• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kadar Magnesium Serum Terhadap Kasus Dismenore Pada Wanita Usia 17-21 Tahun.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Kadar Magnesium Serum Terhadap Kasus Dismenore Pada Wanita Usia 17-21 Tahun."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

PERBANDINGAN KADAR MAGNESIUM SERUM

TERHADAP KASUS DISMENORE PADA WANITA USIA 17-21TAHUN

Ian Adrianto, 2014 Pembimbing 1: dr. Fen tih, M.Kes.

Pembimbing 2: dr. Christine Sugiarto, Sp.PK.

Latar Belakang Menstruasi adalah salah satu proses fisiologis yang dialami oleh

semua wanita. Proses menstruasi seringkali berlangsung dengan tidak nyaman, biasanya disertai dengan gejala–gejala seperti perut kembung, mudah lelah, emosi labil, nyeri atau kram perut, dan nyeri saat menstruasi (dismenore). Penyebab pasti dismenore masih belum diketahui namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa mikronutrien tertentu termasuk Mg (magnesium), Ca (kalsium) dan vitamin D berhubungan erat dengan patogenesis penyakit ini. Wanita remaja merupakan kelompok berisiko tinggi terhadap dismenore karena gaya hidup yang kurang teratur dan tingkat stress yang tinggi. Oleh karena itu, pemeriksaan mikronutrien seperti kadar magnesium darah dapat dilakukan untuk menentukan terapi komplemneter dan mencegah dismenore.

Tujuan Penelitian Membandingkan kadar magnesium darah pada wanita berusia

17-21 tahun tanpa dismenore dan dengan dismenore.

Metode Penelitian Menggunakan desain analitik observasional dengan rancangan

penelitian cross sectional terhadap kadar Mg darah pada 60 subjek wanita berusia 17-21 tahun dengan analisis statistik menggunakan uji t tidak berpasangan.

Hasil Rerata kadar magnesium darah pada wanita dismenore 1.9070 mg/dL lebih

rendah dibandingkan dengan rata-rata kadar magnesium darah pada wanita yang tidak mengalami dismneore 2.2027 mg/dL, (p)=0,000

Simpulan Kadar magnesium darah pada wanita dismenore lebih rendah

dibandingkan wanita yang tidak mengalami dismenore

(2)

iv ABSTRACT

THE COMPARISON OF SERUM MAGNESIUM CONCENTRATION ON DYSMENORRHEA IN WOMEN AGED 17-21 YEARS OLD

Ian Adrianto, 2014 1st Advisor: dr. Fen tih, M.Kes.

2nd Advisor: dr. Christine Sugiarto, Sp.PK.

Background Menstruation is a physiological process experienced by all women. Menstruation is often accompanied by considerable discomfort, including bloated stomach, fatigue, unstable emotion, abdominal pain and cramps, and menstrual pain (dysmenorrhea). The cause of dysmenorrhea is has not yet been determined, but several studies showed that certain micronutrients, including calcium, magnesium, and vitamin D are closely related to the pathogenesis underlying this symptom. Young female have a high risk for dysmenorrhea because of disorganized lifestyle and high stress levels. Micronutrient assays such as blood magnesium concentrations can be performed to determine the cause of therapy and prevent dysmenorrhea.

Aim This study aims to compare the blood magnesium concentrations in women aged 17-21 years old with and without dysmenorrhea.

Method This study is an analytical observational study with a cross-sectional research design performed on blood magnesium concentrations in sixty female subjects aged 17-21 years old. The data was analyzed using independent-samples t-test.

Results The mean blood magnesium concentration in women without dysmenorrhea is 2.2027 mg/dL, which is higher compared to the mean blood concentration in women with dysmenorrhea (1.9070) with a p-value of 0.000.

Conclusion The blood magnesium concentration in women without dysmenorrhea is higher than women with dysmenorrhea, so it can be concluded that the blood magnesium concentration is related to the mechanisms underlying dysmenorrhea.

