• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA BELAJAR SISWA KELAS III B SD N TUKANGAN YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAYA BELAJAR SISWA KELAS III B SD N TUKANGAN YOGYAKARTA."

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA BELAJAR SISWA KELAS III B SD NEGERI TUKANGAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Chris Hilda Fitriani NIM 12108249034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya: Nama : Chris Hilda Fitriani NIM : 12108249034

Jurusan : Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas : Ilmu Pendidikan

Lembaga : Universitas Negeri Yogyakarta

Judul Penelitian : Gaya Belajar Siswa kelas III B SD N Tukangan Yogyakarta.

Dengan ini saya mengatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali dengan acuan/kutipan dengan tata penulisan karya ilmiah yang berlaku.

(4)
(5)

v MOTTO

“Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak; janganlah mengabaikannya.”

(Amsal 8: 33)

Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-laianan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita, Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani, dan jika karunia itu mengajar baiklah kita mengajar dengan baik; jika

karunia untuk menasehati, baiklah kita menasehati.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Bapak dan ibuku tercinta, terimakasih atas Doa, dukungan dan perhatian yang diberikan selama ini.

(7)

vii

GAYA BELAJAR SISWA KELAS III B SD N TUKANGAN YOGYAKARTA”

Oleh Chris Hilda Fitriani NIM 12108249034

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya belajar siswa kelas III B SD Negeri Tukangan Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis deskriptif. Subjek penelitian ini adalah 24 siswa dan 1 guru kelas III B SD Negeri Tukangan Yogyakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data menggunakan uji kredibilitas dengan memperpanjang pengamatan, meningkatkan ketekunan, serta triangulasi sumber dan teknik penelitian.

Gaya belajar yang cenderung digunakan siswa kelas III B bervariasi antara visua, auditori dan kinestetik. Kecenderungan gaya belajar siswa antara lain adalah belajar dengan cara mendengarkan penjelasan guru / melihat, menghafal dengan mengulang-ulang bacaan 2 atau 3 kali, mengerjakan soal dengan berdiskusi atau kerja kelompok dengan teman kelas, aktif bertanya jawab dengan guru / teman sekelas dan mencatat hal yang penting tentang materi pelajaran. Jadi gaya belajar siswa kelas III B yang berjumlah 24 orang adalah bervariasi (kombinasi antara visual, auditori dan kinestetik).

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena Berkat dan karuina-Nya , penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gaya Belajar Siswa Kelas III B SD Negeri Tukangan Yogyakarta”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terwujud. Sehubungan dengan hal ini, penulis menyampaikan terima kasih dengan tulus dan ikhlas kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk penelitian.

3. Ketua Prodi PGSD yang telah berperan dalam penentuan dan persetujuan judul skripsi ini.

(9)

ix

5. Bapak Banu Setyo Adi, S.Pd.Kor., M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberi motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen PGSD FIP UNY yang telah memberikan bekal ilmu dan kecakapan hidup serta membantu penulisan skripsi.

7. Kepala sekolah, seluruh guru, dan siswa kelas III B SD Negeri Tukangan Yogyakarta yang telah meluangkan waktu untuk membantu penelitian Skripsi.

8. Sahabat-sahabatku tercinta, sekelas serta teman-teman KKN 2015, yang takkan kulupakan perjuangan bersama kalian semua.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

(10)

x

DAFTAR ISI

hal

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 7

G. Definisi Operasional... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar ... 9

1. PengertianBelajar ... 9

2. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar... 10

3. Prinsip – Prinsip Belajar ... 12

(11)

xi

B. Gaya Belajar ... 21

1. Pengertian Gaya Belajar ... 21

2. Jenis atau Tipe Gaya Belajar Siswa ... 23

3. Kelebihan dan Kelemahan Gaya Belajar ... 34

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 37

D. Kerangka Pikir ... 41

E. Pertanyaan Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 43

B. Waktu dan Tempat Penelitian... 44

C. SubjekPenelitian ... 44

D. Objek Penelitian ... 45

E. TeknikPengumpulan Data... .. 45

F. Instrumen Penelitian... . 47

G. TeknikAnalisis Data... .. 50

H. Keabsahan Data... . 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

B. Pembahasan ... 91

C. KeterbatasanPenelitian ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(12)

xii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1.Ciri Gaya Belajar Visual, Auditori, dan Kinestetik ... 32

Tabel 2.Tahap kognitif menurut Piaget... 37

Tabel 3. Kegiatan Penelitian ... 44

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1.Skema kerangka pikir ... 41

Gambar 2.Profil Sekolah ... 166

Gambar 3.Keadaan Saat Belajar ... 166

Gambar 4.Suasana Belajar... 166

Gambar 5.Guru Kelas Menerangkan materi ... 166

Gambar 6.Siswa bertanya ... 166

Gambar 7.Salah satu siswa tidur saat belajar ... 167

Gambar 8.Suasana kelas saat belajar kelompok ... 167

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1.Lembar Observasi ... 99

Lampiran 2.Hasil Observasi ... 101

Lampiran 3.Redupsi Data Hasil Observasi Siswa kelas III B ... 107

Lampiran 4.Pedoman Wawancara siswa... 117

Lampiran 5.Reduksi, Penyajian Data, danKesimpulanHasilWawancara Siswa Kelas III B ... 121

Lampiran 6.Pedoman Wawancara Guru ... 137

Lampiran 7.Reduksi, Penyajian Data, danKesimpulanHasilWawancara Guru Kelas III B ... 139

Lampiran 8.Triangulasi Data ... 149

Lampiran 9.HasilDokumentasiPenelitian ... 166

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan olah keberhasilan pendidikan. Pendidikan juga merupakan salah satu tempat untuk belajar berusaha mengembangkan bakat diri sendiri, menambah pengetahuan, dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.

Belajar adalah usaha seseorang atau individu untuk mengubah cara hidupnya dari yang tidak tahu menjadi tahu. Belajar juga merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktifitas sehari-hari siswa baik disekolah maupun dirumah. Gaya belajar setiap siswa berbeda. Menurut sarasin (2013: 53) “gaya belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi baru,

serta proses menyimpan informasi atau keterampilan baru”. Sedangkan menurut Dunn & Dunn (dalam sugihartono, dkk 2013: 53) “gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain”.

(16)

2

sangat sulit jika guru tidak mengetahui gaya belajar masing-masing peserta didik. Gaya belajar siswa selalu berubah. Sesuai pendapat Hilliard (Sugihartono, dkk 2013: 53) gaya belajar dapat berubah tergantung pada aktifitas belajar atau perubahan pengalaman, namun ketika gaya belajar berubah, hal itu akan cenderung menetap untuk sememtara waktu sehingga menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar antar peserta didik belum tentu sama.

