KATA PENGANTAR ... ii
BAB II PARAGRAF DALAM WACANA BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL A. Hakikat dan Kedudukan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 14
B. Peran pembelajaran Bahasa Indonesia ... 16
C. Rekapitulasi Proses dan Hasil Penelitian Keseluruhan ... 157 D. Pembahasan ... 163
BAB V SIMPULAN DAN REKOMDASI
A. Simpulan ... 172 B. Rekomendasi ... 174
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
3.1. Diagram Alur Desain Penelitian Model John Elliot
Suyanto (1996-1997) ... 59
3.2 Diagram Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 72
4.1 Struktur Organisasi SDN Jatayu I ... 89
4.2 Denah lokasi SDN Jatayu Bandung ... 90
4.3 Denah Kelas SDN Jatayu Bandung ... 91
4.4 Grafik Aktivitas Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung ... 159
4.5 Grafik Peningkatan Kemampuan Siswa pada Pokok Bahasan Kemamapuan Memahami Paragraf dalam Wacana Bahasa Indonesia ... 162
Tabel
3.1 Keadaan Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung
Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62
3.2 Analisis Prestasi Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung Berdasarkan Presrtasi Akademik pada Kelas VI Semester I ... 62
3.3 Keadaan Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung Berdasarkan Aktivitas dalam Kegiatan Belajar Mengajar ... 63
4.1 Data Guru dan Pendidikan Guru di SDN 1 Jatayu Bandung ... 79
4.2 Data Ruangan SDN Jatayu Bandung ... 92
4.3 Jadwal Shift Masuk Sekolah SDN Jatayu Bandung ... 96
4.4 Data Siswa Terakhir SDN Jatayu 1 /Kelas A ... 96
4.5 Prestasi Hasil UAN/Ujian Akhir Siswa SDN Jatayu 1/Kelas VI A ... 97
4.6 Latar belakang Pekerjaan Orang Tua Siswa SDN Jatayu ... 97
4.7 Latar Belakang pendidikan Orang Tua Siswa SDN Jatayu ... 98
4.8 Hasil Refleksi pada Siklus I Tindakan 1 ... 109
4.9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Tindakan 1 ... 110
4.10 Data Prestasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus I Tindakan 1 ... 113
4.11 Hasil Refleksi pada Siklus I Tindakan 2 ... 127
4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Tindakan 2 ... 128
4.15 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 144
4.16 Hasil Tes Lisan pada Siklus II ... 146
4.17 Hasil Tes Tertulis pada Siklus II ... 148
4.18 Sikap Siswa Terhadap Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Paragraf pada Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siklus II ... 150
4.19 Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Paragraf pada Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siklus II ... 153
4.20 Hasil Refleksi pada Siklus II ... 155
4.21 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I dan II ... 158
4.22 Hasil Tes Lisan pada Siklus I dan II ... 160
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia dalam kehidupan masyarakat Indonesia mempunyai
peranan yang sangat penting yakni sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia,
bahasa resmi, bahasa kebudayaan, bahasa pengantar dan bahasa pergaulan.
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berperan sebagai alat dalam
melaksanakan tuga-tugas pemerintahan. Sebagai bahasa kebudayaan, bahasa
Indonesia berperan sebagai alat yang digunakan dalam lingkungan kebudayaan.
Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia berperan sebagai alat dalam
menyampaikan pembelajaran di sekolah-sekolah. Sebagai bahwa pergaulan,
bahasa Indonesia berperan sebagai alat dalam pergaulan sehari-hari di kalangan
masyarakat Indonesia.
Berdasarkan peranannya, dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia itu
mempunyai peranan yang sangat penting dalam segi kehidupan masyarakat
Indonesia. Pentingnya peranan bahasa Indonesia itu berhubungan pula dengan
aspek-aspek pengunannya, baik pengunan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Dalam pembelajaran menulis, pokok bahasan paragraf merupakan materi
yang perlu diajarkan di sekolah-sekolah. Bahkan pengajaran pargraf, boleh
dikatakan sebagai materi penunjang dalam pengajaran menulis secara umum
Dalam ilmu bahasa dikenal adanya satuan-satuan yaitu organisasi unsur
bahasa yang bermakna. Satuan-satuan tersebut antara lain : Wacana dan paragraf
(dalam bidang morfologi) dan bunyi (dalam bidang fonologi). Dalam
satuan-satuan tersebut wacana merupakan satun yang paling besar, sedangkan satuan-satuan
yang paling kecil adalah satuan bunyi. Sementara paragraf merupakan satuan
lebih kecil di bawah wacana, yang termasuk dalam ruang lingkup retorika yang
dituturkan Soedjito dan Mansur Hasan. (2006 : 1).
Mengingat pentingnya paragraf, perlu dipaparkan beberapa pengertian
paragraf. Menurut Tarigan (2006 : 11) paragraf adalah seperangkat kalimat yang
tersusun logis sistemtis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang
relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalan satu karangan. Seiring
dengan pendapat tersebut, menurut Soedjito dan Mansur Hasan (2006 : 3)
paragraf adalah bagian-bagian kecil karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat
yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan yang utuh.
Bertolak dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa paragraf hanya
mengandung satu pikiran atau satu ide pokok.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu karangan atau
wacana bisa terdiri atas satu pragraf atau bisa terdiri atas beberapa paragraf.
Pembagian suatu wacana atas paragraf-paragraf, dimaksudkan untuk
mempermudah pemahaman pembaca terhadap isi wacana, baik pemahaman
terhadap pokok pikiran itu dimulai, dikembangkan atau diakhiri.
