3. METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Konseptual 3.1.1. Berita
Menurut Maulsby (dalam Pereno, 2003, p. 6) mendefinisikan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memi hak dari fakta- fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian para pembaca di surat kabar tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bila berita merupakan informasi objektif yang didasarkan pada suatu fakta.
3.1.2. Terpaan media
Terpaan media adalah banyaknya informasi yang diperoleh melalui media, yang meliputi frekuensi, atensi, dan penggunaan pada setiap jenis media yang digunakan (Rakhmat, 2004, p.66). dalam penelitian ini terpaan media responden diukur melalui frekuensi dan atensi terhadap informasi mengenai KPI awasi media baru di televisi.
3.1.3. Kecemasan
Salah satu efek dari penerimaan pesan (informasi) adalah perasaan cemas yang berkatian dengan efek afektif. Atkinson dan Hilgrad (1993, p.403) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan takut, tercekam, khawatir, dan bingung.
3.2. Definisi Operasional
Konsep diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris. Karena itu operasionalisasinya dijabarkan dari suatu variabel ke dalam indikator- indikator atau gejala-gejala yang dijadikan data dalam penelitian. Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yang diteliti yaitu :
1. Pengaruh pemberitaan KPI awasi media baru di televisi sebagai variabel independen.
2. Tingkat kecemasan pelanggan Netflix di Indonesia sebagai variabel dependen.
Pengertian dari variabel adalah suatu atribut pengukuran yang dapat mengasumsikan nilai-nilai yang berbeda diantara anggota-anggota dari suatu kelompok subjek dan situasi, akan tetapi atribut tersebut hanya mempunyai satu nilai yang merupakan atribut dari anggota-anggota kelompok tersebut pada waktu tersebut (Silalahi, 2003, p.45). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel X (terpaan media) dan variabel Y (tingkat kecemasan). Pemberitaan KPI Awasi Media Baru di Televisi akan dilihat dari terpaan media sehingga dapat diukur.
Terpaan media diukur melalui indikator :
a. Frekuensi
Seberapa sering pelanggan Netflix Indonesia dalam menonton berita mengenai KPI awasi media baru.
b. Durasi
Lamanya pelanggan Netflix Indonesia dalam menonton berita mengenai KPI Awasi Media Baru dan lamanya pelanggan Netflix Indonesia dalam mengikuti berita mengenai KPI Awasi Media Baru
c. Atensi
Perhatian yang diberikan oleh pelanggan Netflix Indonesia ketika menonton berita mengenai KPI Awasi Media baru yang meliputi perhatian terhadap nilai berita dari KPI seperti keluarbiasaan, kebaruan, kedekatan, akibat, dan konflik.
Sementara untuk variabel tingkat kecemasan indikator diukur dengan : a. Gangguan tidur: gangguan tidur yang dialami oleh pelanggan
Netflix setelah menonton berita mengenai KPI awasi media baru di televisi,
b. Sulit berkonsentrasi: hilangnya konsentrasi yang dialami oleh pelanggan Netflix Indonesia
c. Khawatir: kekhawatiran yang dialami oleh pelanggan Netflix Indonesia setelah menonton berita mengenai KPI awasi media baru di Televisi.
3.3. Pengukuran variabel
Menurut bungin (2005, p.93) pengukuran dalam penelitian kuantitatif dimaksudkan untuk menentukan data apa yang ingin diperoleh dari indikator variabel yang ditentukan atau juga dapat diartikan bagaimana peneliti melakukan pengkuran terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini pengukuran variabelnya adalah sebagai berikut:
1. Variabel Pemberitaan
Pengukuran variabel pemberitaan yang pertama adalah pengukuran frekuensi. Pengukuran frekuensi dilakukan dengan menggunakan skala interval (Bungin, 2005, p.96) yaitu:
a. 1 kali : skor 1
b. 2-3 kali : skor 2
c. Lebih dari 3 kali : skor 3
Pengkuran variabel pemberitaan yang kedua adalah pengukuran durasi. Durasi untuk mengetahui lamanya pelanggan Netflix Indonesia dalam menonton berita di televisi mengenai KPI Awasi Media Baru dan lamanya pelanggan Netflix Indonesia dalam mengikuti berita tersebut di televisi. Pengukuran kedua indikator tersebut akan dilakukan dengan menggunakan skala interval (Bungin, 2005, p.96).
