PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS
SERTA HABITS OF MIND SISWA SMA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
j
OLEH:
NOVIAN NURCAHYO
(1202636)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA (S2) SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH
MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMA
Oleh Novian Nurcahyo
S.Pd Universitas Riau, 2008
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika
© Novian Nurcahyo 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul ” PENDEKATAN
PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS
SERTA HABITS OF MIND SISWA SMA” ini dan beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Mei 2014
Yang membuat pernyataan
Novian Nurcahyo NIM. 1202636
ix
Novian Nurcahyo, 2014
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Definisi Operasional ... 13
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pendekatan Problem Posing ... 15
B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 21
C. Kemampuan Pengajuan Masalah Matematis ... 24
D. Habits of Mind ... 26
E. Beberapa Hasil Penelitian yang Relevan ... 30
F. Teori Belajar Pendukung ... 32
G. Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 37
x
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Variabel Penelitian ... 38
D. Instrumen Penelitian ... 39
E. Perangkat Pembelajaran ... 53
F. Teknik Pengumpulan Data ... 54
G. Teknik Analisis Data ... 55
H. Waktu Penelitian ... 65
I. Prosedur Penelitian ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskripsi Data Kemampuan Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematis ... 67
B. Analisis Data kemampuan Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematis ... 70
1. Analisis Skor Tes Awal (pretest) Kemampuan Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematis ... 70
2. Analisis Skor Tes akhir (Posttest) Kemampuan Pengajuan Masalah Matematis dan Pemecahan Masalah Matematis ... 74
3. Analisis Peningkatan Kemampuan Pengajuan Masalah Matematis Dan Pemecahan Masalah Matematis ... 77
4. Analisis Data Skala Habits of Mind Siswa ... 81
4.1. Analisis Skala Habits of Mind Dilihat dari Distribusi Jawaban Siswa ... 81
4.2. Analisis Skor Habits of Mind Siswa ... 82
5. Analisis Asosiasi Kemampuan Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 84
6. Analisis Lembar Observasi ... 87
6.1. Analisis Observasi Guru dalam Pembelajaran ... 87
6.2. Analisis Observasi Siswa dalam Pembelajaran ... 88
xi
Novian Nurcahyo, 2014
1. Kemampuan Pengajuan Masalah Matematis ... 91
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 93
3. Habits of Mind Siswa ... 95
4. Asosiasi (Hubungan) Kemampuan Pengajuan Masalah dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 98
5. Keterbatasan dan Kendala dalam Penelitian ... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 103
LAMPIRAN LAMPIRAN A ... 109
LAMPIRAN B ... 201
LAMPIRAN C ... 224
xii
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1. Pergeseran Paradigma Belajar Abad-21 ... 4
Tabel 3.1. Desain Pretest-Posttest Kelompok Tanpa Acak ... 37
Tabel 3.2. Pedoman Skor Pengajuan Masalah Siswa Berdasarkan
Jenis Jawaban ... 40
Tabel 3.3. Kemampuan Pengajuan Masalah Kelas Pembelajaran Pendekatan
Problem Posing dan Kelas Konvensional Pada Tes Awal dan
Tes Akhir ... 41
Tabel 3.4. Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis . 41
Tabel 3.5. Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas ... 44
Tabel 3.6. Validitas Tes Kemampuan Pengajuan Masalah Matematis
Sebelum Penyelesaian Masalah ... 44
Tabel 3.7. Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 44
Tabel 3.8. Klasifikasi Tingkat Reliabilitas ... 46
Tabel 3.9. Reliabilitas Tes Kemampuan Pengajuan Masalah dan
Pemecahan Masalah Matematis ... 46
Tabel 3.10. Klasifikasi Daya Pembeda ... 47
Tabel 3.11. Daya Pembeda Tes Kemampuan Pengajuan Masalah
Matematis ... 48
Tabel 3.12. Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis . 48
Tabel 3.13. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Tes ... 49
Tabel 3.14. Tingkat Kesukaran Kemampuan Pengajuan Masalah Matematis ... 49
Tabel 3.15. Tingkat Kesukaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis . 50
Tabel 3.16. Kriteria Penentuan Jawaban Skala Habits of Mind ... 50
xiii
Novian Nurcahyo, 2014
Habits Of Mind ... 50
Tabel 3.18. Analisis Data Kemampuan Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 55
Tabel 3.19. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 57
Tabel 3.20. Kategori Pengelompokkan Kemampuan Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematis serta Habits Of Mind ... 64
Tabel 3.21. Klasifikasi Derajat Asosiasi ... 64
Tabel 3.22. Jadwal Kegiatan Peneltian ... 65
Tabel 4.1. Deskripsi Skor Kemampuan Pengajuan Masalah Matematis ... 67
Tabel 4.2. Deskripsi Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 69
Tabel 4.3. Uji Normalitas Skor Pretest ... 71
Tabel 4.4. Uji Homogenitas Skor Pretest ... hj72 Tabel 4.5. Uji Perbedaan Rerata Skor Pretest ... 73
Tabel 4.6. Uji Normalitas Skor Posttest ... 75
Tabel 4.7. Uji Homogenitas Skor Posttest ... 76
Tabel 4.8. Uji Perbedaan Rerata Skor Posttest ... 77
Tabel 4.9. Uji Normalitas Gain Ternormalisasi ... 78
Tabel 4.10. Uji Homogenitas Skor Gain Ternormalisasi ... 79
Tabel 4.11. Uji Perbedaan Rerata Skor Gain Ternormalisasi ... 80
Tabel 4.12. Deskripsi Skor Post Skala Habits Of Mind Siswa ... 81
Tabel 4.13. Uji Normalitas Skor Habits Of Mind ... 83
Tabel 4.14 Uji Homogenitas Skor Habits Of Mind ... 83
Tabel 4.15. Uji Perbedaan Rerata Skor Habits Of Mind Siswa ... 84
Tabel 4.16. Asosiasi Pengajuan Masalah Matematis dan Pemecahan Masalah Matematis ... 85
Tabel 4.17. Chi Square Test ... 86
Tabel 4.18. Koefisien Kontingensi Asosiasi Hubungan Pengajuan Masalah Dengan Pemecahan Masalah Matematis ... 87
xiv
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.20. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Pendekatan
Problem Posing ... 90
Tabel 4.21. Frekuensi jawaban Pada Pretest dan Posttest Soal Pengajuan
Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah ... 92
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Diagram Alur Respon Pengajuan Masalah Siswa
Terhadap Situasi... 26
Gambar 3.1. Diagram Alur Analisis Data ... 63
Gambar 4.1. Diagram Batang Perbandingan Rataan Pretest, Postest, dan
N-Gain Kemampuan Pengajuan Masalah Matematis ... 68
Gambar 4.2. Diagram Batang Perbandingan Rataan Pretest, Postest, dan
xv
