• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TEKNIK STORY TELLING MELALUI MEDIA KOTAK MUSIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS II MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) GUNUNGMANIK KECAMATAN TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN TEKNIK STORY TELLING MELALUI MEDIA KOTAK MUSIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS II MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) GUNUNGMANIK KECAMATAN TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA KELAS II MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) GUNUNGMANIK KECAMATAN TALAGA

KABUPATEN MAJALENGKA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

RENI FATMAWATI NIM 0904628

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

SISWA KELAS II MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) GUNUNGMANIK KECAMATAN TALAGA

KABUPATEN MAJALENGKA

Oleh Reni Fatmawati

0904628

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Drs. H. Dede Tatang Sunarya, M.Pd. NIP. 195703251985031005

Pembimbing II

Maulana, M.Pd. NIP. 198001252002121002

Mengetahui

Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar S-1 Kelas UPI Kampus Sumedang

(3)

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Penerapan Teknik Story

Telling Melalui Media Kotak Musik Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Sumedang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan,

(4)

HALAMAN JUDUL

d. Prinsip-prinsip Pemilihan Media ... 25

e. Manfaat Media dalam Pembelajaran ... 28

f. Media Kotak Musik ... 29

3. Teknik Story Telling ... 29

4. Penerapan Teknik Story Telling Melalui Media Kotak Musik pada Pembelajaran Berbicara di Kelas II MIN . 31 5. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

(5)

2. Waktu Penelitian ... 35

B. Subjek Penelitian ... 35

C. Metode dan Desain Penelitian ... 38

1. Metode Penelitian... 38

2. Desain Penelitian ... 40

D. Prosedur Penelitian... 42

E. Instrumen Penelitian... 45

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 46

1. Teknik Pengolahan Data ... 46

a. Paparan Data Perencanaan Tindakan Siklus I ... 53

b. Deskripsi Pembelajaran pada Siklus I ... 55

c. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 58

d. Paparan Data Hasil Belajar Siklus I ... 64

e. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I ... 65

2. Paparan Data Tindakan Siklus II... 69

a. Paparan Data Perencanaan Tindakan Siklus II ... 69

b. Deskripsi Pembelajaran pada Siklus II ... 71

c. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 74

d. Paparan Data Hasil Belajar Siklus II ... 79

e. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II ... 80

3. Paparan Data Tindakan Siklus III ... 84

a. Paparan Data Perencanaan Tindakan Siklus III ... 84

b. Deskripsi Pembelajaran pada Siklus III ... 85

c. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 88

d. Paparan Data Hasil Belajar Siklus III ... 93

e. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus III ... 94

C. Paparan Pendapat Siswa dan Observer ... 97

(6)

Reni Fatmawati, 2013

Penerapan Teknik Story Telling Melalui Media Kotak Musik Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk bermasyarakat. Untuk memenuhi fungsi kemasyarakatan digunakan bahasa sebagai alat komunikasi utama. Bahasa adalah sekumpulan bunyi yang diucapkan manusia sesuai dengan sistem yang berlaku. Bunyi-bunyi tersebut membentuk satuan yang bermakna. Dengan satuan-satuan itulah anggota masyarakat berkomunikasi.

Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi bagi manusia baik secara lisan maupun tulisan. Sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai fungsi lain yaitu sebagai alat mengekspresikan diri, sebagai alat untuk mengadakan interaksi, dan sebagai alat untuk berkomunikasi (Hartati, dkk., 2006: 24).

Bahasa juga memiliki peran sentral dalam pengembangan intelektual, sosial, dan emosional, serta merupakan penunjang keberhasilan semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan, serta menggunakan kemampuan analisis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil kesastraan manusia Indonesia.

(7)

Reni Fatmawati, 2013

Penerapan Teknik Story Telling Melalui Media Kotak Musik Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

yang baik juga harus didukung oleh pendengar yang baik pula, karena meskipun pembicara menyampaikan informasinya dengan baik, tetapi pendengarnya tidak menyimak dengan baik, maka komunikasi tidak akan berjalan dengan baik.

Banyak bentuk keterampilan berbicara dalam pelajaran bahasa, salah satunya adalah menceritakan kembali cerita anak yang telah didengar. Resmini, dkk. (2006: 216) mengungkapkan, “Bercerita merupakan salah satu teknik dalam pengembangan kemampuan berbicara, melalui bercerita kemampuan bicara siswa akan terlihat”. Menceritakan kembali cerita anak yang didengarkan dengan menggunakan kata-kata sendiri merupakan salah satu kompetensi dasar pada aspek berbicara yang harus dimiliki siswa kelas II madrasah ibtidaiyah.

Rendahnya tingkat kemampuan berbicara siswa madrasah ibtidaiyah merupakan tantangan bagi proses pelaksanaan pembelajaran oleh guru, maka perlu dikembangkan materi serta proses pembelajarannya yang sesuai, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan belajar dan memperoleh hasil belajar yang baik. Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan dengan baik oleh guru, tentu saja akan memberikan kesempatan kepada perkembangan belajar siswa. Komunikasi belajar harus dilakukan dua arah atau lebih, dan tidak bersifat teacher’s centered. Padahal menuut Piaget (Sutardi dan Sudirjo, 2007: 13), ”Belajar tidak harus selalu berpusat pada guru, tetapi anak harus lebih aktif”. Oleh karena itu siswa harus dibimbing supaya aktif menemukan sesuatu yang dipelajarinya. Konsekuensinya materi yang akan dipelajari harus menarik dan menantang untuk siswa terlibat dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan yang dilakukan pada bulan November 2012, didapatkan masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang diduga mengakibatkan rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa. Keragaman masalah yang ditemukan adalah sebagai berikut.