Kemampuan memahami isi wacana selalu dilatihkan kepada siswa SD sejak
oleh siswa-siswa SD. Kemampuan pemahaman ini terlebih awal akan diarahkan
untuk memahami paragraf. Berdasarkan pemahaman terhadap suatu paragraf akan
menjadikan dasar yang kuat dalam pemahaman ide-ide yang disatukan, sehingga
menjadi sebuah karangan atau wacana.
Pelatihan-pelatihan itu akan selalu dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan yang dipaparkan dalam KTSP SD tahun 2006. Pelatihan
dimaksudkan untuk membekali para siswa SD sebagai persiapan untuk
menghadapi Ujian Nasional (UNAS), di samping juga untuk memperlancar dalam
hal mengarang, serta sebagai penunjang dalam memahami materi yang disajikan
pada mata pembelajaran yang lain.
Kemampuan memahami paragraf siswa kelas VI SD, mempunyai cakupan
masalah yang sangat luas. Kemampuan memahami dan menyusun paragraf
banyak ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : kemampuan yang dimiliki
siswa, fasilitas yang tersedia, buku dan peranan guru dalam pengajaran serta
motivasi siswa untuk meningkatkan kegemaran membaca dan menulis. Guna
membuktikan kebenaran terhadap pernyataan di atas perlu diadakan suatu
penelitian tindakan kelas.
Sejauh ini pendidikan kita masih di dominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus di hafal. Pada proses
pembelajaran masih berpusat pada guru sebagai sumber pengetahuan, kemudian
ceramah menjadi pilhan utama strategi belajar, untuk itu strategi baru yang lebih
Berdasarkan hasil observasi sementara, metode yang digunakan oleh guru
SDN JATAYU kecamatan Cicendo belum optimal terutama dalam proses belajar
mengajar pada bidang pelajaran Bahasa Indonesia, dimana seharusnya dalam
proses pembelajaran ini lebih banyak memberikan materi pembelajaran yang
memadai bagi anak didik, dan mengembangkan metode pembelajaran yang lebih
berpariasi bukan hanya sekedar mengandalkan metode ceramah dengan materi
seadanya pada buku referensi yang kurang optimal.
Pemaparan diatas dapat terlihat dari hasil KKM. Hasil belajar siswa tersebut
masih dirasakan kurang oleh beberapa pihak baik siswa, orang tua siswa, maupun
pihak pendidik. Hal ini diperkuat oleh hasil observasi awal penelitian lapangan.
Pada proses belajar mengajar berlangsung pun peneliti merasa bahwa peserta
didik tidak memiliki konsentrasi sepenuhnya dan tidak memiliki minat
sepenuhnya pada materi yang diajarkan begitupun dengan gurunya, hal ini terlihat
dalam kegiatan pembelajaran yang hanya berpusat pada buku materi dari BSE dan
buku LKS saja. Ketika dalam kegiatan tanya jawab pun siswa tidak antusias dan
tidak aktif dalam menjawab pertanyaan, sehingga hasil belajarnyapun masih
rendah dengan perolehan rata-rata ulangan harian sebesar 61 dengan rata-rata
pencapaian KKM sebesar 50%, dari target KKM sebesar 70%.
Rendahnya hasil belajar ini tidak terlepas dari proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru, oleh sebab itu perlu adanya peningkatan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang meliputi ranah Kognitif,
Afektif, Psikomor. Permaslahan yang muncul adalah bagai mana upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Salah
yang tepat untuk menyampaikan suatu materi pelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Dewasa ini sedang dikembangkan berbagai macam model dan teknik untuk
para pendidik agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyampaikan
pelajaran. Model dan teknik pembelajaran sangat berguna bagi pendidik untuk
menemukan apa yang harus dilakukannya dlam upaya mecapai tujuan
pembelajaran salah satu metode pendekatan pembelajaran yang dikembangkan
yaitu pendekatan konstektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
Penderketan kontekstual merupakan kebijakan baru yang dikembangkan
oleh Direktorat Dinas Pendidikan. Pendekatan konstektual adalah salah satu dari
strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Jhon Dewey pada tahun 1916.
Pendekatan konstektual adalah filosofi belajar yang menekankan pada
perkembangan pengalaman dan hasil belajar siswa oleh karena itu, penulis merasa
jika pembelajaran pada konsep memahami paragraf dalam wacana Bahasa
Indonesia menggunakan pendekatan kontekstual maka hasil belajar siswa akan
meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari filosofi pendekatan konstektual yang
menekankan pembelajaran pada perkembangan dan hasil belajar siswa sehingga
materi pembelajaran Bahasa Indonesia ini dapat diterima oleh siswa karena
merupakan perkembangan dan prosses hasil belajarnya siswa itu sendiri bukan
hanya proses pemberian informasi dari guru saja melainkan hasil pengalaman
Berdasarkan hal itu peneliti termotivasi mengadakan penelitian dengan
judul :
“ Peningkatan Kemampuan Memahami Paragraf Dalam Wacana
Bahasa Indonesia Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Bagi Siswa Kelas
VI A SDN Jatayu Bandung "
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa
kelas VI SD Negeri JATAYU Bandung dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
hususnya pada materi mengenai memahami paragraf, baik kemampuan
memahami pikiran utama paragraf, kemampuan memahami pikiran penjelasan
paragraf, maupun memahami jenis-jenis paragraf.
Adapun masalah yang akan diteliti meliputi hal-hal yang berkaitan dengan ;
1) Kemampuan memahami pikiran utama paragraf.
2) Kemampuan memahami pikiran penjelas paragraf
3) Kemampuan memahami jenis-jenis paragraf.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian yaitu :
Bagaimanakah penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada konsep
Rumusan masalah diatas dapat di perinci lagi dalam pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada konsep
memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia dengan
menggunakan pendekatan kontekstual di SDN Jatayu Bandung?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia pada konsep
memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia dengan
menggunakan metode konstektual di SDN Jatayu ?