(3)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ... 4

1.6 Hipotesis Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Pelvis ... 6

2.1.1 Rongga Pelvis ... 6

2.1.2 Visera Pelvis ... 9

2.1.3 Persarafan pelvis ... 11

2.1.4 Perdarahan pelvis ... 13

2.2 Sistem Reproduksi Wanita ... 14

2.2.1 Histofisiologi Sistem Reproduksi Wanita ... 14

(4)

iv

2.2.2.1 Fase Menstruasi ... 19

2.2.2.2 Fase Preovulasi ... 20

2.2.2.3 Fase Ovulasi ... 21

2.2.2.4 Fase Postovulasi ... 22

2.3 Dismenore ... 23

2.3.1 Defisini ... 23

2.3.2 Insidensi dan Epidemiologi ... 24

2.3.3 Etiopatogenesis ... 24

2.3.4 Gejala klinik... 27

2.4 Magnesium ... 28

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan, Alat, dan Subjek Penelitian ... 31

3.1.1 Alat Penelitian ... 31

3.1.2 Bahan Penelitian ... 31

3.2 Subjek Penelitian ... 32

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

3.4 Metode Penelitian ... 32

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 33

3.6 Besar Sampel Penelitian ... 33

3.7 Prosedur kerja ... 33

3.8 Metode Analisis ... 34

3.9 Hipotesis Statistik ... 35

3.10 Aspek Etik Penelitian ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 36

4.2 Pengujian Hipotesis ... 36

4.3 Pembahasan ... 37

(5)

iv

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 42

RIWAYAT HIDUP ... 48

(6)

iv

DAFTAR TABEL

(7)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rongga Pelvis ... 6

Gambar 2.2 Diafragma Pelvis ... 8

Gambar 2.3 Corpus Perniei... 9

Gambar 2.4 Organ Reproduksi Wanita ... 11

Gambar 2.5 Histologi Ovarium ... 16

Gambar 2.6 Pengaturan Hormonal dan Perubahan pada Uterus ... 18

Gambar 2.7 Sintesis Leukotriene dan Prostaglandin ... 25

(8)

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ... 42

Lampiran 2. Tabel Kadar Magnesium Darah dan Umur Sampel... 43

Lampiran 3. Form Informed Consent... 45

(9)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Menstruasi adalah salah suatu proses fisiologis yang dialami oleh semua wanita di dunia, menstruasi adalah siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak hamil di bawah kendali hormonal dan berulang secara normal dengan interval sekitar empat minggu, tanpa adanya kehamilan dan selama periode reproduktif (pubertas sampai menopause) pada wanita (Dorland, 2002). Pada kebanyakan wanita, proses menstruasi sering-kali berlangsung dengan tidak nyaman, biasanya disertai dengan gejala–gejala seperti: nyeri kepala, perut kembung, mudah lelah, labil, nyeri / kram perut, dan nyeri saat menstruasi atau dismenore (Bedoya & Oltinoy, 2011).

Dismenore merupakan salah satu gejala premenstruasi yang diderita oleh hampir 90% wanita tidak menopause di dunia dan menjadi alasan tersering pada ketidakhadiran siswi / mahasiswi yang berulang sehingga hal ini sangat mengganggu produktivitas dan kelangsungan hidup sehari hari. Dismenore adalah haid yang nyeri, biasanya tidak disebabkan oleh patologi rongga panggul dan dimulai sekitar waktu menarche (Coco, M.D, 1999). Kasus ini sering dipandang sebelah mata atau tidak dianggap serius karena gejalanya dapat hilang setelah hari-hari pertama menstruasi. Biasanya gejala dismenore timbul mulai dari 2 minggu sebelum menstruasi hari pertama. Frekuensi dismenore primer pada wanita muda adalah 31-52%, keadaan patologis ini tidak hanya menyebabkan

nyeri tetapi juga menyebabkan perubahan psikosomatik (Uvarova dan Gaynova, 2003). Tingginya insidensi dismenore pada usia

(10)

2

Penyebab dismenore ini masih belum ditemukan, namun beberapa penelitian beberapa tahun terakhir menjabarkan bahwa mikronutrien tertentu, termasuk magnesium (Mg), kalsium (Ca) dan vitamin D berhubungan erat dengan kejadian penyakit ini (Bedoya & Oltinoy, 2011). Dismenore merupakan suatu manifestasi dari displasia dan dismorfisme jaringan ikat yang biasanya disebabkan oleh defisiensi magnesium intrasel dalam jangka panjang, yang bisa disebabkan karena penyakit kongenital maupun penyakit yang didapat.