Novian Nurcahyo, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman LAMPIRAN A
Lampiran A.1... 110
Silabus ... 110
Lampiran A.2... 114
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Problem Posing... 114
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 114
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 117
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ... 120
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 ... 123
6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 5 ... 126
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 6 ... 129
Lampiran A.3... 132
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Konvensional ... 132
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 132
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 134
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ... 136
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 ... 138
6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 5 ... 140
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 6 ... 142
xvi
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. LTS-1 ... 144
2. LTS-2 ... 149
3. LTS-3 ... 154
4. LTS-4 ... 159
5. LTS-5 ... 165
6. LTS-6 ... 170
Lampiran A.5... 177
1. Bahan Ajar Pertemuan 1 ... 177
2. Bahan Ajar Pertemuan 2 ... 181
3. Bahan Ajar Pertemuan 3 ... 182
4. Bahan Ajar Pertemuan 4 ... 186
5. Bahan Ajar Pertemuan 5 ... 191
6. Bahan Ajar Pertemuan 6 ... 195
Lampiran A.6. Lembar Observasi Guru ... 198
Lampiran A.7. Lembar Observasi Siswa ... 200
LAMPIRAN B Lampiran B.1. Kisi-kisi Tes Soal Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah ... 202
Lampiran B.2. Kisi-kisi Tes Soal Pengajuan Masalah Selama Penyelesaian Masalah ... 203
Lampiran B.3 ... 205
1. Naskah Soal Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah ... 206
2. Naskah Soal Pengajuan Masalah Selama Penyelesaian Masalah ... 209
Lampiran B.4. Alternatif Jawaban Soal Pemecahan Masalah Matematis ... 214
Lampiran B.5. Kisi-Kisi Angket Skala Habits Of Mind Siswa ... 220
xvii
Novian Nurcahyo, 2014
LAMPIRAN C
Lampiran C.1. ... 225
1. Data Hasil Uji Coba Tes Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah ... 225
2. Tingkat Kesukaran Uji Coba Tes pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah ... 226
3. Daya Pembeda Uji Coba Tes Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah ... 227
4. Analisis Validitas Tes Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah ... 228
5. Analisis Reliabilitas Tes Uji Coba Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah ... 229
6. Data Hasil Uji Coba Pemecahan Masalah Matematis ... 230
7. Tingkat Kesukaran Uji Coba Tes Pengajuan Masalah Selama Penyelesaian Masalah ... 231
8. Daya Pembeda Uji Coba Tes Pemecahan Masalah Matematis ... 232
9. Analisis Validitas Tes Pemecahan Masalah Matematis ... 233
10. Analisis Reliabilitas Tes Uji Coba Pemecahan Masalah Matematis ... 234
Lampiran C.2. ... 235
1. Data Respon Hasil Uji Coba Skala Habits Of Mind Siswa ... 235
2. Penskoran Butir Skala Habits of Mind ... 236
3. Data Skor dan Analisis Validitas serta Reliabilitas Skala Habits of Mind ... 237
Lampiran C.3 ... 239
1. Skor Tes Awal Soal Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah Kelas pembelajaran Problem Posing ... 239
2. Skor Tes Akhir Soal Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah Kelas Pembelajaran Problem Posing ... 240
xviii
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kelas Pembelajaran Problem Posing ... 241
4. Skor Tes Awal Soal Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah
Kelas pembelajaran Konvensional... 242
5. Skor Tes Akhir Soal Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah
Kelas pembelajaran Konvensional... 243
6. Skor Gain Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah
Kelas pembelajaran Konvensional... 244
Lampiran C.4 ... 245
7. Skor Tes Awal Soal Pemecahan Masalah Matematis Kelas pembelajaran
Problem Posing ... 245
8. Skor Tes Akhir Soal Pemecahan Masalah Matematis Kelas pembelajaran
Problem Posing ... 246
9. Skor Gain Pemecahan Masalah Matematis Kelas pembelajaran
Problem Posing ... 247
10. Skor Tes Awal Soal Pemecahan Masalah Matematis Kelas
Pembelajaran Konvensional ... 248
11. Skor Tes Akhir Soal Pemecahan Masalah Matematis Kelas
Pembelajaran Konvensional ... 249
12. Skor Gain Pemecahan Masalah Matematis Kelas Pembelajaran
Konvensional ... 250
Lampiran C.5 ... 251
1. Frekuensi Jawaban Pada Tes Awal dan Tes Akhir Soal Nomor 1
Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah ... 251
2. Frekuensi Jawaban Pada Tes Awal dan Tes Akhir Soal Nomor 2
Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah ... 251
3. Frekuensi Jawaban Pada Tes Awal dan Tes Akhir Soal Nomor 3
Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah ... 252
xix
Novian Nurcahyo, 2014
Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah ... 252
5. Rekapitulasi Frekuensi Jawaban Pada Tes Awal dan Tes Akhir Soal Pengajuan Masalah Sebelum Penyelesaian Masalah Kelas Pembelajaran Problem Posing Dan Kelas Pembelajaran Konvensional ... 253
Lampiran C.6 ... 254
1. Data Respon Hasil Skala Habits of Mind Siswa Kelas Eksperimen ... 254
2. Hasil MSI Skala Habits of Mind Kelas Eksperimen ... 255
3. Data Pengolahan Respon Hasil Skala Habits of Mind Siswa Kelas Eksperimen ... 256
4. Data Respon Hasil Skala Habits of Mind Siswa Kelas Kontrol ... 257
5. Hasil MSI Skala Habits of Mind Kelas Eksperimen ... 258
6. Data Pengolahan Respon Hasil Skala Habits of Mind Siswa Kelas Kontrol ... 259
Lampiran C.7 ... 260
1. Rekapitulasi Rata-rata Skor Habits of Mind Siswa Kelas Problem Posing ... 260
2. Rekapitulasi Rata-rata Skor Habits of Mind Siswa Kelas Konvensional ... 262
Lampiran C.8 ... 264
1. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pada Pendekatan Problem Posing ... 264
2. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Pendekatan Problem Posing ... 265
LAMPIRAN D Lampiran D.1... 267
A. Data Deskripsi Skor Pretest,Postest, dan N-Gain kemampuan PengajuanMasalah Kelas Problem Posing dan Kelas Konvensional ... 267
1. Deskripsi Skor Pretest, Postest dan N-gain Kemampuan Pengajuan Masalah Matematika Kelas Problem Posing ... 267
xx
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Masalah Matematika Kelas Konvensional ... 267
B. Data Deskripsi Skor Pretest, Posttest dan N-Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Kelas Problem Posing dan Kelas Konvensional. ... 268
1. Deskripsi Skor Pretest, Postest dan N-gain Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Kelas Problem Posing ... 268