1. Sebagian besar siswa belum lancar berbicara dalam bahasa Indonesia, sehingga siswa merasa takut salah dan malu, serta kurang berminat untuk berlatih berbicara di depan kelas.

(8)

Reni Fatmawati, 2013

Penerapan Teknik Story Telling Melalui Media Kotak Musik Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

guru memberi ceramah, sedangkan siswa mendengar, mencatat setelah itu menghafal. Pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga tidak mendorong siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir.

3. Guru masih kurang tegas dalam mengelola kelas, sehingga masih ada siswa yang ribut, dan tidak memperhatikan apa yang sedang dijelaskan oleh guru. 4. Dalam pembelajaran guru tidak menggunakan media, sehingga tujuan

pembelajaran tidak tercapai.

Berdasarkan data tes akhir berupa tes perbuatan, ternyata dari 20 siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka, hanya 7 (tujuh) siswa atau sekitar 35% yang sudah mencapai KKM, sedangkan sisanya 13 siswa atau sekitar 65% belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 66,67 serta nilai rata-rata kelas 55. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum memahami kompetensi dasar pembelajaran tersebut. Ini menunjukkan baik proses maupun hasil pembelajaran menjadi kurang optimal. Padahal keterampilan berbicara pada kompetensi dasar tersebut sangat penting dalam membekali siswa untuk berkomunikasi.

Kemudian hasil yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu:

1. Seorang siswa disebut telah tuntas belajar bila ia telah mencapai nilai 66,67. 2. Suatu kelas disebut telah tuntas belajar bila di kelas tersebut 85% siswa

mencapai daya serap lebih dari 66,67,

Hasil tes akhir yang diperoleh siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada Lampiran 1.

Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu dipikirkan agar pembelajaran tidak hanya berjalan satu arah tetapi banyak arah, bisa guru kepada siswa atau sebaliknya siswa kepada guru dan siswa kepada siswa. Dengan demikian interaksi yang terjadi di dalam kelas lebih hidup. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan teknik story telling melalui media kotak musik.

Story telling adalah kegiatan bercerita atau mendongeng yang sudah lama

(9)

Reni Fatmawati, 2013

Penerapan Teknik Story Telling Melalui Media Kotak Musik Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

manjur karena menarik minat siswa dan membantu mereka berkreasi membayangkan gambaran yang mengaktifkan proses berpikir. Cerita berisi suatu kerangka yang menghubungkan peristiwa dan konsep, sehingga memudahkan siswa menerima dan mengingat informasi secara lebih baik. Selain itu, bagi anak-anak usia prasekolah, story telling juga berfungsi sebagai sarana menambah perbendaharaan kata (vocabulary) dengan cara yang mengasyikkan, dan menanamkan nilai-nilai moral serta etika.

Dengan penerapan teknik story telling melalui media kotak musik dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam materi menceritakan kembali cerita anak yang didengarkan, diharapkan siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka prestasi dan aktivitas belajarnya akan jauh lebih baik. Sehubungan dengan itu, maka dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil judul Penerapan Teknik Story

Telling melalui Media Kotak Musik dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan

Talaga Kabupaten Majalengka.

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut. a. Bagaimana perencanaan penerapan teknik story telling melalui media kotak

musik dalam pembelajaran berbicara di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka?

b. Bagaimana pelaksanaan penerapan teknik story telling melalui media kotak musik dalam pembelajaran berbicara di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka?

(10)

Reni Fatmawati, 2013

Penerapan Teknik Story Telling Melalui Media Kotak Musik Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada bulan November 2012 di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka, didapatkan beberapa permasalahan dalam pembelajaran berbicara yang diduga merupakan faktor yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar berbicara yang dicapai siswa. Permasalahan yang ditemukan bersumber pada kinerja guru dan aktivitas siswa sebagimana telah diutarakan di muka. Akibat dari permasalahan tersebut hasil tes menunjukkan 35% yang sudah mencapai nilai KKM, sedangkan selebihnya 65% belum mencapai nilai KKM serta perolehan nilai rata-rata kelas 55. KKM individual yang diharapkan 66,67, dan KKM klasikal jika 85% kelas tersebut mencapai daya serap lebih dari 66,67.

Untuk menyelesaikan masalah kesulitan siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka dalam memahami konsep berbicara, digunakanlah salah satu alternatif dari sekian banyak pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu menerapkan teknik story telling melalui media kotak musik.

Dalam penelitian ini story telling yang diterapkan dalam pembelajaran yaitu teknik story telling melalui media kotak musik yang merupakan salah satu teknik pembelajaran yang pada pelaksanaannya dilakukan dengan mengisahkan cerita melalui media kotak musik.

