Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2018
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunianya, sehingga penyusunan buku Analisis Data Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 dapat diselesaikan.
Buku ini menginformasikan tentang gambaran data pendidikan di wilayah Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 yang mencakup data satuan pendidikan, data guru dan tenaga kependidikan, data peserta didik, dan data sarana pendukung. Sumber data pendidikan yang digunakan dalam analisis ini merupakan data pokok pendidikan (DAPODIK) yang penjaringan datanya dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK). Selain data pendidikan dari DAPODIK, digunakan juga data nonpendidikan yang bersumber pada Badan Pusat Statistik.
Berdasarkan indikator pendidikan yang didasarkan pada data yang telah dikumpulkan, dengan menggunakan misi pendidikan 5K yaitu ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan relevansi, kesetaraan dan kepastian dalam memperoleh layanan Pendidikan maka dihasilkan kinerja pendidikan berdasarkan misi pendidikan 5K.
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) DKI Jakarta mengucapkan terima kasih atas bantuan berbagai pihak sehingga buku ini dapat disusun. Saran masukan dalam rangka penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khusunya bagi stakeholder LPMP DKI Jakarta.
Wasalamu'alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Desember 2018
Surya Fitri Nurulhuda, SE, M.Si NIP. 196107021988031002
iii
Bab 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang _____________________________________________ 1 1.2. Tujuan ___________________________________________________ 2
Bab 2. Metodologi Penulisan
2.1. Sumber Data ______________________________________________ 3 2.2. Konsep dan definisi ________________________________________ 4 2.3. Metode analisis ___________________________________________ 5
Bab 3. Data dan Informasi Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
3.1. Demografi Jakarta _________________________________________ 7 3.2. Jumlah dan Sebaran Satuan Pendidikan di
Provinsi DKI Jakarta ________________________________________10 3.3. Jumlah Guru ______________________________________________ 11 3.4. Tenaga Kependidikan ______________________________________14 3.5. Rasio Pendidikan __________________________________________18 3.6. Partisipasi Pendidikan ______________________________________21 3.7. Pemenuhan Sarana Pendukung _____________________________ 29 3.8. Pencapaian Mutu _________________________________________ 33
Bab 4. Pemanfaatan Data dan Informasi Pendidikan bagi penjaminan mutu pendidikan
4.1. Pemetaan Mutu Pendidikan ________________________________ 39 Bab 5. Penutup
Tabel 3.2 Jumlah Unit Data Pokok Pendidikan Menurut Jenjang dan Statusnya di Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2018 _________________________________________ 9 Tabel 3.3 Jumlah Satuan Pendidikan Menurut Jenjang
dan Wilayah di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 _________10 Tabel 3.4 Jumlah Pengawas Sekolah menurut Wilayah
dan Jenjang tahun 2018 ______________________________ 15 Tabel 3.5 Jumlah Sekolah Binaan menurut Wilayah dan
Jenjang tahun 2018 __________________________________ 15 Tabel 3.6 Perbandingan Jumlah Pengawas Sekolah dan
Sekolah Binaannya tahun 2018 ________________________16 Tabel 3.7 Jumlah tenaga kependidikan menurut
kualifikasi pendidikan dan wilayah ______________________18 Tabel 3.8 Rasio Kelas : Siswa menurut Jenjang dan wilayah _________19 Tabel 3.9 Rasio Sekolah : Rombel menurut Jenjang dan Wilayah ___ 20 Tabel 3.10 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenjang dan
Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017 ______________ 23 Tabel 3.11 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang dan
Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017 ______________ 27 Tabel 3.12 Kepemilikan perpustakaan jenjang SLB_________________ 29 Tabel 3.13 Kepemilikan perpustakaan jenjang SD _________________ 29 Tabel 3.14 Kepemilikan perpustakaan jenjang SMP ________________ 30 Tabel 3.15 Kepemilikan perpustakaan jenjang SMA _______________ 30 Tabel 3.16 Kepemilikan perpustakaan jenjang SMK _______________ 30 Tabel 3.17 Persentase Jumlah Sekolah menurut Akreditasi _________ 38
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Mekanisme pengelolaan data dan informasi dapodik ______ 3 Gambar 3.1 Pesertanse luas wilayah Provinsi DKI Jakarta
menurut Kabupaten/Kota ______________________________ 8 Gambar 3.2 Persentase Jumlah Sekolah Menurut Status dan Wilayah ___10 Gambar 3.3 Persentase Jumlah Guru Menurut Jenis Kelamin dan Wilayah _____________________________________________ 11 Gambar 3.4 Persentase jumlah guru menurut status kepegawaian ______ 11 Gambar 3.5 Persentase guru menurut kualifikasi pendidikan ___________12 Gambar 3.6 Sebaran guru berdasarkan kelompok usia ________________12 Gambar 3.7 Rasio guru per sekolah ____________________________ 13 Gambar 3.8 Rasio siswa per guru __________________________________13
DKI Jakarta tahun 2018 ________________________________21 Gambar 3.12 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut
Jenjang Pendidikan Tahun 2016, 2017 ___________________ 23 Gambar 3.13 APK SD Menurut Wilayah Tahun 2017 __________________ 24 Gambar 3.14 APK SMP Menurut Wilayah Tahun 2017 ________________ 24 Gambar 3.15 APK SMA Menurut Wilayah Tahun 2017 ________________ 25 Gambar 3.16 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut
Jenjang Pendidikan Tahun 2016, 2017 ___________________ 26 Gambar 3.17 APM SD Menurut Wilayah Tahun 2017 _________________ 27 Gambar 3.18 APM SMP Menurut Wilayah Tahun 2017 ________________ 28 Gambar 3.19 APM SMA Menurut Wilayah Tahun 2017 _______________ 28 Gambar 3.20 Kepemilikan perpustakaan ____________________________ 30 Gambar 3.21 Persentase kepemilikan laboratorium komputer ___________31 Gambar 3.22 Persentase kepemilikan Laboratorium Komputer
menurut jenjang satuan pendidikan _____________________31 Gambar 3.23 Persentase kepemilikan Laboratorium IPA menurut wilayah 32 Gambar 3.24 Persentase kepemilikan Laboratorium Bahasa menurut wilayah _____________________________________________ 32 Gambar 3.25 Rata-rata capaian nilai UN jenjang SMP _________________ 34 Gambar 3.26 UN SMP per wilayah _________________________________ 34 Gambar 3.27 Rata-rata capaian nilai UN jenjang SMK _________________ 35 Gambar 3.28 UN SMK per wilayah _________________________________ 35 Gambar 3.29 Rata-rata capaian nilai UN jenjang SMA ________________ 36 Gambar 3.30 UN SMA per wilayah _________________________________ 36 Gambar 331 Persentase jumlah sekolah menurut jenjang dan
status akreditasi _____________________________________ 37 Gambar 3.32 Persentase akreditasi sekolah Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2018 _________________________________________ 38 Gambar 4.1 Pemetaan mutu tahun 2018 yang dilaksanakan oleh
LPMP DKI Jakarta ____________________________________ 40 Gambar 4.2 Rapor PMP Jenjang SD provinsi DKI Jakarta Tahun 2016
dan 2017 ___________________________________________ 42 Gambar 4.3 Capaian Standar Mutu Jenjang SD _____________________ 42 Gambar 4.4 Capaian Mutu per Kategori Jenjang SD _________________ 42 Gambar 4.5 Capaian Mutu Menurut Wilayah Tahun 2016 dan 2017
Jenjang SD __________________________________________ 42 Gambar 4.6 Rapor PMP Jenjang SMP provinsi DKI Jakarta Tahun 2016
dan 2017 ___________________________________________ 43
dan 2017 ___________________________________________ 44 Gambar 4.11 Capaian Standar Mutu Jenjang SMA ___________________ 44 Gambar 4.12 Capaian Mutu per Kategori Jenjang SMA _______________ 44 Gambar 4.13 Capaian Mutu Menurut Wilayah Tahun 2016 dan 2017
Jenjang SMA Jenjang SMK ____________________________ 44 Gambar 4.14 Rapor PMP Jenjang SMK provinsi DKI Jakarta Tahun 2016
