NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Disusun oleh:
EKA FATIMAH ALVIANITA NIM: G000100122 NIRM: 10/X/02.2.1/T/4435
FAKULTAS AGAMA ISLAM
Sesungguhnya aqidah yang kokoh senantiasa menghasilkan amalan ibadah dan ibadah pun akan menciptakan akhlakul karimah.
Umar merupakan satu diantara empat orang khalifah yang digolongkan sebagai khalifah yang diberi petunjuk (khulafaur Rasyidin). Saat menjadi khalifah, Umar berperan penting dalam pemerintahannya dengan memperluas wilayah dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam politik. Umar bin Khattab disebut juga sebagai seorang mujtahid yang ahli dalam membangun negara yang ditegakkan atas prinsip-prinsip keadilan, persamaan dan persaudaraan seperti yang diajarkan oleh nabi Muhammad.
Rumusan masalah dalam penelitian ini, nilai-nilai pendidikan Islam apa yang terkandung dalam kisah Umar bin Khattab. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalam kisah Umar bin Khattab. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan khususnya pendidikan Islam. Serta dapat memberi manfaat bagi pembaca dalam memahami makna dalam suatu kisah pemimpin umat.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penulis menggunakan metode dokumentasi. Data primer dalam penelitian ini adalah dokumen mengenai kisah Umar Bin Khattab yaitu buku yang berjudul Umar Bin Khattab karangan Muhammad Husein Haekal. Selain pengumpulan data penulis juga menggunakan metode deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kisah Umar bin Khattab terdapat nilai-nilai pendidikan Islam sebagai berikut: Pertama, nilai pendidikan aqidah yaitu fitrah manusia untuk bertuhan. Dalam mengenal tuhannya manusia tidak hanya membutuhkan fitrah tetapi juga wahyu Allah. Selain itu menanamkan kalimat syahadat untuk memperoleh kemantapan aqidah. Kedua, nilai pendidikan ibadah yaitu seorang muslim mempunyai kewajiban dengan melaksanakan perintah Allah dengan tidak menyimpang dari kaidah-kaidah agama seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Ketiga, nilai pendidikan akhlak yaitu perbuatan dan tingkah laku manusia yang berkaitan dengan Allah, sesama manusia dan alam sekitar seperti, berdoa kepada Allah, hidup sederhana, adil, mendidik anak, musyawarah dan sayang terhadap hewan.
1 PENDAHULUAN
Pendidikan Islam adalah sistem pengajaran yang didasarkan pada ajaran agama Islam. Sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan as -Sunnah. Al-Qur’an dijadikan sumber pendidikan Islam yang pertama sebab memiliki nilai absolut yang diturunkan oleh Allah. Nilai dalam al-Qur’an bersifat abadi dan relevan dalam setiap zaman, sehingga pendidikan Islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai dasar al-Qur’an1.
Al-Qur’an berisi tentang nilai-nilai pendidikan Islam terdiri dari tiga pilar utama yaitu: Pertama, I’tiqādiyyah, yang berkaitan dengan
nilai pendidikan keimanan atau aqidah. Kedua, Khuluqiyyah, yang berkaitan dengan nilai pendidikan etika atau akhlak. Ketiga,
1 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam
(Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 33.
‘Amaliyyah, yang berkaitan dengan
nilai pendidikan ibadah2.
Umar bin Khattab adalah salah seorang sahabat nabi Muhammad saw, yang juga menjadi khalifah kedua dalam Islam. Umar memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah. Rasulullah bersabda, “Seandainya setelah aku ada nabi, maka itu adalah Umar bin Khattab.”
(HR. Tirmidzi dan Hakim). Allah telah memberikan Umar sifat-sifat para nabi dan kedudukan para rasul sehingga menjadikannya sebagai orang yang layak memperoleh posisi kenabian. Selain itu, Umar juga memperoleh muḥaddiṡin atau ilham dari Allah3. Allah meletakkan kebenaran pada lidah dan hati Umar, sehingga Rasulullah memberikan Umar dengan gelar al-Farūq yaitu
2Ibid,. hlm. 37.
3 Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wan Nihayah
orang yang memisahkan antara kebenaran dan kebathilan4.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam kisah Umar Bin Khattab dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kisah
Umar Bin Khattab”.