Penelitian yang dilakukan oleh Oltinoy Yakubova pada sekelompok wanita Uzbekistan berusia 13-17 tahun dengan dismenore(berdasarkan Yakolev point scale) menunjukan penurunan kadar magnesium plasma yang seharusnya 0.7±0.2

mg/mL menjadi 0.5±0.2 mg/mL sedangkan kadar magnesium tetap normal 0.7±0,2 mcg/mL sampai 0.9±0,2 mcg/mL pada wanita tanpa dismenore (Yakubova, 2012)

Magnesium adalah kation ke 4 terbanyak dalam tubuh manusia. Magnesium berfungsi sebagai kofaktor dari enzim-enzim yang digunakan dalam kontraksi otot, juga sebagai neurotransmitter dan pengatur dari kanal ion. Asupan magnesium pada wanita dewasa yang dianjurkan adalah 320 mg/hari. Penyerapan magnesium dipengaruhi oleh faktor–faktor seperti konsumsi kopi, etanol dan selenium (Yakubova, 2012). Magnesium banyak terdapat pada makanan yang mudah dijumpai di sekitar kita seperti kacang-kacangan, sayur-sayuran hijau, ikan, alpukat, pisang, dan coklat hitam. Selain mudah didapat magnesium juga hanya memiliki sedikit efek samping sehingga aman dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari.

Wanita berusia 17-21 tahun merupakan kelompok berisiko tinggi terhadap dismenore, karena memiliki gaya hidup yang cenderung kurang teratur dan tingkat stres yang tinggi, juga meningkatnya kuantitas dan frekuensi konsumsi minuman kopi dan minuman beralkohol yang dipengaruhi oleh gaya hidup budaya barat (Bedoya & Oltinoy, 2011).

(11)

3

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah terdapat perbedaan kadar magnesium darah antara wanita usia 17-21 tahun yang mengalami dismenore dan yang tidak mengalami dismenore.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Mengetahui perbedaan kadar magnesium darah antara wanita berusia 17-21 tahun yang mengalami dismenore dan yang tidak mengalami dismenore.

1.4 Manfaat Penelitian

• Manfaat akademis penelitian ini adalah untuk menyediakan bahan kajian bagi para dokter atau pekerja medis lain untuk mempertimbangkan pemberian pengobatan suportif (mikronutrien) pada pasien dengan dismenore.

(12)

4

1.5 Kerangka Pemikiran

Dismenore pada kebanyakan wanita sering dipengaruhi oleh perubahan hormonal yang terjadi selama siklus menstruasi (fase folikular, fase menstrual dan fase luteal), tetapi selain dipengaruh keadaan hormonal, terdapat juga faktor nutrisi yang tidak kalah pentingnya dalam perjalanan penyakit dismenore ini. Pada dismenore, terjadi peningkatan sekresi prostaglandin yang menyebabkan kontraksi otot miometrium uterus secara berlebih sehingga menyebabkan rasa kencang pada bagian panggul saat fase luteal (Dawood, 2006).

Magnesium dapat mengatasi rasa kencang di bagian panggul karena mempunyai efek muscle relaxant, magnesium juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter serotonin yang dapat meningkatkan nafsu makan, perasaan

bahagia dan antidepresan. Selain serotonin, magnesium juga berperan dalam pembentukan neuropeptida endorfin dan enkefalin yang berperan dalam persepsi rasa nyeri yang diterima oleh ujung-ujung syaraf (Fawcett, Haxby, & Male , 1999).

