• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PENDERITA TUBERKULOSIS DI WILAYAH NON PESISIR SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PENDERITA TUBERKULOSIS DI WILAYAH NON PESISIR SURABAYA"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR – SS 145561

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN

RUMAH TANGGA PENDERITA TUBERKULOSIS DI WILAYAH NON PESISIR SURABAYA

Umniyyah Taufiqoh NRP 10611500000105

Pembimbing

Dra. Destri Susilaningrum, M.Si

Program Studi Diploma III Departemen Statistika Bisnis Fakultas Vokasi

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

(2)

TUGAS AKHIR – SS 145561

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN

RUMAH TANGGA PENDERITA TUBERKULOSIS DI WILAYAH NON PESISIR SURABAYA

Umniyyah Taufiqoh NRP 10611500000105

Pembimbing

Dra. Destri Susilaningrum, M.Si

Program Studi Diploma III Departemen Statistika Bisnis Fakultas Vokasi

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

(3)

FINAL PROJECT – SS 145561

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING HOUSEHOLD FOOD SECURITY OF

TUBERCULOSIS PATIENTS IN NON COASTAL AREAS SURABAYA

Umniyyah Taufiqoh NRP 10611500000105

Supervisor

Dra. Destri Susilaningrum, M.Si

Study Programme of Diploma III Department of Business Statistics Faculty of Vocations

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

(4)
(5)

iii

(6)

iv

TUBERKULOSIS DI WILAYAH NON PESISIR SURABAYA

Nama : Umniyyah Taufiqoh

NRP : 10611500000105

Departemen : Statistika Bisnis Fakultas Vokasi Dosen Pembimbing : Dra Destri Susilaningrum, M.Si

Abstrak

Ketahanan pangan merupakan suatu sistem ekonomi pangan yang terintegrasi terdiri atas berbagai subsistem. Ketahanan pangan mengandung dua unsur pokok, yaitu ketersediaan pangan cukup dan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan yang memadai.

Ketidakstabilan ekonomi suatu negara merupakan salah satu akibat terjadinya kerawanan pangan, oleh karena itu pemerintah melakukan upaya pencegahan terjadinya kerawanan pangan, namun dalam pemenuhan kebutuhan pangan ini terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah pemenuhan gizi dan nutrisi kurang layak sehingga menimbulkan berbagai macam penyakit, salah satunya adalah Tuberkulosis. Surabaya merupakan Kota yang menempati urutan pertama di Jawa Timur mengenai penyebaran penyakit TB, terdapat 4.493 warga Surabaya yang terinfeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status ketahanan pangan rumah tangga penderita TB paru di puskesmas wilayah non pesisir kota Surabaya menggunakan metode regresi logistik biner. Hasil analisis menunjukkan bahwa 84% merupakan rumah tangga rawan pangan, sedangkan sisanya yaitu sebesar 16% merupakan rumah tangga tahan pangan. Variabel pekerjaan Kepala Rumah Tangga, jumlah balita, status kepemilikan rumah, jenis lantai, dan jenis atap berpengaruh signifikan terhadap status ketahanan pangan rumah tangga penderita tuberkulosis di Wilayah no pesisir Surabaya.

Kata Kunci : Ketahanan Pangan, Kota Surabaya, Regresi Logistik Biner, Tuberkulosis

(7)
(8)
(9)

v

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING HOUSEHOLD FOOD SECURITY OF TUBERCULOSIS PATIENTS IN

NON COASTAL AREAS SURABAYA

Name : Umniyyah Taufiqoh

NRP : 10611500000105

Department : Business Statistics Faculty of Vocations Supervisor : Dra Destri Susilaningrum, M.Si

Abstract

Food security is an integrated food economy system consisting of various subsystems. Food security contains two main elements, namely the availability of adequate food and the accessibility of the community to adequate food. Economic instability of a country is one of the consequences of food insecurity, therefore the government made efforts to prevent the occurrence of food insecurity, but in the fulfillment of these food needs there are some obstacles, one of which is the fulfillment of nutrition and nutrition less feasible, causing various diseases, one of them is Tuberculosis. Surabaya is the first city in East Java on the spread of TB disease, there are 4,493 Surabaya residents infected with Mycobacterium Tuberculosis bacteria. Therefore, this study was conducted to determine the factors that affect the status of household food security of pulmonary TB patients in the non-coastal community health centers of Surabaya using binary logistic regression method. The results showed that 84% were food insecure, while the remaining 16% were food resistant households. The wife education variables, the number of children under five, the type of floor, the house ventilation, and water source have a relationship with the status of household food security of TB patients in non-coastal areas of Surabaya.

Keywords: Binary Logistic Regression, Food Security, Surabaya City, Tuberculosis

(10)
(11)
(12)

vi

rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita Tuberkulosis di Wilayah Non Pesisir Surabaya”. Penyusunan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar karena tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Destri Susilaningrum, M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing, mengarahkan dengan sabar, mendukung serta menyediakan fasilitas untuk menyelesaikan Tugas Akhir bagi penulis.

2. Ibu Dra. Sri Mumpuni Retnaningsih,MT selaku validator sekaligus selaku dosen penguji serta Iis Dewi Ratih, S.Si., M.Si yang juga merupakan dosen penguji yang telah memberikan saran-saran untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Dr. Wahyu Wibowo, S.Si, M.Si selaku Kepala Departemen Statistika Bisnis ITS yang telah menyediakan fasilitas utuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Ibu Ir. Sri Pingit Wulandari, M.Si selaku Kepala Program Studi Departemen Statistika Bisnis ITS, yang telah memberikan saran-saran, nasihat, motivasi untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.

5. Ibu Dra. Lucia Aridinanti, M.T selaku dosen wali penulis yang telah memberikan nasehat, motivasi, serta bimbingan kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan.

6. Seluruh Dosen dan karyawan Departemen Statistika Bisnis ITS yang telah memberikan pengalaman, ilmu kepada penulis serta memberikan kelancaran dalam kuliah baik dari sarana prasarana.