dan 2017 ___________________________________________ 45 Gambar 4.15 Capaian Standar Mutu Jenjang SMK ____________________ 45 Gambar 4.16 Capaian Mutu per Kategori Jenjang SMK________________ 45 Gambar 4.17 Capaian Mutu Menurut Wilayah Tahun 2016 ____________ 45 Lampiran
Tabel 5.1 Jumlah penduduk menurut kelompok usia 3-18 tahun dan wiayah tahun 2016 _______________________________ 49 Tabel 5.2 Jumlah penduduk menurut kelompok usia 3-18 tahun
dan wiayah tahun 2017 _______________________________ 49 Tabel 5.3 Jumlah satuan pendidikan menurut jenjang, akreditasi,
dan wilayah di provinsi DKI Jakarta tahun 2018 __________ 50 Tabel 5.4 Jumlah peserta didik aktif menurut jenjang, status,
dan wilayah di provinsi DKI Jakarta tahun 2018 __________ 50 Tabel 5.5 Jumlah ruang kelas menurut jenjang satuan pendidikan,
status, dan wilayah di provinsi DKI Jakarta
tahun 2018 ___________________________________________51 Tabel 5.6 Jumlah rombel sekolah menurut jenjang, status, dan
wilayah di provinsi DKI Jakarta tahun 2018 _______________51 Tabel 5.7 Jumlah keberadaan lab. komputer menurut jenjang
satuan pendidikan dan wilayah di provinsi DKI Jakarta tahun 2018 __________________________________________ 52 Tabel 5.8 Jumlah keberadaan lab. bahasa menurut jenjang
satuan pendidikan dan wilayah di provinsi DKI Jakarta tahun 2018 __________________________________________ 52 Tabel 5.9 Jumlah SMA dan SMK menurut Keberadaan Lab. Fisika
menurut Wilayah di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 _____ 53 Tabel 5.10 Jumlah Sekolah Yang Memiliki Lab. Biologi Jenjang SMA
dan SMK Menurut Wilayah di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 _________________________________________ 53
v
Wilayah di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 _____________ 55 Tabel 5.14 Jumlah Guru menurut Jenjang, Jenis Kelamin, dan
Wilayah di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 _____________ 55 Tabel 5.15 Jumlah Guru PNS dan CPNS Menurut Golongan Ruang
dan Wilayah di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 _________ 56 Tabel 5.16 Jumlah Guru Menurut Kelompok Usia dan Wilayah di
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 _______________________ 56 Tabel 5.17 Jumlah Tenaga Kependidikan (Tendik) Menurut Jenjang
dan Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017/2018 ______ 57 Tabel 5.18 Jumlah Tendik Menurut Status Kepegawaian dan
Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017/2018 __________ 57 Tabel 5.19 Jumlah Tendik Menurut Kualifikasi Pendidikan dan
Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017/2018 __________ 58 Tabel 5.20 Jumlah Tendik Laki-laki dan Perempuan Menurut Jenjang
dan Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017/2018 ______ 58 Tabel 5.21 Jumlah Tendik PNS dan CPNS Menurut Golongan dan
Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017/2018 __________ 59 Tabel 5.22 Jumlah Tenaga Kependidikan Menurut Rentang Usia
dan Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017/2018 ______ 59
Pendahuluan
Analisis Data Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
Bab 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Melalui pendidikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Begitu pentingnya pendidikan dalam perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa, sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia menuangkannya dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV “…memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka …”
Selain memberi kontribusi secara signifikan terhadap pembangunan ekonomi, pendidikan juga menetaskan sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, serta dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi.
Kegagalan dalam membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial, seperti pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah. Permasalahan pendidikan yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia sampai saat ini disebabkan masih kurangnya pemerataan pendidikan, kualitas pendidikan, relevansi pendidikan, dan efisiensi dan efektivitas manajemen pendidikan.
Untuk mengatasi berbagai kekurangan dalam dunia pendidikan, pemerintah pun mengupayakan berbagai hal agar kualitas pendidikan di Indonesia bisa berkembang dan maju. Untuk mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu, Negara menyelenggarakan program wajib belajar untuk pendidikan dasar. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar menyatakan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah bertanggungjawab untuk memberikan pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Salah satu langkah pemerintah untuk mensinergikan program-program pendidikan agar tepat sasaran antara lain dengan adanya program Pendidikan Untuk Semua (PUS). Sasaran program PUS antara lain adalah Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Pemberantasan Buta Aksara, Pendidikan Kecakapan Hidup, Pendidikan Kesetaraan dan Keadilan Gender, dan Peningkatan Mutu Pendidikan.
Untuk mengukur dan menentukan arah kebijakan pemerintah, khususnya dibidang pendidikan, saat ini, tidak hanya pemerintah di level pusat saja tetapi juga pemerintah daerah sudah semakin membutuhkan data yang terkait dengan pendidikan seperti angka partisipasi
sekolah, angka partisipasi murni, angka melek huruf, dan lain-lain. Indikator-indikator tersebut merupakan ukuran-ukuran kuantitif yang lazim digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan pendidikan. Konsekuensi dari globalisasi teknologi informasi yang semakin terbuka dan serba cepat adalah semakin tingginya tuntutan terhadap kualitas data.
1.2. Tujuan
Maksud dan tujuan utama penyajian buku analisis data pendidikan Propinsi DKI Jakarta tahun 2018 adalah untuk memberikan gambaran secara rinci dan menyeluruh mengenai kondisi data pendidikan di Provinsi DKI Jakarta baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Kondisi dan perkembangan pendidikan dalam publikasi ini akan dilihat dari beberapa aspek yaitu : satuan pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, dan peserta didik.
Secara keseluruhan, publikasi ini menyajikan data pendidikan yang sangat bermanfaat sebagai bahan pencerahan, monitor dan evaluasi kebijakan maupun program pembangunan di bidang pendidikan. Dalam jangka pendek, informasi yang disajikan dalam publikasi ini diharapkan dapat pula digunakan sebagai evaluasi penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar sesuai dengan target yang tertuang dalam UUD Tahun 1945 dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Metodologi Penulisan
Bab 2. Metodologi Penulisan
2.1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam publikasi ini adalah DAPODIK (Data Pokok Pendidikan) yang merupakan sistem pengelolaan data pendidikan dan kebudayaan yang terintegrasi untuk menunjang tata kelola data dan informasi yang terpadu.
Dapodik adalah suatu konsep pengelolaan data pendidikan yang bersifat relational dan longitudinal, sehingga program-program pembangunan pendidikan dapat terarah dan akan mempermudah dalam menyusun perencanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan pendidikan dalam rangka mewujudkan mutu pendidikan yang merata dan tepat sasaran.
Dapodik terdiri dari empat substansi pokok yaitu: PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan), Satuan Pendidikan, Peserta Didik, dan Substansi Pendidikan.
Dapodik mempunyai alur data dan informasi yang terkait dengan mekanisme pengelolaan yang di gambarkan dalam gambar 2.1 berikut:
Di dalam alur data dan informasi tersebut, data dikumpulkan oleh Direktorat Jenderal melalui Sekretariat masing-masing kemudian diintegrasikan dan diverifikasi oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP), yang selanjutnya di gunakan oleh unit yang terkait dalam menyusun program- program pembinaan dan pembangunan pendidikan.
