrit

Hasil pengukuran spermatokrit ikan uji yang diberi perlakuan ekstrak purwoceng (Pimpinella alpina molk.) melalui pakan sebanyak 0; 2,5; 5; dan 7,5 g/kg pakan disajikan pada Gambar 4.

0 10 20 30 40 50 60 70

0 2.5 5 7.5

Kadar spermatokrit (%)

Perlakuan  (g/kg pakan)  65,00± 7,07b

60,2± 4,64b  60,77± 1,09b

43,34± 4,72a 

Gambar 4. Persentase kadar spermatokrit ikan lele pada dosis pemberian ekstrak purwoceng yang berbeda melalui pakan setelah 30 hari pemeliharaan

Berdasarkan data yang disajikan pada Gambar 4, dapat diketahui bahwa ikan uji pada perlakuan 2,5 g/kg pakan memiliki spermatokrit tertinggi dibanding dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 65,0±7,07 %. Hal ini dapat diartikan dalam setiap 1 ml sperma terdapat 0,65 ml padatan spermatozoa sedangkan sisanya berupa cairan semen. Persentase kadar spermatokrit terendah terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 43,34±4,72%. Diagram pada Gambar 4 menunjukkan ikan uji yang diberi ekstrak purwoceng melalui pakan, memiliki persentase kadar spermatokrit yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol.

Data pengukuran kadar spermatokrit ikan lele tersebut selanjutnya dilakukan uji Duncan sehingga diperoleh hasil bahwa pada selang kepercayaan 95%, kadar spermatokrit ikan lele yang diberi ekstrak purwoceng pada semua dosis yang diberikan memiliki perbedaan nyata dibandingkan dengan ikan lele yang tidak diberi ekstrak purwoceng.

10   

(22)

3.2 Pembahasan

Ikan dengan perlakuan ekstrak purwoceng 5 g/kg pakan menunjukkan rata- rata bobot testis tertinggi dengan perlakuan lainnya. Pemberian ekstrak purwoceng melalui pakan meningkatkan rata-rata bobot testis ikan uji sehingga lebih tinggi daripada ikan uji pada perlakuan kontrol. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang pengujian ektrak purwoceng terhadap anak ayam jantan yang memperlihatkan adanya efek androgenik pada penggunaan akar purwoceng yaitu ditandai dengan peningkatan ukuran jengger dan ditunjang dengan adanya peningkatan bobot testis (Kosin 1992; Usmiati dan Yuliani 2010).

Juniarto (2004) menyatakan bahwa ekstrak purwoceng dapat meningkatkan hormon LH, FSH dan testosteron yang mempengaruhi proses spermatogenesis.

Peningkatan bobot testis berhubungan dengan proses spermatogenesis (Cerda et al., 1996 dalam Affandi dan Tang, 2004). Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sperma yang terjadi dalam tubulus semiferus yang terdapat di dalam testis hewan vertebrata. Ada lima tingkatan perkembangan testis ikan lele (Clarias batrachus) yang dikemukakan secara anatomi antara lain spermatogonia, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid, dan spermatozoa (Chinabut at al.1991; Tucker dan Hargreaves 2004)

Perlakuan purwoceng memperlihatkan peningkatan bobor testis pada ikan uji tetapi rata-rata bobot tubuh ikan uji yang diberi ekstrak purwoceng nilainya lebih rendah dibandingkan ikan pada perlakuan kontrol. Hal ini kurang sesuai dengan pernyataan Effendie (1997) bahwa pertambahan berat gonad akan diikuti oleh pertambahan berat ikan. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan jantan 5 sampai 10% dari berat tubuh. Ikan yang diberi perlakuan ekstrak purwoceng memiliki bobot testis yang lebih tinggi dibandingkan ikan kontrol namun rata-rata bobot tubuhnya lebih rendah dibanding kontrol. Ikan uji yang diberi ekstrak purwoceng dosis 5 g/kg pakan memiliki rata-rata bobot testis tertinggi serta berbeda nyata terhadap kontrol (P<0,05) namun ikan uji tersebut memiliki bobot tubuh terendah yaitu sebesar 396,8±37,1 gram.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak purwoceng dilaporkan memiliki kandungan fitosterol yang dapat di konversi menjadi hormon steroid pada hewan vertebrata khususnya mamalia yang digunakan untuk meningkatkan

11   

(23)

spermatogenesis. Reseptor androgen dan estrogen pada hewan dapat mengikat fitosterol (Tremblay dan Kraak 1998) sehingga dapat mempengaruhi seks rasio, gonad, dan hormonal (Hewit et al. 2008). Pengikatan tersebut akibat dari adanya kemiripan struktur molekul stigmasterol, kolesterol dan testosteron. Selain itu, Zairin (2003) menyatakan bahwa struktur kimia hormon dari kelompok steroid seperti kortisol, testosteron, dan 17α-hidroksiprogesteron sama, baik untuk mamalia maupun ikan.