Dalam menerima setiap informasi, fungsi indera yang menonjol / dominan digunakan adalah melalui fungsi penglihatan (visual), pendengaran (auditori), dan gerak / sentuh (kinestetik). Seperti yang dikemukakan oleh Marno dan M. Indri (2010: 151), tiga tipe belajar siswa: (1) visual, di mana dalam belajar, siswa tipe ini lebih mudah belajar dengan cara melihat atau mengamati. (2) auditori, di mana siswa lebih mudah belajar dengan mendengarkan, dan (3) kinestetik, di mana dalam menerapkan pembelajaran siswa lebih mudah belajar dengan melakukan. Dengan demikian, keselarasan gaya mengajar guru dangan gaya belajar peserta didik sangat penting dalam proses pembelajaran.

(17)

3

melalui melihat, memandangi, atau mengamati objek belajaranya. Hal ini didukung oleh pendapat Ahmadi dan Supriyono (2004: 84) yang mengemukakan bahwa seseorang yang bertipe visual akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik atau gambar, atau dengan kata lain lebih mudah mempelajari bahan pelajaran yang dapat dilihat dengan alat penglihatannya. Gaya belajar visual membantu siswa mengingat materi pelajaran yang langsung dilihat sehingga hal tersebut dapat meningkatkan presetasi belajar siswa.

Gaya belajar auditori lebih mengedepankan indra pendengar. Mendengar dilakukan seperti audio, ceramah, diskusi, dan debat. Siswa dengan gaya belajar auditori, cenderung belajar atau meneriam informasi dengan mendengarkan atau secara lisan. Bagi siswa yang memiliki gaya belajar auditori, telinga merupakan salah satu alat indra yang berperan penting karena dalam telinga terdapat daun telinga, lubang telinga, gendang pendengar, palu pendengar, paron atau landasan, dan sanggurdi. Alat telinga ini berguna untuk menyampaikan perangsang-perangsang suara pada kulit otak, dan rangsang tersebut diolah di dalam otak sebagai suatu informasi (Kartono,1996: 39). Jadi gaya belajar auditori, menyerap dan mengolah informasi dengan kemampuan mendengar yang baik dalam upaya mencapai prestasi belajar yang baik.

(18)

4

merasakan / mengalami sendiri. Siswa dimungkinkan untuk mencapai prestasi belajar yang efektif melalui gerakan atau sentuhan secara langsung. Bagi siswa dengan gaya belajar kinestetik, kondisi fisik merupakan salah satu faktor yang berperan penting, kerena mereka akan langsung melakukan tindakan secara fisik dalam kegiatan belajar mereka. Ula (2013: 18-19) mengemukakan bahwa jika siswa belajar dengan kondisi fisik yang sehat, proses dan hasil belajarnya akan lancar / maksimal. Berbeda halnya dengan seseorang yang belajar dengan kondisi fisik yang kurang atau tidak sehat, proses belajarnyapun terganggu. Seperti yang dikemukakan oleh Ula (2013: 18-19) bahwa jika siswa kurang sehat, ia akan lebih cepat merasa lelah, tidak bersemangat, mudah pusing, mudah mengantuk dan sulit menerima pelajaran. Hal ini akan membawa pengaruh pada hasil belajarnaya. Jadi keadaan sehat sangat diperlukan dijaga / diperhatikan demi mendapat hasil belajar yang baik.

Pengertian di atas menegaskan bahwa ketiga gaya belajar (visual, auditori, dan kinestetik) tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Jadi baik orang tua siswa, guru ataupun sekolah, harus memperhatikan gaya belajar siswanya, baik gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik sehingga dapat disesuaikan gaya belajar siswa dan gaya pembelajaran guru serta prasarana sekolah harus diperhatikan demi peningkatkan prestasi siswa.

(19)

5

senang jika anaknya mau berangkat sekolah setiap harinya dan menyerahkan semuanya kepada pihak sekolah. Disini terlihat peran orang tua dalam memantau anaknya kurang, harusnya orang tua dan guru bekerjasama dalam memantau dan mengajarkan hal yang baik pada anak untuk perkembangan dan prestasinya.

(20)

6

baikpula. Oleh karena itupenelitian dengan judul “Gaya Belajar Siswa Kelas III B di Sekolah Dasar Negeri Tukangan Yogyakarta” sangat penting untuk dilakukan.

B. Identifikasi masalah

Dari uraian latar belakang, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang kemungkinan muncul antara lain sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang sering digunakan guru hanya ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas mandiri (metode kurang bervariasi), sehingga siswa merasa bosan dan kurang motivasi dalam mengikuti pembelajaran. 2. Kurangnya motivasi dari orang tua siswa sendiri dalam mendukung

proses belajar siswa.

3. Gaya belajar siswa di dalam kelas masih terdapat siswa memukul meja dan bersenandung, berjalan-jalan dengan alasan meminjam benda, diam menyangga kepala dengan kedua tangan, dan ada pula siswa yang duduk diam dan tidak terpengaruh oleh suasana kelas yang ramai, ada yang berteriak menyuruh temannya diam karena ia tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar.

C. Pembatasan masalah

(21)

7 D. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian secara umum adalah bagaimanagaya belajar siswa kelas III B di SD Negeri Tukangan Yogyakarta?

E. Tujuan penelitian

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikangaya belajar siswa kelas III B di SDNegeri Tukangan Yogyakarta.

F. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan masukan kepada siswa agar meningkatkan gaya belajar yang baik sehingga dapat belajar lebih efektif untuk meningkatkan prestasi di sekolah.

b. Bagi guru

Memberikan informasi kepada guru tentang gaya belajar siswa, sehingga dengan informasi tersebut guru dapat memberikan saran kepada siswa agar membenahi gaya belajarnya menjadi lebih baik lagi. c. Bagi orang tua

(22)

8

dalam memberikan bimbingan dan saran agar anak mempunyai gaya belajar yang baik dan mendukung prestasi belajarnya disekolah.

2. Manfaat Teoritis

Menambah ilmu pengetahuan bidang pendidikan dasar utama masalah gaya belajar.

G. Definisi Istilah

(23)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan masalah yang selalu dihadapi setiap individu dalam kesehariannya, belajar ini dapat terjadi dimana saja dan kapan saja individu itu berada. Belajar tidak asing lagi bagi kita karena merupakan kebutuhan bagi kehidupan kita semua. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 13). Jadi menurut pendapat di atas belajar merupakan pengalaman individu yang diperoleh saat berinteraksi dilingkungannya yang menyangkut tiga hal yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2008: 11) menyatakan bahwa: belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat.

