• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN 1993-2006 : Kajian Mengenai Upaya Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia Pada Pemerintahan Orde Baru.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN 1993-2006 : Kajian Mengenai Upaya Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia Pada Pemerintahan Orde Baru."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

oleh

Niar Riska Agustriani 1000905

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Oleh

NIAR RISKA AGUSTRIANI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Niar Riska Agustriani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dlindungi undang-undang.

(3)

TAHUN 1993-2006

(Kajian Mengenai Upaya Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia pada Pemerintahan Orde Baru)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I

Drs. Suwirta, M.Hum NIP. 19621009 199001 1 001

Pembimbing II

Farida Sarimaya, S.Pd., M.Pd NIP. 19710504 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)
(5)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1. Konsep-Konsep yang Relevan ... 11

2.1.1. Hak Asasi Manusia (HAM) ... 12

2.1.2. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) ... 14

2.1.3. Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia ... 16

2.1.4. Kedudukan Komisi Nasional dalam Tata Negara Indonesia ... 17

2.1.5. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi ... 19

2.2. Teori-Teori yang Relevan ... 20

2.2.1. Teori Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Maslow ... 21

2.2.2. Teori Negara Hukum ... 24

2.3. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

3.1 Persiapan Penelitian ... 37

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 37

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 38

(6)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.1.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian ... 40

3.1.5 Proses Bimbingan ... 40

3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 41

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik) ... 41

3.2.2 Kritik Sumber ... 45

3.2.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi) ... 48

3.2.4 Historiografi ... 48

BAB IV KOMISI NASIONAL HAM TAHUN 1993-2006 DALAM UPAYA PENYELESAIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA PADA PEMERINTAHAN ORDE BARU... 52

4.1 Latar Belakang Lahirnya Komisi Nasional HAM ... 52

4.2 Perbandingan Kinerja Komisi Nasional HAM Tahun 1993-1998 dengan Kinerja Komisi Nasional Tahun HAM 1999-2006 ... 61

4.2.1 Kinerja Komisi Nasional HAM Tahun 1993-1998 dalam Upaya Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia pada Pemerintahan Orde Baru ... 62

4.2.1.1 Kinerja Komisi Nasional HAM Tahun 1993-1994 ... 67

4.2.1.2 Kinerja Komisi Nasional HAM Tahun 1995-1996 ... 71

4.2.1.3 Kinerja Komisi Nasional HAM Tahun 1997-1998 ... 75

4.2.2 Kinerja Komisi Nasional HAM Tahun 1999-2006 dalam Upaya Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia pada Pemerintahan Orde Baru ... 80

4.3 Peranan Tokoh Pemimpin Komisi Nasional HAM Terhadap Kebijakan yang Mendorong Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia pada Pemerintahan Orde Baru ... 101

4.3.1 Peranan Ali Said ... 102

4.3.2 Peranan Munawir Sjadzali ... 104

4.3.3 Peranan Marzuki Darusman ... 107

4.3.4 Peranan Djoko Soegianto ... 109

(7)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 116

5.1 Kesimpulan ... 116

5.2. Rekomendasi ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 123

(8)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

(9)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kata Kunci : HAM, Komisi Nasional HAM, Orde Baru, dan Reformasi ABSTRACT

This essay entitled “The Role of National Commission Human Right 1993-2006 (Examination to Resolve the Human Right Violation in New Order

Government)”. The human rights is the basic rights which adhere in all people and must be acquired by every person and is not the rights that is given by the government. In New Order government, the issue of human rights started to get attention by the domestic society and the international society. The cause of this situation is there are serious problems of human rights violation in Indonesia. Then, in order to face the issue of human rights, the New Order government established an institute which specially took care of the human rights violation cases, named National Human Rights Commission. The main problem discussed in this essay is about the function of National Commission in resolving the human rights violation in New Order government in 1993-2006. For detail, the researcher made the research questions, there are (1) Why is the National Human Rights Commission in Indonesia established in 1993?, (2) How is the comparison of performance between the National Human Rights Commission in 1993-1998 and the National Human Rights Commission in 1999-2006 in attempt to resolve the human rights violation in New Order government?, and (3) How is the role of the leader of the National Human Right Commission in attempt to resolve the human right violation in New Order government? The method used in this essay is historical method with the research steps as follow: (1) Heuristics, (2) Critics divided into two sections, there are external and internal, (3) Interpretation, and (4) Historiography. While for the research technique, the researcher used literary study. Based on the result of the research, there are some conclusions. The National Human Right Commission is the institute which is established by the New Order government through the Presidential Decree No. 50 Year 1993. The establishment of National Human Rights Commission in Indonesia is caused by the extrusions of United Nations and society concerning there are many human rights violations in Indonesia. The National Human Rights Commission performance has difference between New Order and Reformation Era in resolving the serious human rights violations that happened in New Order. The National Human Rights Commission got negative responses from the society at first

thinking that the National Human Rights Commission is government’s doll

(10)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(11)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Hak Asasi Manusia (HAM) menurut pasal 1 ayat 1 UU. No. 39 tahun 1999 yaitu seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dengan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Wibowo, 2010, hlm.19). Maka dapat dikatakan bahwa hak asasi manusia tersebut adalah hak-hak dasar yang melekat pada semua manusia dan harus diperoleh oleh setiap manusia yang bukan merupakan hak yang diperoleh dari pemberian negara.

Jaminan mengenai hak dasar manusia kembali diingatkan dan dinyatakan oleh H.G.Wells dalam bukunya On The Right Man (1939-1940). Kemudian hal tersebut disambut oleh Presiden Amerika F.D. Roosevelt pada awal Perang Dunia II tahun 1941 yang menyerukan akan perlunya kebebasan berbicara, kebebasan beragama, kebebasan dari kemiskinan, dan kebebasan dari rasa takut atau ancaman umat manusia (Alkatiri, 2010, hlm.17). Dari pernyataan tersebut maka terlihat bahwa hak asasi manusia mengalami perkembangan dan mendapat perhatian dari berbagai pihak yang peduli terhadap keadaan kemanusiaan di dunia.

(12)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang kemudian membuat banyak orang mulai berpikir mengenai cara apakah yang dapat menyelamatkan umat manusia terhadap berulangnya bencana perang yang sebelumnya telah mereka alami.

Dampak-dampak yang ditimbulkan dari Perang Dunia II kemudian menjadi salah satu faktor pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1945. Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadi salah satu organisasi dunia yang mempunyai perhatian besar terhadap penegakan hak asasi manusia di dunia terbukti dengan terbentuknya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) pada tahun 1948. Adapun pada awalnya Hak Asasi Manusia (HAM) hanya berada di negara-negara maju. Akan tetapi pada perkembangannya hak asasi manusia pun mulai berkembang secara meluas hingga negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Indonesia pun mau tidak mau sebagai salah satu anggota PBB harus menerimanya untuk ratifikasi instrument HAM internasional sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta kebudayaan Bangsa Indonesia.