Hasil perhitungan persentase nilai GSI ikan menunjukkan bahwa ikan uji yang diberi ekstrak purwoceng memiliki nilai GSI yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Ikan lele pada perlakuan 5 g/kg pakan memiliki nilai GSI tertinggi dibanding perlakuan lain. Hal ini berbanding lurus dengan nilai bobot testis pada perlakuan yang sama. Sedangkan berdasarkan perhitungan spermatokrit yaitu persentase padatan sperma terhadap cairan sperma juga menunjukkan perbedan yang nyata antar perlakuan. Cairan sperma adalah larutan spermatozoa yang berada dalam cairan seminal dan dihasilkan oleh hidrasi testis (Hoar 1969 dalam Affandi dan Tang 2002). Menurut Affandi dan Tang (2002), campuran antara seminal plasma dengan spermatozoa disebut semen.

Kadar spermatokrit dapat digunakan sebagai indikator kekentalan sperma.

Jika nilai spermatokrit tinggi maka dapat disimpulkan bahwa cairan sperma tersebut bersifat kental sehingga memiliki padatan spermatozoa yang lebih banyak dibandingkan dengan cairan seminalnya. Kadar spermatokrit yang rendah menunjukkan cairan sperma tersebut memiliki kandungan padatan spermatozoa yang lebih sedikit dibandingkan dengan cairan seminalnya. Kadar spermatokrit ikan lele yang diberi perlakuan ekstrak purwoceng lebih tinggi dibandingkan ikan lele pada perlakuan kontrol. Nilai spermatokrit tertinggi terdapat pada perlakuan 2,5 g/kg pakan yaitu 65,0±7,07%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap 1 ml cairan sperma terdiri dari 0,65 ml padatan spermatozoa serta 0,35 ml berupa cairan seminal. Menurut Gwo et al. (1991) dalam Affandi (2002), konsentrasi spermatozoa yang tinggi dapat menghambat aktifitas spermatozoa karena berkurangnya daya gerak sehingga spermatozoa sukar menemukan atau menembus mikrofil sel telur yang mengakibatkan rendahnya fertilitas spermatozoa. Peningkatan jumlah spermatozoa seharusnya diikuti dengan

12   

(24)

peningkatan volume cairan seminal sehingga spermatozoa tetap mendapatkan zat makanan yang cukup dari cairan seminal tersebut. Caropeboka (1980) meneliti pengaruh ekstrak purwoceng terhadap tikus jantan yang dikebiri. Penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan aktivitas pada kelenjar prostat dan kelenjar seminalis pada tikus. Kelenjar prostat dan kelenjar seminalis berfungsi menghasilkan cairan nutrisi untuk sperma (cairan seminal). Menurut Ganong (2003), cairan semen mengandung spermatozoa dan sekresi dari kelenjar vesikula seminalis, prostat serta kelenjar cowper. Gardiner dalam Nurman (1995) melaporkan bahwa semen yang encer banyak mengandung glukosa, sehingga memberikan motilitas yang lebih baik terhadap spermatozoa. Penelitian Scott dan Baynes (1980) tentang komposisi kimia semen ikan menyatakan bahwa semen yang kental dengan konsentrasi tinggi mengandung kadar potassium lebih tinggi akan menghambat pergerakan spermatozoa, sehingga motilitasnya rendah.

