• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU : Survey PadaGuru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LINGKUNGAN FISIK DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU : Survey PadaGuru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar :195/UN40.7.D1/LT/2013

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK DAN LINGKUNGAN

SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU

(Survey Pada Guru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

Nurrizqi Tri Juliarti Sudiyono 0807109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

(2)

LEMBAR HAK CIPTA

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK DAN LINGKUNGAN

SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU

(Survey pada Guru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi)

Oleh

Nurrizqi Tri Juliarti Sudiyono

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

©Nurrizqi Tri Juliarti Sudiyono 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK DAN LINGKUNGAN

SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU

(Survey pada Guru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi)

Bandung, Juni 2013

Skripsi ini telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Dr. Kusnendi, MS.

NIP. 19600122 198403 1 003

Pembimbing II

Dr. A. Jajang W Mahri, MSi.

NIP. 19641203 199302 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

UPI Bandung

Dr. Ikaputera Waspada, MM.

(4)

ABSTRAK

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK DAN LINGKUNGAN

SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU

(Survey PadaGuru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi)

di bawah bimbingan Dr. Kusnendi, MS. dan Dr. A. Jajang W. Mahri, MSi.

Oleh

Nurrizqi Tri Juliarti Sudiyono 0807109

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kinerja guru di SMA swasta di Kota Cimahi yang terlihat dari belum maksimalnya guru ekonomi dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh lingkungan fisik dan lingkungan sosial terhadap kinerja guru. Penelitian ini menggunakan metode survey explanatory dengan responden guru ekonomi SMA swasta di Kota Cimahi serta teknik analisis data menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lingkungan fisik dan lingkungan sosial berada pada kategori sedang serta kinerja guru berada pada kategori sedang. Secara parsial lingkungan fisik dan lingkungan sosial berpengaruh positif terhadap kinerja guru.

(5)

ABSTRACT

THE EFFECT OF PHYSICAL ENVIRONMENT AND SOCIAL

ENVIRONMENT TO TEACHER

S’

WORK PERFORMANCE

(Survey of Econimic Teachers’ on Non Govermance Senior High School in Cimahi City)

Under supervisoryof Dr. Kusnendi, MS. and Dr. A. Jajang W. Mahri, MSi.

By

Nurrizqi Tri Juliarti Sudiyono 0807109

The problem in this reaserch is low performance of the economic teacher at senior high school in Cimahi city that can be seen from the unmaximal performance of the teacher to plan the subject, to do the subject, and to evaluate the subject wich effects the students’ study outcome.

The aim of the reserch is to know the effect physical environment and social environment to teachers’ work performance. This reserch used survey explanatory method with the economical teachers’ of non govermance senior high school in Cimahi and using double regression analysis technic.

The result of this reserch show that physical environment, social environment and teacher performance lied at the medium category. Partialy,the physical environment and social environment giving positive effect to the teachers’ work performance.

(6)

ABSTRAK... i

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.4.1 Secara Teoritis ... 10

1.4.2 Secara Praktis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Pengertian Kinerja ... 12

2.1.1.1 Model-model Kinerja ... 13

2.1.1.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 17

2.1.2 Kinerja Guru ... 22

2.1.2.1 Standar Penilaian Kinerja Guru ... 23

2.1.3 Lingkungan Sekolah ... 30

2.1.3.1 Pengertian Lingkungan Sekolah ... 30

2.1.3.2 Lingkungan Fisik Sekolah ... 33

2.1.3.2 Lingkungan Sosial Sekolah ... 34

2.2 Kerangka Pemikiran ... 36

2.3 Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 45

3.1.1 Objek dan Subjek Penelitian ... 45

3.1.2 Metode Penelitian ... 45

3.2 Populasi dan Sampel ... 45

3.2.1 Populasi ... 45

3.2.2 Sampel ... 46

3.3 Operasionalisasi Variabel ... 47

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 50

3.5 Instrumen Penelitian ... 51

3.6 Pengujian Instrumen Penelitian ... 52

3.6.1 Uji Validitas ... 52

3.6.2 Uji Reliabilitas ... 53

3.7 Teknik Analisis Data ... 55

3.7.1 Analisis Normalitas ... 56

3.7.2 Analisis Koefisien Determinasi ... 57

3.7.3 Analisis Persamaan Regresi ... 57

(7)

3.8.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 60

3.8.3 Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined.61 3.8.3.1Multikolinearitas ... 61

3.8.3.2 Heteroskedastisitas ... 62

3.8.3.3 Autokorelasi ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 65

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 65

4.1.2 Gambaran Umum Responden ... 69

4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 69

4.1.2.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 71

4.1.2.3 Gambaran Responden Berdasarkan Kualifikasi Akademik72 4.1.2.4 Gambaran Responden Berdasarkan Lembaga Pendidikan..73

4.1.3 Uji Validitas ... 74

4.1.4 Deskripsi Variabel Penelitian ... 77

4.1.4.1 Gambaran Statistik Deskriptif Variabel Kinerja Guru.. ... 78

4.1.4.2 Gambaran Statistik Deskriptif Variabel Lingkungan Fisik84 4.1.4.3 Gambaran Statistik Deskriptif Variabel Lingkungan Sosial87 4.1.5 Realiabilitas ... 89

4.1.6 Hasil Analisis Data ... 91

4.1.6.1 Uji Normalitas ... 91

4.1.6.2 Analisis Regresi Ganda ... 92

4.1.7 Uji Hipotesis ... 95

4.1.7.1 Uji t ... 95

4.1.7.2 Uji F ... 96

4.1.8 Uji Asumsi Klasik ... 96

4.1.8.1Uji Multikolinearitas ... 96

4.1.8.2 Uji Heteroskedastisitas ... 97

4.1.8.3 Uji Autokorelasi ... 98

4.2 Pembahasan ... 99

4.2.1 Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Kinerja Guru ... 99

4.2.2 Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Kinerja Guru. ... 102

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Kesimpulan ... 105

5.2 Saran ... 105

(8)

Tabel 1.1 Guru Menurut Kelayakan Mengajar... 4

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu... 42

Tabel 3.1 Jumlah Guru Ekonomi SMA Swasta Di Kota Cimahi... 47

Tabel 3.2 Operasional Variabel... 47

Tabel 3.3 Skor dan Alternatif Jawaban... 52

Tabel 3.4 Kriteria Harga Koefisien Korelasi... 58

Tabel 3.5 Uji Statistik Durbin-Watson... 63

Tabel 4.1Profil Sekolah... 68

Tabel 4.2 Hasil Validitas Item Instrumen Penelitian Variabel X...74

Tabel 4.3Hasil Validitas Item Instrumen Penelitian Variabel Y... 76

Tabel 4.4Nilai Bobot Standar... 79

Tabel 4.5Nilai Bobot Standar... 81

Tabel 4.6Nilai Bobot Standar... 83

Tabel 4.7 Nilai Bobot Standar... 85

Tabel 4.8 Nilai Bobot Standar... 88

Tabel 4.9 Hasil Reliabilitas Instrumen Penelitian...90

Tabel 4.10Hasil Uji Normalitas Data Hasil Penelitian... 91

Tabel 4.11 Matriks Korelasi Antarvariabel Eksogen Dengan Variabel Endogen... 92

Tabel 4.12 Koefisien Korelasi Ganda Dan Koefisien Determinasi... 93

Tabel 4.13Nilai Penduga Koefesien Regresi... 94

Tabel 4.14 Pengujian Hipotesis... 95

Tabel 4.15 Hasil Uji t... 95

Tabel 4.16 Hasil Uji F... 96

(9)

