• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KISAH UMAR BIN KHATTAB Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kisah Umar Bin Khattab.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KISAH UMAR BIN KHATTAB Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kisah Umar Bin Khattab."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Disusun oleh:

EKA FATIMAH ALVIANITA NIM: G000100122 NIRM: 10/X/02.2.1/T/4435

FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)
(3)

Sesungguhnya aqidah yang kokoh senantiasa menghasilkan amalan ibadah dan ibadah pun akan menciptakan akhlakul karimah.

Umar merupakan satu diantara empat orang khalifah yang digolongkan sebagai khalifah yang diberi petunjuk (khulafaur Rasyidin). Saat menjadi khalifah, Umar berperan penting dalam pemerintahannya dengan memperluas wilayah dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam politik. Umar bin Khattab disebut juga sebagai seorang mujtahid yang ahli dalam membangun negara yang ditegakkan atas prinsip-prinsip keadilan, persamaan dan persaudaraan seperti yang diajarkan oleh nabi Muhammad.

Rumusan masalah dalam penelitian ini, nilai-nilai pendidikan Islam apa yang terkandung dalam kisah Umar bin Khattab. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalam kisah Umar bin Khattab. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan khususnya pendidikan Islam. Serta dapat memberi manfaat bagi pembaca dalam memahami makna dalam suatu kisah pemimpin umat.

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penulis menggunakan metode dokumentasi. Data primer dalam penelitian ini adalah dokumen mengenai kisah Umar Bin Khattab yaitu buku yang berjudul Umar Bin Khattab karangan Muhammad Husein Haekal. Selain pengumpulan data penulis juga menggunakan metode deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kisah Umar bin Khattab terdapat nilai-nilai pendidikan Islam sebagai berikut: Pertama, nilai pendidikan aqidah yaitu fitrah manusia untuk bertuhan. Dalam mengenal tuhannya manusia tidak hanya membutuhkan fitrah tetapi juga wahyu Allah. Selain itu menanamkan kalimat syahadat untuk memperoleh kemantapan aqidah. Kedua, nilai pendidikan ibadah yaitu seorang muslim mempunyai kewajiban dengan melaksanakan perintah Allah dengan tidak menyimpang dari kaidah-kaidah agama seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Ketiga, nilai pendidikan akhlak yaitu perbuatan dan tingkah laku manusia yang berkaitan dengan Allah, sesama manusia dan alam sekitar seperti, berdoa kepada Allah, hidup sederhana, adil, mendidik anak, musyawarah dan sayang terhadap hewan.

(4)

1 PENDAHULUAN

Pendidikan Islam adalah sistem pengajaran yang didasarkan pada ajaran agama Islam. Sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan as -Sunnah. Al-Qur’an dijadikan sumber pendidikan Islam yang pertama sebab memiliki nilai absolut yang diturunkan oleh Allah. Nilai dalam al-Qur’an bersifat abadi dan relevan dalam setiap zaman, sehingga pendidikan Islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai dasar al-Qur’an1.

Al-Qur’an berisi tentang nilai-nilai pendidikan Islam terdiri dari tiga pilar utama yaitu: Pertama, I’tiqādiyyah, yang berkaitan dengan

nilai pendidikan keimanan atau aqidah. Kedua, Khuluqiyyah, yang berkaitan dengan nilai pendidikan etika atau akhlak. Ketiga,

1 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam

(Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 33.

Amaliyyah, yang berkaitan dengan

nilai pendidikan ibadah2.

Umar bin Khattab adalah salah seorang sahabat nabi Muhammad saw, yang juga menjadi khalifah kedua dalam Islam. Umar memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah. Rasulullah bersabda, “Seandainya setelah aku ada nabi, maka itu adalah Umar bin Khattab.”

