JURNAL
REPRESENTASI NILAI-NILAI FEMINISME LIBERAL DALAM FILM
(Analisis Semiotik Film Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar)
Disusun Oleh :
Gadang Mulyatama Sarasjati
D1214034
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
REPRESENTASI NILAI-NILAI FEMINISME LIBERAL DALAM FILM
(Analisis Semiotik Film Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar)
Gadang Mulyatama Sarasjati
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRACT
Liberal feminism thought emerges as a critique against liberal political theory in which the theory upholds autonomous, equality, moral value and individual freedom values, but is still considered as discriminating the women. The framework of liberal feminism in struggling for society problem focuses on the equal opportunity and right for every individual, particularly woman that is represented in movie entitled Mery Riana: Mimpi Sejuta Dollar.
This research aimed to find out in-depth the liberal feminism represented in a movie entitled Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar, so that the public is expected to get a clear representation on the definition of liberal feminism as an action to
struggle for the women’s right and position equality.
The type of research used was descriptive qualitative one with semiotic analysis, with technique of collecting data through shots of scenes in the movie Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar, containing the elements representing liberal feminism.
Technique of analyzing data used in this research was Roland Barthes’ semiotic
technique in which the author saw the representation of feminism from three points: denotative meaning, connotative meaning, and myth existing in each of scenes and dialogs in the movie.
Pendahuluan
Film merupakan media komunikasi massa (mass communication), yaitu
komunikasi melalui media massa modern yang di dalamnya terdapat pesan
sebagai salah satu kajian ilmu komunikasi. Film merupakan sebuah karya yang
mana di dalamnya terdapat berbagai cerita dari bermacam-macam sisi kehidupan.
Parasineasatau pembuat film memiliki kebebasan dalam berkreativitas membuat
rangkaian cerita sehingga dapat menghasilkan sebuah karya film yang apik. Film
memiliki berbagai macam genre dan ide cerita mulai dari kisah cinta, drama
kehidupan, action, komedi, horor hingga memuat mengenai kritik terhadap
kondisi kehidupan.1
Realitas yang ditampilkan dalam film merupakan sebuah realitas yang
sebenarnya, atau juga berupa realitas imajinasi. Setiap film yang dibuat atau
diproduksi pasti menawarkan suatu pesan kepada para penontonnya. Jika
dikaitkan dengan kajian komunikasi, suatu film yang ditawarkan harusnya
memiliki efek yang sesuai dengan keterkaitan pesan yang diharapkan, jangan
sampai inti pesan tidak dapat tersampaikan dengan baik.
Pada tanggal 24 Desember 2014 yang lalu di Indonesia dirilis film drama
yang mengandung pesan dan alur cerita bukan hanya seputar drama romantika
namun juga bercerita tentang perjuangan hidup seorang wanita di negeri seberang
yaitu Singapura. Film tersebut diangkat dari kisah nyata dan diberi judul “Merry
Riana: Mimpi Sejuta Dollar”. Film ini diadopsi dari Novel Best Seller yang
berjudul Merry Riana dengan beberapa kali cetak karena permintaan pasar yang
selalu meningkat2sedangkan penjualan film ini memang sempat menjadi trending
tropic di twitter karena penontonnya mencapai 250.000 orang dan film tersebut
sempat meraih penghargaan sebagai pemenang di Apresiasi Film Indonesia
1
Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis dan
Framing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002, hlm. 127.
2
commit to user
namun masih tetap kalah dengan jumlah penjualan film-film lain dan prestasi
film-film lainnya. Oleh karena itu film ini dianggap tidak sepopuler novelnya.3
Pada film Merry Riana tersebut mengandung salah satu gerakan
feminisme yaitu feminisme liberal yang dinilai sebagai suatu pandangan untuk
menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual.
Aliran ini dicetuskan oleh Naomy Wolf yang menyatakan bahwa kebebasan dan
kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik.
Setiap manusia mempunyai kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara
rasional, begitu pula pada perempuan. Akar ketertindasan dan keterbelakangan
pada perempuan ialah karena disebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri.
Perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dan
punya kedudukan setara dengan lelaki.4
Selain menggunakan teori feminisme liberal, peneliti menggunakan teori
semiotik Roland Barthes yang mana tidak hanya berdasarkan apa yang terlihat
secara kasat mata saja, namun juga melalui apa yang tersirat dari simbol atau
tanda yang ada. Keberadaan tanda dan simbol itulah yang kemudian berkembang
menjadi asumsi dan berubah menjadi mitos yang memasyarakat. Barthes
menyatakan bahwa ada dua sistem pemaknaan tanda yaitu denotasi dan konotasi.5
(Sobur, 2009: 128).
Rumusan Masalah
Penelitian ini akan berfokus pada bagaimanakah analisis semiotika mengenai
representasi nilai-nilai feminisme liberal dalam film “Merry Riana: Mimpi Sejuta
Dollar”?
3
Haryo Prabancono. Diakses dari http://www.harianjogja.com, diakses pada 27 Agustus pukul 20:57. 4
R. Megawangi,Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender, Bandung: Penerbit Mizan, 1999, hlm. 118-119
5
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimanakah Analisis Semiotik
Representasi Nilai-Nilai Feminisme Liberal Dalam Film “Merry Riana: Mimipi
Sejuta Dollar”.
Tinjauan Pustaka
a. Ilmu Komunikasi
Menurut Wilbur Schrarmm dalam buku “Pengantar Teori Komunikasi”,
komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process), Schramm
menguraikannya demikian: “Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin
communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita
berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu
kebersamaan (commonness) dengan seseorang, yaitu kita berusaha berbagi
informasi, ide atau sikap.6
Dalam studi komunikasi terdapat dua mahzab utama yang sering
digunakan sebagai landasan berpikir dalam penelitian-penelitian berkaitan
dengan fenomena komunikasi. John Fiske, dalam bukunya membagi studi
komunikasi dalam dua mahzab utama, yaitu:7
1) Mahzab proses
Mahzab ini komunikasi dipandang sebagai suatu proses untuk
mempengaruhi perilaku atau state of mind orang lain. Komunikasi akan
dianggap gagal, jika efek tersebut berbeda dari atau lebih kecil daripada
yang diharapkan.
2) Mahzab produksi dan pertukaran makna
Bagi mahzab ini, studi komunikasi adalah studi tentang teks dan
kebudayaan. Metode studinya yang utama adalah semiotika. Pesan
merupakan suatu konstruksi tanda yang melalui interaksinya dengan
6
Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, Yogyakarta: Media pressindo, 2006, hlm. 4 7
commit to user
penerima, kemudian menghasilkan makna. Mahzab ini memfokuskan pada
peranan komunikasi dalam membentuk dan menjaga nilai-nilai serta pada
cara nilai-nilai tersebut memungkinkan komunikasi menjadi bermakna.