7. Kedua orang tua penulis, Almarhum Bapak Masrukan dan Ibu Siti Ruqoiyah Rusmin yang selama hidup beliau telah

(13)

vii

memberikan segalanya bagi penulis, cinta, kasih sayang, pengorbanan, perjuangannya dan do’a bagi penulis sehingga penulis bisa sampai seperti sekarang ini.

8. Seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan do’a dan dukungan kepada penulis, yang selalu ada untuk penulis saat suka maupun duka dan yang selalu membe- rikan semangat bagi penulis untuk segera menyelesaikan Tugas Akhir ini.

9. Seluruh tim surveyor yang telah membantu dalam pe- ngumpulan data untuk Tugas Akhir ini.

10. Sahabat-sahabat tercinta serta seluruh rekan-rekan maha- siswa Departemen Statistika Bisnis Fakultas Vokasi ITS khususnya angkatan 2015 “HEROES” dan semua pihak yang selalu memberikan semangat dan doa sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

11. Semua pihak yang telah memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat meng- harapkan kritik dan saran yang membangun agar berguna untuk perbaikan berikutnya. Semoga laporan Tugas Akhir ini bermanfaat.

Surabaya,10 Juli 2018

Penulis

(14)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

TITLE PAGE ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Batasan Masalah ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Logistik Biner ... 7

2.1.1 Estimasi Parameter ... 8

2.1.2 Pengujian Signifikansi Parameter ... 10

2.1.3 Kesesuaian Model ... 13

2.1.4 Prosedur Klasifikasi... 14

2.1.5 Odds Ratio ... 14

2.2 Ketahanan Pangan ... 15

2.3 TB ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sumber Data ... 17

3.2 Variabel Penelitian ... 17

3.3 Metode Pengambilan Sampel ... 24

3.4 Metode Analisis ... 26

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Rumah Tangga Penderita Penyakit TB di Wilayah Non Pesisir Kota Surabaya ... 29

(15)

ix

4.1.1 Karakteristik Kasus Penyakit TB di Wilayah

Non Pesisir Kota Surabaya ... 29

4.1.2 Karakteristik Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita Penyakit TB di Wilayah Non Pesisir Kota Surabaya ... 31

4.1.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Penderita Penyakit TB di Wilayah Non Pesisir Kota Surabaya ... 37

4.2 Analisis Regresi Logistik Biner ... 38

4.2.1 Estimasi Parameter ... 38

4.2.2 Model Logit pada Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita Penyakit TB di Wilayah Non Pesisir Kota Surabaya ... 45

4.2.3 Uji Kesesuaian Model Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita Penyakit TB di Wilayah Non Pesisir Kota Surabaya ... 46

4.2.4 Ketepatan Klasifikasi Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita Penyakit TB di Wilayah Non Pesisir Kota Surabaya ... 47

4.3 Nilai Odds Ratio ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA. ... 53

LAMPIRAN ... 55

BIODATA PENULIS... 83

(16)

x

Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi ... 14

Tabel 2.2 Tabel Model Regresi Variabel Prediktor Biner ... 15

Tabel 3.2 Variabel Penelitian ... 20

Tabel 3.3 Indikator Ketahanan Pangan ... 22

Tabel 3.4 Struktur Data ... 23

Tabel 3.5 Jumlah Populasi dan Sampe pad Tiap Puskesmasl... 23

Tabel 4.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Penderita Penyakit TB di Wilayah Non Pesisir Surabaya ... 37

Tabel 4.2 Hasil Uji Parsial dengan Memasukkan Seluruh Variabel Prediktor ... 40

Tabel 4.3 Hasil Uji Parsial Terhadap dengan Memasukkan Tujuh Variabel Prediktor ... 42

Tabel 4.4 Hasil Uji Parsial Terhadap Variabel yang Digunakan dalam Pembentukan Model ... 45

Tabel 4.5 Hasil Uji Kesesuaian Model... 47

Tabel 4.6 Klasifikasi Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita TB di Wilayah Non Pesisir Surabaya ... 47

Tabel 4.7 Nilai Odds Ratio dari Variabel yang Masuk dalam Model ... 48

(17)
(18)
(19)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 27 Gambar 4.1 Perentase Penderita Penyakit TB Menurut

Jumlah Penduduk per Kecamatan di Wilayah Non Pesisir Kota Surabaya Tahun 2017 ... 30 Gambar 4.2 Persentase Penderita Penyakit TB Berdasarkan

Jenis TB ... 30 Gambar 4.3 Persentase Penderita Penyakit TB Berdasarkan

Lama Pengobatan ... 31 Gambar 4.4 Persentase Penderita Penyakit TB Berdasarkan

Indikator Kecukupan Pangan ... 31 Gambar 4.5 Persentase Penderita Penyakit TB Berdasarkan

Frekuensi Makan ... 32 Gambar 4.6 Persentase Penderita Penyakit TB Berdasarkan

Indikator Stabilitas Pangan ... 32 Gambar 4.7 Persentase Penderita Penyakit TB Berdasarkan

Akses Fisik, Akses Sosial, Akses Ekonomi ... 33 Gambar 4.8 Persentase Penderita Penyakit TB Berdasarkan

Indikator Aksesibilitas dan Kontinyuitas ... 34 Gambar 4.9 Persentase Penderita Penyakit TB Berdasarkan

Ketersediaan Pangan ... 34 Gambar 4.10 Persentase Penderita Penyakit TB Berdasarkan

Kualitas atau Keamanan Pangan ... 35 Gambar 4.11 Persentase Penderita Penyakit TB Berdasarkan

Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga ... 36 Gambar 4.12 Analisis Ketahanan Pangan Tiap Kecamatan .... 37

(20)
(21)
(22)

xii

Lampiran 1. Data Penderita TB di Wilayah Non Pesisir Surabaya... 55 Lampiran 2. Penentuan Status Ketahanan Pangan ... 63 Lampiran 3. Output Analisis Regresi Logistik Biner dengan

