BAB II LANDASAN TEORI 2.1Koperasi
2.1.1 Pengertian Koperasi
Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata co yang artinya bersama dan operation yang artinya bekerja atau berusaha. Jadi kata cooperation dapat diartikan bekerja bersama-sama atau usaha bersama untuk
kepentingan bersama. Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan
orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan
peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan sebuah
perusahaan yang dikelola secara demokratis. Berikut ini adalah beberapa
pengertian koperasi sebagai pegangan untuk mengenal koperasi lebih jauh.
Menurut pendapat Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, (2001 : 17) tentang
koperasi
“suatu perkumpulan yang beranggotakan orang perorangatau badan hukum, yang memeberikan kebebasan kepada anggota untukmasuk dan keluar, dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankanusaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.”
Hal ini juga ditambahkan oleh ILO dalam Revrisond Baswir, (2000 : 2 )
tentang pengertian koperasi
Pengertian koperasi di Indonesia dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian yang menyebutkan bahwa koperasi
“badan usaha yang beranggotakan orang - orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.”
Menurut Undang-undang no 17 tahun 2012 pasal 1, tentang pengertian
koperasi
“badanhukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untukmenjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi.”
Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan koperasi dalam
penelitian ini adalah perkumpulan orang atau badan usaha yang memiliki tujuan
yang sama yaitu mencapai kesejahteraan ekonomi yang berlandaskan asas
kekeluargaan.
2.1.2Tujuan Koperasi
Menurut UU 17 Tahun 2012 Pasal 4 koperasi bertujuan,
“Meningkatkan kesejahteraan Anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan.”
Menurut Untung, (2004: 5) koperasi pada hakekatnya,
“Melayani semua kebutuhan anggota pada tingkat terbaik, baik dalam tingkat kondisi ekonomi, sosial maupun kondisi politik yang beragam.”
Pengertian tersebut maka keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya
sangat luas dan juga bersifat relatif, karena ukuran sejahtera bagi seseorang dapat
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya., hal ini karena pada umumnya sifat
dar manusia yang tidak akan pernah puas terhadap keadaan, maka dari itu
kesejahteraan selalu dikejar tanpa batas.
Walaupun demikian, menurut Arifin dkk, (2001: 19) keberhasilan
koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi anggotanya akan
lebih mudah diukur, apabila aktivitas ekonomi yang dilakukan anggota
melibatkan koperasi. Menurut pengertian teori ekonomi klasik, tingkat
kesejahteraan itu dapat ditandai dengan tinggi rendahnya pendapatan riil. Apabila
pendapatan riil seseorang atau masyarakat meningkat, maka kesejahteraan
ekonomi seseorang atau masyarakat tersebut juga meningkat. Dengan demikian,
tujuan koperasi itu diwujudkan dalam bentuk meningkatnya pendapatan riil para
anggotanya. Pengertian kesejahteraan yang bersifat abstrak dan relatif tersebut
dapat diubah menjadi pengertian yang lebih nyata dalam bentuk pendapatan,
sehingga pengukurannya dapat dilakukan dengan lebih baik.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan tujuan koperasi
dalam penelitian ini adalah untuk menyejahterakan anggotanya melalui pelayanan
usaha, dalam hal ini maka pelayanan anggota merupakan prioritas utama
dibandingkan dengan masyarakat umum.
2.1.3Peran Koperasi
Menurut Untung, (2004 : 5) Koperasi pada umumnya dinyatakan
Koperasi dibentuk sesuai dengan kebutuhan anggotanya (dengan
kosekwensi bentuknya beragam sehingga tidak harus sama bentuknya, dan
ketentuan dirumuskan sebagai standar acuan dengan mencakup syarat minimum
yang harus dipenuhi), maupun berdasarkan pengalaman atau mengakomodasi
unsur-unsur budaya lokal.
Menurut Pandji, dkk (2003: 164) dijabarkan bahwa peran koperasi yang
paling penting adalah
“untuk mengatur penggunaan sumber-sumber secara efektifyang diberikan oleh pemerintah pusat dan untuk memobilisasikan sumber-sumbersetempat secara cukup dalam proses pembangunan.”
Koperasi juga dapat memainkan perannya dalam memberikan input-input
produksi dan pelayanan yang diperlukan oleh para anggotanya maupun mengelola
input-input dan pelayanan yang berasal dari berbagai saluran dalam sistem
lembaga. Selanjutnya, koperasi dapat meningkatkan kemampuan para anggotanya
dalam berorganisasi secara efektif, sehingga para anggotanya mempunyai
kesempatan yang besar dalam mengartikulasikan kebutuhan-kebutuhan dan tutuan
mereka.
Koperasi juga dapat berperan sebagai penghubung antara penduduk dan
lembaga-lembaga nasional yang menguasai sumber-sumber dan kebijakan.
Dengan demikian, koperasi dapat memberikan sumbangannya bagi keberhasilan
pembangunan dalam konteks memperbaiki atau meningkatkan produktivitas,
memperluas kesempatan-kesempatan kerja dan memberikan pemerataan yang
Menurut Undang-undang No 25 tahun 1992 pasal 4 dijelaskan bahwa
fungsi dan peran dari koperasi adalah sebagai berikut:
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dan koperasi sebagai soko gurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. 5. Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa
berorganisasi bagi para pelajar bangsa.
Namun dari berbagai peran koperasi tersebut akan dapat terwujud jika ada
peran serta dari masyarakat dan anggotanya, tanpa adanya dukungan serta peran
serta dari masyarakat dan anggotanya maka koperasi tidak akan dapat
berkembang.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan peran koperasi
dalam penelitian ini adalah sebagai motivator, inovator, dan fasilitator.
memotivasi anggotanya dalam berwirausaha dengan mengembangkan minat dan
bakat yang dimiliki, sehingga koperasi mampu menumbuhkan ide-ide baru yang
baru dan inovatif dalam hal berwirausaha, dan menjadi fasilitator artinya koperasi
dapat memfasilitasi anggota dalam mengembangkan minat kemampuannya.
2.1.4 Prinsip Koperasi
Menurut UU No.17 Tahun 2012 passal 6 ayat 1 tentang prinsip koperasi
badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri koperasi yang membedakaanya dari badan usaha lain.”
Menurut ICA dalam Untung (2005: 7) prinsip – prinsip koperasi adalah
sebagai berikut:
1. Keanggotaan yang Sukarela dan Terbuka. Koperasi-koperasi adalah perkumpulan sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia menggunakan jasa-jasanya dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan jenis kelamin (gender), latar belakang sosial, ras, politik, atau agama.
2. Pengendalian oleh anggota secara demokrasi. Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh para anggotanya, secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusan. Pria dan wanita yang dipilih sebagai wakil anggota bertanggung jawab kepada rapat anggota.
3. Partisipasi Ekonomi Anggota. Para anggota memberikan kontribusi permodalan koperasi secara adil dan melakukan pengawasan secara demokratis terhadap modal tersebut. Anggota merupakan pemilik sekaligus pengguna yang memenuhi kebutuhannya melalui koperasi.