b. Film
Film adalah media hiburan yang di dalamnya dapat juga berisi tentang
persuasi atau bujukan. Hal itu dikarenakan film berpengaruh besar bagi
penontonya. Adanya film membuat kita mengenal dunia yang berbeda dan
memberi warna baru sebuah hiburan untuk semua khalayak umum. Film juga
dapat merepresentasikan apa yang termuat dalam sebuah judul film agar dapat
dimengerti oleh khalayak umum. Istilah representasi itu sendiri menunjuk pada
bagaiamana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu
ditampilkan.8
c. Representasi
Representasi merupakan bagian penting dari proses dimana makna
diproduksi dan disampaikan kepada orang lain. Hall menyebutkan bahwa
representasi merupakan “The production of meaning of the concepts in our minds
through language” (Hall 2000, 17) yang berarti bahwa representasi merupakan
produksi makna dalam pikiran kita melalui bahasa. Menurut Stuart Hall ada dua
proses representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang sesuatu
yang ada dikepala kita masing-masing, representasi mental masih merupakan
sesuatu yang abstrak. Kedua, bahasa yang berperan penting dalam proses
konstruksi makna.9
d. Feminisme
Menurut Naomi Wolf, feminisme adalah sebuah teori yang mengisahkan
harga diri pribadi dan harga diri seluruh kaum perempuan. Oleh karena itu
8
Eriyanto.Analisis Wacana, Pengantar Analisis Isi Media, Yogyakarta : LKIS, 2000, hlm. 112. 9
‘menjadi feminis’ mestinya serupa maknanya dengan ‘menjadi manusia’.10
Pengertian lain dari feminisme merupakan gerakan perempuan yang menuntut
persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan pria. Pada dasarnya
tujuan dari feminisme adalah untuk menyamakan kedudukan perempuan dengan
pria karena perbedaan menimbulkanstereotypetentang pria dan perempuan.11
e. Semiotika Roland Barthes
Barthes menyatakan bahwa ada dua sistem pemaknaan tanda: denotasi dan
konotasi. Barthes membedakan dua macam hal tersebut karena ia akan mencari
batasan antara pesan denotatif dan konotatif. Untuk menciptakan sebuah
semiotika konotasi gambar, kedua pesan ini harus dibedakan terlebih dahulu
karena sistem konotasi sebagai semiotik tingkat dua dibangun di atas sistem
denotatif. Dalam gambar atau foto, pesan denotasi adalah pesan yang
disampaikan secara keseluruhan dan pesan konotasi adalah pesan yang dihasilkan
oleh unsur-unsur gambar dalam foto. Rolland Barthes membuat sebuah model
sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes
lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of
signification).12
Metodologi
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
analisis semiotika Roland Barthes yang mana menganalisis menggunakan data-data
yang terdapat dalam Film berupa simbol-simbol, tidak didasarkan pada kuantitas atau
10
Naomi Wolf,Gegar Gender: Kekuasaan Perempuan Menjelang Abad 21, terj. Omi Intan Naomi,
Yogyakarta: Pustaka Semesta Press, 1997, hlm. 87-98. 11
Suharto Sugihastuti,Kajian Sastra Feminis Teori Dan Aplikasinya,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, hlm. 18.
12
commit to user
bilangan banyaknya simbol, tetapi lebih kepada substansi yang terkandung dalam
simbol-simbol dalam film tersebut.
Objek yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Film berjudul “Merry
Riana: Mimpi Sejuta Dollar” dengan mengambil scene-scene sehingga dapat
dikatakan unit analisis yang akan diteliti berupa tanda-tanda yang dapat dilihat
dengan mengunakan Simbol atau lambang yang berupa tokoh, pakaian, warna,
gesture tubuh, gambar, tempat, maupun latar belakang video tersebut; tanda-tanda
linguistik yaitu kata-kata dan kalimat yang terdapat dalam video yang akan diteliti;
penggunaan aspek sinematografi sepertianglekamera maupun ukuran gambar.
Sajian dan Analisis Data
Analisa terhadap film “Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar” yang menjadi
obyek dalam penelitian ini dilakukan dengan mengartikan tanda-tanda dalam film
yang menunjukan adanya feminisme liberal melalui beberapa adegan yang kemudian
dianalisis dengan metode semiotika Barthes yang mana dalam metode tersebut
menggunakan makna konotatif dan denotatif serta mitos yang diteliti melalui tanda
tanda dalam film. Film “Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar” merupakan salah satu
film yang di dalamnya terdapat nilai-nilai feminisme liberal yang mana hal tersebut
digambarkan melalui karakter yang dibangun dari sosok Merry, antara lain sebagai
berikut:
1. Perempuan sebagai feminis menginginkan adanya kesetaraan kesempatan
Gambar 3.1
Merry sedang mengikuti ujian masukNayang University
a. Makna Denotasi
Makna denotasi pada scene ini saat Merry sedang mengerjakan tes
masukNayang University. Hal ini menggambarkan bahwa Merry mendapat
kesempatan yang sama dalam bidang pendidikan sehingga
mempresentasikan nilai feminisme liberal yaitu perempuan sebagai feminis
menginginkan adanya kesetaraan kesempatan dalam bidang pendidikan.
