• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nurrul Riyad A121008021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nurrul Riyad A121008021"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK PEMAIN BOLAVOLI

(Studi Pengembangan pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet

di Surakarta)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh:

Nurrul Riyad Fadhli A 121008021

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK PEMAIN BOLAVOLI

(Studi Pengembangan pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet di Surakarta)

TESIS

oleh

Nurrul Riyad Fadhli A 121008021

Komisi Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tangggal

Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyanto

NIP. 194911081976091001

……… ...……….

Pembimbing II Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr. AIFO NIP. 194805311976031001

……… ...………..

Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal Januari 2013

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Program Pasca Sarjana UNS

(3)

commit to user

MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK PEMAIN BOLAVOLI

(Studi Pengembangan Pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet di Surakarta)

TESIS

Oleh

Nurrul Riyad Fadhli A121008021

Tim penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd NIP. 19651128 199003 1 001

... ...

Sekretaris Dr. Sapta Kunto Purnama, M.Pd NIP. 196803231993031012

... ...

Anggota Penguji

Prof. Dr. Sugiyanto

NIP. 194911081976091001

Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr. AI NIP. 194805311976031001

...

...

...

...

Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat

Pada tanggal 2013

Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP. 196107171986011001

(4)

commit to user

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul, “PENGEMBANGAN MODEL LATIHAN BEBAN

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK PEMAIN

BOLAVOLI (Studi Pengembangan Pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet di Surakarta)” adalah benar-benar karya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh dan

disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari

terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima

sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17,

tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah

lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagau author dan PPs

UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu

semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi

dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Ilmu Keolahragaan

PPs-UNS berhak mempublikasikanya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh

Prodi Ilmu Keolahragaan PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari

ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik

yang berlaku.

Surakarta, 8 Januari 2013

(5)

commit to user

Jangan sibukkkan diri untuk mencoba menjadi lebih baik dari teman atau para pendahulu kita, tapi mencoba untuk menjadi lebih baik dari diri kita sekarang karena dalam hidup ini tidak

(6)

commit to user

With my sincerity and honest, this thesis is dedicated to:

My beloved Father and Mother, for their prayer, support, advice, and love that make the writer grows to be mature.

My sister Novitasari and my brother M. Khoirul Umam who always support me in finishing this thesis.

My critical friends; Taufik , Aziz, Dona, Lubis, Sandi, Nur Satya, Garry, Deaz, Miftah, Ucil and Filli who always accompany me to discuss

(7)

commit to user

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan berkat dan rahmatNya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan

baik. Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan

serta dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd selaku ketua program studi ilmu keolahragan

sekaligus sebagai ahli bolavoli yang telah memberikan masukan dan arahan

demi kesempurnaan produk hasil penelitian.

4. Prof. Dr. Sugiyanto, Selaku pembimbing I yang telah secara seksama dan

dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga

(8)

commit to user

seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu,

serta tenaga untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selasai.

6. Prof. Dr. M. E. Winarno, M.Pd selaku ahli bolavoli yang telah memberikan

masukan dan arahan demi kesempurnaan produk hasil penelitian serta

dukunganya hingga terselesaikanya studi ini.

7. Eriek Satya H, S.Pd dan Teja Krisna, S.Pd selaku ahli bolavoli yang telah

memberikan masukan dan arahan demi kesempurnaan produk hasil penelitian.

8. Ketua dan anggota UKM bolavoli UNS dan UTP Surakarta yang telah

mengjinkan untuk melakukan penelitian.

9. Rekan-rekan program studi IOR angkatan 2010 dan 2011 yang telah

membantu dalam proses penyelesaian penulisan tesis ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril

atau materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang

diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh

dari sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharap

saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bekal demi kesempurnaan tesis

ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 8 Januari 2013

(9)

commit to user

Halaman

HALAMAN JUDUL TESIS ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

(10)

commit to user

A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Kajian Teori ... 12

a. Profil Bolavoli ... 12

b. Analisis Kondisi Fisik Bolavoli ... 14

1) Servis ... 14

2) Pasing ... 16

3) Semes ... 19

4) Blok ... 23

c. Latihan Fisik ... 27

1) Tujuan latihan fisik ... 29

2) Prinsip latihan fisik ... 30

3) Komponen latihan fisik ... 34

d. Latihan Beban ... 40

1) Prinsip Latihan Beban ... 43

2) Intensitas Latihan Beban ... 47

3) Sistem Energi Latihan Beban ... 54

4) Adaptasi Latihan Beban ... 57

e. Model Latihan Beban untuk Bolavoli ... 58

1) Model... 58

2) Pemain Bolavoli Tingkat Intermediet ... 60

3) Latihan Daya Tahan ... 64

4) Latihan Kekuatan ... 66

(11)

commit to user

2. Penelitian Yang Relevan ... 72

B. Kerangka Berfikir ... 73

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 78

B. Jenis Penelitian ... 80

C. Sumber Data ... 91

D. Teknik Pengumpulan Data ... 93

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 94

F. Jenis Data ... 101

G. Teknik Pengolahan Data ... 102

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Hasil Penelitian... 110

B. Tahap Pendahuluan ... 111

C. Pengembangan Produk ... 112

D. Uji Efektifitas Produk Pengembangan ... 123

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 131

BAB IV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan... 144

B. Implikasi ... 147

C. Saran ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 150

(12)

commit to user

Tabel Halaman

2.1 Tingkat intensitas latihan kecepatan dan kekuatan ... 36

2.2 Lima daerah intensitas untuk olahraga cyclic... 36

2.3 Intensitas berdasarkan reaksi denyut jantung... 38

2.4 Bentuk latihan beban dan kelompok otot utama yang dilatih ... 42

2.5 Kategori intensitas dan tipe kontraksi ... 47

2.6 Hubungan jumlah beban dan tipe kekuatan ... 48

2.7 Bentuk kekuatan dan irama latihan ... 49

2.8 Dosis latihan beban ... 51

2.9 Karakteristik sistem energi... 56

2.10 Ruang lingkup produk pengembangan... 76

3.1 Waktu dan tempat penelitian... 78

3.2 Desain uji efektifitas produk ... 89

3.3 Persentase hasil evaluasi subyek uji coba ... 109

4.1 Gambaran umum hasil penelitian... 110

4.2 Hasil wawancara pelatih bolavoli di surakarta... 111

4.3 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli akademisi bolavoli 1 ... 114

4.4 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli akademisi bolavoli 2 ... 116

4.5 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli praktisi bolavoli 1 ... 117

4.6 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli bolavoli praktisi 2 ... 118

4.7 Kesimpulan data kuantitatif evaluasi ahli ... 119

(13)

commit to user

4.10 Persentase hasil evaluasi ... 121

4.11 Data kuantitatif hasil uji coba kelompok besar, n=24 ... 122

4.12 Persentase hasil evaluasi ... 123

4.13 Rekapitulasi data hasil tes awal kelompok eksperimen ... 124

4.14 Rekapitulasi data hasil tes awal kelompok kontrol ... 124

4.15 Rekapitulasi data hasil tes akhir kelompok eksperimen ... 125

4.16 Rekapitulasi data hasil tes akhirkelompok kontrol ... 125

4.17 Ringkasan hasil uji normalitas distribusi frekuensi ... 126

4.18 Ringkasan hasil uji homogenitas variansi populasi ... 127

(14)

commit to user

Gambar Halaman

2.1 Kelompok otot besar yang harus dilatih dalam latihan beban... 45

3.1. Bagan prosedur pengembangan, diadaptasi dari Borg & Gall ... 82

3.2. Bagan instrumen pengumpul data ... 94

3.3. Bagan bateri tes kemampuan fisik... 98

3.4. Bagan teknik pengolahan data kualitatif ... 102

3.5. Bagan pemeriksaan keabsahan data ... 105

3.6. Bagan teknik pengolahan data kuantitatif ... 106

4.1. Histogram hasil tes awal dan tes akhir kelompok eksperimen... 129

4.2. Histogram hasil tes awal dan tes akhir kelompok kontrol... 130

(15)

commit to user

Halaman

Lampiran 1 Hasil wawancara ... 153

Lampiran 2. Kisi-kisi angket ahli... 155

Lampiran 3. Kuesioner evaluasi ahli... 156

Lampiran 4. Data hasil evaluasi ahli ... 162

Lampiran 5. Kisi-kisi kuesioner uji coba produk... 168

Lampiran 6. Angket uji coba produk ... 169

Lampiran 7. Data uji coba kelompok kecil ... 173

Lampiran 8. Data uji coba kelompok besar ... 174

Lampiran 9. Penyajian data hasil tes awal dan tes akhir... 175

Lampiran 10. Uji prasarat analisis ... 177

Lampiran 11. Analisis data uji efektifitas ... 182

Lampiran 12. Produk pengembangan ... 186

Lampiran 13. Catatan lapangan dan dokkumentasi ... 331

(16)

commit to user

Fadhli, Nurrul Riyad, A 121008021.2012. Pengembangan Model Latihan Beban Untuk Meningkatkan Kemampuan Fisik Pemain Bolavoli (Studi Pengembangan Pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet di Surakarta). Tesis, Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing (1) Prof. Dr. Sugiyanto, (2) Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr, AIFO.

