Pokok-Pokok Bahasan AQIDAH | 1
IMAN KEPADA ALLAH
man secara bahasa berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-imanan, yang dapat berarti percaya, setia, aman, melindungi, dan menempatkan (sesuatu) pada tempat aman.1 Iman kepada Allah dalam arti bahasa berarti percaya adanya Allah sebagai Tuhan yang jika setia bersama Allah, akan mendapatkan keamanan, perlindungan dan ketenteraman karena dengan iman kepada Allah berarti kita sudah menambatkan diri kepada tempat yang aman.
Iman secara istilah, maknawi atau terminologis merupakan percaya dengan yakin akan keberadaan Allah, Malaikat Allah, Kitab-kitab–Nya, para Rasul–Nya, hari akhirat, hingga qadha dan qadar yang telah terangkum dalam rukun iman. Dalam Himpunan Tarjih Muhammadiyah (HPT) Iman kepada Allah didefinisikan sebagai wajib kita percaya akan Allah Tuhan kita (Taghabun: 8). Dialah Tuhan yang sebenarnya, yang menciptakan segala sesuatu dan Dialah yang pasti adanya (Yunus:
32).Dialah yang pertama tanpa permulaan dan yang akhir tanpa
1 Ensiklopedi Islam, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. Ketiga, 1994, hal.208
HAL-HAL YANG DITERANGKAN:
❖ Pengertian Iman Kepada Allah
❖ Iman dan Tauhid
❖ Makna dan Hakikat Kalimat Syahadat
❖ Tauhid Vs Syirik
❖ Pembagian Syirik
❖ Karakteristik Pribadi Vs Karakteristik Pribadi Yang Syirik
❖ Kedudukan Akal dalam Iman Kepada Allah
▸ Baca selengkapnya: marilah bersama sama kita identifikasi hal hal yang telah mantap
(2)Pokok-Pokok Bahasan AQIDAH | 2 penghabisan (Hadid: 3; Rahman: 26-27). Tiada sesuatu yang menyamai- Nya (Syura: 11). Yang Esa tentang ketuhanan-Nya (Ikhlas: 1-4; Naml: 60).
Yang hidup dan pasti ada dan mengadakan segala yang ada (Baqarah:
255). Yang mendengar dan yang melihat (Syura: 11). Dan Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu (Mulk: 1). Apabila ia menghendaki sesuatu Ia firmankan: “Jadilah”! maka jadilah sesuatu itu (Nahl: 40). Dan dia mengetahui segala sifat kesempurnaan (Baqarah: 29; A’raf: 89; Nahl: 91) Yang suci dari sifat mustahil dan segala kekurangan (Mukminun: 91).
Dialah yang menjadikan sesuatu menurut kemauan dan kehendakNya (Qashash: 68). Segala sesuatu ada ditangan-Nya dan kepada-Nya akan kembali (Rum: 4).
Pengertian iman kepada Allah yang bermakna percaya dengan yakin, sangat menarik untuk ditelaah. Percaya dan Yakin harus kita bedakan, percaya yaitu bila sesuatu sesuai dengan logika kita, maka kita dapat mempercayainya. Contoh yang ekstrim adalah bila seseorang yang tinggal dipesisir pantai berkata bahwa ia tidak bisa berenang, biasanya kita cenderung tidak percaya karena tidak sesuai dengan logika kita.
Namun bila orang tersebut kita ajak kekolam renang dan kita ceburkan kekolam renang lalu alhasil yang bersangkutan hampir tewas karena tenggelam, maka kita menjadi yakin bahwa memang dia tidak bisa berenang. Membuktikan perbedaan percaya, yakin dan iman, sangat sederhana. “apakah Anda percaya sama orang tua?”. Jawabannya ya.
Apakah Anda yakin dengan -katakanlah – kata, pikiran dan pandangan orang tua selalu benar? Jawabannya mungkin ‘ya’,mungkin ‘tidak’ (anda ragu). Namun jika ditanyakan, “apakah anda beriman kepada orang tua.”
Jawabannya pasti, ‘tidak’. Percaya hanya sebatas percaya atau hanya tahu saja tidak bisa dikatakan iman.
