• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAGI PEGAWAI TETAP

Studi Kasus Di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Yulius Donni Setiawan NIM : 112114030

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2015

(2)

i

EVALUASI PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAGI PEGAWAI TETAP

Studi Kasus Di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Yulius Donni Setiawan NIM : 112114030

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2015

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Hari kemarin telah berlalu. Hari esok belum datang.

Kita hanya memiliki hari ini. Mari kita mulai.”

-Ibu Teresa-

“Hiduplah seolah-olah anda ingin mati besok.

Belajarlah seolah-olah anda ingin hidup selamanya.”

-Mahatma Gandhi-

(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

EVALUASI PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAGI PEGAWAI TETAP

Studi Kasus Di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman

dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 26 Agustus 2015 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,

Yulius Donni Setiawan

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yulius Donni Setiawan Nomor Mahasiswa : 112114030

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

EVALUASI PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAGI PEGAWAI TETAP

Studi Kasus Di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 31 Agustus 2015 Yang menyatakan

(Yulius Donni Setiawan)

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, atas semua rahmat dan karunia-Nya.

2. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph. D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memeberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

3. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

5. M. Trisnawati Rahayu, S.E., M.Si., Akt., QIA. selaku Pembimbing Akademik.

6. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, M.M., Ak. selaku Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Edi Suryono dan Bapak Dwi Nugroho selaku pegawai DPKAD Kabupaten Sleman yang telah membantu penulis dengan mencarikan data yang dibutuhkan.

8. Bapak A. Joko Karyono selaku Bapak dari penulis dan keluarga Budhe yang banyak mendorong, memberikan semangat, dan mendoakan penulis hingga skripsi ini dapat selesai.

9. Maria Kartika Pipit Wisnu Wardani yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis.

10. Teman-teman Akuntansi A angkatan 2011 yang berjuang bersama.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 31 Agustus 2015

Yulius Donni Setiawan

(9)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... viii

HALAMAN DAFTAR TABEL ... x

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRAK ... ... xii

ABSTRACT... ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Batasan Masalah ... 2

D. Tujuan Penelitian... 3

E. Manfaat Penelitian... 3

F. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Pajak ... 6

1. Pengertian Pajak ... 6

2. Fungsi Pajak ... 6

3. Sistem Pemungutan Pajak ... 7

4. Tarif Pajak ... 7

5. Wajib Pajak ... 8

B. Pajak Penghasilan ... 9

1. Pengertian Pajak Penghasilan ... 9

2. Subjek Pajak Penghasilan ... 9

3. Tidak Termasuk Subjek Pajak ... 12

4. Objek Pajak Penghasilan ... 13

5. Tidak Termasuk Objek Pajak ... 15

C. Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPH PASAL 21) ... 18

1. Pengertian PPh Pasal 21 ... 18

2. Pemotong PPh Pasal 21 ... 19

3. Pemotong PPh Pasal 21 yang Dikecualikan ... 20

4. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21... 21

5. Tidak Termasuk Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 ... 23

6. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 ... 24

7. Tidak Termasuk Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 ... 25

8. Biaya Jabatan ... 26

9. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 27

(10)

ix

10. Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 ... 28

11. Beberapa Pengertian dalam PPh Pasal 21 ... 29

D. Surat Setoran Pajak (SSP) ... 31

1. Pengertian dan Fungsi SSP ... 31

2. Batas Waktu Penyetoran SSP ... 31

E. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 32

1. Pengertian dan Fungsi SPT ... 32

2. Tata Cara Penyampaian SPT ... 33

3. Pengisian SPT ... 34

4. Batas Waktu Penyampaian SPT ... 35

BAB III METODE PENELITIAN... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Subjek Penelitian ... 36

C. Objek Penelitian ... 36

D. Tempat Penelitian ... 36

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 37

F. Data yang Diperlukan... 37

G. Teknik Pengumpulan Data ... 38

H. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV GAMBARAN UMUM DINAS PENGELOLAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SLEMAN ... 43