Kata kunci: Bolavoli, Latihan beban, Penelitian Pengembangan.

Latar belakang penelitian ini adalah belum adanya model-model latihan beban secara khusus yang diberikan untuk pemain bola voli putra tingkat intermediet di Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun model latihan beban yang baik, melaksanaan uji coba produk pengembangan, dan melaksanaan uji efektifitas produk untuk mengetahui hasil uji keefektifan model latihan beban untuk peningkatan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “metode penelitian pengembangan, (Research and Development)”. Hasil penelitian yang pertama adalah analisis kebutuhan dengan menggunakan metode wawancara untuk mengetahui permasalahan kemampuan fisik para pemain tingkat intermediet di surakarta, dari hasil wawancara diketahui bahwa latihan kemampuan fisik tidak menggunakan metode latihan beban.

Tahap kedua adalah perancangan produk awal, dalam hal ini model latihan beban didasarkan pada kajian teoritis, sehingga dirumuskan dalam susunan sebagai berikut: (1) Teori umum bolavoli, (2) Analisis kebutuhan fisik bolavoli. (3) Teori umum latihan beban. (4) Latihan beban untuk bolavoli. (5) Program latihan beban untuk bolavoli. (6) Evaluasi kemampuan fisik dalam bolavoli.

Tahap ketiga adalah uji coba produk. Uji coba yang pertama adalah uji coba ahli dengan menggunakan empat ahli bolavoli dengan 24 butir pertanyaan dengan hasil 80.77 % dan dapat diinterpretasikan bahwa rancangan produk bisa diuji cobakan pada tahap selanjutnya. Uji coba kelompok kecil dengan jumlah subjek 12 menggunakan instrumen angket dengan jumlah pertanyaan 12. Hasil uji kelompok kecil adalah 76.67%. uji coba kelompok besar dengan 24 subjek dengan hasil 72.71%.

(17)
(18)

commit to user

Fadhli, Nurrul Riyad, A 121008021. 2012. Developing Weight Training Exeercises Model To Improve Physic Ability Volleyball Player (Development Study for intemediate level of male volleyball player in Surakarta). Thesis, Sport Sience Program Study, Post Graduate Program of Sebelas Maret University. Thesis Adviser (1) Prof. Dr. Sugiyanto, (2) Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr, AIFO.

Keyword: Volleyball, Weight Training, Research and Development.

The background of this study is it has not been a special weight training models for intemediate level of male volleyball player in Surakarta yet. The purpose of this research are to design a good weight training model, to try out the product, and to find out the result of the effectiveness of product to improve physic ability for intemediate level of male volleyball player in Surakarta.

The method used in this research in Research and Development. The first result of the research is the need analysis trough interviews to know the problem of physic ability of male volleyball player in the intermediate level in surakarta. From the interviews, it can be seen that the daily practice of physic ability was done without weight training.

The second step is the planning of preliminary product. In this research, the model was designed based on some related theories so it can be formulated as follows: (1) general theory of volleyball (2) need analiysis of volleyball physic (3) general theory of weight training (4) weight training for volleyball (5) weight training program for volleyball (6)evaliation of physic ability in volleyball.

The third product is the result of try out is from expert jugment by four expert with quetsion of 24 item. The result 80.77%. it can be intepreted that the product design can be trayed out next step. The try ot of small group whose subject is 12 uses quetsionary whose quetsionair whose are 12 item. The result try ot for small group is 76.67%. The result try ot for big group is 72.71%.

(19)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bolavoli pertama kali diperkenalkan oleh William G. Morgan dari

Amerika Serikat pada tahun 1855. Bolavoli masuk ke Indonesia pada tahun 1928,

yang dibawa oleh bangsa Belanda. Bolavoli di Indonesia mulai dipertandingkan

pada PON III tahun 1953 di Medan. Pada tanggal 22 Januari 1955, lahirlah

organisasi bolavoli di Indonesia yaitu Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia

(PBVSI), dengan ketuanya W. J. Latumeten. PBVSI di bawah anggota

International Volley Ball Federation (IVBF). IVBF sendiri terbentuk pada tahun

1948 yang beranggotakan 15 negara.

Pada masa sekarang cabang olahraga bolavoli sangat populer di kalangan

pelajar ataupun mahasiswa. Berbagai daerah di Indonesia telah banyak diadakan

acara pertandingan bolavoli antar pelajar dan antar mahasiswa. Pertandingan antar

pelajar dan mahasiswa tersebut merupakan ajang atau tempat adu bakat yang

dimiliki oleh pelajar, khususnya dalam cabang olahraga bolavoli.

Tujuan lain diadakannya pertandingan bolavoli antar pelajar dan

mahasiswa, yaitu untuk memupuk rasa persaudaraan dan persatuan diantara

sesama, memperoleh pengalaman yang berharga, menjauhkan pelajar dan

mahasiswa dari tindakan yang tidak berguna, sehingga diharapkan dengan adanya

ajang pertandingan tersebut, siswa dapat mengisi waktu luang yang ada untuk

(20)

prestasi diarahkan kepada siswa yang berminat pada satu atau beberapa cabang

olahraga tertentu dan dapat dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler, UKM pada

mahasiswa maupun pada klub pembinaan bolavoli tingkat intermediet.

Permainan Bolavoli merupakan permainan beregu di atas lapangan

berukuran panjang 18 m dan lebar 9 m, dibatasi oleh garis selebar 5 cm. Di tengah

lapangan ada garis sepanjang 9 m yang membelah lapangan menjadi 2 sama

besar. Lurus di atasnya terdapat net, dengan tinggi untuk putra 2,43 m dan untuk

putri 2,24 m. Terdapat dua regu yang saling berhadapan dan setiap regu terdapat 6

pemain, 3 pemain sebagai penyerang dan 3 lainnya sebagai bertahan. Viera, dkk.

(2000:3-4). Permainan bolavoli maksimal berlangsung selama 5 set. Pada set I

sampai dengan set IV, bagi tim yang mengumpulkan poin 25 terlebih dahulu

dengan minimal selisih 2 angka dinyatakan memenangkan set tersebut. Sedangkan

pada set V tim dinyatakan menang bila telah mengumpulkan poin 15 terlebih

dahulu dengan minimal selisih 2 angka. Suatu regu dinyatakan memenangkan

pertandingan bila telah dapat memenangkan sebanyak 3 set terlebih dahulu. Setiap

regu mendapatkan poin bila mampu memenangkan reli, baik melakukan servis

maupun tidak (FIVB, 2005)

Berdasarkan ide dasar dan peraturan permainan tersebut di atas, beberapa

ahli berpendapat bahwa untuk mendukung penguasaan teknik, taktik dan

kematangan bertanding diperlukan unsur-unsur fisik tertentu. Bertucci (1982:189)

menyebutkan beberapa variabel fisik yang diperlukan dalam permainan bolavoli,

yang meliputi explosive power, speed of movement, dan muscular endurance.

(21)

digunakan untuk menampilkan keterampilan yang terlibat. Dengan demikian,

peningkatan kekuatan harus dapat meningkatkan keseluruhan atribut fisik

tersebut.