Gambar 2.1 Mekanisme pengelolaan data dan informasi dapodik
LPMP DKI Jakarta
g. Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah proporsi penduduk yang masih bersekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut.
h. Satuan Pendidikan adalah satuan pendidikan dasar dan menengah yang meliputi Sekolah Menengah Pertama/
Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Pertama Teologi Kristen (SMPTK), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)/Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK)/
Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK)/Utama Widya Pasraman (Sekolah Keagamaan Hindu setingkat SMA), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK), Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM), Sekolah Menengah Atas Terbuka (SMAT), dan Satuan Pendidikan Kerja Sama (SPK), serta lembaga pendidikan yang menyelenggarakan Program Paket B/Wustha dan Program Paket C/Ulya.
i. Satuan Pendidikan Kerja Sama, yang selanjutnya disebut SPK, adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan atau dikelola atas dasar kerja sama antara Lembaga Pendidikan Asing (LPA) yang terakreditasi/diakui di negaranya dengan Lembaga Pendidikan di Indonesia (LPI) pada jalur formal dan nonformal yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
j. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
2.2. Konsep dan definisi
a. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, meliputi SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat, SM/MA/sederajat.
b. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (Paket A/B/C).
c. Pendidikan formal maupun non formal yang dimaksud disini adalah yang berada dibawah pengawasan Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemdikbud) maupun kementerian lainnya.
d. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
e. Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tertentu.
f. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan kelompok umurnya terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut.
k. Ujian Sekolah Berstandar Nasional yang selanjutnya disebut USBN adalah kegiatan pengukuran capaian kompetensi siswa yang dilakukan sekolah untuk seluruh mata pelajaran dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar, kecuali mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok).
l. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran capaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu secara nasional dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan.
m. Ujian Nasional Berbasis Komputer yang selanjutnya disebut UNBK adalah ujian yang menggunakan komputer sebagai media untuk menampilkan soal dan proses menjawabnya.
n. Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil yang selanjutnya disebut UNKP adalah ujian nasional yang menggunakan naskah soal dan Lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN) berbasis kertas dan menggunakan pensil.
o. Nilai Ujian Nasional yang selanjutnya disebut Nilai UN adalah nilai yang diperoleh peserta didik dari hasil UN yang telah ditempuh.
2.3. Metode analisis
Metode analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis deskriptif satu atau dua sektor dengan penyajian data dalam bentuk tabel, ulasan sederhana dan visualiasi berupa gambar/grafik untuk memudahkan pembaca dalam memahaminya.
Analisis yang disajikan disertai dengan analisis diferensial untuk melihat perbedaan pola serta gambaran antar wilayah kabupaten/
kota di propinsi DKI Jakarta. Selain itu disertakan juga analisis tren dalam upaya memperoleh gambaran secara rinci mengenai perkembangan pendidikan selama beberapa periode waktu. Pada akhir publikasi ini dilengkapi pula dengan tabel lampiran untuk melihat data pada tingkat kabupaten/kota.
Data dan Informasi Pendidikan Provinsi
DKI Jakarta
Bab 3. Data dan Informasi Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
3.1. Demografi Jakarta
Provinsi DKI Jakarta merupakan propinsi terpadat di Indonesia. Status provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat perekonomian Indonesia menjadi daya tarik bagi banyak masyarakat untuk pindah dan menetap di provinsi DKI Jakarta. Jumlah penduduk DKI Jakarta setiap tahunnya mengalami peningkatan, baik akibat dari perpindahan penduduk masuk ke DKI Jakarta maupun pertumbuhan alami.
Menurut proyeksi penduduk dari hasil sensus penduduk 2010, jumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun 2018 sebanyak 10,46 juta jiwa. Terjadi kenaikan jumlah penduduk sebanyak 0,9 persen dari jumlah penduduk di tahun 2017.
Provinsi DKI Jakarta terdiri dari 5 wilayah kota dan 1 kabupaten administratif yaitu Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Utara, Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Timur, dan Kabupaten Kepulauan Seribu.
Lima wilayah di DKI Jakarta selain Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki jumlah penduduk diatas 900 ribu jiwa. Jakarta Pusat yang merupakan pusat pemerintahan dan pusat bisnis di DKI Jakarta merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terendah yakni sebanyak 924.686 jiwa. Luas wilayah Jakarta
Pusat yang terkecil dibanding wilayah lain membuat Jakarta Pusat memiliki kepadatan penduduk tertinggi di DKI Jakarta dengan kepadatan penduduk mencapai 19.212 jiwa per km2.
LPMP DKI Jakarta
“Mewujudkan pendidikan tuntas berkualitas untuk semua,” merupakan salah satu program prioritas yang tercantum dalam RPJMD DKI Jakarta 2017-2022. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menempatkan pendidikan sebagai tujuan utama pembangunan manusia. Berbagai program dan kebijakan pun dilaksanakan, antara lain peningkatan sarana prasarana untuk meningkatkan minat baca, peningkatan kualitas laboratorium dan perpustakaan, training berkala bagi tenaga pendidik, dan lain-lainnya. Selain itu, dicanangkan program unggulan yaitu Kartu Jakarta Pintar (KJP) bagi siswa dari keluarga yang kurang mampu untuk memperoleh berbagai fasilitas pendidikan dan penunjangnya secara gratis.
Luas masing-masing wilayah digambarkan dalam diagram disamping.
Wilayah terluas adalah Kota Jakarta Timur yaitu sebesar 29% dari seluruh wilayah DKI Jakarta atau sebesar 188.03 km2. Sedangkan wilayah terkecil adalah Kabupaten Kepulauan Seribu sebesar 8.7 km2 wilayah daratnya atau sebesar 1.31%. Untuk wilayah yang lain luas wilayahnya berkisar 20 - 22% kecuali wilayah Jakarta Pusat yang hanya seluas 48.13 km2 atau 7% dari keseluruhan wilayah.
Kepulauan Seribu
1%
Jakarta Selatan 21%
Jakarta Timur 29%
Jakarta Pusat 7%
Jakarta Barat 20%
Jakarta Utara 22%
Gambar 3.1 Pesertanse luas wilayah Provinsi DKI Jakarta menurut Kabupaten/Kota
Tabel 3.2 Jumlah Unit Data Pokok Pendidikan Menurut Jenjang dan Statusnya di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
Jenjang Pendidikan Sekolah Guru Siswa Rombel Ruang Kelas Tendik
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
SLB 88 1,203 5,659 1,159 1,166 142
a. Negeri 9 345 1,687 312 268 39
b. Swasta 79 858 3,972 847 898 103
SD 2,358 39,611 790,854 28,166 25,860 6,002
a. Negeri 1,514 25,946 569,660 19,171 16,834 4,154
b. Swasta 844 13,665 221,194 8,995 9,026 1,848
SMP 1,014 19,154 351,826 11,140 11,413 4,401
a. Negeri 293 10,220 212,466 6,103 5,713 2,938
b. Swasta 721 8,934 139,360 5,037 5,700 1,463
SMA 449 11,177 160,638 5,323 5,758 2,678
a. Negeri 117 5,292 88,143 2,489 2,543 1,599
b. Swasta 332 5,885 72,495 2,834 3,215 1,079
SMK 580 11,832 225,201 7,316 7,396 2,671
a. Negeri 63 2,981 49,262 1,471 1,447 839
b. Swasta 517 8,851 175,939 5,845 5,949 1,832
Jumlah 4,489 82,977 1,534,178 53,104 51,593 15,894
a. Negeri 1,996 44,784 921,218 29,546 26,805 9,569
b. Swasta 2,493 38,193 612,960 23,558 24,788 6,325
sumber : DAPODIK Kemdikbud tahun 2018
Rangkuman data pokok pendidikan di wilayah Provinsi DKI Jakarta digambarkan dalam tabel diatas yang terdiri dari data satuan pendidikan, data guru dan tenaga kependidikan, data siswa, data rombongan belajar, dan data ruang kelas yang tersedia.
