PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MULTIKULTURALISME PENGARUHNYA TERHADAP RADIKALISME ATAS NAMA AGAMA
(Studi Deskriptif dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh
GINA LESTARI 0907334
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MULTIKULTURALISME
PENGARUHNYA TERHADAP RADIKALISME ATAS NAMA AGAMA
(Studi Deskriptif dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas
Pendidikan Indonesia)
Oleh
Gina Lestari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Gina Lestari 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
GINA LESTARI
PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MULTIKULTURALISME PENGARUHNYA TERHADAP RADIKALISME ATAS NAMA AGAMA
(Studi Deskriptif dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Prof.Dr. H. Dasim Budimansyah, M. Si NIP. 19620316 198803 1 003
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M. Ed. NIP. 19410715 196703 1 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan,
SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL 31 JANUARI 2013. PANITIA UJIAN SIDANG TERDIRI ATAS:
KETUA :
Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M. Si. NIP. 19700814 199402 1 001 SEKRETARIS :
Syaifullah, S. Pd., M. Si.
NIP. 19721112199903 1 001
PENGUJI TERDIRI ATAS:
PENGUJI I :
Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed. NIP. 19630820 198803 1 001 PENGUJI II :
Dr. Cecep Darmawan, S.Pd.S.IP.M.Si. NIP. 19690929 199402 1 001 PENGUJI III :
ABSTRAK
Gina Lestari, PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MULTIKULTURALISME PENGARUHNYA TERHADAP RADIKALISME ATAS NAMA AGAMA (Studi Deskriptif dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia).
ABSTRACT
Gina Lestari, STUDENTS' PERCEPTIONS OF MULTICULTURALISM
EFFECTS ON RADICALISM IN THE NAME OF RELIGION (Descriptive Study of Civic Education in the Context in Indonesia University of Education).
DAFTAR ISI
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitain ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
1. Secara Teoritis ... 10
2. Secara Praktis ... 10
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
A. Teori dan Konsep Persepsi ... 13
1. Pengertian Persepsi ... 13
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 16
3. Proses Persepsi ... 17
B. Eksistensi Multikultural di Indonesia ... 23
1. Konsep Multikulturalisme ... 23
2. Agama, Budaya dan Multikultural ... 31
3. Indonesia Sebagai Negara Multikultur ... 47
4. Bhineka Tunggal Ika sebagai Ciri Multikultural Indonesia .... 59
C. Fenomena Radikalisme di Indonesia ... 67
1. Agama dan Radikalisme ... 32
2. Keterkaitan Radikalisme Atas Nama Agama dengan Terorisme 79 3. Munculnya Radikalisme Atas Nama Agama di Indonesia ... 90
4. Faktor-Faktor Radikalisme Atas Nama Agama di Indonesia . 109 D. Faham Radikalisme Atas Nama Agama dan Eksistensi Multikulturalisme dalam Perhatian PKn ... 121
1. Perhatian PKn terhadap Faham Radikalisme Atas Nama Agama 121 2. Perhatian PKn terhadap Eksistensi Multikultural ... 135
E. Penelitian Terdahulu ... 154
BAB III METODE PENELITIAN... 158
1. Kuesioner Persepsi Mahasiswa tentang Multikulturalisme (Variabel X) ... 173
2. Kuesioner Persepsi Mahasiswa tentang Radikalisme Atas Nama Agama (Variabel Y) ... 174
G. Operasionalisasi Variabel ... 174
H. Proses Pengembangan Instrumen ... 178
1. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 178
a. Uji Validitas ... 179
2. Tahap Penyusunan Instrumen ... 194
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 194
H. Analisis Data ... 195
1. Reduksi Data (Data Reduction) ... 196
2. Penyajian Data (Data Display) ... 196
3. Kesimpulan (Verifikasi) ... 197
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 199
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 199
a. Asal daerah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia 202 b. Agama yang dianut mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia ... 204
c. Sikap toleransi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia ... 206
2. Persepsi Mahasiswa tentang Multikulturalisme ... 208
3. Persepsi Mahasiswa tentang Radikalisme Atas Nama Agama 231 C. Pengujian Data ... 252
1. Pengujian Validitas Data ... 253
2. Pengujian Reliabilitas Data ... 256
3. Pengujian Normalitas Data ... 259
4. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 261
a. Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung memiliki persepsi yang positif tentang multikulturalisme . 261 b. Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung memiliki persepsi yang negatif tentang radikalisme dalam beragama ... 263
c. Terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi mahasiswa tentang multikulturslisme terhadap persepsi mahasiswa tentang Radikalisme Atas Nama Agama ... 265
5. Koefisien Determinasi ... 269
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 271
1. Kondisi Multikultural di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia ... 271
a. Asal daerah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia 272 b. Agama yang dianut mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia ... 279
c. Sikap toleransi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia 282 2. Persepsi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia tentang Multikulturalisme ... 286
a. Kesadaran Budaya ... 287
b. Sub Nilai Multikultural ... 290
c. Wawasan Multikultural ... 294
3. Persepsi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia tentang Radikalisme Atas Nama Agama ... 299
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 320
A. Kesimpulan ... 320
B. Saran ... 321
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Profil Singkat Lima Organisasi Islam Garis Keras di Indonesia ... 101
Tabel 2. 2. Data Peristiwa Pemboman di Indonesia 1999-2009 ... 102
Tabel 2. 3. Daftar pemboman dan peledakan berkaitan dengan JI sejak 1999 104 Tabel 2. 4. Faktor-Faktor Penyebab Lahirnya Radikalisme Atas Nama Agama pada Muslim ... 114
Tabel 2. 5. Nilai-nilai Inti, Perdamaian, Hak-hak asasi manusia, Demokrasi dan Pembangunan Berkelanjutan, dan Nilai-nilai terkait yang Mendukungnya ... 134
Tabel 3. 1. Skala Likert ... 160
Tabel 3. 2. Istrumen Penelitian Bentuk Checklist ... 165
Tabel 3. 3. Responden wawancara ... 165
Tabel 3. 4. Variabel dan Indikator Penelitian ... 166
Tabel 3. 5. Jumlah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2009, 2010 dan 2011 Tahun Akademik 2011/ 2012 ... 177
Tabel 3. 6. Penghitungan jumlah sampel berdasarkan fakultas ... 180
Tabel 3. 7. Populasi dan sampel penelitian dengan rumus Isaac dan Michael 181
Tabel 3. 8. Responden wawancara ... 184
Tabel 3. 9. Tabel Analisis Soal Untuk Perhitungan Validitas... 190
Tabel 3. 10. Validitas Instrumen Kuesioner... 191
Tabel 3. 11. Reliabilitas Instrumen Kuesioner ... 192
Tabel 4. 1. Jumlah Mahasiswa UPI yang Dinyatakan Masih Aktif ... 201
Tabel 4. 2. Persentase Asal Daerah Mahasiswa UPI Angkatan 2009, 2010 dan 2011 ... 203
Tabel 4. 3. Persentase Agama yang Dianut Mahasiswa UPI Angkatan 2009, 2010 dan 2011 ... 205
Tabel 4. 4. Bobot Jawaban Responden ... 208
Tabel 4. 5. Indikator Kesadaran Budaya “Pengetahuan berbagai kebudayaan yang mempunyai jati diri beserta keunggulannya”. ... 209
warisanbudaya, mengembangkan kebudayaan nasional”. ... 210
Tabel 4. 7. Indikator Kesadaran Budaya “Merawat dan mengembangkan unsur
warisan budaya, mengembangkan kebudayaan nasional”. ... 211
Tabel 4. 8. Indikator Kesadaran Budaya “Merawat dan mengembangkan unsur
warisan budaya, mengembangkan kebudayaan nasional”. ... 212