Gerak yang mendominasi dalam permainan bolavoli adalah gerak

meloncat dan melompat baik pada waktu menyerang dengan melakukan smesh

maupun saat bertahan dengan cara melakukan blok. Untuk itu diperlukan

lompatan dan raihan yang tinggi dari pemain agar dapat memukul dan

mengarahkan bola ke daerah lawan dengan baik. Dengan loncatan yang tinggi

diharapkan kedua lengan dapat melampaui bagian atas net atau bahkan dapat

menjulur ke daerah lawan saat melakukan blok, sehingga sudut pukulan lawan

menjadi terbatas. Kemampuan tersebut mengharuskan pemain memiliki power

otot tungkai yang cukup besar. Disamping itu pemain juga perlu memiliki power

otot lengan yang tinggi agar mampu melakukan smesh yang keras sehingga

pemain lawan akan kesulitan membendung bola yang mengarah ke daerah

permainannya. Keadaan tersebut sesuai dengan pendapat Mc Gown (1994:189)

yang menyatakan bahwa “Explosive strengthis a vital volleyball players. They

need it to jump their highest, hit their hardest, get to balls thst other player can’t.

sedngkan Mc Gown (1994:87), menyatakan bahwa pemain bolavoli memerlukan

pengembangan kekuatan untuk meningkatkan power, stabilitas persendian, daya

tahan otot, dan mencegah cedera.

Permainan bolavoli sangat membutuhkan kekuatan dan power otot, selain

itu dalam permainan bolavoli juga diperlukan kecepatan dan kelincahan.

(22)

bolavoli, hal ini disebabkan karena sebagian besar gerak atlet selama permainan

berlangsung selalu berpindah-pindah tempat, lari, merespon rangsang yang

datang, dan mengubah arah secara cepat. Meskipun kecepatan kontraksi otot atlet

lebih dominan ditentukan oleh faktor genetik, akan tetapi kecepatan dapat

ditingkatkan melalui latihan explosive strenght, latihan teknik gerak yang efisien

dan melalui latihan kecepatan. Bompa (2000:63) menyatakan bahwa kecepatan

mencakup tiga elemen, yaitu waktu reaksi, waktu gerak, dan kecepatan lari. Oleh

karena itu dalam melatih kecepatan perlu memperhatikan ketiga elemen tersebut.

Bompa (2000:197), menyatakan bahwa dalam menyusun program latihan

jangka panjang untuk atlet usia 16-18 tahun, unsur-unsur fisik yang perlu dilatih

yaitu kordinasi yang bersifat kompleks, fleksibilitas khusus, kecepatan memutar

dan mengubah arah, kecepatan reaksi, daya tahan otot, power, daya tahan aerobik,

dan daya tahan anaerobik. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka

komponen-komponen fisik dalam permainan bolavoli yang diteliti dalam penelian ini

mencakup kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan, daya tahan otot lengan,

daya tahan otot tungkai, daya tahan otot perut, power otot tungkai dan power otot

lengan.

Bolavoli di Jawa Tengah sangat berkembang dengan pesat, terbukti

dengan salah satu finalis ProLiga berasal dari Jawa Tengah, tetapi hal ini belum

mengimbas kepada Surakarta, terbukti dari hasil PORPROV Jateng untuk cabang

bolavoli, prestasi Kota Surakarta belum maksimal, hal ini disebabkan karena

pembinaan prestasi bolavoli hanya menitik beratkan pada latihan teknik dan

(23)

menjadi pusat perhatian yang utama. Pernyataan di atas diperkuat dari hasil

wawancara dengan beberapa pelatih bolavoli di Surakarta bahwa proses latihan

bolavoli kurang berjalan secara maksimal karena terkendala oleh beberapa hal,

terutama latihan kemampuan fisik pemain dengan menggunakan latihan beban

belum terlaksana dengan baik. Dari permasalahan tersebut peneliti akan

mengangkat judul. “Pengembangan Model Latihan Beban Untuk

Meningkatkan Kemampuan Fisik Pemain Bolavoli” (Studi Pengembangan

Pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet Di Surakarta)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Prestasi bolavoli di Surakarta yang belum maksimal.

2. Kemampuan fisik pemain bolavoli intermediet di Surakarta kurang baik.

3. Belum adanya model latihan beban untuk pemain bolavoli tingkat intermediet

di Surakarta .

4. Pelaksanaan latihan untuk pemain bolavoli tingkat intermediet yang belum

maksimal.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan

(24)

untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet

di Surakarta secara efektif dan efisien?

1. Bagaimanakah pelaksanaan dan hasil studi pendahuluan yang dilakukan untuk

mengidentifikasi masalah kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat

intermediet di Surakarta?

2. Produk model latihan beban seperti apa yang baik untuk meningkatkan

kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta

secara efektif dan efisien?

a. Produk model latihan beban seperti apa yang diduga dapat meningkatkan

kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta?

b. Bagaimana hasil pelaksanaan evaluasi ahli dari penerapan produk

pengembangan model latihan beban untuk pemain bolavoli tingkat

intermediet di Surakarta?

c. Bagaimana hasil pelaksanaan uji coba kelompok kecil dan uji coba

kelompok besar dari pengembangan model latihan beban untuk pemain

bolavoli tingkat intermediet di Surakarta?

3. Bagaimanakah pelaksanaan dan hasil uji keefektifan model latihan beban

untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat

intermediet di Surakarta?

a. Bagaimanakah signifikasi perbedaan kemampuan fisik pemain bolavoli

putra tingkat intermediet yang mengikuti latihan beban dengan

kemampuan fisik pemain bolavoli putra yang melakukan latihan

(25)

b. Bagaimanakah perbandingan kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat

intermediet berdasarkan perbedaan skor tes akhir dan tes awal kelompok

latihan dengan beban dan kelompok latihan peningkatan kemampuan fisik

secara konvensional?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengembangkan

model latihan beban yang baik untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain

bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta secara efektif dan efisien.

1. Melaksanaan dan mengetahui hasil studi pendahuluan yang dilakukan untuk

mengidentifikasi masalah kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat

intermediet di Surakarta.

2. Mengetahui model latihan beban yang baik untuk meningkatkan kemampuan

fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta secara efektif dan

efisien.

a. Membuat model latihan beban yang diduga dapat meningkatkan

kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta.

b. Melaksanakan dan mengetahui hasil pelaksanaan evaluasi ahli dari

penerapan produk pengembangan model latihan beban untuk pemain

bolavoli tingkat intermediet di Surakarta.

c. Melaksanakan dan mengetahui hasil pelaksanaan uji coba kelompok kecil

dan uji coba kelompok besar dari pengembangan model latihan beban

(26)

3. Melaksanakan dan mengetahui hasil uji keefektifan model latihan beban untuk

meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di

Surakarta.

a. Mengetahui signifikasi perbedaan kemampuan fisik pemain bolavoli putra

tingkat intermediet yang mengikuti latihan beban dengan kemampuan fisik

pemain bolavoli putra yang melakukan latihan peningkatan kemampuan

fisik secara konvensional.

b. Mengetahui perbandingan kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat

intermediet berdasarkan perbedaan skor tes akhir dan tes awal kelompok

latihan dengan beban dan kelompok latihan peningkatan kemampuan fisik

secara konvensional.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian Pengembangan ini dilakukan oleh peneliti setelah melakukan

pengamatan, serta studi pendahuluan dan peneliti mengetahui belum adanya

model-model latihan beban yang dalam hal ini merupakan salah satu hal yang

fundamental dalam olahraga bolavoli karena merupakan unsur pokok dalam

berprestasi, sehingga untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli

dibutuhkan pengembangan model latihan beban yang nantinya diharapkan dapat

memberikan sumbangan untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli.

Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini dijelaskan

(27)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian pengembangan model latihan beban ini dilakukan untuk

memberikan model latihan yang baru atau untuk menambah perbendaharaan

model-model latihan-latihan yang sudah ada sebelumnya guna mencapai tujuan

yang lebih baik dari sebelumnya. Pengembangan model latihan sangat diperlukan

untuk peningkatan kemampuan fisik pemain bolavoli. Dengan adanya penelitian

ini diharapkan dapat menambah referensi baru tentang model-model latihan beban

bolavoli agar dapat digunakan secara maksimal. Diharapkan juga bahwa

penelitian ini dapat dijadikan panduan untuk pemberian latihan-latihan berikutnya

pada tim-tim bolavoli yang membina atlet tingkat intermediet.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti

Penerapan teori dan praktek yang didapat selama menempuh kuliah. Dan

juga dapat memberikan tambahan wawasan tentang peningkatan kemampuan fisik

olahraga bolavoli melalui program latihan beban sacara menyeluruh sehingga

dapat melakukan penerapan ilmu yang telah diperoleh dengan baik.

