BADAN PADA PT. AUSTRALIAN BELT SCRAPER INDONESIA.
SKRIPSI
Diajukan Untuk persyaratan dan Penulisan skripsi akhir Studi Program S1Program Studi Akuntansi
Oleh
INDRA NUGRAHA 1106093
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ANALISIS EKUALISASI SPT PPN MASA DENGAN SPT PPH
BADAN PADA PT. AUSTRALIAN BELT SCRAPER INDONESIA
Oleh Indra Nugraha
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© 2014 Indra Nugraha Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
SKRIPSI
Oleh:
Indra Nugraha
1106093
Telah disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing
Aristanti Widyaningsih,S.Pd.,M.Si NIP. 19740911 200112 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi FPEB UPI
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR
ISI
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1 Kajian Pustaka ... 12
2.1.2.1 Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai ... 18
2.1.2.2 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai ... 19
2.1.2.3 Subyek Pajak Pertambahan Nilai ... 20
2.1.2.4 Obyek Pajak Pertambahan Nilai ... 20
2.1.2.5 Tarif Pajak Pertambahan Nilai ... 21
2.1.3.2 Subjek Pajak Penghasilan ... 23
3.2.1 Desain Penelitian ... 40
3.2.2 Definisi Operasionalisasi Variable ... 41
3.2.3 Populasi dan Sampel ... 43
3.2.4 TekhnikPengumpulan Data ... 44
3.2.5 Teknik Analisis Data ... 45
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
5.1 Kesimpulan ... 68
5.2 Saran-saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA
ANALISIS EKUALISASI SPT PPN MASA DENGAN SPT PPH
BADAN PADA PT. AUSTRALIAN BELT SCRAPER
INDONESIA.
Oleh : Indra Nugraha
Pembimbing : Aristanti Widyaningsih,S.Pd.,M.Si
ABSTRAK
Dalam suatu negara Anggaran Perbelanjaan Negara (APBN). Penerimaan Negara dari sektor Perpajakan masih menjadi primadona di berbagai negara khususnya di Indonesia. Dalam upayanya memasukan sumber pendapatan dari sektor perpajakan pemerintah melakukan berbagai upaya diantaranya melakukan pemeriksaan kepada wajib pajak. Ekualisasi merupakan salah satu tekhnik pemeriksaan yang dilakukan pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak dalam hal pemeriksaan pajak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab selisih dalam peredaran usaha antara PPN masa dan PPh Badan PT. Australian Belt Scraper Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Metode yang digunakan dalam melakukan analisis ekualisasi pajak ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif kuantitaif dengan pendekatan uji rata-rata. Hasil penelitian menunjukan adanya peredaran usaha antara PPN masa dan PPh Badan. Perbedaan tersebut dikarenakan oleh beberapa hal, antara lain oleh selisih kurs atas penyerahan yang dilakukan dengan mata uang asing, potongan penjualan yang diberikan oleh pihak manajemen perusahaan, penggunaan Barang Kena Pajak atas Kegiatan Membangun Sendiri serta penyerahan beda masa.
iv
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ANALYSIS OF THE EQUALIZATION PERIOD WITH VAT SPT
AND TAX INCOME AT PT. AUSTRALIAN BELT SCRAPER.
By :
Indra Nugraha
Counselor : Aristanti Widyaningsih,S.Pd.,M.Si
ABSTRACT
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari
pengelolaan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah untuk
mengatur pengeluaran dan penerimaan negara dalam rangka membiayai
pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan serta mencapai
pertumbuhan ekonomi. APBN ditetapkan setiap tahun dan dilaksanakan untuk
kemakmuran rakyat, penetapan APBN sendiri dilakukan setelah ada pembahasan
dengan pihak-pihak terkait, dalam hal ini Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) hingga kepada Dewan Perwalian Rakyat Daerah (DPRD), hal ini diatur
dalam Undang-Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
Defisitnya Anggaran Pembelanjaan Negara (APBN) yang mengacu pada
Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), semakin besarnya hutang negara
yang bersumber dari tidak selarasanya kebijakan fiskal, diantaranya depresiasi
nilai tukar rupiah ataupun meningkatnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), serta realisasi penerimaan yang di bawah target merupakan masalah
kompleks yang dihadapi Indonesia pada saat ini dalam mengatur APBN. Dalam
rangka pemenuhan kebutuhan belanja Negara sekaligus untuk menjaga
sumber-sumber penerimaan dalam negeri, terutama dari penerimaan perpajakan
sebagai sumber utama pendapatan negara terus ditingkatkan oleh pemerintah.