Keberadaan Hak Asasi Manusia di Indonesia pun sesungguhnya tersirat dalam UUD 1945, namun belum tercantum secara transparan. Akan tetapi setelah dilakukannya amandemen I sampai dengan IV pada UUD 1945 ketentuan tentang HAM tercantum pada pasal 28 A – 28 J. Secara hiatoris, bangsa Indonesia dalam UUDS 1950 banyak memuat pasal-pasal mengenai HAM yang lebih banyak dibandingkan dengan UUD 1945. Namun pada saat itu, Konstituante yang terbentuk melalui pemilihan umum pada tahun 1955 dibubarkan berdasarkan keputusan Keppres Nomor 150 tahun 1959 pada tanggal 5 Juli 1955. Maka secara otomatis hal ini mengakibatkan bangsa Indonesia kembali ke UUD 1945 sebagai dasar negaranya (Muladi, 2005, hlm.3).

(13)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Demokrasi Parlementer (1950-1959) yang ditandai dengan berlakunnya UUDS 1950 merupakan suatu masa dimana pemikiran dan aktualisasi HAM mengalami fase “Pasang” dan merupakan masa “bulan madu” nya kebebasan. Hal tersebut terlihat dari beberapa indikator- indikator sebagai berikut (Manan,2001, hlm.32) :

1. Semakin banyaknya lahir partai-partai politik dengan beragam ideologinya masing- masing:

2. Kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi betul-betul menikmati kebebasannya;

3. Pemilihan umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam suasana kebebasan, fair dan demokrasi;

4. Parlemen atau dewan perwakilan rakyat sebagai representasi dari kedaulatan rakyat menunjukkan kelas dan kinerjanya sebagai wakil-wakil rakyat dengan melakukan pengawasan yang semakin efektif terhadap eksekutif;

5. Wacana dan pemikiran tentang HAM memperoleh iklim yang kondusif, sejalan dengan tumbuhnya sistem kekuasaan yang menenggang kebebasan.

Kelima indikator tersebut memperlihatkan bahwa masalah HAM merupakan hal yang dianggap sangat penting dan merupakan unsur yang tak dapat terpisahkan dari sistem negara konstitusional. Akan tetapi, keadaan “pasang” HAM pada masa pemerintahan Demokrasi Parlementer tidak berlangsung lama. Hal tersebut disebabkan oleh keputusan presiden yang membubarkan konstituante dan berlakunya kembali UUD1945 sehingga Indonesia memasuki masa pemerintahan Demokrasi Terpimpin (1959-1966).

Akan tetapi isu mengenai HAM mulai ramai dibicarakan dan mendapat perhatian yaitu pada masa pemerintahan Orde Baru (1967-1998). Pengharapan-pengharapan masyarakat terhadap HAM yang lebih baik di Indonesia pada masa orde baru dengan memberikan keleluasaan hak sipil dalam hukum pada kenyataannya belum dapat terwujud. Hal tersebut sesuai dengan pengamatan Soetandyo Wignyosoebroto dalam artikel berjudul Sifat Melawan Hukum

Material dan Implikasinya terhadap HAM Kolektif Atas Pembangunan di

Indonesia, (Muladi, 2009, hlm. 24-25) yaitu :

(14)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dasarnya. Dalam kenyataannya, yang tampak adalah fenomena fungsionalisasi hukum untuk sekedar menjaga ketertiban dan mengamankan kepentingan penguasa, serta mengoptimalkan fungsi hukum pada upaya melindungi dan melanggengkan suatu kondisi masyarakat yang hanya menguntungkan bagi kelompok elit yang berkuasa dengan mengorbankan ketentraman dan kepentingan sebagian besar warga negara.

Dari pemaparan pendapat yang dikemukan oleh Soetandyo Wignyosoebroto selaku pengamat hukum di Indonesia pada masa Orde Baru memperlihatkan bahwa pelaksanaan hukum pada masa itu belum dilakukan dengan baik. Keadaan tersebut masih mempertimbangkan kepentingan dari pihak-pihak tertentu, salah satunya yaitu pemerintahan yang berkuasa. Hal tersebut kemudian sejalan dengan penegakan HAM di Indonesia pada masa Orde Baru yang belum terwujud.

Bahkan pada masa-masa tahun1970-1980an, masyarakat Indonesia mulai mengalami keprihatinan terhadap supremasi hukum di Indonesia sebagai reaksi atas banyaknya kasus pelanggaran HAM di Indonesia (Manan, 2001, hlm. 47). Berikut ini merupakan beberapa kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia pada pemerintah Orde Baru, diantaranya Kasus DOM Aceh (1989-1998), Kasus Balibo dan Santa Cruz di Timor Timur (1975 dan 1991), Kasus Tanjung Priuk dan Kasus Talangsari (Lampung).

(15)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada masa pemerintahan Orde Baru, penguasa menganggap bahwa HAM merupakan produk Barat yang bersifat individualis. Hal itu pun selaras dengan keadaan pemerintah Indonesia pada masa orde baru yang memacu pembangunan ekonomi dengan menggunakan slogan “pembangunan”, pemerintah orde baru beranggapan bahwa upaya pemajuan dan perlindungan HAM merupakan penghambat “Pembangunan” . Sikap pemerintahan Orde Baru yang mengatakan bahwa HAM merupakan produk pemikiran barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila (Manan, 2001, hlm. 28).

Keberadaan dan perkembangan HAM pada masa Orde Baru pun terus mengalami kemunduran terbukti dengan beberapa pelanggaran-pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap lawan politik, masyarakat, atau golongan yang dianggap mengancam kestabilan kekuasaannya. Selain itu, terjadi pula perampasan hak sipil yang terdominasi dengan pihak militer. Pelanggaran-pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang terjadi pada pemerintahan orde baru memperlihatkan bahwa pada masa tersebut merupakan suatu masa dimana perkembangan hak asasi manusia di Indonesia mengalami kemunduran.

(16)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendirian Komisi Nasional HAM oleh pemerintahan orde baru tersebut kemudian memberikan suatu kesenjangan dimana lembaga tersebut didirikan oleh presiden yang pada saat itu banyak sekali melakukan pelanggaran HAM di Indonesia. Keadaan tersebut menjadi suatu ironi bagi Komisi Nasional HAM dan pemerintahan orde baru terlebih mengenai kinerja Komisi Nasional HAM pada masa pemerintahan presiden orde baru. Selain itu, tidak sedikit masyarakat yang mengetahui bahwa Komisi Nasional HAM telah berdiri sejak masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Adapun kemudian suatu hal yang menjadi unik dalam pembentukan Komisi Nasional HAM yaitu legitimasi berupa TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang HAM, Undang-Undang Nomor 39 tentang HAM dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Dimana ketiga ketetapan tersebut mengatur kinerja dan kedudukan Komisi Nasional HAM dalam sistem pemerintahan Indonesia baru di sahkan pada masa reformasi. Hal tersebut disebabkan pada masa pemerintahan orde baru Komisi Nasional HAM didirikan hanya berdasarkan keputusan Presiden yang dapat dikatakan kontroversi mengenai alasan didirikannya.

Keberadaan Komisi Nasional HAM pun menjadi menarik untuk dikaji dimana selain lembaga tersebut didirikan oleh penguasa di masa orde baru. Diawal berdirinya Komisi Nasional HAM sudah menimbulkan suatu pertanyaan apakah Komisi Nasional HAM dapat melaksanakan tugasnya untuk menegakkan HAM atau hanya sebagai jawaban dari sebuah tekanan yang dialami oleh pemerintahan orde baru sebagai salah satu negara anggota PBB. Hal tersebut kemudian pada akhirnya membuat sebagian masyarakat yang peduli terhadap keberadaan HAM di Indonesia berasumsi bahwa keberadaan Komisi Nasional HAM pada masa orde baru hanya sebagai “produk” untuk lepas dari tekanan -tekanan tersebut.