Alasan teknik story telling melalui media kotak musik digunakan dalam pemecahan masalah, di antaranya bahwa melalui teknik story telling dapat membantu dan memotivasi siswa untuk menyimak isi dari suatu cerita, melatih kemampuan berbicara siswa, menyajikan informasi dengan cara menceritakan kembali cerita yang pernah didengarnya, dan mengembangkan sikap betanggung jawab atas proses belajarnya sendiri. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir berbahasa siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki setiap siswa.

(11)

Reni Fatmawati, 2013

Penerapan Teknik Story Telling Melalui Media Kotak Musik Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

a. Guru mengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang.

b. Guru mendengarkan cerita melalui media kotak musik, dan meminta siswa untuk mendengarkan dan menyimak dengan seksama cerita tersebut.

c. Masing-masing kelompok mendiskusikan cerita tersebut.

d. Siswa diberi kesempatan bertanya jika ada hal yang belum dipahami.

e. Secara bergiliran, siswa diminta untuk menceritakan kembali isi cerita yang didengar dengan menggunakan kata-kata sendiri di depan kelas.

f. Setiap kelompok diminta untuk melakukan pengecekan terhadap apa yang diceritakan oleh kelompok lain.

g. Guru menutup kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka diharapkan siswa dalam memahami mata pelajaran bahasa Indonesia yang berkaitan dengan kemampuan berbicara khususnya dalam menceritakan kembali cerita anak yang didengarkan diharapkan dapat ditingkatkan dengan cara belajar, pola pikir, serta pengalaman mereka. Hal ini akan menjadi langkah positif bagi guru guna berkreasi dalam menyajikan suatu materi pelajaran dengan menerapkan teknik story telling melalui media kotak musik.

C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui perencanaan penerapan teknik story telling melalui media

kotak musik dalam pembelajaran berbicara di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka. b. Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan teknik story telling melalui media

kotak musik dalam pembelajaran berbicara di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka. c. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas II Madrasah

(12)

Reni Fatmawati, 2013

Penerapan Teknik Story Telling Melalui Media Kotak Musik Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

2. Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

a. Manfaat bagi siswa

1) Meningkatkan pemahaman berbicara tentang memberikan tanggapan dan saran khususnya siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka.

2) Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar aktif dan kreatif. b. Manfaat bagi guru

Mengembangkan kreativitas guru agar siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran berbicara, dan memotivasi guru lain untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode atau pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik.

c. Bagi sekolah dasar

Dapat memberikan gambaran yang jelas tentang pembelajaran berbicara dengan penerapan teknik story telling melalui media kotak musik dapat meningkatkan kreatifitas dan keaktifan dalam mempelajari suatu konsep berbicara, sehingga belajar akan lebih efektif dan bermakna.

D. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan atau mengartikan istilah yang terdapat pada judul penelitian, peneliti membatasi istilah tersebut sebagai berikut.

1. Teknik Story Telling

Teknik adalah suatu cara khusus/spesifik yang digunakan oleh guru/siswa dalam melakukan suatu kegiatan (Winataputra, dkk., 1995: 124).

Story telling adalah kegiatan bercerita atau mendongeng yang sudah lama

(13)

Reni Fatmawati, 2013

Penerapan Teknik Story Telling Melalui Media Kotak Musik Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

2. Media Kotak Musik

Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah dan Zain, 2002: 137). Adapun media kotak musik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu alat bantu elektronik berbentuk balok yang dapat menyimpan suatu informasi dan dapat disajikan dalam bentuk suara (alat yang dapat merekam suara).

3. Kemampuan Berbicara

(14)

Reni Fatmawati, 2013

Penerapan Teknik Story Telling Melalui Media Kotak Musik Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka. Letak bangunan MIN Gunungmanik yaitu di Jalan Utara Winusakti Desa Gunung Manik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka. Secara geografis letak bangunan sekolah ini cukup strategis, seperti yang digambarkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1

Denah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik

(15)

Lokasi ini dipilih dengan alasan sebagai berikut.

a. Sekolah ini tempat mengajar peneliti, sehingga akan memudahkan penulis dalam mencari data dan informasi yang diperlukan;

b. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka perlu perbaikan dalam prestasi akademik, sehingga peneliti merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki keadaan tersebut dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas;

c. Pihak sekolah, khususnya kepala sekolah, menyambut dengan baik terhadap penelitian yang dilakukan oleh penulis.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian didimulai pada bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Juli 2013, dengan kegiatan persiapan dan meminta ijin penelitian kepada kepala sekolah, pembuatan proposal, seminar proposal, perbaikan proposal, pelaksanaan tindakan, dan pelaporan yang meliputi menyusun konsep laporan, penggandaan laporan, dan penyerahan laporan dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan selesai.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2012/2013. Banyaknya subjek penelitian ini adalah 20 orang siswa, yang terdiri atas 5 (lima) orang siswa perempuan, dan 15 orang siswa laki-laki.