Memasukkan Seluruh Variabel Prediktor ... 72 Lampiran 4. Output Analisis Regresi Logistik Biner dengan

Memasukkan Variabel Prediktor yang Digunakan Dalam Model ... 74 Lampiran 5. Surat Keaslian Data ... 76 Lampiran 6. Surat Izin Survei ... 77 Lampiran 7. Kuisioner Penelitian... 79 Lampiran 8. Dokumentasi ... 82

(23)
(24)
(25)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketahanan pangan merupakan suatu sistem ekonomi pa- ngan yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai subsistem (Suryana, 2003). Ketahanan pangan setidaknya mengandung dua unsur pokok, yaitu ketersediaan pangan yang cukup dan aksesi- bilitatass masyarakat terhadap pangan yang memadai, dimana kedua unsur tersebut mutlak terpenuhi untuk mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat (Hasan, 2006). Ketaha- nan pangan merupakan satu kesatuan utuh atas dimensi keter- sediaan, aksesibilitas, dan stabilitas harga pangan. Sedangkan Dewan Ketahanan Pangan (DKP) bersama World Food Program (WFP) telah merumuskan indikator-indikator ketahanan pangan yang dikelompokkan ke dalam tiga faktor, yaitu faktor keter- sediaan, akses, dan pemanfaatan pangan (DKP, 2017). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem ketahanan pangan terdiri dari tiga subsistem utama yaitu ketersediaan, akses, dan penye- rapan pangan. Ketersediaan pangan harus mampu mencukupi pangan yang didefinisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Suryana, 2003). Akses pangan adalah kemampuan semua rumah tangga dan individu dengan sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh pangan yang cukup untuk kebutuhan gizinya. Akses pangan meliputi akses ekonomi, fisik, dan sosial. Akses ekonomi tergantung pada pendapatan, kesempatan kerja, dan harga. Akses fisik menyangkut tingkat isolasi daerah (sarana dan prasarana distribusi), sedangkan akses sosial menyangkut tentang preferensi pangan. Sedangkan penyerapan pangan adalah penggunaan pa- ngan untuk kebutuhan hidup sehat yang meliputi kebutuhan energi dan gizi, air, dan kesehatan lingkungan. Efektifitas dari penyerapan pangan tergantung pada pengetahuan rumah tang- ga/individu, sanitasi dan ketersediaan air, fasilitas dan layanan ke- sehatan, serta penyuluhan gizi dan pemeliharaan balita. Penye-

(26)

rapan pangan merujuk pada penggunaan pangan oleh rumah tangga dan kemampuan individu untuk menyerap dan metabo- lisme zat gizi (DKP, 2017).

Informasi mengenai ketahanan, kemandirian, dan kedau- latan pangan menjadi sangat penting untuk mendukung program pemerintah dalam pembangunan sektor unggulan. Ketidakstabilan ekonomi suatu Negara merupakan salah satu akibat terjadinya kerawanan pangan, oleh karena itu pemerintah telah melakukan berbagai upaya pencegahan terjadinya kerawanan pangan dengan melakukan pemenuhan kebutuhan pangan, namun terkadang dalam pemenuhan akan kebutuhan pangan ini terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah pemenuhan gizi kurang layak se- hingga menimbulkan berbagai macam penyakit, salah satunya adalah Tuberkulosis (TB). Ketahanan pangan berpengaruh besar terutama terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi, jika pemenuhan kebutuhan akan nutrisi tidak cukup baik, maka penyakit akan mudah menyerang tubuh. Salah satu penyakit yang mudah me- nular yaitu penyakit TB, karena TB merupakan salah satu penyakit yang menjadi pencapaian MDGs (Millenium Deve- lopment Goals) dan menjadi tugas pemerintah untuk memerangi penyakit TB (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2016).

TB adalah adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobac- terium Tuberculosis) , sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang, yang bersifat tahan terhadap asam. Oleh karena itu,kuman ini disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati jika terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan, tubuh kuman ini dapat dorman atau tertidur selama beberapa tahun (Suryo, 2010). Surabaya merupakan Kota yang menempati urutan pertama penyebaran penyakit TB. Warga Surabaya rentan terserang bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Setidaknya ter- dapat 4.493 warga Surabaya yang terinfeksi bakteri Myco- bacterium Tuberculosis (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2017).

(27)

3

Pada tahun 2013, penyakit TB juga merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak di Surabaya dan Surabaya juga sebagai kota terbesar kedua di Indonesia dengan luas wilayah kurang lebih 326,37 km2 dan dengan jumlah penduduk kurang lebih 2.801.409 jiwa, secara administratif terbagi dalam 31 kecamatan dimana 20 kecamatan yang ada di Kota Surabaya terletak diwilayah non pesisir yang dirujuk dalam (Prabawati, 2012). Penelitian kali ini dilakukan di daerah non pesisir Surabaya karena pe-nelitian sebelumnya dilakukan di daerah pesisir Surabaya.

Hasil penelitian sebelumnya dengan menggunakan metode regresi logistik biner pada wilayah yang berbeda, yaitu wilayah pesisir dengan jumlah 11 kecamatan dan 20 puskesmas menun- jukkan bahwa wilayah pesisir Kota Surabaya yang memiliki jum- lah penderita TB paru tertinggi pada tahun 2015 adalah Keca- matan Kenjeran yaitu sebesar 295 pasien, sedangkan jumlah penderita TB paru terendah dimiliki oleh Kecamatan Bulak dan Gunung Anyar, yaitu sebesar 29 pasien. Variabel yang memiliki hubungan dengan status ketahanan pangan rumah tangga penderita penyakit TB paru di wilayah pesisir Kota Surabaya adalah variabel tingkat pendidikan terakhir kepala rumah tangga, tingkat pendidikan terakhir istri, jumlah anggota rumah tangga, jumlah anak balita, kepadatan hunian rumah, luas ventilasi rumah, dan status kepemilikan WC/toilet/jamban. Maka dari itu, dila- kukan penelitian di wilayah non pesisir Surabaya untuk memban- dingkan dengan wilayah pesisir pantai. Variabel-variabel yang digunakan pana penelitian ini berdasarkan jurnal “Pemodelan Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita Penyakit TB Paru Menggunakan Metode Regresi Logistik Biner” oleh Ayu Dwi Rositawati. Pada penelitian ini diharapkan dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan dari rumah tangga dengan penderita TB dengan menggunakan regresi logistik biner.

