• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan motivasi belajar dan sikap belajar terhadap hasil belajar matematika pokok bahasan belah ketupat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas VIIB SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan motivasi belajar dan sikap belajar terhadap hasil belajar matematika pokok bahasan belah ketupat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas VIIB SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2015"

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Yoanna Nungki Rianda. 2016. Hubungan Motivasi Belajar dan Sikap Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Belah Ketupat dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Toegtehr (NHT) Pada Siswa Kelas VII B SMP Pangudi Luhur Moyudan Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa, (2) hubungan antara sikap belajar terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2015/2016.

Instrumen penelitian untuk variabel motivasi belajar dan sikap belajar adalah kuisioner, dan untuk variabel hasil belajar adalah dengan tes hasil belajar. Validitas isi diperoleh dengan melakukan uji pakar sedangkan validitas butir soal dan reliabilitas dengan uji coba yang kemudian dilakukan revisi untuk butir soal yang tidak valid. Reliabilitas untuk instrumen motivasi (fakta) r = 0,67, motivasi (opini) r = 0,75, sikap (fakta) r = 0,71, sikap (opini) r = 0,71, dan tes hasil belajar r = 0,82.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada korelasi tetapi tidak signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,314 serta didapat bahwa kontribusi sikap belajar terhadap hasil belajar hanya sebesar 9,85%, (2) ada korelasi tetapi tidak signifikan antara sikap belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,296 serta didapat bahwa kontribusi sikap belajar terhadap hasil belajar hanya sebesar 8,76%

(2)

ABSTRACT

Yoanna Nungki Rianda. 2016. The Relation between Learning Motivation and Learning Attitude towards Mathematics’ Learning Result in Rhombus Using Learning Model Cooperative Type Numbered Heads Together (NHT) in VII B grade students of PangudiLuhur Junior High School Moyudan Academic Year 2015/2016. Thesis. Mathematics Education Study Program, Teaching and Education Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study was aimed to determine (1) the relationship between the learning motivation and the student learning outcomes , (2) the relationship between the attitude of learning and the student learning outcomes. This research was a descriptive qualitative and quantitative research. The subjects of this study are the students of Pangudi Luhur Moyudan Junior High school class VII in 2015/2016.

The research instrument for the variable of learning motivation and learning attitudes were questionnaires. For the learning outcomes variable, the research instrument was the test result. The content validity was obtained by the experts review. For the validity and the reliability problems was done by testing them and revising the invalid items. The reliability for the instrument of motivation (facts) r = 0,67, motivation (opinion) r = 0,75, attitude (the fact) r = 0,71, attitude (opinion) r = 0,71, and achievement test r = 0,82.

The results showed that (1) There is no significant relationship between the learning motivation and the learning outcomes proofed bythe correlation coefficient is 0.314. It was also found that the contribution of the learning attitude towards learning outcomes amounted to only 9.85%. (2) There is no significant relationship between the learning attitudeand the learning outcomes of students proofed by the coefficient of the correlation which in the mount of 0.296. It was also found that the contribution of the learning attitude towards the learning outcomes is only 8.76%

(3)

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN BELAH KETUPAT DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA

SISWA KELAS VII B SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

YOANNA NUNGKI RIANDA NIM: 121414004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(4)

i

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN BELAH KETUPAT DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA

SISWA KELAS VII B SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

YOANNA NUNGKI RIANDA NIM: 121414004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dari lubuk hati aku persembahkan karyaku ini kepada

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu

menuntun langkahku

Ayah dan Ibuku yang selalu mencintai, mendoakan, dan

memberikan semangat serta pengorbanannya

Kakakku tercinta Andika Putra (Alm) dan Kristiana

Windhi Eka Putri, untuk kalian aku berjuang dan berusaha

menjadi adik yang dapat dibanggakan

Sahabat-sahabatku Elsa, Deta, Agnes, Putri yang selalu

ada dari awal kuliah sampai saat ini

Laurensius Haris Chrisanda yang dengan setia mendengar

keluh kesahku dan selalu membuatku merasa selalu dicintai

(8)
(9)
(10)

vii

ABSTRAK

Yoanna Nungki Rianda. 2016. Hubungan Motivasi Belajar dan Sikap Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Belah Ketupat dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Toegtehr (NHT) Pada Siswa Kelas VII B SMP Pangudi Luhur Moyudan Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa, (2) hubungan antara sikap belajar terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2015/2016.