LPMP DKI Jakarta
3.2. Jumlah dan Sebaran Satuan Pendidikan di Provinsi DKI Jakarta
Sekolah merupakan lembaga sosial yang keberadaannya merupakan bagian dari sistem sosial bangsa yang bertujuan untuk mencetak manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab, beriman, bertaqwa, sehat jasmani maupun rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian yang mantap serta mandiri.
Tabel 3.3 Jumlah Satuan Pendidikan Menurut Jenjang dan Wilayah di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
Wilayah SLB SD SMP SMA SMK Jumlah
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Kab. Kepulauan Seribu - - 14 - 7 - 1 - 1 - 23 -
Kota Jakarta Barat 2 19 360 225 50 215 17 91 9 109 438 659
Kota Jakarta Pusat 1 7 186 96 36 72 13 40 14 46 250 261
Kota Jakarta Selatan 3 24 340 154 66 134 29 61 18 114 456 487
Kota Jakarta Timur 1 23 445 194 95 165 40 78 13 181 594 641
Kota Jakarta Utara 2 6 169 175 39 135 17 62 8 67 235 445
Jumlah 9 79 1,514 844 293 721 117 332 63 517 1,996 2,493
sumber : DAPODIK Kemdikbud tahun 2018
Jumlah sekolah di provinsi DKI Jakarta secara keseluruhan berdasarkan jenjang sekolah dasar (SD) berjumlah 2,358 sekolah, jenjang SMP berjumlah 1,014 sekolah, jenjang SMA berjumlah 449 sekolah, jenjang SMK berjumlah 580, jenjang SLB berjumlah 88 sekolah, baik berstatus swasta maupun negeri dan tersebar di 6 wilayah.
Perbandingan jumlah sekolah negeri dan swasta digambarkan dalam grafik di samping.
Gambar 3.2 Persentase Jumlah Sekolah Menurut Status dan Wilayah
3.3. Jumlah Guru
Jumlah pendidik di provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 tercatat berjumlah 82.977 orang yang tersebar di 4.4.89 sekolah dari jenjang SD, SLB, SMP, SMA, SMK yang terdiri dari guru PNS dan non PNS. Guru perempuan lebih banyak dengan persentase 64%.
Sebaran guru berdasarkan jenis kelamin per wilayah
Persentase guru perempuan di wilayah propinsi DKI Jakarta lebih besar dibanding laki-laki. Perempuan 64% dan laki-laki 36%. Demikian pula komposisi di hampir seluruh kabupaten dan kota di wilayah DKI Jakarta. Berikut persentase guru laki-laki dan perempuan tiap wilayah.
Sebaran guru berdasarkan status kepegawaian per wilayah Persentase guru Non PNS di wilayah propinsi DKI Jakarta lebih besar dibanding PNS. Guru Non PNS 60% dan PNS 40%. Demikian pula komposisi di hampir seluruh kabupaten dan kota di wilayah DKI Jakarta. Berikut persentase guru PNS dan Non PNS tiap wilayah.
Gambar 3.3 Persentase Jumlah Guru Menurut Jenis Kelamin dan Wilayah
Gambar 3.4 Persentase jumlah guru menurut status kepegawaian
LPMP DKI Jakarta
Guru berdasarkan Kualifikasi Pendidikan
Persentase guru dengan kualifikasi pendidikan S1 untuk jenjang SLB, SD, SMP, SMA, dan SMK di provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 86% atau sebanyak 71.084 guru. Persentase guru berdasarkan kualifikasi pendidikan dapat digambarkan dengan grafik berikut:
Guru Menurut Kelompok Usia dan Wilayah Sebanyak 25.071 (30%) orang guru di provinsi DKI Jakarta untuk jenjang SLB, SD, SMP, SMA, dan SMK telah berusia di atas 50 tahun. Gambaran sebaran guru berdasarkan kelompok usia dapat digambarkan dengan grafik berikut:
Gambar 3.5 Persentase guru menurut kualifikasi pendidikan
Gambar 3.6 Sebaran guru berdasarkan kelompok usia
Rasio guru per sekolah
Rata-rata guru per sekolah di wilayah provinsi DKI Jakarta adalah 18 orang guru per sekolah. Rasio guru per sekolah tertinggi adalah wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan yaitu 20 guru per sekolah. Sedangkan yang terendah adalah wilayah Kepulauan Seribu yaitu 15 guru per sekolah. Secara lengkap rasio guru per sekolah di tiap wilayah kab./kota dapat disajikan pada grafis berikut:
Rasio siswa per guru
Jumlah guru di provinsi DKI Jakarta jenjang SD, SLB, SMP, SMA, dan SMK adalah 82.977 orang. Apabila dibandingkan dengan jumlah siswa aktif yang mencapai 1.534.178 siswa, maka rasio guru dan murid 1 guru melayani 18 siswa. Rasio terbesar adalah wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur dimana tiap guru melayani 19 siswa.
Sedangkan yang terkecil adalah wilayah Kepulauan Seribu dimana tiap guru melayani 12 siswa.
Gambar 3.7 Rasio guru per sekolah
Gambar 3.8 Rasio siswa per guru
LPMP DKI Jakarta
3.4. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan.
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dimaksud dengan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tugas dan fungsi tenaga kependidikan berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun 2003 adalah melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Pengawas
Mengacu pada SK Menpan nomor 118 tahun 1996 tentang jabatan fungsional pengawas dan angka kreditnya, Keputusan bersama Mendikbud nomor 03420/O/1996 dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara nomor 38 tahun 1996 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas serta Keputusan Mendikbud nomor 020/U/1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, dapat dikemukakan tentang tugas pokok dan tanggung jawab pengawas sekolah yang meliputi:
a. Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya pada TK, SD, SLB, SLTP dan SLTA, merujuk dari tugas pokok pada supervisi atau pengawasan manajerial
b. Meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar/bimbingan dan hasil prestasi belajar/bimbingan siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, merujuk dari tugas pokok pada supervisi atau pengawasan akademik.
Tugas pengawas sekolah sebagai penjamin mutu pendidikan, terasa begitu berat mengingat minimnya dukungan fasilitas dan biaya. Dengan jumlah sekolah binaan idealnya adalah 7 sampai dengan 10 sekolah, serta pengawas mengunjungi dua sekolah binaan dalam satu hari.
Dengan tugas pokok dan tanggung jawab pengawas sekolah ini, maka data sebaran jumlah pengawas serta sekolah binaannya sangat dibutuhkan. Data sebaran pengawas ini didapat dari operator sudin dan Pusdatikomdik Provinsi DKI Jakarta.
