• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGUNAN EKONOMI BERKELANJUTAN PEDESAAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DINEGARA BERKEMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBANGUNAN EKONOMI BERKELANJUTAN PEDESAAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DINEGARA BERKEMBANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMBANGUNAN EKONOMI BERKELANJUTAN PEDESAAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DINEGARA BERKEMBANG

Nasfi 1*, Patria Nagara 2

1 Lecturer STES Manna Wa Salwa, Padang Panjang at Indonesia nasfi.anwar@gmail.com

2 Lecturer STIE Sumatera Barat, Pariaman at Indonesia patrianagara@gmail.com

* Corresponding author: nasfi.anwar@gmail.com

Abstrak

Pembangunan ekonomi di negara berkembang tidak terlepas dari pembangunan ekonomi berkelanjutan di pedesaan, dengan mengedepankan perlindungan terhadap lingkungan dan menjaga ekosistem dipedesaan, agar tidak terjadi urbanisasi keperkotaan, seperti apa yang telah dilakukan negara-negara belahan dunia sebelum ini. Untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat dipedesaan sesuai dengan tujuan pembangunan ekonomi oleh pemerintah, untuk itu pemerintah perlu terlibat bagaimana menciptakan proyek-proyek pembangunan dipedesaan dengan melibatkan masyarakat pedesaan serta tetap mempertahankan budaya lokal. Penelitian ini dilakukan dengan metode literatur yang ada dan melihat perkembangan beberapa tahun kedepan, dengan tujuan agar tercipta program-program pembangunan untuk masyarakat pedesaan dengan mamaparkan leteratur yang ada. Pembangunan ekonomi masyarakat pedesaan, pemerintah perlu mendorong atau menciptakan proyek-proyek pembangunan dengan melibatkan masyarakat dipedesaan, serta mendukung hasil-hasil produk pedesaan dan membantu sumber pendanaan maupun pemasaran, kemudiam memperkuat kelembagaan dipedesaan.

Kata kunci ; Pembangunan, Urbanisasi, Kemitraan dan Kelembagaan Pedesaan.

Abstract

Economic development in developing countries is inseparable from sustainable economic development in rural areas, by promoting environmental protection and protecting ecosystems in the countryside, so that urbanization does not occur, like what countries in the world have done before. To create prosperity in rural communities in accordance with the objectives of economic development by the government, for that the government needs to be involved in how to create development projects in the countryside by involving rural communities while maintaining local culture. This research was conducted using existing literature methods and looking at developments over the next few years, with the aim of creating development programs for rural communities by describing the existing literature. Economic development of rural communities, the government needs to encourage or create development projects by involving rural communities, as well as supporting the results of rural products and help funding and marketing sources, then strengthen institutions in the countryside.

Keywords ; Development, Urbanization, Partnerships and Rural Institutions.

(2)

2 I. PENDAHULUAN

Berbagai cara negara-negara melakukan pengentasan kemiskinan dan kelaparan melalui produksi dan konsumsi pangan berkelanjutan telah ditetapkan dalam kerangka tujuan pembangunan berkelanjutan global (SDGs). Komitmen negara-negara untuk meningkatkan populasi dunia yang ramah lingkungan merupakan tantangan bagi beberapa negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Negara-negara berkembang, dalam skenario sumber daya alam yang langka, tanah terdegradasi, hilangnya keaneka ragaman hayati, dan iklim ekstrem (Hissa et al., 2019).

Pada tahun 2030, negara-negara penandatangan berkomitmen untuk mencapai target yang berani seperti menggandakan produktivitas pertanian dan pendapatan sambil memastikan sistem produksi pangan yang membantu menjaga ekosistem dan membalikkan degradasi lahan dengan inklusi sosial dan ekonomi (Frison, 2016). Untuk mencapai hasil ini,adopsi teknologi agroekologi akan diperlukan baik dalam sistem pertanian dan pertanian subsisten serta keterlibatan para pemangku kepentingan sosial yang secara historis dikecualikan, seperti petani kecil, keluarga petani, perempuan pedesaan , dan pemuda. Untuk tujuan ini, pemerintah perlu memberikan bantuan teknis, kredit, penelitian, dan infrastruktur untuk mendukung transisi ke sistem yang lebih berkelanjutan, mendorong kebijakan publik yang menghargai wilayah dan peran petani keluarga yang bertanggung jawab untuk memasok pasar konsumen (Frison, 2016).