(16)

Tabel 3.1

Daftar Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka

Tahun Pelajaran 2012/2013

No NISN No Induk Nama Siswa L/P

1 0838595470 743 Adam H L

2 0045413155 744 Agung A L

3 0051691472 745 Agung M L

4 0051679326 746 Ahnad F L

5 0045415173 747 Ai Mumun P

6 0038596140 748 Bambang L

7 0045415269 749 Dena WW P

8 0045415289 750 Deni Dien IF L

9 0045415295 751 Ferli FN L

10 0045415328 752 Jejen J L

11 0051691662 753 Neng Y P

12 0045415365 754 Pahmi I L

13 0045415366 755 Reza S L

14 0051691694 756 Rizki F L

15 0045415411 757 Samsul A L

16 0060091910 758 Sopyan M L

17 0051691749 759 Sri M P

18 0045415613 760 Wina N P

19 0045415444 761 Wismu S L

20 0045415623 762 Wizdan SM L

Alasan penelitian memilih kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka didasarkan pada pertimbangan berikut ini.

(17)

mengidentifikasi setiap siswa akan lebih mudah dilakukan.

2. Dengan meneliti di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga, selama proses penelitian, maka peneliti akan lebih mudah setiap saat memantau, merevisi dan mencari data yang diperlukan, sebab lokasi peneliti dekat dengan tempat penelitian.

3. Berdasarkan hasil tes awal yang dilaksanakan pada bulan November 2012 perolehan nilai siswa untuk materi ini masih di bawah KKM.

4. Siswa di sekolah ini kebanyakan berasal dari keluarga dengan latar belakang sosial ekomomi menengah kebawah. Mata pencaharian sebagian besar orang tua siswa adalah sebagai buruh tani. Banyak siswa di sekolah ini pada tahun pelajaran 2012/2013 adalah 396 orang yang tersebar di dalam 6 tingkatan. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Data Siswa dan Rombel

Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Tahuan Pelajaran 2012/2013

No Kelas Siswa Jumlah

Rombel

L P Jumlah

1 I 17 14 31 2

2 II 30 18 48 2

3 III 7 9 16 1

4 IV 9 6 15 1

5 V 8 13 21 1

6 VI 8 6 14 1

Jumlah 79 66 145 8

(18)

Tabel 3.3

Daftar Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Tahuan Pelajaran 2012/2013

No Nama Guru

NIP L/P Ijasah Jabatan Gol

1 Diding, S.Ag.,M.Pd.

196504171987031002 L S2 Kepala sekolah IV/a

2 E. Harobudin, S.Pd.

196706271998031001 L S1 Guru kelas III/c

3 Oo Rahmat Sutisna, S.Pd.,M.Pd.

197008102005011003 L S2 Guru Penjas

III/c

4 Atik Linasari, S.Ag.

197702082007012017 P S1 Guru kelas III/c

5 Dedeh Ernafit, S.Pd.I.

197603122005012004 P SI Guru kelas III/a

6 Herlina, S.Pd.I.

197111112003122001 P SI Guru kelas III/a

7 Cucu, S.Pd.I.

197805172007011017 L SI Guru kelas II/b

8 Atis Setiadi, S.Pd. L SI Guru kelas II/b

9 Heri Hayatu Nurdin, S.Pd.I. L SI Guru SBK

11 N. Nahdudin, S.Pd.I. L SI Guru B. Arab

13 N. Euis Farida, S.Pd.I. P SI Guru Qurdis

14 Arid Andis Priyadi, S.Pd.I, L SI Guru SKI

15 Feri Fauzi. L SLTA Guru penjaskes

16 Yenny Yuniawati, S.Pd.I.

198006072005012003 P SI Guru Qurdis III/a

17 Haris Abdullah, S.Sos. L SI Guru kelas

19 N. Titi Rohaeti. P PGAN Guru kelas

20 Yoyoh Ahmadiyah. P PGAN Akidah Akhlak

21 Sopyan Iskandar, A.Ma. L D2 Guru kelas

22 Reni Fatmawati. P SLTA Guru Kelas

23 Ika Rostika. P SLTA Guru B. Sunda

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

(19)

Banyak klasifikasi metode penelitian yang diajukan oleh para ahli. Klasifikasi metode penelitian yang diajukan para ahli tersebut berbeda antara yang satu dengan lainnya. Namun ada pula yang mengajukan klasifikasi metode penelitian relatif sama.

Menurut Nazir (Hatimah, dkk., 2007: 85), metode penelitian dapat dikelompokkan dalam lima kelompok, yaitu: ”metode sejarah, metode deskriptif, metode eksperimen, metode grounded research, dan penelitian tindakan”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan kelas. Tindakan yang dilakukan yaitu proses pembelajaran berbicara dengan menerapkan penerapan teknik story

telling melalui media kotak musik di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN)

Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka.