2. Bagi pelatih bolavoli

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelatih bolavoli

di Surakarta untuk menerapkan cara pelatihan peningkatan kemampuan fisik atlet

bolavoli yang efektif dan efisien sehingga latihan dapat dengan tepat mengenai

(28)

3. Bagi Program Studi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret

Sebagai bahan pustaka dan tambahan referensi tentang latihan beban untuk

bolavoli.

F. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian adalah suatu pemikiran awal tentang penelitian yang

akan disusun dan merupakan acuan untuk melaksanakan penelitian. Menurut

Winarno (2007:18) “asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang

suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan

penelitian”. Asumsi penelitian ada dua, yaitu:

1. Asumsi substantive

Asumsi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dari masalah

penelitian yang akan di ungkap perlu diberikan suatu asumsi yang terkait masalah

tersebut yang merupakan simpulan awal dari hasil atau tujuan dari penelitian yang

dilakukan. Asumsi substantive ini juga akan terkait penelitian ini dilakukan di

suatu tempat tersebut. Asumsi substantivedalam penelitian ini adalah kemampuan

fisik bisa ditingkatkan dengan menggunakan model latihan beban.

2. Asumsi metodologis

Asumsi metodologis adalah asumsi yang berhubungan dengan metodologi

penelitian. Dari metodologi yang digunakan dalam penelitian dapat diberikan

suatu rancangan metodologi awal guna membatasi atau menentukan rancangan

dari hasil penelitian yang dilakukan. Prosedur yang dilakukan dapat dijelaskan

(29)

Asumsi metodologis dalam penelitian ini adalah metode penelitian

pengembangan. Penelitian pengembangan merupakan metode yang sesuai untuk

menyelesaikan masalah kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet di

(30)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kajian Teori

a. Profil Bolavoli

Permainan Bolavoli merupakan permainan beregu di atas lapangan

berukuran panjang 18 m dan lebar 9 m, dibatasi oleh garis selebar 5 cm. Tengah

lapangan terdapat garis sepanjang 9 m yang membelah lapangan menjadi dua

sama besar. Lurus di atasnya terdapat net, dengan tinggi untuk putra 2,43 m dan

untuk putri 2,24 m. Terdapat dua regu yang saling berhadapan dan setiap regu

terdapat 6 pemain, 3 pemain sebagai penyerang dan 3 lainnya sebagai bertahan,

Viera (2000:3-4). Permainan bolavoli adalah permainan dilakukan bersama-sama

karena merupakan olahraga beregu. Permainan bolavoli harus berada pada suatu

bidang lapangan yang dibagi dua dengan luas permukaan yang sama.

Teknik dasar dalam bolavoli yang digunakan dalam sebuah pertandingan

diantaranya passing, serve, smash, dan block. Teknik-teknik dasar ini yang harus

dikuasai oleh seorang pemain bolavoli, karena keempat teknik dasar tersebut akan

digunakan untuk menciptakan suatu permainan di dalam bolavoli dan

keseluruhannya merupakan satu rangkaian pada saat tim memainkan bolavoli.

Menurut Durrwachter (1982:1-2) permainan bolavoli mempunyai segi

positif, yaitu: (1) Lapangan permainan relatif kecil, perlengkapan yang

(31)

dipersempit atau jumlah pemain dikurangi, (3) gagasan permainan sederhana, (4)

kekuatan regu sangat tergantung dari semangat bermain serta kemampuan semua

pemain, (5) kecepatan reaksi kelincahan kewaspadaan serta kemampuan

konsentrasi dan daya loncat sangat dilatih, (6) resiko cedera sangat kecil. Agar

tercapainya suatu tujuan tertentu yang hendak dicapai, yang berarti perlunya suatu

proses terlebih dahulu yang menuju kearah tersebut, maka perlu adanya suatu

prinsip yang melatar belakangi permainan bolavoli. Prinsip-prinsip bermain

dalam bolavoli pada hakekatnya tidak berbeda dengan permainan yang

mengutamakan kerja sama antar individu dalam suatu regu.

Menurut Roesdiyanto (1989:7) ada beberapa prinsip dalam bermain

bolavoli: (a) Prinsip teknis adalah untuk memvoli bola di udara hilir mudik di atas

net, mempergunakan bagian tubuh pinggang ke atas, dengan syarat pantulan

bersih dan setiap pemain berusaha secepatnya menjatuhkan di lapangan lawan

untuk mencari kemenangan dalam permainan. (b) Prinsip psikologis, merupakan

suatu prinsip kerja sama antar individu. Dengan demikian prinsip bermain

bolavoli secara psikologis adalah harus berpegang pada kekompakan antar

individu dalam syatu regu, jadi dengan demikian gotong royong dalam regu setiap

sikap senang dan gembira di dalam melakukan permainan bolavoli.

Permainan bolavoli terdapat beberapa unsur yang terkandung dalam

permainan tersebut seperti passing, serve, block, dan smash. Keempat unsur

tersebut sangat berpengaruh dalam suatu pertandingan bolavoli karena merupakan

teknik dasar permainan bolavoli. Menurut Roesdiyanto (1989:24) ”teknik dasar

(32)

jasmani dan penguasaan keterampilan praktek sebaik-baiknya dalam permainan

bolavoli dan dapat menyelesaikan permainan dengan baik”.

Olahraga bolavoli memilki karakteristik gerak yang cukup kompleks.

Gerakan yang terkandung dalam olahraga bolavoli terdiri dari berbagai macam

bentuk yang terangkum menjadi satu rangkaian yang akan terbentuk sebuah

keterampilan gerak. Ketrampilan gerak ini yang nantinya muncul sebagai suatu

teknik dasar dalam permainan bolavoli. Suharno (1992:21) menyatakan

“Pengertian teknik ialah suatu proses pelaksanaan kegiatan fisik secara efektif dan

rasional yang memungkinkan tercapainya hasil tebaik dalam pertandingan.

Gerakan dalam bolavoli atau tektik dalam bolavoli akan menjadi baik jika

didasari dengan kemampuan fisik yang baik, setiap teknik dalam bolavoli

memiliki unsur-unsur fisik khusus yang harus dikembangkan untuk menunjang

performa geraknya, berikut adalah teknik dasar permainan bolavoli beserta

analisis tinjauan pendukung teknik dasar sehingga akan diketahui kebutuhan fisik

untuk melakukan masing-masing teknik tersebut.

b. Analisis Kondisi Fisik Bolavoli

Kondisi Fisik dalam bolavoli bisa diketahui dari karakteristik gerak, dalam

hal ini ditinjau dari teknik dasar permainan bolavoli.

1) Servis

Menurut Roesdiyanto (1989:27) “Servis dalam permainan bolavoli adalah

sarana pertama untuk mengadakan serangan terhadap regu lawan.” Servis pada

(33)

menyajikan bola, tetapi sebagai suatu serangan pertama bagi regu yang melakukan

servis. Servis ada beberapa macam: (1) Servis atas adalah service dengan awalan

melemparkan bola ke atas seperlunya. Kemudian Server memukul bola dengan

ayunan tangan dari atas. (2) Servis bawah adalah servis dengan awalan bola

berada di tangan yang tidak memukul bola. Tangan yang memukul bola bersiap

dari belakang badan untuk memukul bola dengan ayunan tangan dari bawah.

Posisi kaki saat servis yaitu dengan membuka kaki selebar bahu serta salah

satu kaki berada di depan, kaki yang berada di depan adalah kaki kebalikan dari

tangan pemukul bola servis, hal ini bertujuan untuk menambah keseimbangan

serta saat melakukan gerak lanjutan menjadi mudah karena posisi kaki salah satu

sudah di depan. Tangan yang akan memukul bola harus lurus sewaktu menyentuh

bola. Karena dalam prinsip biomekanika, Hidayat (1997:132) mengatakan bahwa

pada suatu gerak rotasi, kecepatan berbanding lurus dengan jari-jarinya. Sehingga

untuk memperoleh hasil servis yang keras harus meluruskan lengan saat impact

dengan bola.