2. Deskripsi Skor Pretest, Postest dan N-Gain Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Kelas Konvensional ... 268
C. Uji Normalitas, Homogenitas, dan Perbedaan Rerata Skor Pretest
Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematis Kelas Problem
Posing dan Konvensional ... 269
D. Uji Normalitas, Homogenitas, dan Perbedaan Rerata Skor Posttest
Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematis Kelas
ProblemPosing dan Konvensional... 271
E. Uji Normalitas, Homogenitas, dan Perbedaan rerata Skor N-GAIN
Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematis Kelas
ProblemPosing dan Konvensional... 273
F. Deskripsi Data Skala Habits of Mind Siswa dan Asosiasi Kelas
Problem Posing Dan Kelas Konvensional ... 275
G. Uji Statistik Skala Habits of Mind Siswa ... 276
H. Asosiasi Pengajuan Masalah Matematis Dan Pemecahan Masalah
Matematis Pembelajaran Dengan Pendekatan Problem Posing (Uji Chi
iii
Novian Nurcahyo, 2014
ABSTRAK
Novian Nurcahyo. (2014). PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dan melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri Binaan Khusus Kota Dumai, dengan sampel terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan teknik pengambilan sampelnya adalah purposive sampling. Fokus penelitian ini adalah untuk melihat (1) pencapaian dan peningkatan kemampuan pengajuan masalah dan pemecahan masalah matematis siswa kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol; (2) perolehan habits of mind siswa kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol; (3) asosiasi antara kemampuan pengajuan masalah dan pemecahan masalah matematis. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa soal tes kemampuan pengajuan masalah sebelum dan selama penyelesaian masalah, format observasi, dan angket skala habits of mind. Data berupa hasil tes yaitu hasil pretest dan posttest kemampuan pengajuan masalah sebelum dan selama penyelesaian masalah serta posttest angket skala
habits of mind dianalisis secara kuantitatif, sementara itu data berupa hasil observasi dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pencapaian kemampuan pengajuan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; (2) pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; (3) peningkatan kemampuan pengajuan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; (4) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; (5) habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan problem posing
lebih baik dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; (6) terdapat asosiasi (hubungan) yang kuat antara kemampuan pengajuan masalah matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis.
iv
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
PROBLEM POSING APPROACH TO ENHANCE SENIOR HIGH
SCHOOL STUDENTS’ MATHEMATICAL PROBLEM SOLVING AND
PROBLEM POSING ABILITIES
Oleh,
Novian Nurcahyo, S.Pd ([email protected])
v
Novian Nurcahyo, 2014
Keywords: Problem posing approach, problem posing, mathematical problem solving approach
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’aala. Shalawat dan salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam,
kepada keluarga, dan kepada para Sahabatnya. Alhamdulillah, dengan taufiq,
pertolongan, dan rahmat Allah Subhaanahu wa Ta’aala, penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “Pendekatan Problem Posing untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Pengajuan Masalah
Matematis serta Habits Of Mind Siswa SMA. Tesis ini disusun untuk memenuhi
sebagian persyaratan untuk mendapat gelar magister bidang pendidikan,
khususnya pendidikan matematika di sekolah pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia, Bapak dan Ibu Dosen beserta jajaran staf pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan banyak bantuan kepada
penulis demi terwujudnya proposal tesis ini. Semoga amal baik dari Bapak dan
Ibu sekalian mendapat imbalan yang berlimpah dari Allah SWT. Aamiin.
Karya tulis ini telah diupayakan semaksimal mungkin menyajikan yang
terbaik menurut kapasitas penulis. Namun penulis mengakui bahwa karya ini
masih terdapat kekurangan dan kekeliruan. Penulis sangat berbesar hati menerima
segala masukan dan saran demi perbaikan karya ini menjadi lebih baik lagi.
Harapan penulis semoga karya tulis ini memberikan manfaat dalam dunia
pendidikan di Indonesia dan akhirnya penulis ucapkan terimakasih.
Bandung, Mei 2014
vi
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penulis
Novian Nurcahyo
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur atas kenikmatan yang Allah SWT berikan, penulis sangat yakin
bahwa skenarioNya ini sungguh luar biasa. Penulis sangat merasakan begitu
banyak pertolongan yang Allah SWT berikan. Maka sebagai hamba, sudah
sepatutnya tidak sombong atas prestasi yang diperoleh ini. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Stanley Dewanto, M.Pd., selaku Pembimbing I yang penuh
kesabaran membimbing, memotivasi, membangkitkan semangat, memberikan
nasehat dan arahan serta memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga
penulis termotivasi untuk menuntaskan tesis ini dengan cepat dan baik.
2. Bapak Dr. Kusnandi, M.Si., selaku pembimbing II yang memberikan motivasi,
kepercayaan, menginspirasi, memberikan ide kreatif, dan membangkitkan
semangat dan motivasi kepada penulis.
3. Bapak Prof. Utari Sumarmo., selaku tim penguji dan penasehat akademis yang
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menuntut ilmu, mengajarkan
ketelitian, dengan kebijaksanaannya memberikan penulis kemudahan dan
kelancaran selama proses bimbingan dan menyelesaikan tesis ini.
4. Bapak Dr. Dadan Dasari, M. Si., selaku tim penguji yang telah memberikan
ilmu, arahan, saran, dan masukan demi menyempurnakan tesis ini.
5. Bapak/Ibu staf pengajar program studi Pendidikan Matematika dan staf
Administrasi S.Ps. UPI, yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, motivasi
dan bimbingan serta memudahkan urusan administrasi selama proses
perkuliahan.
6. Bapak Drs. Yulizar, selaku kepala sekolah SMA Negeri Binaan Khusus Kota
Dumai, yang telah memberikan izin dan mendukung penulis untuk melakukan
vii
Novian Nurcahyo, 2014
7. Ibu, Zemi, S,Si., selaku guru matematika di SMA Negeri Binaan Khusus Kota
Dumai, yang telah membantu peneliti dalam melengkapi keperluan data
selama penelitian. Seluruh siswa-siswi SMA Negeri Binaan Khusus Kota
Dumai.