Di Amerika Latin dan Karibia, diperkirakan ada 17 juta unit produksi keluarga dengan 60 juta orang, setara dengan 75-90% dari semua perusahaan pedesaan di beberapa negara di wilayah tersebut (Salcedo & Guzmán, 2014). Selain menjadi sumber lapangan kerja terbesar di pedesaan dan menghasilkan sebagian besar makanan untuk konsumsi domestik dan

pasar lokal di wilayah ini dan biasanya mengembangkan kegiatan pertanian yang beragam yang memberi mereka peran kunci dalam memastikan kelestarian lingkungan dan penyediaan layanan ekosistem dan mendukung konservasi keanekaragaman hayati (Sabourin, Samper, & Massardier, 2014).

Seperti halnya di Indonesia , Bali merupakan Propinsi Wisata, pengembangn desa wisata membutuhkan partisipasi masyarakat lokal dalam keseluruhan tahap pengembangan mulai tahap perencanaan, implementasi, dan pengawasan. Akan tetapi, dalam realitas sering terjadi pengabaian partisipasi masyarakat.

Penelitian ini bertujuan mengkaji keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan desa wisata dan merumuskan model pengembangan desa wisata yang mengedepankan partisipasi masyarakat lokal (Dewi, 2013). Untuk mewujudkan pembangungan pedesaan berbasis lingkungan diperlukan peran dan keikut sertaan masyarakat pedesaan terlibat, dengan demikian masyarakat pedesaan akan peduli terhadap lingkungan yang bekelanjutan, termasuk bagi masyarakat sendiri untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan lingkungan (Sari, Afrizal, & Indraddin, 2019).

Bila kita melihat ke Negara Amerika Latin dan Karibia, pertanian keluarga di Brasil sangat ekspresif dalam hal sosial ekonomi dan secara langsung bertanggung jawab atas pangan dan keamanan gizi penduduk. Ini menyumbang sebagian besar produk makanan dasar, seperti singkong, kacang-kacangan, susu, unggas, buah-

buahan, dan sayuran. Sektor pertanian keluarga didasarkan pada 4.367.902 unit produksi yang mewakili 84% dari semua unit pedesaan, dengan ukuran rata-rata 18,4 hektar. Pertanian keluarga mencakup 12,3 juta orang, yang merupakan 74,4% dari personel yang bekerja di pertanian Brasil. Dalam hal pendapatan, pertanian berbasis keluarga menghasilkan nilai produksi kotor hampir

(3)

3 90% lebih tinggi dari pada pertanian non-

keluarga (Agropecuário, 2006).

Mempertimbangkan pendaftaran agro industri dalam rantai pasokan makanan, peran pertanian jelas melampaui partisipasi rendahnya dalam PDB negara.

Selain tomat dan tebu, produk pertanian utama dalam hal pendapatan yang dihasilkan adalah buah dan sayuran, yang paling akhir diproduksi oleh keluarga petani (Gilio, Silva, de Camargo Barros, Fachinello, & Castro, 2016). Akibatnya besar produksi Pertanian dalam 3 tahun terakhir mengalami siklus penggunaan lahan yang berturut-turut dan tidak berkelanjutan yang mengarah pada deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, erosi tanah, dan perubahan proses pengisian ulang secara hidrologi, yang berpuncak pada degradasi sumber daya alam di bioma Hutan Atlantik dan pemiskinan pedesaan. populasi (Nehren, Schlϋter, Raedig, Sattler, & Hissa, 2018).

Menurut penelitian (Cahyandito, 2010), ada 3 (tiga) prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu ;

1) Dimensi Ekologi (lingkungan hidup).

Masalah ekologi lainnya adalah degradasi tanah atau hilangnya kesuburan tanah, akibat erosi air, angin dan pengaraman tanah. Dan penyebab lainnya hilang kesuburan tanah karena hilangnya lapisan humus dan kurangnya kemampuan tanah mengurai sampah dan limbah.

2) Dimensi Sosial.

Jumlah populasi pertumbuhan penduduk mengakibatkan rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan maupun kekurangan gizi, akibatnya meningkat penyakit dan terjadi kemiskinan atau terjadi kesenjangan pendapatan antara yang kaya dengan yang miskin.

3) Dimensi Ekonomi.

Kemajuan tekhnologi menyebabkan terjadinya dimensi ekonomi berupa perubahan globalisasi akibatnya terjadi perubahan lingkungan ekonomi, budaya dan konflik antara utara-selatan.

