• Tidak ada hasil yang ditemukan

(FORM KEBUTUHAN DATA SEKUNDER, FORM WAWANCARA) LAMPIRAN B (TRANSKRIP WAWANCARA) LAMPIRAN C (HASIL SKORING) LAMPIRAN D (DOKUMENTASI PENGAMBILAN DATA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "(FORM KEBUTUHAN DATA SEKUNDER, FORM WAWANCARA) LAMPIRAN B (TRANSKRIP WAWANCARA) LAMPIRAN C (HASIL SKORING) LAMPIRAN D (DOKUMENTASI PENGAMBILAN DATA)"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

 LAMPIRAN A (FORM KEBUTUHAN DATA SEKUNDER, FORM WAWANCARA)

 LAMPIRAN – B (TRANSKRIP WAWANCARA)

 LAMPIRAN – C (HASIL SKORING)

 LAMPIRAN – D (DOKUMENTASI

PENGAMBILAN DATA)

(2)

LAMPIRAN – A (FORM

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER,

FORM WAWANCARA)

(3)

FORM KEBUTUHAN DATA SEKUNDER

Arahan Kebijakan Tata Kelola Pemerintahan Menuju Smart Governance di Kota Metro dalam Urusan Pembangunan dan Tata Ruang

Oleh: Eva Kusumandari 22116105

Nama Surveyor:

Instansi : Tanggal :

No. Kebutuhan Data Ketersediaan Data

1. Rencana Strategis (Renstra)

2. Rencana Kerja Tahunan (Renja)

3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

4. Rencana Pembangunana Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

5. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

6.

Roadmap transformasi tata kelola pemerintahan yang berkaitan dengan pembangunan dan tata ruang menuju smart governance

Catatan: beri tanda √ apabila data tersedia, dan tanda X apabila data tidak

tersedia

(4)

FORM PANDUAN WAWANCARA

Arahan Kebijakan Tata Kelola Pemerintahan Menuju Smart Governance di Kota Metro dalam Urusan Pembangunan dan Tata Ruang

Oleh: Eva Kusumandari 22116105

Lokasi :

Nama :

Jabatan :

Wawancara bagian I digunakan untuk menemukan kebijakan dan strategi terkait pelaksanaan tata kelola pemerintahan menuju smart governance di

Kota Metro

1. Apakah ada kebijakan dan program dari pemerintah tentang perubahan tata kelola pemerintahan menuju smart governance?

Jawaban:

………

………

………

2. Apakah ada lembaga yang dibentuk secara khusus untuk menaungi pengembangan smart city?

Jawaban:

………

………

………

3. Apakah ada MOU dengan Pemerintah Kabupten/Kota Lain, Kementerian dan Lembaga terkait upaya implementasi smart governance?

Jawaban:

………

………

………

4. Bagaimana peran OPD ini dalam membantu tata kelola pemerintahan Kota Metro untuk bertransformasi kearah yang lebih modern?

Jawaban:

………

(5)

………

………

5. Sejauh mana sistem e-government di Kota Metro telah dilaksanakan?

Jawaban:

………

………

………

6. Apakah pengembangan smart city menjadi program prioritas pemerintah?

Mengapa?

Jawaban:

………

………

………

7. Apa dampak implementasi teknologi dan informasi terhadap pelaksanaan tata kelola pemerintahan?

Jawaban:

………

………

………

8. Apakah tantangan yang dihadapi oleh OPD terkait transformasi tata kelola di era digital?

Jawaban:

………

………

………

9. Apakah ada dana maupun investasi yang diperuntukkan secara khusus bagi pengembangan smart city di Kota Metro?

Jawaban:

………

………

………

(6)

Wawancara Bagian II diperlukan untuk mengukur tingkat kesiapan pelaksanaan smart governance dilihat dari infrastruktur dan sumber daya

manusia sebagai pendukung

1. Bagaimana hubungan antara pemerintah dengan masyarakat pada perencanaan pembangunan dan tata ruang?

Pilihan Jawaban:

0 Tidak terdapat partisipasi masyarakat dalam perumusan perencanaan publik 1 Terdapat partisipasi masyarakat yang dilakukan secara konvensional namun

belum memiliki dampak terhadap perencanaan

2 Terdapat partisipasi masyarakat melalui media konvensional dan dampaknya terlihat bagi perencanaan pembangunan tata ruang

3 Terdapat media online bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan dan tata ruang

4 Media online bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pembangunan tata ruang dikelola dengan baik dan digunakan rutin sehingga memiliki dampak terhadap hasil perencanaan dan pembangunan

5 Media online partisipasi masyarakat mudah diakes seluruh masyarakat dan mampu menciptakan perbaikan yang berkelanjutan dalam membangun daya saing kota

………

………

………

2. Apakah OPD memiliki platform bagi data dan informasi untuk dapat diakses publik?

Pilihan Jawaban:

0 Tidak terdapat akses publik bagi penyediaan data dan informasi

1 Terdapat rencana pengembangan akses publik bagi data dan informasi pada masing-masing organisasi perangkat daerah

2 Terdapat akses publik bagi data dan informasi yang dibagikan melalui platform data digital seperti sosial media, website, atau aplikasi

3 Akses publik melalui platform digital bagi data dan informasi beroperasi

secara rutin dan update

(7)

4 Adanya akses publik bagi data dan informasi melalui platform digital yang sudah terintegrasi memberikan dampak baik terhadap tata kelola perangkat daerah

5 Platform digital data dan informasi rutin diperbaharui, lengkap, terintegrasi, mudah diakses seluruh masyarakat, dan informatif

………

………

………

3. Apakah OPD memiliki inovasi dalam sistem penyampaian pelayanan dan pengambilan keputusan melalui media sosial, website atau aplikasi?

Pilihan Jawaban:

0 Lembaga tidak memiliki inovasi platform digital dalam bentuk sosial media/website/aplikasi bagi sistem pelayanan dan pengambilan keputusan 1 Terdapat rencana pengembangan pelayanan dan pengambilan keputusan

melalui platform digital dalam bentuk sosial media/website/aplikasi pada masing-masing organisasi perangkat daerah

2 Terdapat platform digital pelayanan dan penggambilan keputusan namun belum digunakan secara optimal

3 platform digital pelayanan dan penggambilan keputusan digunakan secara rutin oleh masyarakat

4 platform digital pelayanan dan penggambilan keputusan menjadi inovasi unggul yang berdampak baik terhadap efisiensi dan peningkatan kualitas pelayanan organisasi perangkat daerah

5 platform digital pelayanan dan penggambilan keputusan dikelola dengan baik dan mampu beradaptasi pada perubahan, serta mudah diakses oleh masyarakat

………

………

………

4. Bagaimana sistem penyampaian informasi geospasial pada OPD terkait?

Pilihan Jawaban:

0 Tidak terdapat media sistem informasi geospasial

(8)

1 Terdapat rencana pengembangan sistem informasi geospasial melalui webgis

2 Webgis berorientasi pada one map policy

3 Webgis yang berorientasi pada one map policy rutin diperbaharui sehingga informasi yang ada didalamnya merupakan informasi terbaru dan valid 4 One map policy berhasil memberikan dampak untuk mengantisipasi adanya

permasalahan mengenai pembangunan dan tata ruang

5 Penyampaian informasi geospasial melalui one map policy dikelola secara berkelanjutan

………

………

………

5. Apakah OPD memiliki aplikasi/website/media sosial untuk menyampaikan pengaduan terkait kondisi/permasalahan pembangunan dan tata ruang Kota Metro?

Pilihan Jawaban:

0 Tidak ada platform digital bagi masyarakat untuk menympaikan pengaduan 1 Terdapat rencana pengembangan platform digital bagi masyarakat untuk

dapat menyampaikan pengaduan

2 Tersedia platform digital bagi masyarakat untuk menyampaikan pengaduan namun belum digunakan secara optimal

3 Platform digital bagi masyarakat untuk menyampaikan pengaduan dikelola dengan baik sehingga dapat membantu menyelesaikan permasalahan 4 Platform digital bagi masyarakat untuk menyampaikan pengaduan menjadi

salah satu sumber data untuk merumuskan rencana pembangunan dan tata ruang

5 Platform digital bagi masyarakat untuk menyampaikan pengaduan cepat tanggap dan mudah diakses oleh masyarakat

………

………

………

(9)

6. Berapa lama rentang waktu penyelesaian pengaduan/pelayanan publik/

perizinan melalui platform digital?