3. Bagaimanakah hasil belajar siswa SDN Jatayu setelah menggunakan
pendekatan konstektual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada
konsep memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia ?
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah suatu pendapat
atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara. Singkatnya hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap masalah yang di identifikasi.
Keberhasilan suatu pembelajaran dikatakan efektif dan efisien jika pada
saat sebelum melaksanakan pembelajaran, terlebih dahulu membuat rancangan
pembelajaran yang didlamnya mengandung unsur-unsur yang memotovasi siswa
agar mau belajar. Dengan demikian, hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah:
“Jika pembelajaran Bahasa Indonesia pada konsep memahami paragraf dalam
wacana Bahasa Indonesia di kelas VI A SDN Jatayu dengan pembelajarannya
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Umum
a. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
obyektif tentang kemampuan siswa kelas VI pada pelajaran Bahasa
Indonesia tentang konsep memahami paragraf dengan menggunakan
pendekatan kontekstual.
b. Memperoleh gambaran tentang pelaksanaan aktivitas guru dan siswa
yang ditemukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggunakan pendekatan konstektual.
c. Memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa setelah
menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
tentang kemampun siswa kelas VI SD Negeri JATAYU Bandung dalam :
a. Memahami pikiran utama paragraf
b. Memahami pikiran penjelasan paragraf
c. Memahami jenis-jenis paragraf
Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat yang luas, baik bagi para siswa, para
guru, sekolah dan penulis khususnya dan para pembaca umumnya Manfaat yang
diharapkan bagi ;
1. Siswa
Agar siswa lebih aktif dalam proses kegiatan belajar
Agar terjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Agar hasil belajar siswa semakin meningkat.
2. Guru
Guru dapat membantu siswa lebih memahami materi pembelajaran.
Selalu termotivasi untuk menggunakan pendekatan konstktual dalam
pembalajaran hususnya pembelajaran Bahasa Indonesia.
Guru termotifasi untuk terus berinovasi dalam mengembangkan media
pembelajaran.
3. Sekolah
Meningkatkan prestasi sekolah terutama pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme guru.
4. Untuk peneliti
Memperoleh gambaran tentang kemampuan memahami pikiran utama
paragraf siswa kelas VI SD Negeri JATAYU Bandung.
Memperoleh gambaran tentang kemampuan memahami pikiran penjelasan
paragraf siswa kelas VI SD Negeri JATAYU Bandung.
Memperoleh gambaran tentang kemampuan memahami jenis paragraf
siswa kelas VI SD Negeri JATAYU Bandung.
E. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap pokok-pokok masalah yang
1. Pendekatan Kontekstual :
Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari,dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran afektif, yaitu
konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, menurut Nurhadi. (2002:5).
Menurut penulis pendekatan kontekstual adalah pendekatan dalam
pembelajaran yang dikaitkan dengan semua aspek yang sesuai dengan
minat dan kebutuhan anak itu sendiri, sesuai dengan yang mereka lihat,
mereka dengar dan mereka alami dalam kehidupan sehari hari baik di
lingkungan sekolah, lingkungan rumah atau di lingkungan sosial budaya
anak itu sendiri . jadi pendekatan kontekstual pada dasarnya pembelajaran
yang berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan
kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya
sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami pembelajarn tidak hanya
berorientasi target pennguasan materi, yang akan gagal membekali siswa
untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian
peroses pembelajaran lebih di utamakan dari pada hasil belajar. Sehingga
guru di tuntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang kreatif
dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengjar
siswa. Dalam pembelajaran kontekstual guru memilih konteks
pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran
dengan kehidupan nyata dimana anak hidup dan berada serta budya yang
berlaku dalam masyarakatnya.
Pembelajaran dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai
tujuannya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi
informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
dapat berupa penngetahuan keterampilan dari hasil “ menemukan sendiri”
dan buka dari ” apa kata guru“.
2. Wacana
Kata wacana berasal dari kata vacana „bacaan‟ dalam bahasa Sansekerta.
Kata vacana itu kemudian masuk ke dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa
Jawa Baru; wacana atau „bicara, kata ucapan‟. Kata wacana dalam bahasa
Jawa Baru itu kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
wacana „ungkapan, percakapan, kuliah‟, seperti dituturkan
Poerwadarminta dalam Baryadi (2002:1)
3. Paragraf
Paragraf adalah : kesatuan pikiran yang lebih luas atau lebih tinggi dari
pada kalimat. Paragraf merupakan himpunan kalimat yang berkaitan
dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan Keraf, (2004 :62).
Sedangkan Soegito dan Mansur Hasan (2006 :3) mengartikan paragraf
sebagai bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang
berhubungan secara utuh serta merupakan satu-kesatuan. Atau paragraf
diartikan sebagai seperangkat kalimat tersusun logis sistematis, yang
merupakan satu-kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung
pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.
4. Kemampuan Memahami
Kemampuan memahami menurut Taksonomi Bloom berasal dari kata
Pemahaman (comprehension) yaitu Merupakan kemampuan untuk
masalah. Munaf (2001:69). Mengemukakan bahwa “pemahaman
merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir dimana
siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui sesuatu hal dan
melihatnya dari berbagai segi”. Pada tingkatan ini, selain hapal siswa juga
harus memahami makna yang terkandung, misalnya dapat menjelaskan
suatu gejala, dapat menginterpretasikan grafik, bagan atau diagram serta
dapat menjelaskan konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri.
Tingkatan ini merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif
berupa kemampuan memahami/mengerti tentang isi pelajaran yang
dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lain. Dalam
pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami
hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.