Tabel 4. 9. Indikator Kesadaran Budaya “Merawat dan mengembangkan unsur
warisan budaya, mengembangkan kebudayaan nasional”. ... 213
Tabel 4. 10. Indikator Kesadaran Budaya “Merawat dan mengembangkan unsur
warisan budaya, mengembangkan kebudayaan nasional”. ... 214
Tabel 4. 11. Indikator Kesadaran Budaya “Merawat dan mengembangkan unsur
warisan budaya, mengembangkan kebudayaan nasional”. ... 215
Tabel 4. 12. Indikator Sub Nilai Multikulturalisme “Menegaskan identitas
kultural”... 217
Tabel 4. 13. Indikator Sub Nilai Multikulturalisme “Mempelajari dan menilai
warisan budaya” ... 218
Tabel 4. 14. Indikator Sub Nilai Multikulturalisme “Menghormati dan memahami
kebudayaan selain kebudayaannya” ... 219
Tabel 4. 15. Indikator Sub Nilai Multikulturalisme “Menghormati dan memahami
kebudayaan selain kebudayaannya” ... 220
Tabel 4. 16. Indikator Sub Nilai Multikulturalisme “Menilai dan merasa senang
dengan perbedaan” ... 221
Tabel 4. 17. Indikator Sub Nilai Multikulturalisme “Memandang perbedaan dalam
masyarakat sebagai kebaikan yang positif untuk dihargai dan
dipelihara” ... 222
Tabel 4. 18. Indikator Wawasan Multikultural “Mengakui perbedaan” ... 223
Tabel 4. 19. Indikator Wawasan Multikultural “Mengakui perbedaan” ... 224
Tabel 4. 20. Indikator Wawasan Multikultural “Memberi tempat terhadap
keragaman” ... 225
Tabel 4. 21. Indikator Wawasan Multikultural “Komunikatif, terbuka, dan tidak
saling curiga” ... 227
Tabel 4. 23. Indikator Wawasan Multikultural “Memberi tempat terhadap
keragaman keyakinan, tradisi, adat, budaya” ... 228
Tabel 4. 24. Indikator Wawasan Multikultural “Memberi tempat terhadap
keragaman keyakinan, tradisi, adat, budaya” ... 229
Tabel 4. 25. Indikator Wawasan Multikultural “Kerjasama sosial dan tolong
menolong secara tulus sebagai perwujudan rasa kemanusiaan” .. 230
Tabel 4. 26. Indikator Absolutisme “Pemahaman yang dangkal terhadap hakikat
ajaran agama, pengetahuan yang setengah-setengah sehingga
mengalami kerancuan konsep” ... 232
Tabel 4. 27. Indikator Absolutisme “Pemahaman yang dangkal terhadap hakikat
ajaran agama, pengetahuan yang setengah-setengah sehingga
mengalami kerancuan konsep” ... 233
Tabel 4. 28. Indikator Absolutisme “Memahami ajaran agama secara tekstual
tanpa memahami kandungan dan maknanya” ... 234
Tabel 4. 29. Indikator Eksklusivisme “Antipati dan memiliki subjektivitas tinggi” 235
Tabel 4. 30. Indikator Eksklusivisme “Kepribadian tertutup, tidak membuka
dialog” ... 236
Tabel 4. 31. Indikator Eksklusivisme “Kepribadian tertutup, tidak membuka
dialog” ... 237
Tabel 4. 32. Indikator Fanatisme “Fanatik organisasi, mengklaim yang paling
benar dan yang lain salah” ... 238
Tabel 4. 33. Indikator Fanatisme “Fanatik kepada keimanan sendiri dengan tidak
didukung oleh rasa toleran dan hati yang lapang” ... 239
Tabel 4. 34. Indikator Fanatisme “Fanatisme terhadap suatu pendapat tanpa
mengakui adanya pendapat lain dan merasa benar sendiri”... 241
Tabel 4. 35. Indikator Ekstrimisme “Sikap keras yang tidak pada tempatnya” 242
Tabel 4. 36. Indikator Ekstrimisme “Mengafirkan orang lain” ... 243
Tabel 4. 37. Indikator Ekstrimisme “Buruk sangka kepada orang lain” ... 244
Tabel 4. 38. Indikator Ekstrimisme “Menguatkan kemungkinan yang buruk
Tabel 4. 39. Indikator Agresivisme “Menggunakan kekerasan untuk mencapai
tujuan” ... 246
Tabel 4. 40. Indikator Agresivisme “Menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan” ... 247
Tabel 4. 41. Indikator Agresivisme “Menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan” ... 248
Tabel 4. 42. Indikator Agresivisme “Melakukan perubahan secara cepat dan menyeluruh tanpa kompromi” ... 249
Tabel 4. 43. Indikator Agresivisme “Menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan” ... 250
Tabel 4. 44. Indikator Agresivisme “Menggunakan kekerasan dalam mengajarka keyakinan atau pemahaman”... 251
Tabel 4. 45. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel X ... 253
Tabel 4. 46. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 255
Tabel 4. 47. Reliabilitas Statistik ... 256
Tabel 4. 48. Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Variabel X ... 257
Tabel 4. 49. Reliabilitas Statistik ... 258
Tabel 4. 50. Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y ... 258
Tabel 4. 51. Uji Normalitas ... 259
Tabel 4. 52. Pengujian Hipotesisi Persepsi Mahasiswa Tentang Multikulturalisme ... 262
Tabel 4. 53. Pengujian Hipotesisi Persepsi Mahasiswa Tentang Radikalisme Atas Nama Agama ... 263
Tabel 4. 54. Korelasi Variabel X dengan Y ... 265
Tabel 4. 55. Matriks Variabel X dengan Y ... 266
Tabel 4. 56. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan ... 267
Tabel 4. 57. Koefisien Model ... 268
Tabel 4. 58. Koefisien Korelasi Pada Koefisien Determinasi ... 270
Tabel 4. 59. Uji Signifikansi ... 270
Tabel 4. 62. Koefisien Determinasi Kesadaran Budaya terhadap
radikalisme atas nama agama. ... 271
Tabel 4. 63. Model Summary ... 272
Tabel 4. 64. Koefisien Determinasi Sub nilai multikultural terhadap
radikalisme atas nama agama ... 272
Tabel 4. 65. Model Summary ... 273
Tabel 4. 66. Koefisien Determinasi Wawasan multikultural terhadap
radikalisme atas nama agama ... 273
Tabel 4. 67. Uji regresi pada indikator kesadaran budaya, sub nilai
multikultural dan wawasan multikultural... 274
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Skema Proses Persepsi De Vito ... 19
Gambar 2. 2. Skema Proses Stimulus Respon ... 20
Gambar 2. 3. Variabel Psikologis di antara Rangsangan dan Tanggapan ... 22
Gambar 2. 4. Keempat komponen dari Religi... 32
Gambar 2. 5. Kerangka Kebudayaan ... 42
Gambar 2. 6. Skema Kerangka Umum Penyebab Terjadinya Kekerasan ... 94
Gambar 2. 7. Peranan Pendidikan dalam Tumbuh Kembangnya Modal Kultural 141 Gambar 2. 8. Diagram Struktur Keilmuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. ... 153
Gambar 3. 1. Sampel Representatif... 162
Gambar 3. 2. Kerangka Berpikir Penelitian ... 167
Gambar 3. 3. Kerangka titik tolak pemikiran penelitia ... 173
Gambar 3. 4. Pola Hubungan Sederhana Antara Variabel ... 176
Gambar 3. 5. Hubungan Variabel Independen-dependen ... 176
Gambar 3. 6. Gambar uji dua pihak ... 186
Gambar 4. 1. Diagram Normal Residu... 260
Gambar 4. 2. Persentase Asal Daerah Mahasiswa UPI Angkatan 2009, 2010 dan 2011 ... 272
Gambar 4. 3. Persentase Agama yang Dianut Mahasiswa UPI Angkatan 2009, 2010, dan 2011 ... 279
Gambar 4. 4. Keterkaitan antara keberagaman, toleransi, sikap menerima, dan hubungan harmonis dalam membentuk multikultural... 285
Gambar 4. 5. Persentasi Persepsi Mahasiswa Tentang Kesadaran Budaya ... 290
Gambar 4. 6. Persentasi Persepsi Mahasiswa Tentang Sub Nilai Multikultural 293 Gambar 4. 7. Persentasi Persepsi Mahasiswa Tentang Wawasan Multikultural 297 Gambar 4. 8. Persentasi Persepsi Mahasiswa Tentang Multikulturalisme ... 298
Gambar 4. 9. Persepsi Mahasiswa yang Negatif Terhadap Absolutisme ... 302
Gambar 4. 12. Persepsi Mahasiswa yang Negatif Terhadap Ekstrimisme ... 310
Gambar 4. 13. Persepsi Mahasiswa yang Negatif Terhadap Agresivisme ... 314
Gambar 4. 14. Persentasi Persepsi Mahasiswa Tentang Radikalisme Atas
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Surat-surat Penelitian
LAMPIRAN II Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian
LAMPIRAN III Hasil Uji Coba Penelitian
LAMPIRAN IV Hasil Pengolahan Data Penelitian
LAMPIRAN V Hasil Wawancara Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Negara Indonesia adalah salah satu negara multikultur terbesar di dunia.
Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosiokultural maupun geografis yang
begitu kompleks, beragam, dan luas. “Indonesia terdiri atas sejumlah besar kelompok-kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain yang masing-masing
plural (jamak) dan sekaligus juga heterogen “aneka ragam” (Kusumohamidjojo, 2000:45)”. Sebagai negara yang plural dan heterogen, Indonesia memiliki potensi kekayaan multi etnis, multi kultur, dan multi agama yang kesemuanya merupakan
potensi untuk membangun negara multikultur yang besar “multikultural
nation-state”. Berdasarkan data sensus Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape, Institute of Southeast Asian Studies
(http://id.wikipedia.org):
Terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia, Proporsi populasi jumlah suku bangsa di Indonesia menurut sensus Tahun 2000 sebagai berikut: Suku Jawa (41,7%), Sunda (15,4%), Tionghoa-Indo (3,7%), Melayu (3,4%), Madura (3,3%), Batak (3,0%), Minangkabau (2,7%), Betawi (2,5%), Bugis (2,5%), Arab-Indo (2,4%), Banten (2,1%), Banjar (1,7%), Bali (1,5%), Sasak (1,3%), Makassar (1.0%), Cirebon (0,9%), dan banyak suku-suku terpencil, terutama di Kalimantan dan Papua dengan populasi kecil yang hanya beranggotakan ratusan orang.
Hasil sensus di atas menggambarkan kekayaan multietnik dan multikultur
yang terdapat di Indonesia. Selain itu, multiagama juga menambah khazanah
tersendiri bagi Indonesia sebagai negara yang besar. “Pada tahun 2010, dari
240.271.522 penduduk Indonesia, terdiri dari kira-kira 85,1% pemeluk Islam,
9,2% Protestan, 3,5% Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4% Buddha
(http://id.wikipedia.org)”. Pemerintah Indonesia secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.
Namun, di luar itu ada beberapa agama dan kepercayaan yang berkembang di
Pluralitas dan heterogenitas yang tercermin dari uraian tersebut diikat
dalam prinsip persatuan dan kesatuan bangsa yang kita kenal dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang mengandung makna meskipun Indonesia berbhinneka, tetapi terintegrasi dalam kesatuan. Kemajemukan yang terintegrasi
dalam kesatuan merupakan keunikan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Bersatu
dalam perbedaan harus disadari oleh setiap orang sebagai suatu kekuatan dan
kerukunan beragama, berbangsa dan bernegara. Akan tetapi, kemajemukan
terkadang membawa berbagai persoalan dan potensi konflik yang berujung pada
perpecahan. Pada dasarnya, bukan hal yang mudah mempersatukan suatu
keragaman tanpa didukung oleh kesadaran masyarakat multikultural.
Keragaman masyarakat multikultural sebagai kekayaan bangsa di sisi lain
sangat rawan memicu konflik dan perpecahan. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Nasikun (2007: 33) bahwa:
Kemajemukan masyarakat Indonesia paling tidak dapat dilihat dari dua cirinya yang unik, pertama secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan, dan kedua secara vertikal ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Analisis di atas membuktikan secara defacto maupun dejure bahwa secara
vertikal maupun horizontal, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang paling
majemuk di dunia, selain Amerika Serikat dan India. Dalam pandangan Geertz
(Hardiman, 2002: 4) mengemukakan bahwa:
Indonesia ini sedemikian kompleksnya, sehingga sulit melukiskan anatominya secara persis. Negeri ini bukan hanya multietnis (Jawa, Batak, Bugis, Aceh, Flores, Bali, dan seterusnya), melainkan juga menjadi arena pengaruh multimental (India, Cina, Belanda, Portugis, Hindhuisme, Buddhisme, Konfusianisme, Islam, Kristen, Kapitalis, dan seterusnya).
Namun, menurut Wakil Ketua MPR RI Lukman Hakim Syaifudin yang
disampaikan dalam Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan pada Jurusan Pendidikan
Kewarganegaraan UPI mengemukakan bahwa “Perbedaan jangan dipandang dengan suatu kacamata yang memisahkan, tetapi seharusnya perbedaan dipandang
bangsa kita bukan hanya berupa sumber daya alam yang melimpah, tetapi juga
warisan kekayaan berupa keanekaragaman budaya dan nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia.
Negara yang memiliki keunikan multientis dan multimental seperti
Indonesia dihadapkan pada suatu dilematis tersendiri yang di satu sisi membawa
Indonesia menjadi bangsa yang besar sebagai multicultural nation-state, tetapi di
sisi lain menjadi ancaman tersendiri, seperti bara dalam sekam yang mudah
tersulut dan memanas. Kondisi ini merupaka suatu kewajaran sejauh
perbedaan-perbedaan disadari dan dihayati keberadaannya sebagai sesuatu yang harus
disikapi dengan toleransi. Namun, ketika perbedaan-perbedaan tersebut
mengemuka dan menjadi sebuah ancaman untuk kerukunan hidup, perbedaan
tersebut menjadi masalah yang harus diselesaikan.
Masyarakat Indonesia yang multikultur, multietnis, dan multiagama,
memiliki potensi yang besar untuk terjadinya konflik antarkelompok, etnis,
agama, dan suku bangsa. Hal ini mulai dikhawatirkan terjadi karena munculnya
beberapa indikasi ke arah yang dikhawatirkan. Salah satu indikasinya yaitu mulai
tumbuh suburnya berbagai organisasi kemasyarakatan, profesi, agama, dan
organisasi lainnya yang berjuang dan bertindak atas nama kepentingan
kelompoknya atau kepentingan lainnya yang dikhawatirkan memicu munculnya
berbagai konflik sosial yang bernuansa SARA (suku, agama, ras dan antar
golongan).
Tumbuh suburnya berbagai organisasi kemasyarakatan, profesi, dan
agama, bahkan munculnya berbagai organisasi radikal yang mengatasnamakan
agama tertentu, serta munculnya berbagai aliran keagamaan merupakan indikasi
nyata potensi konflik bernuansa SARA. Agama yang pada dasarnya merupakan
pedoman hidup bagi manusia yang terdiri atas nilai-nilai kebaikan tidak luput
dijadikan suatu legitimasi oleh pemeluk agamanya menjadi salah satu faktor
pemicu konflik. Kahmad (2009: 151) mengemukakan bahwa:
Munculnya konflik yang berlatar belakang agama pada dasarnya bukan
dipicu oleh ajaran agamanya, tetapi dipicu oleh umat beragama yang menjadikan
agama sebagai legitimasi paling ampuh bagi manusia untuk melakukan suatu
perbuatan, termasuk perbuatan-perbuatan yang memicu konflik. Burhani (2001:
22) mengatakan bahwa “ekstrimisme dan radikalisme banyak menjalar dan agama merupakan medan yang paling subur untuk tumbuhnya tindakan-tindakan itu.