8. Istriku tercinta, Sri Fitrianing Pratiwi, S.Pd, engkaulah bidadari terbaik yang
Allah SWT berikan dalam mengarungi samudra kehidupan ini, yang selalu
memotivasi, memberikan inspirasi dan dukungan selama perkuliahan ini, dan
anakku tercinta Muhammad Syahdan Alghifary, kehadiranmu memberikan
semangat dan motivasi dalam mengarungi perjuangan ini.
9. Orangtuaku tersayang Bapak Sukatno, Bapak Jekty Prastowo, Ibu Mursitin,
dan Ibu Aniswarty atas kasih sayang, dan doanya. Hanya doa yang bisa
kupohonkan kepada Allah SWT, untuk membalas segala kebaikan dan amal
Bapak dan Ibu dengan kebaikan yang lebih baik dan lebih banyak lagi.
Aamiin.
10.Teman seperjuangan di Sps Upi Pendidikan Matematika kelas D angkatan
2012, terima kasih atas ilmu, pengalaman, dukungan, motivasi, dan
kebersamaannya.
11.Sahabat juangku mahasiswa Riau ( Niki Dian Permana, Armadi, Irwandi, M.
Candra, Saprilianto, M. Fendrik, Firdaus) terima kasih untuk semuanya,
kekompakan, kebersamaan, suka duka dan keluarga kecil yang sudah kita
bentuk mudah-mudahan menyatukan kita selalu dimanapun kita berada.
Semoga kebaikan Bapak/Ibu, kakak, abang, teman, dan adik menjadi ladang amal
dan menjadi jalan untuk menuju kebahagiaan yang abadi.
Bandung, Mei 2014
Penulis
viii
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Karya ini penulis persembahkan untuk:
Isteri tercinta Sri Fitrining Pratiwi, Sahabat kecilku yang
hadir dalam perjuangan penulis dalam menuntut ilmu Muhammad
Syahdan Alghifary, Kalian adalah bagian yang tidak terpisah
dalam perjuangan hidupku, Perjuangan ini tidaklah berarti tanpa
dukungan, motivasi dan kasih sayang yang senantiasa mengalir
dalam setiap langkah perjalanan hidup ini.
Kedua Orang Tua tercinta Sukatno dan Mursitin dimana
doanya selalu menyertai perjalanan hidup dalam menimba ilmu.
Karya Ini
ix
Novian Nurcahyo, 2014
1
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemampuan pemecahan masalah (problem solving) merupakan
kemampuan yang sangat penting dikembangkan pada setiap topik dalam
pembelajaran matematika di sekolah. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah
ini dapat dilihat dari tujuan pembelajaran matematika di sekolah yang termuat di
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, diantaranya agar siswa memiliki
kemampuan untuk:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah;
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika;
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi
yang diperoleh;
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah;
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006).
Selain itu, NCTM (2000) menjelaskan tujuan umum pembelajaran
matematika yaitu mengembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
(mathematical communication), penalaran (mathematical reasoning), pemecahan
masalah (mathematical problem solving), koneksi matematis (mathematical
connections), dan representasi matematis (mathematical representation). Senada
2
Novian Nurcahyo, 2014
(mathematical power) merupakan komponen utama dalam pembelajaran
matematika yang harus dikembangkan, diantaranya meliputi: kemampuan
menggali, menyusun konjektor dan menalar secara logik, menyelesaikan masalah
yang tidak rutin, menyelesaikan masalah, berkomunikasi secara matematika dan
mengaitkan ide matematika dengan kegiatan intelektual lainnya (koneksi
matematis).
Uraian di atas menunjukkan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dalam belajar matematika. Wahyudin (2008:30)
mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah bagian integral dari belajar
matematika, yaitu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran
matematika. Herman (2000:2) mengemukakan bahwa pemecahan masalah telah
menjadi fokus perhatian utama dalam pengajaran matematika di sekolah. Sebagai
contoh, salah satu agenda yang dicanangkan the National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM) di Amerika Serikat pada tahun 80-an adalah bahwa
“Problem solving must be the focus of school mathematics in the 1980s” atau
pemecahan masalah harus menjadi fokus utama matematika sekolah di tahun
80-an. Senada dengan itu, Ruseffendi (2006:80) menyatakan kemampuan siswa
dalam pemecahan masalah dijadikan sentral dalam pengajaran matematika di
Amerika Serikat sejak tahun 1980-an. Selain dari itu, jauh sebelumnya Branca
(Sumarmo, 1994) mempertegas bahwasanya pentingnya pemilikan kemampuan
pemecahan masalah matematis pada siswa adalah bahwa kemampuan pemecahan
masalah merupakan tujuan pengajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya
matematika.
Kemampuan pemecahan masalah matematis memiliki keterkaian yang erat
dengan kemampuan pengajuan masalah matematis. Silver dan Cai (1996) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa kemampuan pembuatan soal berkorelasi positif
dengan kemampuan pemecahan masalah. Kemudian dalam beberapa penelitian
lainnya, Suryadi (2005:45) menjelaskan bahwa “matematika merupakan problem posing dan problem solving. Dalam kegiatan bermatematika, pada dasarnya anak
akan berhadapan dengan dua hal, yakni masalah-masalah apa yang mungkin
3
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Dalam kegiatan yang bersifat
problem posing, anak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan
kemampuannya mengidentifikasi fakta-fakta yang diberikan serta permasalahan
yang bisa muncul dari fakta-fakta tersebut, sedangkan melalui kegiatan problem
solving anak dapat mengembangkan kemampuannya untuk menyelesaikan
permasalahan tidak rutin yang memuat berbagai tuntutan kemampuan berfikir
termasuk yang tingkatannya lebih tinggi. Selanjutnya, Hamzah (2003) dan
Suryana (2009) mengemukakan bahwa terdapat hubungan (asosiasi) yang kuat
antara kemampuan pengajuan masalah dengan pemecahan masalah matematis.
Hal itu juga diperkuat Killpatrick (Christou et al, 1999) yang mengatakan
bahwa kualitas pertanyaan atau soal yang dibuat siswa menggambarkan
kemampuan siswa menyelesaikan masalah. Keterkaitan pembuatan soal dan
pemecahan masalah yang diungkapkan oleh English (1997), yakni dengan
membuat soal berarti tahap awal dalam memecahkan masalah, yaitu memahami
soal telah terlewati, sehingga untuk menyelesaikan soal dengan tahap berikutnya
akan terbuka.
Dari beberapa temuan di atas, kemampuan pemecahan masalah sangat
didukung oleh kemampuan pengajuan masalah. Kemudian salah satu saran dari
pakar pendidikan matematika, untuk meningkatkan mutu pembelajaran
matematika, agar menekankan pengembangan kemampuan siswa dalam
pengajuan masalah, karena pengajuan masalah merupakan komponen penting
dalam kurikulum matematika (English, 1998:83).
