PROSES BELAJAR MENGAJAR
PENDIDIKAN AGAMA Dl SMA
(Studi Kasus di SMA Mutiara 1 Bandung)
TESIS
Diajukan dalam Rangka Ujian Akhir S2 Tahap II
Program Studi Pendidikan Uraum
Pembimbing
PROF.DR.H.ACHMAD SANUSI, S.H. MPA PROF.DR.H.MAMAN ABDURRAHMAN
L.M*.' A & <\
Oleh
H.Agus Chodir Balj
m644/XVIII-10/ PendidikanMrnu^jS^^ i?*«
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
PEMBIMB1NG
PROF.DR.H.ACHMAD SANUSI, S.H.,MPA
PEMBIMB1N
PROF.DR.H.MAMAN ABDURRAHMAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROGRAM PASCA SARJANA
IKIP BANDUNG
ABSTRAK
PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA DI SMA
STUDI KASUS Dl SMA MUTIARA 1 BANDUNG
(Agus Chodir Balyai)
Penelitian bertujuan untuk menemukan gambaran tentang pelaksanaan proses mengajar pendidikan agama Islam, ciri-ciri guru (mu'allim) dalam proses belajar-mengajar pendidikan agama Islam dan faktor-faktor hambatan siswa (muta'allim) dalam belajar bidang studi pendidikan agama Islam di SMA Mutiara 1 Bandung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang ditem-puh melalui 3 tahap yaitu 1) orientasi, 2) eksplorasi dan 3) member check. Adapun kredi-bilitas instrumen itu diditeksi melalui triangulasi (teman sejawat/siswa, wali kelas, BP, guru, orang tua siswa). Sedangkan untuk mencapai transferabilitas kedua instrumen ter-sebut dilakukan beberapa langkah antara lain 1) memberikan uraian deskiptif yang kong-krit dan catatan ucapan subjek (siswa), 2) menggunakan partisipan lokal sebagai pemban-tu peneliti meminta pendapat dan penilain dari peneliti lain. Dan fokus masalalinya adalah kegiatan belajar mengajar, ciri-ciri 3 orang guru PAI dan faktor-faktor yang menghambat
proses belajar-mengajar pendidikan agama Islam bagi 3 kasus siswa.
Dari data penelitian yang telah dianalisis secara kualitatif dengan
langkah-langkah 1) reduksi data, 2) display data dan interpretasi, 3) konklusi, dan 4) verifikasi
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:1) Secara umum diperoleh gambaran bahwa proses belajar-mengajar ketiga guru agama Islam di SMA Mutiara 1 Bandung pada umumnya langkah-langkah mengajarnya itu mencerminkan metode ceramah, tanya jawab/diskusi dan demontrasi.Hal ini terbukti dari
sejumlah kegiatan mengajarnya yang paling dominan, yaitu meliputi: menjelaskan secara
lisan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mempera gakan materi pelajai-an yang
memer-lukan praktek (misalnya kaefiyat shalat, shalat janazah, pengurusanjanazah,shalat duha,
dll). Guru agama Islam di sekolah dalam langkah-langkah mengajarnya mengikuti
rambu-rambu yang ditetapkan dalam kurikulum pendidikan agama Islam di SMA.
2) Pendidikan agama Islam di SMA merupakan kesatuan dari syari'ah, aqidah, ibadah,
akhlak, Al-Quran/Hadits dan tarikli, dan 3) Sistem penilaian pada umumnya guru PAI menitikberatkan kepada kemampuan pengusaan secara kognitiftentang ilmu agama, daripenggabungan hasil ulangan harian, tugas-tugas, tes mid semester dan semester dengan
ditunjang dari hasil ko kulikuler/ ekstra kulikuler.
siswa yang kurang baik, 9) memberikan motivasi, 10) qiroatnya baik, dan 11) menye-nangi qosidah/nadom ataunasyid. Perilaku kliusus guru PAI di kelas II : 1) tidak ada humor, 2) disiplin kepada peraturan yang berlaku di sekolah, 3) tegas, 4) menepati waktu, 5) jarang bergurau dengan siswa, 6) bicara seperlunya, 7) berpenampilan sederhana, 8) kurang bergaul, dan 9) tekun.Perilaku kliusus guru PAI di kelas III : 1) sobar, 2) selalu memberi nasihat-nasihat, 3) kebapaan, 3) ramah, 4) penampilan rapih, 5) tidak pernah marah, 6) senyum, 7) telaten, 8) perduli ligkungan, dan 9) kasih sayang.
Perilaku guru PAI tersebut telah menunjukkan aktualisasi nilai-nilai
kemanusia-an ykemanusia-ang Islami baik untuk pembinakemanusia-an diri sendiri maupun untuk pembinakemanusia-an orkemanusia-ang lain. Disamping itu perilaku ketiga guru tersebut telah menunjukkan nilai atau karakteristik pendidikan umum dalam kegiatan belajar mengajar PAI sebagai pendidikan umum.Nilai-nilai pendidikan umum yang telah diaktualisasikannya meliputi antara lain:
DAFTAR isi
halaman
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR iii
UCAPAN TERIMA KASIH iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR MATR1K x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus Masalah 11
C. Rumusan Masalah 13
D. Tujuan Penelitian
13
E. Manfaat Penelitian 14
BAB II. PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM (PAI) DALAM NUANSA PENDIDIKAN UMUM
A.Hakikat Pendidikan Umum
l.Pengertian Pendidikan Umum
15
2.Tujuan dan Manfaat Pendidikan Umum
17
3.Karakteristik Pendidikan Umum 18
4.Mated Pendidikan Umum 19
5.KonsepNilai
19
B. Pengertian Proses Belajar Mengajar
20
C. Komponen Pengajaran PAI
46
D. Proses Belajar Mengajar PAI di SMA 55
E. Faktor-Faktor yang Menghambat PBM
58
F.Temuan Terdahulu 63
BAB 111. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian 64
B. SumberData 65
C. Instrumen Penelitian 66
D. Teknik Analisis Data 69
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Lunak
l.Lokasi dan Objek Penelitian 71
2. Kasus Kegiatan Belajar Mengajar PAI
2.1. Kasus 1 (Guru A dan Siswa YN) 74
2.2. Kasus 2 (Guru B dan Siswa K)., 92
2.3. Kasus 3 (Guru C dan Siswi T) 107
B. Deskripsi Data dan Analisis
1. Karakteristik danTanggapan Siswa
1.1. Karakteristik Siswa YN (kelas I) 125
1.2. Tanggapan Siswa terhadap Guru PAI (A) 126
1.3. Karakteristik Siswa K (kelas II) 127
1.4. Tanggapan Siswa terhadap Guru PAI ( B) 128
1.5. KarakteristikSiswa T (kelas III) 129
1.6.Tanggapan Siswa terhadap Guru PAI (C) 130
2. Deskripsi Kegiatan Belajar Mengajar
2.1. Kegiatan Belajar Mengajar PAI (Guru A ) 131 2.2. Kegiatan Belajar Mengajar PAI (Guru B ) 135 2.3. Kegiatan Belajar Mengajar PAI (Guru C ) 138