Tabel 3.4 Jumlah Pengawas Sekolah menurut Wilayah dan Jenjang tahun 2018
Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan Jenjang
Jumlah
SLB SD SMP SMA SMK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Kab. Kepulauan Seribu 2 0 1 1 0 0 2
Kota Jakarta Barat 8 2 45 16 8 7 78
Kota Jakarta Pusat 8 1 27 9 6 4 47
Kota Jakarta Selatan 10 0 52 13 8 8 81
Kota Jakarta Timur 10 2 69 27 10 9 117
Kota Jakarta Utara 6 1 27 16 3 2 49
Sumber data Pusdatikomdik DKI Jakarta
Tabel 3.5 Jumlah Sekolah Binaan menurut Wilayah dan Jenjang tahun 2018
Kabupaten/Kota SLB SD SMP SMA SMK
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Kab. Kepulauan Seribu 0 0 14 0 7 0 1 0 1 0
Kota Jakarta Barat 2 20 358 238 53 219 14 105 9 110
Kota Jakarta Pusat 1 6 194 100 35 78 13 42 14 46
Kota Jakarta Selatan 3 21 344 134 65 158 13 90 16 115
Kota Jakarta Timur 0 12 441 202 94 172 39 83 13 179
Kota Jakarta Utara 1 6 177 197 38 153 7 43 5 33
Sumber data Pusdatikomdik DKI Jakarta
LPMP DKI Jakarta
Tabel 3.6 Perbandingan Jumlah Pengawas Sekolah dan Sekolah Binaannya tahun 2018
Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan Jenjang
SLB SD SMP SMA SMK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kab. Kepulauan Seribu 2 0 1:14 1:07 1:15 0
Kota Jakarta Barat 8 1:17 1:13 1:17 1:09 1:17
Kota Jakarta Pusat 8 1:07 1:11 1:13 1:13 1:15
Kota Jakarta Selatan 10 0 1:09 1:17 1:12 1:16
Kota Jakarta Timur 10 1:06 1:09 1:10 1:17 1:21
Kota Jakarta Utara 6 1:07 1:14 1:12 1:13 1:13
Sumber data Pusdatikomdik DKI Jakarta
Tenaga Kependidikan lainnya
Tenaga kependidikan di maksud ialah orang yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan walaupun secara tidak langsung dalam proses pendidikan, diantaranya:
a. Tata usaha, adalah tenaga kependidikan yang bertugas dalam bidang administrasi instansi tersebut. Bidang administrasi yang dikelola diantaranya: administrasi surat menyurat dan pengarsipan, administrasi kepegawaian, administrasi peserta didik, administrasi keuangan, administrasi inventaris dan lain-lain.
b. Laboran, adalah petugas khusus yang bertanggung jawab terhadap alat dan bahan di laboratorium.
c. Pustakawan, pelatih ekstrakurikuler, petugas keamanan, petugas kebersihan, dan lainnya.
Pada tahun 2018 berdasarkan DAPODIK tercatat jumlah tenaga kependidikan di provinsi DKI Jakarta adalah 15.894 orang.
Berdasarkan grafik disamping terlihat bahwa dari jumlah tenaga kependidikan lebih dari 50% bertugas di sekolah negeri di semua wilayah di provinsi DKI Jakarta.
Sedangkan berdasarkan status kepegawaian sebagian besar atau 61% (9.753) berstatus tenaga honorer baik honorer di sekolah negeri maupun honorer di sekolah swasta. Sisanya 12% (1.898) berstatus PNS dan 27% (4.243) berstatus pegawas tetap yayasan.
Hal tersebut tergambar dalam diagram disamping.
Gambar 3.9 Jumlah dan persentase tenaga kependidikan menurut status satuan pendidikan dan wilayah
Gambar 3.10 Persentase jumlah tenaga kependidikan menurut status kepegawaian
LPMP DKI Jakarta
Berdasarkan kualifikasi pendidikan sebagian besar tenaga kependidikan di provinsi DKI Jakarta adalah lulusan kurang dari D3 yaitu sebesar 11.027 atau 69%. Sebanyak 1.188 mempunyai kualifikasi pendidikan D3, 3.591 berkualifikasi pendidikan S1 dan selebihnya sebanyak 88 orang berkualifikasi pendidikan di atas S1. Jumlah tenaga kependidikan menurut kualifikasi pendidikannya di gambarkan dalam tabel dibawah.
Tabel 3.7 Jumlah tenaga kependidikan menurut kualifikasi pendidikan dan wilayah
Wilayah < D3 D3 S1 S2 S3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kab. Kepulauan Seribu 70 2 24 96
Kota Jakarta Barat 2129 241 673 18 3061
Kota Jakarta Pusat 1278 162 403 11 1854
Kota Jakarta Selatan 2678 288 890 24 3880
Kota Jakarta Timur 3340 341 1096 21 4798
Kota Jakarta Utara 1532 154 505 13 1 2205
Jumlah 11027 1188 3591 87 1 15894
sumber : DAPODIK Kemdikbud tahun 2018
3.5. Rasio Pendidikan
Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 pada pasal 24 yang membahas tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), atau juga bentuk lain yang sederajat.
Salah satu hal utama yang diatur dan dibahas dalam Permendikbud tersebut ialah mengenai jumlah peserta didik di dalam satu rombongan belajar (rombel) dan juga jumlah rombel pada setiap sekolah.
Sesuai dengan aturan yang di tetapkan dalam Permendikbud tersebut jumlah peserta didik dalam satu Rombongan Belajar diatur sebagai berikut:
a. SD dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 20 (dua puluh) peserta didik dan paling banyak 28 (dua puluh delapan) peserta didik;
b. SMP dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 20 (dua puluh) peserta didik dan paling banyak 32 (tiga puluh dua) peserta didik;
c. SMA dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 20 (dua puluh) peserta didik dan paling banyak 36 (tiga puluh enam) peserta didik;
d. SMK dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 15 (lima belas) peserta didik dan paling banyak 36 (tiga puluh enam) peserta didik.
e. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dalam satu kelas berjumlah paling banyak 5 (lima) peserta didik; dan
f. Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) dalam satu kelas berjumlah paling banyak 8 (delapan) peserta didik.
Tabel 3.8 Rasio Kelas : Siswa menurut Jenjang dan wilayah
Wilayah SLB SD SMP SMA SMK
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kab. Kepulauan Seribu - 1 : 22 1 : 22 1 : 26 1 : 27 Kota Jakarta Barat 1 : 4 1 : 29 1 : 29 1 : 25 1 : 33 Kota Jakarta Pusat 1 : 4 1 : 28 1 : 31 1 : 28 1 : 32 Kota Jakarta Selatan 1 : 4 1 : 30 1 : 30 1 : 28 1 : 29 Kota Jakarta Timur 1 : 6 1 : 33 1 : 33 1 : 31 1 : 29 Kota Jakarta Utara 1 : 7 1 : 32 1 : 31 1 : 27 1 : 31
DKI Jakarta 1 : 5 1 : 31 1 : 31 1 : 28 1 : 30
LPMP DKI Jakarta
Jumlah Rombongan Belajar pada Sekolah diatur sebagai berikut:
a. SD atau bentuk lain yang sederajat berjumlah paling sedikit 6 (enam) dan paling banyak 24 (dua puluh empat) Rombongan Belajar, masing-masing tingkat paling banyak 4 (empat) Rombongan Belajar;
b. SMP atau bentuk lain yang sederajat berjumlah paling sedikit 3 (tiga) dan paling banyak 33 (tiga puluh tiga) Rombongan Belajar, masing-masing tingkat paling banyak 11 (sebelas) Rombongan Belajar;
c. SMA atau bentuk lain yang sederajat berjumlah paling sedikit 3 (tiga) dan paling banyak 36 (tiga puluh enam) Rombongan Belajar, masing-masing tingkat paling banyak 12 (dua belas) Rombongan Belajar; dan
d. SMK atau bentuk lain yang sederajat berjumlah paling sedikit 3 (tiga) dan paling banyak 72 (tujuh puluh dua) Rombongan Belajar, masing-masing tingkat paling banyak 24 (dua puluh empat) Rombongan Belajar.