Gambar 2.1Model Satelit Kinerja Organisasi... 16

Gambar 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja...28

Gambar 2.3Pengaruh Lingkungan Terhadap Kinerja Individu...29

Gambar 2.4 Kerangka Berfikir...39

Gambar 4.1 Tingkat PendidikanPenduduk Kota Cimahi... 66

Gambar 4.2 Jumlah Peserta Didik Di Kota Cimahi... 67

Gambar 4.3 Responden Guru EkonomiBerdasarkanSekolah... 69

Gambar 4.4 Guru EkonomiBerdasarkanJenisKelamin... 70

Gambar 4.5 Guru EkonomiBerdasarkanUsia... 71

Gambar 4.6 Guru EkonomiBerdasarkanKualifikasiAkademik... 72

Gambar 4.7 Guru EkonomiBerdasarkanLembaga Pendidikan...73

Gambar 4.8 Indikator VariabelKinerja Guru dalam Merencanakan Pembelajaran... 80

Gambar 4.9 Indikator Variabel Kinerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran... 82

Gambar 4.10 Indikator Variabel Kinerja Guru dalam Mengevaluasi Pembelajaran... 84

Gambar 4.11 Indikator Variabel Lingkungan Fisik... 86

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Jumlah sumber daya manusia yang besar apabila dapat didayagunakan secara efektif dan efisien akan bermanfaat untuk menunjang gerak lajunya pembangunan nasional yang berkelanjutan. Melimpahnya sumber daya manusia yang ada saat ini mengharuskan berfikir secara seksama yaitu bagaimana dapat memanfaatkan sumber daya manusia secara optimal. Agar di masyarakat tersedia sumber daya manusia yang handal salah satunya adalah melalui pendidikan yang berkualitas.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab sebagaimana dijelaskan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa :

(11)

Salah satu bidang penting dalam manajemen pendidikan adalah berkaitan dengan personila atau sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan, salah satu faktor yang paling menunjang keberhasilan proses belajar mengajar adalah tersedianya tenaga kependidikan atau guru yang berkualitas. Sebagai salah satu anggota organisasi sekolah, tenaga pendidik/guru menduduki peran yang amat penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran dalam mempersiapkan peserta didik untuk mencapai kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam pembangunan pendidikan, keberadaan sekolah sebagai institusi yang mengemban tugas utama mendidik anak-anak bangsa, harus tetap mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pemerintah dan masyarakat. Di dalam institusi sekolah terdapat beberapa masukan (raw-instrumental-environmental

input) yang berinteraksi antarsatu dengan yang lainnya dalam proses

transformasional (proses pendidikan atau pembelajaran). Dalam proses transformasi tersebut terdapat salah satu komponen masukan instrumental, yaitu “pendidik/guru”. Komponen guru/pendidik merupakan salah satu masukan

instrumental yang menduduki posisi sangat penting dan strategis, terutama tugas guru dalam pengelolaan proses pembelajaran yang bertujuan mengantarkan peserta didik menuju kepada terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Hal ini sejalan dengan bunyi pasal 6 Undang-Undang Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa:

(12)

Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, kualitas kinerja mereka merupakan suatu kontribusi penting yang akan menentukan bagi keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu perhatian pada pengembangan kinerja guru untuk terus meningkat dan ditingkatkan menjadi hal yang amat mendesak, apalagi apabila memperhatikan tuntutan masyarakat yang terus meningkat berkaitan dengan kualitas pendidikan, dan hal ini tentu saja akan berimplikasi pada makin perlunya peningkatan kualitas kinerja guru.

Secara empirik, kondisi guru sekarang ini masih menjadi sorotan dari berbagai pihak. Rendahnya kualitas pendidikan di indonesia salah satunya disebabkan oleh kualitas guru yang masih memprihatinkan. Hal ini didukung oleh fakta empirik yang menunjukan bahwa guru di indonesia belum mencapai standar yang diharapkan.

Secara umum, kualitas guru dan kompetensi guru di Indonesia masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Dari sisi kualifikasi pendidikan, hingga saat ini, dari 2,92 juta guru, baru sekitar 51 persen yang berpendidikan S-1 atau lebih, sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1. Begitu pun dari persyaratan sertifikasi, hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5 persen guru yang memenuhi syarat sertifikasi. Adapun 861.67 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi, yakni sertifikat yang menunjukkan guru tersebut profesional. Selain jenjang pendidikan yang belum memadai, kompetensi guru juga masih bermasalah. Saat dilakukan tes terhadap guru semua bidang studi, rata-rata tak sampai 50 persen soal yang bisa dikerjakan. Tidak ada guru yang meraih nilai 80.” (www.kompas.com//Edisi Juni 2011).

(13)

jenjang SD yaitu sekitar 609.217 orang (49,3%) baik pada sekolah negeri maupun swasta seperti yang tercantum pada tabel berikut.

Tabel 1.1 Sumber : Renstra Depdiknas 2004-2009

Proporsi guru yang berpendidikan dibawah kualifikasi minimal sebagaimana terungkap dalam tabel di atas, tentu tidak memadai jika pemerintah ingin menyediakan pelayanan pendidikan yang berkualitas. Apalagi banyak terjadi tidak sesuai antara pelajaran yang diajarkan dengan latar belakang pendidikan guru. Dengan demikian dapat dibayangkan kalau guru bidang studinya saja tidak menguasai materi, apalagi guru yang bukan bidang studi. Dengan kemampuan dan pengetahuan yang sedemikian terbatas dan kepekaan kreativitas yang sangat minim maka sangatlah sulit bagi guru untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.

(14)

Hasil evaluasi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, 10 persen dari 200.000 guru bersertifikat di Jawa Barat mengalami penurunan kerja. Sebanyak 70 persen lainnya stagnan atau tetap dan 20 persen sisanya mengalami peningkatan. Artinya bahwa tesis meningkatnya kesejahteraan guru, diharapkan meningkat pula kualitas pendidikan, perlu ditinjau ulang. Guru adalah tenaga pendidik profesional, sayangnya realitanya di lapangan masih banyak guru yang tidak berlatar belakang dengan ketentuan/bidang studi yang sesuai dan masih banyak guru yang memiliki profesionalitas rendah. Masih banyak guru yang kurang terpacu untuk mengembangkan diri. Hanya sedikit guru yang sungguh-sungguh dalam membangun kesejawatan. (www.jabarprov.go.id)

Dalam tataran mikro, guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin pendidikan, dia sangat menentukan dalam proses pembelajaran di kelas dan peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya, ini berarti bahwa kinerja guru merupakan faktor yang amat menentukan bagi mutu pendidikan yang akan berimplikasi pada kualitas output pendidikan setelah menyelasaikan sekolah.

(15)

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan fihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan/pembelajaran di lembaga pendidikan Sekolah.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan melalui wawancara kepada beberapa guru ekonomi di SMA swasta yang ada di kota Cimahi dapat digambarkan bahwa masih terdapat beberapa masalah dalam proses belajar mengajar. Mulai dari tahap merencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran hingga mengevaluasi hasil pembelajaran. Seperti guru belum menggunakan dan mengembangkan teknologi infomasi sebagai media dan sumber belajar, nilai ulangan ekonomi beberapa siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimum, serta guru belum melakukan penelitian tindakan kelas untuk perbaikan pembelajaran. Masalah-masalah tersebut timbul karena berbagai faktor, baik faktor internal seperti motivasi belajar siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan faktor eksternal seperti lingkungan sekolah dan sistem manajemen sekolah misalnya.