Magnesium memiliki peran penting dalam proses fisiologis tubuh, magnesium berperan dalam penghambatan asetilkolin presinaps dan menghambat N-Methyl-D-aspartic acid (NMDA) yang menyebabkan penghambatan transduksi sinyal sehingga penghantaran nyeri dan kekuatan kontraksi menurun. Fungsi lain magnesium adalah sebagai penghambat Neuromuscular junction, penghambat inositol triphosphate yang berperan dalam pembukaan Calcium Channel dan

penghambatan sekresi katekolamin yang berimplikasi pada berkurangnya kekuatan kontraksi uterus dan perbaikan suplai darah sehingga menurunkan sensasi nyeri.

(13)

5

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kadar magnesium dalam darah berperan penting dalam perjalanan penyakit dismenore. Kadar magnesium dalam tubuh yang dapat mengurangi rasa kencang pada bagian panggul dan rasa tidak nyaman pada saat menstruasi hari pertama.

1.6Hipotesis Penelitian

(14)

39

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kadar magnesium darah wanita berusia 17-21 tahun yang mengalami dismenore lebih rendah dibandingkan yang tidak mengalami dismenore.

5.2 Saran

1. Wanita dengan dismenore dianjurkan makan makanan yang mengandung magnesium seperti kacang-kacangan, sayur-sayuran hijau, ikan, alpukat, pisang, dan coklat hitam.

2. Konsumsi suplemen magnesium dapat dipertimbangkan untuk mengurangi gejala dismenore.

3. Penelitian lebih lanjut untuk menenetukan kadar preparat magnesium tepat dan aman diberikan untuk wanita dengan dismenore.

4. Penelitian lebih lanjut dengan subjek penelitian wanita usia menarche (15-17) tahun

(15)

48

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ian Adrianto Limansyah

Nomor Pokok Mahasiswa : 1110166

Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 6 Januari 1995

Alamat : Jl. Siliwangi no 130 Kuningan

Riwayat Pendidikan :

TK PGRI, Kuningan (1999-2000)

SD Negeri 7, Kuningan (2000-2006)

SMP Negeri 1, Kuningan (2006-2009)

SMA Negeri 2, Kuningan (2009-2011)

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,

(16)

PERBANDINGAN KADAR MAGNESIUM SERUM

TERHADAP KASUS DISMENORE PADA WANITA USIA 17-21TAHUN

THE COMPARISON OF SERUM MAGNESIUM CONCENTRATION ON DYSMENORRHEA IN WOMEN AGED 17-21 YEARS OLD

Fen Tih1, Christine Sugiarto2, Ian Adrianto3

1Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, 2Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,

3Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Menstruasi adalah salah satu proses fisiologis yang dialami oleh semua wanita. Menstruasi seringkali berlangsung dengan tidak nyaman, biasanya disertai dengan gejala–gejala seperti perut kembung, nyeri atau kram perut, dan nyeri saat menstruasi (dismenore). Penyebab pasti dismenore belum diketahui namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa mikronutrien tertentu termasuk Mg (magnesium), Ca (kalsium) dan vitamin D berperan dalam patogenesis penyakit ini. Remaja merupakan kelompok berisiko tinggi. Oleh karena itu, pemeriksaan seperti kadar magnesium darah dapat duilakukan untuk menetukan terapi komplementer untuk mencegah dismenore.

Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kadar magnesium darah pada wanita berusia 17-21 tahun tanpa dismenore dan dengan dismenore.

Pengujian menggunakan desain analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional terhadap kadar Mg darah pada 60 subjek wanita berusia 17-21 tahun dengan analisis statistik menggunakan uji t tidak berpasangan.

Hasil penelitian menunjukan rerata kadar magnesium darah pada wanita dismenore 1.9070 mg/dL lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata kadar magnesium darah pada wanita yang tidak mengalami dismneore 2.2027 mg/dL, (p)=0,000.

Kesimpulan yang didpatakan adalah kadar magnesium darah pada wanita dismenore lebih rendah dibandingkan wanita yang tidak mengalami dismenore.

Kata kunci: magnesium, dismenore, wanita usia 17-21 tahun

ABSTRACT

(17)

The aim of this study is to to compare the blood magnesium concentrations in women aged 17-21 years old with and without dysmenorrhea.