b. Makna Konotasi
Makna konotasi pada scene tersebut dilihat dari pengambilan gambar
yang fokus kepada mimik dan gesture Merry yang sedang duduk dengan
tatapan serius tertuju pada kertas. Dari scene tersebut juga terdapat
backsound yang menambah kesan serius. Berdasarkan scene tersebut
menimbulkan beberapa makna yaitu Merry sedang mengalami kesulitan
atau Merry sedang belajar sesuatu.
c. Mitos
Mitos mengenal perempuan dalam masyarakat yang cenderung
mensubordinat posisi perempuan dalam masyarakat. Beban yang
diletakkan di bahu perempuan tidak jauh dari tanggung jawab keluarga
dalam mengurus rumah tangga (Widiantini, 2014:265). Namun padascene
ini digambarkan Merry sedang berjuang untuk mencapai sesuatu yaitu
commit to user
2. Menyangkal adanya perbedaan intelektual antara laki-laki dan perempuan.
Gambar 3.2
Merry lolos ujian masuk Nayang University
a. Makna Denotasi
Pada scene diatas terdapat yang menampilkan makna denotasi yang
menunjukkan bahwa Merry Riana lolos dalam tes masukNayang University.
Hal ini mempresentasikan nilai feminisme liberal yaitu menyangkal adanya
perbedaan intelektual antara laki-laki dan perempuan.
b. Makna Konotasi
Teknik pengambilan gambar padasceneini dengan caratilt downpada
bagian jari yang menunjuk ke arah tulisan pengumuman dari atas hingga
berhenti pada nama Merry Riana. Tilt down sendiri merupakan bagian dari
teknik pengambilan gambar tilting, gerakan kamera secara vertikal (posisi
kamera tetap di tempat) dari atas ke bawah atau sebaliknya. Pada shoot
berikutnya terdapat teknik pengambilan gambar Two shoot yaitu fokus pada
dua objek. Disini adalah Merry dan Irene fokus pada mimik Merry yang
digambarkan tidak senang menimbulkan makna konotasi bahwa Merry
sedang bersedih, bingung atau mendapat berita buruk.
c. Mitos
Mitos perempuan hanya duduk di rumah saja cukup macak, masak dan
manak. Pendapat tersebut sudah tak berlaku di jaman modern saat ini. seperti
yang dikatakan Fakih, dalam aspek pendidikan prestasi perempuan dalam
Jumlah perempuan yang buta huruf pada dasawarsa terakhir menurun dratis.
Namun pada film ini Merry dibuktikan lolos ujian tes masuk Nayang
University yang mana hal ini membuktikan bahwa Merry adalah perempuan
yang cerdas.
3. Perempuan melakukan hal yng dapat dilakukan laki-laki rata-rata dan
dianggap tidak dapat dilakukan perempuan rata-rata dan juga sebaliknya.
Gambar 3.3
Merry bekerja diSingapore Flyer
a. Makna Denotasi
Scene diatas mempresentasikan adanya nilai feminisme liberal yaitu
karena pekerjaan sebagai Cleaning Service di Singapure Flyer dilihat dari
resiko pekerjaan dan jam kerja itu sendiri.
b. Makna Konotasi
Padasceneini penggambaran makna konotasi tertuju pada musik yang
mengiringi tiap adegan di dalamnya yang mana musik tersebut
menggambarkan aktivitas-aktivitas Merry yang penuh semangat. Musik pada
scene ini adalah musik sendu yaitu musik yang menggambarkan kesedihan
yang mana dapat direpresentasikan bahwa Merry sedang sedih menjalani
pekerjaan barunya sebagai cleaning service sementara itu pada cerita film
tersebut kesedihan dalam shot ini bukan dikarenakan hal tersebut namun
commit to user
c. Mitos
Mitos perempuan bekerja itu tidak kodratnya, namun kodratnya adalah
mengurus rumah. Bekerja masih saja diartikan sebagai kegiatan yang
menghasilkan sesuatu terutama uang yang biasanya dilakukan di luar rumah.