C. Pembahasan.
1. Kegiatan Mengajar dan Ciri Guru PAI... 142
2. Hambatan Belajar PAI 159
3. Profil Guru, Siswa dan Orang Tua yang Ideal dan Aktual 167
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN 177
B.REKOMENDAS1 183
DAFTAR KEPUSTAKAAN 187
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1.Komponen Utama dalam Proses Belajar Mengajar 26
2.Pola Komunikasi Multi A rah 37
3.Pola Komunikasi Satu Arah antara Guru dan Siswa 38
4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Metode Mengajar 40
5.1nteraksi Unsur-unsur Pengajaran 46
DAFTAR MATRIK
Matrik halaman
1.Karakteristik dan Tanggapan Siswa YN (Kelas I ) 125
2.Tanggapan Siswa YN terhadap Guru PAI (A) 126
3.Karakteristik dan Tanggapan Siswa K (Kelas II ) , 127
4.Tanggapan Siswa K terhadap Guru PAI (B) 128
5.Karakteristik dan Tanggapan Siswi T (Kelas III ) 129
6.Tanggapan Siswi T terhadap Guru PAI (C) 130
7.Kegiatan Belajar Mengajar PAI Guru A 131
8.Kegiatan Belajar Mengajar PAI Guru B 135
9.Kegiatan Belajar Mengajar PAI Guru C 138
10.Profil Pendidikan Agama Islam 171
11.Profil Siswa yang Ideal dan Aktual 172
12.Profil Orang Tua yang Ideal dan Aktual 173
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional, sebagaimana telahditetapkan dalam Undang-Undang No
mor 2/1989 tetang Sitem Pendidikan Nasional pada Bab.II Pasal 4, bertujuan
mencer-daskan kehidupan dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang maniap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan
kebangsa-an.Merupakan tujuan yang berlaku untuk semua pendidikan secara nasional. Oleh
karena itu, semua pihak yang terlibat langsung atau tidak lansung agar tujuan pendi
dikan nasional itu dapat diwujudkan dalam kegiatan proses belajar-mengajar. Namun
sudah sejauh mana tujuan pendidikan nasional itu dapat dijadikan acuan oleh setiap guru
pada bidang studinya masing-masing. Sementara ini tujuan pendidikan nasional belum
dioprasionalkan dan dilumatkan dengan tujuan institusi, tujuan kurikuler dan tujuan
instruksional dewasa ini, sebagaimana dikemukan bahwa "pertumbuhan pemikiran dan
sikap keagamaan yang makin mendalam. dapalkah tujuan keimanan dan ketaqxvaan itu
dirumuskan dengan konsiten menurut katagori imperalifnya dan di sisi lain mencakup
semua segi-segi lainnya secara terpadu hingga tingkat operasinal empirik ?"
penyusun bahan-bahan ujian dan pemeriksanya dapat bersikap konsekuen dengan
tujuan meningkatkan ketaqwaan itu. (Achmad Sanusi).
Sejalan dengan tujuan tersebut di atas, secara institusional Yayasan Pembinaan
Pengembangan Pendidikan Islam "Husnul Chotimah" telah menetapkan tujuannya dalam Anggaran Dasar Yayasan yaitu :
a. membentuk manusia susila yang cukup cakap dan bertanggungjawab terhadap agama
Islam, bangsa dan negara.
b. membina pendidikan umum dan pendidikan agama Islam dalam rangka membantu usaha pemerintah dalam bidang pendidikan.
Kemudian tujuan institusi itu dijabarkan dalam Anggaran Rumah Tangga (ART)
Yayasan, yaitu mewujudkan terbentuknya manusia Indonesia yang memiliki nilai-nilai
iman dan taqwa kepada Allah Robbul Alamiin. Dan tujuan khususnya agar a)masyara-kat memperoleh kesempatan belajar seluas-luasnya,baik melalui pendidikan umum atau
pun pendidikan Agama Islam, dan b) masyarakat memiliki keseimbangan dalam hal
pentingnya pendidikan agama dalam konteks pendidikan umum.Pendidikan agama sebagai pendidikan umum,khusunya pendidikan agama Is lam bertujuan untuk membentuk prilaku dan kepribadian individu sesuai dengan
prinsip-prinsip dan konsep Islam dalam mewujudkan nilai-nilai moral dan agama sebagai
lan-dasan pencapaian tujuan pendidikan umum. Prinsip-prinsip ini didasarkan kepada
dapat dipisahkan. Yang dimaksud dengan prinsip dan konsep Islam adalah
kaidah dan dasar-dasar Islam yang terkandung dalam Al-Quran dan Sunnah dan
kaidah-kaidah/dasar-dasar yang diterapkan denganjelas pada masa Nabi SAW dan sahabat
khulafair-rasyidin dan para pengikutnya, termasuk orang-orang yang mengamalkan
Islam dengan ikhlas sampai sekarang dan yang akan datang. Di mana orang tua
mendi-dik putra-putrinya sesuai dengan prinsip-prinsip ini dan peranan ini dilaksanakan oleh
guru (mu'allim) di sekolah pada setiap masa dan tempat.
Guru (mu'allim), khususnya guru PAI hendaknya menyadari betul ciri-ciri pen
didikan Islam yang berbeda denga pendidikan lainnya agar ia dapat menjalankan tugas
mengajarnya sesuai dengan misi pendidikan Islam itu sendiri. Pendidikan Islam
berda-sar pada seperangkat daberda-sar dan prinsip yang bersumber pada rukun iman dan syari'at
Islam yang dapat diterapkan secara praktis dalam kehidupan. Pendidikan Islam memiliki
ciri-ciri berikut:
1) Pendidkan Ketuhanan (Tauhid/Aqidah), yaitu :
a) pendidikan yang bukan buatan manusia melainkan berdasar kepada prinsip-prinsip
yang diturunkan Allah Ta'ala (bersipat luhur dan sempurna); b) bertujuan untuk me
wujudkan nilai-nilai kehidupan yang mulia; c) menyampaikan individu siswa kepada
kebahagian dunia dan akhirat; d) kesempurnaannya datang dari Allah SWT, yang Maha
Mengetahui terhadap kemaslahatan manusia dan memberikan kebaikan dan kehidupan
Al-Baqarah: 2, Azzumar: 23.
2) Pendidikan faktual (tarbiyah waqi'iyyah) yaitu :
pendidikan yang serasi dengan kenyataan manusia yang tersusun dari komponenjisim
(tubuh), nafs /akal dan ruh/qolb/hati. Pendidikan ini mengakui adanya "ghorizah"(ins-ting) yang menggerakkan prilaku manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam itu
mem-bimbing, mengarahkan, menata dan membina gharizah bukan menghancurkan atau
me-meranginya.
3) Pendidikan yang kontinyu, yaitu pendidikan yang tidak terikat oleh waktu tertentu di
keluarga dan sekolah saja (kewajiban bagi orang Islam sampai meninggal dunia).
(MalaUtsman,1985:20-30).
Berkenaandengan hal tersebut di atas, Islam memandang bahwa Pendidikan Umum
ber-tujuan untuk mencapai manusia yang memiliki karakteristik : a) hilmum (kesanggupan
atau kemampuan untuk menolak argumentasi orang yang bodoh dengan bahasa yang
santun), b) wara' (tidak rakus,rendah hati,yang mampu membentengi dirinya dari per
buatan maksiat), dan c) husnul khuluq (beraklilak baik sehingga ia bisa hidup di antara
manusia). (Rahmat Mulyana,dkk, 1999:6)
Untuk merealisasikan tujuan pendidikan Islam yang dapat menunjang pencapaian Pendi dikan Umum, Islam telah memberikan arahan agar manusia mampu memanfaatkan
po-tensinya dan kesempatan hidupnya "hayaataka qobla maotika" untuk mencapai keba
hagian hidupnya di dunia dan di akhirat kelak. Disamping itu Islam memberikan
rongan untuk mengembangkan polensi akalnya melalui pendidikan baik jalur sekolah
maupun jalur luar sekolah "uthlubul 'ilma minal mahdi ilallahdi".
Di sini tampak jelas bahwa pendidikan Islam itu berlangsung sepanjang hayat
(ai-iarbiyah modal hayaah). Dengan demikian manusia tidak boleh terputus dari belajar
dan mencari ilmu pengetahuan serta meneliti rahasia-rahasia alam hingga akhir hayat.
(minal mahdi illahdi) Hal ini ditegaskan dalam firman Allah " wa maa uuliilum minal
'ilmi ilia qoliilaa" (kamu diberi ilmu itu hanya sedikit) QS.Al-Isro:85, " wa faoqo kulli
dzii 'ilmin 'alum" (Di atas seliap yang memiliki ilmu ada yang Maha
Berilmu).QS.Yu-suf:76.
Ayat tersebut di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa pantainya ilmu
itu tidak dapat dilihat oleh seseorang, walaupun ia berusaha sekuat tenaga untuk
bere-nang dan tenggelam ke dalam dasarnya. Oleh karena itu pendidikan agama Islam tidak
dibatasi oleh pendidikan resmi (jalur sekolah) telapi bisa berlangsung di luar jalur- jalur
sekolah dengan tanpa pengenal batas usia. Itulah salah satu ciri pendidikan Islam. Dan
peletakan dasar pendidikan agama Islam itu adalah di rumah (pendidikan keluarga), se
bagaimana firman Allah Ta'ala "quu anfusakum wa ahlikum naaro" (peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka). Kemudian setelah itu pendidikan Islam dilaksanakan
di tempat khusus seperti sekolah (madrasah).
me-ngesampingkan output (hasil)nya.Sebagaimana kita ketahui bahwa output pendidikan
tidak terlepas dari faktor input dan proses serta segala faktor yang mempengaruhinya,
demikian pula dengan pendidikan Islam.