(16)

kinerja yang maksimal. Namun kenyataannya setiap guru pada dasarnya memiliki tingkat kinerja yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor yang berasal dari dirinya sendiri maupun yang berasal dari lingkungan kerjanya.

Gibson et al (1995: 56), memberikan gambaran lebih rinci dan komprehensif tentang faktor–faktor yang berpengaruh terhadap

performance/kinerja, yaitu :

a. Variabel Individu, meliputi kemampuan, keterampilan, mental fisik, latar belakang, tingkat sosial, pengalaman, demografi (umur, asal – usul, jenis kelamin).

b. Variabel Organisasi, meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan.

c. Variabel Psikologis yang meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.

Menurut Sutermeister (Siti Nur Khomsah, 2011) kinerja seseorang dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu kemampuan dan motivasi. Faktor kemampuan didalamnya mencakup pengetahuan dan keterampilan, dimana indikator daripada pengetahuan adalah pendidikan dan pengalaman kerja. Sedangkan indikator keterampilan adalah pelatihan, sikap dan kepribadian. Adapun pada faktor motivasi yang di dalamnya mencakup kondisi fisik dan tempat kerja serta lingkungan sosial. Indikator daripada kondisi fisik dan tempat kerja adalah cahaya, temperatur, ventilasi, waktu, istirahat, keselamatan kerja dan musik. Sedangkan indikator untuk lingkungan sosial adalah organisasi formal, serikat pekerja, informasi, dan kepemimpinan.

(17)

yang dapat mewujudkan suatu kualitas kinerja yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan peran dan tugasnya dalam organisasi.

Pentingnya membangun lingkungan yang kondusif di sekolah terutama berkenaan dengan upaya pencapaian tujuan pendidikan sekolah dan peningkatan kinerja guru sebagaimana disampaikan oleh Stephen Stolp (1994) tentang School

Culture yang dipublikasikan dalam ERIC Digest, dari beberapa hasil studi

menunjukkan bahwa budaya di sekolah berkorelasi dengan peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa serta kepuasan kerja dan produktivitas guru. Budaya di sekolah juga memiliki korelasi dengan sikap guru dalam bekerja.

(18)

Hal ini sejalan dengan jurnal penelitian Tumbur Hutasoit (2011) yang berjudul Pengaruh Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru (studi empiris di SMP Negeri Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru.

Jurnal penelitian Sumaryanto (2011) yang berjudul pengaruh motivasi, lingkungan kerja, kesejahteraan, dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sekolah menengah pertama di Kota Semarang. Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara kompensasi dan lingkungan kerja terhadap motivasi dan kinerja guru.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang masalah tersebut sehingga merumuskannya dalam sebuah judul skripsi yaitu “Pengaruh Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial Terhadap Kinerja Guru (Survey Pada Guru Mata Pelajaran Ekonomi

di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi)”.

1.2 Rumusan Masalah

(19)

1. Bagaimana gambaran umum lingkungan fisik, lingkungan sosial dan kinerja guru di SMA swasta se-Kota Cimahi ?

2. Bagaimana pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru ? 3. Bagaimana pengaruh lingkungan sosial terhadap kinerja guru ?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pegangan atau pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Sehubungan dengan hal ini Suharsimi Arikunto (1989 : 41) menyatakan bahwa “Tujuan penelitian yaitu rumusan kalimat yang

menunjukan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian yang dilakukan selesai. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Gambaran umum lingkungan fisik, lingkungan sosial dan kinerja Guru di SMA swasta se-Kota Cimahi.

2. Pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru. 3. Pengaruh lingkungan sosial terhadap kinerja guru.

1.4Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

(20)

b. Secara Praktis

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang akan meneliti lebih lanjut sekitar penelitian sejenis.

2. Memberikan sumbangan pemikiran dan perkembangan ilmu pendidikan untuk FPEB UPI Bandung umumnya dan Program Studi Pendidikan Ekonomi khususnya.

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

3.1.1 Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran dari penelitian yang akan dilaksanakan. penelitian ini mengungkapkan tentang pengaruh lingkungan fisik dan lingkungan sosial terhadap kinerja guru. Objek dalam penelitian ini adalah kinerja guru ekonomi. Adapun variabel eksogen dalam penelitian ini adalah lingkungan fisik (X1), lingkungan sosial (X2) dan variabel endogen kinerja guru

(Y). Subjek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran ekonomi SMA swasta se-Kota Cimahi.

3.1.2 Metode penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 2005: 56).

3.2 Populasi dan Sampel

(22)

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Menurut sugiyono (2008:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi bukan hanya berbentukorang, tetapi juga bisa berbentuk objek dan benda alam sekitar. Populasi juga dapat berupa karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran ekonomi di SMA swasta yang ada di kota Cimahi dengan jumlah 26 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian jumlah anggota, atau golongan, dan atau kelompok dari suatu objek penelitian yang dapat mewakilinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa sampel adalah

“sekelompok individu tertentu yang memiliki satu atau lebih karakteristik umum

yang menjadi pusat penelitian , dan untuk sekedar ancer-ancer bila subjeknya kurang dari 100 lebih baik seluruhnya atau penelitian populasi, selanjutnya apabila lebih dari 100 dapat kita ambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau

lebih”. (Suharsimi Arikunto, 1993:120)

Dari pendapat di atas, serta melihat jumlah populasi yang ada peda penelitian iniyaitu kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil seluruh populasi yang ada menjadi sampel dalam penelitian ini, atau yang disebut dengan

total sampling yaitu sebanyak 26 guru. Jumlah guru dapat dilihat pada tabel 3.1

(23)

Tabel 3.1

Jumlah Guru Ekonomi SMA Swasta di Kota Cimahi

No Nama Sekolah Jumlah Guru

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent yaitu lingkungan fisik (X1) dan lingkungan sosial (X2) Sedangkan yang menjadi variabel dependen

yaitu kinerja guru (Y). Untuk mempermudah penjelasan dan pengolahan data, maka variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dijabarkan dalam bentuk operasional variabel, seperti terlihat pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Konsep Variabel Definisi Operasional Sumber Data No Item

Lingkungan reponden tentang suatu succsesive skala likert lingkungan fisik dalam model likert 5 poin dengan indikator: 1. Kenyamanan ruang kerja 2. Media pembelajaran 3. Halaman sekolah 4. Jalan menuju sekolah 5. Bangunan gedung sekolah

(24)

Lingkungan Sosial (X2)

Jumlah atau indeks dari responden tentang succsesive skala likert lingkungan sosial dalam model likert 5 poin dengan indikator:

1. Hubungan guru dengan kepala sekolah 2. Hubungan antar guru 3. Hubungan dengan peserta

didik

Data diperoleh dari responden guru mata pelajaran ekonomi di SMA swasta yang tentang succsesive skala likert merencanakan pembelajaran dalam model skala likert 5 poin dengan indikator :

1. Merumuskan tujuan pengajaran.  Urutan tujuan dari yang

mudah kepada yang sukar  Kejelasan kriteria

pencapaian tujuan. 2. Memilih dan mengembangkan

bahan pengajaran.

 Berpedoman pada bahan pengajaran yang tercantum dalam kurikulum.

 Memilih dengan tepat bahan yang sesuai dengan

karakteristik murid.

 Menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf

kemampuan berfikir siswa. 3. Merumuskan kegiatan belajar

(25)

Melaksanakan Pembelajaran

Jumlah atau indeks dari responden tentang succsesive skala likert melaksanakan pembelajaran dalam model likert 5 poin dengan indikator : 1. Memulai pembelajaran. 3. Menutup pembelajaran

 Menyimpulkan pelajaran.