Secara struktural pajak memberikan kontribusi sebesar 70%-80% dalam
pendapatan negara, sementara pajak dalam negeri menguasai rata-rata 96% dari
total penerimaan perpajakan dalam kurun waktu empat tahun. Kontribusi Pajak
Penghasilan masih menjadi yang terbesar dari sumber pendapatan perpajakan,
yaitu sebesar 52%, adapun Pajak Pertambahan Nilai merupakan komponen kedua
terbesar dari penerimaan Negara, yang memberikan kontribusi sebesar 32% dari
pendapatan perpajakan di Indonesia
Sumber: http://www.pajak.go.id (2013)
Optimalisasi dilakukan pemerintah dalam menggali sumber-sumber
pendapatan negara, baik yang berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) tanpa mengesampingkan stabilitas perekonomian negara, upaya yang
dilakukan pemerintah antara lain dengan cara peninjauan kembali bagian 0%
8%
44% 32%
4% 1%
10% 1%
Penerimaan Pajak Dalam Negeri
URAIAN PPh MIGAS PPh NON MIGAS PPN DAN PPnBM
3
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pemerintah atas laba BUMN (pay out ratio). Pada sektor perpajakan optimalisasi
yang dilakukan pemerintah antara lain dengan cara penyisiran (canvassing)
terhadap kegiatan usaha di sentra-sentra ekonomi tertentu, pengembangan sistem
informasi dan monitoring perpajakan yang terintegrasi, serta peningkatan kualitas
aparatur, pengawasan administratif, pemeriksaan, penyidikan, penagihan secara
aktif, dan penegakan hukum. Bahkan baru-baru ini dikembangkan pajak yang
dikenakan atas rokok, pajak atas rokok sendiri didasarkan pada cukai rokok
dengan tarif 10% dari cukai rokok. Menurut Undang-Undang PDRB nomor 28
Tahun 2009, cukai ialah pungutan yang dikelola oleh pemerintah pusat dengan
berdasarkan tarif tertentu dari proses produksi barang-barang yang diatur
Undang-Undang dan berfungsi untuk mengatur barang tersebut demi kepentingan
masyarakat, sedangkan pajak rokok sendiri ialah pungutan yang dikelola oleh
pemerintah daerah dan tidak tergantung kepada harga produksi setiap barang
tertentu.
Stabilitas ekonomi serta tingkat kesejahteraan masyarakat merupakan faktor
yang sangat berpengaruh langsung dalam mendongkrak penerimaan pajak
(Laurens Bahang, 2011). Sementara itu, pemerintah yang didampingi oleh KPK
berupaya secara terus menerus menghilangkan hangusnya pendapatan negara dari
sektor perpajakan (Bibit Samad, 2010), besarnya potensi kehilangan penerimaan
negara dari sektor pajak pada tahun 2010 sebesar 50 triliun rupiah yang meningkat
Hilangnya penerimaan Negara dari sektor pajak, tidak lepas dari usaha
yang dilakukan wajib pajak untuk melakukan perlawanan terhadap pemungutan
pajak itu sendiri. Perlawanan pajak sendiri dapat dideskripsikan sebagai
hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak, baik yang disebabkan oleh kondisi
negara dan rakyatnya maupun disebabkan oleh usaha-usaha wajib pajak yang
disadari ataupun tidak, dalam proses pemasukan pajak sebagai sumber
penerimaan negara (Santoso Brotodiharjo, 2003;56). Hal perlawanan pasif
ataupun aktif yang dilakukan wajib pajak, terkadang reaksi ketidakpuasan
terhadap aturan dan sistem perpajakan itu sendiri.
Perlawanan pasif terdiri dari usaha-usaha wajib yang mempersulit
pemungutan pajak yang erat hubungannya dengan strukur ekonomi,
pengembangan intelektual, dan moral dalam sistem pemungutan pajak, sedangkan
perlawanan aktif merupakan semua usaha dan perbuatan yang secara langsung
ditunjukan kepada fiskus yang bertujuan untuk menghidari pajak (Santoso
Brotodiharjo, 2003;57).
Dalam pelaporan pajak di Indonesia, tidak samanya dasar pengenaan pajak
yang dilaporkan pada jenis pajak satu dan lainnya dapat menimbulkan salah
persepsi kepada pemeriksa pajak serta dapat terjadi indikasi kecurangan pajak.