Tidak ada satu kelompok agama pun yang imun atau kebal terhadap masalah ini”. Munculnya konflik baru sebagai manifestasi lahirnya berbagai organisasi
radikal dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya dipengaruhi oleh
paradigma bahwa kelompok lain, golongan lain, atau agama lain adalah salah dan
hanya kelompoknya yang benar. Organisasi radikal ini menjadi ancaman bagi
tatanan masyarakat yang sudah ada serta kepentingan dari kelompok lainnya. Hal
ini menggambarkan semakin berkembang sikap etnosentrisme, yang menganggap
hanya kelompok dan golongannya saja yang paling baik, benar, dan sempurna,
sedangkan kelompok yang lainnya jelek dan salah, serta berbagai kekurangan
lainnya.
Dewasa ini Indonesia sebagai multicultural nation-state dihadapkan pada
persoalan yang mendera dan menggoncang kebhinekaan bangsa yaitu praktek
kekerasan yang mengatasnamakan agama, dari fundamentalisme, radikalisme,
hingga terorisme yang akhir-akhir ini semakin marak di tanah air. Salah satu
konflik komunal yang terjadi yaitu konflik di Maluku pada tahun 1999, menurut
ICG (2002a), van Klinken (2001) dan Thalib (2001) (dalam Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik 2010:140) mengemukakan bahwa:
Kasus Maluku yang dilatarbelakangi kekerasan atas nama agama muncul
dari masalah pribadi yang sepele yang akhirnya berkembang menjadi kekerasan
agama yang menimbulkan korban ribuat orang. Kasus ini merupakan salah satu
kasus kekerasan agama terbesar yang terjadi di Indonesia. Masalah sekecil apapun
yang dilatarbelakangi intoleransi perbedaan-perbedaan ras, suku, maupun agama
berpotensi menjadi konflik besar yang memakan ribuan korban jiwa. Selain kasus
Maluku, kekerasan atas nama agama juga terjadi di Poso Sulawesi tengah yang
bermula pada tahun 1998 hingga menjatuhkan ratusan korban jiwa. Kasus lain
yang terjadi akibat intoleransi adalah munculnya terorisme yang melakukan
pemboman di beberapa wilayah Indonesia.
Menurut ICG (2001, 2002c) dan Tempo (14 Januari 2001, 25 Februari
2001) (dalam Jurnal Ilmu Sosial Ilmu Politik 2010:136) memaparkan bahwa:
“Serangkaian bom meledak dalam waktu yang nyaris bersamaan di dalam atau di
sekitar 38 gereja Katolik dan Protestan di 11 kota di Sumatra, Jawa dan Nusa
Tenggara Barat (NTB)”. Jauh sebelum kasus-kasus kekerasan di atas terjadi,
gerakan-gerakan radikal di Indonesia sudah terjadi sejak 1970an dan 1980an yang
berakar pada gerakan DI/TII yang bergerak di beberapa wilayah Jawa Barat, Jawa
Tengah, Sumatra (Aceh), Kalimantan, dan Sulawesi Selatan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh SETARA Institut yang disusun oleh Ismail Hasani
(2010)mengemukakan bahwa: “Jawa Barat merupakan daerah yangmenjadi basis
perjuangan untuk merebut kekuasaan dan mendirikan Negara Islam melalui
Gerakan Darul Islam. Basis utamanya adalah Garut, Tasikmalaya, Cianjur, dan Ciamis”.
Terorisme dan radikalisme khususnya radikalisme agama merupakan
ancaman tidak hanya bagi multikultur tetapi juga menjadi ancaman bagi Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ironisnya kasus-kasus kekerasan atas nama
agama ini menjadikan mahasiswa sebagai sasaran utamanya. Hal ini terlihat dari
munculnya kasus cuci otak NII pada mahasiswa dibeberapa kampus, hingga kasus
penculikan mahasiswa yang disinyalir dilakukan oleh gerakan NII KW IX yang
terjadi pada pertengahan tahun 2010. Gerakan Negara Islam Indonesia (NII) yang
terjadi terutama di lingkungan kampus. Kasus ini menjadi kecemasan bagi
kampus sebagai lingkungan yang kental dengan dunia pendidikan dan dakwah
kampus.
Kampus merupakan ranah publik dengan mahasiswa dan alumni terkait
kealmamaterannya menjadi sasaran berbagai pengaruh serta infiltrasi paham,
wacana, dan gerakan radikalisme agama dari luar. Menurut Azra
(http://cetak.kompas.com) “Rekrutmen Sel Radikal di Kampus” menyatakan bahwa:
Dari masa ke masa di lingkungan kampus hampir selalu ada kelompok radikal dan ekstrem, baik kanan maupun kiri.Beragam penelitian dan pengakuan mereka yang keluar dari sel-sel radikal dan ekstrem mengisyaratkan, mahasiswa perguruan tinggi umum lebih rentan terhadap rekrutmen daripada mahasiswa perguruan tinggi agama Islam. Gejala ini berkaitan dengan kenyataan bahwa cara pandang mahasiswa perguruan tinggi umum, khususnya bidang sains dan teknologi, cenderung hitam-putih. Mahasiswa perguruan tinggi agama Islam yang mendapat keragaman perspektif tentang Islam cenderung lebih terbuka dan bernuansa.
Menanggapi hal tersebut, menjadi suatu kehawatiran bagi dunia kampus
dalam menghadapi masalah radikalisme agama yang terjadi pada mahasiswa.
Mahasiswa yang dianggap sebagai kaum intelektual justru banyak terjaring oleh
kelompok NII sebagai organisasi gerakan radikal. Menurut Ketua Forum Ulama
Ummat Indonesia (FUUI) KH Athian Ali M (http://www.antaranews.com):
Dari empat kampus ITB, Unpad, Polban dan UPI, Kampus ITB sudah sejak dulu digoyang NII. Mahasiswa ITB menjadi yang terbanyak direkrut sebagai anggota NII oleh aktivitis NII gadungan, data mahasiswa di Kota Bandung yang direkrut NII Gadungan didasarkan pada data yang dimiliki FUUI pada 2002-2003, jumlah mahasiswa ITB yang direkrut oleh NII Gadungan mencapai 200 orang.
Berdasarkan data Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) dari penyelidikan
yang dilakukan organisasi Forum Komunikasi Dakwah Fakultas (FKDF)
(http://kampus.okezone.com), “ada 257 mahasiswa UNPAD terlibat gerakan NII. Data ini diperoleh FUUI justru dari UNPAD, Tapi data 257 mahasiswa itu bukan
Banyaknya mahasiswa yang terlibat dalam kasus radikalisme agama tidak
terlepas dari faktor internal dan eksternal pada mahasiswa. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan oleh penyusun melalui tanya jawab dengan berbagai
kalangan mahasiswa baik kalangan mahasiswa aktifis, mahasiswa rohis, maupun
mahasiswa non aktifis didapat beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang didapat
pada studi pendahuluan yaitu pada dasarnya mahasiswa rawan dimasuki berbegai
ideologi radikal karena secara internal dipengaruhi oleh psikologis. Faktor
psikologis tersebut diantaranya jiwa muda mahasiswa yang memiliki daya kritis
tinggi, hasrat ingit tahu yang tinggi serta masih labilnya emosi yang sulit
terkontrol.