a. Lamanya menonton berita mengenai KPI Awasi Media Baru di Televisi (dalam menit)
a. 0-1 menit : skor 1 b. 1-3 menit : skor 2 c. Lebih dari 3 menit : skor 3
b. Lamanya mengikuti berita mengenai KPI Awasi Media Baru di televisi (dalam bulan)
a. Kurang dari 1 bulan : skor 1 b. 1-2 bulan : skor 2 c. Lebih dari 2 bulan : skor 3
Untuk mengetahui durasi pelanggan Netflix Indonesia dalam menonton berita mengenai KPI Awasi Media Baru di televisi dilakukan dengan mengalikan lama menonton berita mengenai KPI Awasi Media Baru dengan lama mengikuti berita mengenai KPI Awasi Media Baru. Pengukuran variabel pemberitaan yang ketiga adalah pengukuran atensi.
Atensi digunakan untuk mengetahui perhatian yang diberikan oleh pelanggan Netflix Indonesia terhadap berita mengenai KPI Awasi Media Baru. Adapun pengukuran adalah menggunakan skala Likert (Singarimbun, 1995, p.
111) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, persepsi seseorang terhadap suatu peristiwa atau fenomena sosial skala Likert dikategorigan sebagai model skala interval.
Jawaban dari masing-masing pertanyaan yang ada di kuisioner digolongkan dalam lima jenis pilihan jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS).
Setelah melakukan kategori pilihan jawaban dari pertayaan kuisioner dilanjutkan denga pemberian nilai pada maising-masing jawaban. Pemberian nilainya sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju (STS) : mempunyai skor 1 Tidak Setuju (TS) : mempunyai skor 2
Netral (N) : mempunyai skor 3
Setuju (S) : mempunyai skor 4
Sangat Setuju (SS) : mempunyai skor 5
Dalam penelitian ini peneliti sengaja tidak menghilangkan nilai tengah atau jawaban netral. Hal ini dilakukan dengan alasan agar hasil penelitian ini dapat lebih menggambarkan bagaimana pengaruh pemberitaan “KPI Awasi Media Baru” terhadap tingkat kecemasan pelanggan Netflix Indonesia.
2. Variabel Tingkat kecemasan
Pengukuran variabel tingkat kecemasan dilakukan dengan menggunakan Skala Likert. Skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur tanggapan responden terhadap obyek penelitian dengan menggunakan bobot 1 sampai dengan 5. Dalam melakukan penskalaan dalam model ini, responden akan diberi daftar pertanyaan menegnai kecemasan dan setiap pernyataan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk menyatakan setuju atau ketidaksetujuanya (Singarimbun, 1995, p.111). Jawaban dari masing-masing pernyataan yang ada di kuisioner digolongkan dalam lima jenis pilihan jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS).
Setelah melakukan kategori pilihan jawaban dari pernyataan kuesioner dilanjutkan dengan pemberian nilai pada masing-masing jawaban. Pemberian nilainya sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju (STS) : mempunyai skor 1 Tidak Setuju (TS) : mempunyai skor 2
Netral (N) : mempunyai skor 3
Setuju (S) : mempunyai skor 4
Sangat Setuju (SS) : mempunyai skor 5
Dalam penelitian ini peneliti sengaja tidak menghilangkan nilai tengah atau jawaban netral. Hal ini dilakukan dengan alasan agar hasil penelitian ini dapat lebih menggambarkan bagaimana pengaruh pemberitaan “KPI Awasi Media Baru”
terhadap tingkat kecemasan pelanggan Netflix Indonesia.