A. Sejarah Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) ... 43

B. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi ... 44

C. Susunan Organisasi ... 45

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Deskripsi Data ... 52

1. Data yang diperlukan ... 52

2. Pengambilan sampel... 53

B. Analisis Data ... 79

1. Mengevaluasi Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 80

2. Mengevaluasi Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 103

3. Mengevaluasi Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 108

C. Pembahasan ... 108

BAB VI PENUTUP... 113

A. Kesimpulan... 113

B. Keterbatasan Penelitian ... 114

C. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 117

LAMPIRAN... ... 119

(11)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel II.1 Tarif Pajak bagi Wajib Pajak Orang Rribadi Dalam Negeri...28 Tabel II.2 Tarif Pemotongan Pajak atas Penghasilan Kena Pajak...29 Tabel V.1 Daftar Sampel Pegawai Negeri Sipil Dinas Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Sleman

Tahun 2014...54 Tabel V.2 Data Hasil Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Oleh

DPKAD Kabupaten Sleman Tahun 2014...62 Tabel V.3 Waktu dan Tempat Penyetoran SSP Oleh DPKAD Kabupaten

Sleman...79 Tabel V.4 Data Hasil Penghitungan PPh Pasal 21 Menurut Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 ...82 Tabel V.5 Data Perbandingan Hasil Penghitungan Pemotongan PPh

Pasal 21...98 Tabel V.6 Petunjuk Pengisian Surat Setoran Pajak...103 Tabel V.7 Pengisian Surat Setoran Pajak Oleh DPKAD Kabupaten

Sleman...105 Tabel V.8 Waktu dan Tempat Penyetoran SSP Oleh DPKAD Kabupaten

Sleman...106

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar IV.1 Bagan Struktur Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2014...51

(13)

xii ABSTRAK

EVALUASI PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAGI PEGAWAI TETAP

Studi Kasus Di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman

Yulius Donni Setiawan 112114030

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) bagi pegawai tetap di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Sleman telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.

Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan wawancara dan dokumentasi. Teknik pengumpulan sampel dengan purposive sampling. Teknik analisis data pada penelitian ini dengan cara membandingkan dan mengevaluasi penghitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 terhadap Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.

Kesimpulan yang diperoleh adalah: (1) penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 belum sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 31/PJ/2012 dan (2) penyetoran PPh Pasal 21 telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.

Kata Kunci: Penghitungan, Penyetoran, Pelaporan, PPh Pasal 21

(14)

xiii ABSTRACT

EVALUATION OF CALCULATING, DEPOSITING, AND REPORTING OF INCOME TAX ARTICLE 21 FOR PERMANENT EMPLOYEES A Case Study at The Department of Finance Management and Regional

Asset of Sleman Regency Yulius Donni Setiawan

112114030

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

This research aims to determine whether calculating, depositing, and reporting of Income Tax Article 21 for employees in the Department of Finance Management and Regional Asset of Sleman Regency, were applied based on the Regulation of General Directorate of Taxation, Number PER-31/PJ/2012.

Type of this research is a case study. Data was collected through interviews and documentations. The sample method is purposive sampling. The method of analysis being used in this research was comparing and evaluating of calculating, depositing, and reporting of Income Tax Article 21 based on the Regulation of General Directorate of Taxation, Number PER-31/PJ/2012.

This research concluded that (1) the calculating and reporting of Income Tax Article 21 was not accordance with the Regulation of General Directorate of Taxation, Number PER-31/PJ/2012 and (2) the depositing of Income Tax Article 21 was accordance with the Regulation of General Directorate of Taxation, Number PER-31/PJ/2012.

Keywords: Calculating, Depositing, Reporting, Income Tax of Article 21

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pegawai merupakan suatu aset bagi perusahaan karena pegawai merupakan salah satu pendukung perusahaan untuk dapat mencapai laba perusahaan. Pegawai dan perusahaan memiliki relasi dan timbal balik, pegawai memberikan jasanya kepada perusahaan dalam bekerja sesuai dengan keahlian dan kemampuan sedangkan perusahaan memberikan hak kepada pegawai yaitu memberikan gaji. Tidak luput dari itu pegawai dan perusahaan harus membayar pajak kepada negara, salah satunya Pajak Penghasilan Pasal 21 sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan timbal baliknya negara juga akan melakukan pembangunan yang merata.

Penulis melakukan penelitian ini di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Sleman. DPKAD Kabupaten Sleman merupakan Dinas yang menangani Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi seluruh pegawai yang bekerja di lingkup Pemerintahan Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilakukan di DPKAD Kabupaten Sleman karena lebih efisien dalam pengambilan data terkait dengan Pajak Penghasilan Pasal 21.

Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang harus disetorkan ke kas Negara dan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 harus menggunakan dokumen yang diperlukan untuk diserahkan ke kantor pajak. Dalam penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap terdapat

(16)

mekanisme yang harus dipatuhi. Perlu adanya pembahasan yang menunjukkan mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap yang selama ini terjadi apakah telah sesuai dengan dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012, sehingga perlu adanya penelitian mengenai kesesuaian penghitungan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak panghasilan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah:

1. Apakah penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai tetap di DPKAD Kabupaten Sleman telah tepat dan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012?

2. Apakah penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai tetap di DPKAD Kabupaten Sleman telah tepat dan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012?

3. Apakah pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai tetap di DPKAD Kabupaten Sleman telah tepat dan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan hanya pada tahun 2014 dikarenakan peneliti ingin melakukan penelitian

(17)

dengan data yang terbaru. Pada saat pra survei (wawancara), peneliti hanya diperbolehkan mendapat data secara tahunan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai tetap di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman.

2. Mengetahui apakah penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai tetap di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman telah tepat dan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan tambahan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas dalam bidang perpajakan.

2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang perpajakan.

(18)

3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya tentang Pajak Penghasilan Pasal 21.

F. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan teori-teori yang akan digunakan untuk mendukung proses penelitian. Sehingga, teori-teori yang relevan yang ditulis dan dibahas secara rinci pada bab ini.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi uraian mengenai jenis penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, tempat penelitian, teknik pengambilan sampel, data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Objek Penelitian

Bab ini menjelaskan secara garis besar objek yang diteliti, seperti sejarah singkat organisasi, tugas pokok dan fungsi organisasi, dan susunan organisasi.

(19)

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi deskripsi data, analisis data, dan pembahasan.

Bab VI Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis data, keterbatasan penelitian, dan saran.

(20)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pajak

1. Pengertian Pajak

Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat (1):

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.”

2. Fungsi Pajak

Fungsi pajak yang sebagaimana telah dijelaskan dalam pengertian pajak di atas, dapat diketahui bahwa:

a. Fungsi penerimaan (budgeter)

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi mengatur (reguler)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

(21)

3. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak di Indonesia terbagi menjadi tiga sistem pemungutan yaitu:

a. Official assessment system

Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

b. Self assessment system

Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

c. Withholding system

Withholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk menetukan besarnya pajak yang yang terutang oleh Wajib Pajak.

4. Tarif Pajak

Tarif pajak adalah besarnya nilai yang digunakan untuk menentukan pajak terutang yang harus dibayar oleh Wajib Pajak kepada Negara sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Struktur tarif yang berhubungan dengan pola persentase tarif pajak dikenal dengan empat macam tarif, yaitu:

a. Tarif proporsional (a proportional tax rate structure) yaitu tarif pajak yang persentasenya tetap meskipun terjadi perubahan dasar pengenaan

(22)

pajak. Contoh: dikenakan Pajak Pertambahan Nilai 10% atas penyerahan Barang Kena Pajak.

b. Tarif progresif (a progresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan semakin naik sebanding dengan naiknya dasar pengenaan pajak.

Contoh: tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Wajib Pajak orang pribadi.

c. Tarif degresif (a degresive tax rate structure) yaitu kenaikan persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.

d. Tarif regresif atau tetap (a regresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan selalu tetap sesuai peraturan yang telah ditetapkan.

Contoh: tarif Bea Materai.

5. Wajib Pajak

Wajib Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat (2):

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

(23)

B. Pajak Penghasilan

1. Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan dapat didefinisikan suatu pungutan resmi yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Penghasilan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan pada Pasal 4 ayat (1):

“Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.”

2. Subjek Pajak Penghasilan

Subjek pajak penghasilan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 2 adalah:

a. Orang pribadi.

Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.

Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

(24)

c. Badan.

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

d. Bentuk usaha tetap.

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

e. Subjek pajak dalam negeri adalah:

1) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

(25)

2) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

a) Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan.

b) Pembiayaannya bersumber dari APBN dan APBD.

c) Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

d) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

e) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

f. Subjek pajak luar negeri adalah:

1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

2) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

(26)

Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

3. Tidak Termasuk Subjek Pajak

Tidak termasuk dalam subjek pajak penghasilan menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 3 adalah:

a. Kantor perwakilan negara asing.