Pada hakikatnya perbedaan tersebut dapatlah terjadi, hal ini diakibatkan
perbedaan prinsip antara beberapa jenis pajak di Indonesia. Salah satu fenomena
yang terjadi ialah pada BUT Hyundai Heavy Industries yang melaporkan
5
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
SPT PPN sebesar 522 miliar rupiah, sekilas perbedaan tersebut dapat terlihat
seperti upaya penghindaraan pajak oleh perusahaan dan negara berpotensi
kehilangan pajak sebesar 5,75 miliar rupiah, tetapi setelah diteliti kembali
perbedaan tersebut timbul karena perusahaan konstruksi dijinkan menggunakan
metode presentase penyelesaian dalam perhitungan penghasilan kena pajak dan
pelunasan PPh Badan tahun berjalan sesuai dengan PP No 138 Tahun 2000.
Peredaran usaha yang diakui pada SPT PPh Tahunan adalah setiap
transaksi penjualan yang berkaitan dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh
setiap wajib pajak, penghasilan dari penjualan barang ataupun jasa pada umumnya
diakui pada saat realisasi transaksi atau pada saat penyerahan hak kepemilikan
kepada konsumen sesuai dengan prinsip yang digunakan dalam akuntansi yang
dimana menggunakan prinsip cash basis dan mengacu pada sistem akuntansi yang
berlaku (Indonesia tax Review, Volume II Edisi 18/2011). Peredaran usaha yang
diakui dalam Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sendiri ialah, seluruh penyerahan
atau penerimaan BKP atau JKP yang timbul karena faktor objektifnya (Ikatan
Akuntansi Indonesia, 2006).
Dalam sistem perpajakan di Indonesia penjualan dan penyerahan barang
atau jasa kena pajak yang dikenakan PPN haruslah diiringi oleh penerbitan faktur
pajak, yang mana pembuatan serta penerbitan faktur pajak itu sendiri paling
lambat adalah akhir bulan pada bulan penyerahan barang atau jasa kena pajak itu
sendiri. Dengan demikian pelaporan peredaran usaha yang dilaporkan pada SPT
SPT PPh Tahunan menggunakan prinsip Cash Basis serta berpedoman pada
sistem pencatatan akuntansi yang berlaku, sedangkan PPN sendiri menggunakan
prinsip Accrual Basis, yang berpedoman pada Ketentuan Undang-Undang
Perpajakan (KUP), khususnya nomor 42 tahun 2009.
Dengan adanya perbedaan prinsip serta pengakuan akan peredaran usaha
padan PPh Badan ataupun PPN, maka tidak menutup kemungkinan untuk Wajib
Pajak melakukan penggelapan pajak ataupun terjadinya salah persepsi antara
fiskus dan wajib pajak , oleh karena itu proses identifikasi dapatlah dilakukan oleh
pihak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
mengenai perbedaan jumlah peredaran usaha yang dilaporkan dalam SPT PPh
Tahunan dan SPT PPN masa dalam satu periode pajak. Dengan adanya
pemeriksaan tersebut, Wajib Pajak diharapkan dapat menjembatani,
mengklarifikasi dan menjelaskan penyebab timbulnya perbedaan yang timbul
kepada fiskus yang disertai dengan dokumen pendukungnya.
Ekualisasi atau yang lebih dikenal dengan pemeriksaan tingkat
keseimbangan satu pajak dengan jenis pajak lainnya yang memiliki hubungan
akan tetapi terdapat perbedaan prinsip. Pada dasarnya teknik pemeriksaan
ekualisasi ataupun rekonsiliasi bukanlah sesuatu yang baru bagi pemeriksa pajak.
Ekualisasi dalam pemeriksaan sendiri telah diatur oleh Direktorat Jenderal Pajak
dalam tata cara pelaksanaanya, ekualisasi dalam bidang perpajakan diatur dalam
7
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Penggunaan Metode dan Tekhnik Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
Dalam hal Ekualisasi PPH Badan dan PPN masa adalah kegiatan
membandingkan peredaran usaha dalam SPT PPh Tahunan dan total penyerahan
usaha pada SPT PPN masa yang sesuai ketentuan yang berlaku, yaitu
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 untuk PPN dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 mengenai PPh Badan. Peredaran usaha yang diidentifikasi dalam proses
ekualisasi merupakan peredaran usaha dalam satu periode pajak yang dilaporkan
pada SPT PPh Badan serta SPT PPN masa.