Ilmu pengetahuan yang menghasilkan kepercayaan adalah pengetahuan yang terbukti kebenarannya, karena tidak semua pengetahuan itu terbukti. Kepercayaan dari hasil pengetahuan, juga bisa berasal dari kepercayaan orang yang kita percayai. Misalnya, kita percaya Tuhan, karena orangtua yang kita percayai juga percaya Tuhan. Dari kepercayaan itu maka akan timbul keyakinan, letak sebuah kepercayaan hanya sekedar dari apa yang disaksikan oleh panca indera dan pemikiran.
Pokok-Pokok Bahasan AQIDAH | 3 Sedangkan keyakinan bukan hanya sekedar ada di dalam pikiran saja melainkan sudah melekat kedalam hatinya. Keyakinan adalah keteguhan hati terhadap apa yang kita percayai.
Step terakhir adalah iman. Inilah posisi terakhir yang tentu letaknya di atas dari keyakinan. Iman kepada Allah adalah keyakinan teguh terhadap Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan nilainya melebihi dari apapun, maka nilai keyakinannya lebih mahal dari diri orang yang kurang atau tidak memiliki keyakinan terhadap Allah sebagai satu-satunya Tuhan.
Itulah sebabnya, orang yang beriman akan rela berkorban apapun, rela berkorban harta meski akan memiskinkan dirinya. Bahkan rela berkorban nyawa, meski mengancam dirinya.
Quraish Shihab juga membedakan orang yang beriman (orang yang percaya) dengan mukmin, dengan menganalogikan perbedaan antara ‘menyanyi’ dengan ‘penyanyi’. Kita semua pasti bisa menyanyi, tetapi belum tentu kita disebut penyanyi. Karena penyanyi adalah seseorang yang memiliki keterampilan olah suara (olah fokal) yang khusus, memahami nada dan irama, melantunkannya dengan penuh penghayatan (penjiwaan), serta menjadikan menyanyinya sebagai profesi.
Dan sebagaimana ragam profesi lain, penyanyi tentu memiliki sikap dan karakter, dan life style (gaya hidup) yang khas. Sangat mungkin kita adalah orang-orang yang beriman (orang-orang yang percaya), tetapi belum tentu kita layak disebut mukmin.
Ketika orang-orang Arab Badui (pedalaman) itu datang kepada Nabi di awal-awal keislaman mereka mengklaim diri mereka orang yang beriman. Akan tetapi Rasul menyangkal dan menyatakan bahwa mereka baru sebatas muslim saja. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla menjawab pernyataan mereka ini dengan firman-Nya:
ِتَلاَق اَّنَمآ ُباَرأع َ أ
لْا ۖ
ألُق أمَل اوُنِمأؤُت أنِكََٰلَو اوُلوُق اَنأمَلأس َ
أ اَّمَلَو ِلُخأدَي ُناَميِ لْا أ ِف
أمُكِبو ُلُق ۖ
أنوَإِ
اوُعيِطُت َ َّللّا ُ َ
لوُسَرَو
َ ل أمُكأتِلَي أنِم
أمُكِلاَمأع َ أ
اًئأي َش َّنِإ ۖ
َ َّللّا روُفَغ ِحَر مي
Orang-orang Arab badui itu berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah, “Kalian belum beriman, tapi katakanlah, ‘Kami telah berislam (tunduk)’, karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian, dan jika kalian taat kepada Allâh dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu. Sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Hujurat/49:14)
Pokok-Pokok Bahasan AQIDAH | 4 Dengan demikian, ketika kita bicara iman kepada Allah sesungguhnya iman yang dituntut bukanlah iman yang sekedar diterima dan dipercaya secara turun temurun (taqlid). Sebab iman yang hanya karena turut-turutan atau iman karena keturunan belumlah sampai pada kesempurnaan. Meskipun bagaimana teguhnya mereka memegang pokok agama, pegangan itu akan mudah lepas karena pertahannya tidak ada di dalam lubuk kesadaran jiwa itu sendiri. Iman atau kepercayaan dengan memperturuti kata orang belaka, adalah kepercayaan yang pasif. Inilah iman yang tidak menggerakkan atau menghidupkan hati, bahkan akan mengalami kebekuan dalam memahami agama.
IMAN DAN TAUHID
Ajaran tauhid adalah tema sentral aqidah dan iman, oleh sebab itu aqidah dan iman diidentikkan juga dengan istilah tauhid. Tauhid bermakna mengesakan Allah - Tauhidullah. Doktrin tauhid ini diawali dengan mengucapkan 2 kalimat syahadat yakni:
أ هش د ان لا لآ لا للّا - و أ هش د ان مح ع ادم دب ه لوسرو
“Aku bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah SWT. dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad saw. adalah Rasul Allah”
Berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW., para ulama mengambil kesimpulan bahwa untuk memasuki agama Islam seseorang harus memenuhi tiga syarat :
1. Mengikrarkan dan menyatakan kesaksian atas tauhid, yakni bersaksi bahwa tidak ada sesuatu yang berhak dipuja kecuali Allah SWT.