Selain faktor internal tersebut diatas, faktor eksternal sedikit banyak
membawa pengaruh yaitu berupa kondisi kultural dunia kampus yang terbuka dan
mudah dimasuki berbagai ideologi, termasuk ideologi radikal. Hal ini dikarenakan
kampus dan segala kegiatannya cenderung sulit dikontrol mengingat dunia
kampus memberikan kebebasan bagi setiap organisasi ektra maupun intra kampus
untuk melakukan berbagai kegiatan di kampus. Selain itu, gerakan penanaman
ideologi radikal melalui cuci otak pada mahasiswa ini dilakukan dengan
sembunyi-sembunyi atau tertutup dengan menggunakan modus dakwah.
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan diatas, penyusun merasa
ironis dengan fakta yang ada. Oleh karena itu, dirasakan perlu adanya penelitian
yang mengkaji dan menganalisis masalah tersebut secara ilmiah dan logis yang
diharapkan dapat memberikan soludi terkait kasusu radikalisme agama di dunia
kampus. Untuk itu, maka perlu kiranya mencari suatu bentuk upaya pencegahan
terhadap radikalisme agama di kampus yang digali dari mahasiswa sebagai objek
kasus ini. Menurut Azra dalam (http://cetak.kompas.com) “Rekrutmen Sel
Radikal di Kampus” menyatakan bahwa:
mengandung penguatan paham kebangsaan-keindonesiaan dalam berbagai aspeknya.Agama semestinya tak hanya mengulangi ajaran teologis-normatif agama, tetapi juga penguatan perspektif keagamaan-kebangsaan dan diorientasikan untuk penguatan sikap intelektual tentang keragaman agama sekaligus toleransi intraagama dan antaragama serta antara umat beragama dan negara.
Berdasarkan pemaparan Azra diatas, maka pendidikan kewarganegaraan
memiliki peranan penting dalam upaya deradikalisasi di dunia kampus. Melalui
pendidikan kewargaenaraan dengan pendekatan multikultural, toleransi bisa
ditanamkan dalam proses belajar mengajar didunia kampus. Penanaman nilai-nilai
multikultur dalam pendidikan kewarganegaraan akan memberikan pemahaman
kebangsaan- keagamaan yang kuat pada mahasiswa. Pedidikan kewarganegaraan
tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual tetepi juga kecerdasan sosial
karena dalam pendidikan kewarganegaraan terkandung kompetensi
kewarganegaraan yang terdiri dari civic knowledge, civic skill, civic disposition.
Kompetensi kewarganegaraan menurut Branson (Budimansyah dan Suryadi,
2008:33) terdiri atas tiga komponen penting yaitu:
1) Civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara; 2) Civic skill (kecakapan kewarganegaraan), adalah kecakapan intelektual dan partisipatoris warga negara yang relevan; dan 3) Civic disposition (watak kewarganegaraan).
Kompetensi kewarganegaraan tersebut merupakan kompetensi yang
semestinya dimiliki warganegara/ masyarakat multikultur sebagai upaya
pengembangan wawasan multikultural. Menurut Tim Departemen Agama RI
(PKUB: 2003) menyatakan bahwa:
Berangkat dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan suatu
penelitian mengenai persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme pengaruhnya
terhadap Radikalisme Atas Nama Agama. Mengingat mahasiswa menjadi salah
satu sasaran dari tindakan makar radikalisme ini, maka penulis merasa tertarik
untuk mencari tahu bagaimana persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme
pengaruhnya terhadap persepsi mahasiswa tentang Radikalisme Atas Nama
Agama. Dengan demikian, penulis mencoba mencari jawabannya melalui suatu
penelitian berjudul “PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MULTIKULTURALISME PENGARUHNYA TERHADAP RADIKALISME ATAS NAMA AGAMA (Studi Deskriptif dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia)”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian ini
dirumuskan yaitu bagaimana persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme
pengaruhnya terhadap radikalisme atas nama agama? Berdasarkan masalah
penelitian diatas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi keberagaman mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung?
2. Bagaimana persepsi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
tentang multikulturalisme?
3. Bagaimana persepsi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
tentang radikalisme atas nama agama?
4. Bagaimana pengaruh antara persepsi mahasiswa tentang multikulturslisme
terhadap persepsi mahasiswa tentang radikalisme atas nama agama?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan hal utama yang menjadi motif seseorang untuk
melakukan tindakan. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalis
persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme pengaruhnya terhadap radikalisme
1. Mengetahui kondisi keberagaman mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung.
2. Mengetahui persepsi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
tentang multikulturalisme.
3. Mengetahui persepsi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
tentang radikalisme atas nama agama.
4. mengetahui pengaruh antara persepsi mahasiswa tentang multikulturslisme
terhadap persepsi mahasiswa tentang radikalisme atas nama agama.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini berkaitan dengan upaya untuk memperoleh informasi dan
data mengenai persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme pengaruhnya
terhadap radikalisme atas nama agama. sehubungan dengan hal tersebut,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun
secara empiris (praktis). Adapun manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Secara Teoretis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan
baru yang akan berguna bagi perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn),
serta menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang multikulturalisme
dan radikalisme atas nama agama dengan menganalisis, mengkaji, dan
mengungkapkan informasi argumentatif dan teoritik persepsi mahasiswa tentang
multikulturalisme pengaruhnya terhadap pencegahan radikalisme atas nama
agama.
2. Secara Praktis a. Bagi Mahasiswa
1) Meningkatkan wawasan dan pemahaman multikultural sebagai upaya
pencegaran radikalisme atas nama agama.
3) Meningkatkan rasa nasionalisme dan pemahaman empat pilar kebangsaan
(UUD NRI 1945, Pancasila, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika) sebagai
wujud warga negara yang baik.
b. Bagi Dosen
1) Mengembangkan inovasi dalam mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
dengan pendekatan multikultural untuk menanamkan toleransi dalam
keberagaman sebagai upaya deradikalisasi pada mahasiswa melalui proses
belajar mengajar.
2) Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang keberagaman berbangsa
dan beragama untuk menumbuhkan sikap kerukunan dan toleransi dalam
kehidupan sehari-hari.
3) Meningkatkan rasa nasionalisme dan penanaman empat pilar kebangsaan
(UUD NRI 1945, Pancasila, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika) untuk
mencegah masuknya radikalisme agama pada mahasiswa.
c. Bagi Perguruan Tinggi
1) Sebagai motivasi untuk lebih mengembangkan pengetahuan tentang
multikultural mahasiswa dalam rangka menamkan sikap toleransi dan
Bhineka Tunggal Ika.
2) Sebagai bahan pertimbangan bagi peningkatan kualitas pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan pendekatan multikultural
dalam proses pembelajaran di kampus.
3) Sebagai upaya mengembangkan multikultural dalam mencegah
radikalisme atas nama agama di kampus.
4) sebagai bahan pertimbangan dalam pengambil kebijakan khususnya yang
terkait dengan upaya pencegahan radikalisme atas nama agama di kampus.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan penulisan dari
setiap bab dan bagian bab dalam skripsi mulai dari bab satu hingga bab terakhir.
Skripsi ini terdiri atas lima bab, pada bab satu sebagai pendahuluan dipaparkan
penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan anggapan dasar. Pada bab
dua yang merupakan kajian pustaka dipaparkan tentang teori dan konsep persepsi,
eksistensi multikulturalisme di Indonesia, fenomena radikalisme di Indonesia,
paham radikalisme atas nama agama dan eksistensi multikulturalisme dalam
perhatian PKn, penelitian terdahulu serta hipotesis. Pada bab tiga dipaparkan
mengenai pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan data,
operasionalisasi variabel, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian,
pengujian data, tahap penelitian, serta tahap pengolahan dan analisis data. Pada
bab empat dipaparkan mengenai deskripsi lokasi penelitian, deskripsi data hasil
penelitian, pengujian data dan pembahasan hasil penelitian. Sementara itu, pada
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah Universitas Pendidikan Indonesia Bumi
Siliwangi, Bandung. Kampus utama Universitas Pendidikan Indonesia terletak di
Jalan Setiabudi 229 Bandung dengan luas 615.766 m2 ( kurang lebih 61 hektar),
kini sedang diperluas ke arah barat hingga mencapai 75 hektar. Di kampus utama,
Universitas Pendidikan Indonesia memiliki 7 (tujuh) fakultas dan satu Sekolah
Pascasarjana (SPs).