Instrumen penelitian untuk variabel motivasi belajar dan sikap belajar adalah kuisioner, dan untuk variabel hasil belajar adalah dengan tes hasil belajar. Validitas isi diperoleh dengan melakukan uji pakar sedangkan validitas butir soal dan reliabilitas dengan uji coba yang kemudian dilakukan revisi untuk butir soal yang tidak valid. Reliabilitas untuk instrumen motivasi (fakta) r = 0,67, motivasi (opini) r = 0,75, sikap (fakta) r = 0,71, sikap (opini) r = 0,71, dan tes hasil belajar r = 0,82.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada korelasi tetapi tidak signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,314 serta didapat bahwa kontribusi sikap belajar terhadap hasil belajar hanya sebesar 9,85%, (2) ada korelasi tetapi tidak signifikan antara sikap belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,296 serta didapat bahwa kontribusi sikap belajar terhadap hasil belajar hanya sebesar 8,76%

(11)

viii

ABSTRACT

Yoanna Nungki Rianda. 2016. The Relation between Learning Motivation and Learning Attitude towards Mathematics’ Learning Result in Rhombus Using Learning Model Cooperative Type Numbered Heads Together (NHT) in VII B grade students of PangudiLuhur Junior High School Moyudan Academic Year 2015/2016. Thesis. Mathematics Education Study Program, Teaching and Education Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study was aimed to determine (1) the relationship between the learning motivation and the student learning outcomes , (2) the relationship between the attitude of learning and the student learning outcomes. This research was a descriptive qualitative and quantitative research. The subjects of this study are the students of Pangudi Luhur Moyudan Junior High school class VII in 2015/2016.

The research instrument for the variable of learning motivation and learning attitudes were questionnaires. For the learning outcomes variable, the research instrument was the test result. The content validity was obtained by the experts review. For the validity and the reliability problems was done by testing them and revising the invalid items. The reliability for the instrument of motivation (facts) r = 0,67, motivation (opinion) r = 0,75, attitude (the fact) r = 0,71, attitude (opinion) r = 0,71, and achievement test r = 0,82.

The results showed that (1) There is no significant relationship between the learning motivation and the learning outcomes proofed bythe correlation coefficient is 0.314. It was also found that the contribution of the learning attitude towards learning outcomes amounted to only 9.85%. (2) There is no significant relationship between the learning attitudeand the learning outcomes of students proofed by the coefficient of the correlation which in the mount of 0.296. It was also found that the contribution of the learning attitude towards the learning outcomes is only 8.76%

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Hubungan Motivasi Belajar dan Sikap Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Belah Ketupat dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas VIIB SMP Pangudi Luhur Moyudan Tahun Ajaran 2015/2016” dengan baik.

Penelitian dan penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantaun serta dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat, rahmat dan mujizat yang selalu diberikan kepada penulis dalam menjalani penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Dr. Hongkie Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

3. Drs. Sukardjono, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan kritik serta saran selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

5. Ibu Sri Rahayu selaku guru matematika kelas VII SMP Pangudi Luhur Moyudan yang telah membantu dan memberikan kesempatan untuk mengambil data di kelas VII B.

6. Siswa-siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Moyudan yang telah berpartisipasi dalam kelancaran penelitan dan pengambilan data serta memberikan pengalaman yang sangat berharga selama pelaksanaan penelitian.

7. Agustinus Suparjo dan Magdalena Eko Wiwik Sri Dinaryati yang selalu mendoakan penulis kapanpun dimanapun.

(13)

x

9. Laurensius Haris yang sudah menjadi teman berbagi suka dan duka khususnya selama proses penyusunan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku, Stepani Elsa, Fransisca Putri Wulandari, Benedikta Norma Enda Kusumahardani, Agnes Dwi Purnamasary, terimakasih karena sudah saling mensuport satu sama lain dari awal kuliah sampai pengerjaan skripsi ini.

11. Teman seperjuangan Ardiana Dhian Utami, Asri Apriani, Valentina Parinah, Fransiska Dwi K, yang saling membantu dan bertukar pikiran dari awal bimbingan sampai skripsi kita selesai.