2. Mengikrarkan dan menyatakan kesaksiannya bahwa Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul Allah (utusan Allah).
3. Menyatakan bahwa ia menghapuskan segala kekufuran yang dilakukan sebelumnya dari hatinya.
Pokok-Pokok Bahasan AQIDAH | 5 MAKNA DAN HAKIKAT KALIMAT SYAHADAT
Ulama membagi syahadat dalam dua kategori, yakni Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul.
Syahadat Tauhid berisi tiga pernyataan kesaksian, yaitu (1) la ilâha illallah (tidak ada tuhan selain Allah). Kesaksian ini diartikan oleh ulama sebagai ajaran untuk mengesakan Allah SWT. dari segi zat-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Keesaan Allah SWT. pada segi zatnya berarti tidak ada wujud zat Tuhan lain yang sebenarnya selain Allah SWT (2) la ma’bud illallâh (tidak ada yang berhak di sembah selain Allah SWT).
kesaksian ini berarti bahwa hanya Allah SWT-lah yang wajib disembah.
Allahlah yang yang berhak menerima penyembahan dan pengabdian dari semua hamba-Nya. Semua ibadah dan pengabdian hanya karena Allah SWT. dan hanya untuk-Nya. Manusia seharusnya menjadi hamba-hamba Allah SWT. yang ikhlas (3) la maujud illallâh (tidak ada yang benar-benar nyata kecuali Allah SWT). Kesaksian ini umumnya terdapat pada kaum sufi, khususnya mereka yang berfaham wujudiyah. Al-Farabi mengatakan bahwa maujud (segala sesuatu yang ada) sebenarnya tidak ada selain wujud Tuhan. Mahluk dijadikan Tuhan dan wujudnya tergantung pada wujud Tuhan, sebagai sebab dari segala yang berwujud selain Allah SWT.
yang berwujud selain Allah tidak akan mempunyai wujud jika Allah tidak ada. Allahlah yang sebenarnya memiliki wujud hakiki.
Pengakuan terhadap Allah ini memiliki konsekuensi, antara lain:
a. La khaliqa illallâh (tidak ada yang Maha Pencipta kecuali Allah) b. La raziqa illallâh ( tidak ada yang Maha Pemberi Rizki kecuali Allah) c. La hafiza illallâh (tidak ada yang Maha memelihara kecuali Allah) d. La muhabbira illallâh (tidak ada yang Maha mengelola kecuali Allah) e. La malika illallâh (tidak ada yang Maha memiliki kecuali Allah)
f. La waliya illallâh (tidak ada yang Maha memimpin kecuali Allah) g. La hakima illallâh (tidak ada yang Maha menentukan kecuali Allah) h. La ghayata illallâh (tidak ada yang Maha menjadi tujuan kecuali Allah)
Syahadat Rasul adalah kesaksian bahwa Muhammad SAW adalah Rasulullah. Ini berarti, setiap orang wajib percaya bahwa Muhammad
Pokok-Pokok Bahasan AQIDAH | 6 SAW. adalah Rasulullah. Allah SWT. memerintahkan agar manusia beriman kepada Nabi-nabi termasuk Nabi Muhammad SAW.
Pengakuan terhadap Muhammad SAW sebagai Rasulullah tentu memiliki konsekuensi juga, yaitu;
a. Mengakui dan mengikuti risalah atau ajaran yang dibawanya;
b. Mengakui bahwa ajaran yang dibawanya telah sempurna, universal, sesuai untuk setiap generasi dan abadi sepanjang masa;
c. Mengakui bahwa ia adalah rasul terakhir, penutup segala nabi;
d. Mengakui bahwa ia diutus untuk seluruh umat dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Jika inti syahadat tauhid adalah beribadah hanya kepada Allah SWT semata, maka inti syahadat Rasul adalah menjadikan Rasulullah SAW sebagai titik pusat keteladanan (uswah hasanah) baik dalam hubungan dengan Allah SWT (hablun minallah) secara vertikal, maupun dalam hubungan manusia (hablun minanas) secara horizontal.