Pelaksanaan servis secara umum dibagi 3 bagian, yaitu; (1). Melempar

bola ke atas, dalam hal ini dalam upaya melempar dibutuhkan kekuatan otot-otot

lengan yang cukup kuat terutama deltoid sebagai pangkal lengan yang juga

didukung oleh pektoralis mayor dan lattisimus dorsi. (2). Memukul bola, fase ini

merupakan fase terpenting dalam melakukan teknik servis. Kekuatan akan

berumpu pula pada otot-otot bahu, dada, triceps dan wrist. (3). Follo trough,

merupakan fase tindah lanjut. Ini menunjukkan bahwa kelompok anggota gerak

(34)

Teknik mahir sevis dapat dilakukan dengan melompat, atau biasa disebut

dengan jump serve. Teknik servis ini juga bisa dilakukan atau dilatihkan untuk

pemain pada level intermediet, Teknik yang dilakukan hanya menambah saat

melompat ke udara yang tentunya melibatkann otot-otot tungkai, gluteus atau

trunk. Pelaksanaan servis membutuhkan hampir seluruh otot-otot bagian tubuh.

Pelaksanaan servis dengan benar dan mematikan harus didukung kemampuan

fisik yang baik, terutama power otot lengan, power otot tungkai untuk melompat

pada saat melakukan jump servedan kekuatan otot perut sebagai pendukung dari

hasil servis yang baik.

2) Passing

Menurut Dunphy dan Wilde (2000:24) terminologi pasing adalah sentuhan

pertama dari sebuah tim setelah bola melewati net yang berasal dari servis atau

serangan. Pasing merupakan salah satu teknik dasar bolavoli, pasing betujuan

untuk menerima servis. Pasing dalam bolavoli ada dua macam, pasing bawah dan

pasing atas. Gerakan badan saat melakukan pasing bawah maupun pasing atas

tidak berbeda. Saat posisi siap akan melakukan passing, salah satu kaki didepan

dan kedua kaki ditekuk dan tubuh agak condong ke depan .Tubuh agak

membungkuk, sikap kaki seperti hendak melangkah dengan posisi kaki selebar

bahu, Durrwachter (1982:52)

Sikap awal pasing bawah adalah badan agak ditekuk, dan kaki didepan

ditekuk selebar bahu, kemudian saat perkenaan bola, badan agak tegak dan kaki

(35)

ditekuk, posisi berjongkok rendah atau melangkah lebar, punggung rata, siku

setinggi lutut, Durrwachter (1982:52)

Gerakan ancang-ancang, rentangan tubuh cepat serta gerak mengikuti arah

bola yang terpantul, jadi gerak lengan yang panjang dan diarahkan memperbesar

ketepatan dan pengoperan bola. Gerak selanjutnya adalah tubuh serta lengan

diangkat menyongsong bola, gerak lengan pada persendian bahu, tubuh atas tetap

tegak, lengan lurus, karena jika lengan menekuk pada siku saat perkenaan bola,

maka hasil pantulan bola tidak bagus.

Kaki dibuka selebar bahu agar supaya posisi semakin stabil, hal itu sesuai

dengan hokum kesetimbangan II “stabilitas berbanding lurus dengan luas bidang

tumpuannya”. Posisi badan merendah atau tungkai di tekuk juga mempunyai

tujuan menstabilkan posisi, semakin rendak titik tumpuan,maka smakin stabil

posisi kita. Imam Hidayat (1997:33) mengatakan “ makin besar jarak vertikalnya,

makin kecil stabilitasnya. Sebaliknya makin kecil jarak vertikalnya, makin besar

stabilitasnya”.

Menurut Durrwachter (1982:53) ada beberapa langkah-langkah gerakan

teknik dasar passingbawah dimulai posisi siap melakukan passingsampai posisi

setelah melakukan passing. Posisi siap menunggu kedatangan bola, tubuh agak

membungkuk, sikap kaki seperti hendak melangkah dengan posisi kaki selebar

bahu, lengan bawah diangkat sehingga mendatar. Kekuatan otot tungkai sangant

dominan dalam gerakan tersebut terutama otot-otot pada tungkai bawah, karena

posisi telapak kaki yang jinjit, sehingga diperlukan kekuatan otot tungkai bawah

(36)

Bola dipantulkan dengan lengan bawah bola mengenai kedua lengan

bawah secara bersamaan dan terpantul ke atas lagi, gerak lengan lebih mirip sikap

mengangkat atau mendorong, dan bukan memukul. Otot lengan sangat berperan

dalam sukses tidaknya melakukan pasing bawah. Otot bisep dan trisep sebagai

penopang lengan atas juga sangat berperan memberikan dorongan kekuatan dalam

melakukan pasing, terlebih pada saat melakukan pasing atas dorongan dari lengan

sangat membantu.

Pasing bawah merupakan upaya pemain dengan menggunakan sisi bagian

dalam lengan bawah untuk mengoperkan bola yang dimainkannya kepada teman

seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri. Pasing bawah yang baik

membutuhkan kemampuan yang baik pula. Ditinjau dari karakteristik gerakanya,

kemampuan fisik yang dominan untuk mendukung pelaksanaan pasing adalah

daya tahan otot tungkai, kekuatan dan daya tahan otot lengan.

Menurut Roesdiyanto (1989:36) berpendapat bahwa pasing atas adalah

mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik

tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun serangan kepada lawan. Set up

atau pasing atas adalah bentuk lain dari teknik dasar pasing. “Teknik dasar pasing

atas merupakan teknik dasar permainan bolavoli yang berperan dalam kelancaran

suatu serangan olae suatu regu, Roesdiyanto (1989:36).” Fungsi dari pasing atas

ini cenderung untuk umpan, namun bisa juga sebagai sajian bola awal kepada

pengumpan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pasing atas menurut

(37)

kaki kanan ke depan, tubuh agak condong ke depan, lengan atas harus tegak lurus

dengan lantai, tangan diletakkan agak di depan di atas dahi, jari tangan dibentuk

sesuai lebar ukuran bola, bahu ditarik ke belakang sehingga pada saat mendorong

bola posisi tangan tepat berada di depan dahi, keseluruhan ujuang jari harus

menyentuh permukaan bola, posisi tubuh mengarah ke arah target sasaran, untuk

menghasilkan follow through yang sempurna diikuti dengan tolakan tungkai,

pinggul dan lengan, diarahkan ke target sasaran. Pasing atas dilakukan dengan

dukungan kemampuan fisik yang baik, terutama kekuatan otot lengan dan

kekuatan otot tungkai.

3) Semes

Menurut pendapat Dunpy dan Wilde (2000:68) “Smesh adalah suatu

pukulan yang kuat dimana tangan kontak dengan bola secara penuh pada bagian

atas , sehingga jalannya bola terjal dengan kecepatan yang tinggi, apabila pukulan

bola lebih tinggi berada diatas net , maka bola dapat dipukul tajam ke bawah.”

Menurut Roesdiyanto (1989:49) “Smesh adalah pukulan keras yang biasanya

mematikan karena bola sulit diterima atau dikembalikan.” Spike adalah

merupakan bentuk serangan yang paling banyak digunakan untuk menyerang

dalam upaya memperoleh nilai suatu tim dalam permainan voli . Dari beberapa

pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik smesh atau spike adalah cara

memainkan bola dengan efisien dan efektif sesuai dengan peraturan permainan

untuk mencapai pukulan keras yang biasanya mematikan ke daerah lawan.

Smesh merupakan bentuk serangan dalam permainan bola voli yang

(38)

Berdiri dengan salah satu kaki dibelakang sesuai dengan kebiasaan individu

(tergantung smesher normal atau smesher kidal). Langkahkan kaki satu langkah

kedepan (pemain yang baik, dapat mengambil ancang-ancang sebanyak 2 sampai

4 langkah), kedua lengan mulai bergerak kebelakang, berat badan

berangsur-angsur merendah untuk membantu tolakan. Pada tahap tolakan ini, kaki

berikutnya dilangkahkan hingga kedua telapak kaki hampir sejajar dan salah satu

kaki agak ke depan sedikit untuk mengerem gerak ke depan, dan sebagai

persiapan meloncat ke arah vertikal. Kedua lengan diayun ke belakang atas

sebatas kemampuan berupa gerak rotasi bahu. Bersamaan dengan gerakan ini,

kaki ditekuk sehingga lutut membentuk sudut kurang lebih 110º yang merupakan

sudut yang efektif untuk menolak karena dengan sudut tarikan otot yang besar

akan menghasilkangaya besar, terlebih karena sudut ini bekerja pada sendi lutut

yang mempunyai sistem katrol anatomik pada sendi lutut yang bersifat ellipsoidea

rangkap (sendi bujur telur). Setelah itu badan siap untuk meloncat dengan berat

badan lebih banyak bertumpu pada kaki yang depan. Gerakan ini merupakan

gerak fleksi tungkai bawah (flexi genu) yang melibatkan otot hamstring dan

gerak dorsoflexiyang melibatkan otot tibialis anteriountuk persiapan menolak.