Rumusan masalah dalam penelitian ini, nilai-nilai pendidikan Islam apa yang terkandung dalam kisah Umar bin Khattab. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalam kisah Umar bin Khattab.
Tinjauan pustaka yang dijadikan sebagai rujukan di antaranya sebagaimana yang telah dilakukan oleh:
4 Muhammad Husein Haekal, Umar bin
Khattab (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 2013), hlm. 59.
1. Bustomi Amiri dalam karya Skripsi yang berjudul
Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Dalam Al-Qur’an Surat Al
-Kahfi Ayat 60-82
3
terhadap Allah swt, sesama manusia dan lingkungan5. 2. Burhanuddin Asy-Syifa’
dalam karya Skripsi yang berjudul Nilai- Nilai
Pendidikan Islam Dalam
Novel Sang Pemimpi Karya
Andrea Hirata
menyimpulkan dalam perspektif pendidikan Islam dengan memberikan banyak gambaran dari nilai-nilai pendidikan Islam yaitu nilai keikhlasan, nilai taubat, nilai kesabaran, nilai kejujuran, nilai berbakti kepada orang tua, nilai rendah hati, nilai kesederhanaan, nilai ketaqwaan dan nilai kasih sayang6.
5 Bustomi Amiri, Nilai-Nilai Pendidikan
Islam Dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi Ayat 60-82 (Surakarta: UMS, 2008), unpublished.
6 Burhanuddin Asy-Syifa’, Nilai- Nilai
Pendidikan Islam Dalam Novel Sang
3. Rofi Nurrohmah dalam karya Skripsi yang berjudul
Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Dalam Lirik Lagu Religi
Karya Bimbo menyimpulkan
bahwa terdapat tiga nilai pendidikan yaitu nilai pendidikan aqidah, nilai pendidikan akhlak dan nilai pendidikan ibadah. Nilai pendidikan aqidah yang terdapat dalam lagu Tuhan dan Rindu Rasul yang mencakup keimanan kepada Allah dan keimanan kepada Rasul. Nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam lagu Rasul menyuruh Kita Mencintai Anak Yatim dan Aisyah Adinda Kita yang mencakup mencintai anak yatim dan mengasihi orang
miskin. Nilai pendidikan ibadah yang terdapat dalam lagu Sajadah Panjang dan Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya yang terkandung didalamnya mengabdi kepada Allah dengan mentaati kewajiban untuk beribadah kepada-Nya7.
4. Zen Abdurrahman dalam bukunya yang berjudul Ilham
Keberanian Umar bin
Khattab menyimpulkan
bahwa sejak usia muda, Umar pandai dalam memanah, memacu kuda, bergulat dan terkenal cerdas. Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab merupakan salah satu orang kafir yang sangat keras menentang ajaran Nabi.
7 Rofi Nurrohmah, Nilai-Nilai
Pendidikan Islam Dalam Lirik Lagu Religi Karya Bimbo (Surakarta: UMS, 2009),
unpublished.
Namun, setelah masuk Islam Umar pun menjelma sebagai lelaki gagah dengan membawa angin segar bagi Islam. Umar yang dahulu sangat menentang Islam kini berbalik selalu berada di barisan terdepan. Dengan keberaniannya, Islam pun mampu menaklukkan Persia dan Byzantium. Walaupun kekuasaan Umar saat itu begitu besar tetapi Umar tetap hidup sederhana8.
Pendidikan Islam adalah pengubahan tingkah laku dalam diri manusia baik jasmani maupun rohani melalui proses pendidikan dengan dilandasi nilai-nilai Islam sehingga terbentuk kepribadian manusia yang utama.
8 Zen Abdurrahman, Ilham Keberanian
5
Sumber pendidikan Islam ada tiga yaitu al-Qur’an, as -Sunnah dan Ijtihad. Menurut H.M. Arifin, faktor-faktor pendidikan Islam dibagi menjadi lima yaitu: pendidik, peserta didik, alat-alat pendidikan Islam, lingkungan sekitar dan tujuan pendidikan Islam9.
Nilai-nilai pendidikan Islam mencakup nilai akhlak, nilai aqidah dan nilai ibadah.
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang secara fitrah dapat diterima secara umum oleh manusia, dan tidak akan bercampur dengan keraguan sehingga mendatangkan ketenteraman jiwa10.
