• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Budaya Organisasi pada Operator PT. "X" di Bekasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Budaya Organisasi pada Operator PT. "X" di Bekasi."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

organisasi pada operator PT. “X” di Bekasi. Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dan jumlah dari penelitian ini sebanyak 181 operator PT. “X” yang sudah bekerja minimal 1 tahun di PT. “X”. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner budaya organisasi hasil modifikasi berdasarkan teori Gofee & Jones (1998).

Berdasarkan uji coba alat ukur yang terdiri dari 34 item, diperoleh hasil 28 item yang dapat digunakan untuk mengukur tipe budaya organisasi dengan reliabilitas 0,822 dan validitas secara keseluruhan antara 0,300 sampai 0,766. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil sebanyak 72 operator (39,8%) menghayati tipe budaya organisasi communal, 42 operator (23,2%) menghayati tipe budaya organisasi fragmented, 30 operator (22,2%) menghayati tipe budaya organisasi mercenary dan sebanyak 27 operator (14,9%) menghayati tipe budaya organisasi networked.

Kesimpulan mayoritas operator pada PT. “X” menghayati tipe budaya organisasi communal (sociability tinggi dan solidarity tinggi). Tinggi dan rendahnya dimensi sociability berkaitan dengan gaya kepemimpinan kepala pabrik dan dimensi solidarity berkaitan dengan lingkungan kerja para operator.

(2)

operator PT. ”X” in Bekasi. The subjects were selected using purposive sampling and total of subject in this research 181 operator who have worked at least 1 year in PT. “X”. Measuring instrument in this research used questionnaire culture organization that had been modified by researcher based on Goffe & Jones theory (1998).

Based on the measuring instrument testing, which consisted of 34 items, the results obtained revealed that 28 items could be used to measure organizational culture with 0,822 reliability and validity of all items ranging from 0,300 to 0,766. The results found that 72 operator (38,9%) perceive themselves as having a communal organization culture, 42 operator (23,2%) perceive themselves as having a fragmented organization culture, 30 operator (22,2%) perceive themselve as having a mercenary organization culture, and 27 operator (14,9%) perceive themselves as having a networked organization culture.

The conclusion is majority of operator PT. “X” percieve themselves as having as a communal organization culture (high sociability and high solidarity). Strong/weak dimension of sociability related with style of plant manager leadership and dimension of solidarity related with work environment and related with operator age.

(3)

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ……….…...……..… v

DAFTAR ISI ………...………...……...… vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………...………. 1

1.2 Identifikasi Masalah ………...……... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………..…...…...…...… 10

1.3.1 Maksud Penelitian ………...……….. 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ………...…....……...…… 10

1.4 Kegunaan Penelitian ………...…..…... 11

1.4.1 Kegunaan Teoretis ..………...……...…………....…... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ………...…...……....….... 10

1.5 Kerangka Pemikiran …...……….………... 11

1.6 Asumsi Penelitian ………...………..…...…...…... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Budaya Organisasi ...….……...……...……..… 21

2.2 Dimensi Budaya Organisasi ...……... 22

(4)

2.3.3 Communal Organization ... 28

2.3.4 Fragmented Organization ... 29

2.4 Leadership ... 30

2.5 Tipe Gaya Kepemimpinan ... 32

2.5.1 Impoverished Management ... 32

2.5.2 Authority-Compliance Management ... 32

2.5.3 Country Club Management ... 33

2.5.4 Team Management ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ………...….…... 34

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ………...…... 34

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional …………...….…... 34

3.3.1 Variabel Penelitian ………...…...…... 34

3.3.2 Definisi Konseptual ... 35

3.3.3 Definisi Operasional ………...……....…..…...…. 35

3.4 Alat Ukur …...……….………... 36

3.4.1 Alat Ukur Budaya Organisasi ...……...… 36

(5)

3.5. Sampel ...………...…...…... 42

3.5.1 Sampel Penelitian ...………..…...….……...……. 42

3.5.2 Karakteristik Sampel ..………...……... 42

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ………...…………... 42

3.6 Teknik Analisis Data ……….……... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 44

4.1.1 Gambaran Responden ... 44

4.2 Hasil Pengolahan Data ... 47

4.2.1 Gambaran Budaya Organisasi ... 47

4.2.2 Gambaran Gaya Kepemimpinan ... 48

4.3 Tabulasi Silang ... 49

4.3.1 Tabulasi Silang antara Gaya Kepemimpinan dengan Budaya Organisasi ... 49

4.4 Pembahasan ... 51

4.5 Diskusi ... 58

(6)