Tahap menolak secara kontinu dilanjutkan gerakan meloncat dengan tumit

dan jari kaki menghentak tanah. Gerakan ini merupakan gerak ekstensi tungkai

bawah (ekstensi genu) yang melibatkan otot quadricep femoris dan gerakan

plantarflexi yang melibatkan otot gastrocnemius, sambil meloncat kedua lengan

diayunkan ke depan atas yang merupakan gerak rotasi bahu ke atas (anteflexi)

(39)

deltoideus, otot pectoralis major, otot biceps brachii, dan otot coracobrachialis.

Sesaat setelah meloncat ketika tubuh melayang di udara posisi togok membusur

ke belakang, yang merupakan gerak hiperekstensi togok (kayang). Telapak kaki,

pergelangan kaki, panggul, dan togok digerakkan serasi untuk memperoleh

rangkaian gerak yang sempurna agar terwujud gerakan eksplosif dan loncatan

vertikal.

Melangkahkan kaki selanjutnya hingga kedua telapak kaki hampir sejajar

dan salah satu kaki kedepan sedikit untuk mengerem gerak kedepan dan sebagai

persiapan meloncat kearah vertikal. Mengayunkan kedua lengan kebelakang atas

sebatas kemampuan, kaki ditekuk sehingga lutut membuat sudut ±110º, badan

siap untuk meloncat dengan berat badan lebih banyak bertumpu pada kaki yang

didepan. Mulai meloncat dengan tumit & jari kaki menghentak lantai dan

mengayunkan kedua lengan kedepan atas saat kedua kaki mendorong naik keatas.

Telapak kaki, pergelangan tangan, pinggul dan batang tubuh digerakkan serasi

merupakan rangkaian gerak yang sempurna. Gerakan dilakukan dengan eksplosif

dan loncatan vertikal.

Jarak bola didepan atas sejangkauan lengan pemukul, segera lecutkan

lengan kebelakang kepala dan dengan cepat lecutkan kedepan sejangkauan lengan

terpanjang dan tertinggi terhadap bola. Pukul bola secepat dan setinggi mungkin,

perkenaan bola dengan telapak tangan tepat diatas tengah bola bagian atas.

Pergelangan tangan aktif menghentak kedepan dengan telapak tangan dan jari

menutup bola. Perkenaan bola lengan pemukul membuat gerakan lanjutan kearah

(40)

lengan, telapak tangan, badan, tangan yang tidak memukul dan kaki harus

harmonis dan eksplosif untuk menjaga keseimbangan saat berada diudara.

Pukulan yang benar akan menghasilkan bola keras dan cepat turun kelantai.

Keterampilan ini merupakan kerja koordinasi mata tangan dalam upaya

menepatkan saat yang tepat dari jangkauan lompatan yang tertinggi dengan

keberadaan bola yang jatuh. Fase ini kerja otot-otot perut dan punggung sangat

dominan. Otot yang terlibat dalam melakukan smash dilihat dari analisis

gerakanya adalah pergelangan tangan aktif menghentak ke depan dengan telapak

tangan dan jari menutup bola yang merupakan gerak fleksi pergelangan tangan

dengan melibatkan otot flexor carpi radialis dan otot flexor pollicis longus pada

sendi pergelngan tangan yang bersifat ellipsoidea (sendi bujur telur). Lengan

pemukul membuat gerakan lanjutan ke arah garis tengah badan (gerak retrofleksi)

yang melibatkan otot deltoideus, otot pectoralis major,dan otot lactisimus dorsi,

dengan diikuti gerak tubuh membungkuk (gerak fleksi togok) yang melibatkan

otot abdominis dan otot pectineus. Gerakn lecutan lengan, telapak tangan, togok,

tangan yang tidak memukul, dan kaki harus harmonis dan eksplosif untuk

menjaga keseimbangan saat berada di udara. Pukulan yang benar akan

menghasilkan jalannya bola yang keras dan cepat menurun ke tanah dengan

putaran yang cepat ke arah depan (top spin).

Pukulan menjadi penting juga untuk menunjukkan pukulan yang terkuat.

Dengan kuatnya pukulan memberikan peluang untuk mendapatkan poin. Saat

memukul, otot yang terlibat langsung adalah kelompok bahu seperti deltoid,

(41)

kaki. Lutut lentur saat mendarat untuk meredam perkenaan kaki dengan lantai,

mendarat dengan jari-jari kaki (telapak kaki bagian depan) dan sikap badan

condong kedepan. Otot-otot tungkai menjadi domonan pula dalam menahan berat

badan. Gerakan selanjutnya setelah memukul bola di atas net adalah mendarat

dengan kedua kaki mengeper dengan menekuk lutut (gerak fleksi tungkai bawah)

yang lentur untuk meredam perkenaan kaki dengan tanah. Pendaratan dilekukan

dengan jari-jari kaki (telapak kaki bagian depan) dan sikap badan condong ke

depan dengan memperlambat gerakan. Perlambatan gerakan dilakukan untuk

memperkecil momentum hingga menjadi nol (berhenti bergerak) untuk mencegah

cedera dalam bentuk kerusakan sendi.

4) Blok

Blok merupakan daya upaya di dekat jaring untuk mencoba

menahan/menghalangi bola yang datang dari daerah lawan. Sikap memblok yang

benar adalah: (1) Jongkok, bersiap untuk melompat. (2) Lompat dengan kedua

tangan rapat dan lurus ke atas. (3) Saat mendarat hendaknya langsung menyingkir

dan memberi kesempatan pada kawan satu regu untuk bergantian melakukan blok.

Blok dapat diartikan sebagai bendungan pertama serangan dari lawan.

“Blok adalah kunci dari taktik pertahanan dalam bolavoli, seerta merupakan garis

pertama pembendung serangan lawan, Dunvy dan Wilde (2000:82).” Blok dapat

menggagalkan ataupun dapat mengurangi efektifitas serangan dari lawan.

Sehingga bola yang mengarah pada pertahanan dapat dibendung secara baik.

Teknik dasar blok bolavoli juga memerlukan kajian biomekanik yang

(42)

untuk dapat memperoleh tingkat efisiensi dari gerakannya sehingga penguasaan

tekniknya maksimal. Urutan teknik blok dalam bolavoli dilaksanakan dengan

prinsip-prinsip mekanis untuk melakukan rangkaian terhadap gerakan selanjutnya.

Tinjauan mekanis terhadap rangkaian gerakan blok bolavoli adalah berdiri

tegak bertumpu pada kedua kaki menghadap ke net, kedua tangan diletakkan di

depan dada dan telapak tangan posisi membuka. Sikap awal untuk menentukan

efisiensi gerakan yang dilakukan. Untuk mendapatkan efisiensi gerakan dalam

melakukan blok maka posisi tangan ditemptkan di depan dada sehingga dapat

memperhitungkan ketepatan dengan bola pada saat melakukan blok di depan net.

Sikap awal ini menganut pengertian dari hukum kesetimbangan pertama

yaitu “Badan selalu dalam keadaan setimbang selama proyeksi dari titik berat

badan tersebut jatuh dalam bidang tumpuannya, Hidayat (1997:27).” Dalam

perlakuan sikap awal ini masih menggunakan posisi berdiri dengan tumpuan kaki

selebar bahu dan membuat tubuh dalam keadaan setimbang karena sebagai awal

persiapan menuju gerakan selanjutnya. Gerak abduksi pada tungkai pada saat

kedua tungkai dibuka selebar bahu.

Terjadi gerak endorotasi pada lengan saat sikap awal ini karena posisi

tangan bersiap untuk melakukan block. Kelompok otot yang bekerja pada saat

gerakan endorotasi tersebut antara lain subscapularis, pectoralis major, Biceps

brachii, Triceps brachii, brachioradialis, Pronator teres, Flexor carpi radialis,

Palmaris Longus, dan Flexor digitorum superficialis. Tumpuan loncatan

menggunakan dua kaki untuk menumpu dan ujung kaki sebagai tolakan. Power

(43)

Mekanisme gerakan tumpuan loncatan dibutuhkan perubahan luas

permukaan tumpuan. Dengan memperkecil bidang tumpuan maka sikap atau

posisi tubuh akan semakin labil. Sesuai dengan bunyi hukum kesetimbangan

kedua “Stabilitas berbanding lurus dengan luas bidang tumpuannya, Hidayat

(1997:29).” Untuk melakukan gerakan loncatan diperlukan posisi tubuh yang labil

sehingga badan akan lebih mudah digerakkan.