Berkenaan dengan itu, Achmad Sanusi (1998) mengemukakan fungsi nyata dari
output belajar-mengajar dan dampak pengiringnya adalah a) terjadinya proses nilai
tam-bah secara menyeluruh dan b) terintegrasi yang dapat diamati mengenai prilaku siswa
sebagai pernyataan dan pengendalian diri dalam berbagai lingkungan dan situasi ke
hidupan sehari-hari.
Istilah menyeluruh sepadan dengan kaaffah yang meliputi aspek akliah, ruhiyah/
qolbiyah dan jismiah, sedangkan istilah terintegrasi sepadan dengan mulakamil (saling
melengkapi dari ketiga aspek itu).
Dengan demikian output proses belajar-mengajar PAI harus mencakup ketiga as
pek di atas dengan bertitik tolak dari tujuan untuk ishlahun niyyah dan ikhlasul 'amal.
Dalam pendidikan Islam, dijelaskan bahwa tujuan (niat) seseorang sangat menentukan
proses kualitas amal perbuatannya dan hasilnya. Apabiia tujuannya (niat)nya karena
Allah Ta'ala, maka prosesnya akan berjalan sesuai dengan tujuan (niat)nya yang telah
terpancang dalam hatinya.Dengan kata lain amal perbuatan (khususnya kegiatan pen
didikan) tergantung kepada tujuannya atau niatnya. Selanjutnya penting proses pendi
ber-hijrah. Ada orang yang berhijrah karena Allah Ta'ala dan Rasul-Nya dan ada pula orang
berhijrah karena dunia dan wanita. Secara maknawi, hijrah adalah melakukan
perubah-an dari perbuatperubah-an tidak baik ke perbuatperubah-an baik atau dari perilaku tidak tahu menjadi
tahu/ mengerti. Pengertian ini telah dikembangkan oleh Ad Rooijakkers dalam konsep
belajar.
Demikian pula, pendidik yang melakukan proses pendidikan dapat diumpamakan seperli
orang yang melakukan hijrah dalam hal ia mengubah perilaku terdidik yang belum tahu
ke perilaku terdidik yang mengerti atau mengubah perilaku bodoh menjadi pandai.
Bahkan dijelaskan dalam Islam bahwa amal perbuatan (khususnya kegiatan pendidikan)
diibaratkan sebagai bejana (idzaa thooba a'lahu thooba asfaluhu wa idzaa khobusa .
a'lahu khobusa asfaluhu) ; apabila bejana itu bagian atasnya baik, maka bagian
bawah-nya juga akan baik; apabila bagian atasbawah-nya busuk, maka bagian bawahbawah-nya akan busuk
pula (Ibnu Hibban 1: 332).
Ini memberikan gambaran tentang hubungan tujuan, proses, dan output dalam
sua-tu pendidikan. Apabila sua-tujuan isua-tu jelas karena unsua-tuk menegakkan ajaran Islam, maka
proses dan outputnya juga akan tampak jelas dan mencapai sasaran sebagaimana yang
dimaksud dalam pendidikan Islam. Akan tetapi apabila tujuannya tidak jelas atau bukan •
disip-lin dan kolusi dalam pendidikan.
Dalam ajaran Islam, tujuan dalam pendidikan terbagi duajenis, yaitu 1)
"na-waetu" niat amal dan 2) niat ma'mul. Tujuan (niat) amal adalah tujuan (niat) yang
per-lu dirumuskan sesuai dengan bentuk dan jenis perbuatan (kegiatan pendidikannya).
Di sinilah muncul istilah rumusan tujuan perilaku ibadah atau tujuan khusus. Tujuan
(niat) ma'mul adalah tujuan (niat) yang berkaitan dengan keikhlasan isi/lubuk hati si
pelaku dalam melaksanakan suatu kegiatan (pendidikan). Inilah yang mendasari
gerak-gerak perilaku indidividu dan berkaitan dengan dasar persoalan dalam meningkatkan
kualitas pendidikan, khsusunya pendidikan Islam.
Pendidikan Islam jalur sekolah sangat berbeda dengan pendidikan Islam
jalur luar sekolah, seperti pesantren atau majlis ta'lim. Pendidikan Islam jalur sekolah,
terutama di tingkat sekolah menengah umum dilaksanakan dalam rangka menunjang
tujuan nasional sebagaimana yang telah dirumuskan di atas,khususnya untuk mewu
judkan manusia yang beriman dan bertakwa. Oleh karena pendidikan Islam jalur sekolah
merupakan salah satu bentuk pendidikan yang mengacu ke tujuan nasional, maka proses
pelaksanaannya tidak terlepas dari tujuan-tujuan institusional dan tujuan kurikuler yang
merupakan penjabaran dari tujuan nasional itu. Dengan demikian tujuan pendidikan
an Islam di sekolah menengah umum (SMU) bermuara ke tujuan kurikuler yang telah
Tujuan ini berkaitan dengan komponen-komponen lainnya dalam kurikulum,
yaitu,mate ri, metode, media, dan evaluasi. Namun demikian keberhasilan pendidikan
Islam di sekolah sangat tergantung kepada para pelakunya, teruatama guru dan
siswanya. Ini kembali kepada tujuan (niat) dan proses yang dilakukan oleh kedua belah
pihak.
Proses pendidikan Islam jalur sekolah berkaitan erat dengan komponen-kompo
nen di alas. Secara formal, semua komponen ini telah dilaksanakan sesuai dengan
tun-tutan kurikulum dan telah banyak mendapat perhatian dari kalangan para pendidik dan
para pakar pendidikan, misalnya dengan ada penataran metode mengajar, penggunaan
media pengajaran, lembar kerja siswa, dan sebagainya. Namun demikian, faktor-faktor
yang berkaitan dengan pelakunya (sumber daya manusia), misalnya faktor psikologis,
sosiologis, dan faktor ekonomi siswa, khususnya, kurang mendapat perhatian dalam
meningkatkan kualitas pendidikan Islam.Di samping itu, perilaku/ciri pendidik (guru/mu'allim) PAI yang sangat
pe-nyebab yang sebenarnya yang didasarkan pada hasil temuan ilmiah.
Di samping itu isu lain menyatakan bahwa : a) pendidikan agama Islam di seko
lah masih banyak yang belum terpecahkan, di antaranya pendidikan agama di sekolah
itu belum mencerminkan tingkat mendidik dan menghayati ajaran agama. Pendidik
an agama belumlah mampu mencetak manusia muslim yang terpantul pada cara
ber-likir, bersikap dan bertingkahlakunya anak didik (Munawir Syadzali,PR19-08-1988),
b) pendidikan agama Islam yang masih lemah sistem dan metodenya perlu ditata secara
terus menerus agar pendidikan tersebut bisa mewujudkan anak didik yang agamis
di-samping responsif terhadap perkembangan masyarakat yang selalu terus berubah
me-nuju tatanan sosial yang lebih baik, c) guru berbicara murid mendengarkan, guru
men-dikte murid mencatat, guru membaca ayat Tuhan, murid sering ramai sendiri; ini me
rupakan gambaran biasa saat pendidikan agama Islam berlangsung di dalam kelas.
Banyaknya sekolah yang masih menerapkan metode klasik itulah yang kurang
men-dorong siswa untuk aktif dan krealif dalam mengkaji agama Islam secara serius baik di
sekolah maupun kelak dimasyarakat. (Solemanto,PR 19-08-1988), d) pengajaran
agama di sekolah mengimplikasikan 1) agama akan tinggal pada anak sebagai
penge-tahuan semata; sedangkan aspek afektifdan psikomotor sedikit saja tersentuh, 2) ada
dikotomi pemikiran antara pemikiran ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum; komitmen
kepada agama sangat lemah, 3) pendidikan agama banyak mengandung pesan-pesan
moral yang dimodifikasi untuk menunjang penghayatan kepada Pancasila, maka isi
pengajaran agama sering tidak banyak berbeda dengan PSPB dan PMP. ( Kafil Yamin
Abdillah, PR 9-09-1988), e) kita sering memperiihatkan sikap yang mengabaikan
pendidikan agama, bahkan citra pendidikan agama sering pudar dan tidak berwibawa,
bukan hanya dihadapan murid-murid saja tetapi dihadapan sesama murid pun sering
terjadi (H.R. Moh.Yogie SM, PR 5-12-1988).
