KEUNGGULAN PENGELOLAAN SEKOLAH
BERPOLA ASRAMA
SEMINARI MENENGAH PETRUS VAN DIEPEN
DI KABUPATEN SORONG
Oleh:
PAULUS SATYO ISTANDAR TAN
Katalog Dalam Terbitan
371.2
Tan Tan, Paulus Satyo Istandar
k Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Di Kabupaten Sorong / Paulus Satyo Istandar Tan.-- Salatiga : Satya Wacana University Press, 2015.
xv, 256p. ; 24 cm.
ISBN 978-602-1047-16-3
1. School administration and management 2. Christian education 3. School boards I. Title
ISBN 978-602-1047-16-3
© Paulus Satyo Istandar Tan
All rights reserved. Save exception stated by the law, no part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system of any nature, or transmitted in any form or by any means electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, included a complete or partial transcription, without the prior written permission of the author, application for which should be addressed to author.
Diterbitkan oleh:
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
KEUNGGULAN PENGELOLAAN SEKOLAH
BERPOLA ASRAMA
SEMINARI MENENGAH PETRUS VAN DIEPEN
DI KABUPATEN SORONG
DISERTASI
Diajukan untuk memperoleh gelar Doktor di Universitas Kristen Satya Wacana.
Disertasi ini telah dipertahankan dalam ujian terbuka Program Pascasarjana Doktor Studi Pembangunan
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, yang dipimpin oleh Rektor Magnificus:
Prof. Pdt. John A. Titaley, Th.D
pada hari Rabu tanggal 19 Agustus 2015 pukul 10.00 di Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga 50711
Oleh:
Promotor:
Prof. Drs. Sutriyono, M.Sc., Ph.D
Co-Promotor:
Prof. Dr. Slameto, M.Pd Dr. Pamerdi Giri Wiloso, M.Si
Penguji :
Dr. Ir. Sri Suwartiningsih, M.Si Dr. Bambang Suteng Sulasmono
DAFTAR ISI
Kerangka Konseptual/Teoritik ... 12
Alur Penelitian ... 34
BAB 2 TEORI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN ... 35
Pembangunan Masyarakat ... 35
Pendidikan dalam Perspektif Teori Pembangunan ... 37
Modal sosial ... 42
Ruang Sosial ... 45
Fenomenologi ... 48
Pendidikan Sebagai Modal Sosial Masyarakat ... 49
Kebijakan Pembangunan Pendidikan di Indonesia ... 50
Manajemen Pendidikan Sebagai Suatu Sistem ... 54
Sekolah Asrama (Boarding School) ... 59
Program pendidikan berpola asrama ... 63
Tipologi Asrama ... 64
Keunggulan Program Pendidikan berpola Asrama ... 66
BAB 3 PENGELOLAAN SEKOLAH ASRAMA SEMINARI MENENGAH PETRUS VAN DIEPEN SORONG ... 81
Profil Wilayah Penelitian ... 81
Gambaran Umum Kabupaten Sorong ... 81
Gambaran Umum Seminari Menengah „Petrus van Diepen‟ ... 86
Strategi Pengelolaan Sekolah Asrama SM PvD ... 89
Strategi pengelolaan kurikulum dan pembinaan di SM PvD ... 90
Strategi pengelolaan peserta didik ... 91
Strategi pengelolaan tenaga kependidikan dan pembinaan ... 92
Strategi pengelolaan sarana dan prasarana ... 94
Strategi pengelolaan pembiayaan ... 95
Pengalaman Pengelolaan Sekolah Asrama SM PvD ... 95
Pengalaman Pengelolaan Kurikulum dan Pembinaan ... 96
Pengelolaan kurikulum ... 96
Pembinaan di asrama ... 99
Pengalaman Pengelolaan Peserta Didik ... 103
Perkembangan siswa seminari jenjang SMP ... 103
Pendirian Kelas Persiapan Bawah (KPB) ... 110
Perkembangan siswa jenjang SMA ... 111
Pengalaman Pengelolaan Tenaga Kependidikan ... 114
Pengalaman Pengelolaan Sarana dan Prasarana ... 118
Pengalaman Pengelolaan Pembiayaan Asrama ... 120
Pengalaman Penilaian ... 121
Hasil Pengelolaan Seminari Menengah „Petrus van Diepen‟
Kabupaten Sorong ... 126
Keunggulan Pengelolaan keberasramaan SM PvD ... 130
Sekolah khusus tapi terbuka untuk umum ... 131