Ciri-cirinya:
a. Mampu menerjemahkan (pemahaman terjemahan)
b. Mampu menafsirkan, mendeskripsikan secara verbal
c. Pemahaman ekstrapolasi
d. Mampu membuat estimasi
Contoh penggunaan kata kerja operasional C2:
No. Kata Kerja Kalimat
1 Menjelaskan Siswa dapat menjelaskan tentang pengertian paragraf.
2 Mendiskusikan Siswa dapat mendiskusikan tentang perbedaan antara paragraf induktif dan deduktif.
4 Membandingkan Siswa mampu membandingkan ciri-ciri paragraf induktif dan ciri-ciri paragraf induktif.
5 Membedakan Siswa mampu membedakan yang termasuk pada
paragraf induktif dan deduktif.
F. Metode Penelitian
Untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini
menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang menngacu pada apa yang
dilakukan guru didalam kelas untuk melihat kembali, mengkaji secara seksama
dan menyempurnakan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan serta
memperbaiki proses pembelajaran yang kurang berhasil.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif.
Tindakan yang dilakukan adalah tindakan kelas yang terdiri dari beberapa siklus,
setiap siklus ada tahapan-tahapan yang harus dicapai diantaranya tahap
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Banyaknya siklus yang digunakan
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Model PTK yang dikembangkan
Menurut jenis penggunaan data, penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan Kelas,
Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh
prkatisi pendidikan (guru), untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
dalam melaksanakan tugas pokoknya, bagi guru adalah pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar. PTK merupakan tugas dan tanggung jawab guru terhadap
kelasnya meskipun menggunakan kaidah penelitian ilmiah, PTK berbeda dengan
penelitian formal akademik pada umumnya.
Pada tahun 1946, PTK diperkenalkan oleh Kurt Lewin yang selanjutnya
dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin MC Taggart, Jhon Elliot, Dave
Ebbut dan lainya. Para ahli banyak mengemukakan model penelitian tindakan
kelas, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu
tahap : (1). Perencanaan, (2). Pelaksanaan, (3). Pengamatan, (4). Refleksi. Namun
perlu diketahui bahwa tahapan pelaksanaan dan pen gamatan sesungguhnya
dilakukan secara bersamaan.
Dalam penelitian ini masalah utamanya adalah, “ Bagaimanakah
meningkatkan kemampuan siswa kelas VI dalam memahami paragraf melalui
pendekatan pembelajaran kontekstual “. Model alur penelitian yang peneliti
berdasarkan buku Pedoman Penelitian Tindakan kelas (PTK), oleh Suyanto
(1996/1997).
Gambar 3.1
Diagram Alur Desain Adaptasi Model Jhon Elliot dalam Suyanto
(1996/1997)
Jika hasil yang diperoleh pada pembelajaran masih terdapat kesalahan atau
kekurangan, maka pembelajaran tersebut diperbaiki atau dimodifikasi, kemudian
dilanjutkan dengan perencanaan tindakan kedua. Siklus ini baru berhenti apabila
tindakan yang dilakukan oleh peneliti sudah dinilai baik yaitu, peneliti sudah
menguasai keterampilan mengajar yang dilakukan dalam penelitian ini dengan
baik. Artinya, peningkatan kemampuan memahami paragraf dalam wacana bahasa
Indonesia melalui pendekatan pembelajaran kontekstual bagi siswa kelas VI A
sudah dinilai baik. Alasan lain siklus dihentikan adalah karena data yang
terkumpul sudah jenuh atau kondisi kelas sudah stabil. Berikut ini diuraikan Pelaksanaan
Perencanaan Siklus 1 Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan
Perencanaan Siklus 2 Pengamatan
tahapan-tahapan penelitian yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan
dan refleksi.
1. Perencanaan Tindakan (Planing)
Pada tahap perencanaan ini penulis siapkan kegiatan meliputi :
a. Mengidentifikasi masalah yang terjadi di dalam proses belajar
mengajar di kelas VI A SD Negeri Jatayu Bandung dan menentukan
pemecahan masalah yang harus segera dipecahkan.
b. Menentukan rancangan action research dengan
kelengkapan-kelengkapannya dalam tiap siklus.
c. Menyusun jadwal kegiatan pelaksanaan pembelajaran kooperatif
dengan metode kerja kelompok.
d. Menyusun lembar kerja siswa.
e. Menyusun soal pre-test dan post-test.
2. Pelaksanaan tindakan (Action)
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebagai upaya perbaikan,
peningkatan, atau perubahan yang diinginkan. Pelaksanaan proses belajar
dilakukan peneliti di dalam kelas pada jam-jam peneliti mengajar bahasa
Indonesia. Guru melaksanakan pembelajaran memahami paragraf. Seperti pada
setiap pelaksanaan KBM guru selalu siap dengan membawa peralatan media serta
3. Pengamatan Tindakan (Observing)
Dalam pelaksanaannya peneliti tidak mungkin dapat bekerja 2 atau 3
langkah sekaligus. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk memantau /
mengamati hasil kerja dampak dari tindakan kelas terhadap siswa sehingga
kegiatan observasi dapat menjaring adanya perubahan kinerja guru secara baik.
4. Refleksi Tindakan (Reflecting)
Melalui kegiatan pengamatan akan dapat diketahui kelebihan dan
kekurangan yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
Data pengamatan tindakan diimplementasikan dan dianalisis / dikaji secara
matang, sehingga dapat diketahui mana-mana yang harus diperbaiki untuk
kegiatan selanjutnya.
Refleksi dilakukan pada akhir setiap putaran / siklus pembelajaran.
Refleksi dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Hasilnya dipakai untuk
bahan pembanding dan dipertimbangkan apakah rencana kegiatan berikutnya
dilaksanakan tetap seperti sedia kala atau dilakukan peningkatan yang lebih baik
agar lebih sempurna.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian : Tempat penelitian tindakan kelas dilakukan di SDN
JATAYU Bandung yang terletak di Jalam komud Supadio No. 39 Kelurahan
Husein Sastranegara kecamatan Cicendo.