TAUHID VS SYIRIK
Syirik menurut bahasa berasal dari kata كرش yang memiliki arti kongsi, saham, andil, kerjasama.2 Kata syirik berasal dari bahasa Arab yaitu kata اكرش – كرشی – كرش Yang berarti bersekutu, berserikat. Menurut kamus al-Munawwir ( كرشلا ) berarti kemusyrikan yaitu kepercayaan bahwa Allah SWT banyak.
Secara istilah syirik adalah membuat atau menjadikan sesuatu, selain Allah, sebagai tambahan, objek pemujaan, dan atau tempat menggantungkan harapan dan dambaan. Yunahar Ilyas menyatakan bahwa
"syirik adalah mempersekutukan Allah SWT dengan makhluk-Nya, baik dalam dimensi rububiyah, mulkiyah, maupun ilahiyah, secara langsung atau tidak, secara nyata atau terselubung"
Syirik dalam dimensi rububiyah berarti meyakini bahwa ada sesuatu (baik yang berbentuk materi maupun immateri) mampu menolak
2 Zainal Arifin Djamaris, Islam Aqidah dan Syari’ah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet.
1, hlm. 226.
Pokok-Pokok Bahasan AQIDAH | 7 bahaya (mudlarat) maupun memberikan keuntungan (manfaat) dari dan kepada seseorang. Misalnya, para wali, jin, pohon, batu cincin dan lain- lain.
Syirik dalam dimensi mulkiyah berarti mematuhi Allah dan dalam waktu yang sama mematuhi para penguasa yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah atau mengajak melakukan kemaksiatan.
Syirik dalam dimensi ilahiyah berarti bermohon kepada Allah melalui sesuatu yang dijadikan sebagai perantara.
Dalam konteks ketuhanan, syirik berarti Tuhan tersusun dari beberapa unsur yang dapat dibagi-bagi dan karena itu tidak dapat berdiri sendiri atau harus bekerja sama dalam menjalankan fungsi-fungsi ketuhanan. Dengan demikian, syirik adalah lawan dari tauhid. Pelaku syirik disebut musyrik, dan jika ia mati dalam keadaan musyrik, maka dosanya tidak akan diampuni.
PEMBAGIAN SYIRIK
Berdasarkan sifat dan besar kecilnya sanksi, syirik terbagi dua macam, yaitu: syirik besar (syirik jali/akbar) dan syirik kecil (syirik khafi/asghar).
Syirik besar
Syirik besar adalah menjadikan sekutu (niddan) bagi Allah dan berdoa kepada selain Allah. Misalnya meyakini sesuatu selain Allah, beribadah kepada selain Allah, berdoa atau memohon kepada selain Allah, takut, harap, dan cinta kepada sesuatu seperti takut, harap, dan cinta kepada Allah.
Syirik besar terbagi kepada zhahirun jaliyun (nampak nyata) dan bathinun khafiyun (tersembunyi). Syirik besar zhahirun jaliyun (nampak nyata) adalah secara nyata dan tegas meyakini dan menyembah kepada selain Allah, menyembah berhala, matahari, bulan, bintang, meyakini ketuhanan para dewa, dan lain sebagainya.
Pokok-Pokok Bahasan AQIDAH | 8 Syirik besar bathinun khafiyun adalah menjadikan sesuatu sebagai perantara dalam berdoa dan beribadah kepada Allah. Misalnya, berdoa kepada orang yang sudah meninggal (para wali atau orang-orang yang dipandang mulia dan suci), meminta pertolongan kepadanya untuk dikabulkan keinginannya, minta disembuhkan dari penyakit, dihindarkan dari bahaya, dan lain sebagainya.
Para pelaku syirik besar bathinun khafiyun selalu menyatakan bahwa mereka percaya kepada Allah dan tidak berdoa atau memohon kepada orang yang sudah meninggal, akan tetapi mereka menjadikannya sebagai perantara agar doa dan permohonan mereka dikabulkan oleh Allah SWT.