Pada dasarnya penelitian mengenai ekualisasi bukanlah penelitian yang
baru pada saat ini yang dilakukan dalam bidang akademik. Pada tahun 2010
Ekualisasi diteliti oleh Ria Embriani Lumbaturoan dari Universitas Bina
Nusantara Jakarta, adapun perbedaan pada penelitian ini adalah peneliti lebih
fokus kepada proses ekualisasi di perusahaan berjenis usaha perdagangan dan
tidak ada metode seperti penelitian terdahulu yang berjenis usaha jasa konstruksi
serta metode yang digunakan oleh penulis. Selain penelitian yang dilakukan Ria
Embriani Lumbaturoan tersebut, ekualisasi pernah menjadi penelitian yang
dilakukan oleh Fita Christianty pada tahun 2011, perbedaan pada penelitian kali
ini adalah pada jenis pajak yang dijadikan objek penelitian, adapun jenis pajak
yang diteliti pada penelitian tersebut adalah Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pajak
PT. Australian Belt Scraper Indonesia merupakan badan usaha yang
bergerak dalam perdagangan, hal ini dikarenakan PT. Australian Belt Scraper
Indonesia membeli produk hasil olahan bumi dari perusahaan setempat yang
kemudian dieksport ke berbagai mancanegara, terlepas dari pada itu PT.
Australian Belt Scraper Indonesia sendiri menjual berbagai macam peralatan dan
mesin industri pertambangan dari perusahaan indukan di Negara Australia.
Penelitian ini dilakukan pada tahun buku 2010 sampai dengan tahun buku 2012,
yang dikarenakan pada tahun PT. Australian Belt Scraper melakukan periode
pembukan yang berbeda dengan kebanyakan perusahaan lainnya (April s/d
Maret), hal ini dikarenakan perusahaan merupakan salah satu perusahaan
Permodalan Milik Asing (PMA) yang diperkenankan menggunakan metode
pembukuan tersebut.
Dengan metode pembukuan tersebut sangatlah memungkinkan terjadi
perbedaan antara peredaran usaha yang dilaporkan pada PPN dan PPh Badan,
perbedaan tersebut dapatlah menimbulkan salah persepsi baik berasal dari fiskus
dengan Wajib Pajak itu sendiri, dan tentunya dapat mempengaruhi pajak terutang
khususnya PPh Pasal 25, maka melalui penelitian ini peneliti mencoba untuk
membandingkan, menelusuri dan menjelaskan perbedaan yang terjadi dengan
proses ekualisasi antara SPT PPN masa dan SPT PPh Badan dalam satu periode
pembukuan.
Terdapat risiko yang dihadapi wajib pajak atau pengusaha apabila
9
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang harus ditanggung oleh wajib pajak berupa konsekuensi sanksi perpajakan
yang akan dikenakan kepada wajib pajak, jika perbedaan tersebut menjadi temuan
pemeriksa pajak dan diindikasikan sebagai pelanggaran terhadap pemenuhan
kewajiban perpajakan sesuai dengan Ketentuan Undang-Undang Perpajakan
(KUP). Dokumen yang digunakan oleh fiskus dalam menentukan besarnya PPh
Badan yang dibebankan kepada Wajib pajak ialah laba rugi fiskal, yang dimana
dokumen berasal dari laba rugi komersial yang di sesuaikan pembebanannya
berdasarkan Ketentuan Undang-Undang Perpajakan. Atas dasar tesebut risiko
yang ditanggung wajib pajak akan semakin nayata apabila persepsi fiskus dalam
hal ini mengatakan adanya pelanggaran yang dilakukan wajib pajak dalam
penyampaian laba rugi fiskal khususnya pada peredaran usaha.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis berencana untuk melakukan
penelitian yang berjudul :
“ANALISI EKUALISASI SPT PPN MASA DENGAN SPT PPH
BADAN PADA PT. AUSTRALIAN BELT SCRAPER INDONESIA
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah umum mengenai penelitian yang dilaksanakan. Adapun identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses dan analisis deskripsi ekualisasi antara SPT PPN dan
2. Apakah terdapat perbedaan peredaran usaha antara SPT PPN masa dan
SPT PPh Badan di PT. Australian Belt Scraper Indonesia
1.3Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud Peneltian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan peredaran
usaha yang dilaporkan pada SPT PPN masa dengan SPT PPh Badan dalam satu
periode pencatatan dan proses ekualisasi yang dilakukan, guna menemukan
penyebab terjadinya perbedaan pelaporan peredaran usaha yang tertera pada
kedua SPT tersebut serta menilai perspektif Wajib Pajak dan Fiskus mengenai
laporan laba rugi fiskal.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas maka penelitian ini dilaksanakan
dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui proses ekualisasi SPT PPN dan SPT PPh Badan serta
faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan peredaran usaha atas kedua
SPT tersebut.
2. Untuk mengetahui jumlah peredaran usaha antara SPT PPN masa dan SPT
PPh Badan dan selisih yang ditimbulkan.
