ANALISIS BENTUK UNGKAPAN YANG MENYATAKAN ALASAN YANG TERDAPAT DALAM
BUKU AJAR BAHASA JEPANG JPBJ FPBS UPI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Jepang
Oleh:
RIFQOH ZAHROTUL FAIZAH 0800133
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
ANALISIS BENTUK UNGKAPAN YANG
MENYATAKAN ALASAN YANG
TERDAPAT DALAM BUKU AJAR
BAHASA JEPANG DI JPBJ FPBS UPI
Oleh
Rifqoh Zahrotul Faizah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Rifqoh Zahrotul Faizah 2012 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : ANALISIS BENTUK UNGKAPAN YANG MENYATAKAN
ALASAN YANG TERDAPAT DALAM BUKU AJAR BAHASA JEPANG DI JPBJ FPBS UPI
Nama : RIFQOH ZAHROTUL FAIZAH
NIM : 0800133
SK Dekan No : 3546/UN40.3/DT/2012
Disetujui dan disahkan oleh:
Mengetahui, Pembimbing I
Dr. Dedi Sutedi, M.A., M.Ed. NIP. 196605071996011001
Pembimbing II
Juju Juangsih, S.Pd., M.Pd. NIP.197308302008122002
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang
FPBS UPI
ABSTRAK
ANALISIS BENTUK UNGKAPAN YANG MENYATAKAN ALASAN YANG TERDAPAT DALAM BUKU AJAR BAHASA JEPANG DI JPBJ
FPBS UPI
Rifqoh Zahrotul Faizah 0800133
Untuk menghubungkan antara kata yang satu dengan kata yang lain dan untuk memperjelas arti kata tersebut, maka dibutuhkan partikel (joshi) untuk menyambungkannya. Joshi ada beberapa jenis, salah satunya adalah
setsuzokujoshi.
Penelitian ini adalah mengenai analisis setsuzokujoshi kara, node, tame, dan te pada buku ajar bahasa Jepang, yaitu bunpou, dokkai, dan kaiwa. Partikel tersebut merupakan partikel pengungkap alasan yang paling sering ditemui. Meskipun memiliki arti yang sama, namun fungsi dan penggunaannya berbeda. Karena itu, untuk menghindari kesalahan berbahasa, perlu diketahui bagaimana penggunaan yang benar dari setsuzokujoshi tersebut. Kemudian apakah
setsuzokujoshi yang ada dalam buku ajar tersebut sudah sesuai atau belum dengan
tingkatan pada nouryokushiken.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sumber data diperoleh dari kalimat-kalimat yang menggunakan setsuzokujoshi
kara, node, tame, dan te dalam buku ajar tersebut. Dalam buku ajar tersebut
terdapat 213 kalimat yang menggunakan setsuzokujoshi kara, node, tame, dan
te. Berdasarkan hasil analisis data, dapat diambil kesimpulan bahwa setsuzokujoshi tersebut memiliki makna dan fungsi yang beragam. Kara bersifat
subjektif, oleh karena itu dapat disambungkan dengan kalimat yang mengungkapkan pemikiran pribadi. Sedangkan karena node, tame dan te bersifat objektif, tidak bisa digunakan bersamaan dengan kalimat yang berupa keputusan atau kemauan pribadi. Setelah dibandingkan dengan nouryokushiken, terdapat materi dibuku ajar yang seharusnya diberikan dilevel menengah, tapi diberikan dilevel dasar.
ABSTRACT
UTTERANCE ANALYSIS OF REASON THAT CONTAINED IN JAPAN LESSON BOOK OF JPBJ FPBS UPI
Rifqoh Zahrotul Faizah 0800133
To connect one word with another word, and to clarify the meaning of the word, it takes the particle (joshi). There are several types of particle or joshi, one of which is setsuzokujoshi.
This research is the analysis of kara, node, tame, and te in Japanese textbooks, namely bunpou, dokkai, and kaiwa. Those particles are the most commonly encountered in expressing the reasons. Despite having the same meaning, but functions and uses are different. Therefore, to avoid language of mistakes, it is necessary to know how to use the particle correctly. Then, to know whether the particles that contained in the textbook are appropriate or not to the level of the nouryokushiken (Japan language proficiency test).
The method used in this research is descriptive method. Sources of data obtained from the sentences that use setsuzokujoshi kara, node, tame, and te in the Japanese textbooks. In these textbooks contained 213 sentences using
setsuzokujoshi kara, node, tame, and te. Based on the analysis of data, it can be
concluded that setsuzokujoshi kara, node, tame, and te has diverse meanings and functions. Kara is subjective and therefore can be used together with a sentence that expresses personal thoughts. Meanwhile, because of node, tame and te is objective, can not be used in conjunction with a sentence that express decision or a personal whim. After compared with nouryokushiken (Japan language proficiency test), there are material in the textbooks that should be given at the mid-level, but given to the basic level.