 Memberi tindak lanjut.

(26)

3.4 Teknik dan alat pengumpulan Data

Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara langsung, yaitu melalui angket yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan tertulis kepada yang menjadi responden yang menjadi sampel penelitian. Adapun kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terstruktur atau kuesioner tertutup. Menurut Riduwan (2010:27), angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang (x) atau tanda cheklist (√). Variabel yang diukur dengan kuesioner adalah lingkungan fisik (X1), lingkungan sosial (X2) dan kinerja

guru (Y).

(27)

3.5 Instrumen Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai faktor yang mempengaruhi kinerja guru yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial pada sekolah menengah atas swasta di kota cimahi dengan menyebarkan angket sebagai instrumen penelitian.

Sehubungan dengan hal tersebut, Triatno (2010:263) mengemukakan

bahwa “Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalan kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut

menjadin sistematis dan dipermudah olehnya”.

Jenis instrumen dalan angket merupakan instrumen yang bersifat tertutup dan terbuka. Instumen yang bersifat tertutup yaitu seperangkat pertanyaan tertulis yang disertai dengan alternatif jawaban yang sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih alternatif yang tersedia. Sedangkan instrumen yang bersifat terbuka yaitu seperangkat daftar pertanyaan dengan memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang diketahui dan dilakukannya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis instrumen yang bersifat tertutup.

(28)

Tabel 3.3

Skor dan Alternatif Jawaban

No Pertanyaan Skor

Positif

Skor Negatif

1 Selalu (SL) 5 1

2 Sering (SR) 4 2

3 Kadang-kadang (K) 3 3

4 Pernah (P) 2 4

5 Tidak Pernah (TP) 1 5

Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator terlebih dahulu, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan.

3.6 Pengujian Instrumen Penelitian

3.6.1 Uji Validitas

Menurut Arikunto (2002: 168) “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,

instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”.

(29)

Keterangan:

ri ( x −i ) = korelasi item total terkoreksi s x = deviasi standar skor total

Rix = korelasi item total sebelum dikoreksi si = deviasi skor item

Untuk menentukan item mana yang memiliki validitas yang memadai, para ahli menetapkan patokan besaran koefisien item total dikoreksi sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah item. Artinya semua item pertanyaan atau pernyataanyang memiliki koefisien korelasi item total sama atau lebih besar dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan memiliki validitas internal yang memadai, dan kurang dari 0,25 atau 0,30 di indikasikan item tersebut tidak valid (Kusnendi 2008: 95-96).

3.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan (Riduwan dan Kuncoro, 2011: 220).

Menurut Arikunto (2006: 178) “reliabilitas menunjuk pada satu pengertian

bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat

diandalkan”.

(30)

instrumen penelitian diindikasikan memiliki tingkat realibilitas memadai jika koefisien alpha Croncbach lebih besar atau sama dengan 0,70.

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut (Riduwan dan Kuncoro, 2011: 221):

1) Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus:

Dimana:

Si = varians skor tiap-tiap item Ʃ Xi2 = jumlah kuadrat item Xi

(Ʃ Xi)2

= jumlah item Xi dikuadratkan

N = jumlah responden

2) Menjumlahkan varians semua item dengan rumus:

Dimana:

Ʃ Si = jumlah varians semua item S1 + S2 + S3....Sn = varians item ke-1, 2, 3...n

3) Menghitung varians total dengan rumus:

Dimana:

St = varians total

Ʃ Xi2 = jumlah kuadrat X total

(Ʃ Xi)2

= jumlah X total dikuadratkan

N = jumlah responden

4) Masukkan nilai Alpha dengan rumus:

(31)

Dimana:

r11 = nilai reliabilitas

Ʃ Si = jumlah varians skor tiap-tiap item St = varians total

k = jumlah item

Kemudian diuji dengan uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus

Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal-akhir yaitu:

√{ } { }

Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh

karenanya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan

rumus Spearman Brown yakni:

Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak, digunakan

distribusi tabel (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan df (dk = n - 2). Keputusan: Jika r11

> r tabel berarti reliabel dan sebaliknya jika r11 < r tabel berarti tidak reliabel.

3.7 Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan perlu diperhatikan dengan pengolahan data yang telah terkumpul. Jenis data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah terdapat data ordinal. Dengan adanya data berjenis ordinal maka data tersebut harus diubah menjadi data interval melalui Methods of

Succesive Interval (MSI). Salah satu kegunaan dari Methods of Succesive Interval

(32)

ke interval. Menurut Riduwan dan Kuncoro (2011: 30) mengatakan bahwa

“transformasi data ordinal menjadi data interval gunanya untuk memenuhi

sebagian dari syarat analisis parametik yang mana data setidaknya berskala

interval”. Data ordinal ditransformasikan menjadi data interval melalui Method of

Successive Interval (MSI). Langkah-langkah transformasi data tersebut sebagai

berikut:

1. Pertama perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan;

2. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1, 2, 3, 4 dan 5 yang disebut dengan frekuensi;

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut Proporsi (P);

4. Tentukan nilai Proporsi Kumulatif (PK) dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor;

5. Gunakan tabel distribusi normal, hitung nilai Z untuk setiap proposisi kumulatif yang telah diperoleh;

6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan mengunakan tabel tinggi densitas);

7. Tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus:

8. Tentukan nilai transformasi dengan rumus:

[ | |]

3.7.1 Analisis Normalitas

Untuk menguji normalitas distribusi data, dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

(Akdon dan Sahlan Hadi, 2005:182) Keterangan :

X2 = Nilai Chi Kuadrat

fo = Frekuensi yang diobservasi

(33)

3.7.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) merupakan cara untuk mengukur ketepatan suatu garis regresi. Menurut Gujarati (2001 : 98) dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X. Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2< 1), dengan ketentuan sebagai berikut :

 Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat semakin dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat jauh atau tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.

3.7.3 Analisis Persamaan Regresi

Permasalahan yang diajukan dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik. Model analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat. Selain itu, untuk menguji kebenaran dari dugaan sementara menggunakan model persamaan regresi linier berganda, sebagai berikut.

(34)

Dimana :

Y = Kinerja Guru a = Konstanta

β = Koefisien regresi X1= Lingkungan Fisik

X2= Lingkungan Sosial 3.7.4 Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara variabel X dan variabel Y. Untuk mencari koefisien korelasi antar variabel X dan Y menggunakan rumus berikut ini.

(Akdon dan Sahlan Hadi, 2005:188) Agar dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien yang ditemukan, dapat berpedoman pada ketentuan yang tertulis pada tabel berikut.