DAFTAR RUJUKAN ... 63

Lampiran 1. Tabel Kisi-Kisi Alat Ukur dan Data Penunjang ... 1

Lampiran 2. Kuisioner ... 7

Lampiran 3. Validitas dan Reabilitas Alat Ukur ... 16

Lampiran 4. Gambaran Tipe Budaya Organisas ... 17

Lampiran 5. Gambaran Dimensi Budaya Organisasi ... 24

Lampiran 6. Gambaran Dimensi Leadership ... 25

Lampiran 7. Gambaran Tabulasi Silang Data Pribadi dengan Dimensi Budaya Organisasi ... 25

Lampiran 8. Analisis Item ... 27

Lampiran 9. Sejarah Singkat dan Tugas Operator PT. “X” ... 29

(7)

Infrastruktur merupakan sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988). Perkembangan infrastruktur di Indonesia pada tahun 2012 mencapai Rp.193.8 triliun atau 11,76% dari anggaran belanja negara sebesar Rp.1.657,9 triliun. Angka ini meningkat 14,9% dari alokasi belanja modal dalam APBN-P tahun 2012 (setkab.go.id). Dari data tersebut terlihat peningkatan kebutuhan infrastruktur di Indonesia. Infrastruktur yang dibangun juga harus dilengkapi dengan beberapa sarana, seperti tiang listrik atau tiang pemancar komunikasi untuk menunjang infrastruktur tersebut. Salah satu perusahaan di Indonesia yang memproduksi sarana tersebut adalah PT. “X” di Bekasi.

(8)

dalam produk lainnya, yaitu memproduksi aksesoris tower dan tiang komunikasi karena melihat peluang bisnis yang besar dalam bidang komunikasi. Pada tahun 2008 PT “X” mengajukan standar ISO 9001:2008 mengenai standar mutu internasional dan mendapatkan sertifikat tersebut untuk tiang PJU, untuk meningkatkan daya saing dalam dunia bisnis.

PT. “X” memiki visi untuk menjadi perusahaan yang berkompeten dan tangguh dalam pelayanan jasa produk baja dan memiliki misi untuk memberikan pelayanan yang memuaskan dan pengiriman yang tepat waktu. PT. “X” memiliki motto “quality is our pride”. Menurut pemilik perusahaan kecepatan dan ketepatan dalam memproduksi barang perlu dimiliki oleh setiap tenaga kerja yang ada di PT. “X”, agar perusahaan dapat berkompetisi dengan perusahaan konstruksi baja lainnya.

Dalam mencapai tujuan menjadi perusahaan yang berkompeten, maka PT. “X” harus memproduksi produk sesuai dengan pesanan dari customer dan mengirim produk tersebut tepat waktu. Untuk mencapai itu semua, PT. “X” mempunyai prosedur perencanaan produksi yang terdokumentasi yang berdasarkan atas pedoman mutu ISO 9001:2008. Perencanaan terdokumentasi tersebut berfungsi untuk pengendalian sistem produksi yang dilakukan oleh PT. “X”, sehingga produk yang dihasilkan diharapkan dapat memenuhi permintaan dari customer.

(9)

produksi memeriksa material yang dibutuhkan untuk memproduksi produk tersebut. Setelah bagian PPC melihat material tersebut cukup, maka bagian produksi memulai proses produksi produk tersebut. Setelah produk selesai diproduksi, produk tersebut diperiksa oleh bagian quality control (QC) untuk melihat kesesuaian dengan permintaan customer dan PPC mendapatkan laporan produksi harian produk tersebut.

Pada perencanaan produksi melibatkan semua jabatan pada bagian produksi, yaitu plant manager berfungsi untuk mengkoordinir, merencanakan dan mengoptimalkan hasil produksi yang disesuaikan dengan target perusahaan yang optimal dan meningkatkan efisiensi perusahaan. Plant manager juga dibantu oleh

production manager, logistic manager, QC manager dan maintenance manager.

Production manager berfungsi untuk menghasilkan proses produksi yang baik mutunya dan sesuai dengan kepuasan pelanggan, production manager juga dibantu logistic manager berfungsi untuk mengkoordinasikan kebutuhan penyediaan bahan baku dan pembuatan surat permintaan barang berupa

(10)

berfungsi untuk mengawasi para operator agar melakukan proses produksi sesuai dengan surat perintah kerja (SPK) yang diturunkan sesuai dengan gambar dan jadwal pengiriman.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bagian produksi akan tercatat dan didokumentasikan sebagai bukti pelaksanaan sistem mutu yang telah dilakukan. Setiap 6 bulan sekali PT. “X” melakukan audit internal untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan produksi yang sudah berlangsung. Namun bila terdapat ketidaksesuaian yang bersifat major seperti tenaga kerja tidak melakukan prosedur secara terus menerus dalam waktu yang telah ditentukan, standar internasional yang dimiliki dapat dicabut atau dibekukan. Pencabutan ini dapat merugikan perusahaan karena dengan tidak adanya pengendalian dalam proses produksi, produk yang dihasilkan dapat tidak sesuai dengan permintaan customer ataupun jadwal pengiriman yang tidak dapat diprediksi, sehingga akan terpengaruh pada kepuasan customer kepada perusahaan.

