• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Organisasi dalam Mengelola Konflik: Studi Kasus Konflik di Organisasi Paguyuban Vespa Salatiga T1 362011045 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Organisasi dalam Mengelola Konflik: Studi Kasus Konflik di Organisasi Paguyuban Vespa Salatiga T1 362011045 BAB V"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PAVESA DALAM MENGELOLA KONFLIK

Pada bagian ini merupakan pembahasan, penulis membahas pola

komunikasi organisasi dalam menangani konflik. Bagian ini akan

menggambarkan pola komunikasi organisasi dalam menangani konflik di

organisasi PAVESA.

5.1 Konflik Dalam Organisasi PAVESA

Dalam kehidupannya, manusia pasti memerlukan komunikasi, baik

berkomunikasi dengan individu lain maupun dengan kelompok atau masyarakat.

Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan

berhasil. Sebaliknya tidak adanya komunikasi akan menimbulkan konflik antara

anggota organisasi dan dampaknya mengganggu komunikasi dalam organisasi

tersebut.

Organisasi PAVESA pertama kali terbentuk pada tahun 1997.Awalnya

organisasi ini muncul dari kesamaan hobby dan teman “nongkrong” yang pada

akhirnya berkumpul menjadi sebuah organisasi. Hal ini dinyatakan oleh Mas

Oni1bahwa :

“Dari sekitar kurang lebih 5orang penyuka atau hobby vespa berkumpul di depan bangunan BHS bank ada vespa lewat ditawari disuruh ikut nongkrong akhirnya jadi banyak dan sehabis itu ada ide bagaimana kalau di buat paguyuban sekalian dibuat pengurusannya gimana dan AD/ART biar resmi dan kebetulan pada saat itu komunitas motor anggotanya paling banyak adalah PAVESA karena kalau vespa segmentasinya semua kalangan.”

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa munculnya sebuah organisasi dapat

didasarkan pada kesamaan pandangan dari para anggotanya. Hobby menjadi salah

satu perekat dalam sebuah organisasi.Hal ini juga terjadi dalam organisasi

1

(2)

PAVESA, organisasi ini muncul karena kesamaan pandangan antar anggotanya.

Berawal dari “nongkrong” akhirnya muncul ide untuk membuat paguyuban yang

memiliki AD/ART sendiri. Seiring berjalannya waktu dalam organisasi pasti

muncul dinamika didalamnya. Salah satu bentuk dinamika yang terjadi adalah

konflik. Dalam organisasi PAVESA konflik terjadi sekitar tahun 2003, konflik

tersebut dapat dikatakan sebagai konflik besar. Bagian berikut pada tulisan ini

akan dideskripsikan konflik yang terjadi dalam organisasi PAVESA pada tahun

2003.

Pada saat itu (tahun 2003) organisasi PAVESA baru berusia sekitar 6

(enam) tahun. Untuk sebuah organisasi usia yang masih sangat muda dan rentan

dengan konflik internal di dalamnya. Benar saja bahwa pada tahun 2003

organisasi ini mengalami sebuah konflik organisasi yang mengancam

kelangsungan organisasi ini. Kepentingan pribadi menjadi salah satu penyebab

konflik yang terjadi. Kepentingan yang dimaksud adalah pada saat itu organisasi

berafiliasi dengan salah satu partai politik karena salah satu saudara dari pengurus

PAVESA berkecimpung di dunia politik dan membutuhkan basis massa pada

akhirnya PAVESA “dikorbankan” untuk memobilisasi massa pada saat itu.