Kemajuan tekhnologi membuat

kemudahan dan kebebasan dalam bertransaksi, untuk itu negara harus siap menghadapi agar jangan tertindas oleh negara maju.

Dengan demikian untuk

mengembalikan lingkungan, bagaimana perlu dilakukan upaya pemerintah upaya untuk menetapkan pembangunan pedesaan berdasarkan peningkatan produktifitas dan melibatkan masyarakat pedesaan dalam pembangunan lingkungan, sehingga fungsi ekosistem dan perspektif baru yang kaya dan ramah lingkungan.

II. KAJIAN TEORI

Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional, dengan tujuan pembangunan nasional dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejehteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa, ikut dan aktif menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Tujuan pembangunan ekonomi Indonesia adalah meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat (Arfianto & Balahmar, 2016).

Dalam Ali Hanapiah Muhi (2011:4) Pembangunan desa pada hakikatnya adalah segala bentuk aktivitas manusia (masyarakat dan pemerintah) di desa dalam membangun diri, keluarga, masyarakat dan lingkungan di wilayah desa baik yang bersifat fisik, ekonomi, sosial, budaya, politik, ketertiban, pertahanan dan keamanan, agama dan pemerintahan yang dilakukan secara terencana dan membawa dampak positif terhadap kemajuan desa (Deswimar, 2014).

Pembangunan ekonomi adalah upaya- upaya yang dilakukan oleh pemerintah dengan sumber daya yang tersedia, dan bukan hanya proses ekonomi yang rasional tetapi suatu proses kebijakkan yang memperhatikan kepentingan-kepentingan kelompok tertentu (Friedman & Mason,

(4)

4 2004). Pembangunan berkelanjutan adalah

tentang melindungi dan melestarikan lingkungan alam planet ini dan mempromosikan keadilan sosial dan kesetaraan ekonomi di dalam dan antara negara(Blewitt, 2012).

Menurut Emil Salim (1990), pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang (Rahadian, 2016).

Menurut Ahossne (2001), konseptual pembangunan berkelanjutan ada beberapa pengertian yaitu, ”meets the needs ofthe present without compromising the capacity tomeet the needs of future generations”.

Berdasarkan pada pengertian tersebut dalam pembangunan berkelanjutan terdapat beberapa komponen pentingyang harus dipenuhi, yakni (Mukhlis, 2009) ;

a) Integrasi lingkungan dalam proses pembangunanekonomi.

b) Pemerataan.

c) Distribusi terhadap pengaruh kekuatan danekonomi.

d) Berorientasi pada masa depan.

e) Kegiatan antisipasi harus tersedia lebih dulu daripada kegiatan reaksi.

Berdasarkan pemikiran diatas, dapat disimpulkan pembangunan ekonomi berkelanjutan adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh pemerintah dengan segala sumber daya yang tersedia baik melalui proses ekonomi maupun dengan proses kebijakkan dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya.

III. METODE PENELITIAN

Metode penelitian pertama terdiri dari menganalisis literatur yang ada, kemudian mencoba membangun program-program untuk pengembangan pembangunan pedesaan berwawasan lingkungan serta dengan menganalisa program-progam

pembangunan nasioanal lima tahun terakhir untuk pengembangan pembangunan pedesaan kedepa.

IV. PEMBAHASAN

1. Program Pembanguan Masyarakat Pedesaan

A. Mempertahankan Urbanisasi

Ekonomi Cina yang berkembang pesat, maka terjadi urbanisasi secara cepat, masyarakat meninggalkan desa, meninggalkan pertanian, akibatnya terjadi transfer tanah ke penggunaan lain, sehingga terjadi kerusakkan lingkungan dan ekosisitem di pedesaan cina, sehingga tercipta kemiskinan- kemiskinan baru di pedesaan cina, akibatnya masyarakat pedesaan mentransfer penggunaan lahan pertanian untuk menutupi kebutuhan hidup dengan merusak lingkungan (Guo, Lin, & Su, 2019).

Pemerintah melakukan action dengan cara menciptakan peluang- peluang usaha untuk masyarakat pedesaan, sehingga penduduk desa tidak merusak lingkungan dan ekosistem, atau bahkan mereka akan melakukn urbanisasi ke kota-kota (Richardson, 1978), serta pemerintah melakukan investasi atau membiaya dalam bentuk pembangunan sekolah, kesehatan maupun bantuan keuangan untuk masyarakat pedesaan untuk menghindari urbanisasi (Satterthwaite, 2003).