Pentingnya kemampuan mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran
merupakan karakteristik pembelajaran dari kurikulum 2013. Hal ini dapat dilihat
dari tabel 1 berikut ini, yang menunjukkan pergeseran paradigma belajar di abad
21 dan model pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru dalam penerapan
4
Novian Nurcahyo, 2014
Tabel 1.1 Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21
Ciri Abad 21 Model Pembelajaran
Informasi
(tersedia dimana saja, kapan saja)
Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu Komputasi
(lebih cepat memakai mesin)
Pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah (menanya), bukan
hanya menyelesaikan masalah
(menjawab) Otomasi
(menjangkau segala pekerjaan rutin)
Pembelajaran diarahkan untuk melatih berfikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berfikir mekanistis (rutin)
Komunikasi
(darimana saja, kemana saja)
Pembelajaran menekankan pentingnya kerjasama dan kolaburasi dalam menyelesaikan masalah.
Sumber : www.kemdikbud.go.id
Pergeseran paradigma mengajar abad 21 yang terdapat di dalam Tabel 1.1
di atas, menggambarkan bagaimana guru dapat memilih model pembelajaran yang
dapat mengarahkan peserta didik dalam mengggali kemampuannya tidak hanya
mampu menyelesaikan suatu masalah, akan tetapi juga melatih siswa untuk
mampu merumuskan atau mengajukan masalah serta bernalar dan melakukan
observasi (observation based learning). Tujuannnya adalah untuk meningkatkan
kreativitas peserta didik dalam pembelajaran. Xia, et al: (2008:153) menyatakan
masalah dapat meningkatkan kreativitas matematis siswa, hanya saja masalah
yang diberikan harus mendorong munculnya aktivitas matematis siswa dalam
pembelajaran. Lebih lanjut Xia menerangkan masalah atau problem yang dapat
meningkatkan aktivitas matematis siswa adalah problem posing dan problem
solving. Senada dengan itu NCTM (2000) menyatakan bahwa terdapat tiga aspek
penting dalam aktivitas matematika yang harus diaplikasikan guru dalam
pembelajaran matematika yaitu aktivitas problem posing, problem solving, dan
conjecturing. Berdasarkan paparan tersebut, kemampuan pengajuan masalah
relevan dengan tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum matematika
sekolah.
Namun, permasalahan yang saat ini terjadi menunjukkan bahwa
5
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikembangkan secara optimal dalam pembelajaran matematika. Hal ini
ditunjukkan dari beberapa temuan seperti studi pendahuluan oleh Murni (2010)
menemukan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII
pada beberapa sekolah di Pekanbaru masih rendah. Hasil studi TIMSS 2007 dan
2011 serta PISA 2009 (Murni, 2013) memberikan gambaran bahwa siswa
Indonesia memiliki kemampuan rendah dalam menjawab soal-soal berstandar
internasional terutama pada kemampuan pemecahan masalah matematis. Kondisi
lain dari sisi guru menunjukkan bahwa banyak guru mengalami kesulitan dalam
mengajarkan siswa bagaimana memecahkan permasalahan sehingga banyak siswa
kesulitan mempelajarinya. Kesulitan ini muncul karena paradigma bahwa
jawaban akhir sebagai satu-satunya tujuan dari pemecahan masalah
(Herman, 2000:1).
Selain itu, pengajuan masalah oleh siswa sangat jarang dilakukan dalam
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan temuan Wahyudin (1999), yaitu sebagian
siswa tampak mengikuti dengan baik setiap penjelasan atau informasi dari guru,
hanya saja siswa sangat jarang mengajukan pertanyaan pada guru, sehingga guru
asyik sendiri menjelaskan apa yang telah disiapkannya. Kemudian kemampuan
mengajukan masalah matematis juga tergolong rendah. Hamzah (2003)
menjelaskan bahwa kemampuan siswa SLTP negeri di Bandung dalam
mengajukan masalah matematis masih tergolong rendah.
Kemudian, berdasarkan hasil observasi terhadap SMA yang ada di kota
Dumai, menunjukkan bahwa dalam aktivitas pembelajaran matematika, sebagian
besar guru menggunakan pembelajaran konvensional, yakni guru menyampaikan
materi pembelajaran yang disertai dengan pemberian contoh dan cara
penyelesaiannya, kemudian memberikan soal latihan untuk dikerjakan siswa.
Temuan lain dari Sumarmo (1993), aktivitas pembelajaran yang dilakukan
oleh guru yaitu pada siswa SLTP, SMU dan guru di kodya Bandung menunjukkan
hasilnya bahwa pembelajaran matematika pada umumnya kurang melibatkan
aktivitas siswa secara optimal, sehingga siswa kurang aktif dalam belajar. Guru
matematika pada umumnya mengajar dengan metode ceramah dan ekspositori.
6
Novian Nurcahyo, 2014
matematika di kelas, pada umumnya siswa mempelajari matematika hanya
diberitahu oleh gurunya dan bukan melalui kegiatan eksplorasi.
Aktivitas pembelajaran seperti ini tentunya kurang melatih dan
mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dan
mengajukan masalah matematis, karena dalam pembelajaran siswa hanya dilatih
untuk menyelesaikan masalah matematis dengan meniru langkah penyelesaian
yang dilakukan oleh guru, sehingga ketika siswa diberikan soal yang lebih
menantang, siswa sulit untuk menyelesaikannya, dikarenakan tidak ada contoh
yang akan diikutinya.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan pengajuan masalah
matematis siswa telah banyak mendapat perhatian dari para pendidik dan peneliti
pendidikan matematika dengan mengimplementasikan pembelajaran inovatif baik
itu di SMP, SMA maupun perguruan tinggi. Temuan yang diperoleh pada
umumnya memperoleh hasil yang positif, diantaranya adalah kemampuan
pengajuan masalah dan penyelesaian masalah matematika yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah pada mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar
(Suryana, 2009), kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis
yang memperoleh strategi multi representasi dalam kelompok kecil (Hutagaol,
2010), kemampuan berfikir kreatif, kemampuan pemecahan masalah, dan
dispososisi matematis yang memperoleh strategi MHM berbasis masalah
(Mahmudi, 2010), kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis
yang memperoleh pembelajaran konstektual berbantukan komputer (Yonandi,
2011), kemampuan pemecahan masalah, komunikasi dan representasi matematis
yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah (Sabirin, 2011), kemampuan
representasi dan pemecahan masalah matematis siswa SMP dengan penerapan
pembelajaran kontekstual (Widiawati, 2012), semuanya memperoleh hasil lebih
baik dari kemampuan siswa pada kelas konvensional.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan di atas, menyimpulkan
bahwasanya pembelajaran inovatif dapat memberikan dampak yang positif
terhadap pengembangan aspek kognitif siswa dari pada pembelajaran
7
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan pemecahan masalah dan pengajuan masalah siswa adalah pendekatan
problem posing. Pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih
menekankan keaktifan siswa dalam belajar. Ini berdasarkan temuan Brown dan
Walter (1990); Gonzales (1994); Silver, Downs, Leung dan Kenney (1996)
(dalam Hamzah, 2003) yang secara umum menyatakan pendekatan dengan
pengajuan masalah matematika dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara
aktif dalam pembelajaran. Karakteristik pendekatan problem posing yang
membedakan dengan pendekatan lain adalah dari segi permasalahan. Pada
pendekatan problem posing soal atau pertanyaan matematika bukan berasal dari
guru melainkan dari siswa, guru hanya menyiapkan situasi, selanjutnya dari
situasi tersebut siswa mengajukan masalah atau soal sesuai dengan tingkat
kemampuan pemahaman mereka.