Pendidikan dan pembinaan manusia seutuhnya ... 132
Prinsip “non multa sed multum” ... 132
Keterarahan pada anak-anak Papua ... 133
Muatan lokal pengetahuan bahasa ... 134
Manajemen pembinaan manusia utuh ... 134
Asrama Seminari Van Diepen sebagai Ruang Sosial bagi Siswa ... 137
Pembangunan Manusia Lewat Pendidikan Keberasramaan ... 147
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 153
Kesimpulan ... 153
Saran ... 155
Daftar Pustaka ... 157
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Sorong dan Kepadatannya
Berdasarkan Distrik ... 82 Tabel 4.2 IPM Kabupaten Sorong dan Provinsi Papua Barat ... 83 Tabel 4.3 Perkembangan Angka Indeks Pembentuk IPM ... 83 Tabel 4.4 Perkembangan APS Kabupaten Sorong tahun
2009-2011 ... 84 Tabel 4.5 APK dan APM Per Jenjang Pendidikan di Kab.
Sorong Tahun 2009-2011 ... 85 Tabel 4.6 Rasio Murid terhadap Guru Tahun 2011 ... 85 Tabel 4.7 Jumlah Siswa SM PvD YPPK-KMS ... 86 Tabel 4.8 Perkembangan Siswa SMP SM PvD tahun
2005-2013 ... 104 Tabel 4.9 Daerah asal siswa baru SMP SMPvD sejak tahun
2005-2011 ... 106 Tabel 4.10 Jumlah siswa yang mengulang kelas pada tahun
2010-2013 ... 109 Tabel 4.11 Data Perkembangan Siswa KPB tahun 2008-2013 ... 111 Tabel 4.12 Data siswa SMA SMPvD di tahun 2008 sampai
2012 ... 112 Tabel 4.13 Komposisi Pembina-Formator di Seminari ... 115 Tabel 4.14 Prestasi Akademik Siswa/I SPvD pada Tingkat
SMP ... 127 Tabel 4.15 Prestasi Akademik Siswa/I SPvD pada Tingkat
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional APK : Angka Partisipasi Kasar
APM : Angka Partisipasi Murni APS : Angka Partisipasi Sekolah
BP YPPK : Badan Pengurus Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik
BPS : Badan Pusat Statistik
CERDAS : Cerita Dari Seminari (buletin)
CSC : Correlated Subject Curriculum
DAS : Daerah Aliran Sungai D IV : Diploma IV
DO : Drop Out
DKK : Dan kawan-kawan
GBHN : Garis Besar Haluan Negara
GOTAUS : Gerakan Orang Tua Asuh Seminaris IPM : Indeks Pembangunan Manusia IPS : Ilmu Pengetahuan Sosial KAB : Kabupaten
KBM : Kegiatan Belajar Mengajar KD : Kompetensi Dasar
KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal KPA : Kelas Persiapan Atas
KPB : Kelas Persiapan Bawah MBS : Manajemen Berbasis Sekolah MDGs : Millenium Development Goals OSIS : Organisasi Siswa Intra Sekolah PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
PP SNP : Peraturan Pemerintah Standar Nasional Pendidikan PTK : Pendidik dan Tenaga Kependidikan
SMP : Sekolah Menengah Pertama SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SMA : Sekolah Menengah Atas SMK : Sekolah Menengah Kejuruan SDM : Sumber Daya Manusia
SM PvD : Seminari Menengah Petrus van Diepen SPM : Standard Pelayanan Minimal
SPP : Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan SK : Standard Kompetensi
SKHUN : Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional
SSC : Separated Subject Curriculum
THS : Tunggal Hati Seminari THM : Tunggal Hati Maria
TIK : Tujuan Instruksional Khusus TPW : Tim Pastoral Wilayah
UNDP : United Nation and Development Programme UU : Undang – Undang
UUD : Undang Undang Dasar
YPPK KMS : Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik Keuskupan Manokwari-Sorong
KATA PENGANTAR
Suatu hari sebuah rumah sederhana itu roboh, bukan karena angin kencang, bukan pula karena banjir yang meluap, namun karena tiang penyangga sudah lapuk. Tiang itu tidak mampu lagi menopang beban yang begitu berat. Karena rusaknya cukup parah, maka rumah itupun dibongkar dan dibangun baru.