B. Memberdayakan Masyarakat Pedesaan

Tujuan nasional Ukraina yang menyiratkan output PDB pada tahun 2030 mengacu pada sepenuhnya mengadaptasi praktik-praktik komunitarian terkait pertanian, kehutanan dan menyelesaikan restrukturisasi daerah pedesaan.

Inilah sebabnya mengapa penting untuk melibatkan masyarakat lokal

(5)

5 dalam tindakan penghijauan

dan konservasi, bersama dengan melibatkan mereka dalam melindungi monumen yang relevan secara historis. Untuk menghilangkan kemiskinan dan migrasi ke daerah perkotaan, daerah pedesaan adalah yang paling terkena dampak perubahan iklim, yang mencemari udara, air, tanah, mengurangi ukuran hutan melalui pembukaan yang semrawut, kepunahan sejumlah tumbuhan dan hewan yang penting, dan kehabisan sumber energi yang tidak dapat diperbarui (Walker & Plotnikova, 2018).

C. Kebijakan Top-Down dengan Kemitraan

Secara Khusus tantangan pembangungan pedesaan dengan menekankan pentingnya koordinasi vertikal untuk pembuatan kebijakan pedesaan, pandangan seperti ini dimasukkan juga dalam peraturan Pembangunan Pedesaan di Eropa, koordinasi vertikal berlangsung melalui intraksi multi level yang melibatkan aktor negara dan non negari mencakup dalam pengambilan keputusan yang terdesentralisasi dan mendorong pendekatan buttom-up. Disini peran pemerintah dalam dalam berinvestasi dalam pengembangan dan pembangunan pedesaan, dengan kata lain kebijakan pedesaan membutuhkan kerjasama horizontal melalui interaksi dengan masyarakat pedesaan (Koopmans, Rogge, Mettepenningen, Knickel, &

Sandra, 2017).

2. Meningkatkan Program Proyek Percontohan kebijakkan Publik

Kasus di Pedesaan RIO De Jeneiro dengan pegembangan proyek sistem pertanian yang berkelanjutan terintegrasi, dengan tujuan proyek

percontohan ini untuk meningkatkan kembampuan kewirausahaan dan peluang bagi petani di pedesaan RIO, sehingga sosial dan lingkungan serta partisipatif masyarakat pedesaan, dengan mengutamakan pendekatan terintegrasi, dan terkoordinasi untuk intervensi publik dan swasta dalam bidang pertanian , (Hissa et al., 2019) ;

a) Mendukung produksi pedesaan dan daya saing memberikan bantuan kepada penerima manfaat pedesaan dengan bekerja bersama kelompok masyarakat di tingkat lokal, kota, dan regional. Untuk meningkatkan keterampilan organisasi dan partisipasi melalui pengembangan kapasitas dan kegiatan perencanaan.

Komponen ini juga bertujuan untuk mengoperasikan perubahan dalam proses produksi pedesaan dalam kerangka pengembangan pertanian berbasis pasar yang fokus pada peningkatan dan peningkatan produktivitas petani kecil. Ini juga membantu membangun kembali lingkungan produktif para petani kecil yang terkena dampak bencana alam Januari 2011 di Wilayah Serrana.

Menurut Elizabet dalam penelitiannya, dukungan kebijakkan pemerintah terhadap produksi pedesaan agar bisa meningkatkan dayasaing dapat disimpulkan diantaranya (Elizabeth, 2017) ;

1) Pengembangan standarisasi mutu olahan untuk skala usaha kecil.

2) Pengembangan kelembagaan pelaku usaha.

3) Pengembangan dan pengolahan potensi pasar domestik.

4) Penggunaan peralatan tekhnologi modern.

5) Pengembangan produk turunan.

(6)

6 6) Pembatasan impor produk-

produk yang sama dengan produksi pedesaan.

7) Regulasi mengharuskan pasar- pasar modern untuk memasarkan produksi masyarakat pedesaan

8) Mempermudah akses untuk

mendapatkan modal

keuangan.

9) Membantu dan mempermudah perluasan pasar ekspor dan didukung transportasi dan perizinan.

b) Memperkuat kerangka kerja

kelembagaan berupaya

meningkatkan kerangka kerja kelembagaan negara yang mendukung pengembangan pertanian berbasis pasar dengan (1) memperkuat lembaga-lembaga pedesaan dan mekanisme koordinasi, (2) meningkatkan mekanisme dukungan keuangan publik dan swasta, dan (3) melakukan jaringan penelitian partisipatif untuk memfasilitasi transfer pengetahuan agroekologis antara penelitian pertanian dan layanan penyuluhan dan petani.