Dampak dari hal ini adalah mengalami kesulitan dalam mengadakan acara-acara

karena tidak mendapatkan izin dari pihak kepolisian. Alasan dari pihak kepolisian

pada saat itu adalah perubahan fokus PAVESA dari organisasi otomotif menjadi

organisasi politik yang dikhawatirkan menjadi arena mobilisiasi masa. Pada masa

ini PAVESA dipimpin oleh JT. Aktor inilah yang memasukkan PAVESA ke

dalam organisasi politik pada saat itu. Hal ini menyebabkan anggota PAVESA

terpecah belah , ada anggota yang tidak mempersoalkan hal ini, namun ada juga

yang tidak setuju. Hal ini disampaikan oleh Mas Oni2 bahwa:

“Waktu itu kepengurusan pertama yg terpilih jadi ketua ialah JT karena pak JT memiliki banyak aktivitas tidak hanya di vespa tapi mempunyai kegiatan lain salah satunya ada motif politik dan akhirnya tidak sependapat awal mula konfliknya ya disitu. PAVESA sebagai organisasi otomotif dimasukkan ke dalam

2

(3)

organisasi politik dan ada yang setuju dan tidak setuju bagi mereka setuju karena mereka sependapat atau sepemikiran.”

Hal ini menunjukkan bahwa kepentingan pribadi dapat merusak iklim

sebuah organisasi. Dalam organisasi PAVESA pada tahun 2003, organisasi yang

awalnya merupakan organisasi otomotif kemudian berafiliasi dengan salah satu

partai politik yang membuat anggota organisasi terpecah belah. Hal inilah yang

juga menjadi cikal bakal munculnya organisasi baru yang beranggotakan para

mantan PAVESA yang merasa tidak setuju dengan kebijakan ketua PAVESA

pada saat itu, kemudian organisasi ini diberi nama VOG. Afiliasi organisasi

PAVESA dengan salah satu partai politik pada dasarnya disebabkan oleh

kepentingan ketua PAVESA pada saat itu. Hal ini dalam tataran teoritis dapat

dikatakan sebagai sebuah konflik internal dalam organisasi. Dalam konteks ini

aktor yang saling berkonflik adalah individu dalam hal ini adalah ketua PAVESA

yang memiliki afiliasi politik dengan kelompok-kelompok kecil dalam organisasi.

Kelompok tersebut adalah anggota PAVESA yang tidak sependapat dengan

afiliasi PAVESA menjadi organisasi politik. Deskripsi tersebut menunjukkan

bahwa salah satu faktor yang menyebabkan konflik dalam organisasi PAVESA

pada tahun 2003 adalah organisasi PAVESA berafiliasi dengan salah satu partai

politik di Kota Salatiga.

Faktor yang berikutnya adalah kebiasaan anggota-anggota meminum

minuman keras. Pada dasarnya para anggota PAVESA merupakan peminum dan

hal ini sudah menjadi kebiasaan para anggota dikarenakan pada awal atau masa

PAVESA berdiri latar belakang anggota PAVESA itu sendiri dari

bermacam-macam kalangan ada juga yang pengganguran ada juga pegawai. Namun seiring

berkembangnya organisasi ini masuklah beberapa anggota baru. Setelah

bergabungnya anggota baru ini perpecahan mulai terjadi. Perpecahan tersebut

disebabkan adanya ketidakcocokkan anggota baru dengan kebiasaan anggota lama

PAVESA yang suka meminum minuman keras. Bahkan, dalam rapat para anggota

(4)

para anggota yang minum MIRAS. Hal inilah yang menyebabkan konflik internal

dalam organisasi PAVESA. Hal ini disampaikan oleh mas W3bahwa :

“Tidak hanya itu pecahnya juga ada faktor lain yaitu tentang masuknya orang baru kedalam PAVESA dan melarang untuk meminum minuman keras padahal sebagian orang PAVESA jaman itu banyak orang peminum. Sehingga para peminum itu tidak ingin PAVESA bubar begitu aja lalu mereka keluar dengan sendirinya dan mendirikan klub lain yaitu VOG”