Subyek penelitian dikhususkan di kelas kelas VI A semester I tahun ajaran
Prestasi akademik siswa ditetapkan berdasarkan pada peringkat hasil belajar siswa
di kelas VI semester I, aktivitas siswa ditetapkan berdasarkan pengamatan peneliti
pada siswa kelas VI sebelum kegiatan penelitian dilakukan.
Tabel 3.1
Keadaan Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung Berdasarkan Jenis Kelamin
NO Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
(%)
1 L 24 62
2 P 15 38
Jumlah 39 100
Berdasarkan data dari tabel 3.1 dapat ditafsirkan bahwa jumlah siswa kelas
VI A yaitu 23 siswa atau 62 % perempuan dan 15 siswa atau 38 % laki-laki, jadi
jumlah siswa L dan P adalah 38 siswa.
Tabel 3.2
Analisis Prestasi Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung
Berdasarkan Prestasi Akademik pada Kelas VI Semester I
No Kelompok Jumlah Prosentase (%)
1 Pandai 10 26
2 Sedang 19 48
3 Kurang 9 26
Jumlah 38 100
Data Tabel 3.2 menunjukan bahwa siswa kelompok pandai terdiri dari 10 siswa
atau 26 %, siswa kelompok sedang adalah 19 siswa atau 48 %, dan siswa
bahwa jumlah siswa terbanyak adalah pada kelompok sedang yaitu 19 siswa atau
48 %.
Tabel 3.3
Keadaan Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung Berdasarkan Aktivitas dalam Kegiatan Belajar Mengajar
No Kelompok Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif Jumlah
1 Pandai 5 3 2 10
2 Sedang 7 7 5 19
3 Kurang - 6 3 9
Jumah 12 17 10 39
Prosentase % 31 43 26 100
Data pada tabel 3.3 menggambarkan aktivitas siswa kelas VI A SDN Jatayu
Bandung dalam kegiatan belajar mengajar yaitu kelompok yang pandai yang
berjumlah 10 siswa, 5 siswa aktif, 3 orang siswa kurang aktif, dan 2 siswa tidak
aktif. Dari kelompok sedang yang berjumlah 19 siswa, 7 siswa aktif, 6 siswa
kurang aktif dan 5 siswa tidak aktif. Sedangkan dari kelompok siswa yang kurang
yang berjumlah 10 siswa, 7 siswa kurang aktif, dan 3 siswa tidak aktif. Jumlah
siswa siwa aktif dari ketiga kelompok (pandai, sedang, kurang) adalah 12 siswa
atau 31 %, jumlah siswa yang kurang aktif adalah 17 siswa atau 43 %, dan julah
siswa tidak aktif adalah 10 siswa atau 26 %.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen
pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Instrumen pembelajaran
memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari
atas instrumen tes dan non tes.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes berupa :
a. Soal Pretes.
b. Lembar Kerja Siswa.
c. Lembar Kerja Kognitif : Produk.
d. Lembar Kerja Kognitif : Proses.
e. Lembar Kerja Psikomotor
2. Instrumen Nontes
Sesuai dengan instrumen penelitian yang digunakan, maka untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi
Teknik observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang keaktifan
siswa, respon siswa dan hambatan-hambatan dalam proses
belajar-mengajar. Adapun pelaksanaannya dengan mengadakan pengamatan
secara langsung terhadap subjeknya selama kegiatan belajar mengajar
tentang pemahaman kalimat melalui penguasaan frase di kelas VI SD
Negeri Jatayu Bandung.
2. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang
Adapun pelaksanaannya dengan melakukan wawancara antara pengamat
dan guru, antara guru dan siswa.
3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini data dokumentasi yang diperoleh penulis
adalah sebagai berikut:
a. Daftar nama kelas VI-A SD Negeri Jatayu tahun pembelajaran
2012/2013.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia.
c. KTSP SD bidang studi bahasa Indonesia.
d. Daftar nilai
4. Angket
Teknik angket dilakukan untuk memperoleh data tentang respon
siswa terhadap penerapan pembelajaran pemahaman paragraf untuk
mengetahui kemampuan memahami wacana.
5. Alat Pengukuran Kemampuan Siswa
Alat untuk mengukur kemampuan siswa dalam penelitian ini
adalah tes. Tes ini dilaksanakan setelah KBM berlangsung untuk
mengadakan evaluasi hasil belajar siswa.
Dalam penelitian ini tes digunakan untuk melihat hasil belajar
siswa tentang pemahaman kalimat melalui penguasaan frase. Adapun tes
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyusun instrumen dan menguji
instrumen yang telah di buat sebelum diujicobakan kepada siswa yang menjadi
subjek penelitian.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa langkah-langkah
pokok yang umumnya ditempuh, sebagai berikut :
1. Perencanaan Tindakan Perbaikan
Pada tahap ini peneliti melakukan orientasi awal terlebih dahulu dengan
mencari semua informasi yang dibutuhkan hingga dirasakan adanya masalah, lalu
dilakukan identifikasi masalah, analisis masalah, hingga perumusan masalah.
Selanjutnya peneliti membuat semua perancanan tindakan perbaikan, diantaranya
adalah : (1) membuat rencana pembelajaran yang beriikan, langkah-langkah
kegiatan dalam pembelajaran disamping bentuk-bentuk kegiatan yanga akan
dilakukan, (2) mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung
terlaksnanya tindakan, dan (3) mempersiapkan instrumen penelitian.