(11)

semua tenaga kerja agar bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu untuk mempertahankan mutu dari produk yang dihasilkan, diperlukan tenaga kerja yang mempunyai kompetensi dalam pekerjaannya, maka PT. “X” melakukan mentoring kepada para tenaga kerja baru selama 3 bulan, pelatihan pengoperasian mesin, prosedur ISO 9001:2008, instruksi kerja dan keselamatan kerja. Pelatihan-pelatihan ini bertujuan agar para tenaga kerja dapat memproduksi produk sesuai prosedur yang berlaku sehingga produk yang dihasilkan sesuai pesanan dari customer dan selesai sesuai dengan jadwal pengiriman.

Sosialisasi melalui gambar prosedur perencanaan produksi, gambar struktur organisasi, mentoring dan pelatihan yang dilakukan, diharapkan para tenaga kerja dapat bersinergi untuk mencapai tujuan bersama. Untuk mencapai sinergi tersebut PT. “X”, membuat seragam untuk bagian produksi yang berlogo PT. “X”. Keseragaman ini dimaksudkan agar terjadi kekompakan antar jabatan dan memiliki rasa memiliki menjadi bagian dari PT. “X”, sehingga kegiatan yang dilakukan dapat didasarkan atas kepentingan bersama dan bekerja sesuai dengan prosedur yang berlaku.

(12)

produk yang diminta dapat selesai dengan tepat waktu.

Pengawasan yang dilakukan pada tenaga kerja bagian produksi dilakukan oleh supervisor dan kepala pabrik dengan cara observasi langsung kepada para tenaga kerjanya, pengawasan ini diharapkan dapat menindak langsung para tenaga kerja bila tidak melakukan prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan. Terdapat juga punishmet yang dilakukan oleh supervisor ataupun kepala pabrik bila melanggar, seperti teguran secara langsung, surat peringatan, pemotongan gaji, sampai dengan pemberhentian hubungan kerja. Disamping itu terdapat insentif bulanan yang diberikan oleh perusahaan kepada kelompok operator tertentu apabila dapat menyelesaikan produk sesuai dengan permintaan customer

dan tepat waktu dalam pengiriman.

Kegiatan produksi PT. “X” berlangsung dari pukul 8.00 sampai dengan pukul 16.00 dengan 1 jam istirahat pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00. Namun bila terdapat banyak pesanan dari customer, maka tenaga kerja bagian produksi diwajibkan untuk lembur, waktu produksi dapat berakhir pada pukul 19.00 atau pukul 20.30 agar pesanan dari customer terpenuhi dan tepat waktu dalam pengiriman produk, maka para operator harus siap ketika diwajibkan untuk lembur. Lembur yang dilakukan untuk memenuhi target SPK yang diturunkan, bila SPK yang ditentukan tidak selesai maka SPK yang berikut turun akan ikut terlambat. Dalam bekerja, para operator wajib untuk melakukan job desc yang berlaku, proses ini diharapkan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan pesanan

customer dan mempertahankan ISO 9001:2008 yang telah didapatkan.

(13)

berkomunikasi dengan operator lainnya, maka terjadi interaksi diantara para operator. Dalam berinteraksi para operator lebih sering bertatap muka dengan operator lain pada jam kerja maupun pada jam istirahat. Selain itu interaksi sering terjadi interaksi tidak formal, para tenaga kerja sering berkumpul bersama di dapur dan membicarakan hal-hal di luar pekerjaannya. Interaksi ini juga terjadi pada saat berada di luar jam kerja, seperti berpergian bersama untuk sekedar berkumpul berbincang bersama di luar pabrik, melakukan olah raga bersama-sama, menghadiri acara-acara yang diadakan oleh rekan kerjanya, seperti menghadiri pernikahan rekan kerja atau merayakan ulang tahun di luar pabrik bersama-sama. Interaksi tidak formal dan kegiatan-kegiatan yang rutin dilakukan oleh para tenaga kerja seperti ini akan mempererat keakraban antar tenaga kerja.