(HR. Tirmidzi dan Hakim). Allah telah memberikan Umar sifat-sifat para nabi dan kedudukan para rasul sehingga menjadikannya sebagai orang yang layak memperoleh posisi kenabian. Selain itu, Umar juga memperoleh muḥaddiṡin atau ilham dari Allah3. Allah meletakkan kebenaran pada lidah dan hati Umar, sehingga Rasulullah memberikan Umar dengan gelar al-Farūq yaitu

2Ibid,. hlm. 37.

3 Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wan Nihayah

(5)

orang yang memisahkan antara kebenaran dan kebathilan4.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam kisah Umar Bin Khattab dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kisah

Umar Bin Khattab”.

Rumusan masalah dalam penelitian ini, nilai-nilai pendidikan Islam apa yang terkandung dalam kisah Umar bin Khattab. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalam kisah Umar bin Khattab.

Tinjauan pustaka yang dijadikan sebagai rujukan di antaranya sebagaimana yang telah dilakukan oleh:

4 Muhammad Husein Haekal, Umar bin

Khattab (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 2013), hlm. 59.

1. Bustomi Amiri dalam karya Skripsi yang berjudul

Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Dalam Al-Qur’an Surat Al

-Kahfi Ayat 60-82

(6)

3

terhadap Allah swt, sesama manusia dan lingkungan5. 2. Burhanuddin Asy-Syifa’

dalam karya Skripsi yang berjudul Nilai- Nilai

Pendidikan Islam Dalam

Novel Sang Pemimpi Karya

Andrea Hirata

menyimpulkan dalam perspektif pendidikan Islam dengan memberikan banyak gambaran dari nilai-nilai pendidikan Islam yaitu nilai keikhlasan, nilai taubat, nilai kesabaran, nilai kejujuran, nilai berbakti kepada orang tua, nilai rendah hati, nilai kesederhanaan, nilai ketaqwaan dan nilai kasih sayang6.

5 Bustomi Amiri, Nilai-Nilai Pendidikan

Islam Dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi Ayat 60-82 (Surakarta: UMS, 2008), unpublished.

6 Burhanuddin Asy-Syifa’, Nilai- Nilai

Pendidikan Islam Dalam Novel Sang

3. Rofi Nurrohmah dalam karya Skripsi yang berjudul

Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Dalam Lirik Lagu Religi

Karya Bimbo menyimpulkan

bahwa terdapat tiga nilai pendidikan yaitu nilai pendidikan aqidah, nilai pendidikan akhlak dan nilai pendidikan ibadah. Nilai pendidikan aqidah yang terdapat dalam lagu Tuhan dan Rindu Rasul yang mencakup keimanan kepada Allah dan keimanan kepada Rasul. Nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam lagu Rasul menyuruh Kita Mencintai Anak Yatim dan Aisyah Adinda Kita yang mencakup mencintai anak yatim dan mengasihi orang

(7)

miskin. Nilai pendidikan ibadah yang terdapat dalam lagu Sajadah Panjang dan Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya yang terkandung didalamnya mengabdi kepada Allah dengan mentaati kewajiban untuk beribadah kepada-Nya7.

4. Zen Abdurrahman dalam bukunya yang berjudul Ilham

Keberanian Umar bin

Khattab menyimpulkan

bahwa sejak usia muda, Umar pandai dalam memanah, memacu kuda, bergulat dan terkenal cerdas. Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab merupakan salah satu orang kafir yang sangat keras menentang ajaran Nabi.

7 Rofi Nurrohmah, Nilai-Nilai

Pendidikan Islam Dalam Lirik Lagu Religi Karya Bimbo (Surakarta: UMS, 2009),

unpublished.

Namun, setelah masuk Islam Umar pun menjelma sebagai lelaki gagah dengan membawa angin segar bagi Islam. Umar yang dahulu sangat menentang Islam kini berbalik selalu berada di barisan terdepan. Dengan keberaniannya, Islam pun mampu menaklukkan Persia dan Byzantium. Walaupun kekuasaan Umar saat itu begitu besar tetapi Umar tetap hidup sederhana8.