(28)

1.2 Perumusan Masalah

Ketahanan pangan harus selalu ditingkatkan untuk men- sejahterakan masyarakat. Jika pemenuhan akan kebutuhan nutrisi kurang, maka tidak menutup kemungkinan berbagai macam pe- nyakit menyerang tubuh seseorang, salah satunya adalah penyakit TB, oleh karena itu permasalahan yang ingin diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran karakteristik rumah tangga penderita TB dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga penderita TB di Wilayah non pesisir Surabaya menggunakan regresi logistik biner serta odds ratio dari faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga penderita TB di Wilayah non pesisir Surabaya.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, berikut merupakan tujuan dari penelitian ini.

1. Mengetahui gambaran karakateristik pada rumah tangga penderita TB di Wilayah non pesisir Surabaya.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan pada rumah tangga penderita TB di Wilayah non pesisir Surabaya.

3. Mendapatkan odds ratio pada rumah tangga penderita TB di Wilayah non pesisir Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh bagi masyarakat non pesisir Surabaya adalah memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan pada rumah tangga pen- derita TB di Wilayah non pesisir Kota Surabaya, dan diharapkan informasi tersebut dapat menjadi bahan evaluasi untuk Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah rumah tangga penderita TB yang berada di 20 kecamatan non pesisir Kota Surabaya. Kecamatan-kecamatan yang berada diwilayah non pesisir Surabaya antara lain Kecamatan Bubutan, Dukuh Pakis,

(29)

5

Genteng, Gubeng, Sawahan, Simokerto, Sukomanunggal, Tambaksari, Tegalsari, Wonokromo, Pakal, Tandes, Sambikerep, Lakarsantri, Wiyung, Jambangan, Karangpilang, Wonocolo, Ga- yungan, dan Tenggilis Mejoyo.

(30)

Halaman ini sengaja dikosongkan

(31)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode-metode analisis yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan, yaitu tabel kontingensi, uji independensi, dan analisis regresi logistik biner serta tinjauan non statistik.

2.1 Analisis Regresi Logistik Biner

Indeks Analisis regresi logistik digunakan untuk men- jelaskan hubungan antara variabel tak bebas yang berupa data dikotomik atau biner dengan variabel bebas yang berupa data berskala interval dan kategorik (Hosmer & Lemeshow, 2000).

Variabel tak bebas berskala biner adalah variabel tak bebas y yang menghasilkan dua kategorik (dikotomik) yang dinotasikan sebagai y = 2 menyatakan kejadian sukses dan y = 1 menyatakan kejadian gagal. Dalam keadaan demikian variabel Y mengikuti distribusi Bernoulli untuk setiap observasi tunggal, memiliki fungsi probabilitas yang ditunjukkan pada Persamaan (2.1).

1

; 1,2 )

(y   1 y

fyy (2.1)

Sehingga jika y =1, maka f

 

y 1dan jika y = 1 maka

 

y

f . Bentuk umum model regresi logistik dengan p variabel bebas adalah :

) ....

exp(

1

) ...

) exp(

(

1 1 0

1 1 0

p p

p p

x x

x x x

 

  (2.2)

Dimana : )

(x = Peluang kejadian sukses dengan nilai probabilitas 0 ≤ )

(x ≤1

j = Nilai parameter dengan j = 0, 1, …, p.

(Hosmer & Lemeshow, 2000).

Model regresi logistik pada Persamaan (2.2) dapat diuraikan dengan menggunakan transformasi logit dari

  

x untuk mempermudah pendugaan parameter regresi sehingga

(32)

untuk mempermudah pendugaan parameter regresi sehingga diperoleh model g(x) yang merupakan fungsi linear dari parameter-parameternya yang ditujunkkan pada Persamaan (2.3).

   

 

x x pxp

x x

g

  



 

  ...

ln 1 0 1 1 (2.3)

2.1.1 Estimasi Parameter

Regresi logistik estimasi parameter dilakukan dengan metode Maximum Likelihood. Metode tersebut mengestimasi parameter β dengan cara memaksimumkan fungsi likelihood dan mensyaratkan bahwa data harus mengikuti suatu distribusi tertentu. Pada regresi logistik, setiap pengamatan mengikuti distribusi bernoulli sehingga dapat ditentukan fungsi likeli- hoodnya . Jika xi dan yi adalah pasangan variabel bebas dan tak bebas pada pengamatan ke-i dan diasumsikan bahwa setiap pasangan pengamatan saling independen dengan pasangan pe- ngamatan lainnya, i = 1, 2, ...,n maka fungsi probabilitas untuk setiap pasangan adalah sebagai berikut.

i

i y

i y

i

i x x

x

f( )( ) (1( ))1 (2.4) Dengan,

 

p j

j j p j

j j

x x

i

e x e

0 0

1 ) (

(2.5)

Dimana ketika j = 0 maka nilai Xij=Xi0=1

Setiap pasangan pengamatan diasumsikan independen sehingga fungsi likelihoodnya merupakan gabungan dari fungsi distribusi masing-masing pasangan yaitu sebagai berikut.

 

n i i yi

i

y i n

i

i x x

x f

l

 

1

1 1

)) ( 1 ( ) ( )

(

 

(2.6)

Fungsi likelihood tersebut lebih mudah dimaksimumkan dalam bentuk ln l

 

 dan dinyatakan dengan L

 

 .