This study is an analytical observational study with a cross-sectional research design performed on blood magnesium concentrations in sixty female subjects aged 17-21 years old. The data was analyzed using independent-samples t-test.

The mean blood magnesium concentration in women without dysmenorrhea is 2.2027 mg/dL, which is higher compared to the mean blood concentration in women with dysmenorrhea (1.9070) with a p-value of 0.000.

The blood magnesium concentration in women without dysmenorrhea is higher than women with dysmenorrhea, so it can be concluded that the blood magnesium concentration is related to the mechanisms underlying dysmenorrhea.

Keywords: magnesium, dysmenorrhea, women aged 17-21 years old

PENDAHULUAN

Menstruasi adalah salah suatu proses fisiologis yang dialami oleh semua wanita di dunia, menstruasi adalah siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak hamil di bawah kendali hormonal dan berulang secara normal dengan interval sekitar empat minggu, tanpa adanya kehamilan dan selama periode reproduktif (pubertas sampai menopause) pada wanita (Dorland, 2002), proses menstruasi sering-kali berlangsung dengan tidak nyaman dan disertai dengan rasa sakit (dismenore). Dismenore merupakan salah satu gejala premenstruasi yang diderita oleh hampir 90% wanita tidak menopause di dunia dan menjadi alasan tersering pada ketidakhadiran siswi / mahasiswi (Coco, M.D, 1999).

Penyebab dismenore ini masih belum ditemukan, namun beberapa penelitian beberapa tahun terakhir menjabarkan bahwa mikronutrien tertentu, termasuk magnesium (Mg), kalsium (Ca) dan vitamin D berhubungan erat dengan kejadian penyakit ini (Bedoya & Oltinoy, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Oltinoy Yakubova pada sekelompok wanita Uzbekistan berusia 13-17 tahun dengan dismenore(berdasarkan Yakolev point scale) menunjukan penurunan kadar magnesium plasma yang seharusnya 0.7±0.2 mg/mL menjadi 0.5±0.2 mg/mL sedangkan kadar magnesium tetap normal 0.7±0,2 mcg/mL sampai 0.9±0,2 mcg/mL pada wanita tanpa dismenore (Yakubova, 2012).

Magnesium dapat mengatasi rasa kencang di bagian panggul karena mempunyai efek muscle relaxant, magnesium juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter serotonin yang dapat meningkatkan nafsu makan, perasaan bahagia dan antidepresan. Selain serotonin, magnesium juga berperan dalam pembentukan neuropeptida endorfin dan enkefalin yang berperan dalam persepsi rasa nyeri yang diterima oleh ujung-ujung syaraf (Fawcett, Haxby, & Male , 1999).

(18)

BAHAN DAN CARA

Penelitian ini menggunakan darah vena mediana cubiti sebanyak 3cc yang diambil menggunakan spuit dengan prosedur pengambilan darah yang sesuai dengan prosedur baku. Lalu bahan percobaan disimpan di tabung reaksi. Setelah 15 menit dibiarkan, bahan pemeriksaan di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Serum yang sudah terpisah diambil dan dianalisis dengan Modulan T800 dengan prinsip fotometri. Kadar magnesium masing-masing subjek penelitian dikumpulkan dan diolah dalam bentuk tabel. Setelah itu dilakukan analisis statistik terhadap data kedua kelompok

menggunakan uji t independen dengan α =

0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran kadar Mg telah dilakukan terhadap 60 orang wanita berusia 17-21 tahun. Subjek penelitian terbagi menjadi 2 kelompok yaitu 30 orang dengan keluhan dismenore dan 30 orang yang tidak memiliki keluhan dismenore. Pengukuran kadar Mg darah dilakukan dengan prinsip kolorimetri. Hasil pengukuran dan analisi dengan uji T tidak berpasangan disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Analisis Dengan Uji T Tidak Berpasangan

Kelompok N Rerata Std. Dev T p memiliki keluhan dismenore adalah sebesar 1,91 mg/dL, lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak dismenore, yaitu sebesar 2,20 mg/Dl. Analisis statistik dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan nilai p=0,000 (<0,01). Berarti terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara kadar Mg kelompok yang memiliki keluhan dismenore dengan yang tidak memiliki keluhan dismenore.