Pilihan Jawaban:

0

Tidak ada platform pengaduan/pelayanan publik/perizinan online

1

Tidak ada kejelesan mengenai penyelesaian pengaduan/pelayanan publik/perizinan

2

9-10 hari dari waktu penyampaian pengaduan/pelayanan publik/ perizinan

3

6-8 hari dari waktu penyampaian pengaduan/pelayanan publik/ perizinan

4

3-5 hari dari waktu penyampaian pengaduan/pelayanan publik/ perizinan

5

1-2 hari dari waktu penyampaian pengaduan/pelayanan publik/ perizinan

………

………

………

7. Bagaimana sistem jaringan internet yang ada di tiap OPD terkait?

Pilihan Jawaban:

0 Organisasi perangkat daerah tidak memiliki jaringan internet 1 Terdapat jaringan internet namun konektivitasnya belum memadai

2 Jaringan Internet pada masing-masing organiasi perangkat daerah dapat digunakan dengan baik

3 Jaringan internet memiliki akses terintegrasi

4 Jaringan internet bersifat operasional untuk mewujudkan sistem terintegrasi 5 Sistem informasi yang terintegrasi dan tersambung dengan teknologi

internet of things

………

………

………

8. Apakah OPD telah memiliki fasilitas akses internet publik?

Pilihan Jawaban:

0 Tidak ada akses internet publik

1 Terdapat rencana penyediaan akses internet bagi publik

2 Terdapat titik-titik fasilitas penyediaan akses internet bagi publik namun

belum berjalan dengan optimal

(10)

3 Fasilitas akses internet bagi publik dapat diakses dengan mudah dengan konektivitas yang memadai

4 Fasilitas akses internet bagi publik memberikan dampak sosial bagi masyarakat terhadap penggunaan teknologi

5 Fasilitas akses internet bagi publik mudah diakses, terdapat di banyak titik dengan konektivitas memadai, dan berkelanjutan

………

………

………

9. Bagaimana ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dasar dalam menggunakan teknologi digital di OPD terkait?

Pilihan Jawaban:

0 Tidak ada SDM perangkat daerah yang memiliki pengetahuan dasar dalam menggunakan teknologi digital

1 Terdapat SDM yang memiliki pengetahuan dasar dalam menggunakan teknologi, namun jumlahnya tidak memadai

2 Ketersediaan dan kompetensi SDM cukup memadai

3 Terdapat SDM memadai yang memiliki pengetahuan dasar dalam penggunaan teknologi digital dan mulai diarahkan kedalam sektor TIK 4 Sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dasar dalam bidang

teknologi digital dikelola secara terkoordinasi dan efisien dengan kompetensi yang dapat mengikuti kebutuhan pengembangan kota cerdas 5 Ketersediaan SDM mampu memunculkan peluang-peluang baru yang

kreatif dan inovatif

………

………

………

10. Apakah OPD melaksanakan pelatihan tentang analisis dan ilmu tentang data digital bagi para pegawai?

Pilihan Jawaban:

0 Tidak ada pelatihan

(11)

1 Tersedia pelatihan tentang analisis dan ilmu tentang data digital dalam kurun waktu dua tahun terakhir

2 Tersedia pelatihan rutin yang diberikan bagi pegawai pelayanan publik 3 Pelatihan berhasil menambah pengetahuan perangkat daerah dan dapat

diterapkan langung dalam operasional tata kelola pemerintahan

4 Pelatihan yang dilakukan merupakan pelatihan khusus yang diarahkan bagi pengembangan smart governance

5 Pelatihan mampu menambah kapasitas sumberdaya perangkat daerah dalam menjalankan prinsip smart governance

………

………

………

Keterangan: Beri tanda silang (X) pada jawaban yang dipilih sesuai dengan

skor yang telah ditetapkan (0,1,2,3,4,5,)

(12)

LAMPIRAN – B (TRANSKRIP

WAWANCARA)

(13)

FORM WAWANCARA

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA METRO (Kode : A – 0…)

Nama : Zikri Irfandi, S.T.

Jabatan : Kepala Seksi Aplikasi Informatika DAFTAR PERTANYAAN

1. Apakah ada kebijakan dan program dari pemerintah tentang perubahan tata kelola pemerintahan menuju smart governance?

Berbicara tentang SPBE tidak melulu dalam diskominfo, diskominfo hanya TI saja. bagian kebijakan, tata kelola, kelembagaan ada di lembaga lain. Terkait masterplan belum ada, rencana awal pembuatan masterplan ada, tetapi karena kendala covid maka dana dialihkan. Pemerintah pusat memiliki Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 mengenai SPBE itu adalah pedoman kita dalam menjalankan SPBE. Pemda kota metro sendiri telah menurunkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2019 tentang SPBE, bisa di download di JDIH.metrokota.go.id itu adalah dasar hukum atau acuan kita. (A-01)

2. Apakah ada lembaga yang dibentuk secara khusus untuk menaungi pengembangan smart city?

Pemerintah kota metro memilikiki tim koordinasi SPBE. Memang belum disebutkan tentang dewan smart city namum kalaupun ada pasti tim koordinasi SPBE lah yang akan dirubah menjadi dewan smrt city. Tim koordinasi SPBE dibawah walikota, karena SPBE kan melibatkan banyak OPD sehingga diskominfo tidak mungkin mengatur OPD lain sehingga dibentuklah SPBE, jadi diketuai oleh walikota langsung. (A-02)

3. Apakah ada MOU dengan Pemerintah Kabupten/Kota Lain, Kementerian dan Lembaga terkait upaya implementasi smart governance?

Sempat beberapa kali membuat MOU salah satunya dengan Bandung terkait dengan Sharing Aplikasi namun tidak berjalan. Pernah juga dengan Tangerang Selatan. untuk selevel dinas mungkin mereka punya MOU sendiri misalnya dengan konsultan IT yang kita tidak punya datanya. (A-03)

4. Bagaimana peran Diskominfo Kota Metro dalam membantu tata kelola pemerintahan Kota Metro untuk bertransformasi kearah yang lebih modern?

Jadi sebenarnya diskominfo lebih kearah pengelola TIK atau teknis. Mungkin bisa cari di daftar tugas anggota tim koordinasi SPBE Nasional yang ada dalam Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 yang mana itukan dalam skala nasional kemudian di daerah juga menduplikasi itu jadi missal perencanaan SPBE ada di bappeda, kelembagaan ada di organisasi, untuk TIK sendiri ada di diskominfo. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa inisiasi perencanaan maupun kelembagaan ada di kami karena kami istilahnya leading sector karena kami yang lebih mengerti tentang TIK jadi ide sendiri harus timbul dari kami bukan dari atas. (A-04)

5. Sejauh mana sistem e-government di Kota Metro telah dilaksanakan?

E-government secara global kamu bisa cek di SPBE monev eval (SPBE.go.id) itu ada skala kota jadi kamu bisa lihat pemerintah kota metro indeks SPBE nya seperti ini, ini dari nilai maksimum 5. Dari segi kebijakan dapat nilai 2, tata kelola cuma 1, dan pelayanan yang berbasis TIK 2,48 jadi memang lebih menonjol kearah teknisnya. Sebenarnya kan leading sector untuk TIK kan diskominfo, tapi memang ada dinas-dinas yang lebih mandiri dalam segi TIKnya contohnya Bappeda, Keuangan mereka lebih mandiri. Kadang mereka membuat aplikasi sendiri menggunakan konsultan jadi tanggungjawab nya ada di mereka, kami hanya mengumpulkan. Jadi untuk pelayanan pemerintahan berbasis elektronik itu harus berada dibawah satu domain yaitu metrokota.go.id jadi kami tugasnya menyatukan. Untuk perawatan atau maintainance itu kalo memang aplikasinya dikembangkan oleh masing-masing dinas ya mereka tapi kalau memang aplikasi yang mengembangkan kami. Kami yang bertanggung jawab. Untuk website sendiri sudah berjalan dengan baik kamu bisa lihat di metrokota.go.id info.metrokota.go.id atau data.metrokota.go.id beberapa aplikasi/website memang terupdate tapi ada juga dinas atau kelurahan kecamatan yang mungkin kekurangan tenaga IT ya jadi kurang update. (A-05)

(14)

6. Apakah pengembangan smart city menjadi program prioritas pemerintah? Mengapa

?