(17)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukannya terhadap pemerintahan orde baru. Pendirian Komisi Nasional HAM tersebut seharusnya merupakan suatu cara pemerintah dalam mengatasi berbagai pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia begitu pun pada pemerintahan orde baru, akan tetapi seperti yang kita ketahui pada saat itu masih banyak pelanggaran HAM yang terjadi salah satunya yaitu kerusuhan pada tanggal 27 Juli 1996 dimana pada saat itu Komnas HAM sudah berdiri.

Komisi Nasional HAM yang kemudian mendapatkan penguatan pada masa reformasi dengan disahkannya beberapa undang-undang yang mengkaji tentang HAM. Penguatan-penguatan tersebut diantaranya yaitu dengan dibuatnya peraturan perundang-undangan yang terkait dengan HAM sebagai rambu-rambu, seperti UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, ratifikasi terhadap instrument internasional tentang HAM, UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM yang memungkinkan dibukanya kembali kasus-kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu, serta pemberantasan praktek KKN (Muladi, 2009, hlm. 51).

Berdasarkan penguatan-penguatan dengan dibuatnya beberapa Undang-Undang mengenai HAM, diharapkan Komisi Nasional HAM dapat semakin kuat dalam menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada pemerintahan orde baru. Akan tetapi, pada kenyataanya sekarang masih banyak kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada pemerintahan orde baru belum terselesaikan.

(18)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang terlah diuraikan diatas maka saya menentukan rumusan masalah yaitu “Bagaimana peranan Komisi Nasional HAM tahun 1993-2006 dalam upaya penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia pada pemerintahan Orde Baru?”. Adapun pertanyaan penelitian yang saya kaji yaitu :

1. Mengapa Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di Indonesia berdiri pada tahun 1993?

2. Bagaimana perbandingan kinerja Komisi Nasional HAM tahun 1993-1998 dengan kinerja Komisi Nasional Tahun HAM tahun 1999-2006 dalam penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia pada pemerintahan Orde Baru ?

3. Bagaimana peranan tokoh pemimpin Komisi Nasional HAM terhadap kebijakan yang mendorong penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia pada pemerintahan Orde Baru?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang saya ajukan di atas, adapun tujuan penelitiannya yaitu untuk :

1. Mengidentifikasi alasan Komisi Nasional HAM berdiri pada tahun 1993. 2. Menganalisis perbandingan kinerja Komisi Nasional HAM tahun

1993-1998 dengan kinerja Komisi Nasional HAM tahun 1999-2006 dalam upaya penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia pada pemerintahan orde baru.

(19)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan memberikan kegunaan baik secara

teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis dengan penelitian ini berguna

untuk menambah pengetahuan mengenai upaya penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia pada pemerintahan Orde Baru oleh Komisi Nasional HAM (1993 – 2006). Secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk :

1. Wahana menambah pengetahuan dan wawasan terhadap lembaga-lembaga

yang berdiri pada masa pemerintahan orde baru yaitu dengan mengkaji

upaya penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia pada pemerintahan Orde Baru oleh Komisi Nasional HAM tahun 1993 – 2006.

2. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kemanusiaan.

3. Media informasi mengenai upaya penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia oleh Komisi Nasional HAM.

4. Memberikan kontribusi dalam memahami pemerintahan Orde Baru tidak hanya dari aspek politik dan militernya, akan tetapi juga dari aspek

kemanusiaan.

5. Salah satu referensi dalam materi mata pelajaran Sejarah di SMA kelas XII yang sesuai dengan SKKD yaitu menganallisis perkembangan

pemerintahan Orde Baru.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika dari penulisan karya tulis ilmiah ini diantaranya yaitu sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka mempunyai peran yang sangat penting dan berfungsi sebagai landasan teoretik dalam menyusun pertanyaan penelitian dan tujuan.

(20)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab IV Peranan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun 1993-2006 berisi pembahasan yang terdiri dari dua hal utama yaitu pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan pembahasan atau hasil temuan.

(21)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab III ini peneliti memaparkan metode penelitian yang akan digunakan untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan tema skripsi yang diangkat oleh peneliti, yaitu “Peranan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun 1993-2006 (Kajian Mengenai Upaya Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi

Manusia Pada Pemerintahan Orde Baru)”. Metode penelitian yang digunakan penulis akan memaparkan mengenai langkah-langkah penelitian yang dilakukan penulis dalam proses penelitin.

Menurut Ismaun (Ismaun, 2005, hlm.34) metode historis terdiri atas empat langkah penting yang harus dilakukan dalam penelitian sejarah, yaitu :

1. Heuristik, yaitu sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data atau mencari sumber sejarah atau evidensi sejarah (Sjamsuddin, 2007, hlm. 88). Pada tahap ini penulis akan melakukan penelitian dengan mencari dan mengumpulkan sumber sejarah yang berhubungan dengan “Peranan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun 1993-2006 (Kajian Mengenai Upaya Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia Pada

Pemerintahan Orde Baru)”. Pada tahap heuristik ini yang dilakukan oleh penulis hanya studi literatur, hal ini disebabkan keterbatasan waktu dan biaya bagi penulis untuk melakukan wawancara secara berkelanjutan. Sehingga penulis hanya melakukan studi literatur dengan mencari buku-buku, jurnal-jurnal, artikel-artikel, makalah, dan laporan-laporan mengenai masalah yang dikaji dalam penulisan skripsi ini.

2. Kritik, yaitu kegiatan-kegiatan analitis yang harus ditampilkan oleh para

(22)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

relevan dan akurat sehingga sumber-sumber yang terdapat dalam penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan. Pada tahap kritik juga penulis dapat menemukan sumber yang relevan dengan permasalahan yang dikaji mengenai “Peranan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun 1993-2006 (Kajian Mengenai Upaya Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia Pada

Pemerintahan Orde Baru)”. Kritik sumber dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Kritik ekstern atau kritik luar, yakni pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Tahap ini merupakan penelitian atas asal usul sumber, sehingga dapat diketahui sumber yang didapatkan termasuk kedalam sumber otentik ataupun turunan. Kritik eksternal mempersoalkan bahan dan bentuk sumber, umur dan asal dokumen, kapan dibuat, dibuat oleh siapa, instasi apa atau atas nama siapa. Sumber itu asli atau salinan dan sudah dirubah atau masih utuh seluruhnya (Ismaun, 2005, hlm. 50).

b. Kritik internal atau kritik dalam, yakni pengujian terhadap aspek internal yaitu isi dari sumber yang didapatkan. Kritik internal dilakukan untuk mengetahui apakah isi atau data-data yang terdapat dalam sumber sejarah itu dapat dipertanggungjawabkan atau tidak tingkat kredibelitasnya. Maka dari itu penulis tidak dapat begitu saja menerima semua sumber untuk dijadikan sumber sejarah dalam penulisan skripsi ini.