Berdasarkan definisi bekerja mainstream itu, pekerjaan perempuan didalam
rumah atau urusan rumah tangga menjadi beban yang kedua (double burden)
karena stereotiping perempuan sebagai “ratu rumah tangga” masih melekat
meskipun si perempuan aktif diluar rumah.
4. Perempuan sebagai feminis mengkonstruksi ulang peran gender secara
sosial.
Gambar 3.4
Merry menjadi koordinator acara kampus
a. Makna Denotasi
Padasceneini menggambarkan adanya nilai feminisme liberal. Hal ini
karena Merry sebagai perempuan mampu berperan sebagai kunci dari suatu
acara dan memberikan pengaruh bagi teman-temannya baik itu sesama
perempuan maupun laki-laki sehingga didalamnya terdapat konstruksi
gender.
b. Makna Konotasi
Scene ini menggambarkan lebih dari satu persepsi karena gambar
diambil secara terus menerus tanpa adanya dialog hanya diiringi soundtrack
dari Sarah Saputri yang berjudul Kamulah Mimpiku Cintaku sehingga
menimbulkan kesan semangat yang mana hal ini sinkron dengan shot film
acara itu namun disisi lain apabila dilihat dari lirik soundtrack itu sendiri
lirik ini tidak menggambarkan semangat namun hanyalah seputar kehidupan
percintaan sehingga dapat menimbulkan penafsiran lain.
c. Mitos
Mitos padasceneini dilihat ada perbandingan mitos dari segi pakaian
Merry ditampilkan sangatlah berbeda, pada umumnya pakaian wanita adalah
pakaian yang dipakai adalah atasan, rok, dan tas jinjing seperti pada shot
kedua, namun pada shot pertama Merry digambarkan dengan pakaian yang
selama ini dipakai oleh laki laki yaitu atasan kaos, celana jeans dan tas
ransel.
5. Perempuan sebagai feminis menjadi pembuat keputusan yang otonom.
Gambar 3.5
Merry menginvest saham dalam bisnisnya
a. Makna Denotasi
Makna denotasi pada scene ini ialah menggambarkan adanya salah
satu nilai feminisme liberal. Hal ini digambarkan pada saat Merry mengambil
keputusan atas pertimbangan dirinya sendiri tanpa menghiraukan saran dari
Alva untuk menginvest saham dengan jumlah yang cukup besar.
b. Makna Konotasi
Scene yang menggambarkan makna konotasi ialah pada saat adanya
teknik pengambilan gambar Big Close Up Shot yang menampilkan bagian
tubuh atau benda tertentu sehingga tampak besar. Pada shot ini pengambilan
gambar fokus pada layar handphone Merry sehingga sangat jelas
commit to user
Dan dibawahnya terdapat pilihan yes dan cancel. Pada shot ini tidak
ditampilkan saat Merry memilih salah satu pilihan tersebut, sehingga
menimbulkan makna bahwa Merry belum tentu memilih oke dan juga belum
tentu memilih cancel sehingga masih rancu. Padahal dalam denotasinya
Merry memilihoke.
c. Makna Mitos
Perempuan pada mitosnya tidak mempunyai andil besar sebgai
pembuat keputusan, ada pertimbangan-pertimbangan dari pihak laki-laki yang
dinilai lebih layak untuk dijadikan keputusan tidak seperti yang digambarkan
padascenedi atas.
6. Perempuan sebagai feminis menginginkan adanya kesetaraan kesempatan
dalam bidang ekonomi
Gambar 3.6
Merry interview pada perusahaan asuransi
a. Makna Denotasi
Scene ini menggambarkan makna denotasi Merry diterima kerja pada
sebuah perusahaan asuransi di Singapura sehingga mengandung nilai
feminisme liberal yaitu perempuan sebagai feminis menginginkan adanya
kesetaraan kesempatan dalam bidang pekerjaan.
b. Makna Konotasi
Makna konotasi berawal pada scene ini ditunjukkan dengan adanya
Soundtrack Mimpiku mimpimu mengiringi adegan Merry yang melangkah
berubah, pada scene ini pakaian Merry sangat rapi dan tampak elegan seperti
layaknya pelamar kerja. Gestur Merry ketika berjabat tangan dengan
manager asuransi tampak yakin dan bersemangat. Ketika interview, Merry
sangat optimis itu terlihat dari ekspresi wajah Merry yang selalu tersenyum
setiap menjawab pertanyaan.
c. Mitos
Pada scene ini menggambarkan bahwa Merry berhasil diterima
bekerja pada sebuah perusahaan asuransi dan ditempatkan pada posisi
marketing. Hal tersebut menggambarkan adanya tanda-tanda mitos. Pada
mitosnya wanita dianggap hanya mampu untuk melakukan pekerjaan yang
ringan tanpa adanya tekanan dikarenakan pertimbangan bahwa wanita masih
harus memiliki tanggung jawab lain di dalam rumah seperti mengurus
rumah, keluarga maupun diri sendiri.
7. Membebaskan perempuan dari peran gender yang opresif
Gambar 3.7
Merry wisuda sebagai mahasiswiNayang University
a. Makna Denotasi
Pada scene ini makna denotasi menggambarkan Merry sedang
berpelukan ditengah teman-temannya baik itu laki-laki maupun perempuan
saat wisuda. Hal ini dinilai mempresentasikan nilai feminisme liberal yaitu
commit to user
b. Makna Konotasi
Pada adegan ini tokoh Merry digambakan dengan kostum wisuda
dan toga yang mana hal tersebut dapat menggambarkan makna selain Merry
wisuda namun pemakaian toga dapat dartikan lain bisa saja toga yang
dipakai Merry adalah sebagai atribut foto bersama atau bahkan tiga pada
umumnya juga tidak hanya dikenakan oleh mahasiswa namun oleh para
petinggi dan pendidik universitas maka keberadaan dialog disini harusnya
sangat penting untuk memperjelas makna.
c. Mitos
Merry berhasil menyelesaikan pendikan di tingkat universitas dengan
baik, yang mana dalam mitosnya perempuan tidak menganggap
pendidikan sebagai kebutuhan primer dan hal itu membuat perempuan
pada zaman dahulu tidak ada yang sekolah sampai dengan level
Universitas.
Simpulan
Penelitian ini berusaha untuk meneliti tanda-tanda yang terdapat dalam
scenedengan analisis semiotika Roland Barthes yang mana mengubah tanda-tanda
menjadi makna denotasi, makna konotasi dan mitos untuk mepresentasikan adanya
nilai-nilai feminisme liberal dalam film “Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar”.
Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa Film Merry Riana: Mimpi
Sejuta Dollar memuat nilai-nilai feminisme liberal yang terdapat dalam
scene-scene film dengan menganalisa satu-persatu makna denotasi, konotasi dan mitos
dalam scene untuk menemukan nilai feminisme liberal yang ada.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menemukan berbagai nilai-nilai
feminisme liberal yang ada pada shot-shot film Merry Riana:Mimpi Sejuta
feminisme liberal dan sadar bahwa nilai-nilai feminisme liberal perlu dimengerti
oleh semua kalangan baik itu perempuan maupun laki-laki agar keduanya saling
menghargai dan terciptalah kesamaan dalam kesempatan dan hak tanpa
melupakan kodrat keduanya.
Daftar Pustaka
Fiske, John. 2004.Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra. Hall, Stuart. 2000. Representation; Cultural Representation Sginifying Practices.
London: Sage Publication.
Megawangi, R. 1999. Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender. Penerbit Mizan. Bandung.
Prabancono, Haryo. 2015. http://www.harianjogja.com, diakses pada 27 Agustus pukul 20:57).
Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis dan Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sugihastuti, Suharto. 2002. Kajian Sastra Feminis Teori Dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suprapto, Tommy. 2006.Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta: Media pressindo. Widya Putri, Aditya. 2016.
https://tirto.id/20160821-35/memburu-label-best-seller-304769, diakses pada 27 Agustus pukul 20:52