Kalo secara detail untuk perencanaan kamu bisa lebih lanjut Tanya ke Bappeda. Tapi sebenarnya smart city itu sesuatu yang mendukung dari tujuan sebuah kota, kalau kota metro kan tujuan pembangunannya berlandaskan partisipatif. Dimana partisipatif itu top-down dan bottom up, untuk menjebatani hal tersebut kan membutuhkan sebuah media. Nah untuk seperti zaman sekarang tentu saja peran ICT sangat penting, jadi ya secara implisit kita juga pasti menjadikan smart city sebagai program prioritas, arahnya pasti kesana seperti itu. (A-06)

7. Apa dampak implementasi teknologi dan informasi terhadap pelaksanaan tata kelola pemerintahan?

Implementasi TIK kan tujuannya untuk efektivitas dan efisiensi ya, jadi dampak yang paling dirasakan tentu saja ya kinerja yang lebih efektif dan efisien. Selain itu juga seperti yang saya katakana sebelumnya, TIK ini memberikan peluang kepada masyarakat untuk bisa mengawal kerja pemerintah dan mereka juga bisa lebih mudah untuk mengakses pelayanan atau memberikan pengaduan. (A-07)

8. Apakah tantangan yang dihadapi oleh Diskominfo terkait transformasi tata kelola di era digital?

Tantangan hubungannya dengan perencanaan yaitu kurang matang. Seperti keberadaan tim koordinasi SPBE yang belum berjalan dengan baik, harusnyakan perencanaan sudah dikoordinasikan dengan baik. Contohnya apabila suatu dinas mengembangkan aplikasi seharusnyakan sudah direncanakan sehingga kita tau bahwa aplikasi tersebut sudah pernah dibuat untuk apa dibuat lagi gitukan. Jadi ya koordinasi, dan tim koordinasi yang belum berjalan dengan baik. Sehingga diskominfo sendiri belum terlalu dilibatkan. (A-08)

9. Apakah Diskominfo memiliki platform bagi data dan informasi untuk dapat diakses publik?

Kami memiliki aplikasi metro kita itu buatan diskominfo, yaitu portal bagi seluruh layanan publik yang ada di Kota Metro. Untuk akses publik terhadap informasi sendiri sudah tersedia dan rutin diupdate. Sudah terintegrasi dibawah satu portal yang mengumpulkan beberapa informasi pada satu titik seperti ini ya ini ada dari info.metrokota.go.id selanjutnya kita ambil juga informasi dari JDIH, ada reputasi layanan publik juga kami tampilkan disini, satu lagi dari PLID sudah terkumpul dalam satu tempat (SKOR 5). Jadi untuk masyarakat yang ingin mencari informasi tinggal buka di info.metrokota.go.id dan mengakses keperluan dari instansi mana yang dibutuhkan tanpa harus tau masing-masing alamat website dari yang lain, karena sudah ditampilkan disini. (A-09)

10. Apakah ada relasi antara pemerintah dengan masyarakat sebagai upaya membuka jalan bagi partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan atau tata ruang?

Melelalui portal yang kami bangun masyarakat bisa dengan mudah mengakses layanan-layanan yang ada di pemerintahan. Kalo kita bicara tentang partisipasi, contohnya ada disitu e-reputasi yang memungkinkan masyarakat bisa menilai kinerja layanan publik menggunakan smartphone.

Partisipasi kan sebenarnya ada tiga, e-information, e-collaboration, dan e- empowerment. Kalau e- information mungkin berhubungan dengan keterbukaan data dan informasi, e-collabortion hubungannya mungkin dengan keterlibatan masyarakat dalam perancanaan kita punya e- musrembang, dan e-pokir, dan lapor yai yang mejadi portal pengaduan. Itu sistemnya sudah berjalan, tapi sifatnya masih internal dan masih terus disempurnakan juga, karena proses transisi seperti itu kan waktunya lama ya mba (SKOR 4). (A-10)

11. Apakah Diskominfo memiliki inovasi dalam sistem penyampaian pelayanan dan pengambilan keputusan melalui media sosial, website atau aplikasi?

Untuk pelayanan sifatnya support adanya layanan ke OPD yang bisa dilihat di lamtik.go.id ada 8 layanan yang kami miliki untuk OPD. Ohiya sebenarnya ada layanan kepada masyarakat yang kami kelola salah satunya yang berkaitan dengan informasi seperti JDIH, PLID, website info kota metro, e-reputasi. Kita juga punya command center, metro command center itu bisa disebut sebagai upaya pengembangan teknologi yang terpusat, untuk menjembatani aspirasi masyarakat dengan pemerintah. Dari pembangunan command center ini juga sebagai awal Kota Metro menuju sebagai kota cerdas atau smart city mba.Command center itu tupoksi dibawah kami, tapi lokasinya ada di bappeda. Yaitu yang saya bilang, ada yang terseok-seok salah satunya command center kita sudah punya fasilitasnya tapi untuk penoperasiannya masih terbata-bata. Sebenarnya fungsi utamanya adalah temat analisis misalnya data real time, tempat penanganan

(15)

pengaduan, harusnya seperti itu namun karena yah satu dan lain hal istilahnya banyak keterbatasan di Kota Metro sehingga fungsinya tidak maksimal (SKOR 3). (A-11)

12. Apakah diskominfo mengelola sistem informasi geospasial?

Kemarin itu sudah ada rencana penembangan seperti webgis bukan maksudnya? Sudah ada rencana yang ke arah sistem seperti webgis, namun karena kendala covid ini dana kita jadi terpangkas jadi sepertinya inisiasinya akan dilakukan di tahun depan (SKOR 1). (A-12)

13. Apakah Diskominfo memiliki Aplikasi/website/media sosial bagi masyarakat untuk menyampaikan pengaduan terkait kondisi/permasalahan pembangunan dan tata ruang Kota Metro?

Kami punya lapor yai!, SP4Nlapor, e-reputasi. Untuk lapor YAI dan SP4Nlapor sebenarnya prinsipnya hampir sama, umtuk lapor YAI sistemnya laporan masuk ke kami, lalu kami disposisikan ke masing-masing OPD teknis yang berkaitan dengan laporan tersebut untuk diselesaikan. Kalo untuk SP4Nlapor, itu sistemnya nasional, jadi dari nasional mendisposisikan kepada kami dan kemudian kami disposisikan ke dinas-dinas terkait selanjutnya secara teknis mereka menindaklanjuti dan memberikan laporan dari sistem yang ada baik berupa teks dan foto masyarakat bisa pantau selanjutnya. Sebenernya yang kita tonjolkan sendiri adalah yang dari lapor.go.id karena itu adalah anjuran dari pemerintah pusat itu harus jadi satu. Ada beberapa laporan yang sudah berjalan dan diselesaikan namun ada juga yang belum, tergantung dari kesiapan masing-masing OPD nya (SKOR 3). Tapi itu tidak hanya untuk pengaduan terkait tata ruang ya, segala macam pengaduan ada disitu, cuma ya pasti ada juga pengaduan terkait tata ruang yang masuk. (A-13)

14. Adakah rentang waktu penyelesaian pengaduan/pelayanan publik/ perizinan melalui platform digital?

Ada servis level agreement, tanggung jawab untuk melakukan verifikasi dari kami adalah selama 6 hari, selanjutnya disposisi kepada OPD itu bervariasi ya namun ada ketentuan harus menanggapi maksimal adalah 23 hari (SKOR 2) itu berupa tanggapan. Tapikan tidak mungkin kan ada pekerjaan yang membutuhkan penyelesaian lebih lama. Tapi tetap harus diberikan tanggapan dalam kurun waktu maksimal 23 hari. (A-14)

15. Bagaimana sistem jaringan internet yang ada di Diskominfo?

Diskominfo menyediakan jaringan internet keseluruh OPD, termasuk kecamatan kelurahan.

Kalo untuk memadai saya rasa kurang masih ada yang mengeluh internet yang kami sediakan lambat (SKOR 4). (A-15)

16. Apakah Diskominfo telah memiliki fasilitas akses internet publik?

Dulu kami punya beberapa titik wifi untuk publik itu wifi.id, bisa dilihat ada juga datanya di PLID. Itu sudah berjalan dan bisa dimanfaatkan juga oleh masyarakat (SKOR 4). (A-16)

17. Bagaimana ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dasar dalam menggunakan teknologi digital di Diskominfo?

Kalau saya si merasa kurang, ada beberapa pekerjaan yang memang agak terseok-seok.

Sebenarnya jumlah sudah memadai, dan karena kita OPD teknis juga ya sebagian besar pegawai juga memang punya pengetahuan setidaknya dasar tentang pengoperasian sistem tapi seiring perkembangan kadang kita berjalannya lebih lambat dari pesatnya teknologi, jadi seperti ini masih sedikit tertinggal juga (SKOR 3). (A-17)

18. Apakah Diskominfo melaksanakan pelatihan tentang analisis dan ilmu tentang data digital bagi para pegawai?

Sebelum korona ada banyak pelatihan tentang SP4Nlapor, ada juga tentang big data namun selama corona ini belum ada lagi pelatihan terkait itu, mungkin karena dana yang terpangkas tadi ya mba, itu tidak rutin sih karena sekarang kita tidak bisa mengadakan pelatihan sendiri jadi tergantung ada pelatihan dari kementerian atau dari instansi lain kemudian kita ikut seperti itu (SKOR 1). (A-18)

(16)

FORM WAWANCARA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA METRO (Kode : B – 0…)

Nama : 1. Ardah, S.E., MAP.

2. Rahmah Yenni, S.T., M.T.

3. Joko Aji N.S, S.Stp., M.M.

4. Fizul Surya Pribadi, S.T., M.Sc.

Jabatan : 1. Kepala Bidang Infrastruktur dan Tata Ruang 2. Kepala Sub-bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah

3. Kepala Sub-bidang Infrastruktur

4. Kepala Sub-bidang Lingkungan Hidup dan Permukiman

DAFTAR PERTANYAAN

1. Apakah ada kebijakan dan program dari pemerintah provinsi maupun pusat tentang perubahan tata kelola pemerintahan menuju smart governance?