Pendidikan Islam adalah pengubahan tingkah laku dalam diri manusia baik jasmani maupun rohani melalui proses pendidikan dengan dilandasi nilai-nilai Islam sehingga terbentuk kepribadian manusia yang utama.

8 Zen Abdurrahman, Ilham Keberanian

(8)

5

Sumber pendidikan Islam ada tiga yaitu al-Qur’an, as -Sunnah dan Ijtihad. Menurut H.M. Arifin, faktor-faktor pendidikan Islam dibagi menjadi lima yaitu: pendidik, peserta didik, alat-alat pendidikan Islam, lingkungan sekitar dan tujuan pendidikan Islam9.

Nilai-nilai pendidikan Islam mencakup nilai akhlak, nilai aqidah dan nilai ibadah.

Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang secara fitrah dapat diterima secara umum oleh manusia, dan tidak akan bercampur dengan keraguan sehingga mendatangkan ketenteraman jiwa10.

Allah menciptakan manusia dengan fitrah bertuhan.

9 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam

(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 109.

10 Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam

(Yogyakarta, Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2000), hlm. 1-2.

Apabila menghadapi suatu kejadian yang luar biasa atau sudah kehilangan segala daya untuk menghadapinya, maka lalu secara spontan fitrah tersebut muncul kembali. Secara esensi tidak ada manusia yang tidak bertuhan, yang ada hanyalah mempertuhankan sesuatu yang bukan Allah11.

Selain itu, manusia juga memerlukan dalil naqli

(al-Qur’an dan as-Sunnah) untuk

membimbing manusia mengenal kebenaran tersebut. Sebab fitrah dan akal manusia tidak selalu dapat menjelaskan Tuhan yang sebenarnya yaitu Allah12.

Kemantapan aqidah dapat diperoleh dengan menanamkan La Ilāha illa al-Allah (Tiada

(9)

tuhan selain Allah) dan Muḥammad Rasūlullah13.

Ibadah merupakan tata cara manusia berhubungan dengan Allah secara langsung yang dalam pelaksananaannya tidak boleh menambahkan atau mengurangi kaidah-kaidah yang telah diatur oleh Allah dan Rasul-Nya. Kaidah-kaidah tersebut tercantum dalam

al-Qur’an dan as-Sunnah. Ibadah

yang termasuk didalamnya adalah yang berkaitan dengan salat, puasa, zakat dan haji14.

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga akan muncul secara spontan apabila dibutuhkan, tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu dan tidak

13 Ibid., hlm. 34

14 Muhammad Daud Ali, Pendidikan

Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 235.

membutuhkan dorongan dari luar15.

Akhlak merupakan sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia. Akhlak dibagi menjadi tiga yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap makhluk dan akhlak terhadap alam16.

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan untuk menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan, baik berupa buku-buku, kisah-kisah sejarah, dokumen-dokumen dan materi perpustakaan lainnya yang dapat dijadikan sumber

15 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq

(Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 1999), hlm. 1-2

16 Sudarno Shobron, Studi Islam 1

(10)

7

rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah17.

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena menekankan analisis pada proses penyimpulan deduktif dan induktif dengan menggunakan logika ilmiah. Penelitian ini menghasilkan data yang berupa data deskriptif. Pendekatan ini menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga mudah dipahami18.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yaitu teknik untuk memperoleh informasi dari dokumen. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu

17 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi

Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi

(Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 95.

18 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian

(Jakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 6.

yang dinyatakan dalam bentuk tulisan maupun lisan19.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data Primer adalah dokumen mengenai kisah Umar Bin Khattab yaitu buku yang berjudul

Umar Bin Khattab karangan

Muhammad Husein Haekal”. Data Sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.

Untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan Islam dalam kisah Umar bin Khattab, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan20.

19Djam’an Satori, Metodologi Penelitian

Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2013), hlm. 148.