Isu-isu di atas masih perlu dibuktikan oleh berbagai keterangan dan informasi
yang kridibel melalui pengamatan dan penelitian. Itulah yang mengundang
permasa-lahan pendidikan agama Islam di sekolah, sebagai bagian dari pendidikan umum,
khu-susnya di sekolah menengah umum, dan salah satu masalah mengenai aspek-aspek
pengajaran PAI yang perlu segera dipecahkan lewat penelitian lapangan adalah proses
belajar-mengajar PAI, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
B. Fokus Masalah
Pendidikan Islam yang dilaksanakan di jalur sekolah didasarkan pada kuriku-,
lum PAI secara nasional di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Materi
kurikulum PAI mencakup komponen-komponen yang satu sama lainnya saling
men-dukung sesuai dengan karakteristiknya. Dalam kenyataannya, ilmu agama Islam itu
ber-cabang, antara lain: Al-Quran, tafsir, hadits, fiqih, tauhid, dan tarikh. Masing-masing
dari komponen ini mempunyai tujuan khusus yang harus dicapai melalui pengajaran
komponen-komponen agama itu. Akan tetapi padaakhirnya semua komponen itu
ber-tumpu untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu membentuk pribadi muslim yang patuh
terhadap hukum agama dan melaksanakan ajarannya sesuai dengan petunjuk dan
sun-nahnya. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan umum, yaitu membentuk manusia
yang berkepribadian integratif dan saleh.Pengertian saleh dalam pendidikan umum
didasarkan pada Al-Quran "innalardhoyaritsuhaa min 'ibaadiyash shoolihuuii"
Sesungguhnya bumi ini diwariskan kepada hamba-hamba-Ku yang saleh. Menurut
pan-dangan pendidikan umum, orang yang saleh adalah orang yang memiliki
kemampu-an intelektual tinggi, mempunyai kepribadikemampu-an ykemampu-ang luhur dkemampu-an mempunyai keterampilkemampu-an.
(Rohmat Mulyana, 1999:68). Dengan demikian pendidikan agama Islam harus berlujuan
ke arah pembentukan anak didik yang saleh. Siswa (muta'llim) tidak akan mencapai
tujuan ini selama ia belum mempelajari dan mengamalkan komponen-komponen agama
ini yang saling berkaitan sesuai dengan tuntutan karakteristiknya.
Komponen-kompo-nem agama (Islam) merupakan nilai-nilai atau norma-norma yang sama-sama
dikem-bangkan dalam konsep pendidikan umum. Oleh karena itu, pendidikan PAI merupakan
salah satu pendidikan nilai-nilai yang erat kaitannya dengan pendidikan umum. Dengan
demikian pendidikan agama Islam harus menjadi landasan bagi terbentuknya sistem ni
lai atau norma, baik nilai agama atau pun moral.
Di samping itu, pengajaran PAI di sekolah sangat tergantung kepada faktor
sis-wanya. Pengajaran PAI memerlukan cara belajar tersendiri yang paling bermanfaat,
mengehemat waktu dan tenaga serta memberikan hasil yang terbaik. Walaupun demi
kian faktor ini (cara belajar) tidak akan terlaksanakan secara optimal tanpa dukungan
faktor lainnya seperti faktor sosial, psikologis dan ekonomi. Oleh karena itu, hambatan
pengajaran PAI di sekolah disebabkan oleh ketiga faktor itu. Ini menunjukkan
penting-nya proses pengajaran PAI di sekolah di lihat dari faktor-faktor tersebut, yang
kan ada siswa yang mendapat hambatan dalam belajar PAI karena faktor-faktor tadi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah di atas, dapat dirumus
kan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tentang pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar bidang studi
pendidikan agama Islam di SMA Mutiara 1 Bandung ?
2. Bagaimana profil (ciri-ciri khusus) guru bidang studi pendidikan agama Islam di SMA
Mutiara 1 Bandung ?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar PAI di sekolah ?
4. Apa faktor-faktor penghambat dalam pembelajaran bidang studi pendidikan agama
Islam di sekolah ?
5.bagaimana perhatian orang tua terhadap pendidikan agama Islam di sekolah ?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang :
1. pelaksanaan proses belajar-mengajar pendidikan agama Islam di SMA Mutiara 1
Bandung;
2. profil (ciri-ciri khusus) guru bidang studi pendidikan agama Islam di SMA;
3. tanggapan siswa terhadap proses belajar-mengajar PAI
4. faktor-faktor penghambat dalam pembelajaran bidang studi pendidikan agama
5.bagaimana perhatian orang tua siswa terhadap bidang studi PAI di sekolah ?
E. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis sebagai :
1. Umpan balik bagi lembaga-lembaga pendidikan (sekolah yang bersangkutan)
tenaga-tenaga kependidikan agama Islam sebagai pendidikan umum yang terlibat langsung
ataupun tidak langsung dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan agama Islam,
khususnya yang berkaitan dengan peningkatan denganprofil dan kualitas
guru,kuah-tas belajar siswa dan perhatian orang tua.
2. Secara operasional diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
ilmiah dalam pengembangan dasar-dasar dan prinsip-prinsip pengajaran PAI sebagai
pendidikan umum di SMU (SLTA). Selanjutnya hal itu dapat dijadikan salah satu
alternatif pedoman atau rambu-rambu dalam upaya meningkatkan proses belajar
mengajar PAI.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menekankan pada proses.
Adapaun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini melalui tiga tahap, yaitu
a) tahap orientasi, b) tahap eksplorasi, dan c) tahap member check.
Pada tahap pertama,peneliti mengamati lokasi sekolah, kemudian mengadakan
wawancara dengan kepala sekolah untuk memperoleh gambaran mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan kondisi, situasi, keadaan siswa, guru, staf tata-usaha, perlengkapan
sekolah, perpustkaan sekolah, tempat ibadah, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di
kelas secara umum. Kegiatan ini dilakukan selama lima minggu untuk beradaptasi
dalam lingkungan sekolah/kelas agar peneliti dapat memperoleh informasi yang
se-benarnya dari pihak-pihak terkait yang akan dijadikan subjek dan informan.Selanjutnya
dari informasi yang bersifat umum itu dipilih masalah yang akan dijadikan fokus
penelitian.
Pada tahap kedua, peneliti mengadakan observasi dan wawancara lanjutan me
ngenai hal-hal yang ada kaitannya dengan fokus penelitian (proses belajar mengajar
PAI, ciri perilaku guru PAI, dan tanggapan siswa terhadap proses belajar mengajar PAI).
Wawancara ini dilakukan terhadap informan (guru, wali kelas, BP, kepala sekolah,pembantu kepala sekolahurusan kesiswaan, teman sejawat, orang tua siswa). Adapun
subjek penelitiannya adalah tiga orang guru PAI dan tiga orang siswa, sedangkan
informasi yang menjadi fokus penelitiannya adalah seputar proses belajar-mengajar,
yang meliputi,kegiatan belajar-mengajar PAI, ciri/prilaku guru PAI, dan tanggapan
siswa terhadap proses belajar-mengajar PAI.