Allah menciptakan manusia dengan fitrah bertuhan.
9 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 109.
10 Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam
(Yogyakarta, Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2000), hlm. 1-2.
Apabila menghadapi suatu kejadian yang luar biasa atau sudah kehilangan segala daya untuk menghadapinya, maka lalu secara spontan fitrah tersebut muncul kembali. Secara esensi tidak ada manusia yang tidak bertuhan, yang ada hanyalah mempertuhankan sesuatu yang bukan Allah11.
Selain itu, manusia juga memerlukan dalil naqli
(al-Qur’an dan as-Sunnah) untuk
membimbing manusia mengenal kebenaran tersebut. Sebab fitrah dan akal manusia tidak selalu dapat menjelaskan Tuhan yang sebenarnya yaitu Allah12.
Kemantapan aqidah dapat diperoleh dengan menanamkan La Ilāha illa al-Allah (Tiada
tuhan selain Allah) dan Muḥammad Rasūlullah13.
Ibadah merupakan tata cara manusia berhubungan dengan Allah secara langsung yang dalam pelaksananaannya tidak boleh menambahkan atau mengurangi kaidah-kaidah yang telah diatur oleh Allah dan Rasul-Nya. Kaidah-kaidah tersebut tercantum dalam
al-Qur’an dan as-Sunnah. Ibadah
yang termasuk didalamnya adalah yang berkaitan dengan salat, puasa, zakat dan haji14.
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga akan muncul secara spontan apabila dibutuhkan, tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu dan tidak
13 Ibid., hlm. 34
14 Muhammad Daud Ali, Pendidikan
Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 235.
membutuhkan dorongan dari luar15.
Akhlak merupakan sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia. Akhlak dibagi menjadi tiga yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap makhluk dan akhlak terhadap alam16.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan untuk menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan, baik berupa buku-buku, kisah-kisah sejarah, dokumen-dokumen dan materi perpustakaan lainnya yang dapat dijadikan sumber
15 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq
(Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 1999), hlm. 1-2
16 Sudarno Shobron, Studi Islam 1
7
rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah17.
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena menekankan analisis pada proses penyimpulan deduktif dan induktif dengan menggunakan logika ilmiah. Penelitian ini menghasilkan data yang berupa data deskriptif. Pendekatan ini menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga mudah dipahami18.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yaitu teknik untuk memperoleh informasi dari dokumen. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu
17 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi
Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi
(Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 95.
18 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian
(Jakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 6.
yang dinyatakan dalam bentuk tulisan maupun lisan19.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data Primer adalah dokumen mengenai kisah Umar Bin Khattab yaitu buku yang berjudul
Umar Bin Khattab karangan
Muhammad Husein Haekal”. Data Sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.
Untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan Islam dalam kisah Umar bin Khattab, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan20.
19Djam’an Satori, Metodologi Penelitian
Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2013), hlm. 148.
20 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Nilai Pendidikan Aqidah
Nilai pendidikan Aqidah yang terdapat dalam kisah Umar bin Khattab ialah mengenai fitrah manusia. Apabila fitrah tersebut tertutup oleh faktor-faktor luar, maka manusia akan menentang fitrahnya sendiri. Apabila menghadapi suatu kejadian yang luar biasa dan sudah kehilangan segala daya untuk menghadapinya, maka secara spontan fitrah tersebut muncul kembali.
Umar berasal dari keturunan kaum Quraisy. Suatu ketika Umar sudah begitu muak dengan perkembangan Islam. Dengan pedangnya, beliau berniat membunuh Rasulullah. Di jalan beliau berjumpa dengan
Nuaim bin Abdullah yang memberitahukan bahwa adiknya yang bernama Fatimah dan
suaminya Sa’id bin Zaid telah
memeluk Islam.
Umar yang masih dipenuhi dengan kemarahan lalu menghantam Said bin Zaid dengan keras. Saat itu Fatimah yang melindungi suaminya pun mendapat pukulan keras dari Umar. Melihat darah di muka Fatimah, Umar merasa menyesal.
9
Setelah menyesal, Umar kemudian mengambil dan membaca lembaran yang bertuliskan ayat-ayat al-Qur’an. Setelah membaca ayat-ayat itu, beliau kagum dengan kata-kata dalam lembaran-lembaran tersebut. Umar pun menemui Rasulullah untuk memeluk Islam.