Tabel 3.9 Rasio Sekolah : Rombel menurut Jenjang dan Wilayah
Wilayah SLB SD SMP SMA SMK
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kab. Kepulauan Seribu - 1 : 8 1 : 6 1 : 17 1 : 14 Kota Jakarta Barat 1 : 11 1 : 11 1 : 9 1 : 10 1 : 13 Kota Jakarta Pusat 1 : 13 1 : 10 1 : 11 1 : 11 1 : 13 Kota Jakarta Selatan 1 : 16 1 : 12 1 : 12 1 : 14 1 : 13 Kota Jakarta Timur 1 : 12 1 : 13 1 : 13 1 : 14 1 : 12 Kota Jakarta Utara 1 : 13 1 : 12 1 : 10 1 : 10 1 : 13
DKI Jakarta 1 : 13 1 : 12 1 : 11 1 : 12 1 : 13
3.6. Partisipasi Pendidikan
Partisipasi pendidikan merupakan keterlibatan penduduk dalam mengakses layanan pendidikan. Indikator yang utama adalah jumlah siswa dan rasio siswa dengan penduduk. Berikut data statistik pendidikan provinsi DKI Jakarta terkait dengan indikator partisipasi pendidikan tahun 2018.
Jumlah Siswa
Jumlah siswa jenjang SLB provinsi DKI Jakarta pada tahun 2018 terbanyak berada di wilayah Jakarta Selatan yaitu sebesar 1,955 siswa atau 34.55% dari total siswa SLB di provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 5,659 siswa.
Untuk jenjang yang lain yaitu SD, SMP, SMA, dan SMK wilayah Jakarta Timur mendominasi jumlah terbanyak. Hal ini sejalan dengan jumlah satuan pendidikan dan luas wilayahnya.
Gambar 3.11 Jumlah siswa menurut jenjang dan wilayah provinsi DKI Jakarta tahun 2018
LPMP DKI Jakarta
APK (Angka Partisipasi Kasar) dan APM (Angka Partisipasi Murni) Provinsi DKI Jakarta
Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas SDM tersebut. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari persentase penduduk menurut partisipasi sekolah. Untuk melihat partisipasi sekolah dalam suatu wilayah biasa dikenal beberapa indikator untuk mengetahuinya, antara lain: Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), serta Angka Partisipasi Murni (APM).
Angka Partisipasi Kasar (APK)
APK adalah perbandingan antara siswa pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah dan dinyatakan dalam
persentase.
Angka partisipasi kasar (APK) merupakan proporsi jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK mengindikasikan partisipasi sekolah penduduk sesuai jenjang pendidikannya. APK ini dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
APKjenjang = (Siswajenjang : Penduduk usiajenjang) x 100
Makin tinggi APK berarti makin banyak anak usia sekolah yg bersekolah di jenjang pendidikan tertentu atau banyak anak di luar usia
sekolah.
APK SD merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang sekolah di SD terhadap jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Nilai APK bisa lebih dari 100 persen karena populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu mencakup anak di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya pendaftaran siswa usia dini, pendaftaran siswa yang terlambat bersekolah, atau pengulangan kelas. Secara umum, APK digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan.
Perkembangan APK berbeda-beda untuk setiap jenjang pendidikan. Gambar 3.12 memperlihatkan peningkatan APK pada jenjang SD, SMP, dan SMA dari tahun 2016 hingga tahun 2017.
APK SD di Provinsi DKI Jakarta mengalami kenaikan dari tahun 2016 ke tahun 2017. Pada tahun 2016 APK SD sebesar 90,87 persen, dan menjadi 91,19 persen pada tahun 2017. APK SMA pada tahun 2016 tercatat sebesar 91,57 persen, meningkat menjadi 97,71 persen pada tahun 2017. Sementara pada jenjang pendidikan SMP cenderung mengalami penurunan. APK SMP pada tahun 2016 tercatat sebesar 91,90 persen, mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi 89,72 persen.
Gambar 3.12 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2016, 2017 Tabel 3.10 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut
Jenjang dan Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017
Wilayah SD SMP SMA
(1) (2) (3) (4)
Kab. Kepulauan Seribu 89.43 73.47 102.72 Kota Jakarta Pusat 104.00 100.22 106.88 Kota Jakarta Utara 91.15 96.15 84.68 Kota Jakarta Barat 88.36 88.75 85.77 Kota Jakarta Selatan 87.43 85.35 104.47 Kota Jakarta Timur 91.89 87.05 106.19
DKI Jakarta 91.19 89.72 97.71
sumber : PDSPK Kemdikbud tahun 2017
Tabel 3.10 menyajikan APK menurut jenjang pendidikan dan wilayah pada tahun 2017. Tabel ini juga mencatat bahwa APK untuk SD, SMP, dan SMA di wilayah Jakarta Pusat nilainya lebih dari 100 persen. Hal ini menunjukkan bahwa murid SD di wilayah Jakarta Pusat selain mencakup anak yang berusia 7-12 tahun juga mencakup anak yang berusia kurang dari 7 tahun dan juga lebih dari 12 tahun.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa banyak anak yang terlambat masuk SD atau sebaliknya sangat dini (belum cukup umur) untuk bersekolah SD, atau masih ada murid SD yang tinggal kelas. Demikian juga murid jenjang SMP di wilayah Jakarta Pusat selaian mencakup anak yang berusia 13-15 tahun juga anak yang berusia kurang dari 13 tahun. Hal ini merupakan dampak dari anak yang berusia kurang dari 7 tahun dan sudah masuk SD sehingga pada saat meneruskan ke jenjang SMP usia nya masih kurang dari 13 tahun. Demikian juga untuk akan berdampak ke jenjang SMA.
LPMP DKI Jakarta
APK di wilayah Jakarta Pusat lebih tinggi dari 5 wilayah lainnya di provinsi DKI Jakarta. Kesenjangan APK tersebut merata di semua jenjang pendidikan. APK SD terendah di wilayah Jakarta Selatan yaitu sebesar 87,43 persen, APK SMP terendah di wilayah Kepulauan Seribu yaitu sebesar 73,47 persen, dan APK SMA terendah sebesar 84,68 persen di wilayah Jakarta Utara.
Jika dilihat sebarannya menurut kabupaten/kota seperti yang disajikan pada Gambar 3.13 terlihat bahwa APK SD tertinggi di Jakarta Pusat (104,00 persen). Sedangkan APK terendah di Jakarta Selatan (87,43 persen).
Gambar 3.14 APK jenjang pendidikan SMP secara umum sudah di atas 80 persen kecuali wilayah Kepulauan Seribu (73,47 persen) dengan APK tertinggi di Jakarta Pusat (100,22 persen).
Gambar 3.13 APK SD Menurut Wilayah Tahun 2017
Gambar 3.14 APK SMP Menurut Wilayah Tahun 2017
Untuk Jenjang SMA digambarkan dalam gambar 3.15, sebagian besar sudah di atas 100 persen kecuali wilayah Jakarta Barat (85,77 persen) dan Jakarta Utara terendah (84,68 persen).
Gambar 3.15 APK SMA Menurut Wilayah Tahun 2017
Angka Partisipasi Murni (APM)
APM adalah perbandingan antara siswa usia sekolah tertentu pada jenjang pendidikan dengan penduduk usia yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase.
Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan proporsi penduduk kelompok usia sekolah tertentu yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan kelompok usianya terhadap jumlah penduduk pada kelompok usia sekolah tersebut. APM dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
APMjenjang = (Siswa usia jenjang : Penduduk usia jenjang) x 100
Makin tinggi APM berarti makin banyak anak usia sekolah yg bersekolah sesuai usia resmi di jenjang pendidikan tertentu. Nilai idealnya
100%.
APM berfungsi untuk menunjukkan partisipasi pendidikan penduduk pada tingkat pendidikan tertentu yang sesuai dengan usianya, atau melihat penduduk usia sekolah yang dapat bersekolah tepat waktu. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka
LPMP DKI Jakarta
APM akan mencapai 100 persen. Sebagai gambaran APM SD adalah proporsi jumlah murid SD yang berusia 7-12 tahun terhadap jumlah seluruh penduduk usia 7-12 tahun. Secara umum, APM akan selalu lebih rendah dari APK karena APK memperhitungkan jumlah penduduk di luar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan.