Adanya peningkatan bobot testis, nilai GSI, dan kadar spermatokrit pada ikan uji menunjukkan peningkatan proses spermatogenesis pada ikan lele yang diberikan ekstrak purwoceng. Hal ini sesuai dengan penelitian Juniarto (2004) yang menunjukkan bahwa ekstrak purwoceng dapat meningkatkan aktifitas testis sehingga meningkatkan derajat spermatogenesis. Proses spermatogenesis dipengaruhi oleh hormon LH dan testosteron. Hasil uji farmakologis pada tikus jantan menunjukkan pemberian ekstrak purwoceng dapat meningkatkan kadar testosteron dan kadar LH. Peningkatan kadar testosteron ini disebabkan efek stimulasi ekstrak purwoceng terhadap LH dan konversi fitosterol yang ada pada ekstrak purwoceng menjadi testosteron pada jaringan hewan uji (Taufiqurrahman dan Wibowo 2006). Testoteron dibentuk dari ester kolesterol di dalam sel Leydig testis, sisanya sekitar 5% dihasilkan oleh kortek adrenal di mana prekursor seperti sterol dari tanaman akan dikonversi menjadi testoteron di dalam jaringan pheripheral (Graner 1996 dalam Taufiqqurrachman dan Wibowo 2006). Aktivitas androgenik testosteron adalah mempengaruhi inisiasi dan pemeliharaan spermatogenesis dalam tubuliseminiferus testis. Hormon testosteron penting untuk mengontrol sifat - sifat seks sekunder dan aktivitas kelenjar reproduksi asesori (Pineda, 1989). Testosteron tidak disimpan dalam tubuh tetapi segera dipecah

13   

(25)

menjadi androgen yang relatif inaktif dan diekskresikan melalui urin dan feses (Turner dan Bagnara 1983).

Peningkatan spermatogenesis ikan lele jantan pada penelitian ini diduga karena pengaruh senyawa yang terkandung dalam ekstrak purwoceng yang diberikan. Akar purwoceng diketahui mengandung turunan senyawa kumarin, sterol, alkaloid, saponin (Caropeboka & Lubis 1975 dalam Ajijah, 2009; Rostiana et al. 2003), flavonoid, glikosida dan tanin (Rostiana et al. 2003), kelompok furanokumarin seperti bergapten, isobargapten dan sphondin (Sidik et al. 1975 dalam Ajijah, 2009), stigmasterol (Suzery et al. 2004 dalam Ajijah 2009;

Rahardjo et al. 2006; Rostiana et al. 2007), sitosterol (Rahardjo et al. 2006;

Rostiana et al. 2007), dan vitamin E (Rahardjo et al. 2006). Gunawan (2002) menyebutkan bahwa pada ekstrak purwoceng terdapat beberapa senyawa seperti stigmasterol, sitosterol, serta isoorientin. Senyawa isoorientin yang dapat menambah produksi sperma sedangkan senyawa sitosterol dan stigmasterol pada tanaman purwoceng bersifat androgenik.

Pengukuran kualitas sperma seperti jumlah kepadatan sperma dan motilitas sperma tidak dapat dilakukan dalam penelitian ini. Hal tersebut disebabkan pada beberapa ikan sampel memiliki jumlah sperma sangat sedikit sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengamatan kualitas sperma. Jumlah sperma yang sedikit terutama dimiliki oleh ikan uji sebagai kontrol yang tidak diberikan ekstrak purwoceng.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium lapangan dengan kondisi lingkungan yang tidak homogen seperti di dalam ruangan. Air hujan dan penetrasi cahaya dapat mempengaruhi kondisi air pemeliharaan pada tiap bak sehingga terjadi fluktuasi lingkungan. Menurut Affandi dan Tang (2004), beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan gonad antara lain faktor lingkungan dan hormon. Scott (1979) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang dominan mempengaruhi perkembangan gonad adalah suhu dan makanan, selain itu periode cahaya dan musim. Hasil penelitian Buwono (1995) tentang pengaruh periode cahaya terhadap kematangan gonad ikan lele yang menunjukkan bahwa pada fotoperiode 14 jam dapat meningkatkan nilai GSI dan spermatogenesis ikan lele jantan pra dewasa. Pengaruh suhu terhadap lama spermatogenesis pada ikan

14   

(26)

teleostei bervariasi dari berbagai spesies sedangkan peran pakan dalam perkembangan gonad penting untuk fungsi endokrin yang normal. Hyder dalam Scott (1979) menjelaskan bahwa bagi beberapa spesies tropik, musim penghujan atau banjir mempengaruhi perkembangan gonad.

15   

(27)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pemberian ekstrak purwoceng yang dicampur dalam pakan menunjukkan nilai bobot testis, nilai GSI dan kadar spermatokrit ikan lele jantan yang lebih tinggi daripada kontrol.