Tabel 3.4

Kriteria Harga Koefisien Korelasi

Harga r Kategori

0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat kuat

3.8 Pengujian Hipotesis

3.8.1 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Hipotesis penelitian yang dinyatakan dalam hipotesis statistik yaitu: H0: YiX1 = YiXk= … = YiXk = 0; Yi tidak dipengaruhi X1, X2,…Xk

H1: YiX1 = YiXk= … = YiXk≠ 0; sekurang-kurangnya Yi dipengaruhi oleh salah satu

(35)

Atau dengan rumus :

H0: RYiXk = 0; Variasi yang terjadi pada Yi tidak dipengaruhi Xk

H1: RYiXk≠ 0; Variasi yang terjadi pada Yi sekurang-kurangnya dipengaruhi oleh

salah satu variabel Xk

(Kusnendi, 2008: 155) 1. Pengujian signifikansi secara manual: menggunakan tabel F

(Riduwan dan Kucoro, 2011: 117) Dimana:

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel eksogen

= R-square

Jika F hitung ≥ F tabel, maka tolak H0 artinya signifikan

F hitung < F tabel, maka terima H0 artinya tidak signifikan Dengan taraf signifikansi (α) = 0,05

Mencari nilai F tabel dengan rumus:

F tabel = F {(1-α) (dk=k), (dk=n-k-1)} atau F {(1-α) (v1=k), (v2=n-k-1)}

Cara mencari F tabel : nilai (dk-k) atau v1 disebut nilai pembilang

niai (dk=n-k-1) atau v2 disebut nilai penyebut

2. Kaidah pengujian signifikansi dengan program SPSS

Jika nilai probabilitas 0,05 < probabilitas Sig, maka H0 diterima dan

Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

 Jika nilai probabilitas 0,05 ≥ probabilitas Sig, maka H0 ditolak dan Ha

(36)

3.8.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik berikut:

H0 : ≤ 0

Ha : > 0

Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t yang dihitung dengan rumus: (Kusnendi, 2011: 155)

√( )

Dimana:

txk` = nilai t hitung untuk setiap koefisien jalur variabel Xk

ρXk = koefisien jalur antara variabel eksogen dan endogen yang

terdapat dalammodel yang dianalisis

seρxk = standar error koefisien jalur yang bersesuaian n = ukuran sampel

k = banyaknya variabel penyebab dalam model yang dianalisis Ckk = elemen matriks korelasi variabel penyebab untuk model yang

dianalisis

(37)

Jika nilai probabilitas 0,05 < probabilitas Sig, maka H0 diterima dan Ha

ditolak, artinya tidak signifikan.

 Jika nilai probabilitas 0,05 ≥ probabilitas Sig, maka H0 ditolak dan Ha

diterima, artinya signifikan. Kriteria pengambilan keputusan:

Jika t hitung > t tabel, maka tolak H0 artinya signifikan

t hitung ≤ t tabel, maka terima H0 artinya tidak signifikan.

3.8.3 Uji Asumsi Klasik

3.8.3.1 Multikolinearitas

Istilah multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau

eksak (perfect or exact) diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi.

Istilah kolinearitas ganda (multicollinearity) menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linear yang sempurna. Jadi, multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear antarvariabel independen. (Yana Rohmana, 2010 : 140-141).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas adalah dengan uji derajat nol atau melihat korelasi parsial antar variabel independen dengan bantuan program SPSS versi 17.0. Salah satu alternatif untuk mendeteksi multikolinieritas yaitu melalui faktor varian inflasi (VIF, Variance Inflation

Factor). Jika nilai VIF dari variabel bebas adalah kecil, yaitu di bawah 5, maka

(38)

3.8.3.2 Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama (Gujarati, 2001 : 177). Heteroskedastisitas merupakan suatu fenomena dimana estimator regresi bias, namun varian tidak efisien (semakin besar populasi atau sampel, semakin besar varian). Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas.

Beberapa akibat yang ditimbulkan akibat adanya heteroskedastisitas (Sumodiningrat, 1994:266):

a) Penaksir-penaksir OLS tidak akan bias (unbiased)

b) Artinya, penaksir-penaksir kuadrat terkecil adalah unbiased, sekalipun dalam kondisi heteroskedastisitas. Hal ini disebabkan karena di sini tidak digunakan asumsi homoskedastisitas.

c) Varian dari koefisien-koefisien OLS salah.

d) Penaksir-penaksir OLS akan menjadi tidak efisien.

Kriteria pengujian untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastis bisa dilakukan melalui analisis grafik hasil output SPSS dengan kriteria berikut :

1) Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka

(39)

3.8.3.3 Autokorelasi

Secara harfiah, autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi antara satu residual dengan residual yang lain. Sedangkan salah satu asumsi penting metode OLS berkaitan dengan residual adalah tidak adanya hubungan antara residual satu dengan residual yang lain (Agus Widarjono, 2005 : 177).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model regresi adalah dengan metode Durbin-Watson. Untuk uji metode Durbin Watson dilakukan dengan program komputer SPSS versi 17.0. Durbin-Watson mengembangkan uji statistic yang disebut uji statistic d. Ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dalam tabel uji statistic Durbin-Watson d sebagai berikut:

Tabel 3.5

Uji Statistik Durbin-Watson

Nilai statistik d Hasil

0 <d <dL Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif

dLd ≤ du Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan dud ≤ 4 - du Menerima hipotesis nol; tidak ada autokorelasi

positif/negatif

4 – du≤ d ≤ 4 - dL Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

(40)

0 dL du 4 - du 4 - dL

4

Autokorelasi

Positif

Ragu - ragu Tidak ada

Autokolerasi

Ragu - ragu Autokorelasi

Negatif Autokorelasi

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Cimahi, Kota Cimahi merupakan sebuah Kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian barat Jawa Barat, Indonesia. Letak astronomis Kota ini di antara 107°32" Bujur Timur dan 6°53" Lintang Selatan. Kota ini terletak di antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Cimahi dahulu bagian dari Kabupaten Bandung, yang kemudian ditetapkan sebagai kota administratif pada tanggal 29 Januari 1976. Kemudian pada tanggal 18 Oktober 2001 dibentuklah Kota Cimahi yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan melalui proses penelitian dari lima perguruan tinggi negeri dan swasta yaitu Universitas Padjadjaran (UNPAD), Institut Tekhnologi Bandung (ITB), Sekolah Tinggi Pemerintah Dalam Negeri (STPDN ), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas Jend. Ahmad Yani (UNJANI). Kota Cimahi memiliki luas wilayah 48,42 km2 yang terdiri terdiri atas 3 kecamatan, yang dibagi lagi atas 15 kelurahan. Pusat pemerintahannya berada di Kecamatan Cimahi Tengah.

(42)

14% 10%

17%

18% 30%

1% 4% 6% 0% 0%

TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK TAHUN 2012

Belum Pernah Sekolah (86.152) Belum Tamat SD (63.835) Tamat SD (101.242) Tamat SMP (111.449) Tamat SMA/SMK (179.749) Tamat Diploma I/II (8.189) Tamat Diploma III (23.049) Tamat S1 (34.722) Tamat S2 (399) Tamat S3 (382)

Gambar 4.1

Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Cimahi Sumber: Dinas Pendidikan Kota Cimahi

Berdasarkan Gambar 4.1 di atas, terlihat bahwa tingkat pendidikan penduduk terbanyak di Kota Cimahi berada pada komponen tamatan SMA yaitu sebesar 179.749 orang atau sekitar 30%. Sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil di kota Cimahi berada pada komponen tamatan S3 yaitu sebesar 382 orang atau sekitar 0.06%. Hal ini dikarenakan masyarakat kota Cimahi sudah memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan dan memiliki orientasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

(43)

64% 26%

4% 6%

JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN 2012/2013

SD/MI (86.490)

SMP/MTs (34.992)

SMA/MA (5.562)

SMK (8.515)

Gambar 4.2

Jumlah Peserta Didik di Kota Cimahi Sumber: Dinas Pendidikan Kota Cimahi

Berdasarkan Gambar 4.2 di atas, terlihat bahwa jumlah peserta didik terbanyak di Kota Cimahi berada pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 86.490 orang atau sekitar 64%. Sedangkan jumlah peserta didik terkecil di kota Cimahi berada pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah (SMA/MA) yaitu sebesar 5.562 orang atau sekitar 4%.