Selama periode tahun 2016 sampai 2017, APM provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA. APM jenjang pendidikan SMA pada tahun 2016 sebesar 71,24 persen, turun menjadi 70,37 persen pada tahun 2017. APM jenjang SMP tahun 2016 sebesar 84,25 persen, turun menjadi sebesar 71,24 persen tahun 2016. Pada jenjang pendidikan dasar terjadi peningkatan, APM untuk tingkat SD tahun 2016 sebesar 84,05 persen, meningkat menjadi 84,25 persen pada tahun 2017. Kenaikan angka APM masih di kisaran nilai lebih dari 80 persen penduduk usia 7-12 tahun yang bersekolah di jenjang SD/MI.
Gambar 3.16 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2016, 2017
Tabel 3.11 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang dan Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017
Wilayah SD SMP SMA
(1) (2) (3) (4)
Kab. Kepulauan Seribu 75.72 54.92 62.32
Kota Jakarta Pusat 93.94 75.24 74.16
Kota Jakarta Utara 83.87 75.45 62.51
Kota Jakarta Barat 81.51 70.48 63.95
Kota Jakarta Selatan 81.02 67.11 76.29
Kota Jakarta Timur 85.81 68.75 79.03
DKI Jakarta 84.25 70.37 71.75
sumber : PDSPK Kemdikbud tahun 2017
Tabel 3.11 menunjukkan bahwa pada tahun 2017 secara umum nilai APM untuk semua jenjang pendidikan kurang dari 100 persen. APM pendidikan cenderung semakin menurun seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan. APM pada jenjang SD sebesar 84,25 persen, sedangkan pada jenjang di atasnya jauh lebih rendah. Secara berturut-turut APM SMP sebesar 70,37 persen, APM SMA sebesar 71,75 persen.
Jika dilihat sebarannya menurut kabupaten/kota seperti yang disajikan pada Gambar3.17 terlihat bahwa APK SD tertinggi di Jakarta Pusat (93,94 persen). Sedangkan APK terendah di Kepulauan Seribu (75,72 persen).
Gambar 3.17 APM SD Menurut Wilayah Tahun 2017
LPMP DKI Jakarta
Gambar 3.18 APM jenjang pendidikan SMP secara umum di bawah 80 persen dengan APM tertinggi di Jakarta Utara (75,45 persen) dan APM terendah di Kepualaun Seribu (54,92 persen).
Untuk Jenjang SMA digambarkan dalam gambar 3.19, masih belum ada yang melampaui 90 persen. Jakarta Timur (79,03 persen) mempunyai APM tertinggi sedangkan Kepulauan Seribu mempunyai APM terendah (62,32 persen).
Gambar 3.18 APM SMP Menurut Wilayah Tahun 2017
Gambar 3.19 APM SMA Menurut Wilayah Tahun 2017
3.7. Pemenuhan Sarana Pendukung
Berbagai sarana dan prasarana sekolah sangatlah dibutuhkan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran di tiap satuan pendidikan. Diantara sarana prasarana pendukung mutu antara lain perpustakaan, laboratorium IPA, laboratorium komputer, serta sarana pendukung lainnya. Berikut potret kepemilikan berbagai sarana prasarana yang dimiliki satuan pendidikan berdasarkan data DAPODIK.
Ruang Perpustakaan
Pada jenjang SLB ruang perpustakaan yang dimiliki 52 ruang. Kepemilikan ruang perpustakaan merupakan hal penting sebagai salah satu sarana dalam peningkatan mutu pembelajaran. Tercatat baru 59% sekolah jenjang SLB yang memiliki ruang perpustakaan. Secara terinci kepemilikan perpustakaan adalah digambarkan dalam tabel disamping:
Jenjang SD yang memiliki ruang perpustakaan tercatat 1.823 ruang atau sekitar 77% dari jumlah sekolah jenjang SD. Kepemilikan ruang perpustakaan untuk jenjang SD digambarkan dalam tabel disamping:
Tabel 3.12 Kepemilikan perpustakaan jenjang SLB
No Ruang Perpustakaan Jumlah
1 Jumlah Sekolah 88
2 Kepemilikan ruang perpustakaan 52
3 % kepemilikan ruang perpustakaan 59%
4 Sekolah yang belum memiliki perpustakaan 36
Tabel 3.13 Kepemilikan perpustakaan jenjang SD
No Ruang Perpustakaan Jumlah
1 Jumlah Sekolah 2.358
2 Kepemilikan ruang perpustakaan 1.823
3 % kepemilikan ruang perpustakaan 77%
4 Sekolah yang belum memiliki perpustakaan 353
LPMP DKI Jakarta
Pada jenjang SMP ruang perpustakaan yang dimiliki 951 ruang. Tercatat sudah 94% sekolah jenjang SMP yang memiliki ruang perpustakaan. Secara terinci kepemilikan perpustakaan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.14 Kepemilikan perpustakaan jenjang SMP
No Ruang Perpustakaan Jumlah
1 Jumlah Sekolah 1.014
2 Kepemilikan ruang perpustakaan 951
3 % kepemilikan ruang perpustakaan 94%
4 Sekolah yang belum memiliki perpustakaan 63 Pada jenjang SMA ruang perpustakaan yang dimiliki 449 ruang. Tercatat sudah 96% sekolah jenjang SMA yang memiliki ruang perpustakaan. Secara terinci kepemilikan perpustakaan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.15 Kepemilikan perpustakaan jenjang SMA
No Ruang Perpustakaan Jumlah
1 Jumlah Sekolah 449
2 Kepemilikan ruang perpustakaan 433
3 % kepemilikan ruang perpustakaan 96%
4 Sekolah yang belum memiliki perpustakaan 16
Pada jenjang SMK ruang perpustakaan yang dimiliki 449 ruang.
Tercatat sudah 96% sekolah jenjang SMK yang memiliki ruang perpustakaan. Secara terinci kepemilikan perpustakaan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.16 Kepemilikan perpustakaan jenjang SMK
No Ruang Perpustakaan Jumlah
1 Jumlah Sekolah 580
2 Kepemilikan ruang perpustakaan 519
3 % kepemilikan ruang perpustakaan 89%
4 Sekolah yang belum memiliki perpustakaan 61 Secara keseluruhan jenjang SLB, SD, SMP, SMA, dan SMK di provinsi DKI Jakarta dari 4.489 sekolah tercatat sudah 84% atau 3.778 sekolah yang memiliki ruang perpustakaan. Seperti digambarkan dalam grafis berikut:
Gambar 3.20 Kepemilikan perpustakaan
Laboratorium Komputer
Kepemilikan laboratorium komputer merupakan kondisi yang penting bagi setiap sekolah mengingat kebutuhan akan komputer sangat dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran saat ini. Tercatat dari seluruh sekolah jenjang SLB, SD, SMP, SMA, dan SMK di provinsi DKI Jakarta yang memiliki laboratorium komputer baru 57% atau 2.554 sekolah. Hal tersebut seperti digambarkan dalam grafik berikut:
Gambar 3.21 Persentase kepemilikan laboratorium komputer
Secara rinci persentase kepemilikan laboratorium komputer dapat digambarkan seperti gambar dibawah. Untuk jenjang SMP, SMA, dan SMK kepemilikan laboratorium komputer sudah di atas 80% sedangkan untuk jenjang SD dan SLB masih di bawah 35%.
Gambar 3.22 Persentase kepemilikan Laboratorium Komputer menurut jenjang satuan pendidikan
LPMP DKI Jakarta
Laboratorium IPA
Laboratorium IPA merupakan fasilitas pendukung mutu yang penting. Tahun 2018 tercatat 2.842 sekolah atau 63% dari jumlah sekolah jenjang SLB, SD, SMP, SMA, dan SMK di provinsi DKI Jakarta memiliki laboratorium IPA. Persentase kepemilikan laboratorium IPA terbesar di wilayah Kepulauan Seribu yaitu sebesar 74% sedangkan untuk wilayah lain rata- rata sudah di atas 60%. Persentase kepemlikian laboratirium IPA dapat dilihat pada gambar 3.23.