Ibu Ardah : “Ada, mungkin kalau terkait dengan tata ruang itu ada UU tentang sistem informasi geospsial nomor 4 tahun 2011.” (B-01)

Pak Joko : “Kalau secara peraturan ada, yang paling update itu ya yang terkait dengan one single submission. Itu juga basisnya tata ruang. Nah kita juga terkait ya dengan PP 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, amdal itu bisa dikecualikan untuk daerah yang memiliki RDTR disitu menunjukkan bahwa tata ruang sudah powerfull diakui pemerintah sebagai peraturan yang memiliki kekuatan pasti. Memang dengan terus berkembangnya peraturan, seperti one map policy sehingga pemetaan tidak lagi tumpang tindih antara peraturan-peraturan, kalau ada yang tumpang tindih harus disinkronkan. Di Permendagri juga sudah masuk mengenai itu.” (B-02)

2. Apakah ada lembaga yang dibentuk secara khusus untuk menaungi pengembangan smart city?

Ibu Yenni : “Itu di revisi RTRW kita ada arah kesana, salah satunya adalah arahan kebijakan untuk membentuk sebuah dewan smart city. Tapi sementara ini memang belum, tapi sudah ada rencana karena sudah tertuang di revisi RTRW.” (B-03)

Pak Fizul : “Kita sekarang hanya punya dewan SPBE itu artinya seluruh dinas di Kota Metro jika ingin mempublikasikan informasi harus melalui dewan SPBE itu. Untuk tempat informasi atau website kita sudah terintegrasi ya dengan diskominfo, memang kita bangunnya lebih awal daripada yang lain. Untuk infrastrukturnya dibangun Diskominfo, begitu kita siap langung integrasi kesana otomatis juga melalui dewan SPBE ya jadi dewan SPBE itu seperti koordinatornya terkait informasi yang masuk dan mengukur sampai sejauh mana masing-masing OPD menjalankan tata kelola berbasis elektronik tersebut.” (B-04)

3. Apakah ada MOU dengan Pemerintah Kabupten/Kota Lain, Kementerian dan Lembaga terkait upaya implementasi smart governance?

Pak Joko : “Kita pernah ada kerja sama dengan Kyushu jepang tahun 2014 tentang pengembangan smart city juga. Di bidang sanitasi juga kita juga ada kerjasama dengan SNV Netherlands. Surabaya, tangsel, dan medan juga pernah ada pelatihan bersama terkait pengembangan smart city.” (B-05)

4. Apakah pengembangan smart city menjadi program prioritas pemerintah? Mengapa?

Ibu Ardah : “Sebenarnya iya, secara implisit itu iya. Karena di Visi Misi RPJMD Kota Metro yang saat ini sebenarnya pilar-pilar smart city sudah dimasukkan. Dia mengambil competitive arch nya kota pendidikan dan kota wisata berbasis keluarga disitu juga sudah dimasukkan pembangunan partisipatif. Artinya dia sudah mengkombinasikan

(17)

antara top down dan bottom up. Tapi secara eksplisit belum, tapi sistem-sistem sudah dibangun. Seperti command center itu sudah ada. Perspektif saya tentang smart city adalah kota yang mengerti DDSD (direktorat sistem dan sumber daya informasi) kita sudah mulai membangun data yang kuat tentang kota kita sendiri. Command center itu sudah berjalan selama dua tahun dari 2018. Dan itu adalah satu-satunya di Provinsi Lampung yang memiliki fasilitas command center. Kalau ditanya mengapa, karena kita harus terus beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi supaya kita punya resiliensi yang tinggi juga.” (B-06)

5. Apa dampak implementasi teknologi dan informasi terhadap pelaksanaan pembangunan dan tata ruang kota?

Pak Fizul : “Dengan adanya peta digital, kita punya TKPRD jadi peta-peta itu kita overlay dan kita lihat apakah ada yang tidak sesuai dengan aturan tata ruang. Nantinya karena sudah menggunakan OSS itu sudah ketat ketentuannya seperti apa saja yang boleh, bagaimana bentuk bangunannya, luasnya, berapa ketentuan KDH, KDB nya seperti itu. Jadi melalui OSS bisa terlihat dengan jelas informasi tentang daerah mana yang bisa dibangun sesuai dengan fungsi dan peruntukannya, memudahkan juga bagi yang ingin berinvestasi, kan salah satu tujuannya adalah itu. Karena sejauh ini kita belum menjalankan OSS atau webgis jadi mungkin dampak teknologi terhadap tata ruang kota bentuknya seperti adanya aspirasi masyarakat yang kita tampung melalui e- musrembang terkait dengan perencanaan atau kebutuhan infrastruktur atau pembangunan, atau pelayanan-pelayanan seperti perizinan dan pajak yang sudah dapat diakses melalui online dan waktunya juga lebih cepat tidak harus langsung ke kantor, seperti itu. Kinerja internal OPD juga sangat begantung pada teknologi ya kalau sekarang ini baik dari hard infrastructure maupun soft infrastructure nya. Jika kinerja OPD baik, otomatis ada dampaknya juga dengan perkembangan suatu kota baik fisik maupun non-fisik nya.” (B-07)

6. Apakah tantangan yang dihadapi oleh BAPPEDA terkait transformasi tata kelola di era digital?

Ibu Ardah : “Banyak, salah satunya adalah data bagaimana kita membangun one big data itu.

Tetapi sudah ada wadahnya kita tinggal input kesana. Misalkan data penduduk aja, itu masing-masing OPD saja sudah berbeda. Seperti data penduduk antara BPS dengan dinas capil berbeda, kalau BPS itu proyeksi sedangkan di capil itu adalah data yang penduduk yang sebenarnya.” (B-08)

7. Apakah ada dana maupun investasi yang diperuntukkan secara khusus bagi pengembangan smart city di Kota Metro?

Ibu Yenni : “Sudah ada disemua OPD yang memakai basis elektronik itukan otomatis. Termasuk PTSP untuk mengembangkan sistem seperti aplikasi itukan pasti sudah ada anggaran nya. Kalau untuk investasi memang belum ada ya mba.” (B-09)

8. Bagaimana peran BAPPEDA dalam membantu Kota Metro untuk bertransformasi menuju smart governance terutama dalam bidang pembangunan dan tata ruang?

Ibu Yenni : “Karena kita kan tugas nya sebagai pembuat rencana ya, dan juga sebagai instansi yang berfungsi untuk mengkoordinasikan jadi dalam membangun konsep smart tersebut ya peran kita juga ada dalam perencanaannya seperti memasukkan kaidah- kaidah dari smart city atau smart governance dalam revisi RTRW tadi, seperti itu.” (B- 10)

9. Sejauh mana BAPPEDA menjalankan sistem e-government?

Pak Fizul : “Kita berusaha menjalankan arahan baik dari pusat maupun kota saja, jadi ada ketetntuan bagaimana ya sejauh ini sudah kita laksanakan. Selain itu juga kita sudah memanfaatkan fasilitas atau ruang yang telah diberikan ke kami seperti ada sistem e- musrembang sudah kami gunakan baru sebatas itu saja.” (B-11)

10. Bagaimana hubungan antara pemerintah dengan masyarakat pada perencanaan pembangunan dan tata ruang?

Pak Joko : “Kalau maksudnya smart governance itu kan mulai dilakukan dari penginputan anggaran, jadi anggaran sudah diinputkan di sistem dan tidak bisa dirubah-rubah lagi.

Dan untuk saat ini, proses penganggaran itukan berasal dari usulan yang kemudian disusun dalam bentuk dokumen perencanaan seperti RPJM atau RTRW, usulan- usulan masyarakat yang sudah melalui proses penyesuaian dengan anggota dewan dan lain-lain itu juga sudah kita masukan kedalam sistem E-musrembang, jadi

(18)

memang sudah mengarah kesitu (SKOR 4). Namun untuk pembentukan dewan smart city, baru berupa arahan karena pembentukan dewan itu juga bukan sebuah hal yang sederhana.” (B-12)

11. Apakah BAPPEDA memiliki platform bagi data dan informasi untuk dapat diakses publik?

Ibu Ardah : ”Untuk ketersediaan data dan informasi bisa cek di website kita bappeda.metrokota.go.id kita punya beberapa menu yang ada kaitannya dengan e- planning juga, ada e-monev, e-perekonomian, e-data, e-report, dan ada SiMen (sistem informasi menara) yang berupa peta titik menara yang ada di Kota Metro. Ada beberapa data yang sudah di upload dan bisa diakes masyarakat. (SKOR 5). (B- 13)

12. Apakah BAPPEDA memiliki inovasi dalam sistem penyampaian pelayanan dan pengambilan keputusan melalui media sosial, website atau aplikasi?