Menurut Aqib (2008: 13), “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas”. Sementara Kemmis dan Taggart (Depdiknas, 2004: 7) menjelaskan,

Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperoleh rasionalitas dan kebenaran dari praktik-praktik sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut; dan situasi di tempat praktik itu dilaksanakan.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian tindakan kelas (classroom action

research) merupakan salah satu kegiatan penelitian yang sifatnya khas, yang

memiliki karakteristik atau ciri-ciri khusus, sebagaimana dikemukakan Aqib (2008: 16), sebagai berikut.

a. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam intruksional. b. Adanya kolaborasi selama pelaksanaannya.

c. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.

d. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional.

e. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus

(20)

sendiri sebagai perancang sekaligus praktisi pembelajaran. Tujuan dari penggunaan metode penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memecahkan masalah-masalah praktik pembelajaran di suatu sekolah khususnya di suatu kelas tertentu. Metode penelitian ini juga dilakukan untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar-mengajar di kelas

Aqib (2008: 13-14) menyatakan bahwa ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesionalisme seorang guru, yaitu sebagai berikut.

a. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Para guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang ia dan murid lakukan.

b. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehinggga menjadi profesional. Guru tidak lagi seabagai seorang praktisi, yang sudah merasa puas terhadap apa yang telah dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti dibidangnya. c. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu

memperbaikai proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.

d. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.

Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas, guru sebagai peneliti melakukan tindakan-tindakan yang telah direncanakan atau dipersiapkan sebelumnya secara sistematis untuk dapat menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.

2. Desain Penelitian

Berkaitan dengan desain penelitian tindakan kelas, Hermawan, dkk. (2008: 235) mengungkapkan,

(21)

perubahan atau perbaikan pembelajaran yang ingin dicapai yang tentunya disesuaikan pertanyaan penelitiannya.

Selanjutnya Depdikbud (Hermawan, dkk., 2008: 235) menjelaskan, ”Desain penelitian yang dirancang atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/refleksi, dan perencanaan tindakan lanjutan”.

Adapun desain penelitian secara visual dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut.

Gambar 3.2

(22)

Berdasarkan gambar di atas, menurut Hermawan, dkk. (2007: 136) dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Plan atau perencanaan merupakan tindakan seperti apa yang akan

dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap sebagai solusi.

b. Action atau tindakan: Tindakan apa yang mesti dilakukan oleh guru atau

peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.

c. Observe atau observasi

Mengamati atas hasil atas dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.

d. Reflectif atau refleksi

Pada bagian refleksi peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil dan dampak dari tindakan pelbagai kriteria.

D. Prosedur Penelitian

Muslihuddin (2009: 53) menyatakan, ”Prosedur umum penelitian tindakan kelas berupa daur ulang berbentuk spiral mengerucut dengan jumlah daur ulang yang tergantung kepada luasnya tema penelitian tindakan kelas yang bersangkutan”. Lebih lanjut Muslihuddin (2009: 53) mengungkapkan,

Prosedur atau langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dijabarkan pada kegiatan-kegiatan pokok seperti: 1. Perencanaan; 2. pelaksanaan tindakan; 3. pengamatan atau observasi, dan 4. refleksi. Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus Kegiatan-kegiatan pemecahan masalah. Bila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Dengan memperhatikan penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini langkah-langkah atau tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukan yaitu sebagai berikut.

1. Tahapan Perencanaan Tindakan

Tahapan perencanaan tindakan yang dilakukan peneliti sebagai berikut. a. Perencanaan pembelajaran.

1) Membuat RPP sesuai dengan teknik story telling. 2) Mempersiapkan media pembelajaran.

(23)

b. Perencanaan penelitian.

1) Membuat skenario pembelajaran.

2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas. 3) Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data

mengenai proses dan hasil tindakan.

4) Melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.

2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Skenario dari tindakan harus dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar. Skenario atau rancangan tindakan yang akan dilakukan, dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan itu meliputi:

a. Guru mengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang.

b. Guru mendengarkan cerita melalui media musik boks, dan meminta siswa untuk mendengarkan dan menyimak dengan seksama cerita tersebut.

c. Masing-masing kelompok mendiskusikan cerita tersebut.

d. Siswa diberi kesempatan bertanya jika ada hal yang belum dipahami.

e. Sebagai evaluasi, secara bergiliran, siswa diminta untuk menceritakan kembali isi cerita yang didengar dengan menggunakan kata-kata sendiri di depan kelas. f. Guru menutup kegiatan pembelajaran

3. Tahapan Observasi

Muslihuddin (2009: 60) menjelaskan bahwa,

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini peneliti menguraikan jenis-jenis data yang dikumpulkan, cara pengumpulan data, dan alat koleksi data (angket, wawancara, lembar observasi, dan lain-lain) tentang fenomena kelas yang dibuat siswa dan guru merupakan informasi yang berharga.

(24)

observasi. Serta menuliskan hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran melalui catatan lapangan sebagai bahan refleksi subjek yang diobservasi yaitu siswa dan guru.

4. Tahapan Analisis dan Refleksi

Tahapan sesudah pengumpulan data adalah analisis data. Muslihuddin (2009: 64) merumuskan, ”Analisis merupakan usaha untuk memilih, memilah, membuang, menggolong-golongkan, menyusun ke dalam kategorisasi, mengklasifikasikan data untuk menjawab pertanyaan pokok”.