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat- pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama- sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:

1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.

2) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

(27)

4. Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak penghasilan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 adalah:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.

c. Laba usaha.

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

2) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya.

3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun.

4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau

(28)

orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.

5) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

n. Premi asuransi.

(29)

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

s. Surplus Bank Indonesia.

5. Tidak Termasuk Objek Pajak

Tidak termasuk dalam objek pajak penghasilan menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 yang adalah:

a. 1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,

(30)

badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

b. Warisan.

c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit).

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.

f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.

2) Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham

(31)

pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

j. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

1) Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

2) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

k. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

(32)

l. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

m. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

C. Pajak Penghasilan Pasal 21 1. Pengertian PPh Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi pada Pasal 1 ayat (2):

“Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan.”

(33)

2. Pemotong PPh Pasal 21

Pemotong PPh Pasal 21 berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012 Pasal 2 adalah:

a. Pemberi kerja yang terdiri dari:

1) Orang pribadi dan badan.

2) Cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan, atau unit tersebut.

b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga- lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

c. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.

d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar:

1) Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi

(34)

dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.

2) Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri.

3) Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan pelatihan, serta pegawai magang.

e. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.

3. Pemotong PPh Pasal 21 yang Dikecualikan

Pemotong PPh Pasal 21 yang dikecualikan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012 Pasal 2 adalah:

a. Kantor perwakilan negara asing.

b. Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

c. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi

(35)

untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

4. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012 Pasal 3 adalah orang pribadi yang merupakan:

a. Pegawai.

b. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.

c. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi:

1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat pelukis, dan seniman lainnya.

3) Olahragawan.

4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.

5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah.

(36)

6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.

7) Agen iklan.

8) Pengawas atau pengelola proyek.

9) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara.

10) Petugas penjaja barang dagangan.

11) Petugas dinas luar asuransi.

12) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.

d. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.

e. Mantan pegawai.

f. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:

1) Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.

2) Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja.

(37)

3) Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu.

4) Peserta pendidikan dan pelatihan.

5) Peserta kegiatan lainnya.

5. Tidak Termasuk Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Tidak termasuk penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012 Pasal 4 adalah:

a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

b. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

(38)

6. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012 Pasal 5 adalah:

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur.

b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.

c. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja.

d. Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.

e. Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan jasa yang dilakukan.

f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

g. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau

(39)

dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.

h. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai.

i. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

7. Tidak Termasuk Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER- 31/PJ/2012 Pasal 8 adalah:

a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2).

c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.

(40)

d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.

e. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf I Undang-Undang Pajak Penghasilan.

8. Biaya Jabatan

Biaya jabatan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor:

250/PMK.03/2008 pada Pasal 1 yaitu besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi pegawai tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun atau Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan.

(41)

9. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak pada Pasal 1 adalah sebagai berikut:

a. Rp24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.

b. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.

c. Rp24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir, dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008.

d. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi karyawati dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012 Pasal 11 memiliki ketentuan sebagai berikut:

a. Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri.

(42)

b. Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

Karyawati kawin dapat menunjukkan keterangan tertulis dari Pemerintah Daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

10. Tarif Pemotongan PPh Pasal 21

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, tarif pemotongan pajak dapat disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel II.1 Tarif Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

5%

(lima persen) di atas Rp50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

15%

(lima belas persen)

di atas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

25%

(dua puluh lima persen)

di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

30%

(tiga puluh persen)

Sumber: Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

(43)

Berdasar Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER- 31/PJ/2012 pada Pasal 14, tarif pemotongan pajak yang berlaku adalah sebagai berikut:

Tabel II.2 Tarif Pemotongan Pajak atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) Penerima Penghasilan Penghitungan PKP

Pegawai Tetap Penghasilan bruto dikurangi dengan biaya jabatan, iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua, dan dikurangi PTKP Penerima Pensiun berkala

yang dibayarkan secara bulanan

Penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun dan dikurangi PTKP Pegawai Tidak Tetap atau

Tenaga Kerja Lepas yang dibayarkan secara bulanan

Penghasilan bruto dikurangi dengan PTKP yang diterima atau diperoleh untuk jumlah yang disetahunkan.

Sumber: PER-31/PJ/2012

Dikecualikan bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 yang tidak memiliki NPWP, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang memiliki NPWP. Artinya jumlah PPh pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar 120% dari jumlah PPh pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki NPWP.