(24)

10

adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditegaskan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap atau permanen, yang diperoleh dari hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tersebut tidak hanya bertambahnya ilmu pengetahuan, namun juga berwujud keterampilan, kecakapan, sikap, tingkah laku, pola pikir, kepribadian dan lain-lain.

2. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar

(25)

11 a. Perubahan terjadi secara sadar

Sadar artinya merasa, tau atau mengerti. Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya pengetahuannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena orang yang bersangkutan tidak menyadari perubahan itu.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Perubahan dalam diri seseorang berlangsung secara berkesi- nambungan, tidak stabil. Satu perubahan akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus sehingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

(26)

12

Perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang terjadi melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.

3. Prinsip – Prinsip Belajar

(27)

13

a. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif.

b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar. d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa

akan membuat proses belajar berarti.

e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditegaskan bahwa prinsip belajar merupakan kesadaran siswa sendiri untuk bertindak dalam belajar ataupun mempelajari materi pelajaran di sekolah. Siswa tidak bisa dipaksa dalam memahami pelajaran, karena kemampuan antar siswa berbeda. Siswa yang diberi tanggu jawab dan kepercayaan penuh akan memotivasi siswa untuk melakukan kewajiban sebagai siswa, dan belajar sebaik mungkin.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Slameto (2010) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor internal: 1) faktor jasmani, 2) faktor psikologis. Faktor Ekstern: 1) faktor keluarga, 2) faktor sekolah dan, 3) faktor masyarakat. Lebih lanjut dapat dikaji sebagai berikut:

(28)

14 1) Faktor jasmaniah.

a) Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan baik segenap badan bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan badan tidak sehat / baik, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah.

b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah tidak berfungsinya salah satu bagian tubuh atau suatu yang menyebabkan kurang baik / kurang sempurna mengenai tubuh seseorang. Cacat tubuh itu berupa buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain.Keadaancacat tubuh dapat mengganggu / mempengaruhi belajar seseorang.

2) Faktor Psikologis a) Inteligensi

J.P. Chaplin (dalam Slameto, 2010: 55) memberi tiga penegrtian inteligensi sebagai berikut:

(1) The ability to meet and adapt to novesituations quickly and

effectvely.

(2) The ability to utilize abstract concepts effectively.

(29)

15

Jadi inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat.

b) perhatian

Perhatian menurut Gazali (Slameto, 2010: 56) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek ( benda atau hal) atau kesimpulan obyek. Untuk mendapatkan hasil belajar yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbul kebosanan, sehingga ia tidak suka belajar.

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.

(30)

16

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat sangat mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya baik. Demikian sebaliknya jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa tidak sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya tidak baik.

e) Motif

Motif adalah sebagai daya penggerak atau pendorong. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar. f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan balajar.

g) Kesiapan

(31)

17

siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan baik.

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: a) Kelelahan jasmani

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadinya kekacauan substansi siswa pembakaran dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

b) Kelelahan rohani

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

b. Faktor-Faktor Ekstern 1) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar juga akan menerima pengaruh dari keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, reaksi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

2) Faktor Sekolah

(32)

18

Metode mengejar adalah suatu cara/ jalan yang harus dilalui dalam proses mengajar. Metode mengajar sangat mempengaruhi belajar siswa. Guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah saja, siswa menjadi bosan, mengetuk, dan hanya mencatat saja. Guru bisa menggunakan / mencoba berbagai metode-metode baru, supaya siswa dapat termotivasi untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang cepat, efisien, dan efektif.

b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Bahan pelajaran dapat mempengaruhi belajar siswa.

c) Relasi Guru dengan Siswa

(33)

19 d) Relasi Siswa dengan Siswa

Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar siswa dapat bekerja sama dengan teman kelasnya, dan bersaing secara positif dalam belajar.

e) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin didalam belajar baik disekolah, di rumah, dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru bersertastaf yang lain juga disiplin.

f) Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu, agar guru dapat mengajar dengan baik, sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula.

g) Waktu Sekolah

(34)

20

segar jasmani, rohani, yang baik dibandingkan dengan sore atau malam hari. Sedangkan disiang hari hari siswa merasa ngantuk dan kelalahan. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.

h) Standar Pelajaran di atas Ukuran

Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya,perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru.

i) Keadaan Gedung

Dalam jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Keadaan gedung juga sangat berpengaruh terhadap belajar siswa, karena dengan kondisi gedung yang nyaman, dan bersih akan sangat menunjang pembelajaran yang berlangsung.

j) Metode belajar

(35)

21 k) Tugas Rumah

Waktu belajar terutama disekolah, disamping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan dirumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.

3) Faktor Masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat terdiri dari orang-orang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada siswa. Sebaliknya, lingkungan anak adalah orang-orang terpelajar yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar.

B. Gaya Belajar

1. Pengertian Gaya belajar

(36)

22

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2007: 110-112) menjelaskan bahwa “gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan

kemudian mengatur serta mengolah informasi”. Jadi berdasarkan pendapat tersebut gaya belajar merupakan cara seseorang dalam menerima informasi dan cara seseorang untuk memproses informasi tersebut.

Menurut Dunn dan Dunn (Sugihartono,dkk. 2013: 53) “ Gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain”. Gaya belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara

belajar yang paling disukai.

Seperti yang dikemukakan oleh Keefe (Sugihartono,dkk. 2013: 53) bahwa gaya belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar yang disukai. Gaya belajar bukanlah sesuatu yang statis. Gaya belajar dapat berubah tergantung pada aktifitas belajar atau perubahan pengalaman (Sugihartono,dkk. 2013: 53).

(37)

23

pembelajaran maupun dalam pengembangan diri. Pengenalan gaya belajar akan memberikan pelayanan yang tepat terhadap apa dan bagaimana sebaiknya disediakan dan dilakukan agar pembelajaran dapat berlangsung optimal.

2. Jenis atau Tipe Gaya Belajar Siswa

Menurut Boddi DePorter & Mike H (2007: 113-120) gaya belajar seseorang hanya dibagi dalam 3 jenis atau modalitas belajar seseorang yaitu: 1) gaya belajar atau modalitas visual, 2) gaya belajar auditori, 3) gaya belajar kinestetik. Ketiga gaya belajar tersebut dikenal dengan istilah VAK. Dalam prakteknya masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya.

a. Gaya Belajar Siswa Tipe Visual

Gaya belajar siswa tipe visual ini, mengandalkan sensorik penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar siswa paham. Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar visual adalah kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan juga menangkap informasi secara visual sebelum mereka memahaminya.

(38)

24

mereka bisa mengerti dengan baik mengenai posisi/lokasi, bentuk, angka, dan warna. Siswa visual cenderung rapi dan teratur dan tidak terganggu dengan keributan yang ada, tetapi mereka sulit menerima instruksi verbal.