Pada pelaksanaan proses produksi, sering sekali terjadi keterlambatan 2 hari sampai dengan 1 minggu pengiriman produk dikarenakan tidak sesuai dengan produk dengan gambar yang diminta oleh customer, sehingga produk tersebut harus direvisi terlebih dahulu sebelum dikirim kepada customer. Hal tersebut juga mengurangi keuntungan dari perusahaan karena untuk merevisi produk tersebut menambah biaya produksi. Menurut para supervisor, hal ini terjadi dikarenakan oleh keterlambatan para operator untuk memulai kembali pekerjaannya setelah istirahat siang, sehingga para operator mengerjakan dengan terburu-buru.

(14)

operator lebih memilih untuk pulang beristirahat mengikuti rekan-rekan kerjanya yang lain ketika para tenaga kerja harus lembur dikarenakan banyaknya SPK, padahal para operator akan mendapatkan insentif dari perusahaan jika mereka menyelesaikan SPK tertentu. Ketika mereka bekerja dengan rekan kerjanya, mereka mengatakan bahwa mereka enggan untuk menegur rekan kerjanya yang bekerja tidak sesuai dengan instruksi yang diberikan, karena mereka takut membuat rekan mereka tersinggung atas teguran tersebut, sehingga mereka dapat dijauhi oleh kelompoknya. Dari fenomena yang dijabarkan terlihat keakraban yang erat antar para operator tanpa menghiraukan tujuan dari perusahaan dan perilaku tersebut terjadi secara terulang. Pola perilaku para operator tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diharapkan perusahaan kepada para tenaga kerjanya.

(15)

tersebut diajarkan kepada anggota baru sebagai cara untuk melihat, berpikir, dan merasakan dalam menyelesaikan masalah sejenis (Edgar H. Schein, 2002).

Menurut Goffee and Jones (1998), budaya organisasi dapat dilihat dari dua dimensi, antara lain sociability dan solidarity. Sociability merupakan suatu ukuran dari keakraban antar anggota organisasi. Sedangkan solidarity merupakan hubungan yang didasarkan pada tugas umum, kepentingan bersama, atau tujuan bersama yang akan menguntungkan semua pihak yang terlibat. Kombinasi derajat kedua dimensi dapat digolongkan menjadi 4 tipe budaya organisasi, antara lain

networked organization, mercenary organization, communal organization, dan

fragmented organization. Networked organization dicirikan dengan sociability

tinggi dan solidarity rendah. Mercenary organization dicirikan dengan sociability

rendah, dan solidarity tinggi. Communal organization dicirikan dengan sociability

dan solidarity tinggi. Fragmented organization dicirikan dengan sociability dan

solidarity rendah.

Berdasarkan pemaparan di atas, tipe budaya organisasi tertentu dapat mendorong para tenaga kerja di PT. “X” untuk mencapai tujuan perusahaan yang tercemin dari visi misi perusahaan memalui keseragaman perilaku dan dapat beradaptasi dengan lingkungan external. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tipe budaya organisasi pada operator PT. “X”.

1.2 Indentifikasi Masalah

(16)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran tipe budaya organisasi operator PT. “X” di Bekasi.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran tipe budaya organisasi operator PT. “X” melalui dimensi budaya organisasi yaitu, sociability dan

solidarity serta kaitannya dengan faktor yang mempengaruhi

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

• Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai tipe

budaya organisasi operator PT. “X” di Bekasi.

• Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada peneliti

lain yang berminat untuk melakukan penelitian mengenai tipe budaya organisasi di bidang psikologi industri dan organisasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

• Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada PT. “X”

mengenai gambaran tipe budaya organisasi pada operator.

• Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada para karyawan

(17)

1.5 Kerangka Pemikiran

Operator PT. “X” adalah tenaga kerja yang berada dibagian produksi yang bertugas untuk menjalankan mesin untuk proses produksi sesuai dengan SPK yang diturunkan sesuai dengan gambar dan schedule pengiriman. Operator PT. “X” memiliki tugas pokok dan tambahan. Tugas pokok operator PT. “X” adalah melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan mesin produksi disesuaikan dengan schedule produksi sesuai dengan master schedule yang dibuat oleh atasan, mengisi laporan kerja/check list sesuai dengan prosedur, Tugas tambahan operator adalah megajukan pandangan dan masukan kepada atasan, merawat dan membersihkan mesin yang bersangkutan, dan mengingatkan jadwal kalibrasi untuk mesin yang sering digunakan.