Pemotongan PPh Pasal 21 seperti ini hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final.

11. Beberapa Pengertian dalam PPh Pasal 21

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal

(44)

26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi pada Pasal 1:

a. Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri.

b. Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.

c. Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.

d. Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan secara harian.

(45)

e. Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan secara mingguan.

f. Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan.

g. Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.

D. Surat Setoran Pajak

1. Pengertian dan Fungsi SSP

Surat Setoran Pajak (SSP) menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pada Pasal 1:

“Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.”

SSP berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pada Pasal 10 ayat (1a) berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh Pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

2. Batas Waktu Penyetoran SSP

Batas waktu penyetoran SSP menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 80/PMK.03/2010 Pasal 2 diatur tentang batas waktu pembayaran

(46)

atau penyetoran pajak adalah PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Apabila Wajib Pajak membayar atau menyetor PPh Pasal 21 setelah tanggal jatuh tempo, maka dapat dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (persen) per bulan yang dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian SPT sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

E. Surat Pemberitahuan

1. Pengertian dan Fungsi SPT

Surat Pemberitahuan (SPT) menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pada Pasal 1:

“Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pada Penjelasan Pasal 3 ayat (1), fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

(47)

b. Penghasiian yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak.

c. Harta dan kewajiban.

d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

2. Tata Cara Penyampaian SPT

Tata Cara Penyampaian SPT berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-14/PJ/2013 tentang Bentuk, Isi, Tata Cara Pengisisan dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 pada Pasal 6, SPT Masa PPh Pasal 21 dapat disampaikan oleh Pemotong dengan cara:

a. Langsung ke KPP atau KP2KP.

b. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat ke KPP.

c. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat ke KPP.

d. E-Filing yang tata cara penyampaiannya diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(48)

SPT Masa PPh Pasal 21 yang disampaikan oleh Pemotong meliputi SPT Masa PPh Pasal 21 yang berbentuk:

a. Formulir kertas (hard copy).

b. E-SPT yang disampaikan dalam media elektronik.

3. Pengisian SPT

Pengisian Surat Pemberitahuan adalah mengisi formulir Surat Pemberitahuan, dalam bentuk kertas dan/atau dalam bentuk elektronik, dengan benar, lengkap, dan jelas sesuai dengan petunjuk pengisian yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sementara itu yang dimaksud dengan benar, lengkap, dan jelas dalam mengisi Surat Pemberitahuan adalah:

a. Benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

b. Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan.

c. Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan.

SPT yang telah diisi dengan benar, lengkap, dan jelas tersebut wajib disampaikan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

(49)

4. Batas Waktu Penyampaian SPT

Batas waktu penyampaian SPT berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pada Pasal 3 ayat (3) adalah:

a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak.

b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

SPT yang dilaporkan setelah tanggal jatuh tempo, maka dapat dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp100.000,00.

(50)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, penelitian yang dilakukan terhadap suatu perusahaan/instansi. Penelitian ini dilakukan terhadap objek tertentu disertai dengan pengumpulan data selama periode tertentu, kemudian data tersebut dievaluasi sehingga dapat memberikan kesimpulan yang cukup jelas atas objek yang diteliti.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pegawai tetap Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai tetap Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman.

D. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman, yang terletak di Jalan Parasamya Beran Tridadi Sleman, Yogyakarta 55511.

(51)

E. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel merupakan sebagian untuk diambil dari keseluruhan subjek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling atau sampel bertujuan. Pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan kriteria tertentu dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang dikehendaki oleh penulis. Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah:

1. PNS yang bekerja pada 1 (satu) tahun penuh baik itu berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.

2. PNS yang mulai bekerja ditengah tahun berjalan baik itu berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.

3. PNS yang berhenti bekerja pada tahun berjalan baik itu berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.

4. PNS yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

5. PNS dengan penghasilan netonya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

F. Data yang Diperlukan

1. Gambaran umum Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman.

2. Data diri pegawai tetap.

3. Data penghasilan pegawai tetap.

4. Data hasil penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21.

(52)

5. Data berupa bukti penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21.

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara, yaitu tanya jawab secara langsung kepada pihak instansi pemerintahan yang menangani pajak penghasilan pegawai dalam memperoleh data yang diperlukan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan dokumen-dokumen seperti gaji pegawai tetap, penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap menurut perusahaan, serta penyetoran dan pelaporan.