Ketujuh fakultas tersebut adalah: (1) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), (2)
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), (3) Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Seni (FPBS), (4) Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA
(FPMIPA), (5) Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK), (6) Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK), serta (7), Fakultas Pendidikan
Ekonomi dan Bisnis (FPEB).
2. Populasi Penelitian
Keseluruhan dari objek penelitian bisa dikatakan sebagai suatu populasi penelitian. “Populasi berasal dari kata bahasa Inggris population yang berarti jumlah penduduk. Dalam metode penelitian, kata populasi amat populer
digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian” (Bungin, 2010: 99).
Populasi sebagai sasaran suatu penelitian memeliki peran yang sangat
penting dalam penelitian, maka dari itu peneliti harus jeli dalam menentukan
keakuratan populasi. Populasi (Sugiyono, 2011:80) adalah “wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.
Sementara itu, Suharsimi Arikunto (2010: 173) berpandangan bahwa
penelitian dalam hal ini adalah manusia yaitu mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia. “Populasi memiliki parameter yakni bisa terukur yang menunjukkan ciri dari populasi itu” (Zuriah, 2009: 16).
Berdasarkan kategori populasi, populasi dalam penelitian ini merupakan
populasi teoretis (theoritical population) yaitu sejumlah populasi yang
batas-batasnya ditentukan secara kualitatif (Zuriah, 2009: 117). Berdasarkan pada
kategori populasi teoretis, populasi dalam penelitian ini ditentukan batas-batasnya
yaitu mahasiswa (semestar 3, 5, dan 7) angkatan 2009, 2010, dan 2011 di
Universitas Pendidikan Indonesia yang masih aktif dan sedang menempuh jenjang
Sarjana (S1) di semua fakultas di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Sifat populasi dalam penelitian ini adalah “populasi yang bersifat heterogen yaitu populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat dan keadaan yang
bervariasi sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif” (Zuriah, 2009: 117). Gambaran mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang heterogen terlihat dari berbagai fakultas, latar
belakang mahasiswa, prestasi akademik mahasiswa dan ciri-ciri lain dari
mahasiwa yang heterogen satu sama lainnya.
Pertimbangan memilih Universitas Pendidikan Indonesia Bandung karena
mahasiswa UPI terdiri atas sejumlah besar kelompok-kelompok etnis, budaya,
agama, dan lain-lain yang masing-masing plural (jamak) dan sekaligus juga
heterogen (aneka ragam). Selain pertimbangan tersebut, peneliti mengambil
populasi pada mahasiswa semestar 3, 5 dan 7 (angkatan 2009, 2010, dan 2011)
dikarenakan berbagai pertimbangan sebagai berikut:
1. Untuk mahasiswa Semestar 3, 5, dan 7 (angkatan 2009, 2010, dan 2011)
diasumsikan telah mengontrak mata kuliah dasar umum yang bermuatan
pendidikan nilai, moral dan pendidikan akhlak
(hablumminalloh-hablumminannas) yaitu MKDU Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan
Agama (Pendidikan Agama Islam, Kristen, dan agama lain), Mengikuti
Tutorial Pendidikan Agama Islam. Mata kuliah ini penuh dengan pendidikan
mahasiswa telah diperkenalkan dan diberi pemahaman terhadap etika, moral,
akhlak (hablumminalloh-hablumminannas), dan pemahaman kebangsaan
keindonesiaan (Bhenaka Tunggal Ika).
2. Untuk mahasiswa angkatan 2009, 2010, dan 2011 diasumsikan telah
mendapatkan pengalaman organisasi baik tingkat jurusan maupun tingkat
universitas, yang memberi keterampilan (skill) organisasi dan pengalaman
organisasi yang bisa menjadi indikator pemahaman mahasiswa tentang
bagaimana berorganisasi dan berinteraksi dengan mahasiswa lain dari berbagai
latar belakang jurusan, fakultas, daerah, suku, ras, budaya, dan agama yang
berbeda.
3. Untuk mahasiswa angkatan 2009, 2010, dan 2011 diasumsikan telah mengenal
iklim kampus baik secara akademik maupun non akademik, sehingga dapat
menjadi indikator pemahaman mahasiswa tentang iklim dunia kampus baik
secara akademik maupun nonakademik.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BAAK Universitas Pendidikan
Indonesia, dapat dijelaskan bahwa jumlah populasi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jumlah mahasiswa Universitas Pendidikan IndonesiaAngkatan 2009, 2010 dan
2011 Tahun Akademik 2011/ 2012
No Fakultas Jumlah
Mahasiswa
1. Fakultas Ilmu Pendidikan 2836
2. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 2246 3. Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni 3340 4. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
2545
5. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 1873 6. Fakultas Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan 1598 7. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 1486
Jumlah 15924
Alasan peneliti memilih mahasiswa Universitas Pendidikan Indoneisa
Bandung sebagai populasi penelitian dikarenaka berdasarkan pertimbangan
tempat place, Universitas Indonesia memiliki gambaran keberagaman. Hal ini
terlihat dari gambaran mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang
budaya dan daerah yang plural. Selain itu, mahasiswa Universitas Pendidikan
Indoneisa terdiri dari berbagai keilmuan dan agama yang berbeda.
Di samping faktor tersebut, kampus pada dasarnya sangat rawan dimasuki
ideologi dan paham-paham radikal, termasuk tindakan makar atas nama agama.
Universitas Pendidikan Indonesia juga tidak terlepas dari kerawanan munculnya
radikalisme atas nama agama.
3. Sampel Penelitian
Pengambilan sempel dalam penelitian dilakukan agar memudahkan
peneliti dalam mengambil sebagian dari populasi yang ada dengan tetap
mempertahankan keakuratan data yang diperoleh dari populasi yang ada.
Koentjaraningrat (1977: 88) berpandangan bahwa “sudah jelas bahwa dalam suatu
penelitian dalam lapangan apa pun saja, tak mungkin seorang peneliti dapat meneliti dan mengobservasi seluruh jumlah total dari subyek yang ditelitinya.” Pengambilan sampel dalam penelitian merupakan hal yang penting, peneliti harus
menyesuaikan pengambilan sempel dengan keadaan populasi dan jenis penelitian. Sugiyono (2011: 81) mengemukakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Pengambilan sempel dalam suatu populasi harus mempertahankan dan menggambarkan
karakteristik dari populasi yang ada. Sejalan dengan pendapat tersebut, Burhan
Bungin (2010: 102) berpandangan bahwa sampel merupakan wakil dari semua
unit strata dan sebagainya yang ada di dalam populasi. Untuk penjelasan ini
Sampel
Populasi
Gambar 3.1
Sampel Representatif
Sumber: Bungin (2010: 102)
Nasution (2003: 86) berpandangan bahwa “bila populasi terlampau besar kita ambil sejumlah sempel yang representatif. Sempel yang representatif adalah sempel yang mewakili keseluruhan populasi.” Sampling yang representatif adalah sempel yang memberikan keterwakilan dari sifat, karakteristik dan keadaan populasi secara keseluruhan. “Metodologi sampling yang representatif pada dasarnya menyangkut masalah sampling dimanakah ciri-ciri yang terdapat pada
sempel yang terbatas itu benar-benar menggambarkan keadaan sebenarnya dalam keseluruhan dari populasi” (Koentjaraningrat, 1977: 89).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan “random sampling (memilih sampel secara acak) dimana
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu” (Sugiyono, 2011:82).