(18)

Tingkat paling dalam adalah Underlying assumption. Underlying assumption merupakan keyakinan, nilai dan asumsi yang diyakini oleh para pendiri PT. “X”. Nilai-nilai yang diyakini oleh para pendiri perusahaan dapat terlihat pada historis perusahaan. PT. “X” didirikan pada tahun 1999 oleh 3 orang yang berlatar belakang dalam memproduksi konstruksi baja. Pada awalnya PT. “X” didirikan untuk membantu para teman-teman pendiri perusahaan untuk bekerja, karena krisis moneter yang berakhir pada pemutusan hubungan kerja di Indonesia dan memperoleh laba sebesar-besarnya dari hasil penjualan produk yang dihasilkan. Produk pertama yang diproduksi oleh PT. “X” adalah tiang penerangan jalan umum (PJU) yang berbentuk persegi delapan/octagonal. Pada tahun 2004, PT. “X” mengembangkan produksi dalam produk lainnya, PT. “X” memproduksi asesoris tower dan tiang komunikasi karena melihat peluang bisnis yang besar dalam bidang komunikasi. Pada tahun 2008, untuk meningkatkan daya saing dalam dunia bisnis, PT. “X” mengajukan standar ISO 9001:2008 mengenai standar mutu internasional dan mendapatkan sertifikat tersebut untuk tiang PJU. Secara historis, dapat terlihat asumsi pendiri perusahaan yaitu untuk memperoleh keuntungan dari produk yang dihasilkan, dan perusahaan tersebut dapat berguna bagi orang lain yang tidak memiliki pekerjaan untuk bekerja.

(19)

diantara perusahaan-perusahaan lagi yang bergerak di bidang struktur baja, sehingga PT. “X” dapat bertahan dalam menjual produk-produk kepada para

customer. Dalam mencapai visi tersebut, maka PT. “X” memiliki misi untuk memberikan pelayanan yang memuaskan dan pengiriman yang tepat waktu kepada para customer. Visi dan misi perusahaan yang demikian bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan produk. Startegi bisnis yang dilakukan oleh PT. “X” adalah pengajuan standar ISO untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar internasional, agar produk yang dihasilkan dapat berkompetisi dengan perusahaan lain dalam bidang yang serupa. Produksi produk yang sesuai dengan standar internasional juga harus ditunjang dengan sumber daya manusia yang berkompeten dan dapat bekerja sama dengan rekan-rekan kerjanya, dalam menjaring tenaga kerja yang dibutuhkan, PT. “X” mengijinkan tenaga kerjanya untuk mengajukan seseorang yang dikenal atau kerabat tenaga kerja yang belum memiliki perkerjaan untuk bekerja di PT. “X”. Sistem perekrutan ini diharapkan dapat membantu sesorang yang belum memiliki pekerjaan agar mendapatkan pekerjaan. Dilihat dari visi, misi, strategi bisnis dan perekrutan pada PT. “X” terlihat nilai perusahaan dapat berkompetisi dengan perusahaan lain yang memiliki bidang yang serupa, selain itu terdapat nilai untuk membantu orang lain yang belum memiliki pekerjaan.

(20)

pekerjaannya karena merasa menjadi bagian dari PT. “X”. Dalam bekerja para tenaga kerja diwajibkan oleh perusahaan untuk memakai kartu nama, berisi nama tenaga kerja, jabatan, foto, dan logo PT. “X”. Kartu nama ini diwajibkan dipakai selama bekerja dengan tujuan agar para tenaga kerja saling mengenal dan mengetahui tanggung jawab terkait dengan jabatan yang mereka. Logo PT. “X” yang berbentuk persegi delapan dan di dalam persegi delapan tersebut terdapat tulisan “X”. Logo bentuk persegi delapan tersebut merupakan simbol dari produk pertama PT. “X” yaitu, tiang penerangan pertama di Indonesia yang berbentuk persegi delapan, sehingga diharapkan tenaga kerja memiliki rasa bangga dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Bentuk logo yang persegi delapan, terdiri dari 8 sisi yang saling terhubung mempunyai makna bahwa bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan dapat terhubung dalam memproduksi produk-produk, sehingga tenaga kerja dapat saling bekerja sama dan saling mengenal dengan tenaga kerja lain dalam memproduksi produk. Bentuk logo persegi delapan juga memiliki makna kekonsistenan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada para customer, yaitu terfokus pada kualitas dan ketepatan pengiriman. Dari logo tersebut terkandung nilai-nilai yang diharapkan oleh perusahaan kepada para tenaga kerjanya untuk mencapai visi dari perusahaan.

Ketiga tingkatan ini dihayati oleh pemilik perusahaan, kepala pabrik, para

(21)

sehingga para operator diharapkan dapat berperilaku sesuai dengan budaya organisasi PT. “X”.