12. PPL Banguntapan yang sudah berbagi pengalaman menarik saat PPL dan bagaimana cara menjadi guru yang baik.

13. Alin, Vita, Dani yang sudah mau membantu dalam proses abstrak.

14. Serta teman-teman PMAT A 2012, terimakasih atas semangat yang saling diberikan satu sama lain.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga berguna dalam perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Penulis,

(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Definisi Istilah ... 9

G. Manfaat Hasil Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Belajar ... 12

1. Pengertian Belajar ... 12

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar ... 13

B. Mengajar ... 20

C. Hasil Belajar ... 21

1. Pengertian Hasil Belajar ... 21

(15)

xii

D. Model Pembelajaran Kooperatif ... 26

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 26

2. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif... 27

3. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif ... 29

4. Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif ... 31

E. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) ... 33

1. Pengertian Numbered Heads Together (NHT) ... 33

2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)... 33

F. Motivasi Belajar ... 35

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 35

2. Teori Motivasi Menurut Abraham Maslow ... 36

G. Sikap Belajar ... 39

H. Materi Ajar ... 40

1. Pengertian Belah Ketupat ... 40

2. Unsur-unsur Belah Ketupat ... 41

3. Sifat-sifat Belah Ketupat ... 41

4. Keliling Belah Ketupat ... 46

5. Luas Belah Ketupat ... 47

I. Penelitian yang Relevan ... 47

J. Kerangka Berpikir ... 48

BAB III METODE PENELITIAN... 50

A. Jenis Penelitian ... 50

B. Rencana Penelitian ... 50

C. Variabel Penelitian ... 52

D. Instrumen Penelitian... 53

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 64

F. Uji Coba Instrumen ... 66

(16)

xiii

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 78

A. Kelayakan Analisis... 78

B. Deskripsi Data ... 79

C. Inferensi... 86

D. Pembahasan ... 93

E. Pendalaman Analisis ... 93

F. Keterbatasan Penelitian ... 102

BAB V PENUTUP ... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahap Pelaksanaan Cooperative Learning ... 32

Tabel 3.1 Rencana Pembelajaran ... 53

Tabel 3.2 Silabus Matematika Kelas VII KD 6.1, 6.2, 6. ... 55

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 59

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuisioner Motivasi Belajar Berdasarkan Fakta ... 61

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuisioner Motivasi Belajar Berdasarkan Opini ... 62

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuisioner Sikap Belajar Berdasarkan Fakta... 63

Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuisioner Sikap Belajar Berdasarkan Opini ... 64

Tabel 3.8 Intrepretasi Tingkat Reliabilitas ... 66

Tabel 3.9 Hasil Validitas Kuisioner Motivasi Berdasarkan Fakta ... 67

Tabel 3.10 Hasil Validitas Kuisioner Motivasi Berdasarkan Opini ... 68

Tabel 3.11 Hasil Validitas Kuisioner Sikap Berdasarkan Fakta ... 69

Tabel 3.12 Hasil Validitas Kuisioner Sikap Berdasarkan Opini ... 70

Tabel 3.13 Hasil Validitas Tes Hasil Belajar ... 71

Tabel 3.14 Kriteria Motivasi Belajar ... 73

Tabel 3.15 Kriteria Sikap Belajar... 74

Tabel 3.16 Kriteria Hasil Belajar ... 75

Tabel 4.1 Data Mentah Kuisioner Motivasi Belajar (n=35) ... 79

Tabel 4.2 Statistik Data Motivasi Belajar ... 80

Tabel 4.3 Kategori Motivasi Belajar ... 80

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Motivasi Belajar (n=35) ... 80

Tabel 4.5 Data Mentah Kuisioner Sikap Belajar (n=35) ... 82

Tabel 4.6 Statistik Data Sikap Belajar ... 82

Tabel 4.7 Kategori Sikap Belajar ... 83

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Data Sikap Belajar (n=35)... 83

Tabel 4.9 Kategori Sikap Positif, Netral, Sedang ... 83

Tabel 4.10 Data Mentah Hasil Belajar Belajar (n=35) ... 84

Tabel 4.11 Statistik Data Hasil Belajar ... 85

Tabel 4.12 Kategori Hasil Belajar ... 85

(18)

xv

Tabel 4.14 Pengelompokkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ... 94

Tabel 4.15 Pengelompokkan Sikap dan Hasil Belajar Siswa ... 94

Tabel 4.16 Transkrip Wawancara Siswa ... 94

Tabel 4.17 Transkrip Wawancara Siswa ... 96

Tabel 4.18 Transkrip Wawancara Siswa ... 98

Tabel 4.19 Transkrip Wawancara Siswa ... 99

(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Segitiga Motivasi ... 39

Gambar 2.2 Segitiga Sama Kaki ABC ... 40

Gambar 2.3 Segitiga Sama Kaki ABC dan Bayangannya ... 40

Gambar 2.4 Belah Ketupat ABCD ... 41

Gambar 2.5 Belah Ketupat ABCD ... 42

Gambar 2.6 Belah Ketupat ABCD ... 43

Gambar 2.7 Belah Ketupat ABCD ... 44

Gambar 2.8 Belah Ketupat ABCD ... 45

Gambar 2.9 Belah Ketupat ABCD ... 46

Gambar 2.10 Belah Ketupat ABCD ... 47

Gambar 2.11 Kerangka Berpikir ... 49

Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa (n=35) ... 81

Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Sikap Belajar Siswa (n=35) ... 83

Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa (n=35) ... 86

Gambar 4.4 Grafik Regresi Linear Motivasi Belajar dan Hasil Belajar ... 91

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

A.1 Kisi-kisi dan instrumen motivasi belajar A.2 Kisi-kisi dan instrumen sikap belajar A.3 Kisi-kisi dan instrumen tes hasil belajar Lampiran B

B.1 Validitas dan Reliabilitas instrumen motivasi belajar B.2 Validitas dan Reliabilitas instrumen sikap belajar B.3 Validitas dan Reliabilitas instrumen tes hasil belajar B.4 Instrumen Motivasi Belajar yang telah direvisi B.5 Instrumen SikapBelajar yang telah direvisi Lampiran C

C.1 Perhitungan Statistik Skor Motivasi C.2 Perhitungan Statistik Skor Sikap

C.3 Perhitungan Statistik Skor Hasil Belajar

C.4 Perhitungan Uji Normalitas Data Motivasi Belajar C.5 Perhitungan Uji Normalitas Data Sikap Belajar C.6 Perhitungan Uji Normalitas Data Tes Hasil Belajar C.7 Perhitungan Uji Korelasi Motivasi dan Hasil Belajar C.8 Perhitungan Uji Korelasi Sikap dan Hasil Belajar Lampiran D

(21)

1 BABBIB

PENDAHULUANB

B

A. LatarBBelakangB

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan ketrampilan,

kegemaran, dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang

disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan

dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu

perubahan tingkah laku (Herman Hudojo, 1988:1). Belajar menunjuk apa yang

harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran

didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru

sebagai pengajar. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan

pembelajaran, manakala terjadi interaksi antara guru dan siswa, atau siswa dengan

siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Interaksi guru dan siswa memegang

peran penting dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang efektif. Dengan demikian, inti dari pembelajaran adalah segala upaya yang

dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada siswa. Kegiatan

pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada

siswanya.

Peneliti melakukan penelitian di kelas VII B SMP Pangudi Luhur

Moyudan yang terletak Desa Sumber Agung Kecamatan Moyudan. Sekolah ini

(22)

bagian sekolah ditanam pohon sehingga membuat suasana sekolah menjadi sejuk

dan mendukung terjadinya proses pembelajaran.

Observasi lapangan dilakukan peneliti agar mendapatkan informasi

mengenai kegiatan belajar mengajar yang terjadi di kelas VII B SMP Pangudi

Luhur Moyudan dengan jumlah siswa 35 orang. Berdasarkan pengamatan peneliti

selama melaksanakan observasi, peneliti melihat aktivitas guru selama kegiatan

belajar mengajar sudah sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam RPP

KTSP. Fakta yang didapat peneliti saat penelitian adalah saat guru memasuki

kelas, guru memberikan salam kepada siswa, tidak lupa setelah itu guru

menanyakan kabar, kondisi siswa, dan menanyakan siswa yang tidak hadir serta

meminta siswa untuk menyiapkan buku serta alat tulis. Guru juga mengapersepsi

pikiran siswa serta memotivasi siswa sebelum pembelajaran dimulai. Setelah itu

kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan eksplorasi yaitu penyampaian

materi dengan model ceramah disertai tanya jawab. Kegiatan dilanjutkan dengan

elaborasi dimana guru berkeliling memantau siswa saat mengerjakan latihan soal

dan tidak lupa membantu siswa yang kesulitan mengerjakan latihan soal. Setelah

itu kegiatan konfirmasi dilakukan, guru menyimpulkan pembelajaran dengan

melempar pertanyaan kepada siswa dan sebelum meninggalkan kelas, guru tidak

lupa untuk memberikan salam kepada siswa.