Siswa yang memiliki gaya belajar visual menangkap pelajaran lewat materi bergambar. Selain itu, ia memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, disamping mempunyai pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik. Hanya saja biasanya ia memiliki kendala untuk berdialog secara langsung karena terlalu reaktif terhadap suara, sehingga sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata atau ucapan.

Ketajaman visual, lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri seseorang. Alasannya adalah bahwa “di

dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera lain”. Sedangkan menurut

objeknya “masalah penglihatan digolongkan menjadi tiga golongan,

yaitu melihat bentuk, melihat dalam dan melihat warna”.

1) Ciri-ciri gaya belajar visual : a) Bicara agak cepat

b) Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi c) Tidak mudah terganggu oleh keributan

(39)

25

g) Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata

h) Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato i) Lebih suka musik dari pada seni

j) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

2) Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :

a) Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.

b) Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting. c) Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi. d) Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video). e) Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke

dalam gambar.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa ciri-ciri gaya belajar visual merupakan tipe seseorang yang memilih penampilan yang rapih, lebih kuat ingatannya dengan cara melihat, dan kurang mampu mengingat dengan cara mendengarkan, dan strategi gaya belajar visual adalah mengajar dengan menggunakan atau memperlihatkan gambar-gambar, diagram atau peta yang terkait dengan materi pelajaran. b. Gaya Belajar Siswa Tife Auditori

(40)

26

pasif, suka berdiskusi dan menjelaskan segala sesuatu panjang lebar. Siswa dengan tipe gaya belajar ini mudah terganggu dengan keributan dan lemah dalam aktivitas visual.

Metode pembelajaran yang tepat untuk pembelajar model seperti ini harus memperhatikan kondisi fisik dari pembelajar. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan “ketika kita membuat

suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi aktif”.

1) Ciri-ciri gaya belajar auditori :

a) Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri b) Penampilan rapi

c) Mudah terganggu oleh keributan

d) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat

e) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

f) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

g) Biasanya dia pembicara yang pasif

h) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya i) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

j) Mempunyai masalah dengan pekerjaan - pekerjaan yang melibatkan Visual

k) Berbicara dalam irama yang terpola

l) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

(41)

27

a) Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.

b) Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras. c) Gunakan musik untuk mengajarkan anak.

d) Diskusikan ide dengan anak secara verbal.

e) Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannyasebelum tidur.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa ciri-ciri gaya belajar auditori merupakan tipe seseorang yang suka bicara sendiri, lebih kuat ingatannya dengan cara mendengarkan, mengingat yang sudah didiskusi dan kurang dalam pekerjaan yang menyangkut visual, dan strategi gaya belajar auditori adalah belajar dengan berkelompok / diskusi, mengajar dengan menggunakan musik / vidio yang menyangkut materi pelajaran, dan biarkan siswa merekam selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Gaya Belajar Siswa Tife Kinestetik

(42)

28

coba-coba dan umumnya kurang rapi serta lemah dalam aktivitas verbal.

1) Ciri-ciri gaya belajar kinestetik : a) Berbicara perlahan

b) Penampilan rapi

c) Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan d) Belajar melalui memanipulasi dan praktek

e) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

f) Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca

g) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita h) Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan

gerakan tubuh saat membaca

i) Menyukai permainan yang menyibukkan

j) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu

k) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

2) Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik a) Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.

b) Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).

c) Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar. d) Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam

bacaan.

e) Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

(43)

29

Menurut Colin Rose dan Malcolm J. Nichoo (2006: 132-135) Tipe Visual, Auditori, atau Kinestetik

1) Visual:

a) Suka membaca (menyukai/menikmati bacaan), menonton televisi, menonton flim (pergi ke bioskop), menerka teka-teki atau mengisi TTS, lebih suka membaca ketimbang dibacakan. Lebih suka memperhatikan ekspresi wajah ketika berbicara dengan orang lain atau membacakan bacaan kepadanya.

b) Mengingat orang melalui penglihatan-„tak pernah lupa wajah.‟ Mengingat kata-kata dengan melihat dan biasanya bagus dalam mengeja atau melafalkan tetapi perlu waktu lebih lama untuk mengingat susunan atau urutan abjad jika tidak disebutkan awalnya.

c) Kalau memberi/menerima penjelasan arah lebih suka memkai peta/gambar.

d) Selera pakaian: bergaya. Penampilan penting. Warna pilihannya sesuai, tertata atau terkoordinasi.

e) Menyatakan emosi melalui ekspresi muka.

f) Menggunakan kata dan ungkapan seperti melihat, menonton, menggambarkan, sudut pandang, mencerahkan, perspektif, mengungkapkan, tampak bagiku, meneropong, terang ibarat kristal, fokus, cemerlang, bersemangat, pandangan dari atas, pendek akal, suka pamer.

g) Aktifitas kreatif menulis, menggambar, melukis, merancang (mendesain), melukis di udara.

h) Menangani proyek-proyek dengan merencanakan sebelumnya, meneliti gambaran mmenyeluruhnya. Mengorganisasikan rencana permainan dengan menghimpun daftarnya lebih dahulu. Berorientasi detail.

i) Cenderung berbicara cepat tetapi mungkin cukup pendiam di dalam kelas.

j) Berhubungan dengan orang lain lewat kontak mata dan ekspresi wajah.

k) Saat diam suka melamun atau menatap ke angkasa.

l) Menjalankan bisnis atas dasar hubungan personal antarwajah. m) Punya ingatan visual bagus, ingat di mana meninggalkan sesuatu

sesuatu beberapa hari yang lalu.

(44)

30

Sesuai dengan uraian di atas tipe gaya belajar visual ini, lebih kuat mengingat yang dilihat seperti: wajah seseorang, lukisan, tulisan, atau gambar.