Budaya organisasi mempengaruhi perilaku individual maupun kelompok di dalam perusahaan, dalam hal ini adalah para operator PT. “X”. Budaya organisasi terbentuk oleh pandangan yang berguna untuk pencapaian misi dari perusahaan, yaitu memberikan pelayanan yang memuaskan dan pengiriman yang tepat waktu. Memproduksi produk sesuai dengan permintaan customer dan pengiriman yang tepat waktu.

Menurut (Goffe & Jones, 1996) budaya organisasi adalah apa yang digunakan untuk meningkatkan identitas. Tanpa budaya, perusahaan tidak memiliki nilai-nilai, arah, dan tujuan. Budaya organisasi memiliki 2 dimensi, yaitu

sociability dan solidarity. Sociability adalah suatu ukuran dari keakraban antar anggota organisasi. Sociability tinggi adalah dimana para operator menghayati bahwa lingkungan kerja mereka menyenangkan dan membangun semangat persatuan organisasi. Sociability yang tinggi akan berdampak positif kepada kreativitas para operator karena menumbuhkan kerja sama antar operator, mempermudah pembagian informasi, dan terdapat keterbukaan pada ide-ide baru, serta memungkinkan para operator dalam mengekspresikan dan menerima pendapat.

(22)

satu sama lain. Selain sociability yang tinggi, memungkinkan para operator untuk mengembangkan komunitas kecil yang tidak resmi yang memungkinkan operator untuk menarik diri dari hirarki. Sedangkan sociability yang rendah adalah dimana operator jarang bergaul akrab dengan operator lainnya, sekalipun melakukan kegiatan bersama operator lain di luar tempat bekerja, hal tersebut terkait sekedar kepentingan pekerjaan. Setiap operator sibuk mengejar target spesifik dan enggan untuk bekerja sama, berbagi informasi, atau bertukar ide-ide.

Solidarity adalah hubungan para operator yang didasarkan pada tugas umum, kepentingan bersama, atau tujuan bersama yang akan menguntungkan semua pihak yang terlibat, entah secara pribadi menyukai atau tidak. Solidarity

yang tinggi akan menghasilkan tingginya tingkat fokus strategis, tanggapan yang cepat terhadap ancaman yang kompetitif, dan tidak memberi toleransi untuk kinerja yang buruk. Hal ini mengakibatkan derajat tekanan dan tekanan tersebut dapat memperkuat solidarity itu sendiri. Jika setiap operator bekerja dengan standar yang ketat, setiap operator memiliki beban yang sama dalam mempertanggung jawabkan pekerjaannya, hal itu membangun perasaan yang sama antar operator dan pengalaman yang sama. Akhirnya, para operator pengembangkan perasaan kepercayaan yang kuat dalam organisasi, sehingga timbul rasa loyalitas terhadap perusahaan terhadap tujuan perusahaan.

(23)

mencapai tujuan perusahaan sehingga memungkinkan untuk tidak tercapainya target perusahaan.

Goffee & Jones (1996) membagi 4 tipe budaya organisasi berdasarkan kombinasi tinggi dan rendahnya sociability dan solidarity, yaitu networked organization, mercenary organization, communal organization, dan fragmented organization. Networked organization dicirikan dengan sociability yang tinggi dan solidarity yang rendah. Networked organization dicirikan dengan sociability

yang tinggi dan solidarity yang rendah. Secara umum, hubungan antar operator dalam organisasi ini membentuk suatu jaringan. Para operator saling mengenal dan menyukai satu sama lainnya. Dalam budaya organisasi ini menampilkan empati yang sangat tinggi dan saling membantu sehingga para operator dengan operator lain bertindak seperti keluarga.

Mercenery organization dicirikan dengan sociability yang rendah dan solidarity yang tinggi. Dalam budaya mercenery organization, para operator bekerja bukan dikarenakan oleh uang saja tetapi erat dengan passion, energy,

(24)

Communal organization dicirikan dengan sociability dan solidarity yang tinggi, sehingga pada level ini, para operator mengembangkan persahabatan dan komitmen dalam pekerjaannya. Communal organization terlihat ketika para operator mencintai perusahaan yang merupakan aturan dasarnya. Para operator merasa bangga atas produk yang dihasilkan dan percaya akan rekan-rekan kerjanya untuk memproduksi produk yang dihasilkan. Selain itu, para operator juga patuh terhadap prosedur dan instruksi yang diberikan oleh perusahaan.