Syirik Kecil
Syirik kecil adalah segala perkataan dan perbuatan yang dapat mengantarkan seseorang pada kemusyrikan (syirik besar). Adapun yang termasuk syirik kecil, antara lain:
1. Bersumpah dengan selain Allah,
2. Memakai azimat untuk menolak bahaya atau memurahkan rezeki 3. Menggunakan mantra-mantra untuk menolak kejahatan, pengobatan
dan sebagainya 4. Sihir
5. Ramalan atau perbintangan (astrologi) 6. Bernazar kepada selain Allah
7. Menyembelih binatang atau mempersembahkan korban bukan kepada Allah
8. Riya
KARAKTER PRIBADI YANG BERTAUHID VS PRIBADI YANG MUSYRIK
Sebagaimana telah diterangkan bahwa syirik itu bertentangan atau tepatnya musuh tauhid. Dengan demikian, dapat dipastikan karakter kepribadian yang bertauhid pasti bertolak belakang dengan karakter pribadi yang musyrik.
Pokok-Pokok Bahasan AQIDAH | 9 Untuk mengetahui perbedaan karakter kepribadian yang bertauhid dengan karakter pribadi yang musyrik, dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.
Kepribadian yang bertauhid Vs Karakter pribadi yang musyrik
No Pribadi Bertauhid Pribadi Musyrik
1 Penuh keyakinan kepada Allah Keyakinan pada Allah setengah-setengah 2 Ikhlas dan fokus beribadah hanya
kepada Allah
Tidak fokus dan mudah berpindah Tuhan sesuai kepentingan
3 Bergantung hanya kepada Allah Bergantung pada makhluk 4 Tali tauhid sangat kuat Pegangan syirik sangat rapuh 5 Allah diyakini sebagai sumber
nikmat, Memuji dan memuja hanya kepada-Nya
Menganggap nikmat dari
makhluk dan memuji hasil kerja sendiri, menganggap Allah tidak punya andil
KEDUDUKAN AKAL DALAM IMAN
Dalam Himpunan Tarjih Muhammadiyah (HPT) Allah tidak menyuruh kita membicarakan hal-hal yang tidak tercapai oleh akal dalam hal kepercayaan (Baqarah: 286). Sebab akal manusia tidak mungkin mencapai pengertian tentang Dzat Allah dan hubungannya dengan sifat- sifat yang ada pada-Nya. Maka janganlah engkau membicarakan hal itu3. Tak ada kesangsian tentang adanya. ”Adakah orang ragu tentang Allah yang menciptakan langit dan bumi”? (Surat Ibrahim:10).
Memang Al-Qur’an telah menutup pintu pemikiran dalam membicarakan hal yang tak mungkin tercapai oleh akal dengan firman-
3 “Hadits dari Ibnu 'Abbas, bahwasanya orang banyak (sedang) memikirkan keadaan Allah Yang Maha Mulia dan Agung, maka Nabi s.a.w. bersabda: "Berfikirlah kamu sekalian tentang mahkluk Allah dan janganlah kamu sekalian berfikir tentang dzat-Nya, karena kamu sekalian tidak akan mampu menggapai-Nya". Dan dari Ibnu Abbas juga dengan lain perkataan: "Berfikirlah kamu sekalian tentang makhluk (ciptaan-Nya) dan janganlah kamu berfikir tentang Khaliq (Allah), karena kamu sekalian tidak akan mampu menggapaiNya." (Diriwayatkan oleh Abu Syaikh). (HPT, hal 19-20)
Pokok-Pokok Bahasan AQIDAH | 10 Nya yang berbunyi: ”Tiada sesuatu yang serupa dengan-Nya”. (QS.Syura:
11). Diapun telah menjelaskan bahwa kekuatan akal itu terbatas dan bahwa Dia meliputi semua manusia, dalam firman-Nya: “Dia tahu segala yang ada dimuka dan dibelakang mereka sedang pengetahuan mereka tak mungkin mendalami-Nya.” (Thaha: 110). Bagi orang mukmin cukuplah bila mereka memikirkan segala makhluk-Nya, guna membuktikan keberadaan-Nya, kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya.
Pandangan HPT ini mengingatkan kita, bahwa iman atau aqidah adalah ranah qalbu (jiwa, hati) manusia, dan ia bukan ranah akal. Ilmu tidak bisa menciptakan iman. Karena itu ada orang yang tahu tapi tidak percaya. Ada orang yang tidak tahu tapi dia percaya. Ada Prof Issa Boullata, orang Kristen, mengajar mukjizat Alquran. Kok bisa? Ada Kyai mengerti agama, menyeleweng. Meskipun demikian, walau ilmu tidak bisa menciptakan iman, tetapi ilmu bisa mendukung iman. Itu sebabnya kata ulama dalam penjelasannya, Nabi itu, ulama itu tidak menciptakan iman, yang menciptakan iman itu Allah.