Hal ini menunjukkan bahwasanya aktivitas problem posing sangat penting
dalam pembelajaran matematika, dimana siswa tidak hanya terampil dalam
mengerjakan dan menjawab soal, akan tetapi siswa juga terampil dalam
mengajukan atau merumuskan soal itu sendiri. Tentunya kondisi ini akan
menunjang keberhasilan siswa dalam mempelajari matematika. Disamping itu
siswa akan terlatih dalam mengembangkan pengetahuannya dan pemahamannya
terhadap konsep-konsep matematika. English (dalam Cifarelli dan Cai, 2006)
menyatakan bahwa problem posing merupakan aktivitas yang penting dalam
kurikulum matematika, karena di dalamnya terdapat inti dari aktivitas
matematika, yaitu aktivitas dimana siswa membangun masalahnya sendiri.
Pentingnya aktivitas problem posing dalam pembelajaran telah menjadi
perhatian dari para pakar pendidikan matematika, beberapa pakar pendidikan
matematika menyarankan untuk menerapkan pembelajaran matematika dengan
problem posing. Dalam NCTM (1989:138) menyatakan bahwa, siswa harus
memiliki beberapa pengalaman dalam mengenal, memahami dan membentuk
soal-soal mereka sendiri dan aktivitas tersebut merupakan inti dari pelajaran
matematika. Sejalan dengan itu NCTM (1991: 95) menyatakan bahwa guru harus
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat pertanyaan dari situasi
8
Novian Nurcahyo, 2014
situasi tersebut. Freudenthal dan Polya (dalam Silver dan Cai 1996:293)
menyatakan bahwa membentuk soal (membuat pertanyaan) merupakan bagian
yang penting dalam pengalaman matematis siswa, dan menyarankan agar
menekankan kegiatan tersebut dalam pembelajaran matematika.
Selain dari itu dalam upaya mengatasi fenomena permasalahan proses
pembelajaran saat ini yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru (bahan uji
publik kurikulum 2013), aktivitas problem posing merupakan sebuah alternatif
yang dapat digunakan guru dalam menciptakan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik (pembelajaran aktif), ini dikarenakan dalam pembelajaran seluruh
siswa akan dilibatkan untuk menyelesaikan soal dengan cara melakukan
konstruksi permasalahan baru berdasarkan situasi yang diberikan guru. Artinya
pembelajaran dengan pendekatan problem posing dapat menggali potensi siswa
dalam melakukan kreatifitasnya dalam belajar sekaligus berinovasi secara aktif
dalam pembelajaran. Menurut Irwan (2011) proses pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif mengajukan masalah dan
menyelesaikan masalah serta memberi kesempatan untuk berinteraksi baik sesama
siswa maupun dengan guru, akan memungkinkan siswa merasa senang dan
termotivasi untuk belajar. Hubungan timbal balik (guru dan siswa) seperti inilah
yang seharusnya diciptakan dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran aktif dan
bermakna itu benar-benar dirasakan dalam pembelajaran. Yamamoto (dalam
Usman, 2011) menyatakan kadar keaktifan siswa diukur dari intensionalitas atau
kesengajaan terencana dari peran serta kegiatan dari kedua belah pihak (siswa dan
guru) dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran matematika tidak hanya mengembangkan aspek kognitif,
melainkan juga aspek afektif, karena dalam proses pembelajaran tugas guru juga
dituntut untuk bagaimana meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup
(Usman, 2011:6). Maksudnya pengembangan aspek afektif (sikap) pada diri siswa
juga merupakan aspek penting yang harus dibentuk dalam diri siswa itu sendiri.
Hal ini sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, yang menjelaskan bahwa sikap
siswa yang identik dengan karakter merupakan bagian yang terintegrasi dengan
9
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
suatu tujuan yang penting yang memungkinkan individu untuk memahami dan
menyelesaikan segala sesuatu yang berkaitan dengan hidupnya. Setiap individu
dalam hidupnya akan berhadapan dengan begitu banyak permasalahan, baik
permasalahan yang berkaitan dengan pribadinya, maupun masalah akademisnya
di sekolah. Dalam menyikapi suatu masalah, terkadang individu sulit untuk
mencari solusi cerdas dalam penyelesaiannya, sehingga permasalahan yang
dihadapi menjadi berlarut-larut dan sering kali memunculkan masalah baru
(menyelesaikan masalah tanpa solusi). Untuk itu, setiap individu harus dilatih
bagaimana berperilaku cerdas dalam merespon dan mengatasi masalah yang
dihadapi, dalam arti tidak hanya mengetahui informasi tetapi juga mengetahui
bagaimana harus bertindak cerdas. Kemampuan berperilaku cerdas tersebut
disebut sebagai habits of mind (Costa dan Kallick, 2000).
Dalam pembelajaran di kelas, kebiasaan berpikir (habits of mind) menjadi
landasan siswa dalam berlangsungnya sebuah pembelajaran, karena dalam proses
pembelajaran siswa akan dihadapi permasalahan untuk diselesaikan, sehingga
siswa harus memiliki kebiasaan berpikir yang baik agar mampu merespon setiap
permasalahan yang muncul dalam pembelajaran tersebut, yang akhirnya
permasalahan itu dapat diselesaikan dengan baik.