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa konflik yang terjadi dalam konteks

ini adalah konflik interpersonal. Konflik ini terjadi antar individu dalam

organisasi. Himbauan para anggota baru4 PAVESA juga sebenarnya tidak salah,

tujuan hal ini dilakukan agar organisasi ini tetap bisa berjalan dengan sehat dan

memberikan bukti pada masyarakat bahwa organisasi otomotif sebenarnya bersih

dari MIRAS. Namun, hal ini nampaknya yang tidak bisa diterima anggota lama5

PAVESA yang merasa terganggu dengan larangan ini. Hal ini menunjukkan

bahwa dalam sebuah organisasi konflik internal menjadi salah satu dinamika

dalam sebuah organisasi agar menjadi lebih dewasa. Namun, konflik ini juga

menjadi awal mula perpecahan dalam PAVESA, perbedaan pandangan dan

persepsi ini membuat para anggota yang merasa terusik untuk membuat organisasi

baru yang dapat mengakomodir mereka. Hal yang juga perlu dipahami adalah

konflik yang terjadi dalam tahapan ini terjadi karena perbedaan persepsi antar

anggota, anggota lama merasa tidak masalah jika mereka masih meminum

MIRAS, sedangkan bagi anggota baru kebiasaan ini harus diubah.

Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa organisasi PAVESA

mengalami pasang surut dalam perjalanannya hingga saat ini, bahkan PAVESA

juga mengalami dinamika seperti konflik internal. Bahkan, konflik internal

tersebut berujung pada para anggota yang memutuskan untuk membuat organisasi

baru. Konflik yang terjadi di dalam PAVESA pada tahun 2003 disebabkan oleh

berafiliasi pada satu partai politik PAVESA sebagai organisasi otomotif menjadi

3

Wawancara Dengan mas W (komunitas VOG) pada 5 Januari 2016 4

Si B adalah anggota baru PAVESA 5

(5)

organisasi politik serta perbedaan persepsi antar anggota tentang boleh atau tidak

minum minuman keras. Dengan adanya hal ini kemudian anggota PAVESA yang

memutuskan keluar akhirnya membentuk organisasi baru yang diberi nama VOG.

Namun ada hal menarik dalam hubungan antara PAVESA dengan VOG. Bahwa

kedua organisasi ini justru hingga saat ini tidak pernah terjadi konflik. Hal ini

sangat menarik karena PAVESA dan VOG sangat rawan konflik karena VOG

merupakan pecahan dari PAVESA serta anggota VOG keluar dari PAVESA

dengan meninggalkan berbagai konflik di dalam internal PAVESA. Namun, justru

hingga kini konflik tidak pernah terjadi. Hal ini dinyatakan oleh Bapak Edi6bahwa

PAVESA dan VOG tetap eksis dengan AD ART masing-masing.

Komunikasi tergantung pada persepsi, dan sebaliknya persepsi juga

tergantung pada komunikasi. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan

seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya. Baik buruknya

proses komunikasi tergantung persepsi masing-masing orang yang terlibat di

dalamnya. Ketidaksamaan pengertian antara penerima dan pengirim informasi

akan menimbulkan kegagalan berkomunikasi. Komunikasi yang berperan dalam

menciptakan dan memelihara otoritas yang objektif dalam organisasi sebagai

berikut. Konflik organisasi dalam pavesa merupakan satu bentuk perjalanan yang

dinamis dari sekumpulan anggotanya. Konflik organisasi tidak dapat dihindari

karena seriap anggotanya memiliki pola pikir serta kepentingan yang

berbeda-beda.

5.2 Pola komunikasi organisasi dalam mengelola konflik di organisasi PAVESA

Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam

kehidupan. Bahkan sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan

bergelut dengan konflik. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi.Anggota

organisasi senantiasa dihadapkan pada konflik.

Konflik berasal dari kata kerja Latin “configure” yang berarti saling

memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara

6

(6)

dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha

menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak

berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu

dalam suatu “interaksi”. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah

menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain

sebagainya.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas menunjukkan bahwa konflik terjadi

karena adanya proses interaksi. Hal ini juga terjadi dalam konteks organisasi

PAVESA. Organisasi ini mengalami konflik internal pada tahun 2003 yang dipicu

dari berafiliasinya dengan salah satu partai politik PAVESA sebagai organisasi

otomotif menjadi organisasi politik serta perbedaan persepsi antar anggota tentang

boleh atau tidak minum minuman keras. Kedua hal tersebutlah yang membuat saat

ini beberapa anggota lama PAVESA memtuskan keluar dan membentuk

organisasi baru yaitu VOG.