Upaya dan program pemerintah untuk memperkuat kerangka kerja kelembagaan untuk meniciptakan kesejahteraan masyarakat pedesaan dengan langkah memperkuat lembaga-lembaga pedesaan seperti mengalakkan pendirian Bum-Des atau Bum-Nag (di Sumatera Barat) atau LKM gunanya untuk mendukung pemasaran produk dan sumber- sumber pendanaan di pedesaan serta memberikan transfer ilmu pengetahuan seperti dipedesaan masalah pertanian dengan tujuan tidak merusak lingkungan dan ekosistem di pedesaan.

c) Koordinasi proyek dan manajemen informasi mendukung keseluruhan

manajemen proyek, koordinasi dan implementasi, pemantauan dan evaluasi, serta penyebaran informasi pembangunan pedesaan utama yang berkelanjutan di bawah proyek dengan membiayai (1) koordinasi proyek dan (2) manajemen informasi.

Peran pemerintah dalam pelaksanaan atau menciptakan proyek fisik dan non fisik serta memberikan informasi tujuan tak lain adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat pedesaan dengan tidak merusak lingkungan dan ekosistem, setiap pelaksanaan proyek fisik dan non fisik dengan tetap berkoordinasi dengan masyarakat atau bahkan mengikutsertakan dengan memberikan informasi yang bisa dan mudah dimengerti oleh masyarakat sesuai dengan budaya lokal.

V. KESIMPULAN

Negara berkembang untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat dipedesaan dimana pola pembangunan ekonomi harus memperhatikan lingkungan dan ekosistim dipedesaan itu sendiri, agar tidak merusak lingkungan dan ekosistem untuk mencapai kesejahteraan, disini letak sangat diperlukan peran pemerintah dinegara berkembang tersebut, bagai mana menciptakan proyek-proyek pembangunan dipedesaan untuk menghindari urbanisasi masyarakat pedesaan, serta memberdayakan masyarakat pedesaan dalam kegiatan menciptakan potensi-potensi ekonomi dan mengajak melakukan penghijauan lingkungan, kemudian pemerintah meminta apa yang dibutuhkan atau apa ide mereka untuk pembangunan dengan pola kemitraan atau top-down.

Untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat dipedesaan negara berkembang, pemerintah harus terlibat dalam rangka pengembangan proyek-proyek percontohan dengan mendukung produksi pertanian masyarakat pedesaan dan memberi mereka peluang untuk menciptakan inovasi-inovasi serta mempermudah pendanaan serta

(7)

7 mentranfer cara menciptakan produk hilir,

dan ini tidak terlepas dari pemerintah mensupor pendirian lembaga-lembaga dipedesaan untuk mereka bertukar informasi maupun tempat mereka membutuhkan pendanaan seperti lembaga keuangan dan lembaga yang menampung produksi di pedesaan.

Referensi

Agropecuário, I. C. (2006). Agricultura Familiar: Primeiros Resultados 2006.

Rio de Janeiro: Instituto Brasileiro de Geografia E Estatística–IBGE.

Arfianto, A. E. W., & Balahmar, A. R. U.

(2016). Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Ekonomi Desa.

JKMP (Jurnal Kebijakan Dan Manajemen Publik), 2(1), 53–66.

Blewitt, J. (2012). Understanding sustainable development. Routledge.

Cahyandito, M. F. (2010). Pembangunan Berkelanjutan, Ekonomi dan Ekologi, Sustainability Communication dan Sustainability Reporting. Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 5(1).

Deswimar, D. (2014). Peran Program Pemberdayaan Masyarakat desa dalam pembangunan pedesaan. Jurnal El- Riyasah, 5(1), 41–52.

Dewi, M. H. U. (2013). Pengembangan desa wisata berbasis partisipasi masyarakat lokal di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali. Jurnal Kawistara, 3(2).

Elizabeth, R. (2017). REVITALISASI INDUSTRI PRODUK OLAHAN DAN

PEMBERDAYAAN LEMBAGA

KEMITRAAN MENDUKUNG

PENINGKATAN PEMASARAN,

DAYA SAING DAN

KESEJAHTERAAN PETANI

PISANG. UNES Journal of Scientech Research, 2(1), 1–17.