DAFTAR ISI
ABSTRAK SINOPSIS
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
D. Definisi Operasional ... 5
E. Metodologi Penelitian ... 5
F. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Pengantar ... 9
B. Penggunaan Kara dalam Bahasa Jepang ... 12
C. Penggunaan Node dalam Bahasa Jepang ... 21
D. Penggunaan Tame dalam Bahasa Jepang ... 25
E. Penggunaan Te dalam Bahasa Jepang ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Metode Penelitian ... 35
B. Objek Penelitian ... 36
C. Sumber Data Penelitian ... 36
D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data... 38
1. Teknik Pengumpulan Data ... 38
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Persamaan dan Perbedaan Kara, Node, Tame dan Te... 41
1. Persamaan Kara, Node, Tame dan Te ... 41
2. Perbedaan Kara, Node, Tame dan Te... 46
B. Analisis Kara dalam Bahasa Jepang ... 54
C. Analisis Node dalam Bahasa Jepang ... 89
D. Analisis Tame dalam Bahasa Jepang ... 102
E. Analisis Te dalam Bahasa Jepang... 105
F. Pembahasan ... 114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122
A. KESIMPULAN ... 122
B. SARAN ... 134
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dilihat dari aspek-aspek kebahasaannya, bahasa Jepang memiliki
karakteristik tertentu seperti huruf yang dipakainya, kosakata, sistem pengucapan,
gramatika, dan ragam bahasanya. Banyak aturan bahasa atau gramatika bahasa
Jepang yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Sistem penulisan hurufnya pun
sangat kompleks. Selain itu, banyak kosakata bahasa Jepang yang jika
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi sebuah kosakata yang sama. Hal
tersebut sering menjadi kesulitan bagi pembelajar asing untuk dapat mempelajari
bahasa Jepang dengan baik.
Berdasarkan gramatikalnya, bahasa Jepang memiliki sepuluh kelas kata
yaitu doushi (verba), keiyoushi (adjektiva-i), keiyoodooshi (adjektiva-na), meishi
(nomina), rentaishi (prenomina), fukushi (adverbia), kandoushi (interjeksi),
setsuzokushi (konjungsi), jodooshi (verba bantu), dan joshi (partikel).
Untuk menghubungkan antara kata yang satu dengan kata yang lain dan
untuk memperjelas arti kata tersebut, maka dibutuhkan partikel (joshi) untuk
menyambungkannya. Joshi merupakan kata yang tidak bisa berdiri sendiri dalam
suatu kalimat. Partikel dalam bahasa Jepang ada beberapa jenis, seperti
kaku-joshi, setsuzoku-kaku-joshi, fuku-kaku-joshi, dan shuu-joshi (Sutedi, 2007: 167).
Dalam bahasa Indonesia, untuk mengungkapkan alasan biasanya
banyak partikel yang menyatakan alasan seperti kara, node, tame, te, okage de, sei
de, dan sebagainya. Partikel tersebut merupakan setsuzokujoshi. Meskipun
partikel tersebut memiliki arti yang sama, namun fungsi dan penggunaannya
berbeda satu dengan yang lainnya. Partikel di atas adalah yang paling sering
ditemui, dan itu hanya sebagian kecil dari contoh bentuk yang menyatakan alasan.
Apabila kita lihat buku tata bahasa, terdapat banyak sekali bentuk yang
menyatakan alasan yang berbeda cara pemakaiannya dan situasi penggunaannya.
Oleh karena itu, dibutuhkan tingkat pemahaman yang cukup untuk bisa
memahami penggunaan bentuk yang menyatakan alasan, supaya tidak terjadi
kesalahan dalam penggunaannya.
Karena banyaknya bentuk yang menyatakan alasan yang dapat digunakan
dalam bahasa Jepang, namun hanya beberapa saja yang umum digunakan oleh
pembelajar, penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian. Dari sekian
banyak setsuzokujoshi yang ada penulis tertarik untuk meneliti kara, node, tame,
dan te. Alasan penulis meneliti keempat partikel tersebut adalah keempatnya
sering ditemukan dalam buku ajar bahasa Jepang. Meskipun memiliki arti yang
sama namun fungsi dari keempatnya berbeda-beda. Maka dari itu penulis ingin
mengetahui lebih dalam mengenai penggunaan, serta persamaan dan perbedaan
dari keempat partikel pengungkap alasan tersebut dalam buku ajar bahasa Jepang
tingkat perguruan tinggi. Dan penulis ingin mengetahui apakah kara, node, tame,
dan te yang ada dalam buku ajar tersebut sudah sesuai atau belum dengan
Dengan didasari oleh alasan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis
bermaksud melakukan penelitian mengenai setsuzokujoshi kara, node, tame, dan
te dengan judul Analisis Bentuk Ungkapan Yang Menyatakan Alasan Yang
Terdapat Dalam Buku Ajar Bahasa Jepang Di JPBJ-FPBS-UPI.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang tersebut diatas, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa persamaan kara, node, tame dan te dilihat dari makna dan fungsi?