1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
Melalui hasil penelitian ini, peneliti berharap agar hasil penelitian ini bisa
11
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengaplikasian teori selama masa studi di Unviersitas dengan kenyataan yang ada
di lapangan. Selain itu, penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan
kegunaan dalam kajian berikutnya dalam bidang akuntansi perpajakan, yang
khususnya dalam bidang ekualisasi SPT PPN masa dengan SPT PPh Badan.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Bagi Perusahaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangsih
pemikiran dalam identifikasi dan dalam hal ekualisasi pada SPT PPN
Masa dan SPT PPh Badan serta dapat membantu perusahaan dalam
menjembatani selisih peredaran usaha yang terjadi antara SPT PPN dan
SPT PPh Badan pada PT. Australian Belt Scraper Indonesia..
2. Untuk Peneliti Selanjutnya.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam pemikirian
yang dapat dijadikan kajian lebih lanjut dalam penelitian-penelitian
selajntunya, khususnya dalam bidang akuntansi perpajakan mengenai
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian pada penulisan skripsi ini ialah ekualisasi antara SPT
PPN masa dengan SPT Tahunan PPh. Penelitian ini dilakukan di PT. Australian
Belt Scraper Indonesia yang bertempat di Jalan Cihampelas No 48-B Bandung..
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan menggunakan pendekatan secara kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang
kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian
yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data
numeric (angka), dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui
hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan
kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus dengan analisis
deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012:206) metode analisis deskriptif
adalah:
“metode yang digunakan untuk menganalis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.”
Sedangkan metode penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2012:13) adalah:
“ Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
40
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”
Berdasarkan pengertian diatas, maka penelitian yang dilakukan adalah
dengan metode deskriptif kuantitatif yaitu suatu bentuk penelitian yang
berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian secara sistematis mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat dari obyek yang diteliti dengan menggabungkan
hubungan antar variabel yang terlibat didalamnya, kemudian diinterpretasikan
berdasarkan teori-teori dan literatur-literatur yang berhubungan dengan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan. Metode ini bertujuan untuk
memberikan gambaran yang cukup jelas atas masalah yang diteliti.
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan
dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan
baik dan sistematis. Pengertian desain penelitian menurut Moh.Nazir (2003:84)
menyatakan bahwa ”Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan
dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.
Dari uraian tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian
merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam
melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan
penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.
Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
1. Menganalisa Laporan Keuangan perusahaan baik komersial maupun
fiskal pada tahun pencatatan 2010 sampai dengan 2012 dan SPT
Tahunan PPh badan tahun 2010 sampai dengan 2012, untuk
mengetahui jumlah peredaran usaha yang diakui pada Laporan
Keuangan selama tiga tahun.
2. Menganalisa SPT Masa PPN, untuk mengetahui peredaran usaha
yang dilaporkan periode April – Maret tahun 2010 sampai dengan
2012. Hal ini dapat diketahui dari besarnya total pajak keluaran yang
dilaporkan dibagi dengan 10% (sepuluh persen).
3. Membandingkan jumlah peredaran usaha yang diakui pada SPT PPh
Tahunan dan SPT PPN masa serta meneliti perbedaan yang ada
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.138 tahun 2000 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak
Penghasilan Dalam Tahun Berjalan.
4. Memasukan data-data yang diperoleh peneliti dari buku besar wajib
Menguji kedua data untuk mendapatkan data yang valid dan reliable
dengan menggunakan pendekatan uji beda atau tstudent
5. Menarik kesimpulan penelitian berdasrkan data dan hasil
dokumentasi yang diperoleh
3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variable
Operasionalisasi variabel merupakan suatu tindakan dalam membuat
42
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
analisa proses ekualisasi berpengaruh pada peredaran usaha yang diakui, maka
peneliti menentukan operasionalisasi variabel sebagai berikut :
1. Variable Independent (X)
Variable independent atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
variabel lainnya dan merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variable dependent (variable terikat). Data yang menjadi variabel
bebas (Variabel X) adalah Ekualisasi antara SPT PPN masa dan SPT PPh
Badan.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variable
Variable Konsep Variabel Indikator Skala
Bebas (X1) : Ekualiasi SPT PPN
ekualisasi pajak adalah pemeriksaan tingkat keseimbangan antara satu jenis
pajak dengan jenis pajak yang lain yang memiliki hubungan
pajak dengan jenis pajak yang lain yang memiliki hubungan Agus Setiawan (2008;132)
Peredaran usaha/ Total Penjualan
3.2.3 Populasi dan Sampel
3.2.3.1 Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiyono (2006:72) ialah ”wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan”. Berdasarkan pengertian tersebut, populasi
merupakan subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu
yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian maka yang menjadi populasi
sasaran dalam penelitian ini adalah berupa data SPT PPN masa dari mulai
Maret-April 2010 sampai dengan 2012, serta SPT PPh Badan tahun 2010 sampai dengan
2012.