Loncatan ke atas juga akan dipengaruhi oleh posisi anatomis tubuh pada

saat meloncat sehingga dapat menghasilkan loncatan maksimal. Posisi tungkai

diharapkan lurus karena untuk tetap menjaga titik berat badan berada di tengah

antara tungkai dan togok sehingga memungkinkan sikap seluruh badan tetap

tegak. Posisi togok juga diharapkan tetap tegak pada saat melakukan loncatan, hal

ini bertujuan untuk menghasilkan loncatan maksimal secara vertikal sehingga

jangkauan yang diperoleh tetap maksimal. Posisi togok yang lurus pada saat

melakukan loncatan ke atas diharapkan untuk menjaga kestabilan serta titik berat

badan tetap pada posisinya.

Posisi kedua tangan lurus dengan kedua telapak tangan dibuka

selebar-lebarnya untuk membendung serangan dari lawan. Kestabilan titik berat badan

akan berubah oleh karena posisi tubuh yang berbeda-beda, Hidayat (1997:15).

Posisi kedua tangan lurus ke atas dikarenakan untuk meraih jangkauan paling

tinggi pada saat membendung serangan serta mempertahankan posisi titik berat

badan sehingga posisi badan tetap stabil meskipun meloncat pada titik maksimal.

Kedua telapak tangan dibuka selebar-lebarnya dikarenakan selain untuk

(44)

kesetimbangan bola yang datang dengan permukaan bendungan yang luas juga

memaksimalkan tumbukan bola dengan tangan agar lenting sempurna.

Terjadi gerak Plantar Flexi pada otot kaki pada saat tumpuan loncatan

untuk mendorong ke atas. Tungkai bawah terjadi kontraksi pada otot flexor

digitorum longus, soleus dan gastrocnemius pada saat melakukan loncatan ke

atas, selanjutnya terjadi kontraksi pada otot-otot bagian hamstring dan musculus

gluteus maximus.

Terjadi kontraksi pada otot-otot pada bagian abdomen mulai dari

kelompok otot rectus abdominis, seratus anterior, pectoralis mayor, dan

lattisimus dorsi. Kontraksi terjadi pada saat loncatan vertical diiringi kontraksi

pada otot bagian punggung diantaranya otot punggung, musculus deltoideus, dan

trapezius. Rangkaian gerakan terakhir pada saat loncatan yaitu otot-otot pada

bagian lengan terjadi gerakan elevasi saat tangan merintang di atas net, kemudian

perputaran pada articulatio humeri dan articulation cubiti, serta diikuti kontraksi

pada musculus deltoideus.

Pendaratan menggunakan tumpuan dua kaki dengan luas permukaan

tumpuan selebar bahu. Perubahan luas permukaan tumpuan dengan memperkecil

bidang tumpuan untuk pendaratan maka sikap atau posisi tubuh akan semakin

labil. Sesuai dengan bunyi hukum kesetimbangan kedua “Stabilitas berbanding

lurus dengan luas bidang tumpuannya, Hidayat (1997:29).” Melakukan gerakan

pendaratan diperlukan posisi tubuh yang labil pada saat awal mendarat dengan

ujung kaki sebagai awal tumpuan sehingga badan akan lebih mudah digerakkan.

(45)

kesetimbangan pertama yaitu “Badan selalu dalam keadaan setimbang selama

proyeksi dari titik berat badan tersebut jatuh dalam bidang tumpuannya, Hidayat

(1997:27).” Dalam gerakan pendaratan ini setelah bertumpu pada ujung kaki

sebagai awal tumpuan kemudian berlanjut dengan seluruh telapak kaki untuk

merubah posisi tubuh menjadi stabil serta menggunakan posisi tumpuan kaki

selebar bahu dan membuat tubuh dalam keadaan setimbang.

Poin utama pada saat pendaratan adalah anteflexi pada plantar fascitis dan

plantar fascia sebagai kebalikan dari gerakan pada saat meloncat. Tingkat

kompleksitas dari gerakan blok sangat memerlukan kajian yang mendalam

terhadapnya. Tinjauan secara anatomi maupun mekanika gerak sangat dibutuhkan

dalam menganalisa kemampuan fisik yang mendukung dalam melakukan blok

dalan bolavoli.

c. Latihan Fisik

Annarino (1980:8) mengatakan bahwa “Latihan ditujukan untuk

mempersiapkan atlet dalam suatu pertandingan atau kompetisi dalam usaha

mencapai prestasi yang optimal. Foss, Keteyian (1998:278) kata exercise

diartikan sebagai (1) Aktivitas fisik yang melibatkan penggunaan kelompok otot

besar dari pada kelompok otot yang sangat khusus, secara relatif gerakan-gerakan

tanpa beban dari kelompok-kelompok otot kecil. Yang termasuk di dalam exercise

adalah: menari, kalestinis, permainan dan aktivitas yang lebih formal seperti

jogging, renang dan lari. (2) Beberapa bentuk gerakan yang dirancang untuk

(46)

dapat disimpulkan sebagai sebagai aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi

waktu. Senada dengan pendapat dua ahli di atas, Lutan dkk (1991:88)

mengungkapkan bahwa latihan fisik adalah latihan yang bertujauan untuk

meningkatkan kondisi fisik, yaitu faktor yang amat penting bagi setiap atlit. Tanpa

kondisi fisik yang baik, atlet tidak akan dapat mengikuti latihan-latihan, apalagi

bertanding dengan sempurna. Beberapa unsur kemampuan fisik dasar yang perlu

dikembangkan antara lain kekuatan, daya tahan, kelentukan, kelincahan dan

kecepatan.

Latihan didefinisikan sebagai sebuah aktivitas dengan menggunakan

otot-otot yang terlibat dalam berbagai cara untuk menjaga kesegaran jasmani atau

penggunaan jasmani demi memelihara organ atau bagian tubuh dan fungsinya

agar selalu dalam keadaan sehat. Latihan adalah suatu aktivitas fisik untuk

neningkatkan kinerja tubuh, kebugaran, kekuatan, daya tahan dan meningkatkan

penampilan tubuh. Dari beberapa pengertian istilah tersebut di atas maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Latihan :

- Penekanan pada aktivitas fisik saja,

- Sebagai aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi waktu,

- Melibatkan kelompok otot-otot besar,

- Pengembangan segala aspek yang ada pada individu untuk mencapai

(47)

1) Tujuan Latihan Fisik

Tujuan latihan fisik dalam bolavoli secara umum adalah untuk

meningkatkan prestasi secara optimal, sedangkan tujuan yang lebih khusus adalah

untuk meningkatkan performa gerak, dalam hal ini meningkatkan performa

keterampilan dalam bolavoli.

Menurut Bompa (1990:3-5) bahwa dalam rangka mencapai tujuan utama

latihan yaitu puncak penampilan prestasi yang lebih, perlu kiranya memperhatikan

tujuan-tujuan latihan sebagai berikut:

a) Mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara menyeluruh.

b) Menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai suatu

kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktek.

c) Menanamkan kualitas kemauan melalui latihan yang mencakup serta

disiplin untuk tingkah laku, ketekunan dan keinginan untuk

menanggulangi kerasnya latihan dan menjamin persiapan psikologis yang

cukup.

d) Mempertahankan keadaan kesehatan.

e) Mencegah cidera melalui pengamanan terhadap penyebabnya dan juga

meningkatkan fleksibilitas di atas tingkat tuntutan untuk melaksanakan

gerakan.

f) Memberikan sejumlah pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan

dasar-Dasar fisiologis dan psikologis latihan, perencanaan gizi dan regenerasi.

Selain hal diatas latihan fisik bertujuan untuk:

(48)

b) Mengembangkan fisik secara khusus sesuai dengan tujuan olahraga

tertentu,

c) Menyempurnakan teknik olahraga tertentu (Bompa, 1990:45).