Selain itu selama observasi, peneliti juga mengamati kegiatan siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti melihat selama kegiatan belajar

berlangsung, ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan materi dari guru

(23)

mengobrol saat guru menjelaskan materi, ada siswa yang membuat kegaduhan di

kelas dan berbuat usil pada teman sebangkunya, ada siswa yang kurang

bersemangat mengerjakan latihan soal dimana ada siswa yang hanya menunggu

jawaban dari temannya, ada siswa yang tidak berani untuk bertanya kepada guru

maupun teman ketika belum memahi materi pelajaran, ada siswa yang tidak

menjawab saat guru menanyakan hal-hal berkaitan dengan materi pelajaran, ada

siswa yang yang melamun saat guru menjelaskan, ada siswa yang yang hanya

diam saja selama kegiatan belajar berlangsung, serta ada siswa yang tidak berani

maju kedepan untuk menuliskan jawaban di papan tulis.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab masalah tersebut antara lain

mungkin karena materi yang dipelajari merupakan materi yang sulit (pada saat

observasi, materi yang dijelaskan tentang segitiga), mungkin karena teman

sebangku yang mengajak berbicara, serta kemungkin karena bosan dengan

penjelasan guru yang disampaikan melalui ceramah yang dilanjutkan dengan

memberi contoh lalu latihan soal. Berdasarkan pengamatan, peneliti juga melihat

bahwa antusias siswa saat pembelajaran masih tergolong rendah. Ini terlihat saat

guru memberikan pertanyaan, hanya tiga orang yang menanggapi yang notabene

mereka adalah juara kelas. Sedangkan siswa yang lain bukannya memperhatikan

tetapi sebagian sibuk dengan kegiatannya masing-masing dan sebagian lagi diam.

Perilaku siswa yang tidak serius saat pelajaran matematika ini berdampak

pada hasil belajar siswa. Informasi ini diperoleh peneliti berdasarkan wawancara

dengan Bu Sri Rahayu selaku guru matematika kelas VII. Beliau mengatakan

(24)

cenderung tidak antusias dalam pelajaran matematika. Selain itu siswa kelas VII B

merupakan siswa yang memiliki hasil ujian nasional rendah. Dimana siswa yang

mempunyai hasil ujian nasional tinggi akan masuk di kelas VII A, sedangkan

yang rendah akan masuk dikelas VII B. Tinggi rendahnya hasil ujian nasional

siswa ini dilakukan dengan cara melakukan rangking dimulai dari hasil ujian

tertinggi hingga terendah. Mungkin dari beberapa hal tersebut menjadi penyebab

jika hasil belajar siswa sebelumnya di kelas VII B seperti hasil UTS yang masih

dibawah KKM, hanya sedikit yang tuntas KKM.

Agar siswa memperhatikan penjelasan guru, kiranya guru dapat mencoba

menggunakan model atau cara mengajar yang dapat melibatkan siswa. Dengan

cara mengajar yang melibatkan siswa, siswa akan lebih memiliki keinginan untuk

belajar karena saat siswa dilibatkan bersama teman sebayanya, siswa akan lebih

bersemangat untuk belajar. Untuk dapat menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan, maka diperlukan beberapa upaya ekstra. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran kelompok yang dapat

meningkatkan prestasi belajar peserta didik, sekaligus dapat meningkatkan

kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan

orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri (Suyadi, 2013:62). Model

pembelajaran kooperatif lebih banyak mengajak siswa untuk belajar

bersama-sama dalam kelompok kecil, dimana kelompok tersebut dibentuk oleh guru

dengan memperhatikan kemampuan akademik, ras, suku budaya, dan jenis

(25)

siswa dapat belajar dengan lebih senang karena mereka tidak sungkan untuk

bertanya materi yang sulit kepada teman sendiri.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

belajar (Abdurahman dalam Jihad 2012:14). Banyak faktor yang mempengaruhi

hasil belajar matematika siswa. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari diri siswa

dan luar diri siswa. Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang dapat

mempengaruhi hasil belajar adalah motivasi belajar. Winkel (dalam Ali Imron,

1996:30) menjelaskan, motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan

belajar itu demi mencapai satu tujuan.

Faktor lain yang tidak kalah penting yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran adalah sikap. Sikap merupakan faktor interal psikologis yang sangat

berperan dan akan mempengaruhi proses belajar. Peserta didik ingin dan tekun

dalam belajar atau tidak sangat tergantung pada sikap peserta didik. Dalam hal ini

sikap positif terhadap mata pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang

mengajar, dan terhadap lingkungan belajar. Berdasarkan hal tersebut, upaya guru

dalam mengembangkan sikap belajar siswa sangatlah penting, sebab sikap belajar

siswa juga menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.