َنيِدَتۡهُم ۡ لٱِب ُمَلۡعَأ َوُهَو ُءٓاَشَي نَم يِدۡهَي َ َّللّٱ َّنِكََٰلَو َتۡبَبۡحَأ ۡنَم يِدۡهَت َل َكَّنِإ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk (Qashash/28: 56
Tidak mungkin seseorang bisa memahami agama kecuali Allah menghendaki. Orang bisa paham dengan agamanya, apabila dikehendaki oleh Allah. Dan orang tidak paham tentang agamanya, ketika dikehendaki oleh Allah.
ِنيهِلا ِف ُهأههِقَفُي اً أيَْخ ِهِب ُ هَللّا ِدِرُي أنَم
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya, maka Allah akan jadikan dia paham tentang agamanya.” (Bukhari-Muslim)Benih iman itu sudah ada, kita semua punya benih (iman) itu di hati kita, tapi masih kotor, Nabi itu membersihkan. Biasanya bibit ini tidak disirami, Nabi menyirami supaya dia tumbuh. Karena itu apa yang dipercaya yang ada di dalam hati, begitu meninggal atau menjelang meninggal, semua kotoran itu terpisah dari iman tersebut, muncul
Pokok-Pokok Bahasan AQIDAH | 11 kepercayaan. Ilmu bisa mendukung keimanan ini yang mana ilmu bisa menyingkirkan keragu-raguan yang ada dalam hati, sehingga iman itu semakin mantap. Ilmu berkembang, ilmu sekarang bisa jauh lebih mendukung kebenaran iman yang disampaikan Alquran dan Hadis dibandingkan ilmunya orang dulu.
Iman secara terminologis merupakan percaya dengan yakin akan keberadaan Allah, Malaikat Allah, Kitab-kitab– Nya, para Rasul–Nya, hari akhirat, hingga qadha dan qadar, sebagaimana terangkum dalam rukun iman.
Percaya, Yakin dan Iman. Membuktikan perbedaan percaya, yakin dan iman, sangat sederhana. “apakah Anda percaya sama orang tua?”.
Jawabannya ‘ya’. Apakah Anda yakin dengan -katakanlah – kata, pikiran dan pandangan orang tua selalu benar? Jawabannya mungkin ‘ya’, mungkin ‘tidak’ (anda ragu). Namun jika ditanyakan, “apakah anda beriman kepada orang tua.” Jawabannya pasti, ‘tidak’. Percaya hanya sebatas percaya atau hanya tahu saja tidak bisa dikatakan iman.
Iman kepada Allah. Dalam Himpunan Tarjih Muhammadiyah (HPT) Iman kepada Allah didefinisikan sebagai wajib kita percaya akan Allah Tuhan kita (Taghabun: 8). Dialah Tuhan yang sebenarnya, yang menciptakan segala sesuatu dan Dialah yang pasti adanya (Yunus: 32).Dialah yang pertama tanpa permulaan dan yang akhir tanpa penghabisan (Hadid: 3;
Rahman: 26-27). Tiada sesuatu yang menyamai-Nya (Syura: 11). Yang Esa tentang ketuhanan-Nya (Ikhlas: 1-4; Naml: 60). Yang hidup dan pasti ada dan mengadakan segala yang ada (Baqarah: 255). Yang mendengar dan yang melihat (Syura: 11). Dan Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu (Mulk: 1). Apabila ia menghendaki sesuatu Ia firmankan:
“Jadilah”! maka jadilah sesuatu itu (Nahl: 40). Dan dia mengetahui segala sifat kesempurnaan (Baqarah: 29; A’raf: 89; Nahl: 91) Yang suci dari sifat mustahil dan segala kekurangan (Mukminun: 91). Dialah yang menjadikan
KONSEP PENTING
Pokok-Pokok Bahasan AQIDAH | 12 sesuatu menurut kemauan dan kehendakNya (Qashash: 68). Segala sesuatu ada ditangan-Nya dan kepada-Nya akan kembali (Rum: 4).