3. Interpretasi, tahap ini peneliti mulai memberikan penafsiran terhadap

sumber yang diperoleh selama penelitian. Peneliti membuat deskripsi, analisis kritis dan pemilihan fakta-fakta. Penafsiran dilakukan dengan menguhubungkan konsep dan teori yang telah ditentukan dengan fakta dan data yang telah ditemukan dari sumber dalam penelitian. Pada tahap interpretasi kemudian penulis menuliskan pembahasan yang sesuai dengan masalah yang dikaji mengenai “Peranan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun 1993-2006 (Kajian Mengenai Upaya Penyelesaian

(23)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Historiografi, merupakan langkah terakhir dalam penelitian setelah dilakukan heuristik, kritik dan interpretasi. Tahap terakhir dalam penelitian sejarah ini merupakan tahap dimana penulis menuliskan pembahasan berdasarkan sumber-sumber sejarah yang kemudian dikaitkan dengan teori-teori yang digunakan penulis sehingga mendapatkan hasil dapat dipertanggungjawaban kredibilitasnya. Penulis berusaha untuk mengajukan laporan penelitian sejarah yang berjudul “Peranan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun 1993-2006 (Kajian Mengenai Upaya Penyelesaian

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Pada Pemerintahan Orde Baru)”.

Penggunaan metode historis dalam penelitian didukung juga dengan penggunaan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner merupakan pendekatan yang menggunakan disiplin ilmu sosial secara berimbang, tanpa ada yang dominan. Oleh karena itu, penelitian ini memerlukan ilmu bantu atau

auxilliary sciences atau sister disciplines (Ismaun, 2005, hlm. 62). Ilmu bantu

yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu ilmu politik dan tata negara, dimana peranan dari ilmu bantu tersebut yaitu :

a. Politik, bahasan utama dalam skripsi ini yaitu mengenai kehidupan politik Indonesia sekitar tahun 1993-2006 yang mempengaruhi keberadaan hak asasi manusia di Indonesia. Selain itu, keberadaan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia juga dipengaruhi oleh keadaan politik Indonesia yang dimana Indonesia pun merupakan negara hukum.

b. Tata Negara, konsep ini digunakan dalam penulisan skripsi ini untuk melihat kedudukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di Indonesia berdasarkan sistem ketatanegaraan.

(24)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbagai perpustakaan untuk mengumpulkan buku-buku dan jurnal serta berbagai artikel baik pada media cetak maupun online yang berhubungan dengan Komnas HAM.

Adapun pada rencana awalnya penulis berencana dalam penulisan skripsi ini juga melakukan teknik wawancara kepada pihak Komnas HAM. Akan tetapi, dalam perjalannanya serta kenyataannya penulis tidak dapat melakukan teknik wawancara tersebut. Keadaan tersebut disebabkan beberapa kendala yang penulis alami dalam proses penelitian, baik itu kendala keterbatasan waktu maupun materi dan juga prosedur yang rumit dari pihak Komnas HAM apabila akan melakukan wawancara secara langsung. Sehinngga, penulis pun hanya dapat melakukan kunjungan ke perpustakaan Komnas HAM.

Perpustakaan Komnas HAM merupakan salah satu layanan yang dimiliki Komnas HAM yang dibuka secara umum. Perpustakaan Komnas HAM memiliki koleksi yang lengkap tentang buku-buku, laporan-laporan, artikel, serta surat kabar mengenai hak asasi manusia di Indonesia maupun dunia. Maka dari itu, penulis hanya dapat melakukan studi literatus dalam penulisan skripsi ini, akan tetapi walaupun hanya melakukan studi literatur isi dari skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan karena telah melalui tahap-tahap dalam penulisan sejarah.

Dalam melakukan sebuah penelitian, peneliti menggunakan beberapa langkah penting yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu (Sjamsuddin, 2007, hlm. 89) :

a. Memilih sebuah topik yang sesuai;

b. Mengusut semua evidensi yang relevan dengan topik penelitian yang diangkat;

c. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika proses penelitian berlangsung; d. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan

dalam hal ini dilakukan sebuah kritik terhadap sumber;

e. Menyusun hasil-hasil penelitian menjadi sebuah pola yang benar sejalan dengan sistematika yang berlaku dan telah dipersiapkan sebelumnya; f. Menyajikan hasil penelitian menjadi sebuah gambaran yang dapat

(25)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti berusaha menjabarkan langkah-langkah penelitian dengan menggunakan metode historis tersebut menjadi tiga bagian, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penulisan laporan penelitian.

3.1 Persiapan Penelitian

Dalam tahap ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh peneliti. Peneliti harus memilih dan menentukan topik dari penelitian yang akan dikaji berdasarkan literatur yang telah dibaca sebelumnya. Adapun awal dari ketertarikan peneliti terhadap topik penelitian yaitu disebabkan pada mata kuliah “Sejarah Orde Baru dan Reformasi” menjelaskan tentang kehidupan pada kedua masa tersebut di Indonesia. Akan tetapi, sedikit sekali yang membahas mengenai hak asasi manusia padahal seperti yang diketahui pada masa orde baru cukup banyak terjadi pelanggaran hak asasi manusia. Kemudian penulis pun melakukan diskusi dengan teman-teman peneliti yang akhirnya memberikan pencerahan kepeda peneliti untuk meneliti mengenai hal asasi manusia di Indonesia pada masa orde baru dan awal reformasi.

Setelah itu peneliti mencari berbagai sumber tertulis yang relevan dan berhubungan dengan permasalahan yang akan diangkat, baik itu dari buku, artikel, jurnal dan karya ilmiah lainnya. Kemudian topik tersebut diajukan kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah (TPPS). Adapun berbagai persiapan penelitian terdiri dari beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu :

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

(26)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut yang kemudian menjadi ketertarikan peneliti untuk meneliti mengenai upaya lembaga tersebut yaitu komnas HAM dalam menyelesaikan pelanggaran-pelenggaran hak asasi manusia yang terjadi pada masa orde yang sampai sekarang diantarnya belum selesai.

Adapun setelah peneliti melakukan diskusi dengan beberapa teman, akhirnya peneliti mengajukan judul penelitian “Dinamika Perjalanan Komnas

Ham pada Pemerintahan Orde Baru dalam Upaya Penegakan Ham di

Indonesia (1993 1998)”. Setelah itu peneliti mengajukan topik penelitian kepada Ketua Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung sekitar akhir bulan Desember 2013. Langkah selanjutnya ialah menyusun suatu rancangan penelitian berupa proposal skripsi untuk selanjutnya di seminarkan.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan kerangka dasar yang dijadikan acuan dalam penyusunan laporan penelitian. Rancangan penelitian tersebut kemudian harus dibuat oleh peneliti sebelum diselenggarakannya seminar proposal skripsi. Proposal skripsi ini berupa rancangan penelitian yang dibuat berdasarkan beberapa sumber yang diperoleh dalam pra penelitian.adapun dalam penyusunan proposal skripsi harus mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh bagian akademik Jurusan Pendidikan Sejarah maupun Universitas Pendidikan Indonesia, terdiri dari :

a. Judul penelitian;

b. Latar belakang masalah penelitian (kesenjangan antara idealita dan realita, dalam bentuk deskriptif);

c. Rumusan masalah penelitian; d. Tujuan penelitian;

e. Manfaat penelitian;

f. Kajian Pustaka, merupakan penggunaan konsep, teori dan kajian terhadap buku yang digunakan dalam penelitian;

(27)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i. Daftar pustaka.