2. Apa perbedaan kara, node, tame dan te dilihat dari makna dan fungsi?
3. Makna dan fungsi kara, node, tame dan te apa saja yang terdapat dalam
buku ajar bahasa Jepang?
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka
penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya meneliti bentuk ungkapan alasan yang terdapat dalam
buku ajar bahasa Jepang UPI yaitu buku ajar bunpou, dokkai, dan kaiwa.
2. Penelitian ini hanya meneliti setsuzokujoshi kara, node, tame, dan te
dengan menggunakan buku referensi yaitu Nihongo Bunpou Handobukku,
Hitori De Manaberu Nihongo Bunpou dan Bunpou No Kiso Chishiki To Sono Oshiekata.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa saja persamaan kara, node, tame dan te dilihat dari makna
dan fungsi.
2. Mengetahui apa saja perbedaan kara, node, tame dan te dilihat dari makna
dan fungsi.
3. Mengetahui makna dan fungsi kara, node, tame dan te apa saja yang
terdapat dalam buku ajar bahasa Jepang.
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini berguna untuk menambah wawasan mengenai
bentuk ungkapan yang menyatakan alasan pada buku ajar bahasa Jepang
dari segi makna dan fungsi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembelajar bahasa Jepang, dapat digunakan sebagai bahan
referensi mengenai bentuk ungkapan yang menyatakan alasan.
b. Dapat dijadikan masukan untuk bahan pengajaran bahasa Jepang di
JPBJ FPBS UPI.
c. Diharapkan dapat membantu para pengajar bahasa Jepang terutama
dalam mata kuliah bunpou, dokkai, kaiwa, sakubun, honyaku, dan
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dan ketidakjelasan makna dari kata-kata
atau istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis akan
mendefinisikan istilah-istilah tersebut sebagai berikut:
1. Analisis
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 58), pengertian
analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
(sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb). Tujuan analisis bahasa ialah
menemukan dan menentukan kaidah-kaidah. Dengan kaidah-kaidah itu,
orang dapat meramalkan dan mengendalikan hubungan antara satu satuan
bahasa dengan satuan bahasa yang lain (Parera, 2009:8). Analisis dalam
penelitian ini adalah bentuk ungkapan yang menyatakan alasan pada buku
ajar bunpou, dokkai, dan kaiwa.
2. Setsuzokujoshi
Menurut Hirai dalam Sudjianto dan Dahidi (2009: 181), setsuzokujoshi
dipakai setelah yougen (doushi, i-keiyoushi, na-keiyoushi) atau setelah
jodoushi untuk melanjutkan kata yang ada sebelumnya terhadap
kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Setsuzokujoshi yang diteliti dalam
penelitian adalah kara, node, tame, dan te.
E. Metodologi Penelitian
Penelitian adalah suatu proses penyelidikan yang ilmiah melalui
pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyimpulan data berdasarkan
pendekatan, metode dan teknik tertentu untuk menjawab suatu
permasalahan. (Arifin, 2011: 2). Metode dapat diartikan sebagai cara atau
prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian
(Sutedi, 2009: 53). Metode penelitian bahasa bertujuan mengumpulkan
dan mengkaji data, serta mempelajari fenomena-fenomena bahasa. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan,
menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan
prosedur ilmiah untuk menjawab permasalahan secara aktual (Sutedi,
2009: 58).
2. Sumber Data Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif yang diambil dari contoh-contoh kalimat yang terdapat dalam
buku ajar bahasa Jepang JPBJ-FPBS-UPI yaitu dari buku ajar bunpou,
dokkai, dan kaiwa.
3. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode dan teknik. Istilah
metode dan teknik sebenarnya sama-sama berarti “cara”. Bedanya, kalau
metode adalah cara yang harus digunakan, sedangkan teknik adalah cara
memadai, dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan
menggunakan metode simak dan teknik lanjutannya adalah teknik catat.
Setelah data-data mengenai ungkapan yang menyatakan alasan
pada buku ajar tersebut terkumpul, maka dilakukan pengolahan data.