Ibu Yenni : “Ada, jadi nanti beberapa usulan dari masyarakat itu ditampung di musrembang, dari musrembang itu nanti diinput di e-musrembang, ada e-pokir juga. e-pokir itu usulan- usulan yang berasal dari anggota dewan sedangkan yang di e-musrembang usulan langsung dari masyarakat umum. Tetapi, belum bisa diakses publik, hanya internal saja. Untuk menyusun anggaran untuk ini untuk itu dasarnya ya dari situ dari usulan masyarakat lewat e-musrembang, usulan masyarakat dari e-pokir yang dimuat dalam dokumen rencana dan dimasukkan dalam indikasi program. Kalau e-pokir itukan sebenarnya suara masyarakat juga tapi dikiumpulinnya sama DPRD.”

(B-14)

Pak Joko : “Kalau untuk e-musrembang sudah berdampak salah satunya setiap tahun kita bisa memberikan informasi kepada masyarakat tentang pembangunan yang merupakan hasil usulan prioritas yang disampaikan melalui e-musrembang.

Terkadang ada yang meleset sedikit, tapi sebagian besar sudah mengakomodir usulan prioritas langsung. Masyarakat juga dapat melihat langsung karena informasi pembangunan kita sampaikan secara umum di forum musrembang itu.

Jadi mereka bisa melihat oh itu usulan saya dan ternyata dilaksanakan ditahun ini begitu (SKOR 4). Tetapi itu hanya saat acara bukan tersampaikan melalui kanal online, karena mereka juga mungkin ada yang tidak memiliki akses internet.” (B-15) 13. Bagaimana sistem penyampaian informasi geospasial pada BAPPEDA Kota Metro?

Pak Fizul : “Kita sudah mulai ada rencana untuk mengembangkan sistem webgis (SKOR 1), data-data sudah banyak yang dikumpulkan juga. Namun karena ada kendala covid, dan dana kita terpangkas maka webgis ini belum bisa terselesaikan pada tahun ini, mungkin pada tahun depan baru bisa dilanjutkan kembali pengerjaannya.” (B-16)

14. Apakah BAPPEDA Kota Metro memiliki aplikasi/website/media sosial bagi masyarakat untuk menyampaikan pengaduan terkait kondisi/permasalahan pembangunan dan tata ruang Kota Metro?

Ibu Ardah : “Ini kita menggunakan lapor yai yang terintegrasi dengan Diskominfo, tetapi itu bukan khusus tata ruang itu untuk umum. Tapi nanti biasanya ada kaitannya juga dengan tata ruang, misalkan ada laporan tentang bangunan diatas irigasi. Itu sudah berjalan, dan sudah ada juga beberapa permasalahan yang dilaporkan melalui lapor yai yang sudah terselesaikan (SKOR 3).” (B-17)

15. Berapa lama rentang waktu penyelesaian pengaduan/pelayanan publik/ perizinan melalui platform digital?

Pak Joko : “Sebenarnya tata ruang menurut undang-undang baru adanya di PUTR di bappeda hanya koordinasinya. Tapi kalau masalah pengaduan nanti kita langsung koordinasikan ke dinas teknis terkait. Biasanya kalau sudah masuk tahap pembahasan, kita diundang untuk turut membahas persoalan itu. Kita sebagai koordinatornya. Lihat di undang- undang 23 itu pembagiannya sudah jelas. Dari laporan yang masuk kan itu di disposisikan dulu ke kita, setelah masuk ke kita itu karena biasanya kita terkait dengan infrastruktur jadi penyelesaiannya juga disesuaikan dengan anggaran yang ada (SKOR 1).” (B-18)

16. Bagaimana sistem jaringan internet yang ada di BAPPEDA Kota Metro?

Pak Joko : “Bappeda punya jaringan internet sendiri, tetapi ada juga yang sudah terintegrasi dengan Diskominfo (SKOR 4). (B-19)

17. Apakah Bappeda pernah merencanakan adanya akses internet bagi publik?

(19)

Ibu Ardah : “Untuk free hotspot, kota metro sudah punya, salah satunya ada di taman merdeka, dan rusunawa yang ada di kampus. Tetapi untuk operasional penggunaannyakecepatan sudah lumayan ramai juga yang pakai di rusunawa (SKOR 4). Jadi seperti tidak dapat diandalkan.” (B-20)

18. Bagaimana ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dasar dalam menggunakan teknologi digital di BAPPEDA Kota Metro?

Ibu Ardah : “Sebagian besar memadai, tetapi masih juga memberdayakan yang ada walaupun kadang tidak sesuai dengan disiplin ilmunya tapi karena adanya kemauan belajar dan dengan keterbatasan yang ada masih bisa berjalan (SKOR 2).” (B-21)

19. Apakah BAPPEDA Kota Metro melaksanakan pelatihan tentang analisis dan ilmu tentang data digital bagi para pegawai?

Ibu Yenni : “Ada, terakhir ada SIMDA integrated dari BPK langsung itu sekitar empat atau lima bulan yang lalu, sebelum covid, kerena covid sekarang pelatihan jarang sih (SKOR 1).” (B-22)

(20)

FORM WAWANCARA

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG KOTA METRO (Kode : C – 0…)

Nama : 1. Sri Mulyani, S.T., M.T.

2. Renaldo Kurniawan, S.T., M.T.

Jabatan : 1. Kepala Bidang Cipta Karya

2. Kepala Sub-bagian Perencanaan dan Keuangan DAFTAR PERTANYAAN

1. Apakah Dinas PU memiliki bagian khusus untuk menangani pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi?

Pak Aldo : “Ada, bukan organisasi bagian khusus. Dia seperti operator, dia sebenernya nginduknya ke kominfo. Kita hanya input datanya saja. Tidak ada website sendiri. Itu kita biasanya lebih ke kegiatan-kegiatan di PU dimasukin kesitu. Kalo untuk bagian memang sebenarnya ada di bagaian perencanaan untuk menangani informasi dan komunikasi.” (C-01)

2. Apa dampak implementasi teknologi dan informasi terhadap pelaksanaan fungsi dan tanggung jawab Dinas PU dalam merencanakan pembangunan, peningkatan, pemeliharaan dan pelayanan sarana prasarana infrastruktur Kota Metro?

Ibu Sri : “Dampaknya jelas terasa ya, misalnya seperti sesuai prosedur, kegiatan harus kita upload ke sistem yang namanya SIRUP (sistem informasi rencana umum pengadaan).

Kamu juga nanti bisa akses di website nya. Nanti kita semua perencanaan itu bisa di akses, sudah mulai semua by sistem dari perencanaan, pelelangan, dan sistem keuangan juga bisa diakses. Jadi masyarakatnya juga tau. Dasarnya perpres no 54 tahun 2010, jadi ada dasarnya untuk menanyangkan itu jadi mau tidak mau harus di publikasikan.

Kita input ke website, itu websitenya tapi punya pusat di bagian daerah provinsi lampung kota metro ada dinas-dinasnya sendiri. Misal dinas PU di 2020 itu ada kegiatan apa saja. Lelang juga kita sudah pakai website, namanya LPSE Kota Metro. Itu untuk kontraktor dan penyedia. Dengan begitu kita itu terkontrol, baik dari kinerja, kegiatan- kegiatan, anggaran, lelang proyek karena sudah dilakukan by system jadi tidak bisa lagi misal ada permainan kan kalau begitu jatuhnya kita juga membangun kepercayaan baik bagi masyarakat maupun pusat.”(C-02)

3. Bagaimana peran PU dalam membantu Kota Metro untuk bertransformasi menuju smart governance terutama dalam bidang pembangunan dan tata ruang?

Pak Aldo : “Peran kita memberikan pelayanan yang baik, efisien, dan membangun kota secara partisipatif mendukung visi misi Kota Metro sehingga kualitas hidup masyarakat Kota Metro bisa bagus.” (C-03)

4. Sejauh mana PU menjalankan sistem e-government?

Pak Aldo : “Kalau di bidangg internal karena arahan dari pusat jadi kita sudah melakukan semua seperti pengisian SIRUP dan laporan kinerja. Tetapi kalau untuk eksternal kita belum punya banyak inovasi ya, mungkin terkait dengan ketersediaan sumber daya manusianya juga.” (C-04)

5. Apakah tantangan yang dihadapi oleh Dinas PU terkait transformasi tata kelola di era digital?

Pak Aldo : “Tantangannya yang pertama kita kekurangan SDM yang fokus di bidang itu, kita perlu rekrut orang lagi yang khusus untuk menangani itu karena tidak bisa tumpeng tindih dengan kerjaan lain.” (C-05)

6. Bagaimana hubungan antara pemerintah dengan masyarakat pada perencanaan pembangunan dan tata ruang?

Ibu Sri : “Kita ada musrembang dari tingkat RW sampai Kota, salah satu partisipasi masyarakat bisa melalui itu jadi seperti salah satu dasar melakukan pembangunan ya dari musrembang tetapi musrembang konteksnya tidak hanya untuk tata ruang.

(21)

Sekarang juga sudah ada sistemnya e-musrembang itu basisnya online (SKOR 4).”