2) Auditori:

a) Suka mendengarkan radio, musik, sandiwara drama atau lakon, debat (anak-anak auditori suka cerita yang dibacakan kepadanya dengan berbagai ekspresi).

b) Ingat dengan baik nama orang. Bagus dalam mengingat fakta. Suka berbicara dan punya perbendaharaan kata luas.

c) Menerima dan memberikan penjelasan arah dengan kata-kata (verbal)-“Ambil arah kiri dan berjalanlah kira-kira dua blok sebelum belok ke kanan”. Senanh menerima instruksi secara verbal.

d) Selera yang penting lebel! Mengetahui siapa perancangnya dan dapat menjelaskan pilihan pakaiannya.

e) Mengungkapkan emosi secara verbal melalui perubahan nada bicara atau vokal.

f) Menggunakan kata-kata dan uagkapan-ungkapan seperti, kedengarannya benar, membangkitkan lonceng, mendengar apa yang Anda katakan, seperti musik bagi telinga saya, ceritakan dengarkan, pesan tersembunyi (tersirat), panggil, lentang dan jelas, omong kosong, alasan/nalar, lebih dari cukup,teguran, ungkapan diri Anda, jaga lidah Anda, cara berbicara, memberi perhatian, berkata benar, lidah kelu, tulikan telinga.

g) Aktivitas kreatif, menyanyi, mendongeng (mengobrol apa saja), bermain musik, membuat cerita lucu, berdebat, berfilosofi. h) Menangani proyek-proyek dengan berpijak pada prosedur,

memperdekatkan masalah, mengatasi solusi verbal.

i) Berbicara dengan kecepatan sedang. Suka bicara bahkan di dalam kelas.

j) Berhubungan dengan lrang lain lewat dialog, diskusi terbuka. k) Dalam keadaan diam suka bercakap-cakap dengan dirinya

sendiri atau bersenandung

l) Suka menjalankan bisnis melalui telepon.

m) Cenderung mengingat dengan baik dan menghafal kat-kata dan gagasan-gagasan yang pernah diucapkan.

(45)

31

Sesuai dengan uraian di atas tipe gaya belajar auditori ini, lebih senang mendegarkan radio, musik, sandiwara drama. Kuat mengingat nama orang dan kejadian / masa lalu yang sudah dialami. Senang dengan aktifitas seperti menyanyi, mendongeng, bermain musik, dan berdebat.

3) Kinestetik:

a) Menyukai kegiatan aktif, baik sosial maupun olahraga, seperti menari dan lintas alami.

b) Ingat kegiatan-kegiatan, hal-hal yang terjadi.

c) Memberikan dan menerima penjelasan arah dengan mengikuti jalan yang dimaksud “Lebih mudah apabila Anda mengikuti saya saja.”

d) Selera: Nyaman dan rasa bahan lebih penting daripada gaya. e) Mengungkapkan emosi melalui bahasa tubuh, gerak/nada otot. f) Menggunakan kata dan ungkapan seperti: merasa, menyentuh,

menangani, mulai dari awal, menaruh kartu di meja, meraba, memegang, memetik dawai, mendidihkan, bergandeng tangan, mengatasi, menahan, tajam laksana pisau.

g) Aktivitas kreatif, kerajinan tangan, berkebun, menari, berolahraga.

h) Menangani proyek langkah demi langkah. Suka menggulung lengan bajunya dan terlibat secara fisik.

i) Berbicara agak lambat.

j) Berhubungan dengan orang lain lewat kontak fisik, mendekat/akrab, menyentuh.

k) Dalam keadaan diam selalu merasa gelisah, tidak bisa duduk tenang.

l) Suka melakukan urusan seraya mengerjakan sesuatu, suka berjalan-jalan saat bermain golf.

m) Ingat lebih baik menggunakan alat bantu belajar tiga dimensi. n) Belajar konsep lebih baik dengan menangani objek secara fisik.

(46)

32

Berdasarkan berbagai pendapat karakteristik gaya belajar yang telah diuraikan di atas, dapat ditegaskan bahwa inti gaya belajar visual mengandalkan sensori penglihatan, gaya belajar auditori mengandalkan sensori pendengaran, sedangkan gaya belajar kinestetik mengandalkan sensori gerakan fisik dan sentuhan ketika menerima dan memproses informasi. Adapun rangkuman karakteristik/ciri gaya belajar dari berbagai pendapat di atas digambarkan melalui tabel berikut ini:

Tabel 1. Ciri Gaya Belajar Visual, Auditori, dan Kinestetik (Boddi DePorter & Mike H (2007) dan Colin Rose & Malcolm J. Nichoo (2006)

No Visual Auditori Kinestetik

1 Belajar melalui melihat sesuatu

Belajar melalui mendengar sesuatu.

Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. 2 Teratur,

memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan

Perhatiannya mudah terpecah

Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak.

[image:46.595.135.519.342.683.2]

3 Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca dari pada dibacakan.

Berbicara dengan polaberirama

Belajar dengan

melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik.

4 Membutukan

gambaran dan tujuan menyeluruh dan

Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir/

(47)

33 menangkap detail:

mengingat apa yang dilihat.

bersuara saat

membaca. berdialog secara internal dan eksternal

5 Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat.

Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca

6 Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat atau tidak.

Berbicara dalam irama yang terpola

Menggunakan kata-kata yang

mengandung aksi

7 Lebih suka seni dari pada musik.

Lebih suka musik daripada seni

Menyukai permainan yang menyibukkan 8 Punya ingatan visual

bagus, ingat di mana meninggalkan sesuatu sesuatu beberapa hari yang lalu.

Cenderung

mengingat dengan baik dan menghafal kat-kata dan

gagasan-gagasan yang pernah diucapkan.

Ingat lebih baik menggunakan alat bantu belajar tiga dimensi.

9 Mengingat orang melalui penglihatan-„tak pernah lupa wajah.‟ Mengingat kata-kata dengan melihat dan biasanya bagus dalam mengeja atau melafalkan tetapi

ingat dengan baik nama orang.Bagus dalam mengingat fakta. Suka berbicara dan punya

perbendaharaan kata luas.

Ingat

(48)

34 perlu waktu lebih

lama untuk mengingat susunan atau urutan abjad jika tidak disebutkan awalnya. 10 Saat diam suka

melamun atau menatap ke angkasa.

Dalam keadaan diam suka bercakap-cakap dengan dirinya sendiri atau bersenandung

Dalam keadaan diam selalu merasa gelisah, tidak bisa duduk tenang.

3. Kelebihan dan Kelemahan Gaya Belajar

Berdasarkan ciri-ciri yang diuraikan di atas, dapat ditarik kelebihan dan kelemahan masing-masing gaya belajar sebagai berikut:

a. Gaya Belajar Visual

1) Kelebihan gaya belajar visual antara lain:

a) Dapat mengingat detail dan warna dengan sangat baik,

b) Mampu membaca, mengeja, dan menghafal pelajaran dengan baik,

c) Sangat baik dalam mengingat wajah seseorang, tetapi seringkali lupa dengan nama orang tersebut,

d) Saat menghafal dan memahami suatu informasi, biasanya mereka memvisualisasikan gambar atau image dalam pikirannya,

[image:48.595.134.517.81.293.2]
(49)

35

f) Ketika memecahkan masalah cara yang dilakukan oleh anak visual adalah dengan membaca informasi, serta membuat daftar mengenai masalah atau hambatan apa saja yang ia hadapi. 2) Kelemahan gaya belajar visual antara lain:

a) Susah belajar dalam suasana yang ramai, ribut dan banyak gangguana,

b) Susah memahami penjelasan guru tanpa disertai dangan gambar atau grafik,

c) Terganggu konsentrasinya saat melihat tampilan (baik penampilan seseorang atau tampilan suatu informasi) yang menurutnya tidak menarik atau justru jelak.