Sebuah rumah sekalipun sederhana membutuhkan tiang penyangga yang kokoh. Demikian halnya dunia pendidikan membutuhkan tiang penyangga yang kokoh yakni sebuah sistem pengelolaan. Sistem pengelolaan adalah bagian penting dalam sebuah pembangunan yang memberikan landasan, arah maupun harapan pencapaian. Karena itu Sistem Pengelolaan asrama Petrus van Diepen merupakan tiang pembangunan pencerdasan kehidupan bangsa.
Pengelolaan pendidikan berasramanya mengacu pada delapan standar nasional pendidikan. Pelaksanaan sistem pendidikan dengan model asramanya memberikan keleluasaan bagi pengelola asrama dalam membuat konsep maupun situasi lingkungan belajar yang lebih baik bagi siswa. Siswa yang menjalani pendidikan di dalam asrama juga lebih konsentrasi dan lebih disiplin dalam mengikuti proses habitualisasi. Disadari pula bahwa mempelajari ilmu di sekolah tidak terpisahkan dengan mempelajari life skills di asrama, apalagi sekolah dan asrama berada di lokasi yang sama seperti dalam seminari PvD. Sistem pendidikan asrama diciptakan dalam kondisi yang memungkinkan bagi siswa untuk belajar sepanjang hari. Asrama sebagai ruang sosial baru bagi siswa dipandang mampu untuk membentuk peserta didik untuk hidup mandiri. Sistem asrama dan karakteristik kehidupan di dalamnya mendorong peserta didik agar mampu memenuhi dan menjalani tugas kehidupan sehari-hari dengan mandiri.
Keunggulan sekolah berpola asrama di seminari PvD ini adalah sebuah sekolah khusus tapi terbuka untuk umum, pendidikan
keterarahan kepada anak-anak Papua yang multietnis, dengan terus memperhatikan muatan lokal. Dan dalam keberasramaan ini tampaklah nilai keunggulan yang tercermin dalam integrasi-komunikasi setiap elemen yang diperlukan dalam pengelolaan asrama dan dalam hidup keberasramaan. Oleh karena itu model pendidikan-pengelolaan asrama yang diterapkan di SM PvD dapat menjadi model pengelolaan pendidikan asrama di tempat lain, khususnya di propinsi Papua dan Papua Barat.
Terimakasih kami kepada Prof. Drs. Sutriyono M.Sc., Ph.D, Prof. Dr Slameto M.Pd., Prof Dr. Kutut Suwondo (almarhum) yang dengan keluasan hati dan pengetahuan telah membimbing saya. Dan juga Dr. Pamerdi Giri Wiloso M.Si., yang dengan cermat mengangkat nilai-nilai unggulnya, dan Dr. Ir. Sri Suwartiningsih M.Si, Dr. Bambang Suteng Sulasmono, serta Titi Susilowati Prabawa S.Pd., M.A., Ph.D., yang dengan teliti memperhatikan dasar studi pembangunan dan nilai unggulnya. Kepada sahabatku Dr. Paul Richard Renwarin Pr, Ibu Merry Tanery dan siapa pun yang secara tersembunyi, artinya kami tidak dapat menyebutkan satu per satu, artinya juga kami tidak tahu dan tidak lihat, mereka ini dapat dikatakan telah menjadi tiang-tiang penopang keberhasilan tulisan ini dan secara khusus untuk cucuku Jeanette Angelique Marie dan sebagai hadiah untuk ibuku yang kusayangi V.V. Ganmiarti dihari ulang tahunnya yang ke-80.