Pada tahap ketiga peneliti menganalisis hasil observasi dan wawancara
yang telah terkumpul dari subjek penelitian dan informan tersebut (kepala sekolah,
pembantukepalasekolahurusan kesiswaan, BP, wali kelas, guru, teman sejawat, dan
siswa). Kemudian peneliti mengadakan pengecekan tentang isi dan kebenaran hasil
analisis kepada pihak terkait yang dianggap cukup memiliki informasi mengenai
fokus masalah tersebut di atas (terutama guru PAI, siswa, teman sejawat yang lainnya dan orang tua siswa).Secara lebih rinci, langkah-langkah yang ditempuh dalam menentukan
kasus berdasarkan hasil observasi dan wawancara adalah sebagai berikut:
1) mengidentifikasi siswa yang memperoleh hasil belajar di bawah standar dan fak
tor-faktor penyebabnya; 2) mengidentifikasi perilakudan tanggapan siswa terhadap
proses belajar mengajar PAI; 3) memilih tiga kasus siswa yang memiliki ciri-ciri
perilaku di atas; 4) menentukan tiga guru agamaIslam bagi ketiga orang siswa yang
dijadikan kasus dalam penelitian ini; 5) mendeskripsikan kegiatan dan atau
belajar-mengajar PAI; 6) mendeskripsikan ciri prilaku guru PAI.B. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah tiga orang siswa dan tiga orang guru
Pendidikan Agama Islam SMA Mutiara 1 Bandung. Adapun ketiga siswa yang
dijadikan kasus dalam penelitian ini adalah mereka yang memiliki nilai-mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di bawah setandar, yaitu 1). siswa/i kelas 1
semester satu; 2). siswa/i kelas 2 semester tiga ; 3). siswa/i kelas 3 IPA/IPS semester lima. Dan ketiga guru agama Islam di SMA Mutiara 1 Bandung adalah sebagai
berikut :
1) Guru A, guru honorer dengan latar belakang pendidikannya: Pondok Pesantren,
Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Madrasah 'Aliah, LBA bahasa Arab status seba gai guru agama Islam, sebagai guru agama di kelas I, mubaligh, da'i, mengajar di majlis ta'lim, rohisdam, dan pembinaan rohani LP; 2) Guru B, latar belakang
pendidikan sarjana pendidikan bahasa Arab IKIP Bandung, status guru DPK, pangkat/gol : Ill/b. Pengalaman: Guru agama/ bahasa Arab di SMA Negeri, kemudi an dialihtugaskan ke SMA Mutiara 1 Bandung sebagai guru DPK yang diperbantu-kan, dan guru agama sebelumnya adalah guru Nr Pendidikan Jurusan Tarbiyah IAIN Bandung, karena yang bersangkutan dapat pengangkatan sebagai guru PAI ditem-patkannya di SMA Negeri di Cimahi. Setatus sebagai guru agama tidak tetap di
SMA Mutiara 1 Bandung dilanjutkan oleh guru agama DPK. 3) Guru C, bantuan dari Depag, pangkat/gol Ill/d latar belakang pendidikannya: Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Madrasah 'Aliah, Sarjana SI/ Jurusan Syari'ah, IAIN Bandung status sebagai guru agama Islam, sebagai guru agama di kelas 3, mengajar di majlis ta'lim, tokoh masyarakat dilingkungannya, pengurus DKM;
C. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh informasi tadi adalah peneliti sendiri (sebagai instrumen utama). Pada mulanya data diperoleh
dari responden itu dilihat dari segi pandangan responden itu sendiri (bersifat emic) kemudian data tersebut ditafsirkan menurut pandangan peneliti sendiri (bersifat
etic). Setelah ilu hasil penafsirannya dicek kembali agar diperoleh gambaran menge nai tingkat kesesuaiannya antara pandangan responden dan pandangan peneliti.
Selain itu, untuk memperoleh informasi yang telah menjadi fokus penelitian ini, digunakan buku catatan atau catatan lapangan. Dalam buku catatan ini dibedakan data deskriftif dan data interpretatif. Di samping itu buku catatan ini berisi data verbal yang berupa hasil catatan apa yang diucapkan oleh responden atau informan, dan data non verbal yang meliputi segala prilaku/gerak gerik responden dan infor
m a n .
Untuk menditeksi tingkat kredibilitas data penelitian ditempuh
langkah-langkah 1) memperpanjang waktu penelitian (masa observasi dan wawancara),
selama 2 semester, 2) member check dan 3) triangulasi. Kegiatan pertama dilakukan untuk mengecek kebenaran informasi dengan cara mengadakan hubungan baik
(akrab) dengan para informan dan subjek penelitian itu sendiri agar tidak terjadi
salah tafsir tentang informasi yang dimaksud. Kegiatan kedua dilakukan untuk mengecek kembali kebenaran data yang telah disampaikan responden berdasarkancatatan peneliti. Kegiatan ketiga dilakukan untuk mengecek kebenaran data yang
telah diperoleh peneliti dari satu sumber (responden) dengan membandingkannya
dengan data dari sumber lain (guru, teman sejawat, wali kelas, BP,orang tua murid).
Berikut ini penjelasan tentangjenis, tahap, dan langkah-langkah yang ditem
puh dalam menerapkan teknik observasi dan wawancara.
a. Observasi
Jenis observasi yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi
tak berstruktur dan partisipasi pasif. Jenis observasi ini dilaksanakan oleh peneliti
dengan tidak mempersiapkan panduan; peneliti hanya berlindak sebagai pengamat dalam situasi proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, fokus observasi dikembangkan sewaktu kegiatan penelitian ini berlangsung.
Observasi tak berstruktur yang dilakukan dalam penelitian ini menempuh tiga tahap, yaitu
1) deskripsi umum, 2) spesifikasi, dan 3) seleksi. Tahap pertama ditempuh untuk
mengamati situasi proses belajar mengajar pendidikan agama Islam yang sedangberlangsung di kelas 1 sampai kelas 3 SMA Mutiara 1 Bandung. Tahap kedua
ditempuh untuk memfokuskan observasi sehingga diperoleh fokus masalah yang menjadi pusat perhatian peneliti. Masalah penelitian ini terfokus pada siswa kelas1, siswa kelas 2, dan siswi kelas 3.
b. Wawancara
Adapun jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian adalah: wawancara tak berstruktur dan terus terang.di mana peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara leluasa dan tidak terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Begitu pula, peneliti menempatkan subjek penelitian (informan) yang
terdiri atas guru, wali kelas, BP, kepala sekolah, dan orang tua murid sebagai teman sejawat.Dalam melakukan wawancara dengan subjek penelitian (informan), peneliti mengacu kepada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba, yang
dikutip oleh Sanafiah Faisal (1990). Langkah-langkah tersebut meliputi a) menentu
kan subjek penelitian, b) menyiapkan pokok pertanyaan, c) mengawali dan
mem-buka alur wawancara, d) melangsungkan alur wawancara, e) mengkonfirmasikan
ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya, f) mencatat hasil wawancara, dan g) mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara.
Di samping itu, untuk melengkapi data penelitian despriptif ini digunakan dokumentasi. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan nilai hasil belajar pendidikan agama dan dan latar belakang pribadi siswa.
D. Teknik Analisis Data
Data penelitian yang telah terkumpul melalui ketiga instrumen di atas diana-lisis secara kualitatif melalui beberapa langkah, yaitu 1) reduksi data, 2)display data, dan interpretasi 3) konklusi, dan 4) validasi dan verifikasi.
Reduksi data dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang meliputi 1) memilih
hal-hal pokok yang terdapat dalam data yang telah terkumpul dari lapangan, 2) merangkum dan meringkas data, dan 3) menyusun data dengan memberi kata-kata
kunci.
Display data dilakukan dengan cara menyajikan data dalam bentuk matriks
secara deskriptif mengenai 1) karakteristik kasus siswa, yang meliputi a) penampil-an, b) tempat tinggal, c) lingkungan sekitar, d) prilaku, dan e) hasil belajar PAI; 2) tanggapan siswa terhadap pengajaran PAI; dan 3) kegiatan belajar-mengajar PAI dengan mengutamakan kata-kata kunci. Kemudian deskrifsi data dalam matrik ter sebut ditafsirkan berdasarkan pengalaman teoretis dan pengalaman empirik.
Interpretasi dilakukan untuk memberikan makna/arti yang terkandung dalam
hasil analisis (komparasi/korelasi) data dengan menggunakan norma atau kriteria tertentu (yang telah dikemukakan pada BAB II) sehingga mudah dibuat bahan simpulan yang merupakan tahap akhir analisis data.
Konklusi dibuat untuk memberikan jawaban faktual dan informatif terhadap
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diajukan dalam penelitian ini. Konklusi
merupakan ramuan dan kristalisasi dari hasil diskusi/pembahasan yang berkaitan
dengan konfirmasi teori terhadap data dan konfirmasi data terha- dap teori.