20 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan

(11)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Nilai Pendidikan Aqidah

Nilai pendidikan Aqidah yang terdapat dalam kisah Umar bin Khattab ialah mengenai fitrah manusia. Apabila fitrah tersebut tertutup oleh faktor-faktor luar, maka manusia akan menentang fitrahnya sendiri. Apabila menghadapi suatu kejadian yang luar biasa dan sudah kehilangan segala daya untuk menghadapinya, maka secara spontan fitrah tersebut muncul kembali.

Umar berasal dari keturunan kaum Quraisy. Suatu ketika Umar sudah begitu muak dengan perkembangan Islam. Dengan pedangnya, beliau berniat membunuh Rasulullah. Di jalan beliau berjumpa dengan

Nuaim bin Abdullah yang memberitahukan bahwa adiknya yang bernama Fatimah dan

suaminya Sa’id bin Zaid telah

memeluk Islam.

Umar yang masih dipenuhi dengan kemarahan lalu menghantam Said bin Zaid dengan keras. Saat itu Fatimah yang melindungi suaminya pun mendapat pukulan keras dari Umar. Melihat darah di muka Fatimah, Umar merasa menyesal.

(12)

9

Setelah menyesal, Umar kemudian mengambil dan membaca lembaran yang bertuliskan ayat-ayat al-Qur’an. Setelah membaca ayat-ayat itu, beliau kagum dengan kata-kata dalam lembaran-lembaran tersebut. Umar pun menemui Rasulullah untuk memeluk Islam.

Kemantapan aqidah dapat diperoleh dengan menanamkan kalimat tauhid La Ilāha illa al

-Allah dan Muḥammad

Rasūlullah.

Saat Umar masuk Islam, beliau lalu mengucapkan kalimat syahadat “Asyhadu allā ilāha illallāh wa asyhadu anna

muḥammadar rasūlullāh”

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, nilai aqidah dalam kisah Umar bin

Khattab sudah sesuai dengan teori-teori yang ada. Hal ini dikarenakan Umar dapat menerima fitrah bertuhan dengan diperkuat wahyu Allah dan kemantapan dari kalimat syahadat.

B. Nilai Pendidikan Ibadah Nilai pendidikan Ibadah yang menyangkut kisah Umar bin Khattab mengenai kewajiban manusia. Kewajiban seorang muslim dengan melaksanakan perintah Allah yaitu salat, puasa, zakat dan haji.

(13)

Saat Umar menjadi khalifah, beliau melihat kaum muslimin mengerjakan salat tarawih dengan sendiri-sendiri. Kemudian beliau pun mengumpulkan kaum muslimin untuk mengerjakan salat tarawih secara berjamaah dengan hanya satu imam.

Puasa sepanjang tahun tidak diperkenankan dalam Islam karena akan menyiksa dirinya sendiri. Apabila ingin puasa terus menerus dalam Islam terdapat puasa dāwūd, yaitu puasa sehari dan berbuka sehari. Suatu ketika Umar mendapat informasi bahwa ada seorang laki-laki yang berpuasa sepanjang satu tahun. Umar pun menemui laki-laki tersebut dan memukul kepalanya sambil

berkata, “Makanlah, hai orang

yang berpuasa!”

Zakat merupakan sebagian harta yang diwajibkan Allah dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Orang-orang yang berhak menerimanya adalah fakir, miskin, amil, mualaf, riqāb, ghārim, sabilillah dan ibnussabīl.

Rasulullah memberikan harta rampasan perang dan zakat kepada para muallaf seperti

Uyainah bin Hisn, Aqra’ bin

(14)

11

sekarang dihentikan sebab mereka sudah seperti kaum muslimin lainnya.

Salah satu ketentuan haji adalah tawaf. Tawaf merupakan ibadah yang mengelilingi

Ka’bah dalam tujuh putaran. Di

sekitar Ka’bah juga terdapat

maqam Ibrahim yang biasanya

digunakan untuk melaksanakan salat.