Dari dua faktor penting yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa,

guru dapat menerapkan tipe pembelajaran kooperatif yang dapat menimbulkan

motivasi serta sikap siswa tersebut. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah

(26)

untuk memberi kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam

proses berpikir dan dalam kegiatan belajar-mengajar. Keberhasilan kelompok

merupakan tanggung jawab setiap anggota kelompok, sehingga setiap anggota

harus saling membantu agar semua anggota dapat memahami materi

pembelajaran. Melalui kegiatan tersebut diharapkan terjadi interaksi antar siswa

yag memungkinkan berkembangnya kerjasama, rasa tanggung jawab, dan sikap

saling menghargai, serta menumbuhkan motivasi dan sikap belajar yang akan

berdampak positif bagi hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan

penelitian untuk mengetahui bagaimana motivasi, sikap, dan hasil belajar siswa

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pokok

bahasan belah ketupat di kelas VII B SMP Pangudi Luhur Yogyakarta tahun

ajaran 2015/2016.B

B

B. IdentifikasiBMasalahBB

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah yang muncul

diantaranya:

1. Beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan materi oleh guru.

2. Beberapa siswa yang masih mengobrol saat penjelasan materi oleh guru.

3. Beberapa siswa suka membuat kegaduhan di kelas, misalnya dengan

berbuat usil pada teman sebangkunya.

(27)

5. Beberapa siswa yang kurang antusias dalam menjawab pertanyaan dari

guru.

6. Kurangnya kemauan siswa untuk bertanya kepada guru maupun teman

ketika belum memahi materi pelajaran.

7. Beberapa siswa melamun ketika mengikuti proses pembelajaran.

8. Beberapa siswa yang memilih diam ketika tidak paham terhadap materi

pelajaran.

9. Beberapa siswa tidak berani maju kedepan untuk menuliskan jawaban di

papan tulis.

C. PembatasanBMasalahB

Pada penelitian ini, masalah-masalah yang sudah diidentifikasi diatas akan

dibatasi pada tidak memperhatikannya siswa saat penjelasan materi oleh guru,

siswa yang membuat gaduh dikelas, siswa yang melamun ketika proses

pembelajaran, dan siswa yang kurang antusias dalam menjawab pertanyaan guru.

Hal-hal tersebut merujuk pada motivasi dan sikap belajar siswa yang kurang. Oleh

karena itu pembatasan masalah pada penelitian ini difokuskan kepada motivasi

dan sikap belajar yang nantinya diharapkan berdampak pada hasil belajar siswa

kelas VII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2015/2016 pada pokok

bahasan belah ketupat.

(28)

D. RumusanBMasalahB

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

masalah yang diangkat oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa

dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together pada siswa kelas VII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun

ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan belah ketupat8

2. Bagaimana hubungan sikap belajar terhadap hasil belajar siswa dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada

siswa kelas VII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2015/2016

pada pokok bahasan belah ketupat8

E. TujuanBPenelitianB

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar

siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together pada siswa kelas VII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun

ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan belah ketupat.

2. Untuk mengetahui hubungan sikap belajar terhadap hasil belajar siswa

dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together pada siswa kelas VII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun

(29)

F. DefinisiBIstilahBB

1. Belajar

Menurut Slameto ( 1988:2), belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Mengajar

Menurut Hudojo Herman(1988:5-8), mengajar adalah suatu kegiatan

dimana pengajar (guru) menyampaikan pengetahuan atau pengalaman yang

dimiliki kepada peserta didik (siswa). Tujuan mengajar adalah agar

pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami peserta didik. Karena itu

mengajar yang baik hanya akan berhasil jika hasil belajar peserta didik baik.

Pernyataan ini dapat dipenuhi bila pengajar mampu memberikan fasilitas

belajar yang baik sehingga terjadi proses belajar yang baik

3. Hasil Belajar

Menurut Abdurhaman (dalam Asep Jihad, 2012:14), hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar

itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:15), Cooperative learning adalah suatu

(30)

kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif

sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

5. Model Pembelajaran Koopeartif tipe NHT (Numbered Heads Together)

Menurut Arends (2008:16), Numbered Heads Together adalah model

pembelajaran dengan pendekatan yang melibatkan banyak siswa dalam

menelaah materi pelajaran. Pendekatan ini bertujuan untuk mengecek

pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

6. Motivasi Belajar

Menurut Winkel (dalam Ali Imron, 1996:30), motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu

tujuan.

7. Sikap Belajar

Menurut Alisuf ( 1996: 78) Sikap belajar adalah kecenderungan perilaku

seseorang tatkala mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Sikap belajar

adalah perasaan senang atau tidak senang, perasaan setuju atau tidak setuju,

perasaan suka atau tidak suka terhadap guru, tujuan, materi dan tugas-tugas

serta lainnya.