3.2.3.2 Sampel
Pengertian sampel menurut Sugiyono (2006:56) adalah sebagai berikut
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.” berdasarkan pengertian tersebut, diketahui bahwa sampel merupakan
bagian dari populasi dan dapat mewakili populasi secara keseluruhan.
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah non
probability sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang sama untuk dipilih menjadi sampel. Jumlah populasi yang
pada penelitian ini relatif kecil, karena semua anggota populasi dijadikan sampel,
maka metode yang digunakan dalam penarikan sampel adalah metode sampling
44
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut sugiyono (2009:124) menjelaskan mengenai pengertian sampling
jenuh adalah ”penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel.” Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan anggota populasi dianggap
homogen. Jumlah populasi sebanyak 36 bulan, karena penelitian ini menggunakan
sampling jenuh maka jumlah sampel yang penulis tentukan yaitu SPT PPN masa
dan SPT PPh Badan selama 36 bulan dari bulan April tahun 2010 sampai dengan
bulan Maret 2013 yang merupakan akhir dari pembukan tahun 2012.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan.
Studi kepustakaan dimaksud untuk memperoleh teori yang mendukung
dalam pengolahan data sekunder yang diperoleh, adapun teknik ini
dilakukan dengan mempelajari buku-buku, artikel dan literatur yang
berhubungan dengan materi yang digunakan sebagai sebagai landasan
teori bagi penganilsaan data primer untuk menunjang dan memperkuat
dugaan dalam pembahasan masalah.
b. Penelitian lapangan (Field Reserarch)
Penelitian lapangan dilakukan oleh peneliti secara langsung di
perusahaan yang dijadikan subjek penelitian, adapun penelitian lapangan
1. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini dengan cara mengumpulkan
data sekunder yaitu laporan SPT PPN masa, SPT PPh Badan serta
laporan keuangan perusahaan manufaktur yang dijadikan bahan
acuan untuk melaporkan peredaran usaha yang diakui perusahaan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dalam bentuk tanya jawab dengan
pihak-pihak yang terkait dan mempunyai kewenangan mengenai
masalah yang berhubungan dengan materi penelitian. Dalam hal
ini yang menjadi informan bagi peneliti ialah Finance and
Accounting Manager, Accounting and Tax Staff, Supervisior di
lapangan, serta Account Representative dimana subjek penelitian
terdaftar sebagai Wajib Pajak.
3.2.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Menurut Sugiyono
(2011: 147) menyatakan kegiatan dalam analisis data adalah:
Mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Statistik yang digunakan dalam metode penelitian kuantitatif tebagi dua,
46
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang digunakan adalah statistik deskriptif, karena peneliti tidak mengambil
sampel dari subjek penelitian. Menurut Sugiyono statistik deskriptif ialah statistik
yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono,2011:147).
Berikut langkah-langkah analisis data yang dilakukan peneliti dalam
penelitian ini :
1. Melakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan pengakuan
peredaran usaha pada PPN dan PPh Badan
2. Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), yang
secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ho : ρ ≠ ; Tidak terdapat perbedaan peredaran usaha antara SPT
PPN Masa dan SPT PPh Badan
Ha : ρ ≠; Terdapat perbedaan peredaran usaha antara SPT PPN
Masa dan SPT PPh Badan
3. Menentukan taraf nyata yang dikehendaki, pada penelitian ini taraf
nyata atau signifikansi yang digunakan adalah 0,05 karena jumlah
data yang diteliti menunjukan adanya hubungan variabel yang
cukup nyata.
4. Menentukan perhitungan statistik yang digunakan untuk kedua
variabel yang diuji serta menguji hipotesisnya, serta menghitung
adalah uji hipotesis selisih (uji beda), sesuai dengan yang diterangkan
oleh Sugiyo o 1 ;5 u tuk e getahui ada tidak ya perbedaa
yang signifikan antara dua variabel yang diuji, digunakan uji beda
karena data rata-rata berasal dari dua yang berhubungan (related) dan
dari a ggota ya g sa a . Maka etode statistik ya g digu aka adalah
sebagai berikut :
thitung = ̅ ̅
√
dimana,
thitung = Sebaran t student
̅
=
Rata-rata sampel 1 (satu), yaitu besarnya peredaran usahamenurut PPN Masa selama 3 tahun atau 36 bulan.
̅
= Rata-rata sampel 2 (dua), yaitu besarnya peredaran usaha menurutPPh Badan selama 3 tahun atau 36 bulan.