Kemantapan aqidah dapat diperoleh dengan menanamkan kalimat tauhid La Ilāha illa al
-Allah dan Muḥammad
Rasūlullah.
Saat Umar masuk Islam, beliau lalu mengucapkan kalimat syahadat “Asyhadu allā ilāha illallāh wa asyhadu anna
muḥammadar rasūlullāh”
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, nilai aqidah dalam kisah Umar bin
Khattab sudah sesuai dengan teori-teori yang ada. Hal ini dikarenakan Umar dapat menerima fitrah bertuhan dengan diperkuat wahyu Allah dan kemantapan dari kalimat syahadat.
B. Nilai Pendidikan Ibadah Nilai pendidikan Ibadah yang menyangkut kisah Umar bin Khattab mengenai kewajiban manusia. Kewajiban seorang muslim dengan melaksanakan perintah Allah yaitu salat, puasa, zakat dan haji.
Saat Umar menjadi khalifah, beliau melihat kaum muslimin mengerjakan salat tarawih dengan sendiri-sendiri. Kemudian beliau pun mengumpulkan kaum muslimin untuk mengerjakan salat tarawih secara berjamaah dengan hanya satu imam.
Puasa sepanjang tahun tidak diperkenankan dalam Islam karena akan menyiksa dirinya sendiri. Apabila ingin puasa terus menerus dalam Islam terdapat puasa dāwūd, yaitu puasa sehari dan berbuka sehari. Suatu ketika Umar mendapat informasi bahwa ada seorang laki-laki yang berpuasa sepanjang satu tahun. Umar pun menemui laki-laki tersebut dan memukul kepalanya sambil
berkata, “Makanlah, hai orang
yang berpuasa!”
Zakat merupakan sebagian harta yang diwajibkan Allah dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Orang-orang yang berhak menerimanya adalah fakir, miskin, amil, mualaf, riqāb, ghārim, sabilillah dan ibnussabīl.
Rasulullah memberikan harta rampasan perang dan zakat kepada para muallaf seperti
Uyainah bin Hisn, Aqra’ bin
11
sekarang dihentikan sebab mereka sudah seperti kaum muslimin lainnya.
Salah satu ketentuan haji adalah tawaf. Tawaf merupakan ibadah yang mengelilingi
Ka’bah dalam tujuh putaran. Di
sekitar Ka’bah juga terdapat
maqam Ibrahim yang biasanya
digunakan untuk melaksanakan salat.
Suatu ketika Umar melihat
Ka’bah semakin banyak orang,
Umar berinisiatif untuk membuat jarak antara maqam Ibrahim dengan Ka’bah.
Awalnya maqam tersebut
menempel pada Ka’bah.
Akibatnya jika kaum muslimin hendak melakukan tawaf,
mereka menjauh dari Ka’bah.
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, nilai
ibadah dalam kisah Umar bin Khattab belum sesuai dengan teori-teori yang ada. Hal ini dikarenakan Umar dalam melaksanakan ibadah dengan menggunakan ijtihad, sehingga menyimpang dari al-Qur’an dan as-Sunnah.
C. Nilai Pendidikan Akhlak Nilai pendidikan Akhlak yang menyangkut kisah Umar bin Khattab mengenai perbuatan dan tingkah laku manusia, yaitu Akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap makhluk dan akhlak terhadap alam.
1. Akhlak terhadap Allah : perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap Allah, seperti berdoa kepada Allah.
“Allahumma ya Allah, aku ini
sungguh keras dan kasar, maka lunakkanlah hatiku!
Allahumma ya Allah, aku ini
sangat lemah maka berilah saya kekuatan! Allahumma ya
Allah, aku ini kikir,
jadikanlah aku orang
dermawan bermurah hati!”
2. Akhlak terhadap Rasulullah: perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap Rasulullah, seperti mencintai Rasulullah.
Umar teringat saat berada dalam kesesatan dan Allah menjadikan Rasulullah sebagai datangnya hidayah. Selain itu juga teringat bahwa pada hari kiamat beliau tidak akan mampu masuk surga kecuali dengan kecintaannya kepada Rasulullah.
3. Akhlak terhadap diri sendiri: perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap diri sendiri, seperti hidup sederhana.