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode distribusional
(metode agih). Sedangkan teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik
ganti.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis membahas tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi penjelasan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan yaitu bentuk ungkapan yang menyatakan alasan.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini memuat penjabaran lebih rinci mengenai metode penelitian,
sumber data yang relevan, objek penelitian, serta teknik pengolahan data yang
digunakan dalam penelitian.
Pada bab ini peneliti menguraikan hasil penelitian dan analisis tentang variabel
yang diteliti, yaitu analisis bentuk ungkapan yang menyatakan alasan yang
terdapat dalam buku ajar bahasa Jepang JPBJ-FPBS-UPI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis menyajikan kesimpulan dari penelitian yang telah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Menurut Arifin (2011: 2), penelitian adalah suatu proses penyelidikan
yang ilmiah melalui pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyimpulan data
berdasarkan pendekatan, metode dan teknik tertentu untuk menjawab suatu
permasalahan. Sedangkan metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang
harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian (Sutedi, 2009: 53). Penelitian
dilakukan karena ada masalah yang harus ditangani. Oleh karena itu, dalam
kegiatan penelitian diperlukan suatu metode yang tepat dan sesuai untuk
menjawab masalah penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan,
menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur
ilmiah untuk menjawab permasalahan secara aktual (Sutedi, 2009: 58). Sedangkan
menurut Sukardi (2003: 14), pada penelitian deskriptif, para peneliti berusaha
menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu secara
jelas dan sistematis. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode penelitian
deskriptif ini berarti menggambarkan atau mendeskripsikan suatu fenomena yang
ada secara apa adanya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut penelitian
34). Penyimpulan/generalisasinya dilakukan secara induktif berdasarkan pada data
jitsurei. Jitsurei adalah contoh penggunaan yang berupa kalimat dalam teks
konkret seperti dalam tulisan ilmiah, surat kabar, novel dan sebagainya (Sutedi,
2011: 144).
B. Objek Penelitian
Setiap penelitian mempunyai objek yang akan diteliti. Objek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung
ungkapan yang menyatakan alasan pada buku ajar yang digunakan di JPBJ FPBS
UPI. Penelitian ini dibatasi hanya meneliti bentuk ungkapan yang menyatakan
alasan yang terdapat pada buku ajar bunpou, dokkai dan kaiwa yaitu mengenai
kara, node, tame dan te yang mencakup makna dan fungsi.
C. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian adalah sumber dari mana data diperoleh. Ada
berbagai macam sumber data yang dapat digunakan oleh para peneliti baik data
yang bersumber dari manusia maupun berupa jurnal penelitian, literatur buku,
surat kabar, internet, dan lain-lain. Pada penelitian ini, data yang digunakan
adalah berupa kalimat yang mengandung bentuk ungkapan yang menyatakan
alasan pada buku ajar bunpou, dokkai, dan kaiwa.
Beberapa sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
lingkungan Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia.
Adapun sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Shokyuu Bunpou 1 (SB 1)
b. Shokyuu Bunpou 2 (SB 2)
c. Chukyuu Bunpou 1 (CB 1)
d. Chukyuu Bunpou 2 (CB 2)
e. Shokyuu Dokkai 1 (SD 1)
f. Shokyuu Dokkai 2 (SD 2)
g. Chukyuu Dokkai 1 (CD 1)
h. Chukyuu Dokkai 2 (CD 2)
i. Jyoukyuu Dokkai 1 (JD 1)
j. Jyoukyuu Dokkai 2 (JD 2)
k. Shokyuu Kaiwa 1 (SK 1)
l. Shokyuu Kaiwa 2 (SK 2)
m. Nihongo Shuuchuu Toreeningu (NST)
n.Nihongo Nama-Chuukei, Shochuu Kyuuhen 1 (NNC 1)
o.Nihongo Nama-Chuukei, Chuu~Jyou Kyuuhen 2 (NNC 2)
Buku ajar tersebut adalah buku ajar bahasa Jepang di JPBJ FPBS UPI
tahun ajaran 2011-2012. Dari contoh kalimat yang terdapat dalam buku ajar
bunpou, dokkai dan kaiwa di atas, penulis menemukan 213 kalimat yang
menggunakan kara, node, tame, dan te. Terdapat 127 kalimat yang menggunakan
kara, 39 kalimat menggunakan node, 11 kalimat menggunakan tame, dan 36
D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti harus menggunakan metode
dan teknik yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan, supaya data
yang diambil sesuai dengan permasalahan yang sedang teliti. Dalam
penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan metode
simak dan teknik lanjutannya adalah teknik catat.