Gambar 3.23 Persentase kepemilikan Laboratorium IPA menurut wilayah
Di beberapa sekolah terutama sekolah-sekolah jenjang SLB, SD, dan SMP ruang laboratorium IPA hanya tersedia laboratorium IPA saja sedangkan di sekolah-sekolah yang lebih besar biasanya laboratorium IPA dipecah dalam bentuk laboratorium Fisika, laboratorium Kimia, dan laboratorium Biologi.
Ruang Bahasa
Ruang Bahasa adalah tempat aktivitas praktek pembelajaran bahasa bagi seluruh siswa. Akan tetapi kepemilikan ruang bahasa masih tergolong sedikit untuk provinsi DKI Jakarta, tercatat hanya 18% sekolah di DKI Jakarta yang memiliki ruang bahasa yaitu sebanyak 806 sekolah. Persentase kepemilikan ruang bahasa tertinggi di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan yaitu sebesar 20% sedangkan wilayah lainnya masih di bawah 20%.
Gambar 3.24 Persentase kepemilikan Laboratorium Bahasa menurut wilayah
3.8. Pencapaian Mutu
Meningkatnya mutu pendidikan merupakan tujuan yang harus dicapai. Mutu pendidikan dicirikan dari perubahan perilaku peserta didik dan pelaku pendidikan lain ke arah yang baik sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu indikator dari ukuran mutu pendidikan adalah hasil ujian nasional. Selain itu juga dapat diukur proses pendidikan yang salah satu indikatornya adalah capaian akreditasi. Kualitas pendidikan yang dapat diukur dari jumlah dan kualifikasinya juga merupakan salah satu indikator mutu pendidikan.
Nilai Ujian Nasional
Ujian nasional (UN) merupakan kegiatan untuk mengukur capaian kompetensi siswa berdasar standar kompetensi lulusan. Selain itu melalui UN juga diperoleh peta capaian kompetensi lulusan yang berguna untuk peningkatan mutu dan pembinaan.
Ujian Nasional Berbasis Komputer yang selanjutnya disebut UNBK adalah ujian yang menggunakan komputer sebagai media untuk menampilkan soal dan proses menjawabnya.
Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil yang selanjutnya disebut UNKP adalah ujian nasional yang menggunakan naskah soal dan Lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN) berbasis kertas dan menggunakan pensil.
Kriteria pencapaian kompetensi lulusan berdasarkan hasil ujian nasional.
Nilai UN merupakan salah satu potret dari pencapaian mutu pendidikan. Makin tinggi nilai rata-rata yang dicapai, maka dapat diasumsikan bahwa makin tinggi pula ketercapaian kompetensi lulusannya.
LPMP DKI Jakarta
Rata-rata capaian nilai UN jenjang SMP di Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan dalan 3 tahun terakhir. Penurunan tersebut antara lain disebabkan:
a. Semakin banyak sekolah menggunakan UNBK sehingga kemungkinan terjadinya kecurangan berkurang
b. Kisi-kisi UN yang tidak lagi rinci sehingga siswa harus menguasai kompetensi
c. Peningkatan persentase soal kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTs)
Secara rinci rata-rata capaian nilai UN tahun 2016, 2017, dan 2018 jenjang SMP menurut wilayah dapat dilihat pada gambar 3.26.
Gambar 3.25 Rata-rata capaian nilai UN jenjang SMP
Gambar 3.26 UN SMP per wilayah
Rata-rata capaian nilai UN jenjang SMK di Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan dalan 3 tahun terakhir.
Penurunan tersebut antara lain disebabkan:
a. Kisi-kisi UN yang tidak lagi rinci sehingga siswa harus menguasai kompetensi
b. Peningkatan persentase soal kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTs)
Gambar 3.27 Rata-rata capaian nilai UN jenjang SMK
Gambar disamping ini menunjukkan secara rinci rata-rata capaian nilai UN tahun 2016, 2017, dan 2018 jenjang SMK menurut wilayah:
Gambar 3.28 UN SMK per wilayah
LPMP DKI Jakarta
Capaian rata-rata nilai UN jenjang SMA di Provinsi DKI Jakarta mengalami sempat mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 2017 dari 63.01 menjadi 65.96.
Namun mengalami penurunan kembali pada tahun 2018.
Penurunan tersebut kemungkinan disebabkan oleh: kisi-kisi UN yang tidak lagi rinci sehingga siswa harus menguasai kompetensi, peningkatan persentase soal kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTs)
Gambar disamping menunjukkan secara rinci rata-rata capaian nilai UN tahun 2016, 2017, dan 2018 jenjang SMA menurut wilayah.
Gambar 3.29 Rata-rata capaian nilai UN jenjang SMA
Gambar 3.30 UN SMA per wilayah
Akreditasi Sekolah
Dari 4,489 satuan pendidikan yang berada di wilayah propinsi DKI Jakarta sebanyak 62 persen sekolah atau 2,788 sekolah sudah terakreditasi A, 920 sekolah atau 20 persen terakreditasi B, 33 sekolah terakreditasi C, dan 748 sekolah atau 17 persen sekolah tidak atau belum terakreditasi. Banyaknya sekolah yang belum atau tidak terakreditasi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah:
terdapatnya beberapa sekolah program kerjasama (SPK) yang tidak sepenuhnya menggunakan kurikulum yang berlaku di Indonesia sehingga tidak bisa di akreditasi, serta adanya sekolah-sekolah yang sebenarnya sudah terakreditasi tetapi tidak mengisi data akreditasinya pada DAPODIK yang menyebabkan sekolah tersebut tercatat belum atau tidak terakreditasi.
Presentase jumlah sekolah menurut akreditasinya digambarkan dalam gambar 3.31.
Gambar 331 Persentase jumlah sekolah menurut jenjang dan status akreditasi
Persentase sekolah yang terakreditasi A terbesar pada jenjang SMA yaitu 77 persen atau 344 sekolah dari 499 sekolah jenjang SMA yang ada di provinsi DKI Jakarta. Sedangkan jenjang SMK memiliki persentase sekolah terakreditasi terendah yaitu 11% atau 63 sekolah dari 580 sekolah jenjang SMK. Hal tersebut dikarenakan masih banyak SMK yang tidak mengisi data status akreditasinya pada DAPODIK.
LPMP DKI Jakarta
Akreditasi sekolah merupakan salah satu indikasi mutu layanan. Tahun 2018 sebagian besar sekolah yaitu 83% (3.741 sekolah) telah terakreditasi. Sebanyak 2.788 Sekolah (62%) telah terakreditasi dengan kategori A, 20% terakreditasi B, 1% terakreditasi C, dan 17% atau 748 sekolah belum melakukan akreditasi atau tidak mengisi status akreditasi di DAPODIK. Dengan demikian sudah 82% sekolah sudah terakreditasi minimal B dari sekolah-sekolah jenjang SLB, SD, SMP, SMA, SMK yang ada di wilayah provinsi DKI Jakarta.
Tabel 3.17 Persentase Jumlah Sekolah menurut Akreditasi
No Akreditasi Jumlah Sekolah %
1 A 2.788 62%
2 B 920 20%
3 C 33 1%
4 Belum terakreditasi 748 17%
sumber : DAPODIK Kemdikbud tahun 2017
Secara grafis hasil akreditasi sekolah tahun 2018 di provinsi DKI Jakarta dapat di gambarkan seperti gambar 3.32.
Gambar 3.32 Persentase akreditasi sekolah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018