H. Teknik Analisis Data

1. Evaluasi penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

a. Melakukan penghitungan kembali PPh Pasal 21 sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.

Formula sesuai dengan Peraturan Perpajakan bagi Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai berikut:

Gaji pokok xxx

Tunjangan istri xxx

Tunjangan anak xxx

(53)

Tunjangan jabatan xxx

Tunjangan beras xxx +

Jumlah penghasilan bruto xxx

Pengurangan:

Biaya jabatan xxx

Iuran pensiun xxx +

Jumlah pengurang xxx -

Jumlah penghasilan neto xxx

Jumlah penghasilan neto disetahunkan xxx Pengurangan:

Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) xxx -

Penghasilan kena pajak (PKP) xxx

PPh Pasal 21 terutang setahun:

5% x PKP xxx

15% x PKP xxx

25% x PKP xxx

30% x PKP xxx +

Jumlah PPh Pasal 21 terutang setahun xxx

b. Melakukan perbandingan hasil penghitungan pemotongan PPh Pasal 21 oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman dengan hasil penghitungan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.

(54)

c. Menarik kesimpulan dari hasil perbandingan penghitungan pemotongan PPh Pasal 21 dengan langkah sebagai berikut:

1) Apakah sudah tepat atau belum pada penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21, yaitu pada penghitungan penghasilan bruto, penghasilan neto, penghasilan tidak kena pajak, penghasilan kena pajak, dan penghasilan pajak terutangnya.

2) Apakah sudah sesuai atau belum pada penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21, yaitu sesuai pada item-item pemotongannya antara lain, pengurang penghasilan bruto seperti biaya jabatan dan iuran pensiun; jumlah PTKP; dan tarif pemotongan pajak.

2. Evaluasi penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 a. Mengevaluasi pengisian Surat Setoran Pajak.

b. Mengevaluasi tempat dan waktu pembayaran pajak.

c. Melakukan perbandingan antara penyetoran PPh Pasal 21 yang dilakukan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman dengan penyetoran PPh Pasal 21 menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.

d. Menarik kesimpulan dari hasil perbandingan penyetoran PPh Pasal 21 dengan langkah sebagai berikut:

1) Apakah penyetoran pajak sudah tepat atau belum, penyetoran pajak dikatakan tepat jika, tepat dalam pengisian Surat Setoran Pajak dan tepat dalam penulisan Surat Setoran Pajak.

(55)

2) Apakah penyetoran pajak sudah sesuai atau belum, penyetoran pajak dikatakan sesuai jika:

a) Wajib Pajak menggunakan SSP untuk melakukan penyetoran pajak.

b) Pengisian SSP benar, lengkap, dan jelas.

c) Penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau Bank yang telah ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

d) Penyetoran pajak tidak lebih dari tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.

3. Evaluasi pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 a. Mengevaluasi pengisian Surat Pemberitahuan.

b. Mengevaluasi tempat dan waktu penyampaian Surat Pemberitahuan.

c. Melakukan perbandingan antara pelaporan PPh Pasal 21 yang dilakukan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman dengan pelaporan PPh Pasal 21 menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.

d. Menarik kesimpulan dari hasil perbandingan pelaporan PPh Pasal 21 dengan langkah sebagai berikut:

1) Apakah pelaporan pajak sudah tepat atau belum, pelaporan pajak dikatakan tepat jika, tepat dalam pengisian Surat Pemberitahuan dan tepat dalam penulisan Surat Pemberitahuan.

(56)

2) Apakah pelaporan pajak sudah sesuai atau belum, pelaporan pajak dikatakan sesuai jika:

a) Wajib Pajak menggunakan SPT untuk melaporkan pemungutan pajak.

b) Pengisian SPT benar, lengkap, dan jelas.

c) Pelaporan pajak disampaikan ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

d) Pelaporan pajak tidak lebih dari tanggal 20 (duapuluh) bulan takwin berikutnya atau tidak

(57)

43 BAB IV

GAMBARAN UMUM

DINAS PENGELOLAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SLEMAN

A. Sejarah Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD)

Mengurai sejarah Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman tentunya harus melakukan kilas balik yang cukup panjang.

Proses kelahiran DPKAD tidak dapat dilepaskan dari beberapa kali perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman tentang Organisasi Perangkat Daerah dari masa ke masa.