(33)

9

   









 

 

 

 

 

p

j ij j n

i j p

j n

i ij i

y i n

i

y i

x x

y

x x

l L

i i

0 1

0 1

1 1

exp 1 ln

)) ( 1 ( ) ( ln

ln

(2.7)

Nilai

maksimum didapatkan melalui turunan L(

) terhadap

dan hasilnya adalah sama dengan nol.

p j

x x x y

x x x L y

n

i

i ij n

i ij i

n

i

i ij n

i ij i j

,..., 1 , 0 0

) (

) ) (

(

1 1

1 1

 

(2.8)

Estimasi varians dan kovarians dikembangkan melalui teori MLE (Maximum Likelihood Estimation) dari koefisien para- meternya. Teori tersebut menyatakan bahwa estimasi varians kovarians didapatkan melalui turunan kedua L(

) sebagai be- rikut.

)) ( 1 )(

) ( (

1

i i

n

i iu ij j

j

x x

x

L x  

   

(2.9) Dimana j0,1,...,p

Untuk mendapatkan nilai taksiran  dari turunan pertama fungsi L

 

β yang non linear, maka digunakan metode iterasi Newton Raphson dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Menentukan nilai awal estimasi parameter (0) yang didapatkan dari metode OLS (Ordinary Least Square).

1. Kemudian dengan menggunakan persamaan (2.10) maka didapatkan 

 

xi  0.

(34)

 

 

 

 





 

k

j ij t j k

j ij t j

x x

t i

e x e

0 0

1

 (2.10)

dari persamaan (2.10) diperoleh,

   

   

 

  

i  t

  

T

 t

t i T

t

t1βx Diagπ x 1π x x1x ym

β (2.11)

3. Menentukan u(0) menggunakan persamaan 2.12 sebagai berikut.

 

 

     



 

p

T t L L

L u L

 , , ,

1 0

4. Diperoleh matriks Hessian H(0) dan vektor q(0) dari

 

xi  0

pada langkah 1.





kk k

k

k k

h h

h

h h

h

h h

h

2 1

2 22 21

1 12 11

H dan      





K

β β

β

L L

T L

,..., ,

1 0

q

Elemen-elemen dari matriks Hessian adalah

 

u j ju

h L

 2

dimana j,u = 0, 1, 2, ..., k.

Proses selanjutnya untuk t0 digunakan persamaan (2.11) dan (2.12) hingga 

 

xi  t dan (t)konvergen.

2.1.2 Pengujian Signifikansi Parameter

Setelah menaksir parameter maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menguji signifikansi parameter tersebut. Untuk itu digunakan uji hipotesis statistik untuk menentukan apakah variabel prediktor dalam model signifikan atau berpengaruh nyata terhadap variabel respon. Pengujian signifikansi parameter dila- kukan sebagai berikut.

(2.12)

(2.13)

(35)

11

a. Uji Serentak

Uji serentak disebut juga uji model chi-square, dilakukan sebagai upaya memeriksa peranan variabel prediktor dalam model secara bersama-sama.

Hipotesis:

H0: 1 2 ...j 0

H1: Paling tidak terdapat satuj 0; j = 1, 2, ..., p Statistik uji:

 



 

 

 

n

i

y i y i

n n

i i

i

n n n n G

1

1 0 1

1 ˆ ˆ ln 2

0

(2.14)

dimana :

n1= banyaknya observasi yang berkategori y=2 

 

n

i

y

1 1

n0= banyaknya observasi yang berkategori y=1

 

 

n

i

y

1

1 1

n = banyaknya observasi

n1n0

Daerah kritis : Tolak H0 pada taraf signifikan α apabila nilai G>

2 ,

db

Dengan df merupakan derajat bebas yaitu banyaknya parameter dalam model tanpa β0. Dengan menolak H0, maka paling tidak terdapat satu parameter β yang berpengaruh signifikan terhadap variabel respon.

b. Uji Parsial

Pembentukan model regresi logistik dengan satu variabel prediktor atau univariat bertujuan untuk mengetahui variabel prediktor mana yang berpengaruh secara individu terhadap variabel respon, sebelum dilakukan pemodelan antara variabel respon dengan variabel-variabel prediktor secara bersama-sama.

Untuk itu, perlu dilakukan pengujian signifikansi parameter

(36)

sebagai koefisien dari variabel prediktor pada masing-masing model univariat.

Digunakan untuk menguji pengaruh setiap i secara individual. Hasil pengujian secara parsial akan menunjukkan apakah suatu variabel prediktor layak untuk masuk dalam model atau tidak (Hosmer & Lemeshow, 2000).

Hipotesis:

H0: j 0

H1: j 0 ; j = 1,2,3,...,p Statistik uji:

2 2

ˆ) ( ˆ

i i

SE

W

(2.15)

 

ˆj var

 

ˆj

SE (2.16)

 

ˆ 1 1

var j  X VX (2.17)

11 1

21 2

1

1 1

1

p p

n np

x x

x x

X

x x

(2.18)

 

 

 







n n

Vnxn

1 ˆ 0 ˆ 0

0

0 ˆ 0

ˆ 1 0

0 0

ˆ 0 ˆ 1

2 2 1 1

Nilai ˆ diperoleh dari perhitungan rumus persamaan (2.10) i Keterangan :

ˆj : Nilai koefisien dengan variabel prediktor ke –j

 

j

SEˆ : Taksiran standart error parameter ke-j

 

j

Varˆ : Varians dari penaksir koefisien ke-j

(2.19)

(37)

13

ˆ : Peluang untuk setiap pengamatanke-i ; dimana i = i

1,2,...,n

Daerah kritis : H0 ditolak pada taraf signifikan α apabila nilai

2 2

WX ,db dengan derajat bebas adalah C-1, C merupakan banyaknya kategori.

2.1.3 Kesesuaian Model

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model yang dihasilkan berdasarkan regresi logistik multivariat/serentak sudah layak. Dengan kata lain tidak terdapat perbedaan antara hasil pengamatan dan kemungkinan hasil prediksi model. Pengujian kesesuaian model dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut (Hosmer & Lemeshow, 2000).