Metode simak merupakan metode yang digunakan untuk
menyediakan data dengan menyimak penggunaan bahasa. Sudaryanto
(dalam Muhammad (2011, 207)) menyatakan bahwa untuk menyimak
objek penelitian dilakukan dengan menyadap. Kemudian, teknik yang
dilakukan untuk melakukan kegiatan penyadapan tersebut adalah dengan
menggunakan teknik catat. Teknik catat adalah mencatat beberapa bentuk
yang relevan bagi penelitiannya dari penggunaan bahasa secara tertulis
(Sudaryanto, 1993: 92).
Tahap-tahap yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah
sebagai berikut:
1) Menentukan sumber data. Sumber data pada penelitian ini adalah
buku ajar JPBJ FPBS UPI yaitu bunpou, dokkai, dan kaiwa.
2) Menggunakan metode simak. Yaitu dengan cara peneliti
menyimak penggunaan bahasa tulisan yang terdapat pada sumber
data, kemudian menentukan kalimat yang mengandung ungkapan
3) Menggunakan teknik catat. Data-data tersebut dicatat, lalu
mengklasifikasikan kalimat yang mengungkapkan alasan tersebut
berdasarkan makna dan fungsinya.
2. Teknik Pengolahan Data
Setelah data-data mengenai ungkapan yang menyatakan alasan pada buku
ajar tersebut terkumpul, maka dilakukan pengolahan data. Dalam menganalisis
data, penulis menggunakan metode distribusional (agih). Metode distribusional ini
alat penentunya merupakan bagian dari bahasa yang diteliti atau yang
bersangkutan.
Alat penentu dalam rangka metode distribusional itu, selalu berupa bagian
atau unsur dari bahasa objek saran penelitian itu sendiri, seperti kata (kata ingkar,
preposisi, adverbial), fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat), klausa, silabel
kata, titi nada, dan sebagainya (Sudaryanto, 1993:15).
Untuk menjalankan metode ini, teknik lanjutan yang digunakan adalah
teknik ganti. Teknik ganti ini penggunaanya yaitu dengan cara menggantikan
satuan lingual dengan satuan lingual lain. Teknik ini digunakan untuk melihat
apakah suatu kata dalam kalimat dapat diganti dengan kata lain atau tidak.
Contohnya adalah sebagai berikut:
(1) びょう です 大学 休 す (SB 1: 66)
Byouki desu kara, daigaku o yasumimasu.
‘Karena sakit, tidak masuk kuliah.’
(2) 金 足 な ったので ほしいもの 買え せ でした (CB
1: 37)
Okane ga tarinakatta node, hoshiimono ga kaemasen deshita.
Pada kalimat nomor (1) di atas menggunakan partikel pengungkap alasan,
yaitu kara yang artinya karena. Dengan menggunakan teknik ganti, kata yang
bergaris bawah di atas dapat diganti dengan bentuk lainnya, seperti node yaitu
menjadi び ょ う で す の で 大 学 休 す. Node juga memiliki arti karena,
namun pada kalimat node tersebut nuansanya lebih halus dibandingkan
menggunakan partikel kara. Seperti yang telah diuraikan pada bab II bahwa
bentuk ungkapan yang menyatakan alasan yang menjadi objek penelitian ini
memiliki fungsi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk menentukan apakah
kata dalam suatu kalimat dapat digantikan atau tidak, maka harus dilihat terlebih
dahulu fungsinya. Apabila partikel yang satu dan partikel yang lain memiliki
fungsi yang sama, maka keduanya dapat saling menggantikan. Seperti contoh
nomor (2), bentuk node yang menyatakan alasan tersebut dapat diganti dengan
bentuk lainnya yaitu bentuk te. Karena penggunaan bentuk node dan te dapat
digunakan bersamaan dengan kata kerja potensial, maka te dapat menggantikan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah menganalisis data yang telah penulis kumpulkan dari buku ajar
bunpou, dokkai dan kaiwa, penulis dapat mengambil kesimpulan mengenai
sertsetsuzokujoshi kara, node, tame dan te yang merupakan jawaban dari rumusan
masalah pada bab I.
1. Persamaan Kara, Node, Tame dan Te
a. Persamaan Kara dan Node
1) Kara dan node digunakan untuk mengungkapkan alasan atau penyebab
suatu perkara.
2) Kara dan node dapat digunakan baik dalam bentuk biasa maupun bentuk
sopan.
3) Kara dan node dapat digunakan bersamaan dengan kalimat yang
menyatakan kemauan dan keputusan pembicara.
b. Persamaan Kara dan Tame
1) Kara dan tame digunakan untuk mengungkapkan alasan atau penyebab
suatu perkara.
c. Persamaan Kara dan Te
1) Kara dan te digunakan untuk mengungkapkan alasan atau penyebab
suatu perkara.