Proposal penelitian yang telah disusun kemudian diajukan kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah. Setelah disetujui, selanjutnya judul tersebut diseminarkan pada tanggal 10 Januari 2014 di Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah, lantai 4 Gedung FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia. Seminar dilaksanakan dihadapan TPPS dan calon pembimbing skripsi untuk didiskusikan apakah rancangan tersebut dapat dilanjutkan atau tidak dan apakah calon pembimbing yang diajukan bersedia atau tidak untuk menjadi pembimbing.

Adapun terdapat perubahan judul yang dilakukan peneliti setelah dilakukannya seminar proposal berdasarkan saran dari para dosen yang datang pada saat seminar, pergantian judul tersebut yaitu dari “Dinamika Perjalanan

Komnas Ham pada Pemerintahan Orde Baru dalam Upaya Penegakan Ham di

Indonesia (1993 1998)” menjadi Peranan Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia Tahun 1993-2006 (Kajian Mengenai Upaya Penyelesaian

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Pada Pemerintahan Orde Baru)”. Setelah

adanya kesepakatan mengenai judul penelitian, peneliti kemudian diberikan surat penunjukkan dosen pembimbing skripsi no 01/TPPS/JPS/PEM/2014 pada tanggal 16 Januari 2014 yang diketahui oleh Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS Bandung dan sekaligus menunjuk Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II.

3.1.3 Mengurus Perizinan

(28)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan penelitian, surat keterangan tersebut di tandatangani oleh Pembantu Dekan I FPIPS UPI.

3.1.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Perlengakapan penelitian merupakan salah satu aspek yang penting untuk kelancaran proses penelitian. Agar mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan, perlengkapan penelitian ini harus dipersipkan dengan baik. Adapun perlengkapan yang dibutuhkan selama penelitian diantaranya :

a. Surat perijinan; b. Kamera foto; dan c. Buku catatan.

3.1.5 Proses Bimbingan

Pada proses penelitian skripsi, peneliti selalu melakukan proses bimbingan dengan para dosen pembimbing. Bimbingan tersebut merupakan proses konsultasi dengan dosen pembimbing untuk menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi. Berdasarkan surat penunjukkan pembimbing skripsi yang telah dikeluarkan oleh Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS) no 01/TPPS/JPS/PEM/2014, dalam penyusunan skripsi ini peneliti akan dibimbing oleh Dosen Pembimbing I yaitu Drs. Suwirta, M.Hum dan Dosen Pembimbing II yaitu Farida Ismaya, S. Pd, M. Pd.

(29)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ialah untuk memberikan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi, saran dan kritik kepada peneliti.

Proses bimbingan dilakukan secara bertahap, berkelanjutan serta sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, pada setiap pertemuan bimbingan membahas satu atau dua bab yang diajukan. Bimbingan dilakukan berkelanjutan mulai dari BAB I, BAB II, BAB, III, BAB IV dan BAB V, dengan demikian akan terlihat kesinambungan dalam penulisan skripsi yang baik berdasarkan komunikasi dan diskusi antara peneliti dengan dosen pembimbing berkaitan dengan penelitian serta penulisan skripsi, tentunya setelah dilakukan berbagai perbaikan setelah diadakannya bimbingan.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan salah satu tahapan penting dari sebuah proses penelitian. Dalam tahapan ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan berdasarkan metode historis, yaitu heuristik, kritik (internal dan eksternal) dan interpretasi. Adapun uraian dari ketiga tahap tersebut ialah sebagai berikut :

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Heuristik merupakan langkah pertama yang dilakukan peneliti untuk mencari dan mengumpulkan berbagai sumber informasi yang relevan dengan masalah yang akan dikaji oleh peneliti. Heuristik yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan studi literatur (sumber tertulis) berupa surat kabar, majalah, artikel, makalah, jurnal, dokumen serta buku-buku yang berkaitan dengan penelitian skripsi penulis yang berjudul “Peranan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun 1993-2006 (Kajian Mengenai Upaya

Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia Pada Pemerintahan Orde

Baru)”. Walaupun pada rencana awalnya penulis juga akan melakukan teknik

(30)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun beberapa tempat yang peneliti kunjungi untuk mencari dan mengumpulkan sumber relevan dalam penelitian skripsi, diantaranya sebagai berikut :

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Perpustakaan UPI merupakan tempat yang pertama kali dan sering peneliti kunjungi untuk mencari buku-buku yang relevan dengan skripsi peneliti. Kunjungan di perpustakaan UPI dilakukan secara terus menerus dari bulan Desember 2013 sampai sekarang. Adapun beberapa buku yang peneliti temukan di perpustakaan UPI dan kemudian dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan referensi dalam penulisan skripsi ini. Buku-buku utama tersebut diantaranya yaitu :

a. “Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia” karya Bagir Manan.

b. “HAK ASASI MANUSIA : Hakekat, Konsep, dan Implikasinya

dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat” karya Muladi.

c. “Komisi Independen Internasional Mengenai Masalah-Masalah

Kemanusiaan” karya Khan.

d. “Hak Asasi Manusia dan Implementasinya di Indonesia” ditulis oleh Aji Wibowo.

2. Perpustakaan Bapusipda Kota Bandung

(31)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Perpustakaan Konferensi Asia Afrika

Pada kunjungan peneliti di Perpustakaan Konferensi Asia Afrika, peneliti menemukan beberapa buku yang dapat dijadikan sebagai sumber penulisan skripsi. Kunjunngan di perpustakaan Konferensi Asia –Afrika penulis lakukan sekitar bulan Februari dan Maret 2014. Adapun beberapa buku tersebut diantaranya yaitu :

a. “Dokumen-Dokumen Pokok Mengenai Hak Asasi Manusia” yang ditulis oleh I. Brownlie.

b. “Hak-Hak Asasi Manusia di Dunia yang Berubah” karya A.

Cassese.

c. “HAM dan Kita” karya Todung Mulya Lubis.

d. “Diseminasi Hak Asasi Manusia” Penyunting E. S. Nadj dan Naning Mardiniah.

4. Perpustakaan Batu Api Jatinangor

Heuristik selanjutnya peneliti yaitu dengan mengunjungi perpustakaan Batu Api yang terletak di Jatinangor, Kabupaten Sumedang pada bulan Agustus 2014. Lokasi perpustakaan Batu Api tidak jauh dari Universitas Padjajaran (UNPAD) Jatinangor. Pada heuristik ini peneliti menemukan beberapa buku yang berhubungan dengan masalah pada skripsi yang peneliti kaji. Adapun beberapa buku tersebut, diantaranya sebagai berikut :

a. “Langit Masih Mendung (Laporan Keadaan Hak-Hak Asasi

Manusia di Indonesia 1980)” penyunting T. Mulya Lubis dan Fauzi Abdullah.

b. “Peristiwa 27 Juli” penulis Gibran Ajidarma dan Irawan Saptono c. “Pengadilan HAM AD-HOC Tanjung Priok (Pengungkapan

Kebenaran untuk Rekonsiliasi Nasional)” penulis A. W. Fatwa. d. “HAM : Penjelajahan Dalih Relativisme Budaya” penulis Rhoda

(32)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. “Laporan HAM 2005 (Penegakkan Hukum dan HAM Masih Gelap)” yang ditulis oleh Kontras.