Friedman, M. T., & Mason, D. S. (2004). A stakeholder approach to understanding economic development decision making: Public subsidies for professional sport facilities. Economic Development Quarterly, 18(3), 236–

254.

Frison, E. A. (2016). From uniformity to diversity: a paradigm shift from industrial agriculture to diversified agroecological systems.

Gilio, L., Silva, A. F., de Camargo Barros, G. S., Fachinello, A. L., & Castro, N. R.

(2016). O Agronegócio em Minas Gerais: Evolução do Produto Interno Bruto entre 2004 e 2015. Revista de Economia E Agronegócio, 14(1, 2, 3).

Guo, S., Lin, L., & Su, S. (2019).

Interactions between sustainable livelihood of rural household and agricultural land transfer in the mountainous and hilly regions of Sichuan , China, (November 2018), 1–

18. https://doi.org/10.1002/sd.1937 Hissa, H. R., Alves Filho, N. T., Costa, M.,

Strauch, G., Bassi, L., & de Assis, R. L.

(2019). Sustainable rural development in Rio de Janeiro state: the Rio rural program. In Strategies and Tools for a Sustainable Rural Rio de Janeiro (pp.

23–39). Springer.

Koopmans, M. E., Rogge, E., Mettepenningen, E., Knickel, K., &

Sandra, S. (2017). The role of multi- actor governance in aligning farm modernization and sustainable rural development, 1–11.

Mukhlis, I. (2009). Eksternalitas, Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan dalam Perspektif Teoritis. Jurnal Ekonomi Bisnis, Tahun, 14.

Nehren, U., Schlϋter, S., Raedig, C., Sattler, D., & Hissa, H. (2018). Strategies and Tools for a Sustainable Rural Rio de Janeiro. Springer.

Rahadian, A. H. (2016). Strategi pembangunan berkelanjutan. In Prosiding Seminar STIAMI (Vol. 3, pp.

46–56).

Richardson, H. W. (1978). Growth centers, rural development and national urban policy: a defense. International Regional Science Review, 3(2), 133–

152.

Sabourin, E., Samper, M., & Massardier, G.

(2014). Políticas públicas para as

(8)

8 agriculturas familiares: existe um

modelo Latino-americano?

Salcedo, S., & Guzmán, L. (2014).

Agricultura familiar en América Latina y el Caribe: recomendaciones de política. Santiago: fAO.

Sari, S. K., Afrizal, A., & Indraddin, I.

(2019). Keberhasilan PKBI Sumatera Barat Dalam Mewujudkan Perilaku Sehat Kolektif Pada Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM)(Suatu Studi Pemberdayaan Komunitas).

JISPO: Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 9(1), 49–68.

Satterthwaite, D. (2003). The Millennium Development Goals and urban poverty reduction: great expectations and nonsense statistics. Environment and Urbanization, 15(2), 179–190.

Walker, K., & Plotnikova, M. (2018).

Ecological settlement as a self- government model in rural areas.

Management Theory And Studies For Rural Business And Infrastructure Development, 40(3), 416–423.

Referensi

Dokumen terkait

Bahagian A mengandungi tujuh item berkaitan latar belakang responden iaitu tingkatan, jantina, umur, keputusan peperiksaan Penilaian Menengah Rendah, keputusan bahasa Inggeris dalam

Dengan kata lain, semakin tinggi resiliensi yang dimiliki siswa/i dengan latar belakang keluarga disfungsional di SMPK “X”, maka semakin tinggi prestasi akademik yang

Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah menjalankan proses monitoring dan evaluasi evaluasi internal dalam rangka proses penjaminan mutu yang bertujuan untuk memenuhi atau

Dengan travel cost method menunjukkan bahwa dari enam variabel dalam penelitian yaitu biaya perjalanan Pantai Sigandu, biaya perjalanan obyek wisata lain (Pantai

Persoalan yang mengemuka selama ini, antara lain, pengguna bahasa Aceh, baik penutur asli mau- pun penutur asing, merasa bingung; tidak ada refe- rensi yang standar yang praktis

Menurut Supranto (2010: 228), kualitas pelayanan adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan suatu yang harus dikerjakan dengan baik, dengan harapan pelanggan

Pada dasarnya aliran fluida dalam pipa akan mengalami penurunan tekanan atau pressure drop seiring dengan panjang pipa ataupun disebabkan oleh gesekan dengan

Para pihak yang terkait dalam perjaan kerja adalah pekerja outsourcing, perusahaan outsourcing atau penyedia jasa tenaga kerja, kemudian adanya pihak ketiga