Analisis Bahan penelitian yang digunakan untuk pengukuran kadar Mg adalah serum, bukan plasma, karena antikoagulan seperti heparin atau EDTA dapat menggangu hasil pemeriksaan (McPherson & Pincus, 2011).

Rerata kadar Mg serum pada wanita berusia 17-21 tahun yang tidak dismenore sebesar 2,20 mg/dL, berada pada kisaran normal yaitu 1,58-2,55 mg/dL. Sedangkan rerata kadar Mg pada wanita berusia 17-21 tahun dengan dismenore sebesar 1,91 mg/dL, masih berada pada kisaran nilai normal tetapi lebih rendah dibandingkan dengan rerata kelompok yang tidak

dismenore (Dorner & Klaus, 2009). dismenore.

Penelitian ini membuktikan bahwa

terdapat perbedaan pada kadar Mg antara wanita berusia 17-21 tahun dengan dismenore dengan yang tidak dismenore. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Oltinoy Yakubova (2012) di Uzbekistan yang menyimpulkan bahwa kadar Mg pada wanita dengan dismenore lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mengalami dismenore. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitan oleh Khursheed Khine (2006) S.Quaranta (2007) dari University of Maryland Medical Center melakukan penelitian mengenai hubungan pemberian preparat Mg pada wanita dengan premenstrual syndrome (PMS), ternyata pemberian preparat Mg sebelum fase menstruasi dapat mengurangi gejala PMS (Fawcett, Haxby, & Male , 1999).

(19)

penyebab dismenore adalah iskemia yang disebabkan oleh kurangnya pasokan oksigen dan nutrisi pada uterus dan tingginya tonus dan kekuatan kontraksi otot uterus. Magnesium dapat berperan sebagai antagonis IP3 yang berperan pembukaan channel kalsium sehingga dapat mempengaruhi kontraksi otot polos uterus dan mengatur ukuran pembuluh darah melalui fungsi regulasi terhadap neurotransmiternya (Fawcett, Haxby, & Male , 1999).

Pemilihan subjek pada penelitian ini bertujuan untuk menentukan subjek dengan dismenore primer(dismenore tapa dilatarbelakangi suatu penyakit) berdasarkan anamnesis karena keterbatasan biaya dan sarana penapisan yang tersedia. Untuk selanjutnya sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti: laboratorium, imaging (USG, CT scan, MRI) untuk menegakkan diagnosis secara pasti (Longo, Fauci, & Dennis, 2011).

SIMPULAN

Kadar magnesium darah wanita berusia 17-21 tahun yang mengalami dismenore lebih rendah dibandingkan yang tidak mengalami dismenore.

DAFTAR PUSTAKA

Bedoya, C., & O, P. (2011, 9 1). Micronutrient Intake and Premenstrual Syndrome. 321.

Dawood, Y. M. (2006). Primary Dysmenorrhea. Advances in Pathogenesis and Management, 108.

Fawcett, W. J., Haxby, E. J., & Male , D. A. (1999). Magnesium: physiology and pharmacology.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2012). Medical Physiology (3rd ed.). New York, Canada: Elsevier.

Hayon, R., Dalby, J., Paddock , E., Combs, M., & Scharger, S. (2011). Reproductive Health Care of Adolescent Women.

Lauralee, S. (2013). Introduction to Human Physiology (8th ed.). Brooks/Cole, Cengage Learning.

Lefebvre, G., & Pinsonneault, O. (2005). Primary Dysmenorrhea Consensus Guideline. 169, 14.

Longo, D. L., Fauci, A., & Dennis, K. (2011). Harrison's Principles Of Internal Medicine. Mc Graw Hill.

McPherson, R. A., & Pincus, M. R. (2011).

Henry’s Clinical Diagnosis and

Management by Laboratory Method (Vol. 22). Elsevier.

Moore, L. K., & Daley, A. F. (2006). Clinically Oriented Anatomy. Lippincott Williams & Wilkins.