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut Muslihuddin (2009: 63),

Ada dua jenis data yang telah dapat dikumpulkan, yaitu data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif, misalnya mencari nilai rata-rata, persentase, dan keberhasilan belajar, dan data kualitatif yaitu data yang berupa informasi yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa, tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran, tentang aktifitas siswa, perhatian, kerja sama, kesungguhan dalam mengikuti pelajaran, antusias dalam belajar dan sejenisnya dapat dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam penelitian ini, data yang di analisis adalah data yang diperoleh dari pengamatan pelaksanaan penerapan teknik story

telling melalui media kotak musik, yaitu data kemampuan guru dalam

merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, data aktivitas siswa, dan data hasil belajar.

Setelah melakukan analisis data, kegiatan selanjutnya yaitu refleksi. Muslihuddin (2009: 64) menjelaskan bahwa,

Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada guru, siswa, dan suasana kelas. Pada bagian ini guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa, bagaimana, dan bagaimana tindakan telah menghasilkan secara meyakinkan.

(25)

melakukan kegiatan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan. Apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa atau tidak. Apabila dinilai bahwa pemecahan masalah belum mencapai hasil yang optimal maka perlu dilakukan perencanan siklus berikutnya hingga mencapai hasil belajar yang diinginkan.

E. Instrumen Penelitian

Hatimah dkk. (2007: 183) menyatakan,

Instrumen adalah alat bantu dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan metode pengumpulan data, misal metode wawancara instrumennya pedoman wawancara, metode angket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner, untuk metode tes adalah tes atau soal tes, untuk, untuk metode observasi adalah chek-list.

Adapun instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Lembar Observasi

Secara umum, observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu (Depdiknas, 2004: 31). Adapun lembar observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran langsung mengenai proses pembelajaran dalam tiap siklus, yang berkaitan dengan kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

2. Lembar Tes

(26)

perbuatan atau tindakan menurut Nurkancana (Sapriya, dkk., 2006: 46) adalah “Jawaban atau respon yang diberikan oleh anak berbentuk tingkah laku. Jadi anak berbuat sesuai dengan perintah atau pertanyaan yang diberikan”.

3. Pedoman Wawancara

Menurut Goetz dan LeCompte (Hermawan, 2007: 161) ”Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu”. Menurut Hopkins (Hermawan, dkk., 2007: 1610) ”Orang-orang yang diwawancarai dapat termasuk beberapa orang siswa, kepala sekolah, beberapa teman sejawat, pegawai tata usaha sekolah, dan orang tua siswa”.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pedoman wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara komunikasi langsung secara verbal. Pedoman wawancara akan berisikan sejumlah hal yang harus diungkap.

4. Catatan lapangan

Muslihuddin (2009: 60) menjelaskan, ”Catatan lapangan merupakan salah satu wujud dari pengamatan yang dapat digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa atau untuk melukiskan suatu proses”.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

a. Data Proses

Data proses yaitu berupa hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaan dengan menerapkan teknik story

telling melalui media kotak musik.

Data hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa, selanjutnya dirangkum dan dideskripsikan. Untuk mengolahnya yaitu berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut

1) Keaktifan

(27)

c) Siswa mau menceritakan kembali cerita yang telah didengarnya. 2) Kerjasama

a) Memberi bantuan kepada teman sekelompok.

b) Bertanggungjawab terhadap tugas yang harus diselesaikan. c) Siswa terlihat aktif dalam tugas kelompok.

3) Kesugguhan

a) Siswa menyimak penjelasan guru. b) Siswa menyimak cerita penuh antusias.

c) Menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh. Kriteria penilaian:

Skor 3 : Jika siswa melaksanakan 3 indikator. Skor 2 : Jika siswa melaksanakan 2 indikator. Skor 1 : Jika siswa melaksanakan 1 indikator. Skor maksimal : 9

Skor minimal : 3

Kemudian teknik pengolahan data untuk kinerja guru menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Adapun alat yang digunakan dalam mengobservasi kinerja guru tersebut adalah dengan menggunakan lembar observasi keinerja guru yang setiap pernyataan dalam format observasi tersebut diberikan skor dengan deskriptor sebagai berikut: Nilai 3 jika semua deskriptor nampak.

Nilai 2 jika dua deskriptor yang tampak. Nilai 1 jika hanya satu deskriptor yang tampak. Kriteria:

(28)

b. Data Hasil

Kriteria keberhasilan pembelajaran berbicara melalui penerapan teknik

story telling melalui media musik boks dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata

MINimal 66,67 atau 66,67%, sesuai dengan KKM yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 66,67. Jika hasil belajar bahasa Indonesia pada siklus I belum mencapai target yang ditetapkan maka dilakukan siklus II. Dalam penelitian ini data tes yang diambil berupa jawaban siswa terhadap jenis soal perbuatan dengan patokan yang telah ditentukan oleh sekolah khususnya pelajaran bahasa Indonesia.

Kemudian untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, digunakan rumus: (Sutardi dan Sudirjo, 2007: 9)

2. Analisis Data

(29)

1) Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari nilai hasil belajar siswa yang dapat dianalisi secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif.

2) Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metoda belajar yang baru, aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan seterusnya.

Untuk memudahkan penelitian dalam mengolah dan menafsirkan data maka data mentah yang diperoleh dirangkum dan dideskripsikan dalam bentuk matriks atau tabel-tabel penyajian.