4.2 Saran

Ekstrak purwoceng dapat diaplikasikan sebagai fitoandrogen untuk mempercepat kematangan gonad ikan, namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji manfaatnya sebagai hormon perangsang proses pemijahan pada organisme budidaya. Selain itu, faktor lingkungan harus terkontrol dalam penelitian reproduksi karena merupakan variabel yang mempengaruhi proses pematangan gonad.

16   

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., Tang U.M. 2002.Fisiologi Hewan Air. Unri Press, Riau.

---. 2004. Biologi Reproduksi Ikan. Unri Press, Riau.

Ajijah, N. 2009. Induksi Mutasi Dan Seleksi In Vitro Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) Untuk Ketahanan Terhadap Suhu Tinggi. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Buwono, I.D. 1995. Pengaruh fotoperiode yang berbeda terhadap perkembangan gonad ikan lele (Clarias gariepinus Burch.) jantan dan betina pradewasa.

[Tesis]. Program Pascasarjana, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Caropeboka, A.M. 1980. Pengaruh Ekstrak Akar Pimpinella Alpina Terhadap Sistem Reproduksi Tikus. [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Chinabut, S., C. Limsuwan, P. Kitsawat. 1991. Histology of The Walking Catfish , Clarias batrachus. International Development research Center, Canada.

Chou, L.M., et al. 1994. Growth of Hybrid Catfishes Under Different Suplemental Diets. The Third Asian Fishes Forum. Asian Fisheries Society, Manila, Philippines. p. 633-636.

Darwati, I., Roostika, I. 2006. Status Penelitian Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) di Indonesia. Jurnal Plasma Nutfah vol 12 (1): 300-304.

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pusaka Nusantara, Yogyakarta.

Ganong, W.F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Gunawan, D. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Keharmonisan Suami Istri.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Hewit, L.M., Kovacs T.G., Dubes M.G., Macclatchy D.L., Martel P.H., Mcmaster M.E., Paice M.G., Parrot J.L., Heuvel M.R.V.D and Van der Kraak G.L.

2008. Altered Reproduction in Fish Exposed To Pulp and Paper Mill Effluents: Roles of Individual Compounds and Mill Operating Conditions.

Enviromental Toxicology and Chemistry, Vol 27 (3): 682-697.

KKP, 2010. Rencana Strategi Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010-2014.

KKP, Jakarta.

Kosin, A.M. 1992. Efek Androgenik dan Anabolik Ekstrak Akar Pimpinella alpina Molk. (puwoceng) Terhadap Anak Ayam Jantan. [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan Bogor. Bogor.

Juniarto, A.Z. 2004. Perbedaan Pengaruh Pemberian Ekstrak Eurycoma longifolia dan Pimpinella alpina Pada Spermatogenesis Tikus Spraque dawley.

[Tesis]. Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro. Semarang.

17   

(29)

Nurman. 1995. Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF a Terhadap Kualitas Spermatozoa Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus, Burchell).

[Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pineda, M.H. 1989. Male Reproduction. In: Veterinary Endocrinology and Reproduction. Mcdonald, L.E. (Ed.) Lea & Febiger. Philadelphia. USA. pp.

261 – 292.

Rahardjo, M., Wahyuni S., Trisilawati O., Djauhariya E. 2006. Ciri Agronomis, Mutu dan Lingkungan Tumbuh Tanaman Obat Langka Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.), di dalam: Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII ; Bogor, 15 – 16 September 2005.

Bogor : Balittro-POKJANAS TOI-Dir.Tanaman Sayuran dan Biofarmaka.

hlm 62 – 71.

Rostiana, O., Rosita S.M, Muhammad H., Hernani, Syahid S.F., Haryudin W., Miftakhurohmah, Seswita D., Surahman, Nasrun. 2003. Eksplorasi Potensi Purwoceng dan Cabe Jawa serta Perbaikan Potenis Genetik Menunjang Industri Obat Tradisional Afrodisiak. Laporan Teknis Penelitian Penguasaan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat Tahun 2003. Bogor:

Balittro.

Scott, D.B.C. 1979. Environmental Timing and The Control of Reproduction in Teleost Fish. Zoot. SOC. Load, 44:105-132.

Taufiqurrahman, Wibowo, S. 2005. Effect of Purwoceng (Pimpinella alpina) extract in stimulating testosterone, luteinizing hormone (LH) and follicle stimulating hormone (FSH) in sprague dawley male rats, di dalam:

Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII. Bogor, 15- 16 September 2005.