b. Gaya Belajar Auditori

1) Kelebihan gaya belajar auditori antara lain:

a) Jika melakukan presentasi suatu hasil kerja dapat melakukannya dengan baik,

b) Mudah menirukan perkataan orang lain dalam waktu yang singkat,

c) Memiliki tata bahasa yang baik,

d) Mudah menghafalkan nama orang lain, e) Senang berbicara,

(50)

36

g) Jika berbicara iramanya memiliki pola. 2) Kelemahan gaya belajar auditori antara lain:

a) Tidak membaca dengan baik (umumnya membaca dengan pelan),

b) Susah mengingat sesuatu jika membacanya tanpa menggunakan suara,

c) Susah diam dalam waktu cukup lama, d) Mudah terganggu dengan keributan. c. Gaya Belajar Kinestetik

1) Kelebihan gaya belajar kinestetik antara lain: a) Lebih pintar dalam bidang olahraga,

b) Suka dengan pekerjaan yang dilakukan dalam laboratorium, c) Berpenampilan rapi

d) Kerja sama antara mata dan tangan sangat bangus. 2) Kelemahan gaya belajar kinestetik antara lain

a) Mudah gelisah dan frustasi dalam mendengarkan sesuatu sambil duduk dalam waktu yang lama, sehingga membutuhkan sedikit istirahat,

(51)

37 C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

[image:51.595.136.524.387.559.2]

Siswa sekolah dasar merupakan anak-anak yang sedang menempuh pendidikan atau mengalami proses belajar yang pada umunya berusia antara 6 – 12 tahun. Mereka berada pada masa kanak-kanak akhir. Piaget (dalam Feldman, 2012: 127) menyebutkan bahwa anak-anak di seluruh dunia mengalami serangkaian empat tahap dalam suatu urutan yang tetap, yakni sensoris motorik, praoperasional, operasional konkret, dan operational formal. Tahap-tahap tersebut memiliki ciri-ciri dan karakteristik masing-masing sesuai dengan perkembangan usia. Adapun tahapan-tahapan kognitif menurut Piaget tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Tahap kognitif menurut Piaget (dalam Feldman, 2012: 127). No Tahap Kognitif Rata-rata

Rentang Usia

Karakteristik Utama 1 Sensoris

Motorik

Lahir -2 tahun

Perkembangan ketetapan objek, perkembengan kecakapan motorik, sedikit atau tidak ada kapasitas untuk representasi simbolis.

2 Praoperasional 2 – 7 tahun Perkembangan bahasa dan berpikir simbolis, berpikir egosentris.

3 Operasional Konkret

7 – 12 tahun Perkembangan konservasi, penguatan konsep reversibility.

4 Operational Formal

12 tahun masa dewasa

Perkembangan logika dan berpikir abstrak.

(52)

38

satu prinsip utama yang dipelajari oleh anak pada tahap ini adalah reversiability, yaitu ide bahwa beberapa perubahan dapat dibatalkan dengan membetalkan tindakan sebelumnya. Feldman menambahkan bahwa meskipun anak-anak membuat kemajuan penting dalam kemampuan logika mereka pada tahap operasional konkret, pola berpikir mereka masih memperlihatkan satu keterbatasan besar. Mereka sangat terikat pada realitas fisik dunia yang konkret. Sebagian besar, mereka memiliki kesulitan untuk memahami pertanyaan abstrak atau hipotesis.

Pada masa pendidikan di Sekolah Dasar, siswa mengalami dua fase besar, yaitu fase masa kelas rendah sekolah dasar dan fase masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Siswa pada masa kelas-kelas-kelas-kelas rendah sekolah dasar berkisar usia 6 atau 7 – 9 atau 10 tahun. Syamsu Yusuf (2007: 24-25) menjabarkan bahwa pada masa ini, sifat anak-anak Sekolah Dasar adalah sebagai berikut.

1. Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi (apabila jasmaninya sehat, banyak prestasi yang diperoleh). 2. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional. 3. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri(menyebut nama sendiri). 4. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.

5. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.

6. Pada masa ini (terutama usia 6,0 – 8,0 tahun) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

(53)

39

Sedangkan siswa pada masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar memiliki kisaran usia 9 atau 10 tahun hingga 12 atau 13 tahun. Pada masa ini, anak memiliki beberapa sikap khas anak sekolah dasar usia 9 – 10 tahun adalah sebagai berikut.

1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

2. Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor (bakat-bakat khusus).

4. Sampai kira-kira umur 11,0 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.

5. Pada masa ini, anak memandang nilai(angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.

6. Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.

Sesuai dengan uraian di atas,sifat anak-anak SDpada masa kelas-kelas tinggi adalah siswa sudah dapat membandingan yang baik/buruk, pekerjaan-pekerjaan yang praktis, dan pada tahap ini keingin tahuan akan suatu hal siswa tinggi.

(54)

40

siswa pada jenjang tersebut memiliki perbedaan karakteristik yang terletak pada intelektual, emosi, sosial, kepribadian, moral, dan fisik. Dari perbedaan karakteristik siswa, kita dapat ketahui bahwa gaya belajar masing-masing siswa berbeda-beda.

(55)
[image:55.595.119.507.93.284.2]

41 D. Kerangka Pikir

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

Siswa kelas III B masih dalam tahap operasional konkret, yang berarti siswa pada masa ini masi memuji dirinya suka membanding-bandingkan dirinya dengan teman-temannya yang lain. Hasil penelitian membuktikan bahwa masih ada siswa kelas III B yang karakternya dalam mengikuti pembelajaran suka mencari perhatian dari guru saat proses pembelajaran.

Banyak faktor yang membantu keberhasilan belajar siswa, salah satunya adalah gaya belajar. Gaya belajar ini sangat penting untuk keberhasilan belajar siswa. Alasanya karena gaya belajar menentukan cara siswa menerima informasi atau materi dengan gaya yang disukainya. Oleh karena itu, perlu diketahui gaya belajar apa yang disukai oleh siswa. Hal ini diharapkan dapat membantu guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan gaya belajar peserta didik. Gaya belajar tersebut juga menjadi tolak ukur bagi guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang Karakteristik siswa

kelas III B SD N Tukangan Yogyakarta

Gaya belajr siswa kelas II B SDN Tukangan Yogyakarta

Gaya belajar siswa yang efektif yang dapat

digunakan di kelas IIB SD N Tukangan Yogyakarta Hasil belajar siswa

kelas IIB SDN

Tukangan Yogyakarta

(56)

42

diinginkan. Selain itu, dengan mengetahui gaya belajar yang disukai siswa maka dapat membantu siswa untuk mewujudkan keberhasilannya dalam belajar. Sehingga dengan keberhasilannya dalam belajar, maka dapat mewujudkan siswa yang mandiri dan berintelektual tinggi sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia.

E. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana gaya yang cenderung digunakan siswa kelas III B SD N Tukangan Yogyakarta?

2. Bagaimana karakteristik gaya belajar visual siswa kelas III B SD N Tukangan Yogyakarta?

3. Bagaimana karakteristik gaya belajar auditori siswa kelas III B SD N Tukangan Yogyakarta?

(57)

43 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lexy J. Moleong (2007: 6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

(58)
[image:58.595.135.512.140.302.2]

44 B. Waktu dan Tempat Penelitian

Tabel 3. Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan

Minggu

I II III IV 1 Obesrvasi mendalam dikelas IIIB Maret √

2 Observasi ke II yang dilakukan di kelas III B

Maret √

3 Wawancara siswa di kelas III B tahap 1

Maret √

4 Wawancara siswa kelas III B tahap ke 2

Maret √

5 Wawancara guru Maret √

6 Analisis data April √

Penelitian ini dilaksnakan di kelas III B tahun akademik 2015/2016 SD Negeri Tukangan Yogyakarta Kecamatan Pakualaman Jawa Tengah. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada tanggal 15 Maret 2016 s/d 2 April 2016.

C. Subjek Penelitian

(59)

45 D. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan informasi yang didapat dari subjek penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah gaya belajar siswa kelasIII B SD Negeri Tukangan Yogyakarta.

E. Teknik Pengumpulan Data

Ada bermacam-macam cara/teknik untuk mengetahui gaya belajarpeserta didik. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan datadilakukan pada setting (kondisi) alamiah, sumber data primer, dan teknikpengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview), dan dokumentasi (Sugiyono, 2012: 225). Teknik pengumpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Marshall (Sugiyono, 2012: 310) Menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning

(60)

46

penelitan ini tidak dipersiapkan dengan sistematis, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan perilaku siswa.

2. Wawancara

Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexi J. Moleong, 2007: 186). Wawancara merupakan teknik mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang diminta informasi). Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur (Sugiyono, 2012: 138).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara semiterstrukturkepada peserta didik sebagai narasumber primer, serta guru kelas III B. Peneliti membuat pertanyaan-pertanyaan yang alternatifjawabannya sudah dipersiapkan, tetapi bersifat lebih bebas sehingga informandapat mengungkapkan pendapatnya (Sugiyono, 2012: 233). Pertanyaanpenelitian dibuat berdasarkan definisi operasional variabel yang dijabarkan melalui indikator dalam kisi-kisi instrumen penelitian.

3. Dokumentasi

(61)

47

(Sugiyono, 2012: 129). Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan cara menganalisis dokumen yang berupa RPP, catatan guru tentang gaya belajar siswa dan foto-foto yang menyangkut gaya belajar siswa.

F. Instrumen Penelitian

[image:61.595.132.519.583.680.2]

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri atau anggota tim peneliti (Sugiyono, 2012: 292). Meneliti adalah melakukan pengukuran sehingga dalam penelitian harus menggunakan alat ukur yang baik. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian disebut instrumen penelitian. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengambil data. Menurut Nurul Zuriah (2006: 172) metode angket menggunakan instrumen kuesioner dan ceklist, metode wawancara dengan instrumen pedoman wawancara, metode observasi dengan instrumen lembar pengamatan, dan metode dokumentasi dengan instrumen tabel. Instrumen dalam penelitian ini berupa pedoman observasi dan wawancara yang dibuat berdasarkan definisi operasional penelitian, yakni gaya belajar siswa.

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Gaya Belajar Siswa

No Komponen Indikator No Item Jumlah

Item 1. Gaya

Belajar Visual

a. Belajar melalui melihat sesuatu

1,2 2

b. Menghafal dengan mengulangi bacaan.

(62)

48

c. Tidak mudah terganggu oleh keributan

5,6 2

d. Mengingat yang dilihat, 7,8 2 e. Lebih suka membaca dari

pada dibacakan

9 1

f. Pembaca cepat dan tekun 10 1 g. Seringkali mengetahui apa

yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata

11,12 2

h. Senang menjawab dengan singkat.

13,14 2

i. Bicara agak cepat 15 1 j. Senang menggambar

sesuatu berhubungan penglihatan.

16,17 2

2. Gaya Belajar Auditori

a. Belajar melalui mendengar sesuatu.

18, 19 2 b. Perhatiannya mudah

terpecah

20,21 2

c. Berbicara dengan pola berirama

22,23 2

d. Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca.

24, 25 2

e. Kesulitan dengan pekerjaan visual.

26, 27 2

f. Senang musik 28,45 2

3. Gaya Belajar Kinestetik

a. Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung.

29. 30 2

b. Menyentuh orang dan berdiri berdekatan.

31, 32 2 c. Ingat kegiatan-kegiatan,

hal-hal yang terjadi.

(63)

49 d. Mengingat sambil

berjalan dan melihat.

34, 35 2 e. Menggunakan jari sebagai

penunjuk ketika membaca

36, 37 2 f. Dalam keadaan diam

selalu merasa gelisah,

38,39 2

g. Tulisan Kurang bagus. 40, 41 2 h. Tidak bisa duduk tenang. 42, 43 2

1.Pedoman Observasi

Observasi dilakukan di ruang kelas III B selama pembelajaran berlangsung. Pedoman observasi yang digunakan adalah pedoman observasi untuk mengetahui gaya belajar siswa kelas III B SD N Tukangan Yogyakarta. Adapun rincian dari pedoman obsrevasi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pedomanobservasitentang gaya belajar visual siswa kelas III B SD Negeri Tukangan Yogyakarta.

b. Pedomanobservasitentang gaya belajar auditori siswa kelas III B SD Negeri Tukangan Yogyakarta.

c. Pedomanobservasitentang gaya belajar kinestetik siswa kelas III B SD Negeri Tukangan Yogyakarta.

2. Pedoman Wawancara

(64)

50

Wawancarapadapenelitianinimenggunakanpedomanwawancarakepadasis wa kelas III B dan guru kelas III B.

G. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen (Nurul Zuriah, 2006: 217) menyatakan bahwa analisis data merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diintrepretasikan temuannya kepada orang lain. Analisis data menurut Miles dan Huberman dilakukan dengan:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Dalam reduksi data, setiap penelitian akan dipandu oleh tuajuan yang akan dicapai. Sugiyono (2012: 339) menjelaskan bahwa tujuan penelitian kualitatif adalah pada temuan untuk melakukan penelitian dan menemukan segala sesuatu yang dipandang asing. Pada reduksi data, penelitian ini fokus pada gaya belajar siswa kelas III B.