Validasi dan verifikasi dilakukan untuk mengecek kebenaran hasil ana
lisis dan interpretasi (konklusi) data penelitian, antara lain dengan triangufasi : 1)
komparasi yang meliputi a) komparasi data hasil obsevasi dengan data hasil
wawancara. b) komparasi antara pendapat informan di tempat umum dan penda pal
informan di tempat khusus, c) mengecek konsislensi pendaopat informan dalam
situasi tertentu dan situasi (waktu) lain, dan 2) triangulasi dengan teman sejawat
(peneliti yang berbeda).
RAV*V ? ...
%& '^K V£*
vy..•' '•'••,• \ *
>:•:<•
8? •••>'
m
BABV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil tafsiran/analisis dan pembahasan pada bagian terdahulu, diper
oleh beberapa simpulan deskriptif yang menggambarkan berlangsungnya proses belajar
mengajar bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMA Mutiara 1Bandung, khususnya
yang mengungkap beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan siswa dalam belajar
pendidikan agama Islam.
Sebagaimana telah dikemukan pada bagian sebelumnya, penelitian terfokus ke
pada tiga kasus guru dan tiga kasus siswa.
1. Pelaksanaan PBM dan Profil Guru PAI
Secara umum ketiga kasus guru (guru A, Bdan C)dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar PAI sering menggunakan metode ceramah, tanya jawab/diskusi dan
demonstrasi. Hal ini terbukti dengan bentuk-bentuk kegiatan belajar-mengajar yang
meliputi menerangkan mengajar secara lisan, mengajukan pertanyaan dan mempragakan
materi pelajaran yang memerlukan praktek, meskipun kegiatan belajar-mengajar itu
tidak mengikuti sepenuhnya langkah-langkah bagi masing-masing metode tersebut.
Dengan kata lain guru Atidak terikat oleh salah satu metode khusus (langkah-langkah)
mengajar untuk setiap topik yang berkaitan dengan ibadah, syariah, akhlak, tarikh,
membaca Al-Quran; yang diharapkan dalam pengajaran PAI secara konseptual.
Tegasnya guru PAI tidak memperiihatkan adanya perbedaan langkah-langkah mengajar
untuk setiap topik tersebut. Padahal tiap topik itu menuntut metode khusus
(langkah-langkah mengajar) sesuai dengan karakteristiknya.Oleh karena itu, kegiatan mengajar
yang di-laksanakan oleh ketiga guru itu dapat diketagorikan ke dalam model mengajar
guru PAI (guru A,B dan C) karena belum sesuai dengan metode kliusus pengajaran PAI
yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan karena langkah-langkah mengajar PAI
(metode khusus ) untuk setiap topik bahasan di atas tidak tercantum dalam kurikulum.
Dan seca-ra umum dapat ditemukan ciri khas KBM PAI yaitu : 1) kegiatannya diawali
dengan mengucapkan salam baik pada waktu memasuki kelas maupun pada waktu
keluar dari kelas, 2) berdoa baik di awal ataupun di akhir pelajaran, 3) selalu
memberikan nasihat-nasihat, 4) selalu mengaitkan setiap topik pelajaran dengan aldilak,
dan 5) menghafal-kan bacaan-bacaan atau do'a-do'a. Kegiatan PBM mencerminkan nilai
Islam yang meli-puti nilai ketuahanan dan kemanusiaan yang berkaitan dengan salah
satu tujuan dasar Pendidikan Umum, yaitu menciptakan keutuhan intelektual siswa.
Adapun perilaku guru PAI yang telah menunjukkan aktualisasi nilai kemanusia
an yang Islami, baik untuk pembinaan diri sendiri maupun pembinaan orang lain, antara
lain perilaku sobar dan bersilaturrahmi ( guru PAI A), serius dan patuh (guru PAI B),
dan penuh perhatian, kebapakan, dan adil (guru PAI C).
Ditinjau dari nilai-nilai pendidikan umum, perilaku ketiga guru tersebut telah
mampu menerapkan nilai atau karakteristik pendidikan umum dalam kegiatan belajar
mengajar PAI sebagai pendidikan umum di SMU Mutiara 1Bandung, antara lain, guru
A: 1) membantu siswa YN yang mengalami hambatan belajar PAI yang disebabkan oleh
faktor ekonomi dan 2) bertanggungjawab dalam pengembangan kemampuan belajar
siswa YN hingga ia dapat menyelasaikan sekolahnya sampai memperoleh STTB; guru
B: 1) membantu siswa agar ia dapat mematuhi peraturan dan ketetapan sekolah dan ber
sikap tegas dalam menyampaikan kebenaran 2) bertanggungjawab dalam pengembangan
pribadi siswa agar ia berlaku disiplin pada waktu belajar dan bekerja; guru PAI C: 1)
membantu siswa dalam mengembangkan dayaemosi dan fikirannya dan 2) berlanggung
jawab dalam mengembangkan perilaku sosial siswa
2. Tanggapan Siswa terhadap Pelajaran PAI dan Faktor-faktor Penghambat
dalam PembelajarannyaSebagaimana telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, penelitian ini
niem-fokuskan perhatiannya pada 3 (tiga) kasus sisvva yang mengalami hambatan dan kega
galan dalam belajar PAI. Ini ditandai dengan rendahnya nilai prestasi agama yang
di-capainya. Kegagalan belajar PAI dari ketiga siswa tersebut disebabkan oleh faktor yang
berbeda. Siswa YN mengalami kegagalan belajar PAI disebabkan olehfaktor ekonomi.
Kemampuan ekonomi orang tua siswa tergolong rendah sewaktu siswa sedang
menem-puh pendidikan di kelas 1SMA. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena penang
gung jawab/pemimpin keluarga (ayah) yang bersangkutan meninggal dunia. Di samping
itu, keluarga ini juga termasuk keluarga yang berpengahasilan kurang memenuhi
standar yang diharapkan. Lebih-lebih setelah salah satu anggota (kepala keluarga) tidak
ada untuk selama-lamanya. Dengan demikian siswa harus menerima kenyataan hidup,
yaitu tinggal bersama ibunya tanpa ayah lagi. Ia harus ikut membantu ibunya (sebagai
pedagang kecil) mencari nafkah untuk meringankan beban hidup adik-adiknya dan
menanggung biaya pendidikan sekolahnya. Biaya sekolah dan biaya kehidupan
hari ditanggung sendiri karena pengahasilan ibunya tidak dapat menjamin kelangsungan
sekolahnya. Akibatnya, ibunya menyarankan anaknya (YN) untuk berhenti sekolah.
Akan tetapi atas dorongan semangat yang tinggi dari anak itusendiri, ia tetap bersikeras
ingin melanjutkan sekolah sampai tamat. Namun demikian, kegiatan belajamya mulai
ter»anggu karena: 1) iasering ngantuk waktu belajar di dalam kelas sehingga penjelasan
guru tidak tertangkap sebagaimana mestinya; 2) ia tidak sempat mengerjakan
tugas-tugas dan tidak mengikuti kegiatan ekstra kurikuler sehingga ia tidak memperoleh nilai
agama dari komponen-komponen penilaian tersebut: 3) ia tidak memiliki fasilitas belajar
yang memadai (misalnya kurangnya buku-buku catatan); 4) tunggakan-tunggakan SPP
membuat siswa itu minder sehingga konsentrasi belajamya terganggu dan perhatiannya
terhadap pelajaran berkurang, khususnya bidang studi PAI. Inilah faktor yang diduga
dapat menyebabkan rendahnya nilai prestasi belajar Agama bagi siswa YN kelas 1SMA
Mutiara 1 Bandung.