µ
1 = Populasi sampel 1 yang diambil, yang dimana ialah peredaranusaha PPN masa selama 3 tahun atau 36 bulan.
µ
2 = Populasi sampel 2 yang diambil, yang dimana ialah peredaranusaha yang diakui PPh Badan selama 3 tahun atau 36 bulan.
n
1 = Banyaknya Sampel 1n
2 = Banyaknya Sampel 248
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
S12= Varians Sampel ke-1 S22 = Varians Sampel ke-2
karena dalam pengujian hipotesis ini adalah Ho : µ1 = µ2, maka
rumus uji hipotesis selisih rata-rata dapat disederhanakan menjadi :
thitung = ̅ ̅
√
S =
√
S
₁
=
√
∑
∑
S
=
√
∑
∑
5. Membandingkann nilai t hitung dengan ttabel (batas wilayah kritis)
6. Mencari faktor yang menyebabkan timbulnya perbedaan antara
nilai rata-rata PPN dan PPh Badan.
7. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil dan analisa yang penulis
BAB V
KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai ekualisasi SPT
PPN masa dan SPT PPh Badan selama 36 bulan di PT. Australian Belt Scraper
Indonesia, maka dapat disimpukan bahwa :
1. Proses ekualisasi yang dilakukan peneliti berdasarkan data yang
diperoleh dari penjualan yang dicatat pada buku besar serta SPT PPN
masa, adapun langkah ekualisasi pada penelitian ini antara lain
a. Mengumpulkan data-data penjualan pada buku besar yang
dicatat berdasarkan PSAK yang berlaku, serta dijadikan acuan
dalam penentuan besarnya PPH Badan yang terhutang.
b. Mengumpulkan data-data penjualan pada SPT PPN yang
dicatat dan dilaporkan perusahaan sesuai dengan Ketentuan
Umum Perpajakan (KUP).
c. Membandingkan seluruh penjualan yang didapat peneliti,
dengan sumber yang berbeda dan aturan yang berbeda.
d. Mencari faktor-faktor yang menyebabkan selisih penjualan
yang diakui pada buku besar perusahaan dengan SPT PPN
masa yang telah dilaporkan perusahaan.
e. Menganalisa faktor-faktor penyebab selisih dengan aturan
69
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
f. Melakukan perhitungan kembali penjualan bersih yang
dilakukan perusahaan, guna menentukan Pajak Penghasilan
yang terhutang.
2. Terdapat perbedaan pengakuan peredaran usaha antara SPT PPN masa
dan SPT PPh Badan, yang mana pada tahun 2010 selisih yang timbul
antara kedua SPT ini sebesar Rp106.350.574,00 pada tahun 2011 selisih
yang ditimbulkan ialah sebesar Rp52.872.800,00 dan terakhir pada tahun
2012 selisih yang ditimbulkan mencapai Rp149.896.350,00 Melalui uji
hipotesis rata-rata (uji beda), dapat dibuktikan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pengakuan peredaran usaha antara kedua jenis SPT yang
diakui PT. ABS Indonesia. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan
perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Potongan Harga penjualan.
Selisih yang ditimbulkan dikarenakan SPT PPN masa mengakui
sepenuhnya Dasar Pengenaan Pajak atas penyerahan Barang atau
Jasa Kena Pajak tersebut sedangkan pada SPT PPh Badan
mengakui Dasar Pengenaan Pajak tersebut setelah potongan
penjualan.
b. Perlakuan Beda Masa
Selsih yang ditimbulkan dari perlakuan beda masa dikarenakan
terdapat penyerahan yang diakui oleh SPT PPh Badan sebagai
penjualan yang bersifat accrual basis, sedangkan pada SPT PPN
penyerahan BKP atau JKP diakui setelah faktur pajak diterbitkan
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang
perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983,
tentang pajak pertambahan nilai barang dan jasa serta pajak
penjualan atas barang mewah.
c. Transaksi Valuta Asing
Perbedaan yang timbul diakibatkan oleh transaksi yang
menggunakan valuta asing dan dikonversi kemata uang Rupiah
pada tanggal yang berbeda.
d. Kegiatan Membangun Sendiri
Selisih dikarenakan penggunaan Barang Kena Pajak untuk
kepentingan perusahaan, dengan pengakuan Dasar Pengenaan
Pajak pada SPT PPN masa sebesar 40% dan tidak diakui pada
SPT PPh Badan sebagai penjualan.