5. Pameran Buku UNPAD

Selain melakukan heuristik dengan berkunjung ke perpustakaan-perpustakaan, peneliti juga mengunjungi pameran buku yang dilaksanakan di Bandung pada bulan Februari. Salah satu pameran buku yang peneliti kunjingi yaitu Pameran Buku yang diselenggarakan oleh Universitas Padjajaran (UNPAD) terletak di jalan Dipati Ukur . Pada kunjungan ini peneliti menemukan satu buku yang dijadikan sebagai sumber dalam penulisan skripsi. Adapun judul buku yang peneliti peroleh yaitu “Belajar Memahami HAM” penulis Zeffry Alkatiri.

6. Perpustakaan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) Perpustakaan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia terletak di lantai 2 kantor Komnas HAM yang berlokasi di Jalan Latuharhari No. 4B, Menteng, Jakarta. Kunjungan tersebut dilakukan penulis pada tanggal 3 September 2014. Pada kunjungan ini penulis memperoleh buku dan dokumen berupa laporan Komnas HAM setiap tahunnnya. Adapun penemuan-penemuan tersebut, diantaranya yaitu,

a. “Pengadilan Hak Asasi Manusia di Indonesia (Edisi Kedua)” penulis R.Wiyono, S.H.

b. “HAK ASASI MANUSIA DALAM KONSTITUSI

INDONESIA:Dari UUD 1945 sampai dengan Amandemen UUD

1945 Tahun 2002” penulis Majda El-Muhtaj, M.Hum.

c. “KOMNAS HAM 1993-1997 : Pergulatan dalam

Otoritarianisme” penulis Pratikno Cornelis Lay.

d. “Pemikiran Sosial dan Politik Indonesia Periode 1965-1999”

penulis David Bourchier.

(33)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

h. “Laporan Tahunan 1998” penulis Komnas HAM i. “Laporan Tahunan 1997” penulis Komnas HAM j. “Laporan Tahunan 1996” Penulis Komnas HAM k. “Laporan Tahunan 1994” penulis Komnas HAM

3.2.2 Kritik Sumber

Tahap selanjutnya, merupakan tahap kedua dari proses penelitian sejarah. Tahap kedua ini adalah tahap kritik sumber, dimana peneliti melakukan kritisi dan verifikasi terhadap sumber-sumber yang telah ditemukan pada tahap heuristik. Hal tersebut dikarenakan peneliti tidak langsung menerima dengan begitu mudahnya apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber tersebut. Peneliti memilah fakta secara kritis, langkah inilah yang disebut kritik sumber, kritik sumber dilakukan baik terhadap bahan materi (ekternal) sumber maupun terhadap substansi (isi) sumber (Sjamsuddin, 2007, hlm. 131). Dalam metode sejarah dikenal dengan cara dilakukannya sebuah kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menekankan pada aspek-aspek luar dari sumber sejarah seperti penulis sumber, sedangkan kritik internal lebih menekankan pada isi (substansi) dari sumber tersebut. Adapun kritik eksternal dan kritik internal terhadap sumber yang peneliti dapatkan akan dipaparkan sebagai berikut :

a. Kritik Eksternal

Pada tahap kritik eksteral ini peneliti menguji aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Adapun tujuan dilakukannya kritik eksternal yaitu untuk menilai kelayakan sumber-sumber sejarah yang akan dijadikan bahan penunjang dalam penelitian skripsi ini atau tidak. Adapun tujuan lain dari dilakukannya kritik eksternal adalah untuk meminimalisir subjektivitas dari berbagai sumber yang peneliti dapatkan pada tahap heuristik.

(34)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penulis jadikan referensi dalam penulisan skripsi merupakan orang-orang yang berkompeten dan berhubungan dengan hak asaasi manusia. Beberapa tokoh hak asasi manusia, hukum, dan sejarah yang menulis sumber sejarah diantaranya yaitu; Todung Mulya Lubis, Bagir Manan, Aji Wibowo, Muladi, Pratikno dan Cornelis Lay, Miriam Budiarjo, dan Asviwarman. b. Kritik Internal

Berbeda dengan kritik eksternal, kritik internal lebih menguji kredibilitas dan reabilitas sumber. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kritik internal merupakan penilaian terhadap aspek dalam dari sumber yang diperoleh, setelah dilakukan kritik eksternal. Adapun beberapa buku yang penulis lakukan kritik internal dinataranya yaitu :

1) Belajar Memahami HAM yang ditulis oleh Zeffry Alkatiri menjelaskan

mengenai isu-isu Hak Asasi Manusia yang terjadi di masyarakat. Buku ini juga menjelaskan, bahwa penerapan HAM di setiap negara berbeda dengan pengkajian HAM menggunakan perspektif yang lebih luas. Kemudian dipaparkan pula penjelasan mengenai pandangan HAM dari beberapa dimensi diantaranya dimensi sosial, politik dan budaya serta pendekatan sejarah yang digunakan dalam memahami HAM.

2) Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia ditulis oleh Bagir Manan, menjelaskan mengenai latar

belakang munculnya HAM di Indonesia sampai pada perkembangan HAM di Indonesia dari masa ke masa hingga lahirnya KOMNAS HAM. 3) HAK ASASI MANUSIA : Hakekat, Konsep, dan Implikasinya dalam

Perspektif Hukum dan Masyarakat yang disunting oleh Muladi berisi

mengenai berbagai kumpulan jurnal yang berhubungan dengan Hak Asasi Manusia di Indonesia.

(35)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan mampu bersikap kritis terhadap pemerintah dalam kasus politik yang sangat sensitive sekalipun. Maka jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam mengkaji permasalahan dalam skripsi penulis khususnya untuk mengetahui bagaimana kinerja Komnas HAM pada tahun 1993-1998 (pemerintahan orde baru).

5) “Penguatan Eksistensi Kelembagaan Komnas HAM dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia” karya Rommy Patra memaparkan mengenai eksistensi kelembagaan Komnas HAM yang masih mengandung sejumlah kelemahan sehingga belum efektif dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Sehingga Komnas HAM masih membutuhkan penguatan kelembagaan dalam sistem ketatanegaraan. Maka jurnal tersebut relevan dengan kajian penulis yang juga melihat keberadaan Komnas HAM dalam sudut pandang ilmu ketatanegaraan.

6) “Quovadis Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran HAM di

Indonesia” karya Boy Nurdin di atas menjelaskan mengenai keadaan hak asasi manusia pada masa orde baru yang masih terabaikan. Kemudian jurnal ini juga memaparkan mengenai peraturan-peraturan dan undang-undang penguatan hak asasi manusia dan Komnas HAM di Indonesia. Selain itu dijelaskan pula pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia pada pemerintahan orde baru.

7) “Implikasi Pembatalan Undang-Undang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Terhadap Prospek Penanganan Pelanggaran Berat Hak

Asasi Manusia” karya Agus Raharjo. Jurnal ini merupakan jurnal yang memaparkan mengenai akibat dari pembatalan terhadap undang-undang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi pada tahun 2006.

3.2.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi)

(36)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian. Setelah fakta-fakta tersebut dirumuskan dan disimpulkan berdasarkan data yang berhasil diperoleh, maka kemudian fakta tersebut disusun dan ditafsirkan. Suatu fakta dihubungkan dengan fakta lainnya, sehingga menjadi sebuah rekonstruksi yang memuat penjelasan dari berbagai pokok-pokok permasalahan.