4. Otonomi dan Kemandirian. Koperasi adalah organisasi otonom, menolong diri sendiri serta diawasi oleh para anggotanya. Apabila koperasi mengadakan perjanjian dengan organisasi lain, termasuk pemerintah, atau memupuk modal dari sumber luar, koperasi melakukannya berdasarkan persyaratan yang menjamin pengawasan demokratis oleh para anggotanya dan mempertahankan otonomi mereka.
5. Pendidikan, Pelatihan dan Penerangan. Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para anggota, wakil-wakil anggota yang dipilih oleh rapat anggota serta para manajer dan karyawan, agar mereka dapat melakukan tugasnya lebih efektif bagi perkembangan koperasinya. Mereka memberikan penerangan kepada masyarakat umum tentang hakikat perkoperasian dan manfaat koperasi.
6. Kerja Sama antar Koperasi. Koperasi melayani para anggotanya secara kolektif dan memperkuat gerakan koperasi dengan bekerja sama melalui organisasi koperasi tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional.
Sedangkan prinsip-prinsip koperasi menurut UU Peraturan koperasi No17
Tahun 2012Pasal 6 menyebutkan sebagai berikut:
1. Keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka.
2. Pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis. 3. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi. 4.Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan
independen.
5.Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Anggota, Pengawas, Pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan Koperasi.
6.Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat GerakanKoperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional.
7.Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh Anggota.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan prinsip koperasi
dirumuskan dalam penelitian ini adalah agar menjadi landasan bagi berjalannya
sebuah koperasi dalam menjalankan sebagaimana fungsinya yaitu untuk
menyejahterakan anggotanya baik dari segi kebutuhan ekonomi, sosial dan
budaya.
2.1.5Jenis Koperasi
Karakteristik koperasi berbeda dengan badan usaha lain. Perbedaan antara
koperasi dengan bentuk perusahaan lainnya tidak hanya terletak pada landasan
dan asasnya, tapi juga pada prinsip-prinsip pengelolaan organisasi dan usaha yang
dianut. Prinsip-prinsip pengelolaan koperasi merupakan penjabaran lebih lanjut
Koperasi simpan pinjam didirikan untuk memberikan kesempatan kepada
anggota – anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan ongkos ( bunga)
yang ringan.
Akan tetapi untuk dapat memberikan pinjaman itu koperasi memerlukan
modal. Modal koperasi yang utama adalah simpanan anggota sendiri. Dari uang
simpanan yang dikumpulkan bersama – sama itu diberikan pinjaman kepada
anggota yang perlu dibantu.
Fungsi pinjaman di dalam koperasi adalah sesuai dengan tujuan - tujuan
koperasi pada umumnya, yaitu untuk memperbaiki kehidupan anggotanya.
Misalnya :
a. Dengan pinjaman itu seorang petani dapat membeli pupuk, benih
unggul, pacul dan alat –alat pertanian lainnya yang akan membantu
meningkatkan hasil usaha taninya. Hal ini berarti akan membantu
menaikkan pendapatannya. Pendapatan yang bertambah berarti
memperbaiki kehidupannya.
b. Dengan uang pinjaman, maka nelayan akan dapat membeli jaringan
penangkapan ikan yang baik sehingga diharapkan pendapatannya
dapat bertambah.
c. Dengan uang pinjaman, maka seseorang buruh atau karyawan akan
dapat membeli barang yang tak dapat dibeli dari upah atau gajinya.
Dengan mengangsur pinjaman itu setiap bulan, ia akan memiliki
Dalam memberikan pelayanan – pelayanan itu pengurus koperasi simpan
pinjam selalu berusaha supaya ongkos ( bunga) yang ditetapkan serendah
mungkin agar dirasakan ringan oleh para anggotanya. Selain itu pengurus
koperasi harus memperhatikan agar pinjaman itu betul – betul digunakan untuk
hal – hal yang bermanfaat.
Koperasi simpan pinjam ialah koperasi yang bergerak dalam lapangan
usaha pembentukan modal melalui tabungan – tabungan para anggota secara
teratur dan terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota
dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat untuk tujuan produktif dan
kesejahteraan.
Tujuan koperasi simpan pinjam adalah :
1. Membantu keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan
dengan syarat – syarat yang ringan
2. Mendidik kepada para anggota, supaya giat menyimpan secara teratur
sehingga membentuk modal sendiri
3. Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari
pendapatan mereka
4. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian
Prinsip koperasi simpan pinjam
Usaha koperasi yang dikelola oleh para anggota dengan membentuk
kepengurusan koperasi melalui rapat anggota yang terlaksanakan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi.
1. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka.
2. Pengelolaan koperasi dilakukan secara demokratis.
3. Pembagian laba ( sisa hasil usaha)dilakukan secara adil dan sebanding
dengan besar jasa para anggota.
4. Kemandirian.
5. Pendidikan perkoperasian.
6. Kerjasama antar koperasi.
Manfaat koperasi simpan pinjam terdiri dari :
1. Anggota dapat memperoleh pinjaman dengan mudah dan tidak
berbelit- belit.
2. Proses pembagian bunga adil, karena disepakati dalam rapat anggota
3. Pada saat peminjaman dana, tidak menggunakan syarat adanya
jaminan.
Manajemen koperasi simpan pinjam
Ruang lingkup kegiatan usaha koperasi simpan pinjam secara umum
adalah penghimpunan dan penyaluran dana yang terbentukpenyaluran pinjaman
terutama dari dan untuk anggota.
Kegiatan dari sisi pasiva, koperasi simpan pinjam melakukan kegiatan
penghimpunan dana baik dari anggota ataupun masyarakat umum. Bentuk
penghimpunan dana ini bisa berupa tabungan atau simpanan sedangkan dari
masyarakat bisa berbentuk pinjaman modal usaha. Sedangkan kegiatan dari sisi
mengalokasikan dari hasil penghimpunan dana yang disalurkan kepada anggota
dalam bentuk pinjaman.
Dilihat secara rincinya, kegiatan koperasi adalah sebagai berikut :
1. Koperasi simpan pinjam di tuntut mampu melayani penyimpangan dan
juga penarikan dana oleh anggota sesuai dengan ketentuan dan
kesepakatan.
2. Koperasi simpan pinjam juga menyalurkan dana yang terkumpul dari
anggota yang di masa datang akan diterima kembali secara bertahap.
Dikedua kegiatan tersebut, harus dikelola sedemikian rupa agar kegiatan
penghimpunan dan penyaluran dana berjalan dengan seimbang.
2.1.6 Pengembangan Koperasi
Menurut Anoraga, 2007 : 66 tentang pengembangan koperasi adalah
“Tanggung jawab dari setiap pengurus yang membutuhkan motivasi dan kreativitas.”