Tremblay, L., Van Der Kraak, G. 1998. Use of A Series of Homologous In Vitro And In Vivo Assays to Evaluate the Endocrine Modulating Actions of Β Sitosterol In Rainbow Trout. Aquatic Toxicology 43, 149-162.

Tucker, C.S., Hargreaves, J.A. 2004. Biology and Culture of Channel Catfish.

Elsevier, New York.

Usmiati, S., Yuliani, S. 2010. Efek Androgenik dan Anabolik Ekstrak Akar Pimpinella alpina Molk. (Purwoceng) Terhadap Anak Ayam Jantan, di dalam: Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 2010.

Widowati,D., Faridah. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Kimia Dalam Fraksi Non- Polar dari Tanaman Purwoceng (Pimpinella alpina), di dalam: Prosiding seminar nasional tumbuhan obat Indonesia XXVIII. Bogor, 15-16 September 2005.

Yustikasari, Y. 2004. Pengaruh Penyuntikan Ekstrak Jahe Terhadap Perkembangan Diameter dan Posisi Inti Sel Telur Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

18   

(30)

Zairin, Jr. M. 2003. Endokrinologi dan Peranannya bagi Masa Depan Perikanan Indonesia. Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Tetap Ilmu Fisiologi Reproduksi dan Endokrinologi Hewan Air. Institut Pertanian Bogor.

19   

(31)

 

   

LAMPIRAN 

20   

(32)

Lampiran 1. Data Bobot Tubuh, Bobot Testis dan Nilai GSI Ikan Lele Pada Pemberian Ekstrak Purwoceng Melalui Pakan Setelah 30 Hari Pemeliharaan

Dosis Ulangan Bobot Tubuh (g)

Bobot Testis (g)

Nilai GSI (%)

A (kontrol) 1 487 2,354 0,6745

2 436 1,369 0,4050

3 437 1,363 0,2782

4 397 2,138 0,4995

5 329 1,779 0,3884

Rata-rata 417,2 1,801 0,4491

St Dev 58,7 0,45 0,15

B (2,5) 1 349 2,574 0,5285

2 338 2,162 0,4959

3 490 2,424 0,5547

4 428 3,306 0,8327

5 458 2,137 0,6495

Rata-rata 412,6 2,521 0,6123

St Dev 66,9 0,48 0,14

C (5) 1 408 2,697 0,661

2 426 2,346 0,5507

3 418 2,213 0,5294

4 333 3,649 1,0958

5 399 4,387 1,0995

Rata-rata 396,8 3,058 0,7873

St Dev 37,1 0,48 0,29

D (7,5) 1 394 0,965 0,2249

2 472 3,778 0,8004

3 426 1,78 0,4178

4 427 2,193 0,5136

5 351 2,1 0,5983

Rata-rata 414,0 2,163 0,5110

St Dev 44,8 1,02 0,21

21   

(33)

Lampiran 2. Persentase Kadar Spermatokrit dan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Pada Pemberian Ekstrak Purwoceng Melalui Pakan Setelah 30 Hari Pemeliharaan

1. Tabel persentase kadar spermatokrit ikan lele pada pemberian ekstrak purwoceng melalui pakan setelah 30 hari pemeliharaan

Dosis Ulangan Kadar Spermatokrit

(%) 0 gr/kg

pakan

1 46,67 2 40,00

Rata-rata 43,34

St Dev 4,72

2,5 gr/kg pakan

1 70 2 60

Rata-rata 65

St Dev 7,07

5 gr/kg pakan

1 60 2 61,54

Rata-rata 60,77

St Dev 1,09

7,5 gr/kg pakan

1 63,48 2 56,92

Rata-rata 60,20

St Dev 4,64

2. Tabel persentase tingkat kelangsungan hidup ikan lele pada pemberian ekstrak purwoceng melalui pakan selama masa pemeliharaan

Dosis (g/kg pakan)

Sampling 1 Sampling 2

Sampling 3

0 100% 90% 90%

2,5 100% 100% 100%

5 100% 100% 90%

7,5 100% 100% 90%

22   

(34)

Lampiran 3. Data Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Lele Pada Pemberian Ekstrak Purwoceng Melalui pakan Selama 30 Hari Pemeliharaan

Data Rata-rata bobot tubuh ikan lele per sampling selama 30 hari pemeliharaan Dosis