(44)

Tabel 4.1 Profil Sekolah

No Nama Sekolah Alamat

1. SMAS Budi Luhur Jln. KPAD Kebon Rumput No. 1 2. SMAS Kartika Siliwangi 4 Jln. Dr. Sam Ratulangi D-26 3. SMAS Muhammadiyah 1 Jln. Jendral Amir Machmud No. 7 4. SMAS Pasundan 1 Jln.Terusan No. 32

5. SMAS Pasundan 2 Jln.Melong Raya No. 4 6. SMAS Pasundan 3 Jln. Citeureup No. 97A 7. SMAS Santa Maria 3 Jln. Gatot Subroto No. 13

8. SMAS Putera Mandiri Jln. Komplek Sangkuriang No. 36 9. SMAS Tut Wuri Handayani Jln. Encep Kartawiria No. 93 10. SMAS Warga Bakti Jln. Raya Cibeber No. 148

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Cimahi

Secara keseluruhan, Sekolah Menengah Atas Swasta di Kota Cimahi terakreditasi A dan B. Selain kegiatan belajar mengajar, SMA Swasta di Kota Cimahi terdapat organisasi dan ekstrakulikuler, diantaranya Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), PASKIBRA, PRAMUKA, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Palang Merah Remaja (PMR) dan lain sebagainya. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan di luar kegiatan Proses Belajar Mengajar agar tidak mengganggu konsentrasi siswa terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari.

(45)

8%

SMAS Budi Luhur (2 orang) SMAS Kartika Siliwangi 4 (2 orang) SMAS Muhammadiyah 1 (3 orang) SMAS Pasundan 1 (3 orang) SMAS Pasundan 2 (3 orang) SMAS Santa Maria 3 (2 orang) SMAS Pasundan 3 (5 orang) SMAS Putera Mandiri (2 orang) SMAS Tut Wuri Handayani (2 orang) SMAS Warga Bhakti (2 orang) 4.1.2 Gambaran Umum Responden

Dalam penelitian ini, jumlah responden yang diambil sebanyak 26 orang guru ekonomi di seluruh SMA swasta yang ada di kota Cimahi. Berikut adalah gambarannya.

Gambar 4.3

Responden Guru Ekonomi Berdasarkan Sekolah

Dari Gambar 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa responden terbanyak guru ekonomi yaitu berasal dari SMAS Pasundan 3 Cimahi dengan jumlah 5 orang atau sekitar 18%. Sedangkan responden terkecil yaitu berasal dari SMAS Budi Luhur, SMAS Warga Bhakti, SMAS Putera Mandiri, SMAS Kartika Siliwangi 4, dan SMAS Santa Maria 3 dengan keterangan masing-masing hanya memiliki dua guru ekonomi atau sekitar 8%. Hal ini dikarenakan SMA Pasundan 3 Cimahi memiliki kelas IPS paling banyak dibandingkan dengan SMA swasta lainnya.

4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Penggolongan responden berdasarkan jenis kelamin dipandang penting karena dapat menggambarkan seberapa banyak guru perempuan atau laki-laki

(46)

0 10 20 30 40 50 60 70

Laki-Laki Perempuan

Frekuensi 9 17

Persentase 34,62 65,38

GURU EKONOMI BERDASARKAN JENIS KELAMIN

mata pelajaran ekonomi pada SMA swasta di kota Cimahi serta sebagai data pendukung dalam penelitian. Berikut akan disajikan data yang menggambarkan jumlah guru ekonomi berdasarkan jenis kelaminnya.

Gambar 4.4

Guru Ekonomi Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari Gambar 4.4 di atas, menggambarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap guru ekonomi, dapat dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 17 orang sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 9 orang.

Jadi, jika peneliti simpulkan karakteristik responden guru ekonomi pada SMA swasta se-kota Cimahi berdasarkan jenis kelamin yaitu guru ekonomi yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 9 orang atau sekitar 34,62%. Sedangkan guru ekonomi yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 17 orang atau sekitar 65,38%. Dengan demikian, karakteristik responden guru ekonomi SMA swasta se-kota Cimahi berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh responden guru ekonomi perempuan.

(47)

0 4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Penggolongan responden berdasarkan usia dipandang sangat perlu karena dapat menggambarkan seberapa besar motivasi seorang guru dalam menjalankan tugas mengajar, dimana pada usia tertentu seseorang akan mampu mencapai produktivitas yang optimal maupun tingkat kejenuhan yang dapat meningkatkan atau menurunkan kinerjanya dalam proses pembelajaran. Berdasarkan tingkat usia responden dapat disajikan pada tabel sebagai berikut.

Gambar 4.5

Guru Ekonomi Berdasarkan Usia Sumber : Hasil Penelitian (diolah)

Berdasarkan Gambar 4.5 di atas, terlihat bahwa karakteristik responden terbanyak berdasarkan usia terhadap guru ekonomi berada pada frekuensi antara 41-50 tahun berjumlah 10 orang atau sekitar 38,46%. Sedangkan responden yang paling sedikit berada pada frekuensi antara 20-30 tahun berjumlah 4 orang atau sekitar 15,39% karena sisanya berada pada frekuensi antara 31-40 tahun berjumlah 5 orang atau sekitar 19,23% dan antara 51-60 tahun berjumlah 7 orang atau sekitar 26,92%

(48)

antara 41-50 tahun berjumlah 10 orang atau sekitar 38,46%. Sedangkan responden yang paling sedikit berada pada frekuensi antara 20-30 tahun berjumlah 4 orang atau sekitar 15,39%.

4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kualifikasi Akademik

Trianto dan Tutik (2010: 20) mengatakan bahwa kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan formal yang telah dicapai, tingkatan (jenjang) kualifikasi akademik meliputi baik pendidikan gelar (S1, S2, atau S3) maupun

nongelar (D-1, D-2, D-3 dan D-4 atau Post Graduate diploma).

Berdasarkan UU Guru dan Dosen Pasal 9, menentukan bahwa kualifikasi akademik guru di jenjang pendidikan usia dini, dasar dan menengah harus menempuh pendidikan tinggi program sarjana (S1) dan diploma empat (D-4). Hal

ini memberikan makna bahwa kelayakan profesi guru baru bisa diakui jika guru tersebut telah berlatar belakang pendidikan yang setingkat dengan S1.

Gambar 4.6

Guru Ekonomi Berdasarkan Kualifikasi Akademik Sumber : Hasil Penelitian ( diolah)

Beradasarkan Gambar 4.6 di atas, terlihat bahwa karakteristik responden guru ekonomi terbanyak berada pada kualifikasi akademik S1 dengan jumlah guru

S1

S2 22

4 84,62

15,38

GURU EKONOMI BERDASARKAN KUALIFIKASI AKADEMIK

(49)

62% 38%

JUMLAH GURU BERDASARKAN LEMBAGA PENDIDIKAN

Universitas Pendidikan Indonesia (16 orang)

Universitas Pasundan (10 orang)

22 orang atau sekitar 84,62%. Sedangkan sisanya berada pada kualifikasi akademik S2 yaitu dengan jumlah guru 4 orang atau sekitar 15,38%.

Jadi, jika peneliti simpulkan karakteristik responden guru ekonomi pada SMA swasta di Kota Cimahi berdasarkan kualifikasi akademik yaitu sudah memenuhi standar yang telah ditentukan oleh Undang-Undang Guru dan Dosen yaitu minimal berpendidikan program sarjana (S1) atau diploma empat (D-4).

Semakin tinggi jenjang kualifikasi akademik seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat profesional seseorang tersebut.