2. Pelaksanaan Tindakan Perbaikan
a. Pelaksanaan tindakan
Tahap ini merupakan tahap intai dalam penelitian setelah melalui proses
persiapan. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan merupakan tindakan pokok
dalam siklus penelitian. Kegiatan yang dilkasanakan adalah kegiatan belajar
mengajar menggunakan pendekatan kontekstual. Secara rinci, pelaksanaan
Langkah- Langkah Kegiatan Pembelajaran
No Tahapan CTL Kegiatan Pembelajaran
Guru Siswa
1 Persiapan Sebelum kegiatan pembe
lajaran guru telah menyi apkan alat-alat dan bahan yang diperlukan.
Guru mengecek kehadi ran siswa
Guru mengarahkan agar siswa dapat membangun konsep sesuai pengetahuan sendiri mengenai pemahman siswa tentang paragraf dengan melakukan tanya jawab
Guru melakukan tanya jawab Pada saat memulai pelajaran sebagai apersepsi sebelum pelajaran di mulai dengan
Siswa memiliki informasi yang relevan mengenai paragraf.
Siswa berani menjawab pertanyaan yang diberikan pada mereka. beberapa kelompok kecil satu kelompok berjumlah 5 orang anak
Siswa duduk berkelompok dengan teman-temannya untuk melakukan diskusi.
Siswa berani bertukar pendapat dengan teman sekelompok.
Masyarakat Belajar (learning
community)
kelompoknya Siswa dapat bekerjasama
dengan baik dengan teman sekelompok.
Guru membimbing siswa untuk melakukan identifika si dan pengamatan
mengenai materi yang akan dipelajari di perpustakaan.
Guru mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
diperpustakaan dengan tertib dan aman.
Siswa membaca secara intensif contoh-contoh paragraf deduktif yang yang deberikan oleh guru. Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi ciri contoh paragraf induktif yang yang deberikan oleh guru.
Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi ciri
paragraf induktif
berdasarkan contoh
paragraf yang telah mereka baca secara intensif
Dalam kelompoknya siswa
bertanggung jawab
bersama-sama menunjukan perbedaan antara paragraf induktif dengan deduktif dan menuliskannya di
kertas yang telah
disediakan guru serta
menempelkannya di
dinding papan tulis Penemuan
(Inquiry)
Guru membimbing siswa untuk memecahkan masa lah yang dihadapi siswa dalam menemukan konsep mengenai paragraf, dari jenis dan ciri cirinya. Serta dalam menentukan kalimat utama dan penjelas
Siswa dapat menemukan
sendirimasalah yang
dihadapi mengenai
perbedaan paragraf induktif dan deduktif
Siswa mengidentifikasi ciri
kalimat utama dalam
Siswa mengidentifikasi ciri kalimat penjelas dalam paragraf induktif dan paragraf deduktif.
Siswa menemukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf. Siswa menemukan kalimat penjelas yang mendukung
gagasan utama pada
paragraf
Pemodelan
(Modelling)
Guru membimbing siswa dalam pembelajaran
Siswa dapat melaksanakan proses identifikasi dan pengamatan dengan baik seperti yang dicontohkan guru
Siswa kreatif dalam menata kalimat-kalimat menjadi paragraf induktif dan paragraf deduktif
Refleksi
( Reflection)
Guru membimbing siswa dalam membuat laporan kelompok berupa LKS
Siswa berdiskusi dengan teman teman sekelompok Siswa mengapresiasi teman sejawat dalam unjuk kerja mengubah paragraf induktif menjadi paragraf deduktif atau sebaliknya siswa juga
menunjukan apersepsi
terhadap hasil unjuk kerja teman kelompok lain. Guru membahas kegiatan
yang ada di LKS dengan melibatkan siswa
Guru membimbing siswa
untuk menyimpulkan
materi.
Konfirmasi
Dalam kegiatan ini guru :
Melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
Guru bersama siswa melaukan tanya jawab
untuk meluruskan
kesalah pemahaman, memberikan pengertian dan penyimpulan..
Siswa menyimpulkan
materi, dan menyampaikan
kesan dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar terhadap pembelajaran yang baru
berlangsung sebagai
kegiatan refleksi.
4 Penutup (10 menit)
Guru memberi penguatan terhadap simpulan yang diberikan oleh para siswa
Guru memberi tugas
pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut Memberikan tugas untuk pertemuan selanjutnya yaitu mengenai materi jenis-jenis paragram.
Perbedaan paragrap
deduktif dan induktif, perbedaan kalimat utama dan kalimat penjelas.
Siswa membuat rumusan simpulan terhadap butir-butir pembelajaran yang sudah mereka ikuti.
3. Pengamatan Observasi
Merupakan upaya untuk merekam proses yang terjadi selama pelajaran
berlangsung. Observasi dilakukan pada setiap siklus baik terhadap siswa
maupun peneliti selama proses pembelajaran Bahasa Indonesia
berlangsung. Untuk kegiatan ini, observasi dilakukan oleh rekan guru
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan.