3.4. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksplanasi dengan pendekatan kuantitatif. Eksplanasi dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh satu variabel dengan variabel lainnya. Jadi, penelitain ekplanasi mempunyai kredibilitas untuk mengukur, menguji hubungan sebab akibat dari dua atau beberapa variabel dengan menggunakan analisis statistik inferensial (Bungin, 2005, p. 38).
Disebut penelitian kuantitatif karena datanya berupa angka-angka.
Data kuantitatif bisa berupa variabel diskrit, yaitu variabel perhitungan, dan variabel kontinum yang merupakan data yang berasal dari hasil pengukuran (Santoso dan Ashari, 2005, p. 2). Sedangkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik penelitain dilakukan dengan menarik sampel.
3.5. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 3.5.1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran dari penelitian (Gulo, 2003, p. 77). Disini populasi yang peneliti gunakan adalah pelanggan Netflix, sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat umum di Surabaya, berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan, berusia 17-40 tahun dan pernah menonton berita mengenai KPI Awasi Media Baru di televisi minimal 2 kali selama seminggu terakhir sejak peneliti menyebarkan kuesioner.
Pemilihan usia di atas 17-40 tahun dikarenakan pada usia tersebut
seseorang telah menginjak usia dewasa (Hurlock, 2004, p.259), sehingga dianggap mempunyai pemikiran yang rasional dalam menjawab pertanyaan yang ada di kuesioner.
3.5.2. Teknik Penarikan Sampel
Pengambilan sampel adalah “Proses menggunakan sejumlah bagian dari populasi yang lebih besar untuk membuat kesimpulan tentang seluruh populasi” (Zikmund, 2003, p.369).
pupolasi digambarkan sebagai keseluruhan kelompok orang, peristiwa atau hal yang menjadi objek minat peneliti (Sekaran dan Bougie, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan Netflix di Indonesia. untuk melakukan penelitian ini peneliti perlu melakukan pengambilan sampel karena populasi penelitian ini sangat besar dan hampir tidak mungkin untuk mengakomodasi seluruh populasi untuk proyek ini. Sekaran dan Bougie (2010) menggambarkan bahwa ada dua jenis pengambilan sampel yaitu probabilitas dan non-probabilitas.
Dalam sampel probalbilitas, responden dipilih secara acak, sedangkan dalam non-probability responden dipilih secara subyektif melalui pola atau skema dalam pikiran (Sekaran &
Bougie, 2010). Sampel probabilitas dapat dibagi menjadi lima yaitu simple random, systematic, stratified, cluster, double sampling (Cooper & Schindler, 2014).
Tabel 3.1. Metode sampel probabilitas Metode sampel probality Penjelasan
Simple random Simple Random sampling adalah metode pengambilan sampel yang mudah, metode ini hanya memberi peluang yang sama bagi
setiap elemen populasi untuk menjadi responden.
Systematic Metode systematic sering digunakan dalam jumlah populasi yang besar. Metode ini menggunakan interval sebagai pedoman untuk memilih sampel.
Stratified Startified sampel bertingkat
mengelompokan populasi sampel ke dalam beberapa ketegori atau strata dan menggunakan simpel random untuk setiap kategori.
Cluster Cluster sapmling juga membagi menjadi banyak kategori seperti stratified sampling, namun berbeda dengan stratified sampling, karakter dari setiap sampel adalah heterogen.
Double sampling Metode Double sampling menggunakan data dari penelitian sebelumnya dan kemudian memilih kembali data berdasarkan sebelumnya. .
Metode pengambilan sampel yang lain adalah metode pengambilan sampel non-probabilitas. Dalam metode non probabilitas responden dipilih secara subyektif. Ada tiga metode untuk melakukan pengambilan sampel non-probabilitas. Yang pertama adalah metode kenyamanan.