2) Kara dan te digunakan untuk menyatakan alasan yang berupa fakta.
d. Persamaan Node dan Tame
1) Node dan tame tidak bisa digunakan bersamaan dengan pernyataan yang
menyebutkan ungkapan perintah, larangan maupun ajakan.
e. Persamaan Node dan Te
1) Node dan te digunakan untuk mengungkapkan alasan atau penyebab
suatu perkara secara objektif.
2) Pernyataan setelah node dan te tidak bisa digunakan bersamaan dengan
ungkapan perintah, larangan maupun ajakan.
f. Persamaan Tame dan Te
1) Tame dan te digunakan untuk mengungkapkan alasan atau penyebab
suatu perkara secara objektif.
2) Tame dan te tidak bisa digunakan bersamaan dengan pernyataan yang
mengungkapkan keputusan dan kemauan si pembicara, tidak bisa
digunakan bersamaan dengan ungkapan yang berupa perintah, larangan
2. Perbedaan Kara, Node, Tame dan Te
a. Perbedaan Kara dan Node
1) Kara digunakan untuk mengungkapkan alasan secara subjektif.
Sedangkan node mengungkapkan alasan secara objektif.
2) Setelah kara bisa digunakan pernyataan yang mengungkapkan perintah,
larangan dan ajakan. Sedangkan setelah node tidak bisa menggunakan
pernyataan yang berupa perintah, larangan ataupun ajakan.
3) Kara bisa disambungkan dengan darou yang menunjukkan adanya suatu
dugaan atau kesimpulan dari pembicara. Sedangkan node tidak bisa
disambungkan dengan darou.
4) Kara bisa digunakan bersamaan dengan pernyataan yang berupa maksud,
kemauan dan keputusan si pembicara. Node juga dapat digunakan
bersamaan dengan ungkapan yang berupa maksud ataupun kemauan,
namun pada kalimat bentuk sopan. Node penggunaannya lebih halus
dibanding kara.
5) Kara lebih alami digunakan untuk menjawab pertanyaan yang
menanyakan suatu alasan seperti doushite atau naze. Sedangkan node
tidak lazim digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
6) Kara bisa diletakkan di tengah dan di akhir kalimat. Sedangkan node
hanya bisa diletakkan ditengah saja.
7) Apabila meishi atau keiyoudoshi disambungkan dengan kara, maka
bentuknya akan menjadi dakara. Sedangkan apabila meishi atau
b. Perbedaan Kara dan Tame
1) Kara digunakan untuk mengungkapkan alasan secara subjektif atau
sesuai keputusan pribadi. Sedangkan tame mengungkapkan alasan secara
objektif.
2) Kara bisa disambungkan dengan darou yang menunjukkan keputusan/kesimpulan dari pembicara. Karena tame tidak bisa digunakan
untuk mengungkapkan sebuah keputusan atau kesimpulan, maka darou
tidak bisa digunakan sebelum tame.
3) Kara biasa digunakan bersamaan dengan pernyataan yang berupa
maksud, kemauan dan keputusan si pembicara. Sedangkan tame tidak
bisa digunakan bersamaan dengan pernyataan seperti itu.
4) Setelah kara digunakan pernyataan yang mengungkapkan perintah,
larangan dan ajakan. Sedangkan setelah tame tidak ada pernyataan yang
berupa keputusan pembicara dan ungkapan perintah, larangan maupun
kemauan.
5) Apabila meishi atau keiyoudoshi disambungkan dengan kara, maka
bentuknya akan menjadi dakara. Sedangkan apabila meishi
disambungkan dengan tame, maka bentuknya akan menjadi no tame.
c. Perbedaan Kara dan Te
1) Kara digunakan untuk mengungkapkan alasan secara subjektif atau
sesuai keputusan pribadi. Sedangkan te mengungkapkan alasan secara
2) Kara bisa disambungkan dengan darou yang menunjukkan keputusan/kesimpulan dari pembicara. Sedangkan te tidak bisa
disambungkan dengan darou.
3) Kara biasa digunakan bersamaan dengan pernyataan yang berupa
maksud, kemauan dan keputusan si pembicara. Sedangkan karena
bersifat objektif, pernyataan yang berupa kemauan atau apa yang
dipikirkan si pembicara tidak bisa digunakan bersamaan dengan bentuk
te.