4. Refleksi
a. Analisis data
Pada tahap ini analisis data dilaksanakan setelah semua data diperoleh data
dianalisis sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Refleksi
Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum
terjadi, apa yang dihasilkan, mengapa hal tersebut terjadi demikian, dan apa yang
5. Perencanaan Tindak Lanjut dan Pembuatan Kesimpulan Hasil Penelitian
Bila hasil perbaikan yang diharapkan belum tercapai pada siklus pertama,
maka diperlukan langkah lanjutan pada siklus ke dua. Satu siklus kegiatan
merupakan kesatuan dari kegiatan perumusan masalah, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan intervretasi, serta analisis dan refleksi. Brikut
Observasi Awal
Gambar 3.2
Diagram Alur Penelitian Tindakan Kelas Temuan Data Analiss Mengenai Masalah
Penguasaan Permahaman Paragraf
Perencanaan Tindakan siklus I, yaitu meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa pada pokok bahasan mengenai pengertian wacana, pengertian paragraf dan ciri-ciri paragraf serta pengertian kalimat penjelas
dan kalimat utama
Siklus I
Pelaksanaan tindakan yaitu mengenai aktivitas dan kemampuan siswa memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia melalui pendekatan pembelajaran kontekstual
Refleksi dan penjelasan Keberhasilan dan kegagalan Pelaksanaan
Siklus II
Refleksi Perencanaan Tindakan
Monitoring Implementasi dan
efeknya
Monitoring Implementasi dan
Efeknya
E. Teknik Pengolahan Data
Setelah data diperoleh maka dilakukan pengolahan data kuantitaif dan data
kualitatif. Data kuantitatif yaitu berupa hasil tes akhir siklus I, sedangkan data
kualitatif berupa angket, lembar observasi, dan wawancara. Prosedur analisis dari
tiap data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Pengolahan Data Kuantitatif
Data Kuantitatif berasal dari tes siklus untuk menguji aktifitas dan
kemampuan siswa menyelsaikan maslah mengenai ciri-ciri paragraf, jenis-jenis
paragraf serta perbedaannya, mengenai ciri-ciri kalimat penjelas dan kalimat
utama.
2. Pengolahan Data Kualitatif
Analisis Data Angket Angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa
terhadap pembelajaran yang diselenggarakan. Untuk mengetahui nilai
kecenderungan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan diperoleh dari data
hasil observasi, wawancara dan angket. Data tersebut digunakan sebagai data
pendukung dan pelengkap untuk selanjutnya mendukung dalam penarikkan
kesimpulan sehingga dapat dipercaya dan meyakinkan. Adapun pembobotan
setiap alternatif jawaban untuk angket sebagai berikut ini.
1) Baik Sekali (BS) = 4
2) Baik (B) = 3
3) Cukup (C) = 2
Pengolahan Data Hasil Wawancara
Data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap siswa selanjutnya
dikelompokan, kemudian dideskripsikan dalam kalimat bentuk rangkuman hasil
wawancara.
Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan pada rangkaian penelitian ini,
dilakukan melalui instrumen pengamatan, catatan kejadian saat melakukan
tindakan, wawancara dan dokumentasi. Pengamatan dilakukan pada saat
melakukan tindakan yang dilakukan oleh kolaborator dengan mengisi instrumen
pengamatan. Kolaborator dalam penelitian ini adalah rekan guru pengajar
Bahasadan Sastra Indonesia, sebagai mitra peneliti yang tertarik dan bersedia
membantu melakukan penelitian. Di samping itu peneliti juga berpandangan
bahwa kolaborator telah mempunyai kemampuan dan pemahaman yang baik di
bidang penelitian tindakan, dan bersedia diajak bekerja sama untuk melakukan
penelitian tindakan ini.
Kegiatan ini mengumpulkan data melalui catatan dilakukan oleh
kolaborator dan peneliti bersama-sama, untuk mencatat semua peristiwa/kejadian
nyata yang terjadi di luar rancangan yang telah dipersiapkan. Catatan kejadian
tersebut akan dipertimbangkan untuk memberikan tindakan berikutnya, metode
wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman umum wawancara
(koesioner), dan wawancara langsung melalui refleksi dengan siswa. Data
dokumentasi yang diambil saat peneliti melakukan tindakan dalam kelas untuk
menjaga kredibilitas dan keabsahan data penelitian.
Teknik Analisis Data Penelitian juga dilakukan dengan cara menganalisis
melingkar (sirkuler). Langkah-langkah analisis data tersebut pada garis
besarnya terbagi ; proses editing (mengedit), yaitu data yang sudah
terhimpun khususnya kuesioner perlu diadakan penelitian kembali tentang
kelengkapan pengisian, kejelasan tulisan, keserasian dan relevansi
jawabannya. (legawa, 2002 : 28). Langkah analisis berikutnya adalah koding,
yaitu usaha mengklasifikasi dan pengkategorian data, menandai
jawaban-jawaban dengan kode tertentu. Setelah diberi kode, data dimasukan ke
dalamtabulasi data. Langkah berikutnya adalah analisis data dengan
pendekatan kualitatif sekaligus penyimpulan data.
Klasifikasi pensekoran kuesioner
1. Pada umumnya, jika anak menjawab pertanyaan melebihi 60%
2. Sebagian besar, jika anak menjawab secara variatif.
3. Sebagian kecil, jika jawaban anak menunjukan secara variatif angka terkecil
dari rata-rata jawaban.
Menentukan tingkat pemahaman paragraf oleh para siswa secara umum
berdasarkan pedoman berikut :
Paragraf Dalam Praktik/Test
Keberhasilan Pemahaman Dalam
Pembelajaran
Prosentase
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan laporan hasil analisis data tentang kemampuan memahami
paragraf pada bab IV, maka pada bagian ini dapat dikemukakan kesimpulan dan
rekomendasi yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi hasil pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan
memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia.
A. Simpulan
1. Simpulan Umum
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilaksanakan, dapat
ditarik kesimpulan secara umum bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan kemampuan memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia
pada siswa kelas VI A SD Negeri Jatayu Bandung pada tahun 2012/2013.
2. Simpulan Khusus
1) Proses pembelajaran kontekstual dapat mengembangkan pemikiran siswa
kelas VI A untuk belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan keterampilan barunya, dengan
mengacu pada langkah-langkah pembelajaran kontekstual seperti berikut
Melaksanakan kegiatan inquiry untuk semua topik.