4.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan merupakan wadah untuk membentuk sumber daya manusia menjadi manusia yang seutuhnya. Lembaga pendidikan terdiri dari lembaga pendidikan negeri dan lembaga pendidikan swasta. Dalam penelitian ini karakteristik responden dari berbagai sekolah memiliki beragam lembaga pendidikan, oleh karena itu hal ini menjadi sangat penting untuk diketahui. Berikut adalah data karakteristik responden berdasarkan lembaga pendidikan.

Gambar 4.7

(50)

Berdasarkan Gambar 4.7 di atas, terlihat bahwa karakteristik responden berdasarkan lembaga pendidikan pada guru ekonomi terdiri dari dua lembaga pendidikan di Indonesia yaitu (1) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan jumlah 16 orang atau sekitar 62% dan Universitas Pasundan (UNPAS) dengan jumlah 10 orang atau sekitar 38%.

4.1.3 Uji Validitas

Berdasarkan hasil uji validitas dengan rumus korelasi item-total dikoreksi (corrected item-total correlation) sebagaimana telah dibahas pada bab III, diperoleh hasil uji validitas instrumen penelitian untuk variabel X1 (lingkungan

fisik) dan X2 (lingkungan sosial), adalah sebagaimana tampak pada tabel berikut. Tabel 4.2

Hasil Validitas Item Instrumen Penelitian Variabel X

Variabel No.

Pernyataan

Validitas

r1-itd Rix Keterangan

(51)

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, tampak bahwa hasil pengujian validitas terhadap 10 item pernyataan untuk mengukur lingkungan fisik sekolah menunjukkan bahwa terdapat satu item yang dinyatakan tidak valid yakni nomor 8. Dengan demikian maka item tersebut selanjutnya dibuang/tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya. Dengan demikian, maka jumlah item instrumen penelitian variabel lingkungan fisik sekolah yang dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian adalah 9 item.

Begitu pula halnya dengan hasil pengujian validitas terhadap 9 item pernyataan untuk mengukur lingkungan sosial sekolah menunjukkan bahwa terdapat dua item yang dinyatakan tidak valid yakni nomor 13 dan 15. Dengan demikian maka item-item tersebut selanjutnya dibuang/tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya. Dengan demikian, maka jumlah item instrumen penelitian variabel lingkungan sosial iklim sekolah yang dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian adalah 7 item.

(52)

Tabel 4.3

Hasil Validitas Item Instrumen Penelitian Variabel Y

Variabel No.

Pernyataan

Validitas

r1-itd Rix Keterangan

Kinerja Guru terhadap 12 item pernyataan untuk mengukur variabel Y terkait kinerja guru yang diukur berdasarkan dimensi merencanakan pembelajaran menunjukkan bahwa tidak ada satu pun item yang dinyatakan tidak valid. Dengan demikian maka seluruh item pada instrumen penelitian variabel kinerja guru pada dimensi merencanakan pembelajaran dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

(53)

satu pun item yang dinyatakan tidak valid. Dengan demikian maka seluruh item pada instrumen penelitian variabel kinerja guru pada dimensi melaksanakan pembelajaran dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Terakhir, hasil pengujian validitas terhadap 6 item pernyataan untuk mengukur variabel Y terkait kinerja guru yang diukur berdasarkan dimensi mengevaluasi pembelajaran menunjukkan bahwa tidak ada satu pun item yang dinyatakan tidak valid. Dengan demikian maka seluruh item pada instrumen penelitian variabel kinerja guru pada dimensi mengevaluasi pembelajaran dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

4.1.4 Deskripsi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah variabel lingkungan fisik (X1) dan variabel lingkungan sosial (X2) sebagai variabel eksogen serta kinerja

(54)

4.1.4.1 Gambaran Statistik Deskriptif Kinerja Guru (Y)

Kinerja guru adalah proses guru dalam menjalankan tugas yang dilakukannya. Kinerja guru dapat dilihat dari guru tersebut dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan juga penilaian pembelajaran. Dalam penelitian ini, kinerja guru diukur dari semua responden penelitian yaitu 26 orang guru ekonomi. Untuk mengukur kinerja guru, peneliti menggunakan instrumen kuesioner yang sudah disusun dalam bentuk skala likert.

Variabel kinerja guru dalam penelitian ini terdiri dari tiga yaitu dimensi merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Gambaran ketiga dimensi kinerja guru ini diperoleh dari hasil pengolahan angket penelitian yang disebarkan kepada 26 orang guru mata pelajaran ekonomi di SMA Swasta kota Cimahi. ketiga dimensi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam 27 pernyataan, akan tetapi berdasarkan hasil uji validitas ada 4 pernyataan yang tidak valid, yaitu pernyataan nomor 8, 13, 15, 21. Sehingga keempat pernyataan tersebut dihilangkan.

1. Dimensi Merencanakan pembelajaran

(55)

pengklasifikasian diatas. Adapun langkahnya untuk mencari nilai bobot dimensi merencanakan pembelajaran adalah sebagai berikut:

R = 10 Keterangan:

R = Panjang rentang

Bmaks = Bobot maksimum jawaban

Bmin = Bobot minimum jawaban

Setelah melalui cara diatas, kemudian pembobotan dibagi ke dalam tiga tingkatan berdasarkan pengklasifikasikan diatas, dimulai dari tingkatan terendah ke tingkatan tertinggi dengan panjang rentang diatas yaitu 10. Adapun klasifikasi nilai bobot standar yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Nilai Bobot Standar

Nilai Bobot Kategori

60 – 70 Rendah

71 – 81 Sedang

82 – 92 Tinggi

Sumber: angket penelitian (diolah)

(56)

media pembelajaran, mengembangkan sumber pengajaran, menentukan jenis penilaian, dan membuat alat penilaian hasil belajar. Adapun gambaran merencanakan pembelajaran dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut.

Gambar 4.8

Indikator Merencanakan Pembelajaran

Berdasarkan Gambar 4.8 di atas terlihat bahwa skor capaian variabel kinerja guru untuk dimensi merencanakan pembelajaran yang termasuk dalam kategori rendah adalah indikator nomer 29 yaitu merumuskan tujuan pengajaran, nomer 30 yaitu kriteria pencapaian tujuan disusun dengan jelas, nomer 31 yaitu mengembangkan bahan pengajaran, nomer 35 yaitu mengalokasikan penggunaan waktu, dan nomer 37 yaitu mengembangkan media pembelajaran. Dari 12 item pernyataan, skor capaian terendah terlihat ketika responden menjawab pernyataan nomer 37 yaitu mengembangkan media pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena media yang digunakan guru tersebut masih terbatas pada buku paket dan lembar kerja siswa (LKS) saya, mereka belum mengembangkan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan memanfaatkan teknologi informasi untuk

67 62 70 86 83 75 64 76 60 86 77 90

0 20 40 60 80 100

(57)

mengembangkan bahan pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan-permaslahan ekonomi saat ini. Selain itu sekolah juga belum menyediakan infocus sebagai alat yang yang dapat membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Dimensi Melaksanakan Pembelajaran

R = 4,7 = 5 Keterangan:

R = Panjang rentang

Bmaks = Bobot maksimum jawaban

Bmin = Bobot minimum jawaban

Setelah melalui cara diatas, kemudian pembobotan dibagi ke dalam tiga tingkatan berdasarkan pengklasifikasikan diatas, dimulai dari tingkatan terendah ke tingkatan tertinggi dengan panjang rentang diatas yaitu 5. Adapun klasifikasi nilai bobot standar yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Nilai Bobot Standar

Nilai Bobot Kategori

75 – 80 Rendah

81 – 86 Sedang

87 – 91 Tinggi

Sumber: angket penelitian (diolah)

(58)

bahan pembelajaran, menggunakan alat/media pembelajaran, menggunakan metode, memberi kesempatan pada siswa, menyimpulkan materi, dan memberikan tindak lanjut. Adapun gambaran melaksanakan pembelajaran dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut.