5.2 Saran –Saran
Sehubungan dengan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan
beberapa hal :
1. Saran- Saran untuk subjek penelitian.
a. Sebaiknya proses ekualisasi dilakukan terlebih dahulu oleh
perusahaan sebelum mengajukan pengembalian atas kredit pajak
71
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dijadikan sebagai acuan oleh perusahaan dalam menentukan jumlah
penjualan yang telah dilakukan perusahaan dan memberikan
kepastian hukum atas faktor-faktor yang menyebakan perbedaan,
sehingga pemeriksa pajak tidak akan memandang bahwa perusahaan
telah melakukan tax avoidence atau penghidaran pajak.
b. Melaporkan penyerahan BKP atau JKP dalam rangka penyerahan
keluar daerah pabean dengan kurs yang sama antara PPN dan PPh
Badan, hal ini dikarenakan BKP tersebut tidak terutang PPN,
sehingga tidak akan menimbulkan masalah dikemudian hari jika
menggunakan kurs pada saat pengakuan BKP atau JKP oleh PPh
Badan.
2. Saran-Saran untuk peneliti selanjutnya.
a. Dalam hal penelitian yang dilakukan pada perusahaan jasa. Peneliti
dapat menggunakan Bukti PPh 23 Dipotong ataupun SPT PPh 23
Dipotong untuk melakukan ekualisasi dengan SPT PPN Masukan
ataupun SPT PPN keluaran ataupun dengan SPT PPh Badan.
b. Dapat hal ekualisasi peneliti selanjutnya dapat berpedoman kepada
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indoneisa Nomor
17/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara Pemeriksaan dalam bidang
perpajakan dalam memperemudah peneliti melakukan untuk semua
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agus Setiawan. (2008). Panduan Perpajakan. Jakarta: PT. Graphindo Media Utama.
Aristanti Widyaningsih. (2011). Hukum Pajak dan Perpajakan dengan
Pendekatan Mind Map. Bandung : CV Alfabeta.
Brotodiharjo,R.S. (2003). Pengantar Ilmu Pajak. Bandung : PT. Refika Aditama.
Erly Suandy . (2000). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Furqon. (2009). Statistika terapan Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta
Guando. (2004). Akuntansi Pajak. Jakarta: PT Graznido.
Judiesno, Rimsky K. (2002). Pajak dan Strategi Bisnis, Suatu Kepastian
Hukum dan Penerapan Akuntansi Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama
Mardiasmo.(2009). Perpajakan, Edisi Revisi Tahun 2006. Yogyakarta: Andi Offset
M. Natsir .(2003). Metode Penelitian. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Sofyan Siregar. (2011). Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Sony Devano dan Siti Kurnia. (2006). Perpajakan. Jakarta. Kencana
Sukrisno Agoes . (2007). Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan, Cetakan ketiga. Bandung: CV Alfabeta.
Sudjana. (2004). Statistika Untuk Ekonomi dan Niaga. Bandung : Tarsito
Indra Nugraha, 2014
Analisis ekualisasi spt ppn masa dengan spt pph badan pada pt. Australian belt scraper indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Wirawan, B. Ilyas dan Rudy, Suhartono.2011. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Skripsi
Ria Embrina Lumbantoruan. (2010). Evaluasi Pajak Pertambahan Nilai Serta
Proses Equalisasi SPT Masa PPN Dengan SPT PPh Badan dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan Pada BUT Hyundai Industries CO..,Ltd. Skirpsi. Universitas Esa Unggul, Jakarta.
Ardiantha Saputra. ( 2005). Analisis Perencanaan Pajak Melalui Revaluasi
Aktiva Tetap Dan Perhitungan Besarnya Pajak Terhutang Wajib Pajak Badan. Skripsi. Universitas Widyatama, Bandung.
Wilson Gustiawan (2009). Analisis Perbedaan Peredaran Usaha pada SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan dengan Jumlah Penyerahan Pada SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (Studi Kasus PT. Totoku Toryo Indonesia). Skripsi. Politeknik Negeri Padang, Padang
Devi Lianawati Budiharjo. (2010). Ekualisasi SPT Tahunan dan SPT PPN
Masa pada UD X di surabaya. Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Fita Christianty. (2012). Analisis Ekualiasasi Pajak Penghasilan Pasal 22 dan
Pajak Pertambahan Nilai di PT. Kas. Skripsi. Universitas Bina Nusantara,
Jakarta.
Linda Hestiana. (2013). Analisis Banding Sengketa Pajak penghasilan Badan
di Pengadilan Pajak. Skirpsi. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Undan-Undang
--- Undang-Undang No. 42 Tahun 2009. Tentang Perubahan Ketiga
atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
--- Undang-Undang No. 36 tahun 2008 Tentang Perubahan keempat
atas Undang-Undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
--- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Tata Cara