Siswa K duduk di kelas 2 SMA Mutiara 1 Bandung, nilai PAI yang bersangkut
an adalah sangat kurang. Salah satu faktor utama rendahnya prestasi atau hasil belajar
bidang PAI adalah 1) sikap atau prasangka negatif dari siswa terhadap guru, 2) kurang
disipiln yang ditandai dengan perilaku negatif seperti tidak pernah mencatat,tidak mem
buat tugas, dan suka ngobrol di waktu belajar. Semua perilaku yang negatif dapat meng
akibatkan proses belajar mengajar PAI terganggu, terutama dalam hal kurangnya per
hatian dan konsentrasi menerima dan mengingat pelajaran serta merosotnya semangat
dalam melaksanakan tugas atau latihan. Ini merupakan beberapa indikator yang menun
jukkan rendahnya kualitas belajar siswa sehingga mempengaruhi proses belajar
jar secara keseluruhan di dalam kelas. Dengan demikian pemahaman atau pengertian
siswa terhadap bidang studi PAI itu menjadi rendah. Dari segi kognitif (pengusaan
materi berdasarkan hasil-hasil ulangan harian atau mid semester atau semester) hasil
belajar PAI siswa ini tergolong rendah.
Sikap atau prasangka negatif dapat melahirkan tanggapan yang negatif seperti
1) ia menilai guru itu kurang jelas dalam menerangkan pelajaran, 2) cara mengajarnya
kurang srek dengan keinginannya atau kurang menarik, 3) guru suka memvonis siswa
dengan tidak baik, 4) guru tidak menghargai siswa. Tanggapan-tanggapan seperti ini
dapat mengganggu jalanya proses belajar mengajar, terutama yang berkaitan dengan
perhatian siswa itu sendiri terhadap pelajaran dan keteiiibatannya dalam proses belajar
di ruang kelas. Bila perhatian siswa terhadap pelajaran (sebagai salah satu komponen
dalam proses belajar) tidak terkonsentrasi, maka hal ini dapat mengakibatkan kemam
puan siswa dalam menerima dan mengingat penjelasan guru menjadi rendah. Selanjut
nya, siswa itu tidak mau mengerjakan latihan-latihan atau tugas-tugas yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar di sekolah. Ini mengakibatkan pemahaman siswa ter
hadap bidang studi PAI menjadi rendah. Rendahnya pemahaman tersebut menunjukkan
hasil belajar PAI tidak berhasil/gagal. Jadi, kegagalan siswa Kdalam proses belajar
mengajar itu disebabkan olehfaktor psikologis.
Adapun siswa T mengalami kegagalan belajar PAI disebabkan olehfaktor ling
kungan keluarga. Keluarga yang tidak harmonis yang ditandai dengan adanya keretakan
hubungan antara suami istri mengakibatkan para anggota keluarga tidak ada ketenangan,
karena mereka tidak mempercayai kedua orang tuanya sebagai kepala/ pemimpin
ga yang mereka dambakan.Dalam hal ini khususnya siswa T mengalami goncangan
batin, temtama yang berkaitan dengan cita-cita, perhatian dan semangat belajamya. Aki
bat adanya keretakan antaranggota keluarga tersebut, siswa T memiliki perasaan dan
penilaian negatif terhadap kedua orang tuanya bahkan akhirnya ia menaruh rasa benci
terhadap keduanya. Gejala emosional ini mengakibatkan semangat belajamya menurun,
konsentrasi terhadap pelajaran menjadi berkurang dan disiplin belajar juga berkurang.
Dengan kata lain dia prustasi dalam belajar.
Dari segi kognitif ia tertinggal, hal ini terbukti dari hasil nilai-nilai ulangan
hari-an. dengan katagori rendah; dari segi afektif dia kehilangan rasa percaya diri, tidak
te-nang, gelisah, bahkan keimanan kepada Allah Ta'ala pun menjadi mengendur. Ini ter
bukti dengan lalainya dalam melaksanakan salah satu bentuk kegiatan ibadah yang
pokok (shalat); dan dari segi psikomotor (amaliah) ia belum mampu membaca
Al-Quran, yang menjadi sumber segala suruhan dan larangan Allah Ta'ala, yang berkaitan
dengan tugas dan kewajiban manusia sebagai makhluk-Nya.
Jadi, faktor utama yang menyebabkan kegagalan siswa T dalam proses
belajar-mengajar PAI di SMA Mutiara 1Bandung adalah ketidak harmonisan keluarga yang
merupakan salah satu bentuk dari faktor sosiologis.
Ketiga kasus siswa yang menghadapi hambatan belajar PAI yang disebabkan
faktor ekonomi, psikologi, dan sosial itu telah dapat diatasi oleh guru PAI bekerja sama
dengan BP, wali kelas dan guru bidang studi lain, antara lain dengan 1) memberikan
dispensasi SPP kepada kasus siswa YN, 2) memberikan saran agar siswa Kdipesaiitren
kan, dan 3) memberikan saran agar siswa T bersedia tinggal bersana dengan uanya.
Adapun sifat positif yang menonjol pada siswa YN dorongan belajar yang tinggi,
hormat pada guru, ikut membantu orang tua, merasa tanggungjawab tinggi terhadap
kelangsungan pendidikan adik-adiknya; pada siswa Kantara lain: 1) berani menyam
paikan pendapat, 2) mampu bergaul bersama teman-temannya dan 3) rela berkorban
demi kepentingan orang lain (teman); dan pada siswa Tantara lain taat kepada nasihat
guru, mampu adaptasi terhadap lingkungan keluarga/saudaranya. Sifat-sifat yang
dimiliki oleh ketiga kasus di atas menunjukkan nilai-nilai Islam yang berkaitan dengan
nilai-nilai kemanusiaan dan menunjukkan aktualisasi salah satu tujuan pendidikan
umum, yaitu meningkatkan dan mengembangkan karakter moral dan sosial.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti merekomendasikan hal-hal berikut.
1
Guru PAI dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab pengajaran agama di
sekolah sesuai dengan materi-materi kurikulum yang telah ditetapkan
Depdik-bud. Namun demikian bila dilihat dari pencapaian hasil belajar siswa dalam
bidang PAI masih ditemukan adanya kejanggalan dalam sistem penilaian. Hal
ini terbukti dengan satu kasus yang mendapat nilai di bawah standar (aspek
kognitif) padahal aspek-aspek lainnya cukup tinggi. Oleh karena itu, hendaknya
sistem penilaian bidang studi PAI tidak hanya menientingkan aspek kognitif
(fikir/'aqal) saja melainkan juga harus memperalitikan aspek-aspek lainnya yaitu
afektif (dzikir/ruh/qolb) dan psikomotor (nafs-al haroki) sehingga mendukung
tercapainya tujuan PAI sebagai pendidikan umum di SMA.
Mengingat kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru PAI (ABC)
belummenggambarkan dengan jelas langkah-langkah mengajar yang dikehen
daki (dituntut) dalam pengajaran PAIuntuk setiap jenis materi PAI (seperti iba
dah (fiqih), syariah, •akhlaq.Al-Quran/ Hadits, Tarikh, maka guru PAI seharus
nyamemperhatikan langkah-langkali mengajar (metodekhusus)pengajaran PAI
dalam menyampaikan materi PAI yang sesuai dengan karakteristik
masing-masing topiknya, tetapi disampaikan secara terintegrasi sesuai dengan tujuan
(PAI) sebagai pendidikan umum di SMA dan berkaitan dengan salah satu
tujuan pendidikan umum, yaitu mengembangkan pemikiran kritis siswa.
2)
Kendala yang dihadapi dalam pendidikan di sekolah menengah umum, khusus
nyapendidikan dan pengajaran PAI, iaiah faktor psikologis, sosiologis dan eko
nomi. Hal ini menuntut agar guru PAI memperhatikan faktor-faktor tersebut
dalam kegiatan belajar mengajar, terutama dalam menentukan sistem penilian
hasil belajar PAI dalam nuansa pendidikan umum.3)
Kenyataan membuktikan bahwa ketiga siswa yang memperoleh hasil belajar
PAI masih berada di bawah ukuran rata-rata norma yang ditetapkan apabiladi-bandingkan dengan potensi yang dimilikinya dan prestasi yang diperoleh sebe
lumnya. Ini menunjukkan bahwa ketiga siswayang menjadi kasus itu mengha
dapi kesulitan belajar PAI sebagai pendidikan umum, karena itu kepada guru
PAI, BP, Wali Kelas, Kepala Sekolah dan stapnya, mereka membutuhkan ban tuan secara tepat dan penanganan yang dilakukan dengan segera.4.