G. Validasi Data

Validasi data pada penelitian ini merujuk pada pendapat Hopkins (Dedi, 2012: 35), yaitu:

1. Member check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

informasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara dengan cara mengkonfirmasikan dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir tindakan.

2. Triangulasi, yaitu cek, recek, dan cek silang data yang diperoleh dengan pihak terkait, dalam hal ini observer, untuk memperoleh kesimpulan yang objektif.

3. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode

pengumpulan data dengan cara mendiskusikannya dengan kepala sekolah.

4. Expert Opinion, yaitu pengecekan terakhir terhadap kebenaran temuan

peneliti kepada pakar profesional. Dalam hal ini peneliti mengkonsultasikan temuan kepada pembimbing.

Validasi data yang akan digunakan peneliti yaitu pertama dengan member

check, yakni dengan cara memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

(30)

kekurangan-kekurangan yang ditemukan untuk diperbaiki dalam tindakan selanjutnya. Ketiga, dengan audit trail, peneliti memperoleh arahan sebelumnya dari kepala sekolah dalam menentukan prosedur dan metode pengumpulan data. Keempat dengan

expert opinion, yaitu peneliti mengkonsultasikan semua data hasil temuan di

(31)

Reni Fatmawati, 2013

Penerapan Teknik Story Telling Melalui Media Kotak Musik Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Perencanaan penerapan teknik story telling melalui media kotak musik dilaksanakan melalaui tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan pembelajaran teknik story

telling melalui media kotak musik adalah mempersiapkan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi, mempersiapkan lokasi pengamatan, menyiapkan media kotak musik, dan mendiskusikannya dengan salah seorang guru sebagai observer. Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran semakin meningkat, pada siklus I hasil rata-rata yang diperoleh sebesar 86,7%, pada siklus II sebesar 97,8%, dan pada siklus III hasil rata-rata yang diperoleh sebesar 100%.

2. Pelaksanaan penerapan teknik story telling melalui media kotak musik dalam pembelajaran berbicara di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka, semakin baik, setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan menerapkan teknik story telling melalui media kotak musik. Hal ini dapat dilihat dari kinerja guru dan aktivitas siswa pada setiap siklusnya semakin meningkat. Untuk kinerja guru pada siklus I secara keseluruhan telah mencapai 87%, pada siklus II mencapai 93,6%, dan pada siklus III kinerja guru telah mencapai 98,1% dari seluruh aspek yang dinilai dan termasuk pada kriteria baik sekali. Selanjutnya untuk aktivitas siswa, pada siklus I yang termasuk pada kriteria baik 40%, pada siklus II mencapai 45%, dan pada siklus III yang termasuk pada kriteria baik 75%, hasil ini sudah sesuai target yang diharapkan, yaitu apabila secara keseluruhan yang termasuk kriteria baik ≥ 70%.

3. Kemampuan berbicara siswa semakin meningkat setelah penerapan teknik

(32)

nilai rata-rata pada tiap siklusnya, pada siklus I, nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 67,8 dan persentase ketuntasan sebesar 60%. Kemudian pada siklus II, nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 71,7 dan persentase ketuntasan sebesar 80%. Sedangkan pada siklus III nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 81,7 dan persentase ketuntasan sebesar 90%. Besarnya peningkatan nilai rata-rata dari tes awal ke siklus I sebesar 12,8, dari siklus I ke siklus II peningkatan nilai rata-ratanya sebesar 3,9 serta dari siklus II ke siklus III peningkatan nilai rata-ratanya sebesar 10. Selanjutnya untuk persentase ketuntasan, dari tes awal ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 25%, dan dari siklus I ke siklus II peningkatannya sebesar 20% serta dari siklus II ke siklus III peningkatannya sebesar 10%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penerapan teknik story telling melalui media kotak musik di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka, melalui pelaksanaan tindakan siklus I sampai dengan siklus III, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Bagi siswa

Dalam pembelajaran dengan menerapkan teknik story telling melalui media kotak musik, sebaiknya setiap siswa agar mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya dengan matang sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih mudah.

2. Bagi guru

(33)

3. Bagi sekolah dasar

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2013a). http://www.olifantschool.com/creative-entertainment-story-telling-dari-panggung-boneka/ [Diakses 5 Pebuari 2013].

Anonymous. (2013b). Pengaruh Penggunaan Metode Bercerita Dengan Gambar

Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Dini. [Online]. Tersedia:

http://malpalenisatriana.wordpress.com/2009/11/28/pengaruh-penggunaan- metode-bercerita-dengan-gambar-dalam-meningkatkan-kemampuan-membaca-dini/. [Diakses 5 Pebruari 2013].

Aqib, Zainal. (2006). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Surabaya: C.V. Yrama Widya

Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. (2006). Membangun Profesionalisme Guru

dan Pengawas Sekolah. Surabaya: C.V. Yrama Widya.

Caswinah (2011). Penerapan Teknik Story Telling (Bercerita) Untuk

Meningkatkan Kemampuan Mendengarkan Cerita Rakyat Pada Siswa Kelas V SD Negeri II Ciporang Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan. Skripsi. UNIKU. Tidak dipublikasikan.