Jika hal ini dapat dilakukan oleh setiap pengurus, maka besarlah harapan
untuk dapat menjadikan koperasi yang semula kecil menjadi skala menengah
bahkan menjadi sebuah pengembangan koperasi yang besar. Selanjutnya
pengembangan ini juga diarahkan pada pengembangan kemampuan koperasi
masing – masing dalam pemupukan modal sendiri dan dalam usaha memperoleh
kredit denga syarat yang memadai. Koperasi – koperasi sangat memerlukan kredit
baik untuk pengadan sarana produksi yang diperlukan maupun kegiatan
pemasaran yang diselenggarakan.
Sementara itu, pengembangan dikoperasi ialah meningkatkan fungsi
masing dan masyarakat sekitarnya yang memberikan dampak membantu
peningkatan kesejahteraan mereka melalui kegiatan usaha yang dilakukan secara
efektif dan efisien.
Pengembangan koperasi untuk meningkatkan kemampuan koperasi,
terutama koperasi- koperasi Unit Desa, untuk mendukung usaha – usaha koperasi
dalam upaya pemantapan, peningkatan dan perluasan peranan koperasi diberbagai
sektor usaha seperti pertanian pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, argo
industri, industri kecil dan kerajinan rakyat, pertambangan rakyat, listrik
pedesaan, asuransi serta pengadaan dan penyaluran alat – alat produks, disamping
pengadaan dan penyaluran bahan – bahan kebutuhan pokok dan konsumsi.
Langkah – langkah yang diambil dalam melaksanakan pengembangan koperasi
adalah :
a. Mengupayakan struktur permodalan yang lebih seimbang antara modal
yang barasal dari luar dan modal dari dalam. Dengan perbandingan yang
lebih seimbang antara modal dari dalam dan modal dari luar koperasi
diharapkan akan semakin mampu mengurangi ketergantungan pada dana
dari bank yang biayanya mahal. Dalam upaya mengurangi ketergantungan
ini, maka bank koperasi dibina dan ditingkatkan kemampuannya
b. Mengupayakan struktur permodalan yang lebih seimbang antara modal
yang berasal dari luar dan modal dari dalam. Dengan perbandingan yang
lebih seimbang antara modal dari dalam dan modal dari luar koperasi
diharapkan semakin mampu mengurangi ketergantungan pada dana dari
c. Meningkatkan pembinaan dalam pemupukan modal melalui simpanan
wajib dan menggalakkan kesadaran menabung di pihak anggota sendiri
d. Membantu koperasi atau KUD untuk mengembangkan kegiatan simpan
pinjam
e. Mendorong pengembangan kegiatan usaha koperasi di daerah - daerah
terpencil, seperti daerah pemukiman transmigrasi, perkampungannelayan
dan sebagainya
Dalam pelaksanaan langkah – langkah ini diharapkan akan dapat
meningkatkan daya saing dan juga kemampuan kerja sama koperasi – koperasi
tersebut, baik dengan bank maupun dengan perusahan – perusahan lain baik
swasta maupun negara.
2.1.7 Anggota Koperasi
Menurut Untung, 2004: 33 tentang anggota koperasi adalah
“Pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Keanggotaan koperasi bersifat pribadi dan keanggotaan tersebut tidak dapat dipindahtangankan. Keanggotaan koperasi tidak dapat juga diwariskan walaupun manakala seorang anggota meninggal dunia, maka para ahli warisnya berhak menerima sisa hasil usaha, simpanan pokok dan simpanan wajib ataupun sisa hasil penyelesaian dalam hal terjadi pembubaran Koperasi, namun hak dari para ahli waris tersebut adalah berdasarkan title umum.”
Syarat-syarat sebagai anggota koperasi :
1. Warga Negara Indonesia
2. Mampu melakukan tindakan hukum
3. Bersedia mematuhi anggaran dassar dan anggaran rumah tangga
4. Bersedia mematuhi aturan-aturan yang berlaku
6. Tidak ada paksaan dari pihak lain
Keanggotaan koperasi, dapat berakhir apabila :
1. Meninggal dunia
2. Bertentangan dengan tujuan koperasi
3. Mengundurkan diri
4. Selalu merugikan koperasi
5. Diperhentikan oleh pengurus karena melanggar peraturan yang
berlaku.
Setiap anggota koperasi mempunyai kewajiban dan hak yang sama
terhadap Koperasi sebagaiman telah diatur dalam anggaran dasarnya. Adapun
kewajiban dari anggota kperasi menurut UU Perkop No 17 Tahun 2012 pasal 29
adalah sebagai berikut :
1. Mematuhi anggaran dasar dan rumah tangga serta keputusan yang telahdisepakati dalam rapat anggota.
2. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh Koperasi.
3. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan asas kekeluargaan.
Hak anggota koperasi telah ditentukan dalam UU Perkop No 17 Tahun
2012 pasal 29 adalah sebagai berikut:
1. Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam RapatAnggota.
2. Mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus di luar RapatAnggota baik diminta atau tidak.
3. Memilih dan atau dipilih menjadi Pengawas atau Pengurus. 4. Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam
AnggaranDasar.
5. Memanfaatkan jasa yang disediakan oleh Koperasi. 6. Mendapat keterangan mengenai perkembangan Koperasi
7. Mendapatkan Selisih Hasil Usaha Koperasi dan kekayaan sisa hasilpenyelesaian Koperasi.
Keanggotaan dalam koperasi bersifat terbuka terhadap semua masyarakat,
seorang yang telah menjadi anggota koperasi harus mau untuk ikut bersama-sama
mengembangkan koperasinya dengan mau menggunakan jasa Koperasi dan
bersedia menerima tanggung jawab keanggotaannya. Untuk Kewajiban dan hak
anggota dalam koperasi kewajiban dan hak tersebut tidak dapat dikurangi atau
dihilangkan oleh para pengurus koperasi, karena hak-hak tersebut melekat pada
keanggotaan setiap anggota koperasi. Adanya kewajiban dan hak anggotakoperasi
itu adalah cerminan bahwa koperasi adalah sebuah organisasi ekonomi yang
demokratis.
2.2 Partisipasi Anggota
2.2.1 Pengertian Partisipasi Anggota
Partisipasi anggota merupakan kesediaan anggota itu untuk memikul
kewajiban dan menjalankan hak keanggotaanya secara bertanggung jawab, maka
partisipasi anggota koperasi yang bersangkutan sudah dikatakan baik. Menurut
Anoraga dan Nanik (2003: 111) bahwa :
“jika ternyata hanya sedikit yang demikian, maka partisipasi anggota koperasi tersebut dikatakan buruk atau rendah”.
Partisipasi anggota menurut Keith Davis dalam Arsad Matdoan, (2011: 29)
bahwa:
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa partisipasi anggota merupakan
keterlibatan mental dan emosional dari orang-orang dalam situasi kelompok yang
mendorong orang-orang tersebut memberikan kontribusinya terhadap tujuan
kelompoknya itu dan berbagai tanggung jawab atas pencapaian tujuan tersebut.