Fragmented organization dicirikan dengan sociability dan solidarity yang rendah. Pada dasarnya, para operator tidak secara khusus berteman satu sama lain dan tidak mendukung institusi atau tujuannya. Para operator hanya bekerja untuk kepentingannya saja, misalnya para operator hanya ingin mendapatkan isentif dan uang lembur pada saat membutuhkan. Para operator memiliki kesadaran yang rendah dalam keanggotaan sebagai bagian dari perusahaan. Jarang setuju dengan tujuan dari perusahaan, faktor penentu keberhasilan, dan standar kinerja. Terdapat juga tingginya perbedaan pendapat tentang tujuan strategis PT. “X”. Para operator hanya bekerja sendiri atau untuk kehidupan mereka sendiri.

Pada dasarnya, setiap organisasi memiliki tipe budaya yang berbeda. Goffe & Jones mengatakan bahwa budaya organisasi juga dipengaruhi oleh gaya kepemipinan. Pemimpin memiliki dampak yang besar terhadap budaya organisasi, karena pemimpin dapat menyosialisikan (Shcein, 1985). Berdasarkan penelitian dari Ohio State University (1955) – Fleisman, Harris, dan Burtt; perilaku kepemimpinan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: initiating structure dan

(25)

Consideration adalah tingkat dimana seorang kepala pabrik menampilkan perilaku hangat dan menunjukkan dukungan serta perhatian terhadap semua operator. Dalam pengambilan keputusan, kepala pabrik melibatkan pendapat para operator, menghargai hasil kinerja operator, bertanya mengenai keluarga operator, dan sebagainya. Kepala pabrik yang memiliki consideration tinggi akan cenderung memperhatikan hubungan antara kepala pabrik dengan para operator, sehingga akan mempengaruhi tingginya dimensi sociability. Sedangkan initiating structure adalah tingkat dimana seorang kepala pabrik menunjukan peran dan kedudukannya, dalam rangka mencapai tujuan. Kepala pabrik menetapkan tujuan yang jelas, memberikan reward dan punishment berdasarkan produktifitas bawahan, memberikan instruksi secara jelas kepada para operator, dan sebagainya. Kepala pabrik yang memiliki initiating structure tinggi akan cenderung memperhatikan produktifitas dari para operator, sehingga akan mempengaruhi tingginya dimensi solidarity.

1.6 Asumsi

1.6.1 Tipe budaya organisasi pada operator PT. “X” di Jakarta ditentukan oleh 2 dimensi budaya organisasi, yaitu sociability dan solidarity.

(26)

Operator PT. “X”

Leadership

Artifact

Espoused values

Underlying assumptions

Budaya Organisasi

Networked organization

Mercenary organization

Communal orgnization

Fragmented organization

Tinggi

Rendah

Tinggi

Rendah Sociability

(27)

interpretasi dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan mengenai tipe budaya organisasi pada operator PT. “X” di Bekasi, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

• Sebagian besar tipe budaya organisasi yang dihayati oleh para operator

adalah communal organizational (sociability dan solidarity tinggi).

• Dimensi sociability pada operator berkaitan dengan dimensi consideration

pada kepemimpinan kepala pabrik.

• Dimensi solidarity yang dihayati oleh operator berkaitan dengan

(28)

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

• Bagi para peneliti selanjutnya disarankan untuk mengkorelasikan budaya

organisasi dengan gaya kepemimpinan, karena pada penelitian ini gaya kepemimpinan kepala pabrik kurang berkaitan dengan dimensi solidarity.

5.2.2 Saran Praktis

• Bagi operator disarankan untuk mengikuti perubahan-perubahan yang

terjadi dalam perusahaan dan menanamkan nilai-nilai perusahaan.

• Bagi perusahaan disarankan untuk mensosialisasikan nilai-nilai

(29)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

FERDIAN WIBOWO

NRP : 0830144

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

(30)

OPERATOR PT. “X” DI BEKASI

Dengan ini, saya menyatakan bahwa

isi CD-ROM Laporan Penelitian sama dengan hasil revisi akhir.

Menyetujui, Bandung, Agustus 2014 Pembimbing I

(Missiliana R., M.Si., Psikolog) (Ferdian Wibowo)

NIK : 310147 0830144

Menyetujui, Menyetujui, Pembimbing II Ketua Program S1

(Dian Retno Sawitri, M.Psi., Psikolog) (Lie Fun Fun, M.Psi., Psikolog) NIK : 310241L NIK : 310095

Mengetahui,

Dekan Fakultas Psikologi

(31)

Nama : Ferdian Wibowo

NRP : 0830144

Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan penelitian ini adalah benar dan merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensinya.

Demikianlah pernyataan ini saya buat.