Keberhasilan dalam penampilan olahraga tidak hanya ditentukan oleh

pencapaian pada domain fisik saja, melainkan juga ditentukan oleh pencapaian

pada domain psikomotor, kognitif dan afektif. Domain ini dalam kenyataannya

merupakan satu kesatuan yang saling terkait, maka dalam peningkatannya harus

dikembangkan secara bersamaan atau simultan. Menurut Hare (1982:8) secara

terinci tujuan latihan adalah sebagai berikut:

a) Mengembangkan kepribadian.

b) Kondisi dengan sasaran utama untuk meningkatkan power, kecepatan dan

daya tahan.

c) Meningkatkan teknik dan koordinasi gerak.

d) Meningkatkan taktik.

e) Meningkatkan mental.

Tujuan utama atlet berlatih adalah untuk mencapai puncak prestasinya,

sehingga untuk itu pembinaan atlet harus direncanakan dengan baik dan benar

serta didasarkan pada konsep periodisasi dan metodeologi serta prinsip-prinsip

latihan.

2) Prinsip Latihan Fisik

Latihan olahraga merupakan suatu latihan dalam upaya untuk

meningkatkan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh

(49)

maksimal, harus memiliki prinsip latihan. Menurut Fox, Bowers & Foss

(1988:288), prinsip dasar dalam program latihan adalah mengetahui sistem energi

utama yang dipakai untuk melakukan suatu aktivitas dan melalui prinsip beban

berlebih (overload) untuk menyusun satu program latihan yang akan

mengembangkan sistem energi yang bersifat khusus pada cabang olahraga.

Adapun prinsip-prinsip latihan yang secara umum diperhatikan adalah

sebagai berikut:

a) Prinsip Kekhususan (Specificty)

Latihan bertujuan untuk mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan

harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan kemampuan tubuh sesuai

dengan tuntutan dalam cabang olahraga yang akan dikembangkan. Kekhususan

dalam hal ini adalah spesifik terhadap sistem energi utama, spesifik terhadap

kelompok otot yang dilatih, pola gerakan, sudut sendi dan jenis kontraksi otot.

Prinsip kekhususan dalam bolavoli adalah latihan kondisi fisik sesuai dengan

kebutuhan gerak dalam bolavoli

Menurut Bompa (1990:34) bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan

dalam prinsip kekhususan yaitu: (1) melakukan latihan-latihan khusus sesuai

dengan karakteristik cabang olahraga, (2) melakukan latihan untuk

mengembangkan kemampuan biomotorik khusus dalam olahraga. Soekarman

(1987:60) mengemukakan bahwa latihan itu harus khusus untuk meningkatkan

kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang

bersangkutan. Latihan harus ditujukan khusus terhadap sistem energi atau serabut

(50)

khusus. Program latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan

dengan tujuan yang ingin dicapai dalam cabang olahraga.

b) Prinsip Beban-Lebih (The Overload Priciples)

Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada

pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan oleh atlet,

Atlet harus selalu berusaha berlatih dengan beban yang lebih berat daripada yang

mampu dilakukan saat itu, artinya berlatih dengan beban yang berada diatas

ambang rangsang. Kalau beban latihan terlalu ringan (dibawah ambang rangsang),

walaupun latihan sampai lelah, berulang-ulang dan dengan waktu yang lama,

peningkatan prestasi tidak mungkin tercapai.

Pemberian beban dimaksud agar tubuh beradaptasi dengan beban yang

diberikan tersebut, jika itu sudah terjadi maka beban harus terus ditambah sedikit

demi sedikit untuk meningkatkan kemungkinan perkembangan kemampuan

tubuh. Penggunaan beban secara overload akan merangsang penyesuaian

fisiologis dalam tubuh, sehingga peningkatan prestasi terus-menerus hanya dapat

dicapai dengan peningkatan beban latihan, Bompa (1990:44). Untuk mendapatkan

efek latihan yang baik organ tubuh harus diberi beban melebihi beban dari

aktivitas sehari-hari. Beban yang diberikan mendekati maksimal hingga

maksimal, Brook & Fahey (1984:84).

c) Prinsip Beban Bertambah (The Prinsiples of Progresive)

Beban latihan adalah sejumlah intensitas, volume, durasi dan frekuensi

(51)

untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari sistem organ tubuhnya agar

mampu beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi sesuai dengan tujuan latihan.

Peningkatan pemberian beban hendaknya dilakukan secara progresif dan

bertahap. Progresif artinya beban latihan selalu meningkat, dari awal sampai akhir

latihan. Peningkatan berat beban dilakukan tidak sekaligus, tetapi bertahap.

Diawali dengan beban rendah dan dilanjutkan ke beban yang semakin tinggi,

bukan sebaliknya pada awal latihan diberikan beban berat, kemudian makin lama

beban latihanya semakin ringan. Menurut Nala (1998:34) bahwa yang

dimaksudkan dengan beban latihan tidaklah selalu pengertiannya kuantitatif,

tetapi mencakup kuantitatif dan kualitatif. Beban latihan yang bersifat kuantitatif

ini, beban latihannya dapat berupa berat beban yang harus diangkat, banyaknya

repetisi, set, lama istirahat per set, kecepatan, frekuensi perminggu dan

sebagainya. Bagi atlet cabang olahraga yang lain tentu beban latihannya akan

berbeda, sebab tujuan latihannya berbeda. Beban latihan yang bersifat kualitatif

dapat berupa presentase intensitas latihan, berapa persen beban latihan diambil

pada awal latihan dan berapa persen peningkatanya.

d) Prinsip Individualitas (The Prinsiples of Individuality)

Pada prinsipnya masing-masing individu berbeda satu dengan yang lain.

Dalam latihan setiap individu juga berbeda kemampuannya, manfaat latihan akan

lebih berarti jika program latihan tersebut direncanakan dan dilaksanakan

berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Oleh karena itu faktor-faktor

karakteristik individu atlet harus dipertimbangkan untuk menyusun program

(52)

faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar

belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmaninya, ciri-ciri

psikologisnya, semua itu harus ikut dipertimbangkan dalam menyusun program

latihan. Latihan yang dilakukan harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan

karakteristik dan kondisi individu atlet. Program latihan yang disusun dan

pembebanan yang diberikan dalam latihan harus sesuai dengan kondisi tiap-tiap

individu.

e) Prinsip Reversibelitas (The Prinsiples of Reversibility)

Kemampuan fisik yang dimiliki seseorang tidak menetap, tetapi dapat

berubah sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Keaktifan seseorang melakukan

latihan atau kegiatan fisik dapat meningkatkan kemampuan fisik, sebaliknya

ketidakaktifan atau tanpa latihan akan menimbulkan kemunduran kemampuan

fisik. Menurut Soekarman (1987:60) bahwa, setiap hasil latihan kal

Gambar

Tabel 2.3
Tabel 2.4 Bentuk Latihan Beban dan Kelompok Otot Utama yang Dilatih
Gambar 2.1 Kelompok Otot Besar yang Harus Dilatih dalam Latihan Beban.
Tabel berikut akan memperjelas hubungan jumlah beban dan tipe kekuatan yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan suhu perebusan tidak berpengaruh nyata pada aktivitas antioksidan dengan metode DPPH disebabkan karena penurunan kadar antosianin pada flake beras

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hasil pemetaan mata kuliah jika berdasarkan sandi tahun ajaran untuk delapan PS di FMIPA, hanya mata kuliah PS

Sehingga baik penjual maupun pembeli sama-sama tunduk pada harga pasar (price taking). c) Tidak ada hambatan bagi siapapun, baik ia sebagai penjual atau pembeli untuk

Halaman login hanya bisa diakses oleh admin agar dapat mengelola dan mengatur semua data yang terdapat dalam website Sistem Informasi Geografis Kelautan Arus Laut

Hal ini mengindikasikan bahwa strategi positive reappraisal yang paling sering digunakan oleh petugas kebersihan jalan raya wanita (dalam penelitian ini) untuk meregulasi

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : 1) Maksud dan tujuan utama yang hendak ditegakkan dan dilindungi, dalam proses praperadilan yaitu tegaknya hukum dan perlindungan hak

Dengan terbentuknya Kabupaten Pesisir Barat sebagai daerah otonom, Pemerintah Provinsi Lampung berkewajiban membantu dan memfasilitasi terbentuknya kelembagaan

Menurut penelitian Arifani (2006) bahwa salah satu obat tradisional yang terbukti dapat meningkatkan jumlah eritrosit yaitu buah merah ( P. Buah merah mengandung banyak asam oleat,