Dalam metode kenyamanan, peneliti mengambil sampel paling mudah saat ini (Cooper & Schindler, 2014). Metode kedua adalah metode purposive sampling (Sekaran & Bougie, 2010). Dalam metode purposive, sampel dipilih untuk memenuhi pertimbangan peneliti untuk mendapatkan hasil terbaik (Cooper & Schindler, 2014).
Pada penelitian ini menggunakan simple random sampling dengan menyebarkan kuesioner secara acak kepada para pelanggan Netflix di Indonesia. peneliti akan menentukan ukuran sampel dengan menggunakan rumus Green (1991) :
Sample size ≥ 50 + (8 x number of independent variables)
Green (1991) mengemukakan bahwa sampel minimum dalam analisis dapat ditentukan berdasarkan jumlah variabel independen. Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel independen maka dari itu berdasarkan rumus Green, peneliti membutuhkan minimal 74 sampel dengan perhitungan sebagi berikut :
50 + (8 x 3) = 74 responden
Pada penelitian ini responden diambil dengan menggunakan metode simple random sampling dengan syarat responden telah menonton berita mengenai “KPI Awasi Media Baru”. Peneliti mencari responden dengan cara menyebarkan kuesioner online.
3.6 Jenis dan Sumber data
Menurut Zikmund (2003) ada 4 macam jenis skala pengukuran yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio.
• Skala Nominal
Skala nominal secara sedehana memberi label pada objek dalam beberapa kategori atau klasifikasi menggunakan angka atau huruf
• Skala Ordinal
Skala Ordinal hampir sama dengan skala nominal tetapi ada perbedaan peringkat antara tiap kategori atau klasifikasi tetapi, tidak terdapat jarak atau interval antar kategori.
• Skala Interval
Skala interval mengukur inteval tiap kategori dan interval setiap kategori harus setara.
Sumber data pada penelitian ini dibagi menjadi dua :
a. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari tempat penelitian (dari sumbernya) dan diolah sendiri oleh lembaga yang bersangkutan untuk dimanfaatkan (Ruslan, 2003, p.138). data primer diperoleh langsung dari lapangan melalui penyebaran kuesioner kepada pelanggan Netflix Indonesia.
b. Data Sekunder adalah data penelitian yang didapat secara langsung melalui perantara atau menggunakan lambaga lain yang bukan pengolahnya, tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu (Ruslan, 2003: 138).
3.7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara dalam mengumpulkan data dari lapangan yang nantinya digeneralisasi dan dianalisis.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara observasi, penyebaran kuesioner, dan pengumpulan data-data sekunder (Rakhmat 2001, p. 96).
Dalam penelitian ini pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan kuisioner. Kuesioner merupakan serangkaian pertanyaan yang diserahkan pada responden guna diisi. Kuesioner sendiri memiliki pengertian sebagai pengumpulan data penelitian pada kondisi tertentu yang kemungkinannya tidak memerlukan kehadiran peneliti ( Silalahi, 2003, p. 81).
Data yang dikumpulkan melalui kuesioner akan dikelola dan diproses secara statistik menggunakan teknik regresi linier sederhana dengan terlebih dahulu memeriksa kelayakan data dengan menggunakan uji asumsi klasik. Tujuan dari uji asumsi klasik adalah memastikan data yang dikumpulkan layak untuk diproses lebih lanjut karena data yang tidak benar akan mengarah pada hasil yang dapat dipercaya (Cooper&Schindler, 2014). Uji asumsi klasik terdapat empat tes individu yaitu Uji Multikolonieritas, Uji Autokorelasi, Uji Heteroskedastisitas,
dan Uji Normalitas (Ghozali,2007). Dalam uji asumsi klasik penguji menggunakan Uji Multikolonieritas dan Uji Autokorelasi.
• Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas digunakan untuk mengetahui adanya korelasi dari masing-masing variabel independent. Model regresi yang baik seharusnya tidak memiliki korelasi antara masing- masing variabel independent (Ghozali, 2007).