Papadakis , M. A., & McPhee, S. J. (2014). Current medical diagnosis and treatment 2014 (Vol. 53). USA: McGrawHill.

Pavka, E. (n.d.). Magnesium: The Unsung Mineral.

Prodia. (2014). Prosedur Kerja Pengukuran Magnesium Secara Kuantitatif.

Richard, L. D., Wayne, V., & Adam, M. M. (2010). Gray's Anatomy for students (2nd ed.). Philadelphia: Elsevier.

Sherwood, l. (2013). Human Physiology From Cells to System (8th ed.). Toronto: Cengage.

Tortora, J. G., & Derrickson, B. (2014). Principles of Anatomy & Physiology (14th ed.). Wiley.

dari http://www.tgw1916.net/Bacillus/valli smortis.html

12. Truckee Meadows Community College. (2013, July 30). Biologi 251 General Microbiology Lab. Diambil kembali dari http://biolabs.tmcc.edu/Micro%20We b/index.htm

13. Vadhani, V. (2011). Technical Data SS Agar. Mumbai, India: HIMedia.

14. Wulandari, D. P. (2014, August 6). Desty Dipta Blogspot. Diambil kembali dari

(20)

40

DAFTAR PUSTAKA

Bedoya, C., & O, P. (2011, 9 1). Micronutrient Intake and Premenstrual Syndrome. 321.

Dawood, Y. M. (2006). Primary Dysmenorrhea. Advances in Pathogenesis and Management, 108.

Fawcett, W. J., Haxby, E. J., & Male , D. A. (1999). Magnesium: physiology and pharmacology.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2012). Medical Physiology (3rd ed.). New York, Canada: Elsevier.

Hayon, R., Dalby, J., Paddock , E., Combs, M., & Scharger, S. (2011). Reproductive Health Care of Adolescent Women.

Lauralee, S. (2013). Introduction to Human Physiology (8th ed.). Brooks/Cole, Cengage Learning.

Lefebvre, G., & Pinsonneault, O. (2005). Primary Dysmenorrhea Consensus Guideline. 169, 14.

Longo, D. L., Fauci, A., & Dennis, K. (2011). Harrison's Principles Of Internal Medicine. Mc Graw Hill.

McPherson, R. A., & Pincus, M. R. (2011). Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Method (Vol. 22). Elsevier.

Moore, L. K., & Daley, A. F. (2006). Clinically Oriented Anatomy. Lippincott Williams & Wilkins.

Papadakis , M. A., & McPhee, S. J. (2014). Current medical diagnosis and treatment 2014 (Vol. 53). USA: McGrawHill.

Pavka, E. (n.d.). Magnesium: The Unsung Mineral.

Prodia. (2014). Prosedur Kerja Pengukuran Magnesium Secara Kuantitatif.

Richard, L. D., Wayne, V., & Adam, M. M. (2010). Gray's Anatomy for students (2nd ed.). Philadelphia: Elsevier.

Sherwood, l. (2013). Human Physiology From Cells to System (8th ed.). Toronto: Cengage.

(21)

41

Yakubova, O. (2012). Juvenile Dysmenorrhea Associated With Hypomagnesemia. Medical and Health Science Journal,, 11, 85-88.

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Analisis Dengan Uji T Tidak Berpasangan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

Proses yang dilakukan merancang dan membangun multimedia ini dilakukan melalui lima tahapan yaitu analisis (pengguna, materi, analisis kebutuhan multimedia interaktif di

penelitian mobilitas transportasi yang dikaitkan dengan pemilihan tempat tinggal pada kasus kawasan pinggiran kota Semarang, maka pada bab ini dilakukan pembangunan

System harus bisa mengatur jumlah konsumen yang menggunakan sistem ini dalam melakukan pengiriman barang baik perhari, minggu, bulan dan tahunan guna mengetahui persentase

Berdasarkan parameter kromatogram, uji kemurnian isolat andrografolid untuk profil sidik jari memberikan hasil yang terbaik pada panjang gelombang 230 nm dengan sistem

Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau berbeda dengan