Keberhasilan pendidikan dan pengajaran PAI tidak akan tercapai secaraoptimal
tanpa adanya dukungan dan kerja sama yang baik antara pendidikan di sekolah
(sebagai pendidikan jalur sekolah) dan pendidikan keluarga (sebagai pendidikan jalur luar sekolah). Oleh karena itu, perhatian dan keteiiibatan orang tua siswa dalam mencapai keberhasilan pendidikan PAI sebagai pendidikan umum di se kolah harus ditingkatkan dan diusahakan secara optimal.
5. Guru PAI dalam pencapaian hasil pendidikan agama Islam, perlu didukung oleh faktor intern (diri siswa itu sendiri) antara lain cara belajar PAI sebagai pendi dikan umum yang sesuai dengan nasihat-nasihat praktis para pakar pendidikan (ulama tarbiyah),niisalnya mengadaptasikan cara belajar yang sesuai dengan topik yang dipelajarinya; mereviu pelajaran pada waktu-waktu berselang; dan menggunakan trik-trik yang dapat membantu ingatan.
6. Kasus-kasus siswa seperti yang ditemukan dalam penelitian ini hendaknya di tangani secara bersama-sama oleh (guru-guru, orang tua siswa dan sekolah) dengan memberikan saran dan pemecahannya dengan cara dan strategi untuk mengarahkan siswa secara proporsional.
7. Dalam kegiatan belajar mengajar untuk siswa yang berkasus, guru dituntut agar lebih kreatif dan tidak terpaku pada kurikulum,sebagai contoh untuk menghadapi kejenuhan siswa dalam KBM dapat diselingi dengan humor, nadhom dan sabar, kebapakan (sebagai mitra belajar) jika siswa yang mengikuti pelajaran itu berka sus karena disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial dan psikologi.
8. Bagi Lembaga penyelenggara pendidikan, pelajaran pendidikan agama yang ideal tidak boleh dipisahkan dengan pelajaran lainnya, terikat waktu pelajaran yang tersedia dalam kurikulum, melainkan harus ditunjang dengan pendidikan
di luar jam pelajaran seperti ekstra kurikulerprang tua dan sarana yang niemadai. 9. Untuk para peneliti dan akademisi Program Pendidikan Umum, bahwa hasil temuan dalam penelitian ini bukan sebagai hasil final, namun sangat diperlukan untuk penelitian lanjutan oleh peneliti-peneliti yang serupa pada kasus yang ber
beda.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Abduddaim,(1981),4*-7Y//'Z>/y'rt/t at-Tajribiyah, Beirut; Lubnan
Abdul Hamid Al-Basyimi, (1972) Mabadi At-Tarbiyah al-Amaliyah, Darul Irsyad Abid Taufiq al-Hasyimi,(tf) Thuruqu Tadris ad-Din, Muassasah ar-Risalah
Abu Daud, (1950) Sunan AbiDaud. Mesir: Maktabah Tijariah al-Kubro. Ahmad Sanusi, (1998) Pendidikan Alternatif Bandung; PPS IKIP.
5 (tt) Menyimak Mutu Hasil Pendidikan dari Sudut Meningkatkan Ketaqwaan dan Kecerdasan,Tas\kma\aya; PTLM.
Ali Al-Jamilathi dan Abul Futuh Attawanis (tt). Ushulul Haditsah Litadrisi Lughah
al-Arobiyah wa Tarbiyah ad-Dinniyah. Qohiroh: Nasyrul al-Fajalah.
Bogdan, Robert C. and Sari Knopp Biklen, (1982 ) Qualitative Research for Education, Boston: Allyn and Bacon Inc.
Bukliori, (1936) Sahih Buklwri. Cairo; Mesir.
Depdikbud,(1982) Pengelolaan Kelas, Jakarta: Proyek Pengembangan Institusi Pen didikan Tinggi.
,(1983) Diagnostik Kesulitan Belajar dan Mengajar Remedial,]akarta: Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.
,(1983) Penggunaan Taksonomi Tujuan Pendidikan dalam Perencanaan
Kegiatan Belajar-Mengajar, Jakarta: Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan
Tinggi
,(1983) Interaksi Manusiawi dalam Proses Belajar-Mengajar, Jakarta: Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.
- —, (1995) Bahan Dasar Peningkatan Wawasan Guru Agama Islam SLTP-SLTA, Jakarta
, (1986) Kurikulum Sekolah Menengah Umum (SMA) GBPP. Jakarta
, (1990) Sistem Pendidikan Nasional beserta Peraturan Pelaksanaannya.Jakarta: CV Eko Jaya
Fakhir Aqil, (1983) Ma'alim at-Tarbiyah. Beirut: Lubnan.
Faisal, Sanafiah. (1990) Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar dan Aplikasi, YA3 Malang Hakim Annisabur, (1978) Al-Mustadrak 'ala Shohihaenifil Hadiits, Beirut:Daml Fikr. Hasan Malla Utsman, (1985) Tarbiyah Insan al-Muslim. Ar-Riyadh: Saudi Arabiya Husen Sulaiman Quroti, (1981). Dirosat Tahliliyah wa Mawaqif Tatbiqiyah fi Ta'liimil
lughoh Arobiyah wa ad-Dinil Islaami. Mesir :Darul Ma'arif Qohiroh.
Ibnu Hibban,(tt) Sahih Ibnu Hibban. Madinah Munawwarah: Mamlakah Salafiah. Ibnu Majah, (tt) Sunan Ibnu Majah, 'Isalbab al- Hablii wa Syarakaat
Lincoln, Yvo S. and Ego G.Guba, (1985) Naturalistic Inqury, London New Delhi: Sage Publications Beverly Hills.
Henry, Nelson B. (1952) The Fifty-First Yearbook of The Nasional Society for The
Study ofEducation,The University of Chicago Press
Muhammad Jamil Zainu. (1413 H). DarulHami'i al-Mansyur wa at-Tauji'. Riyadh: Saudi Arabiya
Muhammad Husen Ali Yasin, (1974) Al Mabaadiu Asaasiyah fi Thuruqi at- Tadris
al-A 'mmah. Beirut: Lubnan.
Mahmubuddin Ahmad Abu Shah, (tt) Mudzakarah Muawajazah fi at-Tarbiyah
al-Islamiyah wa Thuruq Tadris Ulumu ad-Din wal Arabiyah, Mamlakah Al Aro
biyah As-Su'udiyah: Madinah Munawwarah.
Ma'ruf Zureq. (1985). Kaefa Nu'allimu Khoth al-'Arobi. Damaskus: Darul Fikri Muslim, (1926) Sahih Muslim. Cairo; Mesir
MOD Dahlan (penyunting). (1991). Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut Al-Quran
serta Implementasinya, Bandung: Dipenogoro
,MI Sulaeman, penyunting (1991) Prinsip dan Metode Pendidikan Islam
dalam Keluaraga, di Sekolah dan Masyarakat, Bandung: Dipenogoro.
MI Sulaeman, (1985) Suatu Pengantar kepada Dunia Guru Menjadi Guru, Bandung: CV Dipenogoro.
Miles, Matthew B and A.Michael Hiiberman, (1985) Qualitative Data Analysis, Sage Publications Beverly Hills London.
McKechie, Wilbert J. (1978) Teaching Tps, USA: D.C. Heath and Company.
Nasution S, (1986) Didaktik Asas-Asas Mengajar, Bandung: Jemmars.
,(1987) Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, PT Bina
Aksara
,(1988) Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif Bandung: Tarsito.
Nickerson, Raymond S. (1965) The Teaching of Thinking, New Jercy; USA
Patton, Michael Quinn, (1980) Qualitative Evaluation Methods, London: Sage
Publications Beverly.
Phenix,Philip H.(1964) Realms ofMeaning a Philosophy of The Curriculumfor General
Education. USA
Rohmat Mulyana, Dkk (penyunting). (1999) Cakrawala Pendidikan Umum. Bandung:
IMA-PU PPS IKIP Bandung
Rooijakkers,Ad. (989) Mengajar Dengan Sukses, Jakarta: PT Gramedia.
Thurmudzi,(1400H) £«/*«« Thurmudzi Beirut
Yusuf Qordhowi, (1977). Al' Khoshooish al-'Aammah Ul Islam. Cairo: Maktabah Wahabah