Dalam mengkaji dan memahami berbagai peristiwa yang terjadi di masa lampau, penggunaan ilmu bantu sangat diperlukan dalam kegiatan penelitian. Ilmu-ilmu sosial tersebut kemudian digunakan sebagai alat untuk menganalisis masalah yang akan dikaji, sehingga pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan interdisipliner.

3.2.4 Historiografi

Tahapan terakhir atau tahak keempat dalam sebuah penelitian adalah historiografi. Historiografi merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan interpretasi dan harus dilakukan secara bersamaan. Pada bagian ini peneliti akan menyajikan hasil temuan dari berbagai sumber yang telah dikumpulkan, hasil-hasil temudian kemudia diseleksi dan analisis yang kemudian direkonstruksi dalam sebuah penulisan sejarah. Historiografi merupakan tahap terakhir dalam prosedur penelitian sejarah, bukan hanya menuliskan temuan-temuan secara analisi-kritis, akan tetapi juga harus memperhatikan cara menulis hasil penelitian skripsi sehingga menghasilkan karya tulis yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Namun dalam kebebasannya peneliti harus memperhatikan ketentuan-ketentuan umum baik dalam penulisannya maupun dalam penafsirannya. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah penafsiran (Interpretasi), penejelasan (Eksplanasi) dan penyajian (Ekspose, Darstellung) (Ismaun, 2005, hlm. 157).

Sistematika penulisan dibagi ke dalam lima bagian yang memuat pendahuluan, kajian teori, langkah-langkah penelitian, pembahasan, dan terakhir adalah kesimpulan. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut :

(37)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab I Pendahuluan. Bagian awal penulisan mengenai Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di dalamnya diuraikan latar belakang masalah penelitian yang diangkat oleh peneliti dilihat dari kesenjangan yang nampak dari sebuah realita yang ada dengan suatu kondisi yang ideal dari masalah tersebut sehingga dengan begitu terlihat alasan mengapa persoalan penting untuk diangkat. Selain dari latar belakang masalah penelitian, pada bagian ini juga terdapat rumusan masalah, tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti, manfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti dengan dilakukannya penulisan skripsi, dan struktus organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka. Berisi konsep-konsep, teori-teori, dan beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah pada penulisan skripsi penulis. Adapun konsep-konsep yang dikaji yaitu Hak Asasi Manusia (HAM), Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia, Kedudukan Komisi Nasional dalam Tata Negara Indonesia, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Sedangkan teori-teori yang digunakan untuk menganalisis masalah dalam skripsi ini yaitu Teori Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Maslow dan Teori Negara Hukum. Kemudian bagian terakhir pada bab kajian teori yaitu berisi penelitian-penelitian terdahulu berupa jurnal dan artikel. Pada tahap penulisan bab kajian teori penulis juga melakukan kritik yaitu untuk mengkaji konsep, teori, dan penellitian terdahulu sesuai dengan masalah yang dikaji pada skripsi ini.

(38)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kritik sumber, kemudian dilakukan proses interpretasi sampai dengan tahap terakhir yaitu tahap historiografi.

BAB IV Komisi Nasional HAM Tahun 1993-2006 dalam Upaya Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia Pada Pemerintahan Orde Baru. Diuraikan mengenai hasil temuan peneliti tentang permasalahan yang diangkat, data-data yang ditemukan tersebut harus melewati proses berpikir yang cermat, dan diberikan kritik (internal dan eksternal) kemudian temuan tersebut dianalisis oleh peneliti. Isi pada bab ini yaitu berupa jawaban dari rumusan masalah yang telah penulis jelaskan pada bab I (pendahuluan). Bab IV terdiri dari beberapa sub-bab, dintaranya yaitu sub-bab pertama merupakan pemaparan mengenai latar belakang lahirnya Komisi Nasional HAM di Indonesia pada tahun 1993, pada sub-bab kedua penulis menjelaskan mengenai hasil temuan penulis mengenai perbandingan kinerja Komisi Nasional tahun 1993-1998 dengan kinerja Komisi Nasional tahun 1999-2006 dalam upaya penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia pada pemerintahan orde baru, sedangkan pada sub-bab ketiga memaparkan pula temuan penulis mengenai peranan tokoh pemimpin Komisi Nasional Hak Asasi Manusia terhadap kebijakan dalam upaya penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia pada pemerintahan orde baru.

(39)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka. Kegiatan yang mencantumkan semua sumber yang digunakan selama melakukan kegiatan penelitian, baik sumber buku, jurnal, artikel, dan surat kabar. Cara penulisan daftar pustaka disesuaikan dengan aturan yang berlaku di universitas tempat peneliti menjalani kegiatan akademik serta sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku. Disusun secara alfabetis tanpa nomor urut, sumber tertulis atau tercetak yang lebih dari satu baris ditulis dengan jarak antar antar baris satu spasi, sedangkan jarak antara sumber-sumber tertulis yang saling berurutan adalah dua spasi.

(40)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Kesimpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil penelitian penulis mengenai Komisi Nasional HAM dalam upaya penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia pada pemerintahan Orde Baru. Sedangkan rekomendasi penulis merupakan saran yang ditujukan penulis kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan kajian masalah dalam penelitian penulis.

5.1 KESIMPULAN

Pada bagian ini penulis menyajikan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh setelah penulis melakukan pengkajian dan analisi terhadap permasalahan yang dibahas mengenai “Peranan Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia Tahun 1993-2006 (Kajian Mengenai Upaya Penyelesaian Pelanggaran

Hak Asasi Manusia Pada Pemerintahan Orde Baru)”.. Kesimpulan ini memaparkan beberapa pikiran pokok yang merupakan inti jawaban dari permasalahan yang telah dikaji. Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Pertama, Komisi Nasional HAM berdiri berdasarkan Keputusan Presiden

(41)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia pada pemerintahan Orde Baru menimbulkan banyak tekanan terhadap pemerintah Indonesia. Tekanan-tekanan tersebut berasal dari pihak domestik yaitu dari para keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia dan juga dari masyarakat Indonesia yang menaruh perhatian terhadap penegakkan hak asasi manusia. Selain itu, tekanan lain pun datang dari pihak internasional yang puncaknya terjadi setelah Peristiwa Santa Cruz di Timor Timur pada tahun 1991. Peristiwa tersebut menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap pemerintahan Orde Baru, karena setelah terjadinya peristiwa tersebut Indonesia menjadi sorotan dunia internasional dan mendesak Pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan masalah-masalah Hak Asasi Manusia yang terjadi pada saat itu. Maka untuk menjawab semua tekanan yang datang terhadap Indonesia mengenai isu pelanggaran HAM, pemerintah Orde Baru mendirikan suatu lembaga yang diberi nama Komisi Nasional HAM melalui Keputusan Presiden No 50 Tahun 1993.

Kedua, kinerja dari Komisi Nasional HAM dalam menyelesaikan kasus

pelanggaran hak asasi manusia pada masa Orde Baru dan menegakkan hak asasi manusia dibagi kedalam dua periode waktu. Pada periode Orde Baru (1993-1998) merupakan periode yang cukup berat bagi Komisi Nasional HAM dimana diawal pendiriannya lembaga ini mendapatkan respon yang negatif cenderung skeptis dari masyarakat. Sehingga banyak aktivis hak asasi manusia yang tidak bersedia menjadi anggota dari Komisi Nasional HAM, dimana mereka menganggap bahwa Komisi Nasional HAM hanya merupakan lembaga yang dibuat pemerintah Orde Baru untuk terhidar dari tekanan baik tekanan domestik maupun tekanan internasional.