Seseorang berkata
kepada Umar, “Anda
mendapat bagian sehelai burd Yaman dan badan anda tinggi tetapi mengapa anda potong
menjadi kemeja?” Umar pun
menoleh kepada Abdullah. Abdullah pun menjawab,
“Burd saya kuberikan
kepadanya supaya cukup untuk kemejanya itu.
4. Akhlak terhadap keluarga: perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap sanak keluarga, seperti mendidik anak.
13
berada di Mesir minum-minum sampai mabuk. Gubernur Mesir pun menghukumnya. Seketikanya di Madinah, Umar memberikan hukuman kembali kepadanya dengan menjalani pukulan dan dipenjarakan sampai meninggal.
5. Akhlak terhadap masyarakat: perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap masyarakat, seperti tanggung jawab.
Suatu ketika, terdapat seorang perempuan dengan anak–anaknya yang kelaparan. Melihat itu, Umar lalu mengambil sekantong gandum di gudang dan memasaknya.
6. Akhlak terhadap negara: perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap negara, seperti mengambil
keputusan dengan
musyawarah
Sebelum meninggal Umar memilih enam tokoh untuk musyawarah dalam memilih khalifah berikutnya. Umar menunjuk Abdullah bin Umar untuk mengawasi jalannya musyawarah.
7. Akhlak terhadap alam: perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap alam (hewan), seperti sayang terhadap hewan
Umar mengatakan kepada Al-Ahnaf bin Qais,
“Mengapa kalian tidak takut
tunggangan kalian ini? Bukankah lebih baik bila kalian melepaskan ikatannya agar hewan-hewan itu memakan rumput?”.
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, nilai akhlak dalam kisah Umar bin Khattab sudah sesuai dengan teori-teori yang ada. Hal ini dikarenakan Umar mempunyai akhlak yang baik dan akan muncul secara spontan apabila dibutuhkan.
PENUTUP A. KESIMPULAN
Setelah penulis mendeskripsikan tentang kandungan nilai-nilai pendidikan Islam dalam kisah Umar bin Khattab. Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan
bab-bab sebelumnya, akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa ditemukan tiga nilai pendidikan Islam dalam kisah Umar bin Khattab yaitu: nilai pendidikan aqidah, nilai pendidikan ibadah dan nilai pendidikan akhlak. B. SARAN
Sebagai saran dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan mengemukakan beberapa saran atau himbauan terhadap pihak-pihak yang terlibat:
1. Bagi pembaca, dapat memahami makna dan dari nilai-nilai pendidikan Islam yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dalam kisah tersebut.
15
Umar bin Khattab dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Bagi peneliti yang akan datang, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sejenis.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Zen. 2014. Ilham
Keberanian Umar bin
Khathab. Yogyakarta: Diva
Press
Amiri, Bustomi. 2012. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi Ayat
60-82. Surakarta: UMS.
unpublised
Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan
Paradigma Baru Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Asy-Syifa’, Burhanuddin. 2012.
Nilai- Nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Sang Pemimpi
Karya Andrea Hirata.
Surakarta: UMS. unpublised Azwar, Saifuddin. 2006. Metode
Penelitian. Jakarta: Pustaka
Pelajar
Arifin, Muhammad. 2006. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta:
Bumi Aksara
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan
Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: PT Rineka Cipta Daud Ali, Muhammad. 2001.
Pendidikan Agama Islam
Jakarta: Bumi Aksara
Haekal, Muhammad Husain. 2013.
Umar Bin Khattab. Jakarta:
PT Pustaka Litera AntarNusa Ilyas, Yunahar. 2000. Kuliah
Akhlak. Yogyakarta:
Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam
____________. 2000. Kuliah
Aqidah Islam. Yogyakarta:
Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam
Katsir, Ibnu. 2004. Al-Bidayah Wan
Nihayah. Jakarta: Darul Haq
Nurrohmah, Rofi. 2013. Nilai-Nilai
Pendidikan Islam Dalam
Lirik Lagu Religi Karya
Bimbo. Surakarta: UMS.
unpublised
Satori, Djam’an. 2013. Metodologi
Penelitian Kualitatif.
Bandung: CV Alfabeta
Shobron, Sudarno,dkk. 2010. Studi
Islam 1. Surakarta: Lembaga
Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
Umar, Bukhari. 2010. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: