commit to user
i
Analisis Teknik Dan Kualitas Terjemahan
Kalimat Tanya pada
Subtitle
Film
Sherlock Holmes
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program
Linguistik Minat Utama Linguistik Terapan Bidang Penerjemahan
Oleh:
Ika Oktaria Cahyaningrum NIM.S130809008
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
MINAT UTAMA LINGUISTIK PENERJEMAHAN
PROGRAM PASCASARJANA
commit to user
ii
Analisis Teknik Dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes
Disusun oleh: Ika Oktaria Cahyaningrum
S130809008
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal: 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D Dr. Tri Wiratno, M.A
NIP. 196303281992011001 NIP. 196109141987031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Linguistik
commit to user
iii
Analisis Teknik Dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes
Disusun oleh: Ika Oktaria Cahyaningrum
S130809008
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal: 2013
Jabatan Nama Tanda tangan
Ketua : Prof. Dr. Djatmika, M.A. .……….
Sekretaris : Dra. Diah Kristina, M.A., Ph.D. ………..
Anggota Penguji: 1. Prof. Dr. MR. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D ………..
2. Dr. Tri Wiratno, M.A ………..
Mengetahui,
Direktur Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Ika Oktaria Cahyaningrum NIM : S130809008
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Analisis Teknik
dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes”
adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya yang
terdapat dalam tesis ini diberi tanda citasi dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari pernyataan saya tersebut terbukti tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang
diperoleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 2013
Yang membuat pernyataan,
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan untuk:
Suami dan Putri kecilku tercinta
Bapak dan Ibuku tersayang
Keluarga Besarku yang kubanggakan
commit to user
vi MOTTO
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil „alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT
atas petunjuk, bimbingan, serta pertolonganNYA sehingga penulis bisa
menyelesaikan penelitian ini.
Dengan tulus penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta,
2. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D, Ketua Program Studi
Linguistik Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
sekaligus sebagai pembimbing I yang telah menyediakan waktu,
kemudahan, serta bimbingan dan saran dalam menyelesaikan tesis ini,
3. Dr. Tri Wiratno M.A., selaku pembimbing II yang telah memberikan
waktu, kemudahan dan bimbingan serta sarannya selama proses penulisan
tesis ini.
4. Prof. Dr. Djatmika, M.A. dan Dra. Diah Kristina, M.A., Ph.D. selaku ketua
dan sekertaris tim penguji yang telah memberikan masukan yang berharga
demi perbaikan tesis ini.
5. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana, Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., dan
semua dosen Pascasarjana UNS yang mengampu pada Program Studi S2
Linguistik minat utama Penerjemahan yang telah memberikan
commit to user
viii
6. Semua karyawan perpustakaan dan biro administrasi yang telah memberi
bantuan demi kelancaran penulisan tesis ini,
7. Suami tercinta, putri kecilku tersayang dan kedua orang tuaku yang tak
pernah letih dan lupa dalam memberikan doa, semangat, nasihat, dan
dukungan.
8. Sahabat-sahabat dan teman-teman LP 2009: Mita, Agustin, Prima, Mbak
Beta, Bu Titik, Bu Dewi, Reni, Mbak Fella, Pak Yahya, Mas Bayu, dan
Mas Rahmat yang telah memberikan saran, semangat, inspirasi dan juga
bantuan selama masa kuliah dan proses penulisan tesis, serta semua yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah dan selalu memberikan
bantuan, inspirasi, semangat, dan doa kepada penulis.
Dalam kesempatan ini tidak ada yang bisa penulis sampaikan selain
ucapan terima kasih yang tulus. Teriring doa semoga rahmat dan hidayah Allah
SWT senantiasa tercurah kepada mereka atas kebaikan yang diberikan kepada
penulis. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam
studi penerjemahan.
Surakarta, 2013
commit to user
ix ABSTRAK
Ika Oktaria Cahyaningrum. S130809008. 2013. Analisis Teknik dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes. Tesis. Pascasarjana Program Magister Linguistik, Minat Utama Penerjemahan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pembimbing: (1) Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. (2) Dr. Tri Wiratno, M.A
Seiring dengan perkembangan perfilman yang semakin pesat maka
tuntutan akan adanya terjemahan filmpun semakin tinggi. Penerjemahan subtitle
pada film lebih banyak dinikmati karena tidak mengurangi kualitas dari keaslian film itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan jenis dan fungsi pragmatis kalimat tanya yang terdapat dalam teks bahasa sumber, mengidentifikasi teknik penerjemahan yang digunakan dan mengungkapkan
dampak dari penggunaan teknik tersebut terhadap kualitas subtitle dari segi aspek
keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability), serta keterbacaan
(readabilty).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif terpancang untuk kasus tunggal. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
dokumen yang berupa transkrip film Sherlock Holmes beserta teks terjemahanya
(subtitle) dalam Bahasa Indonesia dan berupa informasi yang didapat dari responden atau rater. Pengumpulan data dilakukan melalui identifikasi teknik dan kualitas dari pengkajian dokumen, penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam. Pemilihan sampel data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Model analisis sesuai dengan model analisis etnografi yang diusulkan oleh Spradley.
Hasil analisis menunjukkan terdapat tiga jenis kalimat tanya yaitu WH
question (51,23%), yes-no question (46,28%), dan alternative question (2,47%). Sebagian besar fungsi pragmatis kalimat tanya pada subtitle tersebut adalah
sebagai rhetoric question dengan prosentase sebesar 56,19% karena tidak saja
untuk menanyakan sebuah informasi semata akan tetapi juga memiliki fungsi untuk mengungkapkan rasa emosional yang lain. Terdapat 11 teknik yang
digunakan dalam menerjemahkan kalimat tanya pada subtitle film Sherlock
Holmes dengan urutan panggunaan teknik sebagai berikut: teknik literal (29,75%), transposisi (16,52%), linguistik kompresi (9,09%), linguistik amplifikasi (8,26%), modulasi dan amplifikasi (7,43%), reduksi (6,61%), partikulasi (4,95%), peminjaman (4,13%), padanan lazim (3,30%), dan kreasi diskursif (2,47%).
Dampak dari penggunaan teknik terhadap kualitas terjemahan dari nilai overall
quality 2, 82 dengan nilai rata-rata keakuratan terjemahan 2, 74, keberterimaan 2,
88 dan keterbacaan 2, 98. Hal ini mengidentifikasi bahwa subtitle film ini
memiliki kualitas keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan yang baik. Teknik penerjemahan yang memberikan kontribusi positif terhadap kualitas terjemahan
untuk kalimat tanya jenis WH question adalah teknik linguistik amplifikasi,
commit to user
x
question terdapat dua teknik yaitu teknik partikulasi dan peminjaman. Sedangkan
untuk jenis kalimat tanya alternative question , keseluruhan teknik memberikan
dampak positif pada kualitas terjemahan yang dihasilkan.
Terdapat ketentuan-ketentuan dalam penerjemahan subtitling yakni berupa pembatasan waktu dan tempat. Adanya ketentuan tersebut, seringkali teknik
penghilangan dan teknik penambahan menjadi solusi dalam menghasilkan subtitle
yang singkat, padat atau bahkan bisa ditambahkan informasi-informasi agar lebih jelas dalam penyampaian pesannya. Di lain pihak, dampak penggunaan teknik ini juga dapat memberikan dampak negatif pada kualitas terjemahan. Dengan kata lain penerjemah dituntut agar lebih cermat lagi dalam menerapkan teknik-teknik tersebut, sehingga dapat menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan mudah difahami
Kata Kunci: subtitle, kalimat tanya, teknik penerjemahan, kualitas terjemahan,
commit to user
xi ABSTRACT
Ika Oktaria Cahyaningrum. S130809008. 2013. Analisis Teknik dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes. Tesis. Pascasarjana Program Magister Linguistik, Minat Utama Penerjemahan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pembimbing: (1) Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. (2) Dr. Tri Wiratno, M.A
The impact of progressing movie‟s development makes increasing movie translation. Subtitling becomes main option because itsn‟t reduce the quality of
the movie it self. The aims of the research are to describing the types and fuctions of questions in source text, identifying the translation tecniques applied, and
discovering subtitle‟s quality as the impact of techniques in terms of accuracy,
acceptability, and readability.
This research is a descriptive, qualitative research, and focuses on a single
case. The source of data is the film transcript of Sherlock Holmes and its subtitle
in Indonesian, and the information collected from respondents/rater. Techniques of collecting data are document analysis, questionnaire distribution, and in-depth interview. During the data collection process, the analysis was also conducted. The model of the analysis was conducted at the same time during the data collection. The model of analysis was ethnographic analysis as proposed by Spradley.
The result of the analysis shows that there are three kinds of questions namely Wh question, Yes-no question and Alternative question. The pragmatics uctions of questions are mostly as rhetorical question with 56,19 %, hence not only use for asking informations but also to show others emotionals. There are 11
kinds of translation tecnique in translating Sherlock Holmes‟s movie. Based on the
frequencies, the techniques are literal translation (29,75%), transposition (16,52%), linguistic compression (9,09%), linguistic amplification (8,26%), modulation and amplification (7,43%), reduction (6,61%), particularization (4,95%), borrowing (4,13%), established equivalent (3,30%), and discursive creation (2,47%). The impact of the application of those translation techniques, toward the translation quality is the overall quality score 2, 82 with the average score of accuracy 2, 74, acceptability 2, 88, and readability 2, 98. These indicate that the subtitle has a good quality. The translation techniques which give the
most positive contribution for the WH question‟s types are linguistic
amplification, amplification, particularization, borrowing, and discursive creation. For Yes-no question types are particularization and borrowing. Alternative question as the last kinds of question types are the types which is all the translation tecniques give positive contributions.
Space factor and time factor are ones of the subtitle‟s rules. In relation
commit to user
xii
suggested to be more carefully on using the tecniques, so that the translator can produce efficient subtitle in terms accurancy, acceptability, and readability translation.
commit to user
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori
2.4. Kalimat Tanya dalam Bahasa Indonesia ... 35
2.5. Kalimat Tanya dan Penerjemahan Pragmatik ... 37
3. Penerjemahan Subtitle ... 39
3.1. Definisi Subtitle ... 39
commit to user
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 59
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian 1. Penggunaan jenis-jenis Kalimat Tanya dan fungsi pragmatis Kalimat Tanya ... 61
1.1. WH question beserta fungsi pragmatis ... 63
1.2. Yes-no question beserta fungsi pragmatis... 66
1.3. Alternative question beserta fungsi pragmatis ... 68
2. Teknik Penerjemahan ... 70
2.1. Teknik Literal ... 71
2.2. Teknik Transposisi ... 72
2.3. Teknik Kompresi Linguistik ... 74
2.4. Teknik Amplifikasi Linguistik ... 75
2.5. Teknik Modulasi ... 76
2.6. Teknik Amplifikasi ... 78
2.7. Teknik Reduksi ... 79
2.8. Teknik Partikulasi ... 80
2.9. Teknik Peminjaman ... 81
2.10. Teknik Padanan Lazim ... 83
2.11. Teknik Kreasi Diskursif ... 84
3. Kualitas Terjemahan ... 85
1. Keakuratan ... 86
1.1. Terjemahan Akurat ... 87
1.2. Terjemahan Kurang Akurat ... 89
2. Keberterimaan ... 92
commit to user
xv
2.2. Terjemahan Kurang Berterima ... 95
3. Keterbacaan ... 97
3.1. Tingkat Keterbacaan Tinggi ... 99
3.2. Tingkat Keterbacaan Sedang ... 100
B. Pembahasan ... 102
1. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis Yes-no question ... 103
2. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis WH question ... 114
3. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis Alternative question... 123
4. Dampak pemakaian teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan Kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes ... 124
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 129
B.Saran ... 131
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Proses Penerjemahan Nida dan Taber ... 14
Gambar 2.2. Proses penerjemahan menurut Suryawinata dan Hariyanto ... 15
Gambar 2.3. Kerangka Pikir... 48
Gambar 3.1. Skema Trianggulasi Data ... 57
Gambar 3.1. Skema Trianggulasi Metode... 57
Gambar 4.1. Diagram Tingkat Keakuratan ... 92
Gambar 4.2. Diagram Tingkat Keberterimaan ... 97
Gambar 4.3. Diagram Tingkat Keterbacaan ... 102
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Contoh kalimat tanya Yes-no question beserta fungsi dan teknik ... 4
Tabel 1.2. Contoh kalimat tanya WH question beserta fungsi dan teknik ... 5
Tabel 1.3. Contoh kalimat tanya WH question beserta fungsi dan teknik ... 6
Tabel 3.1. Skala penilaian keakuratan ... 53
Tabel 3.2. Skala penilaian keberterimaan ... 54
Tabel 3.3. Skala penilaian keterbacaan ... 54
Tabel 3.4. Kalimat yang termasuk ke dalam data penelitian ... 58
Tabel 3.5. Kalimat yang tidak termasuk ke dalam data penelitian ... 58
Tabel 3.6. Klasifikasi jenis, fungsi, dan teknik kalimat tanya ... 58
Tabel 3.7. Analisis penilaian kualitas terjemahan ... 59
Tabel 4.1. Jenis dan fungsi kalimat tanya pada subtitle film SH ... 62
Tabel 4.2. Kalimat tanya WH question ... 63
Tabel 4.3. Kalimat tanya Yes-no question ... 66
Tabel 4.4. Kalimat tanya Alternative question ... 69
Tabel 4.5. Penggunaan teknik dan frekuensi pemakaiannya ... 71
Tabel 4.6. Contoh penggunaan teknik literal ... 72
Tabel 4.7. Contoh penggunaan teknik transposisi ... 73
Tabel 4.8. Contoh penggunaan teknik kompresi linguistik ... 74
Tabel 4.9. Contoh penggunaan teknik amplifikasi linguistik ... 75
Tabel 4.10. Contoh penggunaan teknik modulasi ... 77
Tabel 4.11. Contoh penggunaan teknik amplifikasi ... 78
Tabel 4.12. Contoh penggunaan teknik reduksi ... 79
Tabel 4.13. Contoh penggunaan teknik partikulasi ... 80
Tabel 4.14. Contoh penggunaan teknik peminjaman ... 82
Tabel 4.15. Contoh penggunaan teknik padanan lazim ... 83
Tabel 4.16. Contoh penggunaan teknik kreasi diskursif ... 84
Tabel 4.17. Contoh terjemahan akurat ... 87
Tabel 4.18. Contoh terjemahan kurang akurat ... 89
Tabel 4.19. Contoh terjemahan berterima ... 93
Tabel 4.20. Contoh terjemahan kurang berterima ... 95
Tabel 4.21. Contoh keterbacaan tinggi ... 99
commit to user
xviii
Tabel 4.23. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi kalimat tanya
yes-no question ... 104 Tabel 4.24. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi kalimat tanya
WH question ... 115 Tabel 4.25. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi kalimat tanya
Alternative question ... 124 Tabel 4.26. Dampak pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian Kualitas Terjemahan Subtitle
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Film merupakan salah satu media massa dalam bentuk audio visual yang
digunakan untuk merefleksikan realitas sekaligus menyampaikan suatu informasi
yang dapat dikomsumsi secara mendalam. Allen dan Gomery dalam bukunya
Film History Theory and Practice, film merupakan sebuah penggambaran dari
kondisi sosial sebuah masyarakat, film tersebut diwujudkan dalam bentuk gambar
dan suara sedangkan tema dan cerita berasal dari sebuah penggambaran kondisi
masyarakat itu sendiri (1985:158). Pengertian film kini juga diartikan sebagai
sebuah genre dalam kesenian karena film atau rekaman gambar bergerak dapat
pula ditemukan berbagai jenis seni yang direkam.
Perkembangan film yang semakin pesat mengakibatkan timbul tuntutan
akan adanya terjemahan film yang berkualitas. Terdapat dua jenis terjemahan film
yakni subtitling dan dubbing, keduanya merupakan hasil terjemahan dari suatu
produk film atau proses pengalihan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran yang
berbentuk audio visual. Boordwell & Thompson (1990:409) mengatakan “The
most two common form of screen translation are dubbing and subtitling”. Lebih
lanjut Thomson mengatakan “Dubbing as the process of replacing part or all of
the voices on the sountrack in order to correct mistakes or rerecord dialog”.
commit to user
proses menggantikan suara untuk membetulkan kesalahan-kesalahan yang ada dan
merekam kembali dialog tersebut. Subtitling sedikit berbeda dengan dubbing.
Lebih lanjut Gambier (1993:276) mengatakan “Subtitling is one of two possible
methods for providing the translation of a movie dilaogue, where the original
dialogue soundtrack is left in place and the translation is printed along the bottom
of the film. Dengan kata lain subtitling adalah terjemahan dialog film yang di
tuliskandi bagian bawah pada film tersebut. Dari kedua istilah, dapat disimpulkan
bahwa subtitling dan dubbing sama-sama merupakan suatu proses penerjemahan
dengan mengalihkan pesan dengan cara yang berbeda yaitu dengan sebuah teks
terjemahan tulis yang dimunculkan di bagian bawah layar dan penggantian audio
bahasa sumber ke bahasa sasaran melalui sulih suara dengan baik dan benar.
Pembuatan subtitle sebuah film bukanlah pekerjaan yang mudah karena
dibatasi ruang dan waktu. Profesi penerjemah merupakan profesi yang menuntut
rasa tanggung jawab yang tinggi karena penerjemah adalah pihak yang
menjembatani antara dua budaya yang berbeda. Dalam hal ini, seorang
penerjemah harus paham terhadap film dan konteks yang akan diterjemahkan.
Penerjemahan subtitle lebih banyak diminati karena proses pengalihan pesannya
lebih terasa alami tanpa mengantinya dengan proses sulih suara, sehingga film
yang diminati tidak berkurang kualitasnya, dari segi kealamian suara pada film
tersebut. Dalam menerjemahkan film, kontek situasi dan pemahaman lintas
budaya merupakan bekal utama yang harus dimiliki oleh penerjemah dalam
melakukan pekerjaanya. Film terdapat banyak percakapan yang dimainkan oleh
commit to user
perintah, kalimat tanya dan lain-lain. Sebuah percakapan tidak lepas dari unsur
bertanya dan menjawab, oleh karena itu penulis akan menfokuskan penelitian
pada penerjemahan kalimat tanya dari subtitle film berjudul Sherlock Holmes.
Sherlock Holmes adalah sebuah karya film hasil produksi Wanner Bros
salah satu production house terkemuka di Amerika Serikat, yang menceritakan
sebuah petualangan detektif terkenal Sherlock Holmes yang berasal dari cerita
abad pertengahan di negara Inggris dengan kemampuannya dalam memecahkan
berbagai macam kasus. Setelah dikaji subtitle tersebut, banyak terdapat kalimat
tanya karena latar belakang film tersebut adalah seorang detektif yang lebih
banyak melakukan investigasi, sehingga terdapat banyak percakapan dalam
bentuk tanya jawab dalam dialog. Kalimat tanya merupakan kalimat yang
mengharapkan adanya jawaban secara verbal, jawaban itu dapat berupa
pengakuan, keterangan, alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca
(Chaer, 2009:189). Setelah dikaji lebih lanjut, kalimat tanya dalam bahasa Inggris
terdapat berberapa jenis, tidak hanya berupa yes-no question atau wh question
saja, untuk jenis yes-no question masih terbagi menjadi beberapa macam. Selain
jenisnya juga terdapat fungsi pragmatis yang terkandung dalam kalimat tanya dan
diterjemahkan menjadi bentuk yang lain dalam bahasa Indonesianya. Fokus
permasalahan disini adalah terdapat beberapa kalimat tanya dalam bahasa Inggris
yang berbeda penggunaanya dengan bahasa Indonesia. Pada penerjemahannya
dalam bahasa Indonesia tidak jarang terdapat perubahan struktur ataupun
perubahan makna kalimat. Pemilahan data berupa jenis dan fungsi kalimat tanya
commit to user
Pengunaaan teknik penerjemahan sangatlah mempengaruhi terhadap kualitas
terjemahan yang dihasilkan. Adanya pemakaian teknik seperti teknik reduksi
ataupun penambahan informasi seperti penggunaan teknik amplifikasi menjadikan
ketidaksepadanan makna karena tidak sesuai dengan konteks dari percakapan itu
sendiri. Faktanya aturan baku dalam kebahasaan tidak selamanya diterapkan
dalam bahasa percakapan langsung atau percakapan bahasa sehari-hari. Film ini
merupakan penggambaran ragam budaya termasuk penggunaan bahasa dari para
pelakunya, yang biasanya di setting berdasarkan daerah dan karakter yang
digambarkan dalam film tersebut merupakan refleksi kebiasaan sehari-hari dalam
kehidupan nyata. Untuk memperjelas uraian diatas, berikut ini beberapa contoh
kalimat yang diambil dari film SherlockHolmes yang selanjutnya akan disingkat
menjadi SH.
Tabel 1.1 : Contoh Kalimat Tanya Yes-no question
No data Bsu Bsa
036 Shall we? Kita minum sekarang?
Contoh kalimat tanya diatas adalah jenis kalimat tanya yes-no question,
yang kemudian diterjemahkan dalam Bsu menjadi “Kita minum sekarang?”.
Terdapat perubahan makna kata dari kata “shall” yang tidak diartikan menjadi
akan atau mau. Bentuk kalimat tanya diatas diterjemahkan ke dalam bentuk
deklaratif yang berfungsi sebagai kalimat tanya. Terdapat perubahan makna
secara linguistik yang kemudian penyampaian ke dalam Bsanya menjadi lebih
rinci dan jelas. Kalimat ini berbentuk kalimat tanya tetapi pada dasarnya bukanlah
commit to user
sebagai upaya untuk mengalihkan pokok pembicaraan mengulas masa lalu Irene
yang kelam. Konteks situasi pada waktu itu adalah Irene yang merupakan mantan
kekasih dari Holmes datang ke apartemenya dengan tujuan untuk membujuk atau
merayu Holmes agar dapat membantunya memecahkan kasus yang ia tangani.
Holmes masih merasa sakit hati terhadap kelakuanya di masa lampau sehingga ia
menyindir dengan mengulas masa lalunya yang telah Irene perbuat terhadapnya.
Irene mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menawarinya minum bersama.
Teknik yang digunakan dalam kalimat tanya diatas adalah linguistik
amplifikasi, dengan adanya penambahan unsur-unsur linguistik dalam Bsanya
menjadikan terjemahan yang dihasilkan terasa alamiah dan para pembaca dapat
menangkap pesan dengan mudah. Penerapan teknik ini ditujukan agar pesan yang
disampaikan tidak rancu dan membingungkan, hasilnya tentu akan lain apabila
hanya diartikan sesuai dengan kaidah aturan kebahasaan menjadi “Akankah
kita?”, maka akan menghasilkan terjemahan yang terasa kaku dan kurang alami
dikarenakan penyampaian pesan yang kurang terperinci sehingga menghasilkan
terjemahan yang kurang terbaca.
Tabel 1.2 : Contoh Kalimat Tanya Wh question
No data Bsu Bsa
033 How can I help? apa aku bisa membantumu?
Beda halnya dengan contoh (2), yang tergolong dalam bentuk Wh
question, penerjemahan pada kata tanya how tidak selalu dimaknai dengan
bagaimana. Kata tanya how dalam bahasa Indonesia tidak memiliki multi fungsi
commit to user
jarak, lama waktu, usia dan lain sebagainya. Kalimat tanya diatas pada dasarnya
bukanlah suatu pertanyaan, disini pelaku mempunyai tujuan lain yaitu menyindir.
Konteks situasi pada saat itu, Holmes sedang berkunjung ke penjara dimana Lord
Blackwood ada dalam tahanan, dengan adanya peristiwa yang aneh yang terjadi
selama Blackwood dipenjara menjadikan Holmes merasa terganggu dan terusik
kenyamananya. Penekanan pada kalimat diatas adalah bagaimana sindiran
tersebut dapat diungkapkan secara tegas. Kedatangan Holmes menjadikan
Blackwood percaya diri, dia mengutarakan rasa marahnya dengan melontarkan
sebuah sindiran pada Holmes.
Teknik penerjemahan diatas menggunakan teknik transposisi, terdapat
perubahan secara gramatikal, kata tanya how diartikan menjadi apa. Penerapan
teknik transposisi untuk terjemahan kalimat tanya diatas menjadikan terjemahan
terasa kaku dan kurang alamiah. Meskipun pemadanan makna dalam Bsa yang
berbeda akan tetapi tidak begitu mempengaruhi pembaca dalam menangkap pesan
yang disampaikan. Akan lebih akurat lagi apabila penerjemah menerjemahkan
dengan menggunakan teknik literal, tanpa menggeser atau merubah susunan
gramatikalnya menjadi “Bagaiman aku bisa membantumu?”, sehingga pesan yang
disampaikan lebih akurat dengan mengunakan padanan kata yang sesuai.
Tabel 1.3 : Contoh Kalimat Tanya WH question
No data Bsu Bsa
050 What have we got here? Apa ini?
Pada contoh diatas memiliki kesamaan jenis dengan contoh kalimat tanya
commit to user
pergeseran struktur dan susunan kata pada kalimat tanya diatas yang diartikan
kedalam Bsa menjadi “Apa ini?”. Fungsi pragmatis kalimat tersebut termasuk
kedalam Real Question, kalimat tanya yang berfungsi untuk menanyakan
informasi atau mendapatkan keterangan secara langsung, konteks situasi pada saat
itu, dimana Irene yang waktu itu akan dirampok oleh dua orang laki- laki tetapi ia
bisa membela dirinya sendiri dan mengalahkan perampok tersebut. Disertai
dengan kepercayaan diri yang tinggi, ia berganti membalas perampok tersebut
dengan melecehkan sambil mencari-cari barang hasil rampokan yang lain, yang
kemudian ia dapatkan sebuah dompet dari jaket pencuri tersebut dan
mengambilnya.
Teknik yang digunakan pada contoh ini menggunakan teknik linguistik
kompresi, dimana dengan cara mensitesa elemen-elemen linguistiknya menjadi
lebih sederhana lagi pada Bsanya sehingga menghasilkan terjemahan yang alami
dan berterima. Teknik ini diterapkan agar pembaca mampu menangkap pesan
lebih mudah dan lebih ringkas lagi, tanpa mengurangi pesan ataupun makna yang
disampaikan. Selain itu manfaat dari penggunaan teknik ini menghasilkan
terjemahan dalam Bsa terasa lebih sesuai dan juga tidak melanggar kaidah
penulisan subtitle dimana penulisan subtitle tidak boleh lebih dari 40 karakter.
Ketiga contoh diatas dapat diamati bahwa untuk menganalisa
kalimat-kalimat tanya akan lebih mudah bagi seorang penerjemah untuk mengetahui
konteksnya terlebih dahulu. Perlu diperhatikan apabila dalam kalimat tanya
tersebut kehilangan makna atau terdapat ketidaksesuaian antara Bsu dan Bsa maka
commit to user
menjadikan isi juga kualitas dari film tersebut menjadi tidak baik. Penerjemahan
kalimat tanya sebaiknya seorang penerjemah lebih memperhatikan fungsi dari
rhetorical questions untuk memudahkan dalam menerjemahkan
(Larson,1984:236). Seorang penerjemah dianjurkan untuk menentukan terlebih
fungsi dari kalimat tanya itu sendiri, kemudian baru menentukan bentuk
terjemahanya sehingga maknanya akan didapat.
Berdasarkan temuan- temuan diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut lagi mengenai penerjemahan kalimat tanya khususnya pada subtitle film
berjudul SherlockHolmes, yang akan membahas mengenai jenis sakaligus fungsi
kalimat tanya, teknik yang digunakan dalam menerjemahkan kalimat tanya serta
dampak dari penggunaan teknik tersebut terhadap keakuratan, keberterimaan dan
keterbacaan.
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Anik
Nurhaniah (2008) dengan judul “ Terjemahan Kalimat Tanya pada Percakapan di
dalam Novel Remaja Dear No Body ke dalam Bahasa Indonesia”. Peneliti hanya
memfokuskan pada jenis dan fungsi kalimat tanya saja, selain itu peneliti hanya
melihat tingkat kesepadanan makna saja dari kalimat tanya, dengan demikian
peneliti kurang menyentuh aspek yang lain seperti teknik penerjemahannya dan
kualitas terjemahan yang dihasilkan. Peneliti juga mengambil objek penelitian
pada sebuah novel berjudul Dear No Body, di lain pihak, penulis akan meneliti
tidak saja jenis-jenis kalimat tanya juga termasuk fungsi pragmatis yang
terkandung dalam kalimat tanya tersebut. Di samping itu, penulis juga meneliti
commit to user
keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan pada sebuah teks subtitle film berjudul
SherlockHolmes.
B. Batasan Masalah
Agar tujuan dalam pembuatan tesis ini lebih terarah dan terfokus, perlu
diketahui bahwa penulis hanya membatasi mengkaji subtitle yang terdapat dalam
film Sherlock Holmes yang diproduksi oleh Wanner Bross Picture dalam bentuk
film bioskop maupun DVD dengan durasi waktu penayangan rata-rata sekitar 128
menit. Data yang dianalisis berupa dialog; satuan lingual yang terdiri atas kata,
frasa, klausa, dan kalimat tanya yang mengandung teknik penerjemahan, maupun
unsur lain dalam bentuk tertulis yang merupakan bagian dari film tersebut.
Penelitian ini berfokus pada subtitling atau penerjemahan film yang mengandung
kalimat tanya saja dari Bahasa Inggris sebagai bahasa sumber ke dalam Bahasa
Indonesia sebagai bahasa sasaran maka dialog yang tidak mengandung unsur
kalimat tanya tidak diikutsertakan dalam proses analisis.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang uraian diatas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apa sajakah jenis kalimat tanya dan fungsi pragmatis yang terkandung
commit to user
2. Teknik-teknik penerjemahan apa yang digunakan dan alasan yang
mendasari penggunaan teknik tersebut dalam menerjemahkan kalimat
tanya dalam teks subtitle film SH?
3. Bagaimana dampak dari penggunaan teknik-teknik dalam teks subtitle film
SH terhadap keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengidentifikasi, mendeskripsikan dan mengklarifikasi jenis dan fungsi
kalimat tanya yang terdapat dalam teks subtitle film SH.
2. Mengidentifikasi, mendeskripsikan dan mengklarifikasi teknik-teknik
penerjemahan yang digunakan penerjemah beserta alasan yang
mendasari dalam penggunaan teknik tersebut untuk menerjemahkan
kalimat tanya dalam teks subtitle film SH.
3. Mendeskripsikan dampak dari penggunaan teknik terhadap keakuratan,
keberterimaan dan keterbacaan dalam teks subtitle film SH.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Dapat memberikan pengertian dan pemahaman yang mendalam mengenai
gambaran penggunaan jenis dan fungsi kalimat tanya yang terdapat dalam
subtitle film.
2. Dapat memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih detail mengenai
commit to user
penerjemahan kalimat tanya serta dampak yang ditimbulkan terhadap
kualitas terjemahan khususnya kalimat tanya dalam subtitle film.
3. Dapat memberikan pedoman bagi para peneliti lain di bidang
penerjemahan khususnya yang ingin mengadakan penelitian tentang
kalimat tanya dan terjemahanya lebih mendalam lagi mengenai jenis,
fungsi dan teknik serta dampaknya terhadap kualitas terjemahan kalimat
commit to user
12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
1. Penerjemahan
1.1.Definisi Penerjemahan
Menurut Nida dan Taber (1969:12) dalam mendefinisikan penerjemahan
sebagai “reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of
the source language massage, fisrt in terms of meaning and secondly in terms of
style”. Mengartikan penerjemahan adalah usaha mereproduksi pesan dari bahasa
sumber ke dalam bentuk yang paling sepadan dalam bahasa sasaran. Menurut
definisi ini, masalah pilihan kata yang tepat dan sepadan menjadi hal pertama
yang harus dihadapi seorang penerjemah sebelum mempermasalahkan mengenai
bentuknya.
Catford (1965:20) menambahkan translation may be defined as follows:
“the replacement of textual material in one language (Source Language) by
equivalent textual material in another language (Target Language)”. Di sini
Catford menyatakan bahwa penerjemahan dapat didefinisikan sebagai
penggantian bahan tekstual dalam satu bahasa (bahasa sumber/BSu) dengan bahan
tekstual bahasa lain (bahasa sasaran/BSa) yang sepadan.
Selanjutnya Larson (1984:3) dalam hal ini menyatakan bahwa
penerjemahan meliputi kegiatan menerjemahkan BSu ke dalam BSa, yaitu dimulai
commit to user
struktur semantik. Dalam hal ini, maknalah yang dialihkan dan harus dipegang
teguh.
“Translation consists of translating the meaning of the source language into the receptor language. This is done by going from the form of the first language to the form of a second language by way of semantic structure. It is meaning which is being transferred and must be held constant. Only the form changes.”
Lebih lanjut Bell menegaskan pengertian penerjemahan yang hampir
sama dengan Catford, yakni penerjemahan sebagai suatu bentuk pengungkapan
suatu bahasa dalam bahasa lainnya sebagai bahasa sasaran, dengan
mengedepankan semantik dan ekivalensi. “Translation is the expression in
another language (or sasaran language) of what has been expressed in another,
source language, preserving semantic and stylistic equivalences.”(Bell,1991:4-5).
Pengertian penerjemahan menurut Newmark (1981) bahwa
penerjemahan adalah mengkomunikasikan satu pesan dari satu bahasa ke bahasa
yang berbeda. Hampir sama dengan pengertian penerjemahan menurut Nababan
(2003:19-20) bahwa penerjemahan tidak hanya mengalihkan pesan saja tetapi
juga bentuk bahasanya, baik penerjemah karya sastra atau penerjemah karya
ilmiah perlu mempertimbangkan tidak hanya isi berita tetapi juga bentuk bahasa
dalam terjemahan karena pada hakekatnya setiap bidang ilmu mempunyai gaya
bahasa dalam mengungkapnya.
Dari berbagai macam definisi penerjemahan diatas dapat disimpulkan
bahwa penerjemahan adalah proses pengalihan pesan dari bahasa sumber dengan
padanan alami yang sedekat mungkin ke dalam bahasa sasaran dengan
commit to user 1.2.Proses Penerjemahan
Menurut Nida dan Taber, 1969:33 mengatakan bahwa proses
penerjemahan mempunyai 3 tahap. Tahap yang pertama adalah analisis, kemudian
dilanjutkan tahap kedua yaitu pengalihan dan tahap terakhir adalah penyusunan
kembali atau restructuring. Lebih jelasnya, Nida dan Taber (1969)
menggambarkan diagram proses penerjemahan tersebut sebagai berikut:
Source Language Receptor Language
Text Text
Analysis Restructuring
Transfer
Gambar 2.1. Proses Penerjemahan Nida dan Taber (1969:33)
Seorang penrjemah harus dapat menganalisis isi teks yang akan
diterjemahkan dengan hati-hati sekali. Hal ini dikarenakan pada tahap analisis,
seorang penerjemah akan menghadapi beberapa kesulitan. Agar dapat
menangakap isi teks dengan benar, maka seorang penerjemah harus mampu
mengatasi kesuitan-kesulitan yang dihadapinya. Oleh karena itu, dirinya harus
berhati-hati dalam melakukan proses analisis ini.
Dalam melakukan penerjemahan, seorang penerjemah akan menghadapi
beberapa masalah yang timbul akibat perbedaan budaya, antara lainbenturan
budaya, dan ketiadaan padanan leksikal. Benturan budaya terjadi bila suatu istilah
dalam bahasa sumber memiliki nilai yang berbeda dengan istilah yang ada dalam
commit to user
dalam bahasa sumber dengan menyesuaikan bentuk symbol cultural, atau dengan
memberikan tambahan informasi untuk menunjukkan kepada teks bahasa sasaran
bagaimana nilai-nilai cultural yang asli dari istilah tersebut. Jika hal itu tidak
dilakukan, pembaca teks bahasa sasaran akan mendapatkan makna yang salah,
sementara penyampaian makna yang asli menjadi tugas utama seorang
penerjemah.
Lebih lanjut Suryawinata dan Hariyanto (2003:19) menperinci tentang
proses penerjemahan menjadi empat tahap seperti pada bagan proses
penerjemahan di bawah ini:
Gambar 2.2. Proses penerjemahan menurut Suryawinata & Haryanto(2003:19)
Pada bagan diatas, dapat dijelaskan bahwa proses penerjemahan dibedakan
menjadi empat tahap yaitu:
1. Tahap analisis atau pemahaman, dimana pada tahap ini dilakukan suatu
analisa dari Bsu baik itu pada tataran frasa, kata maupun kalimat, selain itu
penerjemah juga harus memahami faktor extralinguistik yang terkait
commit to user
2. Tahap transfer, pada tahap ini penerjemah melakukan pengalihan pesan,
makna maupun isi yang terkandung dalam Bsu ke dalam Bsa. Penerjemah
juga dituntut untuk menemukan padanan kata Bsu dalam Bsa secara lisan
maupun tulis untuk memperoleh terjemahan yang terbaik.
3. Restrukturisasi ialah pengubahan proses pengalihan menjadi bentuk
stalistik yang cocok dengan bahasa sasaran, pembaca atau pendengar
(Kridalaksana dalam Nababan, 2003:28). Pada tahap ini seorang
penerjemah perlu memperhatikan ragam bahasa untuk menentukan gaya
bahasa yang sesuai dengan jenis teks yang diterjemahkan.
4. Tahap evaluasi dan revisi merupakan tahap akhir pada proses
penerjemahan. Setelah menganalisa data yang dilanjutkan pada tahap
transfer dan tahap restrukturisasi maka untuk memperoleh hasil
terjemahan yang baik dilakukan kembali evaluasi. Apabila nantinya
terdapat kekurangan dalam padanan ataupun keselarasan maka
dilakukanlah revisi terjemahan.
1.3.Teknik Penerjemahan
Molina dan Albir (2002:509) mendefinisikan teknik penerjemahan
sebagai prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana
kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan
lingual. Di bawah ini dikemukakan teknik penerjemahan versi Molina dan Albir
(2002: 509-511)
1. Adaptasi (adaptation). Adaptasi adalah teknik penerjemahan dimana
commit to user
mempunyai sifat yang sama dalam Bsa dan unsur budaya tersebut akrab bagi
pembaca sasaran.
Misalkan: kata baseball (inggris) diterjemahkan menjadi futbol (spanyol)
2. Amplifikasi (amplification). Amplifikasi adalah teknik penerjemahan yang
mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi yang implisit dalam
bahasa sumber.
Bsu: What's the major concern?
Bsa : Apa kekhawatiran utama kalian?
3. Peminjaman (borrowing). Peminjaman adalah teknik penerjemahan dimana
penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari Bsu. Peminjaman itu bisa
bersifat murni (pure borrowing) dan peminjaman yang sudah dinaturalisasi
(naturalized borrowing)
4. Kalke (Calcue). Kalke adalah teknik penerjemahan ,dimana penerjemah
menerjemahkan rasa Bsu secar literal.
Contoh: secretariatgeneral diterjemahkan menjadi sekertaris jendral.
5. Kompensasi (compensation). Konpensasi adalah teknik penerjemahan dimana
penerjemah memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh stalistik
teks Bsu ditempat lain dalam teks Bsa.
commit to user
BSa : masuklah, orang asing, tetapi berhati-hatilah terhadap dosa yang
harus ditanggung orang serakah.
6. Diskripsi (description). Diskripsi merupakan teknik penerjemahan yang
diterapkan dengan menggantikan istilah atau ungkapan dengan diskripsi
bentuk dan fungsinya.
Bsu : Panettone (I)
Bsa : The traditional Italian cake eaten on New Year‟s eve (E)
7. Kreasi diskursif (discursive creation). Teknik ini diperkenalkan untuk
menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari
konteks. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan judul buku atau
judul film.
BSu : Shopaholic and Sister
BSa : Si Gila Belanja Punya Kakak.
8. Kesepadanan lazim (established equivalent). Kesepadanan lazim adalah
teknik utu menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim(
berdasarkan kamus atau peggunaan sehari- hari). Teknik ini mirip dengan
penerjemahan harfiah.
BSu : afternoon, miss
BSa : selamat siang, Nona.
9. Generalisasi (generalisation). Realisasi dari teknik ini adalah dengan
mengunakan istilah yang lebih umum atau lebih netral.
Misalnya kata penthouse diterjemahkan menjadi tempat tinggal, becak
commit to user
10.Amplifikasi Linguistik (linguistic amplification). Perwujudan dari teknik ini
adalah dengan menambah unsur-unsur linguistik dalam teks Bsa. Teknik ini
lazim diterapkan dalam pengalihbahasaan secara konsekutif atau dalam sulih
suara (dubbing)
Bsu : Shall we?
Bsa : kita minum sekarang?
11.Kompresi linguistik (linguistics compression). Teknik penerjemahan yang
dapat diterapkan penerjemah dalam pengalihbahasaan simultan atau dalam
penerjemahan teks film, dengan cara mensintesa unsur-unsur linguistik dalam
teks Bsa.
Bsu : what have we got here?
Bsa : Apa ini?
12.Penerjemahan Harfiah (literal translation). Penerjemahan harfiah merupakan
teknik penerjemahan dimana penerjemah menerjemahkan ungkapan kata
demi kata.
Bsu : Tea, Mr. Holmes?
Bsa : Teh, tuan Holmes?
13.Modulasi (modulation). Modulasi merupakan teknik penerjemahan diman
penerjemah mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam
kaitanya dengan teks sumber. Perubahan sudut pandang tersebut dapat
bersifat leksikal atau struktural.
Bsu : So that's, no to the opera then?
commit to user
14. Partikulasi (particulation). Realisasi dari teknik ini adalah dengan
menggunakan istilah yang lebih konkrit atau presisi.
Contoh: air transportation diterjemahkan menjadi helikopter (superordinat
menjadi subordinat)
15.Reduksi (reduction). Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi.
Informasi teks Bsu dipadatkan dalam Bsa.
Bsu : Can you taste the comet?
Bsa : Kau bisa merasakan kometnya ?
16.Subtitusi (subtitution). Subtitusi merujuk pada pengubahan unsur-unsur
linguistik dan paralinguistik (intonasi atau isyarat). Bahasa isyarat dalam
bahasa Arab yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi
terimakasih.
17.Variasi (variation). Realisasi dari teknik ini adalah dengan mengubah
unsur-unsur linguistik atau paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik:
perubahan tona tekstual, gaya bahasa, dialek sosial, dialek geografis. Teknik
ini lazim digunakan dalam menerjemahkan teks drama.
Bsu : Hi girl!
Bsa : Hai Cewek!
18.Transposisi (transposition). Transposisi merupakan teknik penerjemahan
dengan mengubah kategori gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik
pergeseran kategori, stuktur dan unit. Kata kerja dalam Bsu diubah menjadi
commit to user
Bsu : Couldn't you have a longer engagement?
Bsa: Apa kau tidak bisa memperpanjang pertunanganmu?
1.4.Kualitas Penerjemahan
Berikutnya, Nababan (2004) mengusulkan kajian kualitas terjemahan ini
dikaitkan dengan tiga aspek, yakni tingkat keakuratan, tingkat keberterimaan, dan
tingkat keterbacaan.
a. Keakuratan atau ketepatan (accuracy)
Istilah keakuratan (accuracy) dalam evaluasi penerjemahan sering
digunakan untuk menyatakan sejauh mana terjemahan sesuai dengan teks aslinya
(Shuttleworth & Cowie, 1997:3). Keakuratan merupakan kesesuaian atau
ketepatan pesan yang disampaikan antara BSu dan BSa. Akurasi berhubungan erat
dengan padanan. Hal yang menjadi prioritas dalam penerjemahan bukan
kesejajaran formal (formal correspondence) tapi kesepadanan pesan (equivalence)
antara teks BSu dan BSa. Machali (2000:110) menyatakan bahwa ketepatan ini
dapat dilihat dari aspek linguistik (struktur gramatika), semantik, dan pragmatik.
Keakuratan (accuracy) tidak hanya dilihat dari ketepatan pemilihan kata, tetapi
juga ketepatan gramatikal, kesepadanan makna, dan pragmatik.
b. Keberterimaan (acceptability)
Keberterimaan mengarah pada kelaziman dan kealamiahan teks
terjemahan dalam BSa sesuai dengan kaidah dan norma kebahasaan pembaca
BSa. Teks tersebut harus dapat diterima dan dipahami maksudnya oleh pembaca
commit to user
yang membentuk suatu teks terjemahan dan kemudian mengaitkannya dengan
konteks situasi teks tersebut. Istilah keberterimaan (acceptability) ini digunakan
untuk menyatakan ketaatan terjemahan pada aturan linguistik dan norma tekstual
bahasa sasaran (Shuttleworth & Cowie, 1997:2). Toury memberikan gagasan
bahwa suatu terjemahan akan menjadi adequate jika norma yang diikuti berasal
dari budaya dan bahasa sumber, sedangkan terjemahan tersebut disebut berterima
(acceptable) jika norma yang diikuti berasal dari budaya dan bahasa sasaran
(dalam Munday, 2001).
c. Keterbacaan (readibility)
Keterbacaan (readibility), merujuk pada Sakri dalam Nababan (2003:62),
merupakan derajat kemudahan sebuah tulisan untuk dibaca dan dipahami
maksudnya. Suatu teks terjemahan dapat dinilai mempunyai tingkat keterbacaan
yang tinggi jika teks tersebut mudah dibaca dan pembaca dapat menangkap pesan
yang disampaikan, terlepas dari masalah kesesuaian pesan tersebut dengan pesan
yang terdapat dalam teks BSu. Dengan kata lain, pembaca berperan sebagai
subjek yang menentukan tingkat keterbacaan sebuah teks.
Lebih lanjut, tingkat keterbacaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu; panjang rata-rata kalimat, jumlah kata baru, serta kompleksitas gramatikal
bahasa yang digunakan (Richard et al dan Sakri dalam Nababan, 2003). Selain
faktor kebahasaan, tingkat keterbacaan juga dipengaruhi oleh latar pendidikan dan
budaya pembaca sasaran. Terkait dengan subtitle, sebagai sumber data penelitian,
commit to user
Seperti yang diungkapkan oleh Gottlieb dalam Spanakaki (2007) bahwa subtitle
dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif untuk mencapai tingkat keterbacaan
yang tinggi merupakan subtitle yang baik. Legibility mencakup hal-hal seputar
posisi pemenggalan kata dalam satu baris, jumlah panjang baris, ukuran dan
warna huruf, penggunaan tanda baca, typeface serta waktu kemunculan teks.
Readibility terkait dengan penyederhanaan kosakata dan struktur kalimat,
penggabungan dialog-dialog pendek dan penghilangan, serta kecenderungan
untuk menetralkan dialog atau ujaran yang tidak baku menjadi lebih jelas dan
sesuai standart. Secara ringkas, readability lebih mengacu pada
perubahan-perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam pengalihan informasi pada bahasa
sumber agar dapat dipahami oleh pemirsa, sedangkan legibility berhubungan
dengan penampilan (appearance) teks pada layar.
2. Kalimat Tanya
2.1.Definisi Kalimat Tanya
Kalimat tanya pada umumnya digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang sesuatu seperti yang dikemukakan oleh Quirk et al (1985:457) dalam
mendefinisikan kalimat tanya as a sentence that asks for information or a
response. Dengan kalimat tanya seseorang dapat menanyakan berbagai hal
mengenai perasaan, pendapat, tujuan seseorang, kepunyaan dan sebagainya,
dalam hal ini kalimat tanya membantu seseorang untuk mendapatkan informasi
yang diingikanya. Quirk juga menambahkan, Questions are primarily used to seek
information on specific point and (usually) to request the listener to supply this
commit to user
kalimat tanya adalah jenis kalimat yang membalikan sebuah subyek dan kata kerja
pertama dalam frasa ferba, (yes- no questions dalam contohnya,“ Is he
coming?”)diawali dengan kata tanya (WH questions seperti “Where is he?”)atau
yang diakhiri dengan tag questions (seperti contoh “Isn‟t he?”).ada beberapa
kalimat tanya menggunakan nada besar sebagai penekananya (“What are you
DOING?”dengan nada tinggi).
2.2.Jenis Kalimat Tanya
Menurut Quirk, Greenboum, Leech, and Svartvick dalam bukunya A
Grammar of Contempory membagi kalimat tanya menjadi dua kelas yaitu kelas
mayor dan kelas minor ( Quirk et al, 1985:06).
Kelas mayor dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Yes-No questions
Questions that expect affirmation or negation, as in ”Have you finished the book?”
2. WH-questions
Questions that typically expect a reply from an open rage of replies, as in
”What is your name?”
3. ALTERNATIVE questions
Questions that expect as the reply for one of two or more options presented in
the question, as in “Would you like to go for a WALK or stay at HOME?”
(Quirk et al., 1985:806)
Penjelasan yang lebih detail, Quirk et al menjelaskan lebih jauh tentang
commit to user 1). Yes- no question.
Yes- no question adalah pertanyaan yang dapat dijawab dengan yes atau
no. Quirk membagi Yes- no question sendiri menjadi 3 yaitu:
1.1.Yes- no question dengan tobe atau auxilaries
Pola pada yes-no question yaitu tobe (am, is, are, was, were) diletakkan
sebelum subjek (Robert Krohn,1971:33). Selain Krohn, Quirk et al (1985:807)
juga mengatakan bahwa: “yes-no question are usually for made by placing the
operator before the subject and giving the sentence a rising intonation”.
Seperti yang diungkapkan diatas dalam yes-no qoestion terdapat kalimat
positif dan negatif. Beberapa contoh yang diberikan oleh Quirk untuk bentuk
positif yes-no question adalah sebagai berikut:
Statement Questions
Someone called last night. Did anyone call last night?
The boat has left already. Has the boat left yet?
Pada contoh kalimat tanya diatas terdapat penambahan any, respon
jawaban yang diharapkan dari positif yes-no question yang mendapat penambahan
any atau ever bersifat netral.
Dibawah ini adalah contoh- contoh yes- no question yang berbentuk
negatif:
a. Don‟t you believe me?
b. Aren‟t you joining us this evening?
c. Hasn‟t he told you what to do?
commit to user
Negative yes-no question adalah kalimat tanya yang berbentuk negatif.
Pola negatif yes-no question sama dengan kalimat positif yaitu tobe (am, is, are,
was, were) dan auxilaries (do/does, did, have/has/had) diletakkan di depan
sebelum subjek tetapi bedanya tobe atau auxilaries ditambahi dengan kata not.
1.2.Yes-no questions dengan modal auxilaries
Selain memakai tobe (am, is, are, was, were dan do/does, have) yes-no
question dapat menggunakan modals seperti may, can, would, dan sebagainya.
Penggunaan modals dalam bentuk kalimat tanya mempunyai fungsi
masing-masing, pada contoh dibawah ini may dan can digunakan untuk meminta izin,
must dan have to untuk suatu keharusan, yang umumnya merupakan otoritas
pembicara dalam pernyataan dan otoritas pendengar dalam suatu pertanyaan
(Quirk et al, 1985:815)
a. (may/ can) I have leave now? („Will you permit me...‟)
Yes you may/ can („I will permit you...‟)
b. Must I/ Do i have leave now? („Are you telling me...‟)
Yes you must/ have to („I‟m telling you...‟)
1.3.Kalimat tanya penegas (tag questions)
Menurut Quirk et al (1985:810-811) tag question adalah jenis yes-no
question yang lebih jauh membahas orientasi negatif atau positif. Biasanya dalam
suatu kalimat diletakkan diakhir dengan menggunakan kata kerja auxilaries.
Tinggi rendahnya nada biasanya didasarkan pada jenis auxilaries, seperti pada
commit to user
jenis 1: He likes his JOB, DOESn‟t he? (nada tinggi)
jenis 2: He doesn‟t like his JOB, DOESn‟t he? (nada tinggi)
jenis 3: he likes his JOB, DOESn‟t he? (nada rendah)
jenis 4: He doesn‟t like his JOB, DOES he? (nada rendah)
Keempat jenis kalimat tanya diatas memiliki arti yang berbeda-beda yang
disesuiakan dengan tinggi rendahnya nada. Pada contoh pertama merupakan
sebuah kalimat asumsi yang menyatakan bahwa dia menyukai pekerjaannya,
sedangkan pada kalimat kedua menyatakan bahwa dia tidak menyukai
pekerjaanya. Pada kalimat ketiga dan keempat memiliki arti yang hampir sama
tetapi dengan menuturkanya dengan nada rendah. Tag question dengan nada
tinggi lebih mengharapkan pendengar untuk memberikan kebenaran dari sebuah
pernyataan, sedangkan tag question dengan nada rendah, lebih megharapkan
sebuah konfirmasi dari sebuah pernyataan dan lebih menekankan seruan dari pada
pertanyaan yang tulus.
1.4.Kalimat tanya deklaratif (declarative questions)
Declarative question adalah jenis kalimat tanya yang diidentikkan
dengan kalimat deklaratif atau pernyataan tetapi fungsinya adalah sebagai
pertanyaan yang ditandai dengan penggunaan nada tinggi. Ini bisa dilihat dari
contoh dibawah ini:
You relize what the RISK are?
Boris will be THERE, I suppose?
He didn‟t finish the RACE?
Kalimat tanya deklaratif tersebut mengundang verifikasi pendengar untuk
commit to user
2) Wh- questions
Wh question adalah salah satu jenis kalimat tanya yang paling sederhana
dalam bentuk pertanyaan yang terdiri dari: who, what, where, why, which, when,
how. Wh question juga bisa disebut kalimat tanya informasi, karena Wh question
didukung informasi yang dibutuhkan pembicara dari pendengar. Quirk et al
(1985:817- 818) memberikan contoh seperti dibawah ini.
A: what are you doing? B: I‟m reading.
A: What have you done with my book? B: I‟ve hidden it.
A: What‟s happening? B: It‟s snowing.
Kalimat nomor (1) pembicara A menanyakan apa yang dilakukan B.
Dengan menggunakan bentuk pertanyaan B mengerti apa maksud dari A. Kalimat
no(2) pendengar B dapat mengerti dengan mudah pertanyaan A. Sedangkan
kalimat nomor (3)pembicara A menanyakan keadaan sekarang dan B menjawab
dengan singkat pertanyaan A.
Contoh lain dari Quirk et al (1985:821) tentang Wh questions yang
diawali dengan whydon‟t you dan singkatan why not biasanya digunakan untuk
direktif. Direktif berfungsi sebagai saran atau instruksi menurut bahasa inggris
amerika seperti contoh dibawah ini.
Why don‟t you shave?
Why don‟t you clean your teeth? Why not ignore their remaks?
Why not go by train?
Kalimat yang menggunakan Why don‟t mengekspresikan sebuah nasehat
tapi lebih cenderung pada bentuk kritik dan nada kekesalan ketika si pembicara
commit to user
sebuah jawaban yang lengkap. Wh question tidak hanya digunakan untuk
menambah informasi tetapi terkadang juga digunakan untuk membuat sebuah
sugesti. Jika kata Wh question diutarakan dengan intonasi tinggi ini berfungsi
sebagai kalimat seru atau reaksi personal dari apa yang didengar oleh pendengar.
3) Pertanyaan dengan Pilihan (alternative questions)
Ada dua jenis alternative question menurut Quirk et al (1985:23), yaitu
tipe pertama yang mirip dengan yes-no question dan tipe kedua yang mirip
dengan Wh question seperti pada contoh dibawah ini:
a. Would you like CHOcolate, vaNILLA, or STRAWberry (ice cream)?
b. Which ice cream would you LIKE, CHOcolate, vaNILLA, or
STRAWberry?