Hipotesis :

H0 : Model sesuai (tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengamatan dengan kemungkinan hasil prediksi model)

H1 : Model tidak sesuai (terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengamatan dengan kemungkinan hasil prediksi model)

Statistik uji:

 

 

g

k k k k

k k k

n n C o

1

2

1 ' ˆ '

(2.20)

dimana:

ok : Observasi pada grup ke-k (

Ck

j

yj 1

dengan ck : respon (0, 1))

k : Rata-rata taksiran peluang (

Ck

j k

j j

n m

1 '

ˆ )

g : Jumlah grup (kombinasi kategori dalam model serentak) n'k: Banyak observasi pada grup ke-k

Statistik uji Cˆ mengikuti distribusi Chi- Square dengan derajat bebas g-2, sehingga akan diperoleh keputusan tolak H0,

(38)

jika nilai Cˆ lebih besar dari nilai X2,g2 atau nilai p-value kurang dari α.

2.1.4 Prosedur Klasifikasi

Evaluasi prosedur klasifikasi adalah suatu evaluasi yang melihat peluang kesalahan klasifikasi yang dilakukan oleh suatu fungsi klasifikasi. Ukuran yang dipakai adalah APER. Nilai APER menyatakan nilai proporsi sampel yang salah diklasi- fikasikan oleh fungsi klasifikasi. Penentuan pengklasifikasian da- pat diketahui melalui tabel klasifikasi berikut.

Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Hasil Observasi Hasil Prediksi

Positive=class 1 Negative =class 2 Positive Class =1 True Positive (TP) False Negative (FN) Negative Class =2 False Positive (FP) True Negative (TN)

Keterangan:

TP = Jumlah observasi class 1 yang tepat diklasifikasikan sebagai positive class 1

TN = Jumlah observasi class 2 yang tepat diklasifikasikan ke class 2

FP = Jumlah observasi class 2 yang salah diklasifikasikan ke class 1

FN = Jumlah observasi class 1 yang salah diklasifikasikan ke class 2

 

% 100%

 

TN TP FN FP

FP

APER FN (2.21)

Untuk menentukan Ketepatan Klasifikasi adalah 1- APER.

2.1.5 Odds Ratio

Odds Ratio menunjukkan perbandingan peluang muncul- nya suatu kejadian dengan peluang tidak munculnya kejadian tersebut. Berdasarkan Tabel 2.2 didapat persamaan Odds Ratio seperti pada persamaan 2.22 (Hosmer dan Lemeshow).

(39)

15

 

 

 

 

0 1

1 0

) 2 ( 1 ) 1 (

) 1 ( 1 ) 2 ( ) 1 ( 1

) 1 (

) 2 ( 1

) 2 (



e e

ORe

 

  (2.22)

Tabel 2.2 Model Regresi Untuk Variabel Prediktor Biner Pembeda Variabel Prediktor (X)

X=1 X=0

Variabel Respon

Y=2

 

1 0

1 0

2 1

  e

e

 

0 0

1 1

e e

 

Y=1

 

1

1 0

2 1

1

 

e

 

1 0

1 1

1

e

2.2 Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan salah satu isu utama upaya peningkatan status gizi masyarakat yang paling erat kaitannya dengan pembangunan pertanian. Situasi produksi pangan dalam negeri serta ekspor dan impor pangan akan menentukan keter- sediaan pangan yang selanjutnya akan memengaruhi kondi- si ketahanan pangan di tingkat wilayah. Sementara ketahanan pa- ngan pada tingkat rumah tangga, akan ditentukan pula oleh daya beli masyarakat terhadap pangan. Ketahanan pangan pada da- sarnya terdiri dari ketersediaan pangan (food availabilitas), sta- bilitas harga pangan (food price stability), dan keterjangkauan pangan (food accesbility). Tujuan ketahanan pangan adalah pe- menuhan hak atas pangan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan ketahanan pangan nasional. Berjalannya sistem ke- tahanan pangan tersebut sangat tergantung pada dari adanya ke- bijakan dan kinerja sektor ekonomi, sosial dan politik (Rustanti, 2015).

2.3 Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) , sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru,

(40)

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus, yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu, disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan, tubuh kuman ini dapat dorman atau tertidur selama beberapa tahun. TB (Suryo, 2010). TB diklasifikasikan berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) menjadi dua, yaitu Tuberkulosis paru BTA (+) dan Tuberkulosis paru BTA (-) (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

1. Tuberkulosis paru BTA (+)

a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menun- jukkan hasil BTA positif

b. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

c. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif

2. Tuberkulosis BTA (-)

a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif

b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan Mycobacterium tuberculosis.

(41)

17 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer sesuai dengan Lampiran 1. Data primer diperoleh secara langsung dengan melakukan survey langsung terhadap kepala rumah tangga penderita TB dengan surat ijin pada Lampiran 6 dan sesuai dengan kuisioner pada Lampiran 7. Data sekunder berupa alamat penderita TB yang melakukan pemeriksaan pada bulan Januari 2017 sampai bulan Desember 2017 yang diperoleh dari puskesmas di masing-masing kecamatan yang terletak diwilayah non pesisir Kota Surabaya.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yang meliputi variabel respon dan variabel prediktor adalah sebagai berikut. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel yang digunakan pada penelitian sebelumnya, yaitu mengenai Pe- modelan Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita Penyakit TB Paru Menggunakan Metode Regresi Logistik Biner di Wilayah Pesisir Surabaya Oleh Ayu Febriana Dwi Rositawati.

a. Variabel Respon

Variabel respon yang digunakan dalam penelitian ini adalah status ketahanan pangan dari Rumah Tangga dengan Penderita TB adalah sebagai berikut.