Dedi (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kelompok Sindikat Dalam

Menceritakan Hasil Pengamatan di Kelas V SDN 3 Cipedes Kecamatan Ciniru Kabupaten Kuningan. Makalah. UPI Kampus Sumedang. Tidak

dipublikasikan.

Depdiknas. (2004). Materi Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas. (2005). Materi Terintegrasi IPS. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Djamarah dan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hartati, dkk., (2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Bandung: UPI PRESS.

Hermawan, Ruswandi, dkk. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah

Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Hatimah, Ihat dkk. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI PRESS.

Muslihuddin (2009). Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas dan

Sekolah. Panduan Praktis untuk Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung:

(35)

Resmini, dkk. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.

Resmini, dan Djuanda. (2006). Pendidikan dan Sastra Indonesia di Kelas

Rendah. Bandung: UPI PRESS.

Sapriya, dkk. (2006). Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI PRESS.

Setiartin, Titin. (2009). Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

(PLPG). Materi Berbicara dan Pembelajarannya. Tasikmalaya: Unsil.

Suherman. 2003. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika. Makalah. Disajikan dalam Acara Diklat CTL Bagi Guru-Guru SLTP se-Jawa Barat Pola 150 Jam. Tidak Dipublikasikan.

Sutardi dan Sudirjo. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI PRESS.

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trianto. (2010). Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Winataputra, U., dan Rosita, Tita. (1995). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Yuniawati dan Lisnawati, (2009). Bahasn Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi

(36)

Reni Fatmawati, 2013

Penerapan Teknik Story Telling Melalui Media Kotak Musik Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu

Anonymous. (2013a). http://www.olifantschool.com/creative-entertainment-story-telling-dari-panggung-boneka/ [Diakses 5 Pebuari 2013].

Anonymous. (2013b). Pengaruh Penggunaan Metode Bercerita Dengan Gambar

Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Dini. [Online]. Tersedia:

http://malpalenisatriana.wordpress.com/2009/11/28/pengaruh-penggunaan- metode-bercerita-dengan-gambar-dalam-meningkatkan-kemampuan-membaca-dini/. [Diakses 5 Pebruari 2013].

Aqib, Zainal. (2006). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Surabaya: C.V. Yrama Widya

Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. (2006). Membangun Profesionalisme Guru

dan Pengawas Sekolah. Surabaya: C.V. Yrama Widya.

Caswinah (2011). Penerapan Teknik Story Telling (Bercerita) Untuk

Meningkatkan Kemampuan Mendengarkan Cerita Rakyat Pada Siswa Kelas V SD Negeri II Ciporang Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan. Skripsi. UNIKU. Tidak dipublikasikan.

Dedi (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kelompok Sindikat Dalam

Menceritakan Hasil Pengamatan di Kelas V SDN 3 Cipedes Kecamatan Ciniru Kabupaten Kuningan. Makalah. UPI Kampus Sumedang. Tidak

dipublikasikan.

Depdiknas. (2004). Materi Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas. (2005). Materi Terintegrasi IPS. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Djamarah dan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hartati, dkk., (2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Bandung: UPI PRESS.

Hermawan, Ruswandi, dkk. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah

Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Hatimah, Ihat dkk. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI PRESS.

Muslihuddin (2009). Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas dan

Sekolah. Panduan Praktis untuk Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung:

(37)

Resmini, dkk. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.

Resmini, dan Djuanda. (2006). Pendidikan dan Sastra Indonesia di Kelas

Rendah. Bandung: UPI PRESS.

Sapriya, dkk. (2006). Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI PRESS.

Setiartin, Titin. (2009). Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

(PLPG). Materi Berbicara dan Pembelajarannya. Tasikmalaya: Unsil.

Suherman. 2003. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika. Makalah. Disajikan dalam Acara Diklat CTL Bagi Guru-Guru SLTP se-Jawa Barat Pola 150 Jam. Tidak Dipublikasikan.

Sutardi dan Sudirjo. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI PRESS.

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trianto. (2010). Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Winataputra, U., dan Rosita, Tita. (1995). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Yuniawati dan Lisnawati, (2009). Bahasn Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi

Gambar

Gambar 3.1 Denah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik
Tabel 3.1 Daftar Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik
Tabel 3.2 Data Siswa dan Rombel
Tabel 3.3 Daftar Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunungmanik
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan biomassa dan stok karbon Arboretum USU No

Game tersebut berfungsi selain untuk hiburan dan refreshing namun berguna juga bagi perkembangan intelektual, karena game ini memadukan konsentrasi fikiran dan kecepatan tangan

Analisis F aktor-F aktor yang Mempengaruhi P engembalian P embiayaan Agribisnis pada Bank Umum Syariah (Studi.. Kasus ada BMI

[r]

[r]

Memecah kan masalah yang berkaitan dengan tabung, kerucut dan bola  Menggunakan rumus luas selimut dan volume untuk. memecahkan masalah yang berkaitan dengan tabung, kerucut

10 Saya memiliki anggapan bahwa dalam keluarga harus ada anak laki-laki jadi tidak perlu vasektomi/MOP*. 3 Saya merasa vasektomi (MOP) dapat mengurangi

[r]