Pengambilan sampel secara acak pada random sempling bukan berarti tanpa
pertimbangan dan bisa diambil tanpa ketentuan. Nasution (2003: 87)
berpandangan bahwa:
Random sampling memberikan hak yang sama kepada setiap subjek untuk
memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel (Suharsimi, 2012:177). Dengan
teknik ramdom sampling maka diharapkan peneliti bisa mendapatkan data yang
akurat yang diperoleh dari mahasiswa secara acak.
Sesuai dengan keadaan populasi yang berjenjang terdiri dari beberapa
angkatan belajar yang tersebar di beberapa fakultas dan jurusan/ prodi, maka
Random sempling yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional
stratified random sampling yang merupakan pengambilan sampel jika
populasinya memiliki susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Sebagaimana
dikemukakan Sugiyono (2011:82) bahwa “teknik ini (proporsional stratified
random sampling) digunakan bila populasi mempunyai anggota/ unsur yang tidak homogen “heterogen”dan berstrata secara proporsional”.
Ukuran sampel dalam penelitian diambil berdasarkan kaidah penentuan
jumlah sampel berdasarkan teori yang dikembangkan Slovin. Berdasarkan teori
yang dikembangkan teori Slovin, untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, 10%, dengan
rumusan untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui
jumlahnya adalah sebagai berikut (Nazir, 2005: 311):
Keterangan:
S = Ukuran sampel N = Ukuran populasi
e (Bound of Error) = 0,1 (tingkat kesalahan10 %)/ kelonggaran ketelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Akademik Universitas
Pendidikan Indonesia, jumlah mahasiswa program sarjana (Angkatan 2009, 2010
dan 2011) yang masih aktif kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
adalah 15924 orang, maka untuk menetukan sampel dapat dihitung dengan rumus
Pengambilan sampel dalam penelitian ini merujuk pada rumus yang
dikembangkan Slovin dengan mengambil tingkat kesalahan 10%, yang melakukan
perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 10%. Jadi sampel yang
diperoleh mempunyai kepercayaan 90% terhadap populasi. Berdasarkan
penghitungan menggunakan rumus Slovin, maka dari jumlah populasi 15924
orang didapat sampel 100 orang. Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga
harus berstrata. Sugiyono (2011: 89-90) berpandangan bahwa “karena populasi
berstrata, maka sampelnya juga berstrata”. Jadi jumlah sampel berdasarkan jumlah
mahasiswa setiap fakultas dapat dianalisis berdasarkan rumus bagai berikut:
Keterangan:
ni : Jumlah sampel untuk setiap fakultas
n : Jumlah sampel seluruhnya (100%)
Ni : Jumlah populasi setiap fakultas
Dengan menggunakan rumus diatas, maka proporsi sampel untuk setiap
fakultas dapat terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2
Penghitungan jumlah sampel berdasarkan fakultas
No Fakultas Ni : N x 100% Jumlah
1 FIP 2836 : 15924 x 100 17,8 dibukatkan 18 2 FPIPS 2246 : 15924 x 100 14,1 dibukatkan 14 3 FPBS 3340 : 15924 x 100 20,9 dibukatkan 21 4 FPMIPA 2545 : 15924 x 100 15,9 dibukatkan 16 5 FPTK 1873 : 15924 x 100 11,7 dibukatkan 12 6 FPOK 1598 : 15924 x 100 10 dibukatkan 10 7 FPEB 1486 : 15924 x 100 9,3 dibukatkan 9 Sumber: Modifikasi Sugiyono (2011: 90)
Berdasarkan hasil penghitungan diatas, maka populasi dan sampel dalam
penelitian ini dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3
Populasi dan sampel penelitian dengan rumus Isaac dan Michael
No Fakultas Jumlah
Populasi
Jumlah Sampel
1. Fakultas Ilmu Pendidikan 2836 18
2. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 2246 14 3. Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni 3340 21 4. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam 2545 16
5. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 1873 12 6. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan 1598 10 7. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 1486 9
Jumlah 15924 100
Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena memungkinkan
peneliti untuk mengumpulkan data menggunakan teknik kuesioner dan didukung
oleh teknik wawancara. Adapun sampel yang menjadi responden dalam penelitain
Tabel 3.4
Responden wawancara
No Responden
1. Ketua Tutorial Universitas Pendidikan Indonesia 2012 2. Presiden Mahasiswa BEM REMA UPI 2012
3. Ketua UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) 2012
Responden wawancara diatas diambil dengan pertimbangan berdasarkan
tujuan penelitian dan metode penelitian deskriptif yang digunakan. Peneliti
berharap dengan data yang didapat dari berbagai reponden wawancara diatas,
akan menghasilkan data yang kuat dan lengkap. Baik data dari kuesiones maupun
data wawancara, keduanya diharapkan bisa saling memperkuat dan melengkapi
data penelitian, sehingga hasil penelitian lebih sistematis, akurat, kredible, logis,
dan ilmiah sehingga mendukung terhadap metode penelitian deskriptif yang
mendeskripsikan dan menggali data secara mendalam dengan pendekatan
kuantitatif yang bukan berarti pengumpulan datanya berupa angket saja tetapi
dapat juga didukung oleh teknik wawancara jika diperlukan.
B. Desain Penelitian
Penelitian yang baik harus menggunakan metode penelitian yang sesuai
dan menunjang terhadap tujuan dan kegunaan penelitian serta didukung oleh dsain
penelitian yang baik. Dsain penelitian merupakan peta gambaran alur penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Dsain dalam penelitian ini merujuk pada
kehawatiran peneliti netang kasus radikalisme atas nama agama yang masuk ke
dunia kampus pada pertengahan tahun 2009. Hal tersebut memberikan
ketertarikan bagi peneliti untuk mencari tahu bagaimana persepsi mahasiswa
tentang multikulturalisme pengaruhnya terhadap persepsi mahasiswa tentang
radikalisme atas nama agama.
Dengan metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini,
multikulturalisme dan persepsi mahasiswa tentang radikalisme atas nama agama
serta pengaruh persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme terhadap persepsi
mahasiswa tentang radikalisme atas nama agama. Berikut merupakan desain
penelitian yang melandasi penelitian ini, yaitu:
Gambar 3.2
Kerangka Berpikir Penelitian
C. Metode Penelitian
Metodologi sebagaimana dikemukakan oleh Moleong (2007:237) adalah
“suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian”. Dari pengertian tersebut, menegaskan bahwa metodologi adalah suatu pendekatan umum, untuk
mengkaji dan mencari jawaban atas permasalahan dalam penelitian. Sementara
itu, Sugiono (2011: 2) berpandangan bahwa metode penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan”.
Berdasarkan pemaparan di atas, metode penelitian harus memiliki ciri
ilmiah yaitu dilaksanakan berdasarkan tujuan dan kegunaan dengan cara-cara
sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. “Metode penelitian merupakan
metode spesifik pengumpulan data dan analisis data dalam suatu studi” (Emzir,
2009: 26). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif „Description Research‟. Suharsimi Arikunto (2010: 3) memaparkan
bahwa:
Istilah deskriptif berasal dari bahasa Inggris to describe yang berarti memaparkan atau menggambarkan suatu hal misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain. Dengan demikian yang disebut dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.
Metode penelitian deskriptif adalah suatu cara untuk memperolah
pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi. “Penelitian
deskriftip adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,
kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam
bentuk laporan penelitian” (Arikunto, 2010: 3). Metode deskriptif diarahkan untuk
memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau atau kejadian-kejadian secara
sistematis dan akurat. Sejalan dengan pendapat tersebut, Nurul Zuriah (2009: 47)
berpandangan bahwa “penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan
untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara
sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.” Dengan
menggunakan metode penelitian desktiptif, peneliti menganalisis suatu fakta,
kajian, atau gejala dengan sistematis dan akurat sehingga data yang dikumpulkan
selama penelitian menjadi data yang lengkap dan ilmiah.
Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini
adalah agar memudahkan peneliti dalam menganalisis, mengkaji, dan
mengungkapkan informasi argumentatif dan teoritik terkait persepsi mahasiswa
tentang multikulturalisme pengaruhnya terhadap radikalisme atas nama agama
secara lebih mendalam. Dengan pengkajian secara mendalam melalui metode
deskriptif maka diharapkan akan ditemukan pemecahan permasalahan dan
solusi-solusi permasalahan ketika penelitian di lapangan. Penelitian deskriptif yang
sebab akibat yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan (korelasi)
antara persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme terhadap persepsi mahasiswa
tentang radikalisme. Sejalan dengan hal tersebut, Arikunto (2010: 4)
berpandangan bahwa:
Penelitian korelasi „penelitian korelasional‟ adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan, atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam menganalisis
fakta, gejala dan kasus berupa angka-angka dan analisis berupa statistik. Sugiyono
(2011: 7) memaparkan bahwa “metode kuantitatif merupakan metode ilmiah/
scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu kongkrit/empiris,
obyektif, terukur, rasional dan sistematis...data penelitian berupa angka-angka dan
analisis menggunakan statistik.” Pendekatan kuantitatif (Sugiyono, 2011:7)
berpandangan merupakan:
Suatu pendekatan penelitian yang telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, yaitu konkrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis serta secara primer menggunakan paradigma postpositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran, dan observasi serta pengujian teori), menggunakan strategi penelitian, seperti eksperimen dan survei yang memerlukan data statistik.
Secara metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
sebagai pendekatan utama berdasarkan hakikat penelitian kuantitatif, sebagaimana
dikemukakan oleh Sugiono (2008:14) yang berpandangan bahwa “metode yang
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, dengan teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, dengan
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian.”
memengaruhi- dipengaruhi oleh- sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linear...”.
Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini
dikarenakan dengan menggunakan pendekatan ini, peneliti bisa mendapatkan
fakta dan data yang terukur, rasional, dan objektif. “Penelitian kuantitatif banyak
dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap
data tersebut, serta penampilan dari hasilnya” (Arikunto, 2010: 27). Sehingga,
penelitian ini didukung oleh data yang akurat dan terukur, Burhan Bungin (2005:
36) mengemukakan bahwa:
Penelitian kuantitatif dengan fomat deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, serta berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat kepermukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut.
Peneliti berharap fakta dan data yang didapat memiliki kekuatan
konseptual yang didapat melalui pendekatan kuantitatif untuk memperluas
perolehan data. Sehingga diharapkan dapat diperoleh data yang akurat, terukur
dan sistematis sehingga diperoleh data yang lengkap dan akurat.
D. Definisi Operasional
Kerangka pemikiran bertujuan agar tidak terjadi salah pengertian dan
untuk memperoleh kesatuan arti dan pengertian dari judul penelitian ini, perlu
kiranya diberikan penjelasan mengenai istilah yang digunakan dalam judul
penelitian tersebut.
1. Persepsi
Persepsi adalah pengamatan tentang objek-objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli)
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah
pengamatan individu pada suatu informsi atau pesan yang diterimanya secara
inderawi, dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan dimana outputnya
berupa ide, konsep atau keyakinan terhadap sesuatu.
2. Multikultural
Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak) dan
kultur (budaya), KBBI bermakna “bersifat keberagaman budaya”. Secara hakiki, dalam kata ini terkandung “pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik” (Mahfud, 2005:
75). Menurut Azra (Zubaedi, 2012: 54) mengatakan bahwa:
Multikulturalisme adalah gerakan sosio-intelektual yang mempromosikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip perbedaan serta menekankan pentingnya penghargaan pada setiap kelompok yang mempunyai kultur berbeda. Orientasinya adalah kehendak untuk membawa masyarakat dalam suasana rukun, damai, egaliter, toleran, saling menghargai, saling menghormati, tanpa ada konflik dan kekerasan dan tanpa menghilangkan kompleksitas perbedaan yang ada.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa multikultural adalah suatu
keberagaman budaya yang unik yang didalamnya terkandung pengakuan akan
martabat manusia.
3. Radikalisme Atas Nama Agama
Banyak pengamat dan ahli yang mengkaji radikalisme atas nama agama
yang memberikan definisi beragam tentang radikalisme atas nama agama.
Amirsyah (2012: 50) mengemukakan bahwa:
Radikalisme atas nama agama adalah paham yang lebih merujuk pada fenomena pemahaman keagamaan yang keliru, karena melahirkan aksi kekerasan oleh satu kelompok tertentu dengan seolah-olah membawa legitimasi agama di dalamnya.
Qardhawi (2009: 40) berpandangan bahwa “Indikasi radikalisme yang
pendapat lain, fanatik terhadap pemahamannya sendiri tanpa memberikan tempat bagi pendapat lain...”. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa radikalisme atas nama agama adalah suatu paham gerakan dalam agama yang
bertindak secara ekstrem dan menggemakan kekerasan.
E. Anggapan Dasar
Menurut Surakhmad (Arikunto, 2010: 104) menyatakan bahwa anggapan
dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh
penyelidik. Berdasarkan pendapat tersebut, anggapan dasar dalam penelitian ini
dapat dirumuskan, sebagai berikut:
1. Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen
kognisi. Melalui komponen kognisi ini akan timbul ide kemudian konsep
mengenai apa yang dilihat berdasarkan norma yang dimiliki pribadi seseorang
akan terjadi keyakinan (beliefe) terhadap objek tersebut (Mari‟at, 1982: 24).
2. Tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh
karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari
mengubah persepsinya (Sobur, 2003: 447).
3. Pengembangan wawasan multikultural pada setiap unsur dan lapisan
masyarakat hasilnya kelak diharapkan terwujudnya masyarakat tidak saja
mengakui perbedaan, tetapi mampu hidup saling menghargai, menghormati
secara tulus, komunikatif, dan terbuka, tidak saling curiga, memberi tempat
terhadap keragaman keyakinan, tradisi, adat, maupun budaya dan paling utama
adalah berkembangnya kerjasama sosial dan tolong menolong secara tulus
sebagai perwujudan rasa kemanusiaan yang dalam dari ajaran agama
masing-masing, Tim Departemen Agama RI (PKUB: 2003).
4. Dari masa ke masa di lingkungan kampus hampir selalu ada kelompok radikal
dan ekstrem, baik kanan maupun kiri. Mahasiswa perguruan tinggi umum lebih
rentan terhadap rekrutmen daripada mahasiswa perguruan tinggi agama Islam,
5. Ideologi radikal dan teroristik harus dihadapi dengan kontraideologi dan
perspektif keagamaan keIndonesiaan yang utuh. Yang mendesak dilakukan adalah revitalisasi mata kuliah yang bersifat ”ideologis”: Pancasila, Pendidikan Kewargaan, dan Agama, Azyumardi Azra (http://cetak.kompas.com).
Dari anggapan dasar tersebut di atas, penting kiranya bagi peneliti untuk
memaparkan titik tolak pemikiran peneliti yaitu sebagai berikut:
Gambar 3.3
Kerangka titik tolak pemikiran penelitia
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan peneliti untuk mendapatkan data dan
informasi dari responden penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan oleh
peneliti adalah kuesioner kepada mahasiswa angkatan 2009, 2010, dan 2011 dari
semua fakultas di Universitas Pendidikan Indonesia, Bumi Siliwangi. Adapun
instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel persepsi mahasiswa tentang
multikulturalisme dan variabel persepsi mahasiswa tentang radikalisme atas nama