Suatu ketika Umar melihat

Ka’bah semakin banyak orang,

Umar berinisiatif untuk membuat jarak antara maqam Ibrahim dengan Ka’bah.

Awalnya maqam tersebut

menempel pada Ka’bah.

Akibatnya jika kaum muslimin hendak melakukan tawaf,

mereka menjauh dari Ka’bah.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, nilai

ibadah dalam kisah Umar bin Khattab belum sesuai dengan teori-teori yang ada. Hal ini dikarenakan Umar dalam melaksanakan ibadah dengan menggunakan ijtihad, sehingga menyimpang dari al-Qur’an dan as-Sunnah.

C. Nilai Pendidikan Akhlak Nilai pendidikan Akhlak yang menyangkut kisah Umar bin Khattab mengenai perbuatan dan tingkah laku manusia, yaitu Akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap makhluk dan akhlak terhadap alam.

1. Akhlak terhadap Allah : perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap Allah, seperti berdoa kepada Allah.

(15)

Allahumma ya Allah, aku ini

sungguh keras dan kasar, maka lunakkanlah hatiku!

Allahumma ya Allah, aku ini

sangat lemah maka berilah saya kekuatan! Allahumma ya

Allah, aku ini kikir,

jadikanlah aku orang

dermawan bermurah hati!”

2. Akhlak terhadap Rasulullah: perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap Rasulullah, seperti mencintai Rasulullah.

Umar teringat saat berada dalam kesesatan dan Allah menjadikan Rasulullah sebagai datangnya hidayah. Selain itu juga teringat bahwa pada hari kiamat beliau tidak akan mampu masuk surga kecuali dengan kecintaannya kepada Rasulullah.

3. Akhlak terhadap diri sendiri: perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap diri sendiri, seperti hidup sederhana.

Seseorang berkata

kepada Umar, “Anda

mendapat bagian sehelai burd Yaman dan badan anda tinggi tetapi mengapa anda potong

menjadi kemeja?” Umar pun

menoleh kepada Abdullah. Abdullah pun menjawab,

Burd saya kuberikan

kepadanya supaya cukup untuk kemejanya itu.

4. Akhlak terhadap keluarga: perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap sanak keluarga, seperti mendidik anak.

(16)

13

berada di Mesir minum-minum sampai mabuk. Gubernur Mesir pun menghukumnya. Seketikanya di Madinah, Umar memberikan hukuman kembali kepadanya dengan menjalani pukulan dan dipenjarakan sampai meninggal.

5. Akhlak terhadap masyarakat: perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap masyarakat, seperti tanggung jawab.

Suatu ketika, terdapat seorang perempuan dengan anak–anaknya yang kelaparan. Melihat itu, Umar lalu mengambil sekantong gandum di gudang dan memasaknya.

6. Akhlak terhadap negara: perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap negara, seperti mengambil

keputusan dengan

musyawarah

Sebelum meninggal Umar memilih enam tokoh untuk musyawarah dalam memilih khalifah berikutnya. Umar menunjuk Abdullah bin Umar untuk mengawasi jalannya musyawarah.

7. Akhlak terhadap alam: perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap alam (hewan), seperti sayang terhadap hewan

Umar mengatakan kepada Al-Ahnaf bin Qais,

“Mengapa kalian tidak takut

(17)

tunggangan kalian ini? Bukankah lebih baik bila kalian melepaskan ikatannya agar hewan-hewan itu memakan rumput?”.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, nilai akhlak dalam kisah Umar bin Khattab sudah sesuai dengan teori-teori yang ada. Hal ini dikarenakan Umar mempunyai akhlak yang baik dan akan muncul secara spontan apabila dibutuhkan.