Akhir kata, sistem pengelolaan ini pada hakekatnya adalah buah karya Roh Kudus. Maka marilah kita gunakan sebagai tiang-tiang penopang keberhasilan hidup dan pembangunan secara khusus di dalam dunia pendidikan demi pembangunan bangsa dan negara.
ABSTRACT
The aim of community development is to make men and society more human. Within the various aspects of development the education sector plays central role in raising up the nation and the
country, because the nation‟s future brain, capacity and character are
much determined by the present education. In this matter education becomes the instrument to build up men integrally. Through education men can enhance the standard of living and perform vertical mobility in social environment. Observing the Indonesian education it seems that there are a variety of kinds and stages of schooling, which is usually active from morning up to afternoon. There are schools supported by tempat kos (lodgement) for the pupils from faraway, or schools with boarding buildings for students, and only a few special schools with boarding buildings and formators.
Education with boarding system has long been on the agenda for development of human resources in West Papua and Papua Provinces, but the local governments do not have a role model standard. Meanwhile, the need for graduates of educational institutions, having scientific capacity and social adept, has become a requirement in the future. Therefore, the researcher will respond the need for role model of development in the sector of education with a boarding system by taking the SeminariMenengah Petrus van Diepen (further on abbreviated as SMPvD) in Sorong Regency as a case study. This research intends to answer three main problems are: 1) how is the management strategy taken by SMPvD?, 2) which are the results of the management of SMPvD?, and 3) what are the 'best practices' of the management of this patterned-boarding school of SMPvD?
Seminari Menengah Petrus van Diepen in Sorong Regency is
built with the central purpose to educate the Papuan children after finishing the elementary schools who are willing to be Catholic priest
high school and then of the senior high school, and all the students inhabit the fraternity, located in the same area as the schools do. At the same time this minor seminary differs with those in other places in Indonesia, because it also accepts male and female pupils who are not priest candidates, even those who are not Catholic by religion.
The researcher commences with the theory of development, social capital, and the concept of a boarding school in order to observe SMPvD. Its management of boarding education is based on national standards of education that are the standard curriculum, standardized management of learners, education personnel management standards, standards of facilities and infrastructure management, and financing management standard dorm, Standard Process, Graduates Competency Standard, Assessment Standard. Implementation of the education system with the model provides flexibility for managing the hostel dormitory in making the concept and situation better learning environment for students. Being educated in the dorm, they also have more concentration and more discipline in following the process of habitualization. Learning in schools is not separated with the study of life skills in the dorm, especially the schools and the dorm are located in the same area. The boarding school system is created in a condition that allows for students to learn all day long. The hostel as a new social space for students gives them space to live independently. The boarding system and the characteristics of life encourage learners to be able to fulfill and execute daily tasks independently. Results of the management of SMPvD steadily improve from year to year. These can be seen from the academic achievement of its students, passing score on the national exams, pursue of further education.
faith. They are required to follow the rules with a very strict discipline as a new experience living in dormitory. Assistance for a day long is provided by the formator in the education cycle in the dorm. Togetherness and close relationships, developed among the seminarians with the formator has an impact for modeling or imitating
of students‟ side from the chaperone. In this cohabitation in the same
dorm there encounter many elements for developing and they provide excellent values. These best practices are: a special school but open for public students, the education and formation for men integrally, the
principle of „non multa sed multum‟, orientation of the multi-ethnic
Papuan children, better knowledge of Indonesian, Latin and English languages, management of integral human formation, guidance and discipline for students.