Partisipasi dibutuhkan untuk mengurangi kinerja yang buruk, mencegah
penyimpangan dan membuat pemimpin koperasi bertangung jawab. Partisipasi
anggota sering disebut sebagai alat pengembangan maupun sebagai tujuan akhir
itu sendiri. Menurut Castilo dalam Jochen (2003:39), beberapa penulis menyakini
bahwa partisipasi adalah kebutuhan dan hak asasi manusia yang mendasar.
Menurut Hendar dan Kusnadi (2005: 64), partisipasi memegang peranan
yang menentukan dalam perkembangan koperasi, tanpa partisipasi anggota,
koperasi tidak akan dapat bekerja secara efisien dan efektif. Koperasi merupakan
alat yang digunakan oleh para anggota untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu
yang telah disepakati bersama. Sukses tidaknya, berkembang tidaknya,
bermanfaat tidaknya dan maju mundurnya suatu koperasi akan sangat bergantung
sekali pada peran partisipasi aktif dari para anggotanya.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan partisipasi
anggota dalam penelitian ini adalah kesediaan anggota untuk memikul kewajiban
dan menjalankan hak keanggotaannya secara bertanggung jawab. Partisipasi
dibutuhkan untuk mengurangi kinerja yang buruk, mencegah penyimpangan dan
membuat pemimpin koperasi bertangung jawab. Partisipasi memegang peranan
yang menentukan dalam perkembangan koperasi. Tanpa partisipasi anggota,
2.2.2 Dimensi Partisipasi
Menurut Hendar & Kusnadi (2005: 92 - 93) partisipasi meliputi 4 dimensi, yaitu :
“sifatnya, bentuknya, pelaksanaannya dan peran serta perorangan/sekelompok orang. Dimensi-dimensi partisipasi dibedakan menjadi empat macam, yaitu dimensi partisipasi dipandang dari sifatnya, dimensi partisipasi dipandang dari bentuknya, dimensi partisipasi dipandang dari pelaksanaannya, dan dimensi partisipasi dipandang dari segi kepentingannya.”
1) Dimensi partisipasi dipandang dari sifatnya
Dipandang dari sifatnya,yaitu partisipasi dapat berupa, partisipasi yang
dipaksakan (forced) dan partisipasi sukarela (voluntary). Partisipasi yang
dipaksakan (forced) apabila tidak dipaksa oleh situasi dan kondisi, maka
partisipasi tidak akan sesuai dengan prinsip koperasi yang terbuka dan sukarela
serta manajemen yang demokratis. Partisipasi yang sesuai pada koperasi adalah
partisipasi yang bersifat sukarela serta manajemen yang demokratis. Partisipasi
yang sesuai pada koperasi adalah partisipasi yang bersifat sukarela. Sifat
kesukarelaan ini menuntut kemampuan manajemen koperasi dalammerangsang
aktivitas partisipasi anggota. Tanpa rangsangan partisipasi yang efektif,
partisipasi dalam koperasi tidak akan berjalan.
2) Dimensi partisipasi dipandang dari bentuknya
Dipandang dari sifat keformalannya, partisipasi dapat dibedakan menjadi
partisipasi formal (formal participation) dan partisipasi informal (informal participation). Partisipasi formal telah tercipta suatu mekanisme formal dalam pengambilan keputusan dan dalam pelaksanaan setiap kegiatan. Sedangkan
partisipasi informal hanya terdapat persetujuan lisan antara atasan dan bawahan
Pada koperasi, kedua bentuk partisipasi ini bisa dilaksanakan secara
bersama-sama. Manajemen partisipasi bisa merangsang partisipasi anggota secara
formal maupun informal, tergantung situasi dan kondisi serta aturan-aturan
partisipasi yang diberlakukan.
3) Dimensi partisipasi dipandang dari pelaksanaannya
Dipandang dari pelaksanaannya, partisipasi dapat dilaksanakan secara
langsung maupun secara tidak langsung. Partisipasi langsung terjadi apabila
setiap orang dapat mengajukan pandangan, menyampaikan ide-ide, informasi,
keinginan, harapan, saran, dan lain-lain kepada pihak yang menjadi
pimpinannya.Sedangkan partisipasi tidak langsung terjadi apabila ada wakil
yang membawa aspirasi orang lain, misalnya karyawan atau anggota.
Pada koperasi, partisipasi langsung dan partisipasi tidak langsung dapat
dilaksanakan secara bersama-sama tergantung pada situasi dan kondisi serta
aturan yang berlaku. Partisipasi langsung dapat dilakukan dengan memanfaatkan
fasilitas koperasi (membeli atau menjual kepada koperasi), memberikan
saran-saran atauinformasi dalam rapat-rapat, memberikan kontribusi modal, memilih
pengurus, dan lain-lain. Partisipasi tidak langsung terjadi apabila jumlah anggota
terlalu banyak, anggota tersebar di wilayah kerja koperasi yang begitu luas, atau
koperasi yang terintegrasi, sehingga diperlukan perwakilan-perwakilan untuk
menyampaikan aspirasinya.
4) Dimensi partisipasi dipandang dari segi kepentingannya
Dipandang dari segi kepentingannya, partisipasi dalam koperasi dapat
(incentif participation). Kedua jenis partisipasi ini timbul sebagai akibat peran
ganda anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.
Dalam kedudukannya sebagai pemilik,
(a) para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan
pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan
(penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela,
atau danadana pribadi yang diinvestasikan pada koperasi)
(b) mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan
proses pengawasan terhadap jalannya perusahaan koperasi. Partisipasi
semacam ini disebut partisipasi kontributif. Partisipasi kontributif dan
partisipasi insetif mempunyai hubungan yang sangat erat, yaitu :
1.Kontribusi keuangan baik yang berupa simpanan pokok, simpanan
wajib, dan simpanan sukarela para anggota maupun yang berasal dari
usaha Koperasi, sangat diperlukan untuk perkembangan usaha Koperasi
( partisipasi kontribusi dalam penanaman modal)
2. Setelah modal yang terkumpul tersebut digunakan oleh Koperasi, proses
pengambilan keputusan mengenai penetapan tujuan dan kebijaksanaan
serta proses pengawasan jalannya perusahaan Koperasi harus
melibatkan anggota karena anggota sebagai pemilik Koperasi (
partisipasi kontributif anggota dalam pengambilan keputusan)
3.Tetapi untuk mendukung pertumbuhan Koperasi, anggota sebagai
pelanggan harus memanfaatkan setiap pelayanan yang diberikan oleh
pelayanan Koperasi, manfaat yang diperoleh anggota tersebut akan
semakin banyak, apabila ini terjadi, kesadaran dalam pelaksanaan
partisipasi kontributif akan semakin meningkat.