Sebelum terjadi konflik pola komunikasi organisasi yang digunakan oleh

PAVESA adalah pola komunikasi roda karena ketua berperan besar dalam

organisasi ini. Dalam pola komunikasi roda ketua menjadi pusat pengambil

keputusan tetapi sering kali ketua terlalu memutuskan persoalan dengan sendiri

tidak dengan jalan musyawarah karena di pola komunikasi roda pemimpin (ketua)

mempunyai wewenang penuh.

Kemudian dengan sudah terdeskripsinya akar konflik PAVESA pada tahun

2003. Hal yang perlu dibahas berikutnya adalah bagaimana pola komunikasi yang

dibangun untuk menyelesaikan konflik ? . Manajemen konflik merupakan

pendekatan yang diciptakan oleh pemimpin organisasi dalam menyelesaikan

konflik masalah melalui tahapan identifikasi, klasifikasi, analisis penyebab, dan

menyelesaikan masalah. Proses identifikasi yang dimaksud adalah pengurus

organisasi PAVESA melakukan pendekatan interpersonal dengan para anggota

untuk menggali permasalahan yang ada di organisasi. Proses selanjutnya adalah

klasifikasi, dalam tahapan ini setelah menggali permasalah melalui proses

identifikasi pengurus mulai mengklasifikasi permasalahan-permasalahan yang

(7)

menyebabkan perpecahan/konflik di dalam organisasi PAVESA adalah organisasi

PAVESA berafiliasi dengan salah satu partai politik dan perbedaan persepsi

tentang boleh atau tidaknya meminum minuman keras. Dalam proses ini pola

komunikasi yang digunakan sangat menentukan dalam penyelesaian sebuah

masalah. Masalah-masalah yang ada dalam komunitas PAVESA pada tahun 2003

bisa dikatakan sebagai masalah yang sensitif karena terkait dengan masalah

politik dan konflik interpersonal antar anggota organisasi. Hal ini membutuhkan

sebuah pola komunikasi yang tepat agar konflik dapat diselesaikan. Pada saat itu

konflik dapat terselesaikan melaui proses musyawarah mufakat dan para anggota

yang memutuskan keluar, berbicara baik-baik dengan ketua dan anggota

organisasi yang lain. Hal ini disampaikan oleh Mas Bagus7bahwa :

“Penyelesaiannya konflik tetap dengan musyawarah antara PAVESA dengan anggota yang mau mengundurkan diri dari PAVESA.”

Kutipan tersebut di atas menunjukkan bahwa organisasi yang menjunjung

tinggi demokrasi. Walaupun ada konflik yang cukup sensitif yang terjadi, namun

akhirnya konflik tersebut dapat terselesaikan dengan jalan musyawarah mufakat.

Proses tersebut dilakukan dengan mengumpulkan semua anggota organisasi

termasuk anggota yang memutuskan mengundurkan diri. Mereka dikumpulkan

dalam satu ruang dan anggota yang mengundurkan diri menyatakan

mengundurkan diri dari PAVESA. Hasil dari keputusan dari pertemuan tersebut

adalah tidak ada lagi permusuhan antara anggota PAVESA dengan anggota

PAVESA yang mengundurkan diri.

Proses penyelesaian konflik dengan cara musyawarah mufakat tersebut

menunjukkan bahwa seluruh anggota PAVESA berperan aktif dalam pengambilan

keputusan, meskipun keputusan tetap ada di tangan ketua. Hal ini dalam tataran

teoritis pola komunikasi yang dilakukan oleh organisasi PAVESA untuk

menyelesaikan konflik adalah pola komunikasi roda dan pola bintang. Hal ini

ditunjukkan dengan adanya proses musyawarah mufakat dalam pengambilan

keputusan, dalam pola roda pemimpin (ketua) menjadi pusat pengambilan

7

(8)

keputusan dan dalam konteks pola bintang menunjukkan bahwa para anggota

dapat saling bermusyawarah kemudian memberikan masukan kepada ketua yang

pada akhirnya ketua mengambil sebuah keputusan. Dalam hal ini keputusan yang

diambil adalah tidak ada lagi permusuhan antara anggota PAVESA dengan

anggota PAVESA yang mengundurkan diri. Deskripsi diatas menunjukkan bahwa

manajemen konflik yang dilakukan dalam penyelesaian konflik organisasi

PAVESA pada tahun 2003 adalah dengan jalan musyawarah mufakat dengan

melibatkan semua anggota organisasi untuk mengambil keputusan. Dalam proses

manajemen konflik ini pola komunikasi yang digunakan adalah pola roda dan pola

bintang.