2. Data Displya (Penyajian Data)

(65)

51

III B. Data yang disajikan merupakan kesimpulan dari reduksi hasil observasi dan hasil wawancara dengan siswa kelas III B dan guru kelas. 3. Conclusion Drawing Verification (Penarikan kesimpulan)

Sugiyono (2012: 253) menjelaskan bahwa kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kasual atau interaktif, hipotesis atau teori. Pada penelitian ini, data tentang gaya belajar siswa kelas III B tersebut ditulis pada penyajian data kemudian dianalisis untuk memperoleh kesimpulan. Kesimpulan tersebut kemudian disajikan pada hasil penelitian.

H. Keabsahan Data

(66)

52

(67)

53 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Lokasi Sekolah

Penelitian ini di laksanakan di SD Negeri Tukangan, Kelurahan Gunung Ketur, Kecamatan Pakualam, Kota Yogyakarta, Propinsi DIY. Lokasi SDN Tukangan berada di Jalan Suryopranoto 59, Yogyakarta. Letak sekolah cukup strategis karena sangat dekat dengan jalan raya. Akan tetapi, kebisingan akibat lalu lintas kendaraan juga tidak dapat dipungkiri dan cukup mengganggu proses pembelajaran. Adapun batas wilayah dari sekolah ini sebagai berikut:

1) Sebelah Utara : Kelurahan Bausasran 2) Sebelah Selatan : Kelurahan Wirogunan 3) Sebelah Timur : Kelurahan Semaki 4) Sebelah Barat : Kelurahan Purwokinanti

b. Kondisi Fisik Sekolah

(68)

54

Namun demikian, secara umum lingkungan fisik sekolah dapat dikatakan berada dalam keadaan baik. Hal ini dilihat dari penataan dan pemeliharaan ruang kelas, ruang Kepala Sekolah, termasuk halaman sekolah yang sempit dengan penataan taman-taman kecil yang cukup baik. Keadaan sekolah yang demikian cukup mendukung proses pembelajaran yang berlangsung.

Secara fisik, kondisi gedung cukup baik untuk menunjang proses pembelajaran, baik dari segi ukuran maupun prasyarat gedung sekolah lainnya seperti jumlah kelas, kantor kepala sekolah, kantor guru, termasuk sirkulasi udara, pencahayaan, dan sebagainya. Dengan kata lain pula, secara keseluruhan bangunan di lingkungan SD N Tukangan berada dalam kondisi yang baik dan terawat.

c. Jumlah Siswa pada tahun ajaran 2015/2016

Jumlah siswa pada tahun ajaran 2015/2016 ada 291 orang, dengan rincian sebagai berikut.

(69)

55 2. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, peserta didik kelas III B SD Negeri Tukangan menunjukkan kombinasi gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. Subjek mempunyai campuran atau perpaduan gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. Subjek mencerminkan gaya belajar melalui berbagai karakteristik pada kebiasaan-kebiasaan yang disenangi ketika belajar, misalnya membaca buku teks, mendengarkan penjelasan guru dan berdiskusi dengan teman.

Peserta didik belajar melalui proses visual, auditori, dan kinestetik di kelas. Ketika di kelas, intensitasbelajar subjek lebih banyak melalui proses visual dan auditori. Subjek lebih banyak belajar dengan menyimak meteri pembelajaran yang didiktekan guru, membaca teks, dan mencatat materi pembelajaran yang dituliskan guru pada papan tulis. Subjek belajar melalui proses kinestetik pada saat olahraga. Berikut merupakan penjabaran hasil penelitian yang didapatkan melalui observasi dan wawancara.

a. Gaya Belajar Visual

1) Belajar melalui melihat sesuatu

(70)

56

karena siswa tidak bermain pada saat belajar. Hal itu dibuktikan dengan hasil wawancara dengan siswa berikut ini:

Shafa : “ya, karena tidak main.”(Senin, 21 Maret 2016) Rengga : “ya, karena mudah memahami.” (Senin, 21 Maret 2016)

Kezia : “ya, karena masihdapat melihat.”(Rabu, 23 Maret 2016)

Alya : “ya, karena dengan melihat saya bisa memahami apa yang di ajarkan oleh guru saya.” (Rabu, 23

Maret 2016)

Pernyataan siswa tersebut diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak guru W selaku guru kelas III B, didapatkan bahwa lebih dari 70% siswa dapat memahami pelajaran dengan cara melihat dan mendengar. Tetapi masih ada 4 anak yang masih kurang konsentrasi dalam mendengarkan yaitu Rengga, Novan, Fatur dan Repi. Hasil ini didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh pak guru berikut ini:

(71)

57

kurang konsentrasi untuk mendengarkan. kalau yang lain sudah terbiasa.”

Siswa menyukai belajar dengan menggunakan media, seperti gambar, diagram, peta dan sebagainya. Penggunaan media pembelajaran tersebut guru jarang menggunakannya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan siswa sebagai berikut:

Shafa : “Tidak, saya tidak punya.”(Senin, 21 Maret 2016) Reng : “Ya, karena membantu lebih jelas.”(Senin, 21 Maret2016)

Kezia : “Tidak, karena belum perna digunakan.” (Rabu, 23 Maret 2016) <

Gambar

gambar, lebih suka
gambar atau
Tabel 2. Tahap kognitif menurut Piaget (dalam Feldman, 2012: 127).
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

8 Peneliti : Apakah dengan membaca panduan pratikum/eksperimen kamu terbantu untuk lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Siswa : Sangat membantu karena

Untuk mencapai tujuan di atas, kamu harus mempelajari apa yang dimaksud dengan dongeng. Kalau sudah paham, kamu bisa membaca langsung teks dongengnya. Setelah selesai

Media film kartun dapat menambah perbendaharaan kata yang dimiliki siswa, serta dapat membantu siswa mengembangkan imajinasi dan ide-ide yang dimiliki. Penggunaan media

1) Keterampilan berbicara menggunakan media grafis menarik untuk pelajaran siswa kelas III karena untuk memancing siswa untuk berbicara selain itu bisa membuat semangat siswa

kesalahan membaca soal terjadi karena siswa salah dalam membaca soal siswa sehingga terjadi kesalahan saat penulisan soal, kesalahan memahami masalah terjadi

Oleh karena itu, dapat disimpulkan hasil dari penelitian ini mendukung teori ysng telah dikemukakan sebelumnya, yaitu ada pengaruh signifikan kelancaran membaca teks

Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan metode analisis kuantitatif dengan uji-t.Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan hasil belajar

 Diferensiasi produk : untuk siswa yang suka melukis bisa membuat semua gambar hewan yang ada dalam cerita tersebut dan membuatnya menjadi cerita bergambar  Untuk siswa yang senang