G. ManfaatBHasilBPenelitianB

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman peneliti dalam

(31)

untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan hasil belajar dan sikap

siswa melalui model pembelajaran yang inovasi.

2. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber infornasi dalam

mengevaluasi proses pembelajarn di kelas yang telah dilakukan dan hasil

belajar yang telah dicapai dalam rangka meningkatkan motivasi belajar

siswa terutama pada mata pelajaran matematika.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan Universitas Sanata

Dharma, khusunya mengenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(32)

12 BABBIIB

LANDASANBTEORIB

A. BelajarB

1. PengertianBBelajarB

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan ketrampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku (Herman Hudojo, 1988:1).

Purwoto (2003:21) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu atau dari tahu menjadi lebih tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum cerdas menjadi cerdas, dari sikap belum baik menjadi bersikap baik, dari pasif menjadi aktif, dari tidak teliti menjadi teliti dan seterusnya. Sedangkan Slameto (1988:2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(33)

lingkungannya yang menghasilkan suatu perubahan tingkah laku dimana perubah an tersebut berdampak positif baik dari segi sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan lainnya.

2. Faktor-faktorBYangBMemengaruhiBBelajarB

Menurut Slameto (1988:56-74) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu.

a. Faktor Internal

1) Faktor Jasmaniah a)Faktor kesehatan

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, atau gangguan-gangguan pada fungsi alat indera serta tubuhnya.

b)Kacat tubuh

(34)

menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

2) Faktor Psikologis a)Intelegensi

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi akan berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi rendah. Walau begitu tidak semua yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi akan berhasil dalam belajar, karena belajar adalah proses yang kompleks dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan intelegensi adalah salah satu faktor tersebut.

b)Perhatian

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan peljaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

c)Minat

(35)

bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dihafalkan dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.

d)Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajar.

e)Motif

(36)

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

g)Kesiapan

Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3) Faktor Kelelahan

Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

b. Faktor Eksternal 1) Faktor Keluarga

a) Kara orang tua mendidik

(37)

b) Relasi antaranggota keluarga

Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.

c) Suasana rumah

Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram. Di dalam suasana rumah yang tenang dan tenteram, selain anak betah tinggal dirumah, anak juga dapat belajar dengan baik.

d) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan sandang, pangan, juga membutuhkan fasilitas penunjang belajar seperti alat tulis, buku, dan lainnya.

2) Faktor Sekolah a) Metode mengajar

(38)

mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Seperti metode ceramah yang membuat siswa bosan. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan tepat, efektif, dan efisien. b) Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.

c) Waktu sekolah

(39)

d) Metode belajar

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat, akan efektif pula hasil belajar siswa itu.

3) Faktor masyarakat

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya kegiatan-kegiatan sosial, belajarnya akan terganggu. Lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

b) Teman bergaul

(40)

c) Bentuk kehidupan masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, dan lainnya akan berpengaruh buruk terhadap siswa yang berada di lingkungan tersebut. Adalah perlu untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh positif terhadap siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

B. MengajarB

Mengajar adalah suatu kegiatan dimana pengajar (guru) menyampaikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik (siswa). Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami peserta didik. Karena itu mengajar yang baik hanya akan berhasil jika hasil belajar peserta didik baik. Pernyataan ini dapat dipenuhi bila pengajar mampu memberikan fasilitas belajar yang baik sehingga terjadi proses belajar yang baik (Herman Hudojo, 1988:5-8).

(41)

antara pengajar dan peserta didik. Maka selanjutnya Herman Hudojo mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya proses mengajar dan belajar matematika. Faktor-faktor tersebut ialah: (1) Peserta didik, (2) Pengajar, (3) Prasarana dan sarana, (4) Penilaian. Keempat faktor tersebut mempengaruhi terjadinya proses mengajar dan belajar matematika.

C. HasilBBelajarB

1. PengertianBHasilBBelajarB

Dalam Jihad (2012:14) beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang hasil belajar. Beberapa pendapat tersebut diantaranya:B

1) Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatifmenetap (Abdurahman, 1999).

2) Hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input) (A.J. Romizowski). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (Abdurahman, 1999). 3) Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa

(42)

Sedangkan menurut Hamalik (2003) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan segala sesuatu yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran yang baik bagi dirinya baik dari segi kognitif, aspektif, dan psikomotorik.