Pada jenis kalimat tanya alternatif diatas berbeda dari hanya sekedar
penggunaan intonasi dari fungsi yes-no question saja. penambahan intonasi tinggi
pada setiap kata untuk menunjukkan beberapa pilihan merupakan hal yang
penting agar tidak terjadi kesalahfahaman nantinya. Contoh lainya terdapat pada
kalimat di bawah ini:
Alternative : A: Shall we go by BUS or TRAIN? B: by TRAIN
Yes-no question : A: Shall we go by bus or TRAIN? B: NO, Let‟s take the CAR
Pada contoh alternative question, A menanyakan pada B bahwa dia harus
memilih bus atau kereta api. Penekanan pada kata bis dan kereta api dengan nada
tinggi lebih memperjelas bahwa pembicara A menawarkan pilihan dengan
commit to user
question, pembicara A hanya menekankan kata kereta api dengan intonsi tinggi,
akan tetapi B menjawab yang berlainan dengan apa yang ditawarkan pilihan A.
Kelas yang kedua yaitu kelas minor menurut Quirk et al dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Exclamatory question
Kalimat tanya exclamatory merupakan bagian dari kalimat tanya,
tetapi lebih menekankan pada tindak illucosionari dari sebauh pernyataan.
Biasanya kalimat tanya eclamatori berbentuk negatif yes-no question dengan
penambahan nada tinggi dan rendah diakhir kalimat seperti contoh dibawah
ini.
a). Hasn‟t she GROWN!
b). Wasn‟t it a marvelous CONcert!
Dua jenis kalimat diatas mengajak pendengar untuk menyetujui apa yang
diutarakan pembicara tentang perasaanya yang kuat. Quirk et al (1985:825).
2. Rhetorical questions
Jenis kalimat tanya yang kedua menurut Quirk et al (1985:825- 826)
adalah kalimat tanya retorikal. Kalimat tanya retorikal biasanya dalam bentuk
yes-no question dan dalam bentuk Wh question. Kalimat tanya retorikal
dalam yes- no question yang berbentuk positif memiliki pernyataan negatif
yang kuat, sedangkan kalimat tanya dalam bentuk negatif memiliki
pernyataan positif yang kuat. Seperti contoh dibawah ini :
a). Positif: Is that a reason for despair? („surely that is not a reason‟)
commit to user
Tidak seperti kalimat tanya exclamatory, kalimat tanya rhetorical
mempunyai intonasi tinggi yang normal dan ini dapat dibedakan berdasarkan
jarak perpindahan.
Rhetorical dalam bentuk Wh question mempunyai karakteristik yang
spesial, yaitu memiliki bntuk pernyataan yang seimbang baik itu dalam
kalimat rhetorical positif maupun negatif, seperti pada contoh dibawah ini:
Who KNOWS/CARES?(„No body knows/cares‟ or „I don‟t know/cares)
What DIFference does it make? („It makes no difference‟)
How should I know? („There is no reason why I should know‟)
Contoh kalimat diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Wh
question dalam bentuk rhetorical question adalah sebagai penekanan maksud
pembicara kepada pendengar.
2.3.Fungsi Kalimat Tanya
Larson (1984:234) mengungkapkan bahwa daya ilokusi dalam kalimat
tanya dibagi menjadi 3 yaitu statement atau declarative, question, command atau
perintah.secara lebih lanjut larson menjelaskan fungsi kalimat tanya yang tidak
hanya berfungsi untuk menayakan informasi tertentu, tetapi mempunyai fungsi
yang lain seperti menunjukan kemarahan, memberi saran, perintah dan
sebagainya. Dalam hal ini Larson (1984) membuat klasifikasi kalimat tanya yaitu
pertanyaan nyata atau real question dan pertanyaan restoris (rethoric question).
Kalimat tanya retoris dikatakanya sebagai fungsi kedua dalam kalimat tanya,
sedangkan real question adalah merupakan fungsi utama dari sebuah kalimat
commit to user
yang berkesesuaian antara daya ilokusi dan bentuk gramatikalnya. Sehingga
kalimat tanya tidak hanya berfungsi sebagai kalimat yang menanyakan informasi
tertentu tetapi mempunyai fungsi lain seperti menunjukkan kemarahan, memberi
saran, perintah dan lain sebaginya.
Dalam hal ini Larson membuat dua klasifikasi kalimat tanya yaitu
pertanyaan nyata (real question) dan pertanyaan retoris (rethoric question).
a) Pertanyaan nyata (Real question)
Menurut Larson (1984:234) “the purpose of a real question is to ask
information”. Real question digunakan untuk meminta informasi, seperti kalimat
berikut:
Where is your home?
What time are you coming?
Dua kalimat diatas, menggunakan bentuk kalimat tanya dan tujuan dari
pembicara bermaksud menanyakan informasi tentang alamat dan waktu
kedatangan.
b) Pertanyaan retoris (Rethorical question)
Di sisi lain menurut Larson (1984), rethoric question adalah kalimat yang
bentuk atau susunan kalimat merupakan kalimat tanya tetapi juga tujuan dari
penggunaan kalimat tersebut lebih sekedar mencari informasi. Pertanyaan retoris
tampak seperti real question tetapi sebenarnya kalimat tersebut bukanlah suatu
pertanyaan. Tujuan dari pertanyaan tersebut mungkin saja untuk menyampaikan
perintah, marah dan sebagainya. Seperti pada contoh berikut:
commit to user
Kalimat wash the dishes bukan suatu pertanyaan yang kuat sebagai
kalimat perintah tetapi juga bukan suatu pertanyaan. Kalimat tersebut adalah
sebuah saran, jawaban dari kalimat pertanyaan diatas adalah okay, I will. Jika why
adalah kata tanya yang menanyakan informasi maka jawabanya adalah sebuah
alasan, sebagai contoh jawaban di bawah ini:
Because I‟m just too tired
Rethorical question dalam bahasa inggris juga digunakan untuk
menyatakan kemarahan. Larson (1984:235) memberikan contoh dengan kata
tanya when yang digunakan untuk menunjukkan amarah.
When are you empty the garbage?
Kontek kalimat tersebut adalah seorang ibu yang marah terhadap
anaknya karena sampah tidak segera dibuang. Ibunya menyuruh anaknya
membuang sampah dan anak tersebut tahu bahwa itu merupakan kewajiban
anaknya untuk membuang sampah. Ibu itu ingin menyampaikan rasa emosi
kepada anaknya karena anaknya tidak segera menjalankannya.
Kalimat tanya retoris menurut Larson (1984:236) terdapat beberapa
fungsi yaitu kaimat tanya retoris yang berfungsi untuk menekankan fakta, kalimat
tanya retoris yang digunakan untuk menyatakan prihatin atau ketidakpastian,
kalimat tanya retoris yang digunakan untuk mengenalkan topik yang baru atau
permulaan pembicaraan, kalimat tanya yang digunakan untuk menunjukan
keterkejutan, kalimat tanya yang dugunakan untuk menunjukkan teguran atau
commit to user
Seperti kutipan yang dikemukakan oleh Larson yang membahas tentang
fungsi dari rhetorical questions (Larson, 1984:237) “rhetorical questions are also
used to make statement, to arouse thought or get attention, or to express attitudes
of wonder, admiration, doubt, reproach, indignation, and other emotions”.
Dalam hal ini. rhetorical questions juga digunakan membuat pernyataan
untuk menimbulkan pemikiran atau mendapatkan perhatian, untuk
mengungkapkan sikap keheranan, kakaguman, keraguan, penyesalan, kemarahan,
dan emosi-emosi yang lain.
Menurut Mey (1993:254-256) mengemukakan fungsi kalimat tanya as
orders or requests, enquiries double as advices, confessions that operate like
hidden threats, trap questions and so on. Lebih jauh Mey menjelaskan bahwa
kalimat tanya berfungsi sebagai meminta atau memerintah, menanyakan dengan
tujuan sebagai nasehat, kalimat tanya yang fungsinya sebagai pengakuan, kalimat
tanya jebakan dan lain sebagainya. Contoh dibawah ini merupakan fungsi kalimat
tanya jebakan atau trap question:
When did you stop beating your wife?
Menjawab seperti pada kalimat tanya diatas, penanya harus menyakinkan
dirinya sendiri dengan berbagai jawaban yang ada. Mungkin jawaban yang akan
muncul dari si penutur akan seperti “I never had a wife” atau “but I‟m not in
habit of beating anybody” atau “I never stopped because I never started”. Namun
dalam kontek yang berbeda seperti dalam ruang persidangan atau dalam ruang