(g/kg pakan)

Sampling 1

Sampling 2

Sampling 3 0 244,8 g 319,8 g 425,1 g 2,5 241,1 g 320,9 g 427,9 g

5 248,6 g 324,8 g 412 g

7,5 253,5 g 346,7 g 422,3 g Derajat pertumbuhan ikan lele selama 30 hari pemeliharaan

Dosis (g/kg

pakan) Derajat Pertumbuhan 0 6,01%

2,5 6,23%

5 5,45%

7,5 5,63%

Hasil perhitungan efisiensi pakan ikan lele setelah 30 hari pemeliharaan dengan pemberian ekstrak purwoceng melalui pakan

Perlakuan JP SP JKP Wo Wt Wm EP 0 g/kg

pakan

2420 g 407 g 2013 g 2448 g 3826 g 275 g 82,12%

2,5 g/kg pakan

2640 g 393 g 2247 g 2411 g 4279 g 0 g 83,13%

5 g/kg pakan

2699 g 538 g 2161 g 2486 g 3778 g 342 g 75,61%

7,5 g/kg pakan

2832 g 804 g 2028 g 2535 g 3801 g 316 g 78,01%

Keterangan : JP = Jumlah pakan yang ditimbang sesuai FR (gram) SP = Sisa pakan (gram)

JKP = Jumlah konsumsi pakan selama 30 hari pemeliharaan Wo = Biomassa ikan awal pemeliharaan (gram)

Wt = Biomassa ikan akhir pemeliharaan (gram) Wm = Biomassa ikan mati selama pemeliharaan (gram) EP = Efisiensi pakan (%)

23   

(35)

24   

Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Bobot Tubuh, Bobot Testis, Nilai GSI, dan Kadar Spermatokrit Ikan Lele Pada Pemberian Ekstrak Purwoceng Melalui Pakan

Analisis sidik ragam rata-rata bobot tubuh ikan uji pada pemberian ekstrak purwoceng melalui pakan

Sumber Keragamann

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hit F Tab

Perlakuan 3 1243,75 414,5833 0,13 3,490

Galat 12 37297,5 3108,125

Total 19 46496,55

Analisis sidik ragam rata-rata bobot testis ikan uji pada pemberian ekstrak purwoceng melalui pakan

Sumber

Keragamann Derajat

Bebas Jumlah

Kuadrat Kuadrat

Tengah F Hit F Tab

Perlakuan 3 4,3129 1,4376 2,33 3,49

Galat 12 7,4133 0,6177

Total 19 13,6778

Analisis sidik ragam persentase nilai GSI ikan uji pada pemberian ekstrak purwoceng melalui pakan

Sumber Keragamann

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hit F Tab

Perlakuan 3 0,3275 0,1092 2,91 3,49

Galat 12 0,4498 0,0375

Total 19 1,0025

Analisis sidik ragam persentase kadar spermatokrit ikan uji pada pemberian ekstrak purwoceng melalui pakan

Sumber Keragamann

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hit F Tab

Perlakuan 3 549,5187 183,1729 15,21 9,277

Galat 12 36,14 12,0467

Total 19 644,4658

Referensi

Dokumen terkait

Agama mempengaruhi dan sistem nilai budaya faktor-faktor ekonomi dan sosial (Suseno 2001: 83). Disamping itu menurut beberapa penelitian, agama dinilai berpengaruh terhadap

CEO transformational leadership and the new product development process: The mediating roles of organizational learning and innovation culture.. Seen Yu Ng, Garib Singh SK.,

In this paper, a Proportional-Integral- Derivative (PID) controller is applied to a laboratory helicopter model used in the experiment is a laboratory-scale

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan metode inkuiri dengan focus group discussion dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi siswa kelas X IIS

- Bahan tambahan, topping, nilai gizi dengan harga: bila bahan tambahan, topping dan nilai gizi yang ditambahkan ke dalam es krim lebih banyak maka harga produk akan menjadi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan e-Filing terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam penyampaian SPT Tahunan di KPP Pratama

APLIKASI PEMESANAN BARANG PADA TOKO BANGUNAN KARYA MANDIRI BERBASIS

Dimana karyawan tersebut telah memiliki masing - masing tugasnya yaitu pemilik sebagai seorang marketing yang bertugas untuk mencari konsumen, sebagai pengawas produksi,