PENUTUP A. KESIMPULAN

Setelah penulis mendeskripsikan tentang kandungan nilai-nilai pendidikan Islam dalam kisah Umar bin Khattab. Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan

bab-bab sebelumnya, akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa ditemukan tiga nilai pendidikan Islam dalam kisah Umar bin Khattab yaitu: nilai pendidikan aqidah, nilai pendidikan ibadah dan nilai pendidikan akhlak. B. SARAN

Sebagai saran dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan mengemukakan beberapa saran atau himbauan terhadap pihak-pihak yang terlibat:

1. Bagi pembaca, dapat memahami makna dan dari nilai-nilai pendidikan Islam yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dalam kisah tersebut.

(18)

15

Umar bin Khattab dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Bagi peneliti yang akan datang, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sejenis.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Zen. 2014. Ilham

Keberanian Umar bin

Khathab. Yogyakarta: Diva

Press

Amiri, Bustomi. 2012. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi Ayat

60-82. Surakarta: UMS.

unpublised

Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan

Paradigma Baru Bandung:

PT Remaja Rosdakarya Asy-Syifa’, Burhanuddin. 2012.

Nilai- Nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Sang Pemimpi

Karya Andrea Hirata.

Surakarta: UMS. unpublised Azwar, Saifuddin. 2006. Metode

Penelitian. Jakarta: Pustaka

Pelajar

Arifin, Muhammad. 2006. Ilmu

Pendidikan Islam. Jakarta:

Bumi Aksara

Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan

Teknik Penyusunan Skripsi.

Jakarta: PT Rineka Cipta Daud Ali, Muhammad. 2001.

Pendidikan Agama Islam

Jakarta: Bumi Aksara

Haekal, Muhammad Husain. 2013.

Umar Bin Khattab. Jakarta:

PT Pustaka Litera AntarNusa Ilyas, Yunahar. 2000. Kuliah

Akhlak. Yogyakarta:

Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam

____________. 2000. Kuliah

Aqidah Islam. Yogyakarta:

Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam

Katsir, Ibnu. 2004. Al-Bidayah Wan

Nihayah. Jakarta: Darul Haq

Nurrohmah, Rofi. 2013. Nilai-Nilai

Pendidikan Islam Dalam

Lirik Lagu Religi Karya

Bimbo. Surakarta: UMS.

unpublised

Satori, Djam’an. 2013. Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Bandung: CV Alfabeta

Shobron, Sudarno,dkk. 2010. Studi

Islam 1. Surakarta: Lembaga

Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

Umar, Bukhari. 2010. Ilmu

Pendidikan Islam. Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata biaya makan yang terbuang akibat sisa makanan lunak dibandingkan biaya makan yang disajikan adalah Rp 4.988,2/hari (19,5%). Disarankan agar dilakukan evaluasi dan

Sebagian besar pendidkan responden adalah pendidikan dasar (65,4%), sebagian besar pekerjaan responden adalah tidak bekerja (53,1%), sebagian besar status pernikahan responden

Dari analisa yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu ekstraksi maka nilai pH pewarna merah cair dari ekstrak bunga rosella akan semakin meningkat

Dalam turut berpartisipasi dalam proses pemilihan umum sebagai masyarakat yang cerdas kita harus mampu menilai calon yang terbaik yang sekiranya mampu dan mau

Puji syukur Penulis sampaikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian dengan judul

Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengadilan Agama Tahuna tahun 2019 ini memberikan gambaran umum tentang pelaksanaan sistem manajemen peradilan, baik yang terkait dengan

Kajaba saka fungsi manifest, uga ana fungsi laten. Fungsi laten ing kene ngrugekake masyarakat kang nonton pagelaran kesenian ludruk. WUJUD OWAH-OWAHANE KESENIAN LUDRUK

Untuk menghadapi ancaman unjuk rasa dan konflik horizontal pada korporasi maka perlu disiapkan rencana tanggap startegi. Rencana tersebut sebaiknya terdiri dari