(C-06)

7. Apakah Dinas PU memiliki platform bagi data dan informasi untuk dapat diakses publik?

Pak Aldo : “Akses publik terhadap informasi publik kita sebenarnya punya website yang difasilitasi Diskominfo, tetapi tidak update data dan informasinya (SKOR 2).

Karena kami juga masih kekurangan orang yang paham tentang operasional website seperti itu. Ada juga anjuran dari pusat terkait dengan OSS tetapi kita juga belum bisa penuhi.” (C-07)

8. Apakah Dinas PU memiliki inovasi dalam sistem penyampaian pelayanan dan pengambilan keputusan melalui media sosial, website atau aplikasi?

Ibu Sri : “Untuk membantu pengambilan keputusan, sejauh ini kita dibantu e- musrembang (SKOR 2).” (C-08)

9. Apakah Dinas PU memiliki sistem penyampaian informasi geospasial?

Ibu Sri : “Sekarang belum ada, tapi sudah ada rencana nya sh seperti melalui OSS itu dan webgis tetapi untuk sekarang belum ada (SKOR 1).” (C-09)

10. Apakah Dinas PU Kota Metro memiliki aplikasi/website/media sosial untuk menyampaikan pengaduan terkait kondisi/permasalahan pembangunan dan tata ruang Kota Metro?

Ibu Sri : “Kalo untuk pengaduan bisa melalui media sosial dan lapor yai (SKOR 3), kalau media sosial ig atau facebook itu tetapi bukan kanal resmi dari PU seperti seputar kota metro kalau lapor yai itu aplikasi pengaduan punya Diskominfo.” (C-10)

11. Berapa lama rentang waktu penyelesaian pengaduan/pelayanan publik/ perizinan melalui platform digital?

Ibu Sri : “Biasanya kalau penyelesaian terkait infrastruktur itu tergantung anggaran jadi tidak ada rentang waktunya (SKOR 1). Kalau anggaran ada, segera diselesaikan, tetapi kalau anggaran sudah terpangkas semua seperti ini ya kita diam saja. Tetapi tetap kita berikan respon, bahwa tidak bisa langsung terselesaikan tetapi nanti kalau anggaran sudah tersedia akan diselesaikan.” (C-11)

12. Bagaimana sistem jaringan internet yang ada di Dinas PU Kota Metro?

Pak Aldo : “Jaringan dari diskominfo ada yang terintegrasi, khusus untuk perencanaan keuangan juga ada sendiri. Kecepatnya cukup memadai selama ini tidak masalah (SKOR 4).” (C-12)

13. Apakah dinas PU menyediakan fasilitas internet bagi publik?

Pak Aldo : “tidak, kita tidak menyediakan fasilitas itu beda kewenangan (SKOR 0).” (C-13) 14. Bagaimana ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dasar dalam

menggunakan teknologi digital di Dinas PU Kota Metro?

Ibu Sri : “Untuk sumber daya manusianya sangat tidak memadai (SKOR 1) karena basic ilmunya sendiri banyakan tidak sesuai. Dulu kami punya GIS yang isinya tentang jalan, tapi itu tidak berjalan juga.” (C-14)

15. Apakah Dinas PU Kota Metro melaksanakan pelatihan tentang analisis dan ilmu tentang data digital bagi para pegawai?

Ibu Sri : “Untuk pelatihan ada, terakhir terkait dengan penyelenggaraan OSS sekitar lima bulan yang lalu, namun tidak rutin jadi tidak seberapa pengaruh terhadap operasional kami seperti itu (SKOR 1).” (C-15)

(22)

FORM WAWANCARA

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA METRO (Kode : D – 0…)

Nama : 1. Ir. Eka Irianta

2. Yerri Noer Kartiko, S.T.,M.T.

Jabatan : 1. Kepala Dinas Lingkungan Hidup 2. Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup DAFTAR PERTANYAAN

1. Apakah Dinas Lingkungan Hidup memiliki bagian khusus untuk menangani pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi?

Pak Yerri : “Kalau untuk website kami ada dari Diskominfo, tetapi utnuk bagian khusus yang menangani itu kita tidak punya. karena secara internal lebih kearah human resources nya karena kita jumlah orang yang didedikasikan khusus untuk itu tidak ada.” (D-01) 2. Apakah ada kebijakan dan program dari pemerintah provinsi maupun pusat tentang

perubahan tata kelola pemerintahan menuju smart governance?

Pak Yerri : “Saya pernah baca buku juga, jadi sebelum membangun smart city itu smart community nya yang harus dibangun. Dikelas apa pernah dipelajari tentang ISO 37120, 37122, 37123 dia tentang how to build smart city dan indikatornya. Terus ada juga SNI tahun 2004. Mereka membedakan smart governance dan smart government. Smart dikalangan akademisi itu biasanya beda ya dengan kami, kalau di buku itu biasanya smart selalu dikaitkan dengan ICT, IOT. Tapi kalau pake kacamata penggerak bergeraknya tidak melalu di ICT bergerknya justru di efisiensi dan efektivitas. Selama itu efisien dan efektiv itu dianggap smart. Peraturan daerah tidak ada, tapi peraturan pusat ada yang tidak di terapkan di LH peraturan yang ruang lingkupnya kalo smart governance menggunakan e ya, itu ada UU no. 32 tahun 2009 tentang pemanfaatan sistem informasi untuk kepentingan informasi publik berkaitan dengan LH. Menurut saya mainstreaming ICT yang membangun smart city di metro ini belum bagus, orang masih bertahan di teknologi lama. UU itu belum dilakukan oleh kita. UU 32 tahun 2009 itu kalo diperdakan ini perda no. 4 tahun 2013 ada juga terkait sistem informasi itu.”

(D-02)

3. Apakah ada MOU dengan Pemerintah Kabupten/Kota Lain, Kementerian dan Lembaga terkait upaya implementasi smart governance?

Pak Yerri : “Dulu sempat ditawarkan oleh GIZ, GIZ itu mengolah data yang kaitannya dengan tata ruang. Tapi basisnya adalah emisi, jadi semua kan ada emisinya dari kendaraan berjalan, berenti sampai pedagang gorengan kaki lima juga mengeluarkan emisi. Jadi kita bisa tau tu di metro masing-masing ruang atau wilayah kadar emisinya berapa, mana yang paling besar. Itulah bisa dijadikan dasar untuk melakukan intervensi pembangunan disitu agar pendekatan teknis atau pendekatan sosiologis jadi disitu tetap tata ruang tetap jalan, struktur ruang tetap oke sesuai dengan perencanaan, orang-orang tetap bisa melaksanakan aktivitas ekonominya. Katakanlah kalau kita sering makan di lapangan samber, ternyata disitu salah satu titik penghasil emisi paling tinggi, bisa jadi setelah pulang dari situ kesehatan terganggu. Nah dari situ bisa diambil keputusan tu, harus gimana apakah pedagang kaki lima kami pecah, atau diberlakukan jam tertentu.

Sudah ditawari yang seperti itu oleh GIZ, tapi belum berjalan juga. Makanya saya pikir ini masalah komitmen sih.” (D-03)

4. Apa dampak implementasi teknologi dan informasi terhadap pelaksanaan pembangunan dan tata ruang kota?

Pak Yerri : “Kalau di tata ruang, orang mau ngurus izin misal orang mau usaha membuat pabrik A itu cocoknya di daerah mana. Atau saya punya usaha A saya mau buat penggemukan sapi yang cocok tu di daerah mana si, kenapa karena secara tata ruang sesuai dengan peruntukan dan mungkin ketentuan-ketentuan lain seperti DDL. Atau misal saya punya tanah di metro timur, lalu saya mau tau ni usaha apa yang kira-kira cocok untuk dibuka disana. Tetapi itu kita belum ada sistemnya mba.” (D-04)

(23)

5. Apakah tantangan yang dihadapi oleh DLH terkait transformasi tata kelola di era digital?

Pak Yerri : “Kota metro punya kelemahan yaitu dari komitmen, komitmen itu akan bicara tentang keberpihakan dan keberpihakan itu akan berbicara tentang pengalokasian recources (sumber daya). Kalau komitmen mengembangkan smart city yang salah satu komponennya adalah smart governance dan smart office maka alokasi sumberdaya dari uang dan manusianya pasti akan disiapkan. Selanjutnya, misal jumlah sumber daya manusianya kurang maka yang dilakukan adalah pelatihan-pelatihan terkait bagaimana cara meningkatkan partisipasi masyarakat melalui smart governance, atau pengolahan data maupun informasi. Selanjutnya lagi, apabila infrastruktur atau ICT nya kurang ya diberi intervensi tetapi ini tidak juga. (D-05)

Semarang itu kita bisa tahu hari ini di jam sekian ada pelanggaran lalu lintas dimana, orang buang sampah dimana. Saya pernah masuk ke ruangan seperti command centernya itulah. Metro kota kecil, harusnya sudah bisa. Saya aja ini mau tau tentang kendaraan pengangkut sampah yang mogok atau tidak jalan, mana yang terlayani mana yang tidak itu saja saya tidak tahu, ya tidak ada alokasi dana nya untuk membuat teknologi seperti itu. Padahal sudah ada perintahnya dari UU dan permen LHK tentang dokumen lingkungan hidup atau informasi lingkungan hidup daerah. Jadi harusnya mba sebagai masyarakat bisa tahu nih, hari ini kualitas udara berapa, kualitas irigasi yang dekat lingkungan kita berapa, kenyamanan thermal berapa. (D-06)

Di new urban agenda, kalo ga salah pertamanya ngomongin komitmen dan kebijakan.