Kemudian hal yang menarik adalah dengan pecahnya organisasi PAVESA,

para anggota yang memutuskan mundur membentuk organisasi baru yang diberi

nama VOG. Hal ini disampaikan oleh Bapak Edi8 bahwa :

“Pada saat itu akhirnya ada beberapa anggota yang keluar dari PAVESA mas. Mereka akhirnya membuat komunitas baru namanya VOG.Nah, VOG ini juga memiliki AD/ART sendiri, pada akhirnya juga PAVESA dan VOG berjalan masing-masing dengan AD/ART masing-masing.”

Hal yang menarik dalam hubungan antara PAVESA dan VOG adalah

kedua organisasi ini tidak pernah berkonflik. Kemudian kedua organisasi ini dapat

hidup berdampingan tanpa ada masalah yang berarti.

Setelah konflik antar anggota PAVESA dapat diselesaikan hingga saat ini

organisasi ini masih tetap eksis dan tetap berkegiatan hingga saat ini. Saat ini

PAVESA memasuki era baru dengan ketua Arief Bagus. PAVESA memasuki era

baru dimana organisasi ini berjalan dengan caranya sendiri dan menggunakan

proses pengambilan keputusan yang demokartis9 dengan melibatkan seluruh

anggota. Nampaknya PAVESA belajar dari pengalaman masa lalu, saat ini

PAVESA terlihat semakin dewasa seiring dengan bertambahnya usia organisasi.

Saat ini PAVESA sudah berusia 19 tahun, berbagai macam dinamika sudah

mereka alami.

8

Wawancara Dengan Bapak Edi (Ketua PAVESA ke 2) Pada 7 November 2015 9

(9)

PAVESA saat ini relatif “sepi” dari masalah internal dan konflik antar

anggota. Hal ini disebabkan karena setiap persoalan yang dihadapi segera

diselesaikan secepat mungkin dan tidak membiarkan masalah berlarut-larut10. Hal

ini juga merupakan wujud bahwa PAVESA tetap ingin utuh dan menjaga

keharmonisan antar anggota dalam organisasi. Hal ini juga tidak bisa dilepaskan

dari peran ketua organisasi PAVESA saat ini yang tidak pernah menunda

penyelesaian masalah. Kemudian semua keputusan diambil dengan cara

musyawarah mufakat11, hal ini dilakukan agar semua anggota dapat terlibat aktif

dalam pengambilan keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi dalam

organisasi berjalan dengan baik. Kemudian proses musyawarah mufakat yang

dilakukan adalah dengan mengumpulkan seluruh anggota dalam pertemuan rutin,

kemudian seluruh anggota memiliki hak berbicara dan mengemukakan pendapat.

Dalam hal ini ketua memiliki peran untuk menampung aspirasi dari para anggota

dan mengambil keputusan untuk kebaikan organisasi dan menyelesaikan berbagai

masalah yang ada. Dalam tataran teoritis pola komunikasi yang dibangun oleh

organisasi PAVESA saat ini adalah pola komunikasi roda dan pola bintang.

Kedua pola ini nampak dalam komunikasi organisasi PAVESA saat ini karena

semua anggota memiliki peran untuk memberikan pendapat dalam proses

pengambilan keputusan, meskipun ketua organisasi tetap mengambil keputusan

akhir. Proses pengambilan keputusan akhir ditangan ketua ini menunjukkan ciri

khas pola komunikasi roda, sedangkan proses komunikasi antar anggota

menunjukkan pola komunikasi bintang.