4) Apabila meishi atau keiyoudoshi disambungkan dengan kara, maka
bentuknya akan menjadi dakara. Sedangkan apabila sebelum te adalah
meishi atau keiyoudoshi maka akan berubah menjadi de. Kemudian,
apabila sebelumnya merupakan doushi, maka akan berubah sesuai
dengan perubahan bentuk kata kerja, dan apabila sebelum te adalah
keiyoushi, maka akan berubah menjadi kute.
d. Perbedaan Node dan Tame
1) Apabila keiyoudoshi atau meishi diikuti dengan node , maka node
berubah menjadi nanode. Sedangkan apabila meishi disambungkan
dengan tame, maka bentuknya akan menjadi no tame.
e. Perbedaan Node dan Te
1) Bentuk te bisa digantikan dengan bentuk node, sedangkan kara tidak bisa
kara). Tapi pada kalimat bentuk node, ada saat dimana bisa digantikan
dengan bentuk te, ada juga yang tidak bisa digantikan.
2) Apabila keiyoudoshi atau meishi diikuti dengan node , maka node
berubah menjadi nanode. Sedangkan apabila sebelum te adalah meishi
atau keiyoudoshi maka akan berubah menjadi de. Kemudian, apabila
sebelumnya merupakan doushi, maka akan berubah sesuai dengan
perubahan bentuk kata kerja, dan apabila sebelum te adalah keiyoushi,
maka akan berubah menjadi kute.
f. Perbedaan Tame dan Te
1) Apabila meishi disambungkan dengan tame, maka bentuknya akan
menjadi no tame. Sedangkan apabila sebelum te adalah meishi atau
keiyoudoshi maka akan berubah menjadi de. Kemudian, apabila
sebelumnya merupakan doushi, maka akan berubah sesuai dengan
perubahan bentuk kata kerja, dan apabila sebelum te adalah keiyoushi,
maka akan berubah menjadi kute.
3. Makna dan Fungsi Kara, Node, Tame dan Te
Berikut ini adalah makna dan fungsi yang penulis simpulkan secara
keseluruhan.
a) Kara dapat digunakan bersamaan dengan:
1. Kalimat perintah.
3. Kalimat permohonan.
4. Kalimat ajakan.
5. Kalimat yang menyatakan suatu hal yang wajar.
6. Kalimat yang menggunakan bentuk potensial.
7. Kalimat yang menyatakan suatu keharusan.
8. Kalimat yang menyatakan maksud.
9. Kalimat yang menyatakan keinginan atau ketidakinginan.
10.Kalimat yang menyatakan dugaan.
11.Kalimat deklaratif .
12.Kalimat yang menyatakan keputusan.
13.Kalimatyang mengungkapkan pendapat.
14.Kalimat yang menyatakan saran.
15.Digunakan untuk menjawab pertanyaan yang menanyakan alasan.
b) Node dapat digunakan bersamaan dengan:
1. Kalimat permohonan.
2. Kalimat yang menyatakan maksud.
3. Kalimat yang menyatakan keinginan.
4. Kalimat yang menggunakan bentuk potensial.
5. Kalimat yang menyatakan suatu hal yang wajar.
6. Kalimat keputusan.
7. Kalimat yang menyatakan dugaan.
8. Kalimat yang menyatakan pendapat.
10.Kalimat yang menunjukkan suasana hati.
c) Tame dapat digunakan bersamaan dengan:
1. Kalimat yang menyatakan dugaan.
2. Kalimat yang menyatakan hal yang wajar.
3. Kalimat deklaratif.
d) Te dapat digunakan bersamaan dengan:
1. Kalimat yang menyatakan pendapat.
2. Kalimat yang menyatakan hal yang wajar.
3. Kalimat yang menyatakan keharusan.
4. Kalimat yang menyatakan dugaan.
5. Kalimat deklaratif.
6. Kalimat yang mengungkapkan suasana hati.
Tabel hasil analisis makna dan fungsi, berdasarkan teori para ahli, buku
ajar, dan soal nouryokushiken.
Tabel 1
No Teori Pakar Buku Ajar Nouryokushiken
Tahun 2005 g.Digunakan untuk
Level 4
K c. Kalimat perintah. d. Kalimat larangan. m.Digunakan untuk
menjawab
Kara dapat digunakan bersamaan dengan: b.Digunakan untuk
menjawab
pertanyaan yang
Level 2
menanyakan alasan c. Kalimat yang l. Digunakan untuk
menjawab pertanyaan yang menyatakan alasan (doushite).