Gambar 4.9

Indikator Melaksanakan Pembelajaran

Berdasarkan Gambar 4.9 di atas terlihat bahwa skor capaian variabel kinerja guru untuk dimensi melaksanakan pembelajaran yang termasuk dalam kategori rendah adalah indikator nomer 41 yaitu menyampaikan apersepsi, nomer 42 yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran, nomer 45 yaitu menggunakan alat/media pembelajaran, dan nomer 46 yaitu menggunakan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Dari 9 item pernyataan, skor capaian terendah terlihat ketika responden menjawab pernyataan nomer 46 yaitu menggunakan metode pengajaran yang kreatif dan inovatif sesuai dengan kebutuhan siswa, hal ini dimungkinkan karena guru tersebut masih menggunakan metode ceramah dan diskusi dalam proses pembelajaran. Padahal metode tersebut merupakan metode yang sudah lama digunakan, sehingga terkadang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan siswa.

Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah Sedang Tinggi Tinggi

(59)

3. Mengevaluasi Pembelajaran

R = 2,3 = 2 Keterangan:

R = Panjang rentang

Bmaks = Bobot maksimum jawaban

Bmin = Bobot minimum jawaban

Setelah melalui cara diatas, kemudian pembobotan dibagi ke dalam tiga tingkatan berdasarkan pengklasifikasikan diatas, dimulai dari tingkatan terendah ke tingkatan tertinggi dengan panjang rentang diatas yaitu 2. Adapun klasifikasi nilai bobot standar yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Nilai Bobot Standar

Nilai Bobot Kategori

78 – 80 Rendah

81 – 83 Sedang

84 – 86 Tinggi

Sumber: angket penelitian (diolah)

(60)

Gambar 4.10

Indikator Mengevaluasi Pembelajaran

Berdasarkan Gambar 4.10 di atas terlihat bahwa skor capaian variabel kinerja guru untuk dimensi mengevaluasi pembelajaran yang termasuk dalam kategori rendah adalah nomer 52 yaitu evaluasi dilaksanakan sesuai dengan bahan pembelajaran, nomer 54 yaitu mengadakan pengajaran pengayaan, dan nomer 55 yaitu melaksanakan pembinaan sikap kepada siswa. Dari 6 item pernyataan, skor capaian terendah terlihat ketika responden menjawab pernyataan nomer 54 yaitu melaksanakan pengajaran pengayaan sebagai tindak lanjut terhadap hasil evaluasi. Hal ini dimungkunkan karena guru tersebut hanya mengadakan remedial kepada siswa yang belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal sebagai tindak lanjut terhadap hasil evaluasi, sehingga siswa belum mendapatkan pengajaran pengayaan dari guru tersebut tentang materi yang belum mereka kuasai.

4.1.3.2 Lingkungan Fisik (X1)

Untuk mengukur lingkungan fisik peneliti menggunakan instrumen kuesioner yang sudah disusun dalam bentuk skala likert yang terdiri dari 5 indikator lingkungan fisik yang dijabarkan masing-masing ke dalam 9 pernyataan. Untuk mengetahui gambaran empirik dari variabel lingkungan fisik (X1) terlebih

81 85 79 84

78 79

70 75 80 85 90

Sedang Tinggi Rendah Sedang Rendah Rendah

(61)

dahulu dibuatkan skala penilaian dan penafsiran data variabel lingkungan fisik seperti berikut ini:

R = 6 Keterangan:

R = Panjang rentang

Bmaks = Bobot maksimum jawaban

Bmin = Bobot minimum jawaban

Setelah melalui cara diatas, kemudian pembobotan dibagi ke dalam tiga tingkatan berdasarkan pengklasifikasikan diatas, dimulai dari tingkatan terendah ke tingkatan tertinggi dengan panjang rentang diatas yaitu 6. Adapun klasifikasi nilai bobot standar yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Nilai Bobot Standar

Nilai Bobot Kategori

72 – 78 Rendah

79 – 85 Sedang

86 – 92 Tinggi

Sumber: angket penelitian (diolah)

(62)

Gambar 4.11

Indikator Variabel Lingkungan Fisik

Berdasarkan Gambar 4.11 di atas terlihat bahwa skor capaian variabel lingkungan fisik yang termasuk dalam kategori rendah adalah nomer 3 yaitu Media pembelajaran membantu proses pembelajaran, nomer 4 Media pembelajaran berbasis teknologi, dan nomer 6 yaitu Sekolah memiliki tempat parkir khusus. Dari 9 item pernyataan, skor capaian terendah terlihat ketika responden menjawab pernyataan nomer 4 yaitu media pembelajaran berbasis teknologi. Hal ini terjadi karena pada kenyataannya di lapangan masih terdapat beberapa sekolah yang belum menyediakan media untuk membantu peserta didik dalam belajarnya seperti infocus ataupun OHP dan alat peraga lainnya untuk menunjang proses pembelajaran. Padahal media pembelajaran merupakan alat yang digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi. Dalam hal ini alat yang digunakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan mengajar dan dapat digunakan secara efektif.

80 79 77 72 81 76 85 90 79

0 20 40 60 80 100

Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Tinggi Sedang

(63)

4.1.3.3 Lingkungan Sosial (X2)

Dalam penelitian ini, lingkungan sosial diukur dari semua responden penelitian yaitu 26 orang guru ekonomi. Untuk mengukur lingkungan sosial, peneliti menggunakan instrumen kuesioner yang sudah disusun dalam bentuk skala likert yang terdiri dari 3 indikator dan dijabarkan ke dalam 7 pernyataan. Untuk mengetahui gambaran empirik dari variabel lingkungan sosial (X2) terlebih

dahulu dibuatkan skala penilaian dan penafsiran data variabel lingkungan sosial seperti berikut ini:

R = 6 Keterangan:

R = Panjang rentang

Bmaks = Bobot maksimum jawaban

Bmin = Bobot minimum jawaban

Gambar

Tabel 3.4 Kriteria Harga Koefisien Korelasi
Tabel 3.5 Uji Statistik Durbin-Watson
Gambar 4.1 Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Cimahi
Gambar 4.2  Jumlah Peserta Didik di Kota Cimahi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Atas dasar pertimbangan, bahwa para pegawai negeri selaku petugas negara tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri tempat tinggalnya, yang terikat oleh tempat

(1) Setelah semua peta-pendaftaran dari sesuatu desa disahkan menurut pasal 5 ayat (3), pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah yang belum dipeta dalam

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Densitas Latihan Kecepatan 3x, 4x dan 5x dalam Satu Minggu Terhadap

Katalog buku merupakan suatu daftar yang berisi informasi buku yang dilakukan secara berurut, dapat berdasarkan kode buku tersebut, nama pengarang, judul buku dan nama penerbit.

4.2 Perubahan Sikap Warga Belajar Sebelum dan Sesudah Mengikuti Pelatihan Tata Rias Pengantin Sunda Putri di LPK Tisaga Caterias ...154.. Surat Keputusan Direktur Program

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sibling rivalry yang terjadi pada anak kembar yang berbeda jenis kelamin, faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya

[r]

1.IT.02 Layanan Statutory (Sertifikasi) 1.IT.03 Layanan Voluntary (General Inspection) 1.IT.04 Layanan OCTG (Oil Country Tubular Goods) 5.07.13 Layanan Penyediaan Tenaga Kerja