Keeratan hubungan antara partisipasi kontributif dengan partisipasi insetif
menyebabkan Koperasi harus berusaha meningkatkan pelayanan yang diberikan
sehingga manfaatnya dapat dirasakan anggota. Akibatnya anggota akan semakin
meningkatkan partisipasi insetif dalam pemanfaatan unit usaha Kopersi, sehingga
secara otomatis akan timbul kesadaran anggota untuk berperan aktif dalam
kontribusi modal dan pengambilan keputusan yang menunjang perkembangan
Koperasi ( partisipasi kontributif)
Alferd Hanel dalam Arsad Matdoan ( 2011 : 11) memberikan dimensi –
dimensi partisipasi anggota dalam prinsip identitas :
1. Dalam kedudukannya sebagai pemilik ( Owner), para anggota :
a. Memberikan kontribusi pada pembentukan dan pertumbuhan Koperasinya dalam bentuk kontribusi keuangan ( penyertaan modal, pembuatan cadangan, simpanan)
b. Mengambil bagian dalam menetapkan tujuan, pembuatan keputusan, dan dalam pengawasan terhadap kehidupan Koperasi
2. Dalam kedudukannya sebagai pelanggan ( User), para anggota memanfaatkan berbagai potensi yang disediakan oleh Koperasi dalam menunjang kepentingan.
Setiap anggota dan calon anggota akan mempertimbangkan untuk
memasuki dan mempertahankan/memelihara hubungannya dengan Koperasi,
apabila insetif yang diperoleh lebih besar daripada kontribusi yang harus
kebutuhan, kepentingan dan tujuan yang dirassakan, yang tentunya dipengaruhi
oleh lingkungan anggota yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan dimensi
partisipasi dalam penelitian ini adalah dari sifatnya, bentuknya, pelaksanaannya
dan peran serta perorangan/sekelompok orang. Dilihat dari sifatnya, partisipasi
dapat berupa partisipasi yang dipaksakan dan partisipasi sukarela. Apabila
dipandang dari sifat keformalannya, partisipasi dapat bersifat formaldan dapat
pula bersifat informal. Berdasarkan pelaksanaannya, partisipasi dapat
dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dari segi
kepentingannya, partisipasi dalam koperasi dapat berupa partisipasi kontributif
dan partisipasi intensif.
2.2.3 Pentingnya Partisipasi Anggota
Menurut Anoraga dan Nanik (2003:112) ciri-ciri anggota yang
berpartisipasi baik yaitu sebagai berikut:
1) Melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib secara tertib dan teratur.
2) Membantu modal koperasi disamping simpanan pokok dan wajib sesuai dengan kemampuan masing-masing.
3) Menjadi pelangan koperasi yang setia.
4) Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara aktif.
5) Menggunakan hak untuk mengawasi jalanya usaha koperasi, menurut anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, peraturan- peraturan lainya dan keputusan-keputusan bersama lainya.
Hal ini juga ditambahkan oleh Hendar & Kusnadi (2005: 95) bahwa :
Tanpa dukungan semua unsur atau komponen, pelaksanaan
program-program manajemen tidak akan berhasil dengan baik. Mengenai pentingnya
partisipasi dalam kehidupan koperasi ditegaskan Hendar & Kusnadi (2005: 97)
bahwa:
“Koperasi adalah badan usaha (perusahaan) yang pemilik dan pelanggannya adalah sama, yaitu para anggota dan merupakan prinsip identitas koperasi yang sering digambarkan dalam lambang segi tiga (Tri-angel Identity of Cooperative). Jadi, Pelanggan = Pemilik = Anggota dimana ketiga pihak tersebut orangnya adalah sama. Koperasi merupakan alat yang digunakan oleh para anggota untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu yang telah disepakati bersama.”
Sesuai dengan pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian yang menyebutkan bahwa :
“Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi.”
Sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi, anggota berpartisipasi aktif
dalam kegiatan koperasi. Menurut Deputi Pengembangan SDM (2010: 1-2)
menyatakan bahwa :
“koperasi sebagai perusahaan harus mampu memenuhi kebutuhan anggota dengan berbagai variasinya maupun keterpencaran jarak anggota dalam proses pelayanan atas kebutuhan anggota.”
Jika perusahaan koperasi memberi pelayanan kepada anggota yang jauh
lebih besar, lebih menarik, dan lebih prima dibanding dengan dari perusahaan non
koperasi, maka koperasi akan mendapat partisipasi penuh dari anggota. Demikian
pula sebaliknya, partisipasi anggota yang tinggi dalam memanfaatkan segala
layanan barang, jasa, yang tersedia di koperasi pada akhirnya meningkatkan
Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan penelitian ini
adalahmenunjukkan bahwa partisipasi anggota sangat penting bagi suatu
organisasi. Semua program yang harus dilaksanakan oleh manajemen perlu
memperoleh dukungan dari semua unsur atau komponen yang ada dalam
organisasi. Tanpa dukungan semua unsur atau komponen, pelaksanaan
program-program manajemen tidak akan berhasil dengan baik.
2.2.4 Rangsangan Partisipasi
Setiap anggota koperasi akan mengambil keputusan untuk berpartisipasi,
terlibat, ikut serta untuk mempertahankan atau memelihara secara aktif
hubungannya dengan organisasi koperasi, jika insentif yang diperoleh anggota
sama besar atau lebih dari kontribusi yang diberikannya.
Sehubungan dengan itu, Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia /
SDM (2010: 3) rangsangan partisipasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1) Peningkatan pelayanan yang efisien melalui penyediaan barang dan jasa oleh perusahaan koperasi dapat menjadi rangsangan penting bagi anggota untuk ikut memberikan kontribusinya bagi pemupukan modal dan pertumbuhan koperasi. Insentif perangsang yang dikehendaki oleh anggota berkait erat dengan seberapa besar upaya pemenuhan kebutuhan oleh perusahaan koperasi dapat dirasakanoleh anggota secara subyektif yang dapat meningkatkan kepentingan ekonomi atau usaha rumah tangga anggota. 2) Insentif juga dapat dirasakan dalam bentuk layanan barang
dan jasa di perusahaan koperasi sama sekali tidak tersedia di pasar atau tidak disediakan oleh lembaga lain.
koperasi, menyebabkan partisipasi anggota semakin menurun. Koperasi sebagai badan usaha harus memperhatikan kondisi ini sebagai upaya perbaikan layanan, sehingga perbaikan layanan kepada anggota merupakan keharusan bukan beban usaha, agar Partisipasi Anggota semakin besar sehingga anggota semakin memiliki usaha koperasi dan berkontribusi dalam pemanfaatan pelayanan usaha koperasi secara terus menerus.
Selain yang disebutkan, ada beberapa perangsang lain bagi kontribusi
anggota terhadap koperasi yaitu (Tiktik S.P & Abd. Rachman S., 2002: 60):
1) Kontribusi para anggota dalam pembentukan dan pertumbuhan koperasi dalam bentuk saran keuangan (mungkin sumber daya dan tenaga kerja) akan dinilai oleh para anggota atas dasar biaya opportunitas.