Bandung, Agustus 2014

(32)

Nama : Ferdian Wibowo

NRP : 0830144

Fakultas : Psikologi

Dengan ini, saya menyatakan bahwa:

1) Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti noneksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas laporan penelitian saya yang berjudul “STUDI DESKRIPTIF MENGENAI BUDAYA ORGANISASI PADA OPERATOR PT. “X” DI BEKASI”.

2) Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data

(database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk

softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.

3) Saya bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Agustus 2014 Yang menyatakan,

(33)

menyelesaikan penyusunan penelitian yang diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan di fakultas psikologi. Biarlah segala puji, hormat, dan syukur hanya bagi nama-Nya selama-lamanya.

Pada kesempatan ini penulis melakukan penelitian tentang Studi Deskriptif mengenai Tipe Budaya Organisasi pada Operator PT. “X” di Bekasi. Dalam penulisan Usulan Penelitian ini, penulis mengalami banyak hal yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, yang berhasil penulis lewati karena tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. DR.Yuspendi Gunawan, M.Psi., M.Pd. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Missiliana R, M.Si, Psikolog selaku pembimbing utama dan Dian Retno., M.Psi., Psikolog selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan dukungan, pengarahan, dan saran dengan penuh kesabaran untuk penulisan penelitian ini.

(34)

diwawancara dan memberikan jawaban yang begitu berguna untuk penelitian ini.

5. Ibu saya, Titin Herawati yang telah memberikan dukungan materi dan moril sehingga penelitian ini dapat dilakukan.

6. Felicia dan Ghistra, teman-teman yang terlebih dahulu melakukan penelitian mengenai tipe organisasi dan rela untuk memberikan waktu luangnya untuk menjelaskan mengenai penelitiannya.

7. Adri. K dan Nadya Sarido Vegi yang setia menemani dan berdiskusi mengenai penelitian ini.

Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang akan bermanfaat dalam perbaikan penyusunan penelitian ini selanjutnya. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Bandung, Maret 2014

(35)

York. MSS Information Corp.

Daft. L. R dan Marcic. D. 2008. Understanding Management. United Stage of America. Cengage Learning Inc.

Felicia. 2013. Studi Deskriptif mengenai Tipe Budaya Organisasi pada Dosen Fakultas Teknik Universitas “X” di Kota Bandung. Bandung. Universitas Kriten Maranatha.

Gistra, 2013. Studi Deskriptif mengenai Tipe Budaya Organisasi pada Dosen Fakultas Ekonomi Universitas “X” di Kota Bandung. Bandung. Universitas Kristen Maranatha.

Goffe. R. dan Jones. G. 1998. The Characher of A Corporation. New York.

HarperCollins.

Gulo, W. 2003. Metodologi penelitian. Jakarta. Grasindo

(36)

of Consideration and Initiating Structure in Leadership Reaseach. American Psychologycal Association. Inc.

Jaskyte. K. .2004. Transformational Leadership, Organizational Culture, and Innovativeness in Nonprofit Organizations, Wiley Periodicals, Inc.

Kaur, Sandhu. 2010. Carrer Stage Effect on Organization Commitment:Emperical Evidence from Indian Banking Industry. International Journal of Business and Management.

Schein. H. E. 1984. Coming to a New Awareness of Organizational Culture. Sloan Management.

Referensi

Dokumen terkait

Berangkat dari situasi dan kondisi diatas, maka sangat penting bagi penyusun untuk meneliti sebuah tesis dengan tema “Perilaku Kekerasan Mahasiswa dalam

NOTIS: Pemilihan sarung tangan spesifik untuk aplikasi khas dan tempoh penggunaan di tempat kerja perlu mengambil kira semua faktor relevan tempat kerja seperti, tetapi tidak terhad

Berbeda dengan sesi sebelum nya, data D3 sesi 201503 ini diambilkan dari data dosen e ligibel D1/D2 pada PDDIKTI ses uai dengan kondisi terakhir.. Data D2 yang tidak masuk D3

PORTAL SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN TAHUN 2013 Kopertis Wilayah 03.. Kopertis Wilayah III (ptu_03) Login sebagai PT Pengusul UBAH

Demikian pengumuman ini kami sampaikan sebagai bahan untuk diketahui, atas perhatiannya diucapkan banyak terima kasih. Tanggal, 01

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Seluruh tanggung jawab IBM untuk semua klaim yang terkait dengan perjanjian tidak akan melebihi jumlah kerusakan langsung aktual yang dikeluarkan oleh klien

Ang pag-aaral na ito na may paksang ANG EPEKTO NG SOCIAL MEDIA SA MGA MAG-AARAL SA UNANG ANTAS NG PNTC COLLEGES ay tumatalakay sa kalagayan ng wikang Filipino sa panahon ng