Dalam konsep De Vito terdapat lima model komunikasi yaitu : model

lingkaran, model roda, model Y, model rantai dan model semua saluran atau

bintang. Namun dalam organisasi PAVESA model komunikasi yang dilakukan

adalah model roda dan model bintang dimana ketua menjadi pengambil keputusan

utama (ciri khas pola komunikasi roda) yang didasarkan pada musyawarah para

anggota (ciri khas pola bintang).

10

Wawancara Dengan Ferry H (Anggota PAVESA saat ini) Pada 11 Januari 2016. 11

(10)

1.3Refleksi Hasil Penelitian

Penelitian ini mengenai pola komunikasi organisasi dalam mengelola

konflik pada organisasi PAVESA. Di dalam konsep De Vito terdapat lima model

komunikasi yaitu : model lingkaran, model roda, model Y, model rantai dan

model semua saluran atau bintang tetapi penelitian komunikasi yang dibangun

oleh organisasi PAVESA saat ini adalah pola komunikasi roda dan pola bintang.

Kedua pola ini nampak dalam komunikasi organisasi PAVESA saat ini karena

semua anggota memiliki peran untuk memberikan pendapat dalam proses

pengambilan keputusan, meskipun ketua organisasi tetap mengambil keputusan

akhir. Proses pengambilan keputusan akhir ditangan ketua ini menunjukkan ciri

khas pola komunikasi roda, sedangkan proses komunikasi antar anggota

menunjukkan pola komunikasi bintang. Peneitian ini terinspirasi oleh Nurohman

2011 dan Laras Ayu Aristiani 2012 yang keduanya membahas tentang pola

komunikasi jaringan devito.

Nurohman 2011 dalam temuannya menggambarkan Arus Pesan yang terjadi pada

anggota Paguyuban Sapeda Baheula (PSB) dalam mempertahankan Solidaritas

Organisasinya di Cicadas Bandung adalah komunikasi kebawah (downward),

komunikasi ke atas (Upward), komunikasi horizontal, Tidak ada suatu batasan

yang terjadi dalam berkomunikasi, Karena semuanya berangkat dari anggota dulu,

karena usulan, ide, saran, dan kritik itu dari anggota itu sangat di butuhkan agar

organisasi atapun komunitas PSB bisa semakin solid dan bertahan dengan tidak

membedakan jabatan, gender, status, sehingga komunikasi di antara PSB itu

terjalin dengan sendirinya. Pola Komunikasi yang digunakan oleh Paguyuban

Sapeda Baheula (PSB) dalam mempertahankan Solidaritas Organisasinya di

Cicadas Bandung yaitu Pola komunikasi Y dan Pola komunikasi All Chanel

(semua saluran) atau juga disebut Pola komunikasi Bintang. Penelitian berikutnya

oleh Laras Ayu Aristiani 2012 Berdasarkan hasil penelitian dapat disimulkan

bahwa Organisasi Mitra Gahana memiliki pola komunikasi lingkaran dan roda.

(11)

masalah organisasi secara keseluruhan dikarenakan banyak pihak yang terlibat

sementara dalam komunikasi model roda yang diterapkan oleh Mitra Gahana

terbukti mampu menyelesaikan konflik karena ketua sebagai poros organisasi

mampu menjadi mediator atau pusat penyelesaian konflik dan tidak terlalu banyak

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan antara kualitas komunikasi interpersonal pimpinan terhadap tingkat kinerja karyawan.. Terdapat

Pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini formal dan pendidikan dasar mengacu pada norma, standar, prosedur, dan kriteria

Dari tabel diatas untuk indikator melek finansial pada pengetahuan umum keuangan mahasiswi memperoleh skor rata- rata 82,64 % skor rata-rata tersebut lebih tinggi

Setelah tepung mengalami proses pembakaran hingga produk yang berada pada. cawan reaktan dari tembaga akan

[r]

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan LAZ Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Jember (Perspektif Donatur Aktif) adalah

This is expected because high solar insolation means abundant solar energy for electricity generation, thus, low PV floor area for the facility electrical

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Selatan akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi dengan Sumber Dana APBK Tahun Anggaran 2012