Tauhid. Tauhid adalah tema sentral aqidah dan iman, oleh sebab itu aqidah dan iman diidentikkan juga dengan istilah tauhid. Tauhid bermakna mengesakan Allah - Tauhidullah. Doktrin tauhid ini diawali dengan mengucapkan 2 kalimat syahadat yakni:
دهشأ نا لآ هلا لاا الله - و دهشأ نا ادمحم هدبع هلوسرو
“Aku bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah SWT. dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad saw. adalah Rasul Allah”
Syahadat Tauhid. Syahadat Tauhid berisi tiga pernyataan kesaksian, yaitu (1) la ilâha illallah (tidak ada tuhan selain Allah). Kesaksian ini diartikan oleh ulama sebagai ajaran untuk mengesakan Allah SWT. dari segi zat-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Keesaan Allah SWT. pada segi zatnya berarti tidak ada wujud zat Tuhan lain yang sebenarnya selain Allah SWT (2) la ma’bud illallâh (tidak ada yang berhak di sembah selain Allah SWT). kesaksian ini berarti bahwa hanya Allah SWT-lah yang wajib disembah. Allahlah yang yang berhak menerima penyembahan dan pengabdian dari semua hamba-Nya. Semua ibadah dan pengabdian hanya karena Allah SWT. dan hanya untuk-Nya. Manusia seharusnya menjadi hamba-hamba Allah SWT. yang ikhlas (3) la maujud illallâh (tidak ada yang benar-benar nyata kecuali Allah SWT).
Syahadat Rasul. Syahadat Rasul adalah kesaksian bahwa Muhammad SAW adalah Rasulullah. Ini berarti, setiap orang wajib percaya bahwa Muhammad SAW adalah Rasulullah. Allah SWT memerintahkan agar manusia beriman kepada Nabi-nabi termasuk Nabi Muhammad SAW, yang berkonsekuensi (a) Mengakui dan mengikuti risalah atau ajaran yang dibawanya (b) Mengakui bahwa ajaran yang dibawanya telah sempurna, universal, sesuai untuk setiap generasi dan abadi sepanjang masa (c) Mengakui bahwa ia adalah rasul terakhir, penutup segala nabi (d) Mengakui bahwa ia diutus untuk seluruh umat dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Pokok-Pokok Bahasan AQIDAH | 13 Syirik. syirik adalah membuat atau menjadikan sesuatu, selain Allah, sebagai tambahan, objek pemujaan, dan atau tempat menggantungkan harapan dan dambaan. Yunahar Ilyas menyatakan bahwa "syirik adalah mempersekutukan Allah SWT dengan makhluk-Nya, baik dalam dimensi rububiyah, mulkiyah, maupun ilahiyah, secara langsung atau tidak, secara nyata atau terselubung"
Syirik musuh/lawan tauhid. Dalam konteks ketuhanan, syirik berarti Tuhan tersusun dari beberapa unsur yang dapat dibagi-bagi dan karena itu tidak dapat berdiri sendiri atau harus bekerja sama dalam menjalankan fungsi-fungsi ketuhanan. Dengan demikian, syirik adalah lawan dari tauhid.
Pribadi bertauhid Versus Pribadi Musyrik. syirik itu bertentangan atau tepatnya musuh tauhid. Dengan demikian, dapat dipastikan karakter kepribadian yang bertauhid pasti bertolak belakang dengan karakter pribadi yang musyrik.
Ilmu tidak bisa menciptakan iman. Ilmu tidak bisa menciptakan iman.
Karena itu ada orang yang tahu tapi tidak percaya. Ada orang yang tidak tahu tapi dia percaya. Ada Prof Issa Boullata, orang Kristen, mengajar mukjizat Alquran. Ada Kyai mengerti agama, malah menyelewengkan agama. Nabi atau ulama itu tidak menciptakan iman, yang menciptakan iman itu Allah.
1. Tuliskan ayat Alquran yang menjelaskan tentang Allah yang tertera dalam HPT.
2. Berikan contoh tambahan cara membedakan percaya, yakin, iman dan mukmin
TUGAS MAHASISWA
Pokok-Pokok Bahasan AQIDAH | 14 3. Tauhid akan menghantarkan kehidupan yang bahagia, sebaliknya
perilaku syirik (musyrik) akan membuat kehidupan akan menderita.
Coba jelaskan dan beri contoh masing-masing.
4. Sebutkan praktek kemusyrikan yang masih banyak dilakukan oleh muslim di zaman sekarang dan masukkan kategori kemusyrikan yang dilakukan tersebut
5. Mengapa kemusyrikan masih terjadi dan apa upaya yang dapat dilakukan agar kemusyrikan ini dapat dihilangkan?