Tabel 2
No Teori Pakar Buku Ajar Nouryokushiken
Tahun 2005
N
O
D
Sama seperti kara, node juga dapat digunakan baik dalam bentuk biasa maupun bentuk sopan. (Iori dkk, 2000)
Node yang setara dengan
level 4, dapat digunakan
bersamaan dengan
kalimat yang menyatakan aktifitas. Pernyataan setelah node
bisa berupa pernyataan
yang mengandung
maksud atau tujuan dan keputusan si pembicara. (Iori dkk, 2000)
Node yang setara dengan
level 3, dapat digunakan bersamaan dengan:
a. Kalimat menyatakan keadaan. Penggunaan kara alami
E
sopan, node lebih alami digunakan. (Iori dkk, 2000)
g. Kalimat deklaratif.
h. Kalimat yang permohonan maaf atau permintaan secara halus. Selain itu, node biasa digunakan pada saat berbicara dengan orang yang lebih tua. (Higashinakagawa dkk, 2003)
Node digunakan untuk
mengutarakan
penyebab atau alasan mengenai suatu fakta pada masa sekarang atau mungkin masa lampau. (Tomita, 1991)
Tabel 3
No Teori Pakar Buku Ajar Nouryokushiken
Tahun 2005
T
A
Tame digunakan untuk
menyatakan alasan secara objektif. (Iori dkk, 2000)
Tame yang setara dengan
level 3, dapat digunakan
Tame digunakan untuk
M
E
kesimpulan. Oleh karena itu, setelah tame tidak ada pernyataan yang berupa keputusan
pembicara dan
No Teori Pakar Buku Ajar Nouryokushiken
Tahun 2005 Karena bersifat objektif.
Te yang setara
Penelitian ini merupakan analisis mengenai setsuzokujoshi kara, node,
tame, dan te dilihat dari segi makna dan fungsi. Penelitian ini telah
mengungkapkan persamaan, perbedaan serta makna dan fungsi dari keempat
setsuzokujoshi tersebut. Dari penelitian ini, penulis berharap agar para
pembelajar bahasa Jepang memperoleh pemahaman yang lebih dan lebih teliti
dalam menggunakan setsuzokujoshi, khususnya kara, node, tame dan te.
Meskipun demikian, penelitian ini dirasa masih kurang sempurna. Oleh
karena itu, untuk memperbaiki kekurangan dan keterbatasan pada penelitian ini,
penulis menyarankan bagi para peneliti selanjutnya agar mengadakan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui apakah masih terdapat kesalahan dan kesulitan
saat menggunakan keempat setsuzokujoshi tersebut. Selain itu, karena banyaknya
setsuzokujoshi seperti keredo, keredomo, ga, dan sebagainya, penulis
menyarankan agar peneliti selanjutnya berminat untuk meneliti setsuzokujoshi
pada media-media untuk belajar bahasa Jepang, seperti komik, anime, lagu,
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Chaer, Abdul. (2007). Kajian Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta.
___________. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma. (2010). Metode Penelitian. Bandung: Refika Aditama.
Fusako, Beuckmann. dkk. (2009). Nihongo Nama-Chuukei. Japan: Kuroshi
Oshuppan.
Fusako, Sugimoto dan Atsumi, Miyatani. (2006). Nihongo Nama-Chuukei. Japan:
Kuroshi Oshuppan.
Hoshino, Keiko dan Endo, Ranko. (2003). Nihongo Shuuchuu Toreeningu. Japan:
Aruku.
Isao, Iori. dkk. (2000). Nihongo Bunpou Handobukku. Tokyo: 3A Network.
Kahoru, Higashinakagawa dan Yuuko, Shinonome. (2003). Hitori De Manaberu
Nihongo Bunpou. Japan: Bonjinsha.
Muhammad. (2011). Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Parera. (2009). Dasar-dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga.
Staf Pengajar Program Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI. (2011). Chuukyuu
Bunpou 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI.
______________. (2011). Chuukyuu Bunpou 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI.
______________. (2011). Shokyuu Bunpou 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI.
______________. (2011). Shokyuu Bunpou 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI.
______________. (2011). Chuukyuu Dokkai 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI.
______________. (2011). Jyoukyuu Dokkai 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI.
______________. (2011). Jyoukyuu Dokkai 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI.
______________. (2011). Shokyuu Dokkai 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI.
______________. (2011). Shokyuu Dokkai 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI.
______________. (2011). Shokyuu Kaiwa 1. Bandung: JPBJ FPBS UPI.
______________. (2011). Shokyuu Kaiwa 2. Bandung: JPBJ FPBS UPI.
Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sudjianto dan Dahidi, A. (2009). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta:
Kesaint Blanc.
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sutedi, Dedi. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung:
Humaniora.
____________. (2011). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung:
Humaniora.
Takayuki, Tomita. (1991). Bunpou No Kiso Chishiki To Sono Oshiekata. Tokyo:
Bonjinsha.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Kamus Besar Bahasa