Jadi kalau tidak ada komitmen ya sulit, pasti stakeholder pemutus kebijakan itu yang harusnya memiliki komitmen. Nah sekarang mainstreaming unit teknis itu selesainya ya secara teknis, padahal tata ruang itu urusan politik juga. Kalau pemda kita concern dengan tata ruang, kalo mba tau berapa RTH sekarang di metro itu tidak sampai 5%.

Tapi pemda nya diem aja tuh, tidak merasa bahwa itu adalah amanat undang-undang kita harus melakukan audit tata ruang sebagaimana ada permen ATR nya. (D-07) Misalnya nanti orang tua kita suatu saat akan sakit hanya gara-gara kenyamanan thermal masa tua mereka berkurang karena dari pemerintahnya yang salah dalam mengambil intervensi atau kebijakan. Nah kita tidak pernah tau nih selama ini berapa kenyamanan thermal, berapa kadar emisi yang ada di lingkungan kita. Contoh lain, kalau walikotanya ingin bangun industri di Metro Timur, karena kebijakannya yang kurang jelas maka jadilah industri yang jadi akan merugikan orang yang tinggal disekitarnya. Sementara, para pemangku kebijakan di legislatif dan eksekutif nya itu tidak mengerti bagaimana pentingnya tata ruang. (D-08)

Pernah di Metro Selatan tahun 2017 pernah ada climate refugees, pengungsi karena perubahan iklim. Jadi mereka ngungsi karena di Metro Selatan tidak ada air. Kenapa tidak ada air karena semua di Kota Metro ambil airnya dari dalem tanah, PDAM juga tidak berdaya. Itu karena komitmen juga, seandainya pemerintah selaku pemangku kepentingan lebih tanggap terhadap tata ruang yang orientasinya berkelanjutan mungkin hal-hal seperti itu bisa berkurang. Parahnya lagi, Metro tidak punya peta cekungan air tanah (CAT), ketika tau cekungan larinya kemana kita tau usaha untuk mengambil airnya harus seperti apa begitu. (D-09)

Saya dulu dering berargumen dengan walikota periode sebelumnya, tentang RTRW kota lain seperti Surabaya yang sudah sustain. Mereka juga menyadari sih, banyak hal- hal yang tidak terselesaikan pada saat dia menjabat. Seperti data, beliau pernah berkata saya bagaimana mau memutuskan dengan cepat kalau saya mau mengakses data aja tidak bisa cepat. Itulah mengapa ICT menjadi penting, kita tidak punya data struktur tanah padahal peta struktur tanag itu penting contohnya dalam pembangunan jalan. Jadi kita bisa menentukan seperti apa harusnya ketebalan aspal untuk masing-masing struktur tanah, itukan beda jadi kualitas jalan juga bagus. (D-10)

Makanya semingguan kemarin setiap rapat saya selalu berkata kenapa Kota Metro ini padahal kota kecil tapi di urusan peta, data, analisis spasial itu tidak jalan. Padahal secara sumber daya manusia, sebenarnya banyak orang-orang yang kualitas nya bagus atau pinter di metro. Jangan sampai, orang tua kita, atau bahkan kita sendiri jadi sakit atau mengalami hal-hal yang tidak diinginkan karena pemangku kepentingan atau pengambil keputusannya bego dalam hal ekologi atau tata ruang. Tapi ketika eksekutif dan legislatif berkolusi untuk tidak menaati tata ruang. Nah di kita itu tidak ada pengawasan, dan law enforcement siapa yang mau mengusut pemerintah kalau tidak sesuai dengan tata ruang, tidak ada peradilan tata ruang. Sekarang siapa yang mau ngeributin RTH Kota Metro yang kurang dari 5% kan tidak ada siapa yang mau dibawa

(24)

ke pengadilan tata ruang. Jangan sampai kita atau orangtua kita terkena dampak buruk dari hal-hal tersebut. Mungkin kita bisa saja, pergi ninggakin metro, tetapi belum tentu semua orang punya kesempatan yang sama untuk meninggalkan kota ini. Sedangkan seharusnyakan no one left behind. (D-11)

Nah itu yang saya sampaikan ke walikota, meskipun awalnya marah-marah tapi kemudian setelah ke Surabaya baru beliau sadar permasalahannya. Karena mungkin selama ini dibenaknya adalah PAD terus, dan pembangunan. Tidak ada yang menggedor komitmen. Karena menurut saya nih, tata ruang dan pemanfaatan ruang itu sama dengan ekosistem. Dia model yang sifatnya investatif, tidak bisa dirasakan sekarang. Kenyamanan kita sekarang itu adalah buah atau hasil yang dikerjakan oleh orang-orang terdahulu, tapi kenyaman anak cucu kita kelak itu adalah hasil yang dikerjakan oleh kita sekarang. (D-12)

Untuk mendukung komitmen itu, sebenarnya ICT itu harusnya main. Bagaimana memutuskan kebijakan yang tepat dan cepat kalau ICT nya tidak bagus, bagaimana kita bisa mengkritik pemerintah kalau tidak berdasarkan data atau pemerintah tidak menyiapkan data. Padahal UU ITE dan UU keterbukaan informasi publik sudah ada.”

(D-13)

6. Bagaimana peran DLH dalam membantu Kota Metro untuk bertransformasi menuju smart governance terutama dalam bidang pembangunan dan tata ruang?

Pak Eka : “Kalau DLH kan OPD teknis ya jadi kita berusaha reaktif, proaktif, dan responsive terhadap pengaduan atau permasalahan lingkungan hidup mba.” (D-14)

7. Sejauh mana DLH menjalankan sistem e-government?

Pak Yerri : “E-governance dan e-government itu memang jauh lebih kecil dibandinngkan pembangunan yang sifatnya fisik makanya tidak terlihat. Kemarin saya bahas juga di rapat kenapa kita tidak pernah memikirkan tentang one source data, portal data yang bisa diakses publik. Padahal perintah dari pusat itu ada tentang e-governance. Jadi kalau dilihat dari keberadaan kebijakan si memang ada kebijakan, tapi implementasinya kurang.” (D-15)

8. Bagaimana relasi antara DLH dengan masyarakat sebagai upaya membuka jalan bagi partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan atau tata ruang?

Pak Eka : “Untuk partisipasi kita melibatkan masyarakat mulai dari kelompok masyarakat, pelajar, atau perorangan. Biasanya kolaborasi misal menanam pohon contohnya kita punya sahabat pohon, mitra konservasi, pendidikan lingkungan hidup, rumah bibit itu semua melibatkan masyarakat. Namun basisnya offline ya, kalau untuk yang online kita belum punya (SKOR 2).” (D-16)

9. Apakah Dinas Lingkungan Hidup memiliki platform bagi data dan informasi untuk dapat diakses publik?

Pak Eka : “Website ada, grup ada di facebook untuk pendukung. Website kita bergabung ke diskominfo.” (D-17)

Pak Yerri : “ Nah itu dia, menurut saya Kota Metro memiliki potensi bagus untuk menjadi kota yang sustain, saya merasa bahwa metro memiliki banyak resources yang memungkinkan untuk bisa lebih unggul jauh dibandingkan Bandung dan Surabaya.

Tidak ada potensi gempa, kalau bandung kan punya patahan lembang tapi metro tidak ada jadi kalau ada bencana itu pasti human induced sekali lagi kebijakan dan komitmen.

Jadi menurut saya ada kontribusinya terhadap kesalahan, metro berdiri sudah kurang lebih 20 tahun dan semakin kesini beban masyarakat dan pemerintah makin tinggi.