2) Partisipasi dalam penetapan tujuan-tujuan, dalam pembuatan keputusan mengenai berbagai kegiatan, dan dalam pengawasan tata kehidupam koperasinya dapat merupakan suatu insentif atau suatu kontribusi:
a) Jika anggota diberi kemungkinan untuk memasukkan tujuantujuannya bagi koperasi menjadi tujuan dari kelompok dan dari organisasi koperasi, maka ia anggap kesempatan partisipasi tersebut sebagai perangsang (insentif-manfaat). b) Jika partisipasinya dalam rapat-rapat dan diskusi-diskusi
kelompok memakan waktu dan biaya, maka para anggota akan mempertimbangkan biaya opportunitasnya (kontribusi)
Kecakapan/kemampuan anggota sehubungan dengan partisipasi efektif
dalam koperasi, ditinjau dari peran anggota sebagai pemilik (Tiktik S.P & Abd.
Rachman S., 2002: 60) yaitu :
1) Kesediaannya untuk bekerjasama dan kesiapannya untuk mengubah perilaku tradisional dan ikut serta dalam suatu organisasi swadaya yang inovatif dan berorientasi pada anggota
2) Sumber daya yang tersedia padanya untuk memberi kontribusinya pada pembentukan perusahaan koperasi
2.2.5 Cara Meningkatkan Partisipasi Anggota
Menurut Hendar dan Kusnadi (2005: 66) terdapat berbagai macam cara
untuk dapat meningkatkan partisipasi, yang di antaranya dengan menggunakan
materi dan non materi.
Peningkatan partisipasi dengan menggunakan materi dapat melalui
pemberian bonus, tunjangan, komisi dan insentif serta lainnya. Peningkatan
partisipasi nonmateri, yaitu dengan cara memberikan suatu motivasi kepada
semua komponen atau unsur yang ada dalam suatu lingkungan tertentu.
Beberapa cara untuk meningkatkan partisipasi anggota yang termuat
dalam buku saku Koperasi dari Departemen Sumber Daya Manusia (2010: 4)
adalah melalui :
1) Upaya pelibatan secara aktif seluruh komponen dan anggota koperasi dalam perencanaan usaha dan proses pengambilan keputusan.
2) Keterlibatan dan keaktifan anggota dalam perencanaan usaha dan proses pengambilan keputusan secara langsung bersama segenap anggota merupakan upaya bersama untuk merancang bangun secara bersama pola dan struktur pelayanan koperasi terhadap anggota, kerangka kerja perusahaan, dan indikasi kinerja keberhasilan koperasi sebagai badan usaha.
3) Proses perencanaan usaha dan pengambilan keputusan yang partisipatif dan kolaboratif dari segenap anggota dan pengurus, pengelola akan meningkatkan kesadaran pemanfaatan pelayanan dan rasa tanggung jawab semua pihak untuk memperjuangkan kemajuan dan perkembangan koperasi, dengan kesadaran, semangat kebersamaan, dan tanggung jawab segenap anggota inilah yang meningkatkan partisipasi anggota sehingga pada ujung- ujungnya mampu menumbuh kembangkan koperasi.
Menurut Hendar&Kusnadi (2005: 101-102) dijelaskan bahwa untuk
meningkatkan partisipasi anggota melalui peningkatan partisipasi insentif dan
1) Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkanpartisipasi insentif adalah :
a) Menyediakan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh anggota yang relatif lebih baik dari para pesaingnya di pasar
b) Meningkatkan harga pelayanan kepada anggota, misalnya :
(1) Menetapkan harga jual yang relatif lebih murah dari harga umum
(2) Harga beli yang relatif lebih tinggi dari harga umum
(3) Pemberian bunga kredit yang lebih rendah dari bunga umum
(4) Pemberian bunga tabungan minimal sama dengan tingkat bunga umum disertai pelayanan yang lebih baik
(5) Pemberian diskon atau potongan harga untuk anggota
c) Menyediakan barang – barang yang tidak tersedia di pasar bebas wilayah koperasi atau tidak disediakan oleh pemerintah
d) Berusaha memberikan deviden per anggota (SHU per anggota) yang meningkat dari waktu ke waktu
e) Memperbesar alokasi dana dari aktivitas bisnis koperasi dengan non anggota melalui pemberian kredit dengan bunga yang relatif lebih murah dan jangka pengembalian lebih lama
f) Menyediakan berbagai tunjangan ( bila mampu) keanggotaan, seperti tunjangan hari raya, tunjangan kesehatan, dan lain-lain
2) Beberpa kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi koontributif :
a) Menjelaskan tentang maksud, tujuan perencanaan dan keputusan yang akan dikeluarkan
b) Meminta tanggapan dan saran tentang perencanaan dan keputusan yang akan dikeluarkan
c) Meminta informasi tentang segala sesuatu dari semua anggota dalam usaha membuat keputusan dan mengambil keputusan
Menurut Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia (2010: 4) secara
praktek dan kenyataan di lapangan, pelibatan atau keterlibatan perencanaan usaha
Tidak dapat dipungkiri bahwa proses partisipatif dan kolaboratif dalam menyusun
perencanaan usaha dari koperasimemerlukan waktu, biaya, dan tenaga. Oleh
karena itu, penanaman kesadaran diri terhadap anggota, pengurus, pengelola, dan
pengawas terhadap upaya pencapaian tujuan usaha koperasi secara bersama
haruslah dipahami sebagai kebutuhan dan tujuan bersama. Anggota perlu
menyadari tujuan pelayanan usaha yang dilakukan oleh pengurus dan pengelola,
sementara pengurus juga harus menyampaikan secarautuh perencanaan usaha
yang dimaksud sedemikian rupa hingga anggota dapat memahami, menyadari,
dan ikut bertanggung jawab atas upaya pencapaian tujuan usaha termaksud.
Dengan demikian komunikasi yang efektif dari interaksi antara anggota dan
perusahaan koperasi dalam perencanaan usaha dan proses pengambilan keputusan
secara bersamaan dan bertanggung jawab menjadi kebutuhan sekaligusprasyarat
bagi partisipasi anggota.
Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia (2010: 5) juga mengatakan
bahwa kepuasan dan nilai guna juga seringkali menjadi faktor yang
mempengaruhi keterlibatan anggota dalam perencanaan usaha atau proses
pengambilan keputusan koperasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat
sekelompok orang yang masih kurang puas atau kurangmenerima suatu
keputusan. Oleh karenanya, ada baiknya bagi pihak yang merasa kurang puas
dapat diminta tanggapan atau sarannya atas perencanaan usaha dan keputusan
yang akan atau telah diambil, tentunya disesuaikan dengan situasi, dan kondisi,
dan tingkat relevansinya. Cara ini berarti membuka peluang dan
dari yang kurang puas menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi
penyempurnaan keputusan yang akan atau telah diambil oleh koperasi.
Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia (2010: 5) juga menyatakan
bahwa peningkatan partisipasi anggota berhubungan erat dengan tingkat
pelayanan, sementara pelayanan berhubungan pula dengan beban kerjaatau daya
dukung yang ada di koperasi. Salah satu yang berkait denganini adalah pengaturan
fungsi dan peran dari pengelola dalam memberikan pelayanan prima bagi anggota,
sehingga diperlukan pengaturan atau pendelegasian kewenangan yang jelas dan
proporsional. Semua unsur pengelola koperasi harus memiliki fungsidan tugas
yang jelas dan merasakan bahwa fungsi tersebut merupakan kepercayaan dari
anggota koperasi. Demikian pula, anggota harus meyakini bahwa apa yang
dilakukan oleh pengelola koperasi kepada diri anggota merupakan tugas yang
telah didelegasikan kepada pengurus dan memberikan kepercayaan kepada
pengelola koperasi memberikan pelayanan prima kepada anggota koperasi.
Dalam Buku Saku Koperasi (2010: 5) yang ditulis oleh Deputi
Pengembangan Sumber Daya Manusia menyatakan bahwa upaya peningkatan
partisipasi anggota akan berhasil manakala ada kesesuaian antara anggota,
manajemen koperasi, dan program koperasi. Kesesuaian ini dapat dilihat dari unit,
tingkat kemauan, dan kemampuan dari pelayanan yang disediakan oleh koperasi.
Kompetensi dan motivasi anggota dalam mengemukakan minat kebutuhanya
kepada koperasi terefleksikan dalam keputusan manajemen koperasi dalam
memberikan layanan barang dan jasa kepada anggota koperasi. Anggota
selanjutnya manajemen koperasi mampu menindak lanjuti dan menyelesaikannya
secara efektif dan professional hingga dirasakan manfaatnya oleh anggota
koperasi. Misalnya adalah jika unit usaha yang tersedia di koperasi memiliki
kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan anggota, manajemen, maupun program
koperasi, maka akan diikuti dengan tingkat partisipasi anggota yang tinggi pula.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan meningkatkan
partisipasi anggota dalam penelitian ini adalah cara meningkatkan partisipasi
anggota dapat melalui pemberian bonus, tunjangan, komisi dan dengan cara
memberikan suatu motivasi kepada semua komponen atau unsur yang ada dalam
suatu lingkungan tertentu.
2.2.6 Indikator Partisipasi Anggota
Menurut Anoraga dan Nanik (2003: 115),
“pengukuran partisipasi anggota berkaitan dengan peran ganda anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.”
Dalam kedudukannya sebagai pemilki :
a) Para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan
pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan
(penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela,
atau dana-dana pribadi yang diinvestasikan pada koperasi).
b) Mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan
proses pengawasan terhadap jalannya perusahaan koperasi. Partisipasi
semacam ini disebut partisipasi kontributif.
Dalam kedudukannya sebagai pelanggan / pemakai, para anggota
perusahaan koperasi dalam menunjang kepentingannya. Partisipasi
semacam ini disebut partisipasi insentif.
Pendapat yang sama dikemukakan Hanel dalam Any Meilani dan Sri
Ismulyaty, (2002: 13) bahwa :
“Indikator partisipasi anggota yaitu memberikan kontribusi keuangan pada koperasi, mengambil bagian dalam menetapkan tujuan koperasi, memanfaatkan potensi yang telah disediakan koperasi dalam menunjang kepentingannya.”
1. Partisipasi dalam Pengambilan keputusan
Partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan merupakan aktivitas
keikutsertaan anggota dalam memberikan saran dan kritik atas pengelolaan usaha
Koperasi. Menurut Undang – Undang No. 25 Tahun 1992 pada pasal 5 tentang
prinsip – prinsip Koperasi, salah satunya berbunyi “ Pengelolaan dilakukan secara
demokratis,” artinya pengelolaan Koperasi dilakukan atass kehendak dan
keputusan para anggota.
Hal ini menunjukkan bahwa anggota harus memberikan keputusan dalam
rapat anggota tentang kebijaksanaan pengelolaan Koperasi, baik di bidang
kelembagaan maupun di bidang usaha. Keterlibatan anggota dalam pengambilan
keputusan akan mendorong terlaksananya program kerja Koperasi. Hal ini
dimungkinkan adanjya kesadaran atau pemahaman Koperasi sekaligus
peningkatan kesejahteraan.
2. Partisipasi dalam Permodalan
Partisipasi merupakan kesadaran anggota sehingga Koperasi harus dapat
memberikan rangsangan khusus agar anggota dapat berpartisipasi secara efektif.
yaitu peran aktif anggota membayar simpanan yang telah ditentukan, dan peran
aktif anggota dalam pemanfaatan pelayanan barang dan jasa yang disediakan
Koperasi.
Koperasi bukanlah kumpulan modal, namun modal merupakan salah satu
unsur yang sangat menentukan keberhasilan Koperasi. Menurut Undang – undang
No. 25 Tahun 1992 pada pasal 41, bahwa “Modal Koperasi terdiri dari modal
sendiri dan modal pinjaman.” Salah satu faktor yang menyebabkan Koperasi sulit
berkembang karena lemahnya permodalan Koperasi. Terbatasnya modal yang
dimiliki Koperasi disebabkan kurangnya partisipasi anggota dalam pemupukan
modal, sehingga akhirnya program Koperasi yang sudah direncanakan sulit
trealisasi dan tujuan Koperasi sulit dicapai. Keterbatasan modal menyebabkan
Koperasi belum mampu memenuhi kebutuhan anggota, mekanisme permodalan
Koperasi dapat ditujukan pada Gambar 2.2 berikut ini :
Modal Kerja Modal
Koperasi
Modal Luar 1. Anggota 2. Koperasi 3. Bank 4. Lembaga
Keuangan Non Bank
5. Penerbitan Obilgasi 6. Sumber Lain
Modal Sendiri 1. Simpanan Pokok 2. Simpanan Wajib 3. Dana Cadangan 4. Donasi
SHU
Gambar 2.2
Mekanisme Permodalan Koperasi
Sumber : Berhand Limbong 2010 : 92
Gambar 2.2 menjelaskan bahwa jenis permodalan Koperasi terdiri dari
modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri merupakan modal yang
menggambarkan kekuatan permodalan Koperasi. Modal pinjaman merupakan
modal investasi yang penggunaannya harus didasarkan pada kebutuhan dan
kemampuan pengembalian modal pinjaman tersebut.
3. Partisipasi dalam Pelayanan
Pelayanan pada anggota antara lain diwujudkan dengan cara menyediakan
barang dan jasa yang dibutuhkan anggotanya, Koperasi bertindak sebagai penjual
yang berperan memberikan barang dan jasa yang dibutuhkan anggota dengan
harga yang semurah – murahnya yang mengguntungkan anggota, demikian pula
halnya pada Koperasi pemasaran, dalam menampung hasil produksi anggotanya
tidak bertindak sebagai pembeli, karena antara Koperasi dengan anggotanya tidak
terjadi proses jual beli, sebab Koperasi di sini berperan menjualkan produk
anggota dengan harga yang minimal sama dengan harga di pasar setempat.