Y = 1 : rumah tangga rawan pangan Y = 2 : rumah tangga tahan pangan Keterangan :

Rumah tangga dikatakan rawan jika tidak memenuhi salah satu dari 4 indikator ketahanan pangan yaitu kecukupan ketersediaan pangan, stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun, aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan serta kualitas/keamanan pangan. Jika Rumah

(42)

telah memenuhi semua indikator ketahanan pangan, maka dikatakan rumah tangga tahan pangan.

b. Variabel Prediktor

Variabel yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat dari rumah tangga dengan penderita TB, dimana definisi dari masing-masing variabel prediktor adalah sebagai berikut.

1. Usia (X1)

Usia adalah lama waktu hidup (dalam tahun) penderita TB sejak lahir sampai waktu datang ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan.

2. Jenis Kelamin (X2)

Jenis kelamin penderita yaitui laki-laki atau perempuan 3. Pendidikan Kepala Rumah Tangga (X3)

Pendidikan formal kepala rumah tangga terakhir yang pernah ditempuh meliputi SD, SMP, SMA, Diploma, Sarjana, Pasca sarjana.

4. Pendidikan Isteri (X4)

Pendidikan formal isteri terakhir yang pernah ditempuh meliputi SD, SMP, SMA, Diploma, Sarjana, Pasca sarjana.

5. Pekerjaan Kepala Rumah Tangga (X5)

Pekerjaan kepala rumah tangga yang menjadi sumber pendapatan keluarga dapat berupa pekerjaan tetap atau tidak tetap sesuai dengan bidang dan keahlian.

6. Status Pekerjaan Isteri (X6)

Pekerjaan isteri yang menjadi sumber pendapatan keluarga dapat berupa pekerjaan tetap atau tidak tetap sesuai dengan bidang dan keahlian.

7. Status Kependudukan (X7)

Status kependudukan asal dari keluarga dengan penderita TB yang terbagi menjadi dua yaitu penduduk asli dan penduduk pendatang.

8. Jumlah Anggota Keluarga (X8)

(43)

19

Jumlah anggota keluarga yang hidup serumah yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak serta anggota keluarga lainnya.

9. Jumlah Anak Balita (X9)

Jumlah anak balita yaitu anak usia dibawah lima tahun dalam keluarga yang hidup serumah.

10. Jumlah Anak Sekolah (X10)

Jumlah anak dalam keluarga yang masih menempuh pendidikan formal meliputi SD, SMP dan SMA Sederajat, Perguruan Tinggi yang menjadi tanggungan penderita.

11. Pendapatan Keluarga (X11)

Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya yang dinyatakan dalam rupiah perkapita perbulan.

12. Status kepemilikan rumah(X12)

Status kepemilikan rumah penderita yang terdiri dari milik sendiri, kontrak, sewa/kos dan lainnya.

13. Jenis Lantai Terluas (X13)

Jenis lantai terluas dari rumah penderita yang merupakan bagian bawah/dasar/alas suatu ruangan, baik terbuat dari marmer, keramik, granit, tegel/teraso, semen, kayu, tanah dan lainnya seperti bamboo.

14. Jenis Dinding Terluas (X14)

Jenis dinding terluas dari rumah penderita yang merupakan sisi luar/batas dari suatu bangunan atau penyekat dengan bangunan fisik lain yang terbuat dari kayu, bambu/rumbia maupun dinding dalam bentuk tembok.

15. Ventilasi Rumah (X15)

Ventilasi/Lubang Angin adalah tempat keluar/masuk udara/sinar dari luar rumah ke dalam ruangan yang biasanya tidak tertutup rapat

16. Jenis Atap Terluas (X16)

Jenis atap terluas dari rumah penderita yang merupakan penutup bagian atas suatu bangunan sehingga krt/art yang

(44)

mendiami di bawahnya terlindung dari terik matahari, hujan dan sebagainya. Untuk bangunan bertingkat, atap yang dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan tersebut.

17. Kepemilikan WC/Toilet/Jamban (X17)

Kepemilikan WC/Tolilet/Jamban di rumah tangga tempat penderita tinggal

18. Tempat Pembuangan Sampah (X18)

Tempat pembuangan sampah yang digunakan oleh keluarga

19. Tempat Pembuangan Limbah (X19)

Tempat pembuangan limbah yang digunakan oleh keluarga.

20. Sumber Air Bersih (X20)

Sumber air bersih yang digunakan oleh rumah tangga untuk kebutuhan sehari-hari. Sumber air minum diIndonesia dibagi dua,yaitu Air tanah/sumur dan air PAM.

21. Sumber Penerangan (X21)

Sumber penerangan listrik , Sumber penerangan di In- donesia dibedakan menjadi tiga, yaitu berasal dari listrik PLN, listrik Non PLN, Petromak dan berasal dari pelita/sentir/obor.

Berikut merupakan variabel prediktor yang disajikan dalam bentuk Tabel 3.2

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Variabel Keterangan Kategori Skala

X1 Usia Kepala Rumah Tangga ... Tahun Rasio

X2 Jenis Kelamin 1 = Laki-laki

2 = Perempuan Nominal X3 Pendidikan Kepala RT 1 = < SMA

2 = ≥ SMA Ordinal X4 Pendidikan Istri 1 = < SMA

2 = ≥ SMA Ordinal

(45)