(1) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
(3) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
(4) Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
(5) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
2) Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia pada konsep memahami
paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode
konstektual di SDN Jatayu selama siklus I dan II berdasarkan tabel 4.8
menunjukan bahwa, siswa pada umumnya sangat bersikap positif terhadap
penerapan strategi pembelajaran kontekstual yang digunakan. Sebanyak 24
siswa dari 38 siswa sangat setuju dengan strategi pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam
meningkatkan kemampuan memahami paragraf dalam wacana sangat
menarik. 30 siswa sangat setuju dengan pembelajaran Bahasa Indonesia
yang menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, karena metede
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
berani mengemukakan pendapat, dan siswa belajar lebih aktif. 33 siswa
menyatakan bahwa penggunaan alat praga dengan power point dan film
animasi membuat mereka menjadi lebih mudah memahami materi
ditunjukan dengan nilai kecenderungan pada katagori sangat setuju. Secara
keseluruhan, sikap siswa sangat positif dan sangat setuju terhadap
penerapan strategi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran secara kontekstual yang di gunakan.
3) Hasil penerapan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dalam
belajar. Kemampuan siswa mengalami peningkatan yang ditunjukan dari
hasil evaluasi akhir. pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar
85,18, sedangkan pada siklus II memperoleh hasil 90,26.
Berdasarkan hasil ketiga simpulan di atas, dapat diketahui bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
kemampuan memahami paragraf dalam wacana Bahasa Indonesia pada siswa
kelas VI A SDN Jatayu Bandung.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas dapat
disampaikan rekomendasi sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Peneliti merekomendasikan bagi para guru kelas VI untuk menggunakan
pembelajaran yang PAIKEM dalam KBM, salah satunya adalah dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai salah satu
alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia dalam konsep memahami paragraf.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual memiliki
langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
(2) Menciptakan masyarakat belajar.
(4) Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
(5) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Namun tidak ada salahnya juga untuk para guru bereksperimen untuk
mengembangkan berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang lebih
aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam KBM dan meningkatkan SDM bagi para guru
sendiri.
2. Bagi Kepala Sekolah
SDN Jatayu Bandung merupakan sekolah yang memiliki sarana dan
prasarana yang cukup baik, pembelajaran yang berpusat pada guru sudah
ditinggalkan. Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan sebagai
salah satu rekomendasi bagi kepala sekolah sebagai bahan diskusi dengan
para guru untuk mengkaji apakah kelamahan dan kelebihan dari penelitian
ini, sehingga menjadi bahan rujukan atau masukan yang motivasi para
guru, untuk lebih meningkatkan kemapuan, dan berinovasi dalam KBM
yang PAIKEM. Kepala sekolah sudah selayaknya memberikan dukungan
pada kegiatan-kegiatan penelitian lainnya dengan memberikan berbagai
fasilitas dan media pembelajaran. Fasisfasilitas sekolah yang memadai
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini terbatas pada konsep memahami paragraf dalam wacana
bahasa Indonesia sehingga penulis menyadari masih banyak sekali
kekurangan dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan
kontekstual. Pendekatan kontekstual ini berhasil dalam pembelajaran
bahasa Indonesia hanya terbatas pada konsep memahami paragraf dalam
wacana bahasa indonesia. Sehingga peneliti merekomendasikan kepada
peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian dengan
menggunakan pendekatan kontekstual untuk mencari sumber-sumber
rujukan yang lebih lengkap dan mengembangkannya penelitiannya pada
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktis. Yogyakarta : Bina Aksara.
Baryadi, I. P. (2002). Dasar-Dasar Analisis Wacana Dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional, Jakarta : Depdiknas
Depdikbud. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Endraswara, S. (2003). Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra,Yogyakarta: Kota Kembang.
Hartati, T. (2012). Pembelajaran Bahasa Di Sekolah Dasar Kelas Rendah. Bandung : UPI Press.
Hadi, S. (2003). Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Keraf, G. (2006). Komposisi Endo. Flores : PT Nusa Indah.
Kridalakana, H. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Komaruddin, E. (2005). Panduan Kreatif Bahasa Indonesia. Bogor: Yudhistira. (kmjppb.wordpress.com/2011/10/15/intelegensi/)
Legawa, I. W. (2002). Langkah-langkah Analisis Data. Jakarta : Depdiknas
Moeliojo, A. M. Dkk. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka.
Moeliono, A dkk. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Mulyana. (2005). Kajian Wacana; Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip
Analisis Wacan. Yogyakarta: Tiara Wacana
Nurkancana, W. dkk. (2003). Penelitian dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.
Nurgiyantoro, B. (2006). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra (Edisi 3). Yogyakarta :BPEE
Nurkancana, W. dkk. (2003). Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta. BPFE.
Nurhadi dkk. (2002). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Priyatni, E. T. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pembelajaran
Konteksual. Makalah disajikan dalam Semlok KBK dan Pembelajarannya di SMAN 2 Jombang. Malang: Universitas Negeri Malang.
Priyatni, E. T. (2002). Penerapan Konsep dan Prinsip Pengajaran dan
Pembelajaran dan Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Kumpulan Materi TOT CTL Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Lanjutan Tingkat pertama. Jakarta: Depdiknas.
Suyanto. (1996/1997). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD.
Sugiono. (2001). Dasar Dasar Statistik Pendidikan. Kediri : IKIP PGRI.
Soedjito dan Mansur, H. (2006). Ketrampilan Manulis Paragraf. Bandung : C.V. Remaja Karya.
Surakhmad, W. (2001). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik. Bandung : CV. Trasinto.
Suyanto, K. E. (2003). Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah
disajikan dalam Penataran Terintegrasi, AA dalam CTL. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Sukarman, H. (2002) . Pengelolaan Proses Belajar Mengajar. Depdiknas : Jakarta.
Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remadja Rosda Karya.
Tarigan. J. (2006). Membina Ketrampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung : Penerbitan Angkasa.