Costa dan Kallick (2012) mengemukakan bahwa terdapat 16 karakteristik
habits of mind yaitu: (1) gigih, ulet, pantang menyerah; (2) mengetahui kapan
terus bekerja dan kapan harus ditunda dulu; (3) mau mendengarkan pendapat
orang lain; (4) berpikir fleksibel; (5) memikirkan apa yang dipikirkan
(metakognitif); (6) memeriksa akurasi; (7) mempertanyakan dan menemukan
permasalahan; (8) menerapkan situasai masa lalu pada situasi yang baru; (9)
berpikir dan berkomunikasi dengan jelas dan cermat; (10) mencari data dengan
semua indra; (11) berkarya, berimajinasi, berinovasi; (12) menanggapi dengan
kekaguman dan keheranan; (13) berani mengambil resiko; (14) humoris; (15)
dapat bekerja dan belajar dengan orang lain dalam tim; dan (16) belajar
berkelanjutan.
Selanjutnya pengembangan habits of mind oleh Marzano, et al (1993)
10
Novian Nurcahyo, 2014
persepsi terhadap belajar, (dimensi 2) memperoleh dan mengintegrasikan
pengetahuan, (dimensi 3) memperluas dan menghaluskan pengetahuan, (dimensi
4) menggunakan pengetahuan secara bermakna, dan (dimensi 5) memanfaatkan
kebiasaan berfikir produktif (habits of mind).
Nurmaulita (2012) menyampaikan bahwa habits of mind dapat juga
dikatakan sebagai suatu perilaku positif yang ditunjukkan oleh siswa yang
dilakukan secara berulang-ulang dari waktu ke waktu secara otomatis. Habits of
mind bukan merupakan bakat alamiah atau faktor bawaan, melainkan suatu
kebiasaan perilaku yang dipelajari dengan secara sengaja dan sadar selama
beberapa waktu. Habits of mind dapat juga digunakan sebagai respon terhadap
pertanyaan dan jawaban sebuah masalah yang tidak segera diketahui, sehingga
guru dapat mengamati bagaimana siswa menghasilkan sebuah pengetahuan dari
pada hanya mengingat pengetahuan tersebut.
Campbell (2006) menjelaskan bahwa habits of mind sebagai karakteristik
perilaku berpikir cerdas yang paling tinggi untuk memecahkan masalah dan
merupakan indikator kesuksesan dalam akademik, pekerjaan dan hubungan sosial.
Penjelasan lebih lanjut oleh Intel Education dalam Rustaman (2003) menyatakan
bahwa kebiasaan berpikir penting untuk dikembangkan karena memberikan bekal
belajar sepanjang hayat atau long lifelearning.
Berdasarkan karakteristik pendekatan problem posing yang diuraikan di
atas, peneliti memperkirakan bahwa pendekatan problem posing selain dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan pengajuan masalah matematis
siswa, pendekatan ini juga dapat melatih kebiasaan berpikir siswa (habits of
mind). Namun dari temuan yang diperoleh dilapangan, menunjukan bahwa proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih jauh dari aktivitas belajar yang
menggunakan pendekatan problem posing. Guru dalam pembelajaran lebih sering
merencanakan proses pembelajaran untuk memecahkan masalah dan sangat
kurang atau jarang menggali kemampuan siswa dalam merumuskan atau
mengajukan suatu masalah dalam pembelajarannya. Ini berdasarkan temuan dari
Bakopanos dan White (1990), Dilon (1998) (dalam Hamzah, 2003) yang
11
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pelajaran masih sangat jarang dilakukan. Hal inilah yang kemudian menjadi daya
tarik penulis untuk melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan
problem posing dalam pembelajaran matematika SMA.
Selain itu, uraian di atas juga memberikan ide kepada peneliti untuk
melakukan penelitian yang mendalam mengenai asosiasi antara kemampuan
pengajuan masalah dan pemecahan masalah matematis siswa, sehingga hasil dari
penelitian ini lebih komfrehensif dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan paparan yang telah diungkapkan di atas, penulis terdorong
melakukan penelitian yang berjudul “Pendekatan Problem Posing untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Pengajuan Masalah
Matematis serta Habits Of Mind Siswa SMA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pencapaian kemampuan pengajuan masalah matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik
daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?
2. Apakah pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik
daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?
3. Apakah peningkatan kemampuan pengajuan masalah matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik
daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?
4. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik
daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?
5. Apakah habits of mind siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
pendekatan problem posing lebih baik daripada siswa yang mendapatkan
12
Novian Nurcahyo, 2014
6. Apakah terdapat asosiasi antara kemampuan pengajuan masalah dan
pemecahan masalah matematis siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pencapaian kemampuan pengajuan masalah matematis
siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan problem posing
dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
2. Untuk menganalisis pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan problem posing
dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
3. Untuk menganalisis peningkatan kemampuan pengajuan masalah matematis
siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan problem posing pada
tahap sebelum dan selama penyelesaian masalah dengan siswa yang
mendapat pembelajaran konvensional.
4. Untuk menganalisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan problem posing
dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
5. Untuk menganalisis habits of mind siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan pendekatan problem posing dan pembelajaran konvensional.
6. Untuk menganalisis tentang asosiasi antara kemampuan pengajuan masalah
dan pemecahan masalah matematis siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa
Penerapan pembelajaran dengan pendekatan problem posing dapat
meningkatkan kemampuan pengajuan masalah dan pemecahan masalah
13
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk melibatkan siswa secara aktif, kreatif dan produktif selama proses
pembelajaran.
2. Bagi Guru
Penerapan pendekatan problem posing dapat dijadikan sebagai salah satu cara
yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran matematika oleh guru
matematika Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk meningkatkan kemampuan
pengajuan masalah dan pemecahan masalah matematis serta habits of mind
siswa.
3. Bagi Sekolah
Tindakan yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan problem posing
dapat menjadi salah satu cara yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
kemampuan pengajuan masalah dan pemecahan masalah matematis serta
habits of mind siswa.
4. Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman untuk menindaklanjuti suatu
penelitian dalam ruang lingkup yang lebih luas.
E. Definisi Operasional
Dalam rangka menyamakan persepsi dan untuk menghindari terjadinya
perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat pada penelitian ini,
maka peneliti menjelaskan definisi operasional dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Situasi adalah gambar, konsep, soal atau solusi dari soal matematika yang
berhubungan topik yang dibahas dalam pembelajaran.
2. Pendekatan problem posing adalah aktivitas pembelajaran yang menekankan
kreativitas siswa dalam mengajukan atau merumuskan suatu masalah dari
situasi yang diberikan, dan menyelesaikan masalah tersebut secara mandiri
dan kelompok, baik dikerjakan sebelum, selama atau setelah penyelesaian
masalah.
3. Kemampuan pengajuan masalah diartikan sebagai kemampuan siswa
mengajukan atau merumuskan masalah matematika berdasarkan situasi yang
14
Novian Nurcahyo, 2014
yaitu kemampuan siswa mengajukan atau merumuskan masalah dalam
rangka membangun pemahaman awal atau kemampuan konsep dasar
matematika berkaitan dengan situasi yang diberikan.
4. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah:
Kemampuan dalam menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam
pemecahan masalah matematis. Indikator yang digunakan untuk mengukur
kemampuan ini meliputi: 1) mengidentifikasi kecukupan data untuk
pemecahan masalah; 2) memilih strategi pemecahan masalah,
3) menyelesaikan masalah, 4) memeriksa kebenaran jawaban.
5. Habits of mind adalah kebiasaan berpikir sebagai kecenderungan untuk
berperilaku secara intelektual atau cerdas ketika menghadapi masalah,
khususnya masalah yang tidak dengan segera diketahui solusinya. Kebiasaan
berpikir tersebut meliputi: (1) mempertanyakan dan memecahkan
permasalahan; (2) gigih, ulet, pantang menyerah; (3) memiliki standar tinggi
dalam hal akurasi dan penalaran; (4) berani mengambil resiko;
1
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi
eksperimen dengan desain pretest-posttest. Subjek dalam penelitian ini tidak
dikelompokkan secara acak, artinya tetap mempertahankan kondisi subjek dalam
kelas apa adanya. Sudjana dan Ibrahim (2010:44) menyatakan bahwa penelitian
kuasi eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh
variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang tidak terkontrol secara
ketat atau penuh, pengontrolan disesuaikan dengan kondisi yang ada (situasional).
Desain kuasi eksperimen yang digunakan berlandaskan pada Sudjana dan
Ibrahim (2010:44), yaitu desain pretest-posttest kelompok tanpa acak. Desain
rencana penelitian untuk eksperimen sebagai berikut:
Tabel 3.1
Desain Pretest-Posttest Kelompok Tanpa Acak Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen Y1 X Y2
Kontrol Y1 - Y2
Keterangan:
Y1 : Pretest kemampuan pemecahan masalah dan pengajuan masalah
matematis
Y2 : Posttest kemampuan pemecahan masalah dan pengajuan masalah
matematis serta habits of mind siswa
X : Pembelajaran dengan pendekatan problem posing.
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester genap
SMA Negeri Binaan Khusus (BINSUS) Kota Dumai pada tahun pelajaran
2013/2014. Penentuan/pemilihan populasi target dilakukan secara purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan populasi berdasarkan pertimbangan tertentu
38
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
populasi dalam penelitian ini, dikerenakan SMA Negeri Binaan Khusus
merupakan sekolah yang didirikan dengan maksud untuk menjadi sekolah
percontohan kepada SMA-SMA yang ada di Kota Dumai. Salah satu aspek yang
menjadi percontohan adalah kualitas pembelajaran yang dilakukan. Maka sangat
memungkinkan untuk melakukan penelitian di sekolah ini dalam rangka
memberikan satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat menjadi sebuah
keunggulan. Selain dari itu ditinjau dari kemampuan siswanya juga tergolong
heterogen, hal ini dapat mewakili siswa dari tingkat kemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
2. Sampel
Dari populasi dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian, yakni kelas XI
IPA 2 dan XI IPA 3. Kemudian dari dua kelas tersebut, secara acak terpilih kelas
XI IPA 2 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen.
Pemilihan dua kelas sampel tersebut dilakukan secara purposive sampling.
Pertimbangan yang diambil adalah berdasarkan saran dari guru matematika di
sekolah tersebut, bahwa dua kelas tersebut memiliki karakteristik atau gaya
belajar yang hampir sama, berbeda dengan kelas yang lain. Sehingga, pemilihan
sampel penelitian dilakukan berdasarkan data yang ditawarkan oleh pihak
sekolah. Artinya, pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak, karena hal ini
dikawatirkan akan dapat menggangu proses pembelajaran yang sudah di rancang
oleh kurikulum.
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan
yang diberikan kepada kedua kelompok. Kelompok eksperimen dengan
menerapkan pendekatan problem posing, sedangkan kelompok kontrol dengan
menerapkan pembelajaran konvensional. Variabel terikat adalah kemampuan
pemecahan masalah matematis, kemampuan pengajuan masalah matematis serta
39
Novian Nurcahyo, 2014
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAJUAN MASALAH MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMAUniversitas Pendidikan
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Instrumen Tes Pengajuan Masalah Matematis (Problem Posing
Matematis)
Tes pengajuan masalah matematis dalam penelitian ini digunakan untuk
memperoleh data kuantitatif berupa kemampuan siswa dalam mengajukan atau
merumuskan soal yang berkaitan dengan situasi yang diberikan. Tes pengajuan
masalah yang disusun dalam penelitian ini yaitu tes pengajuan masalah sebelum
penyelesaian masalah yang terdiri dari 4 butir soal. Pada pelaksanaannya soal-soal
pretest dan posttest diberikan dengan tes pengajuan masalah yang sama. Hasil
pretest menggambarkan kemampuan pengajuan masalah matematis siswa
sebelum diberikan pembelajaran, sedangkan posttest menggambarkan
kemampuan pengajuan masalah sesudah diberikan pembelajaran.
Untuk mengukur kemampuan pengajuan masalah sebelum pemecahan
masalah digunakan tes pengajuan masalah sebelum penyelesaian masalah, yang
berisi situasi yang berkaitan dengan topik yang dipelajari, siswa diharapkan dapat
mengajukan pertanyaan terhadap masalah yang diberikan dengan cara 1)
mengajukan masalah yang dapat dijawab secara matematis (soal matematis yang
dapat diselesaikan) sesuai dengan konteks dan situasi inti tanpa informasi baru;
2) mengajukan masalah yang dapat dijawab secara matematis (soal matematis
yang dapat diselesaikan) dengan cara menambah informasi baru ataupun
mengubah kondisi soal menjadi lebih menantang berdasarkan situasi tugas inti.
Penentuan skor terhadap kemungkinan pengajuan soal atau rumusan
masalah yang diajukan siswa dalam pembelajaran mengacu berdasarkan
klasifikasi pengajuan soal atau rumusan soal oleh siswa yang dikemukakan oleh
Silver dan Cai (1996:526) yaitu: a) pertanyaan matematika; b) pertanyaan non
matematika; c) pernyataan. Pertanyaan matematika adalah pertanyaan yang
mengandung masalah matematika dan berkaitan dengan informasi yang ada pada
situasi masalah inti. Pertanyaan matematika ini terdiri dari dua jenis, yaitu: (1)