21

Lanjutan Tabel 3.1

Variabel Keterangan Kategori Skala

X5 Pekerjaan Kepala RT

1 = Pegawai Swasta 2=Pedagang/Wiraswasta 3=Serabutan/pensiunan/

tidak bekerja

Nominal

X6

Status Pekerjaan Istri

1 = Bekerja

2 = Tidak Bekerja Nominal X7

Status Kependudukan

1 = Penduduk Surabaya 2 =Bukan Penduduk

Surabaya

Nominal

X8

Jumlah Anggota Keluarga

1 = < 7 Orang

2 = ≥ 7 Orang Nominal X9 Jumlah Anak

Balita

1 = < 1 Orang

2 = ≥ 1 Orang Nominal X10 Jumlah Anak

Sekolah

1 = < 1 Orang

2 = ≥ 1 Orang Nominal

X11 Penghasilan/Bulan Rp... Rasio

X12

Status Kepemilikan Rumah

1 = Milik Sendiri 2 = Kontrak 3 = Sewa/Kos 4 = Lainnya

Nominal

X13 Jenis Lantai

1 = Keramik/porselen 2 = Selain keramik/

porselen

Nominal

X14 Jenis Dinding 1 = Batu Bata

2 = Selain batu bata Nominal

X15 Ventilasi Rumah

1 = Luasnya <10% Luas Lantai

2 = Luasnya 10% Luas Lantai

Nominal

X16 Jenis Atap 1 = Beton/Genteng

2 = Asbes/Seng Nominal X17 Kepemilikan

WC/Toilet/Jamban

1 = Umum

2 = Milik Sendiri Nominal X18

Tempat Pembuangan

Sampah

1 = Dalam Lubang/

Dibakar 2 = Tempat Sampah

Nominal

(46)

Lanjutan Tabel 3.1

Variabel Keterangan Kategori Skala

X19

Tempat Pembuangan Air

Limbah

1 = Langsung ke got/

sungai/pantai 2 = Lainnya

Nominal

X20 Sumber Air Bersih 1 = PDAM

2 = Sumur Nominal

X21

Sumber Penerangan

1 = PLN Sendiri

2 = PLN Menyalur Nominal c. Indikator Ketahanan Pangan

Menetukan status rumah tangga tahan pangan atau rawan pangan dilihat dari indikator ketahanan pangan dengan melihat dari aspek Kecukupan Ketersediaan Pangan, Stabilitas Ketersediaan Pangan, Aksesibilitas terhadap Pangan, Kualitas dan Keamanan Pangan menurut (Puslit Kependudukan-LIPI, 2009) dan telah sesuai dengan Lampiran 2 dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.2 Indikator Ketahanan Pangan

Indikator Keterangan Kategori Skala

Kecukupan Katersediaan Pangan

Persediaan Makanan Pokok Beras Selama Satu Bulan

0 = < 20 hari

1 = ≥ 20 hari Nominal Stabilitas

Pangan

Frekuensi Makan ART per Hari

0 = < 3 kali

1 = ≥ 3 kali Nominal

Aksesibilitas terhadap Pangan

Lokasi Pasar 0 = > 2 Km

1 = ≤ 2 Km Nominal

Jumlah Anggota Rumah Tangga

0 = ≥ 7 Orang

1 = < 7 Orang Nominal Tingkat Pendidikan

KRT

0 = Tidak Sekolah

1 = Minimal SD Nominal Cara Memperoleh

Makanan Pokok

0 = Berhutang

1 = Tidak Berhutang Nominal

Kualitas atau Keamanan Pangan

Protein yang Dikonsumsi

0 = Nabati Saja atau Tidak Ada Sama Sekali

1 = Hewani dan Nabati atau Hewani Saja

Nominal

(47)

23

Keterangan :

1. Kecukupan Ketersediaan Pangan

Indikator kecukupan ketersediaan pangan diukur berdasarkan kemampuan rumah tangga untuk membeli atau menyediakan makanan pokok beras selama satu bulan.

2. Stabilitas Ketersediaan Pangan

Indikator stabilitas ketersediaan pangan ditentukan berda- sarkan gabungan antara kecukupan ketersediaan makanan pokok selama satu bulan dengan frekuensi makan dalam sehari.

3. Aksesibilitas terhadap Pangan

Indikator aksesibilitas terhadap pangan dilihat berdasarkan empat akses yaitu lokasi pasar, jumlah ART, tingkat pen- didikan KRT dan cara memperoleh makanan pokok. Jika salah satu dari keempat akses tersebut tidak terpenuhi maka disebut memiliki aksesibilitas pangan buruk.

4. Kualitas atau Keamanan Pangan

Indikator kualitas atau keamanan pangan dilihat berdasar- kan protein yang dikonsumsi oleh rumah tangga.

Berdasarkan kententuan yang telah ditetapkan oleh LIPI, jika rumah tangga yang tidak memenuhi salah satu dari keempat indikator ketahanan pangan tersebut, maka rumah tangga tersebut dikatakan rawan pangan, namun jika memenuhi keempat indi- kator ketahanan pangan, maka rumah tangga tersebut dikatakan tahan pangan. Struktur data pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.3 Struktur Data Responden Kecu

kupan

Stabi

litas Aksesibilitas Kualitas Y Variabel X X1 ... X21

1 Cukup Stabil Baik Baik 1 x1,1 ... x1,21

2 Cukup Tidak

Stabil

Buruk Baik 2 x2,1 ... x2,21

... ... ... ... ... ... ... ... ...

... ... ... ... ... ...

... ... ... ... ... ...

N Tidak

Cukup

Stabil Baik Baik 1 xn,1 ... xn,21

Gambar

Tabel 2.2 Model Regresi Untuk Variabel Prediktor Biner  Pembeda  Variabel Prediktor (X)
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Tabel 3.2 Indikator Ketahanan Pangan
Tabel 3.3 Struktur Data  Responden  Kecu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Padahal dengan berperilaku hidup bersih dan sehat tersebut dapat mengurangi resiko penularan TB sehingga dapat menurunkan jumlah penderita TB, oleh karena itu

Gambar 1 tahun 2015 menunjukkan dari 11 kecamatan di wilayah pesisir Surabaya terdapat lima kecamatan yang memiliki persentase jumlah rumah tangga berperilaku hidup bersih dan

Gambar 1 tahun 2015 menunjukkan dari 11 kecamatan di wilayah pesisir Surabaya terdapat lima kecamatan yang memiliki persentase jumlah rumah tangga berperilaku hidup bersih dan

Keluarga sejahtera III : keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologinya, dan pengembangannya tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang

Gambar 1 tahun 2015 menunjukkan dari 11 kecamatan di wilayah pesisir Surabaya terdapat lima kecamatan yang memiliki persentase jumlah rumah tangga berperilaku hidup bersih dan