Karena harus membereskan masalah-masalah sebelumnya yang ditinggalkan oleh kebijakan, dan sedihnya itu data tidak ada. Analisis data juga tidak ada. (D- 18)

Dinas kesehatan ada yang berkaitan dengan tata ruang di bagian sanitasinya, ada survey daerah mana saja yang kumuh, daerah mana saja yang tidak sehat, daerah mana saja yang sudah terlayani sampah. Itu dulu yang membantu untuk membangun sistemnya ada saya, pak supri, mas pamda, SNV. Jadi kita sudah tau titik dan clusteringnya. Dari data itu kitaa bisa tau, misal sanitasi kan ada lima tingkatan jadi kita bisa tau tu sudah sejauh mana dan bagaimana intervensi yang akan kita lakukan. Cuma mumgkin gara- gara covid jadi terhambat juga. (D-19)

(25)

Sama dengan DIKLH data semua masih manual, kita minta dari dinas-dinas padahal pinginnya masing-masing OPD input data lalu langsung kita buat data spasialnya atau tabulasinya. Karena pembangunan kita itu kurang berdasarkan data, peta spasial. Secara internal database kita juga bagus misal kita pengen tau ni tempat kita itu kelewatan jalur sampah atau tidak itukan sebenarnya informasi publik, harusnya rute bisa diakses. Itu juga tidak ada, padahal seharusnya sudah dikerjakan. Dan undang-undangnya juga sudah ada, itu juga menentukan tata ruang. Kitakan ada JES itu kan seharusnya bisa juga dihubungkan dalam sistem digital juga. (D-20)

Untuk DIKLH seharusnya bisa diakses publik, kita ada dokumennya namun belum dapat diakses oleh publik karena belum ada kanalnya (SKOR 2). Di daerah rawasari itu ada perumahan graha imopuro, kita bisa tau tidak UKL dan UPL nya padahal di UU UKL dan UPL harus di publish lewat website. Jadi kita sebagai warga yang terkena dampak alih fungsi lahan pertanian yang ada di rawasari, kita bisa tau mereka itu udah melakukan apa saja untuk konservasi. Harusnya ada, UKL dan UPL itu harusnya di publish kita bisa tau dan kita punya legal standing sebagai warga yang terkena dampak adanya perumahan baru itu, kalau misalnya ternyata kita kena banjir gara-gara ada perumahan kan tutpan lahan itu, atau kalau mereka tidak melakukan konservasi air dan daerah kita terkena dampaknya.” (D-21)

10. Apakah DLH memiliki inovasi dalam sistem penyampaian pelayanan dan pengambilan keputusan melalui media sosial, website atau aplikasi?

Pak Yerri : “Kalau LH sendiri yang basis nya pelayanan publik itu pertama itu ada form layanan angkutan sampah, layanan penyedotan tinja, layanan keluhan masyarakat terkait dengan LH, layanan permohonan bantuan misal kebutuhan tempat sampah, biopori, dan yang terkahir ada survey kepuasan bisa diakses lewat scan QR code yang disebar melalui koran, media sosial, berita online. Tapi tidak berjalan (SKOR 2).” (D-22)

11. Bagaimana sistem penyampaian informasi geospasial pada DLH Kota Metro?

Pak Eka : “Ada satu peta jalur angkutan sampah tetapi itu juga tidak update, memang untuk itu sumber daya manusia kita juga kurang. Itu belum masuk juga ke sistem, jadi belum bisa diakses oleh publik (SKOR 0). Peta daya dukung dan daya tamping lingkungan juga kita spasialkan Cuma belum dapat diakses juga oleh publik. Sebetulnya petanya sudah ada.” (D-23)

12. Apakah DLH Kota Metro memiliki aplikasi/website/media sosial bagi masyarakat untuk menyampaikan pengaduan terkait kondisi/permasalahan pembangunan dan tata ruang Kota Metro?

Pak Eka : “Kita begitu ada informasi di media sosial atau grup, langsung ditindaklanjuti tidak usah menunggu surat resmi. Justru lebih efektif seperti itu jika dibandingkan dengan laporan resmi seperti lapor yai, itukan harus menunggu disposisi dan lain-lainnya. Selain itu saya juga welcome terhadap pengaduan dari masyarakat jadi nomor whatsapp saya, whatsapp pak yerri itu disebarluaskan, dan masyarakat bisa langsung berhubungan dengan kami apabila terdapat masalah yang terkait dengan lingkungan (SKOR 3). Biasanya saya atau pak yerri langsung mendisposisikan untuk segera ditindaklanjuti.”(D-24)

13. Berapa lama rentang waktu penyelesaian pengaduan dan pelayanan publik atau perizinan melalui platform digital?

Pak Eka : “Terakhir dapat kabar ada tumpukan sampah, yang terakhir ada aduan di tejo mulyojati, perbatasan tejo agung. Itu masuk aduan senin, kita jumat jalan begitu jumat jalan memanggil lurah dan RT (SKOR 4). Lalu diskusi bagaimana menyelesaikan masalah tersebut, dan didapat solusinya yaitu diadakan gotong royong dan himbauan langsung kepada masyarakat. Paling lama seminggu kita bisa menanggappi keluhan itu. (D-25)

Kalau dalam penanganan keluhan, kita tidak mendedikasikan satu kontak person. Jadi semua menerima keluhan tersebut dan mendisposisikan sesuai dengan masalahnya.

Setelah itu, kami tetap memberikan informasi kepada si pelapor apabila keluhan yang disampaikannya telah ditindaklanjuti seperti itu. Karena kalau hanya satu kontak, kan tidak selalu tersedia. Kita berusaha reaktif, proaktif, dan responsif mba. (D-26)

(26)

Namun ini jadinya diskresi juga dengan Permen LHK, jadi kalau pake Permen LHK tentang pengaduan keluhan, penyampaian keluhan itu banyak sekali prosedurnya.

Kalau seperti itu, akhirnya orangnya tidak sabar langsung menyampaikan ke walikota.

(D-27)

Tapi ada sisi negatifnya juga, dari sifat reaktif dan responsif itu kadang keluhan yang disampaikan tidak ada kaitannya juga dengan lingkungan hidup. Setelah ditindaklanjuti ternyata itu adalah masalah pribadi atau mencari-cari masalah. Misalnya ada aduan pencemaran sumur, padahal tidak ada mereka aja sebenarnya ribut tetangga. Kemarin terakhir juga ada aduan terkait tembok tinggi, setelah kesana padahal itu tidak ada di sempadan bangunan. Jadi ya itu negatifnya terkait pertanggungjawaban dari informasi, kalau misalkan mereka bisa recover sendiri tanpa intervensi ya sudah kita tidak perlu membuang energi untuk intervensi.” (D-28)

14. Apakah Dinas Lingkungan Hidup Kota Metro ini sudah memiliki jaringan internet dengan konektivitas yang memadai?

Pak Yerri : “Untuk jaringan internet disini sudah memadai, ada yang jadi satu dari Diskominfo ada yang kita punya sendiri (SKOR 4). Kecepatannya memadai kadang ada gangguan tapi masih wajar ya dan biasanya tidak lama” (D-29) 15. Apakah DLH menyediakan fasilitas internet bagi publik?

Pak Yerri : “Kalau untuk publik kami tidak punya mba (SKOR 0).” (D-30)

16. Bagaimana ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dasar dalam menggunakan teknologi digital?

Pak Eka : “Untuk saat ini masih memadai ya semua pekerjaan termasuk yang berkaitan dengan penggunaan teknologi (SKOR 2). Tapi seperti yang dijelaskan Pak Yerri tadi, kita sebagian besar masih stuck di teknologi lama. Apabila tidak di upgrade, ditakutkan nantinya tidak bisa bersaing mba.” (D-31)

17. Apakah Dinas Lingkungan Hidup Kota Metro melaksanakan pelatihan tentang analisis dan ilmu tentang data digital yang telah dilaksanakan?

Pak Eka : “Pelatihan pernah setahun lalu, karena program pelatihan tidak lagi tersebar di masing-masing OPD dan ada biayanya kalau sekarang program pelatihan dipusatkan di BKD dan kita yang harus mengajukan pelatihan (SKOR 1).

Akhirnya kita tergantung kementerian tuh, jadi kalau ada kementerian yang menyelenggarakan pelatihan kita ikut. Kementerian sendiri jarang melakukan pelatihan terkait itu, justru yang pernah maksa untuk pelatihan untuk pengolahan data itu di LAPAN.” (D-32)

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan adanya trdisi budaya yang di pelihara oleh masyarakat Kotodirumali Kabupaten Nagekeo yang merupakan suatu budaya bangsa Indonesia yang telah di

Bagaimana dengan menjadikan Tuhan sebagai satu- satunya penyokong dalam hidup kita dapat memampukan kita untuk berbuah

Desain dalam penelitian ini yang digunakan adalah dengan menggunakan rancangan korelasional, dalam hal ini adalah hubungan antara persepsi anak terhadap keharmonisan orang tua

1) Tokoh sentral, yaitu tokoh-tokoh yang paling menentukan gerak cerita. Mereka merupakan proses perputaran cerita. Tokoh sentral merupakan biang keladi

Keuntungan yang diperoleh dari preparasi titanium (IV) oksida dengan metode sol gel, yang meliputi sintesis bubuk nanosized yang dikristalkan dengan kemurnian tinggi pada

Menurut Bapak/Ibu apa saran yang dapat diajukan kepada pemerintah daerah dan juga kepada masyarakat lokal untuk peningkatan dan keberlangsungan program smart

beriman, kurang percaya pada kuasa Allah melalui usaha-usahanya, dan was-was terhadap konsep ‘amal-soleh’ dan tentang bangkit semula selepas mati. Walau

Melihat gambar dari anak down syndrome yang di ajari makan di ajarkan oleh terapisnya, lalu cut to wawancara dengan ahli yang memberikan petunjuk tetang terapi