(42)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perpindahan kekuasaan dari pemerintahan Orde Baru ke pemerintahan Era Reformasi memberikan dampak yang cukup besar terhadap Komisi Nasional HAM. Pada era reformasi banyak undang-undang yang disyahkan oleh pemerintah untuk menguatkan legitimasi dan kemandirian Komisi Nasional HAM sebagai lembaga yang menangani kasus pelanggaran hak asasi manusia. Hal tersebut membuat masyarakat, khususnya keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada masa Orde Baru memiliki ekspetasi yang tinggi terhadap Komisi Nasional HAM untuk dapat menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada masa Orde Baru. Akan tetapi ekspetasi dan harapan tersebut tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan oleh Komisi Nasional HAM yang pada pelaksanaannya hanya sebagai penyelidik dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia berat yang terjadi pada masa Orde Baru dan selanjutnya harus menyerahkan hasil penyelidikan kepada Jaksa Agung untuk dilakukan penyidikan. Sehingga keadaan tersebut menyebabkan Komisi Nasional HAM tidak mempunyai kewenangan untuk menyelenggarakan pengadilan Ad hoc yang harus mendapat persetujuan dari Presiden melalui DPR yang sebelumnya mendapatkan laporan hasil penyidikan dari kejaksaan agung.

Maka pada periode kedua yaitu 1999-2006, kepercayaan masyarakat khususnya keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia pada masa pemerintahan orde baru terhadap Komisi Nasional HAM mulai berkurang. Komisi Nasional HAM dianggap belum mampu merealisasikan harapan mereka dalam penyelesaian kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru melalui Pengadilan Ad hoc.

(43)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ali Said adalah ketua pertama Komisi Nasional HAM (1993-1996), beliau berperan dalam membentuk lembaga tersebut menjadi lembaga yang mandiri dan tidak dapat terintervensi dari pihak lain termasuk pemerintah. Sikap independen Ali Said dalam menghadapi tekanan dari pihak luar menjadikan Komisi Nasional HAM sebagai lembaga yang mendapat kepercayaan dari masyarakat dalam menyelesaikan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada saat itu.

Munawir Sjadzali (1996-1998) merupakan Ketua Komisi Nasional HAM yang menggantikan Ali Said. Peranannya yaitu mendorong Komisi Nasional HAM mampu menanggapi tekanan dari luar negeri tentang penegakkan hak asasi manusia. Hal tersebut disebabkan Munawir Sjadzali mempunyai kemampuan diplomasi dan seorang cendiakiawan muslim yang mempunyai kemampuan di kalangan Internasional.

Marzuki Darusman memimpin Komisi Nasional HAM pada tahun 1998-2000). Peranannya, dia merupakan pemimpin yang ikut turun langsung ke lapangan dalam menangani kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia. Akan tetapi, karena jabatan rangkapnya yang juga sebagai Jaksa Agung, Marzuki Darusman kemudian mengundurkan diri sebagai Ketua Komisi Nasional HAM dan memilih untuk menjadi Jaksa Agung yang juga bertugas untuk melakukan penyidikan dalam menangani kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada masa Pemerintahan Orde Baru.

(44)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tahun 2002 dilakukan kembali pemilihan Ketua Komisi Nasional HAM dan terpilihlah Abdul Hakim Garuda Nusantara.

Selanjutnya Abdul Hakim Garuda Nusantara merupakan ketua Komisi Nasional HAM (2002-2007), beliau berperan untuk membentuk tim penyelidik terhadap kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada masa orde baru diantaranya yaitu, Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II dan lain sebagainya. Walaupun tidak semua penyelidikan yang dilakukan tim penyelidikan Komisi Nasional HAM dapat disetujui oleh Kejaksaan Agung untuk dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu penyidikan.

5.2. REKOMENDASI

Penelitian ini tidak terlalu fokus terhadap permasalahan-permasalahan hak asasi manusia yang terjadi pada masa Pemerintahan Orde Baru secara mendalam, tetapi lebih pada kinerja suatu lembaga dalam menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru. Sehingga penulis berharap untuk selanjutnya ada pengembangan penelitian yang fokus membahas mengenai pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia pada masa pemerintahan Orde Baru secara mendalam. Berikut ini merupakan beberapa rekomendasi yang diajukan, diantranya sebagai berikut :

Pertama, rekomendasi untuk Lembaga UPI. Hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai wahana menambah pengetahuan dan wawasan mengenai lembaga-lembaga yang berdiri pada masa pemerintahan orde baru, salah satunya

yaitu Komisi Nasional HAM dalam upaya penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia pada pemerintahan Orde Baru. Hasil penelitian ini pun memberikan kontribusi dalam memahami pemerintahan Orde Baru tidak hanya dari aspek

politik dan militernya, akan tetapi juga dari aspek kemanusiaan.

Kedua, untuk sekolah sebagai salah satu referensi dalam materi mata pelajaran Sejarah di SMA kelas XII yang sesuai dengan SKKD yaitu

menganallisis perkembangan pemerintahan Orde Baru. Sehingga siswa tidak

(45)

Niar Riska Agustriani, 2014

Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun 1993-2006

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan militernya tetapi juga aspek kemanusiaan termasuk lembaganya. Selain itu,

kajian mengenai Lembaga Komisi Nasional HAM memberikan pandangan kepada

siswa bahwa peranan pemerintah yang berkuasa akan mempengaruhi eksistensi

lembaga. Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai-nilai

kemanusiaan kepada siswa sehingga siswa dapat menghargai hak asasi manusia

setiap orang.

Ketiga, untuk masyarakat Indonesia. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan kepada masyarakat bahwa kinerja suatu lembaga yang

menangani kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia haruslah mendapat

dukungan dan kerjasama semua pihak termasuk masyarakat. Lembaga tersebut

tidak akan mampu menyelesaikan kasus-kasus tersebut apabila masyrakat

Indonesia tidak ikut bekerjasama untuk memberikan informasi men

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian terdahulu menyebutkan bahwa penyebab kesalahan keterampilan proses terjadi karena belum mampu menggunakan definisi maupun teorema yang dimiliki untuk

periklanan, sehingga mampu menarik perhatian wartawan media massa untuk meliput dan menyiarkannya sebagai berita luas. Meskipun publisitas mempunyai kesamaan dengan

At the same time, Bank Indonesia shared that it may maintain the benchmark rate at 7.5%, this would trigger more selling activity as market will start to

[r]

Perbedaan nilai voltase pada solar cell jenis policrystal dan amorphous disebabkan oleh perbedaan jenis ikatan pada molekul – molekulnya, sehingga mempengaruhi

Rasio struktur modal yang besar maka semakin besar pula resiko yang ditanggung perusahaan sehingga menyebabkan turunnya minat investor untuk menanamkan modalnya

Hasil penelitian Aku (2005) menyatakan bahwa sexing dengan gradien albumin BSA menggunakan pengencer Andromed® memperlihatkan spermatozoa belum kapasitasi pada

 Perencanaan atau Planning adalah sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian.. tujuan organisasi tersebut secara