Partisipasi anggota dalam membeli barang dan jasa akan meningkatkan
total penjualan Koperasi. Kondisi tersebut, diwujudkan oleh koperasi melalui
penyediaan barang dan jasa yang sesuai dengan keinginan para anggotanya, yaitu
dapat memenuhi kebutuhan anggota yang belum tersedia di pasar atau kalau
tersedia ditawarkan di pasar. Pada koperasi yang menyediakan pelayanan kredit,
[image:32.595.100.514.210.613.2]dibandingkan dengan badan usaha lainnya yang menyediakan jasa kredit. Jika
Koperasi menawarkan jasa pelayanan yang sesuai dengan kepentingan anggota,
maka anggota akan lebih banyak memanfaatkan jasa pelayanan yang diberikan
oleh Koperasi, sebagaimana menurut Ropke ( 2003 : 104 ) bahwa :
“partisipasi dalam organisasi yang ditandai oleh hubungan identitas, dapat diwujudkan jika pelayanan yang diberikan oleh perusahaan Koperasi sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan daripada anggotanya.”
Sebaliknya apabila barang dan jasa yang disediakan oleh Koperasi tidak
sesuai dengan keinginan anggota, dalam arti disediakan dengan harga yang tidak
menguntungkan, atau disediakan dengan kondisi yang lebih jelek daripada
pesaing Koperasi maka anggota akan bersikap :
a. Tidak memanfaatkan jasa pelayanan perusahaan Koperasi
b. Tidak memberikan kontribusi kearah pertumbuhan pelayanan
c. Tidak akan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan proses pengawasan
Tujuan menjadi anggota Koperasi antara alain untuk memperoleh manfaat
yang lebih besar dibandingkan jika tidak menjadi anggota, maka Koperasi di
tuntut dapat memberiikan pelayanan bagi para anggotanya. Usaha Koperasi untuk
memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya harus di dukung partisipasi aktif
para anggotanya, dan untuk meningkatkan partisipasi insentif para anggota
dengan jalan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan anggotanya.
4. Partisipasi dalam Pengawasan
Partisipasi pengawasan adalah bentuk partisipasi anggota dalam hal
mengawasi jalannya roda organisasi. Kriteria untuk mengukur partisipasi
a. Sikap anggota bila melihat penyimpangan
b. Sikap anggota bila merasakan adanya diskriminasi pelayanan
c. Sikap anggota bila melihat anggota lain memperoleh pelayanan lebih banyak
d. Pengawasan kerja
Partisipasi pengawasan ini sangat penting di dalam Koperasi karena
dengan adanya partisipasi ini, segala bentuk penyelewengan dapat diketahui
dengan mudah dan upaya penanggulangannya juga dapat dengan mudah
dilaksanakan, untuk lebih melaksanakan partisipasi ini di dalam Koperasi
dibentuk sebuah badan yang merupakan perwakilan anggota yaitu Badan
Pengawas.
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan Indikator untuk
mengukur partisipasi anggota dalam penelitian ini adalah :
a) Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran,
keaktifan, dan penyampaian/mengemukakan pendapat/saran/ide/gagasan/kritik
bagi koperasi).
b) Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan, simpanan
pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, jumlah dan frekuensi menyimpan
simpanan, penyertaan modal).
c) Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha,
jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi, besaran
transaksi berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan, besaran
pembelian atau penjualan barang maupun jasa yang dimanfaatkan, cara
d) Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata cara
penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan
usaha koperasi).
2.3Kerangka Berfikir Penelitian
Uma Sekaran ( dalam sugiyono, 2012 ) mengemukakan bahwa kerangka
berpikir merupakan model konseptual, tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting.Dalam
penelitian ini, maka kerangka berpikir digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.3 kerangka berpikir penelitian “Partisipasi Anggota dalam
Pengembangan Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto Kecamatan Suruh.” Partisiapsi
Anggota
Pengambilan Keputusan
Dalam keaktifan anggota memberikan saran dan kritikan
Kontribusi Modal
Dalam pembayaran simpanan wajib dan simpanan pokok yang secara aktif dan teratur
Pemanfaatan pelayanan
Dalam melayani melalui penjualan yang ada dikoperasi
Anggota
meningkat SHU
bertambah
Omset bertambah
[image:35.595.100.504.277.673.2]Dapat dijelaskan bahwa koperasi ini diharapkan mampu berpartisipasi
secara nyata dalam pembangunan sesuai dengan kemampuan masing-masing
dalam usaha meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya serta
masyarakat pada umumnya. Menurut Anoraga dan Widiyanti (2003:111)
partisipasi anggota dapat diartikan sebagai ukuran dari kesediaan anggota itu
untuk memikul kewajiban dan menjalankan hak keaggotaan secara bertanggung
jawab. Jika sebagian besar anggota koperasi sudah menunaikan kewajiban dan
melaksanakan hak secara bertanggung jawab, maka partisipasi anggota koperasi
yang bersangkutan sudah dikatakan baik. Akan tetapi ternyata hanya sedikit yang
demikian, maka partisipasi anggota dimaksud dikatakan buruk atau rendah.
Berdasarkan status ganda anggota koperasi maka seluruh kegiatan usaha koperasi
didasarkan pada maksimasi pelayanan atau pemenuhan kebutuhan anggota.
Kegiatan pelayanan ini tentu sekaligus diharapkan dapat menjadi sumber
keuntungan bagi perusahaan (Sitio dan Tamba 2001:81). Koperasi dalam hal ini
adalah pengurus dan anggota harus mampu memberikan pelayanan kepada para
anggotanya secara optimal. Dalam mencapai pengembangan koperasi, suatu
koperasi harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian
tujuan koperasi. Tujuan koperasi tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya
pelayanan anggota yang baik dalam koperasi. Karena dengan adanya pelayanan
yang baik maka pengembangan koperasi akan tercapai. Koperasi ini melayani
kebutuhan anggota dalam hal menerima simpanan, dan unit pertokoan.
Pengembangan koperasi sangat erat hubungannya dengan partisipasi aktif
mengetahui tujuan tersebut, manfaatnya terhadap dirinya, dan cara organisasi itu
dalam mencapai tujuan. Jadi, dalam penelitian ini dimaksud dengan
pengembangan Koperasi Tani Sari Ngaglik adalah tercapainya tujuan secara
kelembagaan dan kegiatan usaha yang telah direncanakan oleh Koperasi Tani
Sari Ngaglikdalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan masyarakat pada
setiap unit usaha koperasi mampu memberikan pelayanan yang maksimal pada
anggotanya. Partisipasi anggota dan pelayanan sangat diperlukan dalam
mendukung pengembangan koperasi. Oleh karena itu, partisipasi anggota dan
pelayanan dari anggota koperasi diharapkan dapat menciptakan pengembangan