Dimulai dari unifikasi Bagian Keuangan, Bagian Perlengkapan, dan Dinas Pendapatam menjadi Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (BPKKD) Kabupaten Sleman. BPKKD dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2000 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintahan Kabupaten Sleman dan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Perubahan Pertama Perda Nomor 12 Tahun 2000.

Seiring perkembangan kebutuhan, potensi, cakupan tugas, jumlah penduduk, kemampuan keuangan daerah, sarana prasarana daerah, dan tuntutan peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Pemerintah Kabupaten Sleman mengeluarkan aturan baru tentang organisasi perangkat daerah maka terbitlah Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tentang

(58)

Organisasi Perangkat Daerah. Salah satu perubahan yang terjadi adalah perubahan Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah menjadi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD). Singkat kata terjadi perubahan kelembagaan dari badan menjadi dinas.

Dinamika perkembangan dari para pemangku kepentingan (stakeholder) pengelolaan keuangan dan kekayaan Kabupaten Sleman rupanya belum berhenti. Pada tahun 2011, masih dengan alasan yang sama, yaitu perkembangan kebutuhan, potensi, cakupan tugas, jumlah penduduk, kemampuan keuangan daerah, dan sarana prasarana daerah. Pemerintah Kabupaten Sleman mengeluarkan aturan baru tentang organisasi perangkat daerah maka terbitlah Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Perda Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Perubahan signifikan menandai terbitnya aturan ini yaitu lahirnya Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) dan Dinas Pendapatan Daerah. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) secara resmi dan efektif mulai menjalankan semua program dan kegiatannya pada awal tahun 2012.

B. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi 1. Tugas Pokok

Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pengelolaan keuangan dan aset daerah.

(59)

2. Fungsi Organisasi

Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis bidang pengelolaan keuangan dan aset daerah.

b. Pelaksanaan tugas bidang pengelolaan keuangan dan aset daerah.

c. Penyelenggaraan pelayanan bidang pengelolaan keuangan dan aset daerah.

d. Pembinaan pengelolaan keuangan dan aset daerah.

e. Pengoordinasian pengelolaan keuangan dan aset daerah

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

C. Susunan Organisasi

Susunan Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas 2. Sekretariat

a. Tugas

Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan urusan umum, kepegawaian, keuangan, perencanaan, evaluasi, dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas satuan organisasi.

Gambar

Tabel II.1   Tarif Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri  Lapisan Penghasilan Kena Pajak  Tarif Pajak
Tabel II.2   Tarif Pemotongan Pajak atas Penghasilan Kena Pajak (PKP)  Penerima Penghasilan  Penghitungan PKP
Gambar IV.1 Bagan Struktur Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2014
Tabel V.1   Daftar Sampel Pegawai Negeri Sipil Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Sleman Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hubungan itu, temuan lapangan yang dilaporkan Gerakan Anti Pemiskinan Rakyat Indonesia (GAPRI) menunjukkan bahwa justru fakta akan proses pemiskinan dan

Nilai soft skill yang diharapkan adalah mahasiswa dapat bekerjasama, bertanggung jawab, berani mengemukakan pendapat dan bertanya, menghargai pendapat orang lain,

Para manajer unit usaha lebih terdorong untuk menyewa daripada memiliki aset ketika beban bunga atas biaya sewa lebih kecil daripada beban modal yang diterapkan pada basis

kegiatan pertambangan pasir besi yang berada di Pantai Wonogoro Desa Tumpakrejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang Jawa Timur sangat merugikan negara dan

1) Susun tujuan untuk kampanye sosial yang akan dilakukan bukan tujuan organisasi secara keseluruhan, atau dampak lanjutan dari kampanye tersebut.. 2) Susun tujuan secara

“ STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SUBJECTIVE WELLBEING PADA LANSIA PENDERITA PENYAKIT KRONIS YANG MENGIKUTI PROLANIS DI PUSKESMAS ‘X’ KOTA BANDUNG “. Universitas Kristen

Menurut Sutrisno Hadi, metode interview adalah metode untuk mengumpulkan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan

Contohnya adalah Techniche Hoogeschool atau yang saat ini disebut Institut Teknologi Bandung (ITB) merupakan tempat dimana Ir.Soekarno menimba ilmu dan mendapatkan gelarnya.