Salah satu cara untuk melakukan tes ini adalah dengan mengidentifikasi nilai VIF (Variance inflating factor). Apabila VIF lebih dari 10, maka ada kemungkinakan terjadi multikolonieritas (Ghozali, 2007).
• Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan agar dapat memastikan bahwa tidak terjadi korelasi antara residu pada periode saat ini dan residu dari periode sebelumnya (Ghozali, 2007). Untuk melakukan uji autokorelasi, peneliti akan menggunakan uji Durbin-Watson.
Hipotesis uji Durbin-Watson adalah:
Ho: Tidak ada autokorelasi H1: Ada autokorelasi
Hasil uji Durbin-Watson akan dibandingkan dengan nilai dalam tabel Durbin-Watson (Ghozali, 2007). Nilai yang berbeda dari tes Durbin-Watson dan tabel Durbin-Watson akan menunjukan apakah autokorelasi ada atu tidak.
3.8. Teknik Analisis data
Dalam menganalisis data dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah :
A. Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukan sejauh mana instrumen pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Untuk melakukan uji validitas, metode yang kita lakukan adalah dengan mengukur korelasi antara butir- butir pertanyaan dengan score pertanyaan secara keseluruhan. Tahap-tahap yang harus dilakukan untuk melakukan pengujian validitas adalah:
1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur.
Jadi untuk menguji validitas suatu konsep, tahap awal yang harus dilakukan adalah menjabarkan konsep dalam suatu definisi operasional.
2. Melakukan uji coba pada beberapa responden. Uji coba minimal dilakukan terhadap 30 orang.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4. Menghitung nilai korelasi antara masing-masing score butir jawaban dengan total dari butir jawaban (Santosa dan Ashari, 2005, p. 247-248)
Langkah analisisnya dengan menggunakan software SPSS dengan mengukur korelasi antara butir-butir pertanyaan dengan skor pertanyaan secara keseluruhan.
B. Uji Reliabilitas
Apabila suatu saat alat pengukruan telah dinyatakan valid, maka tahap berikutnya adalah mengukur reliabilitas dari alat. Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukan konsisstensi dari alat ukur dalam mengukur gejala yang sama di lain kesempatan. Dalam penelitian ini reliabilitas dilakukan dengan teknik One Shot. Pada teknik ini hanya pada satu waktu, kemudian dilakuakn perbandingan dengan pertanyaan yang lain atau dengan pengukuran korelasi antar jawaban. Pada program SPSS, metode ini dilakukan metode Cronbach Alpha, dimana suatu kuisioner dikatakan reliable jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari r tabel. (Santosa dan Ashari, 2005, p. 251).
C. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk memberikan informasi kepada peneliti mengenai karakteristik variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel frekuensi dan tabulasi silang dengan menggunakan program SPSS.
D. Analisis regresi linear sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat. Formula yang digunakan adalah:
Y = a + bX Di mana:
Y = Kecemasan
X = Pemberitaan lumpur Lapindo di surat kabar a = Konstanta
b = koefisien regresi (Sugiyono, 2002, p.216).
Nilai a dan b dapat diketahui melalui formula sebagai berikut:
b = 𝑛(∑𝑋𝑌)−(∑𝑋)(∑𝑌)
𝑛 (∑𝑋2)−(∑𝑋)2
a = (∑𝑌)−𝑏 (∑𝑌) 𝑛
dimana: n = jumlah sampel
E. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji t. Uji t dilakukan untuk membuktikan bahwa variabel X secara parsial berpengaruh terhadap variabel
Y. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t dengan menggunakan rumus :
Thitung = 𝑟 √𝑛−2
√1−(𝑟2) (Sugiyono, 2002, p. 214) Ketentuan yang ditetapkan adalah :
Jika thitung > ttabel; α < 5% maka H, diterima.
Jika thitung < ttabel; α > 5% maka H, ditolak