2. RanahBHasilBBelajarB

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom (Nana Sudjana,2009:23-28), yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, antara lain:

a. Ranah Kognitif

Pada ranah kognitif ini, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah sedangkan empat aspek berikutnya termasuk kongnitif tingkat tinggi.

(43)

1) Pengetahuan (K1)

Yaitu kemampuan mengingat materi yang telah dipelajari dari pengalaman belajar, seperti peserta didik dapat menyebutkan bentuk-bentuk bangun datar.

2) Pemahaman (K2)

Yaitu kemampuan untuk menjelaskan arti materi pelajaran yang berupa kata, angka, dan sebab akibat, seperti peserta didik dapat menyebutkan benda-benda yang mempunyai bentuk seperti belah ketupat.

3) Aplikasi (K3)

Yaitu kemampuan menggunakan materi pelajaran yang telah dipelajari lewat pengalaman belajar terhadap situasi dan kondisi yang lebih konkrit, seperti peserta didik dapat menggambar bangun datar belah ketupat dengan ukuran yang telah ditentukan, dan dapat menghitung luas dan kelilingnya.

4) Analisis (K4)

(44)

5) Sintesis (K5)

Yaitu kemampuan menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesatuan, seperti siswa dapat menemukan solusi bagaimana menghitung luas belah ketupat apabila diketahui keliling dan salah satu diagonalnya.

6) Evaluasi (K6)

Yaitu kemampuan mengambil keputusan untuk memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu materi pelajaran sesuai dengan tujuannya, seperti siswa dapat mempertahankan pendapat saat berdiskusi tentang suatu masalah.

b. Ranah Afektif

Menurut Nana Sudjana (2009:30) ada beberapa jenis kategori dalam ranah afektif sebagai hasil belajar, yaitu:

1) Reciving / attending

Yaitu semacam kepekaan dalam menerima stimulus dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah. Tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus.

2) Responding

(45)

ketepatan reaksi, perasaan, kepuasaan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

3) Valuing

Valuing atau penilaian berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk didalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

4) Organisasi

Yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi termasuk hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dll.

5) Karakteristik Nilai

Yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

c. Ranah Psikomotorik

(46)

gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan dan ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative.

D. ModelBPembelajaranBKooperatifB

1. PengertianBModelBPembelajaranBKooperatifB

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,2010:37).Menurut pendapat Lie A (2010:29) bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning

yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidikan mengelola kelas dengan lebih efektif.

(47)

pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif antara anggota kelompok.

Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok kecil beranggotakan 2-5 orang dengan anggotanya yang bersifat heterogen untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar hasil belajar semua anggota dapat maksimal.

2. Tipe-tipeBModelBPembelajaranBKooperatifB

Ada beberapa tipe pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan yaitu:

1) Students Teams – Achievemnt Division (STAD)

(48)

dan merupakan modelyang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.

2) Jigsaw

Metode ini dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aronson dan rekan sejawatnya ( Aronson dan Patnoe dalam Arends, 2008:13). Pada tipe Jigsaw, siswa ditempatkan dalam tim belajar yang heterogen. Berbagai materi disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab mempelajari satu porsi materinya. Para anggota kelompok yang berbeda, tetapi membahas materi yang sama berkumpul untuk saling membantu mempelajari topik tersebut. Selain itu, siswa kembali ke kelompok asal dan mengajarkan sesuatu yang telah dipelajari dalam kelompok ahli kepada anggota kelompoknya.

3) Numbered Heads Together (NHT)

Menurut Arends (2008:16), NHT adalah suatu pendekatan yang melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi pelajaran. Pendekatn ini bertujuan untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Pendekatan NHT terdiri atas empat langkah yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab.

4) Teams Games Tournaments (TGT)

(49)

dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.

5) Group Investigation (GI)

Dalam Sugiyanto (2010:46), metode GI sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode GI melibatkan siswa sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai sub topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan laporan didepan kelas secara keseluruhan.

3. Ciri-ciriBModelBPembelajaranBKooperatifB

Pembelajaran Kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Lie A (2004), elemen-elemen tersebut antara lain:

1) Saling ketergantungan positif

(50)

2) Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam ini sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Ini juga mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya.

3) Akuntabilitas Individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

4) Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi

(51)

4. ProsedurBModelBPembelajaranBKooperatifB

Menurut Suyadi (2013:68) dalam penerapan strategi pembelajaran kooperatif terdapat empat tahapan yang harus dilaksanakan. Berikut adalah penjelasan keempat tahapan penerapan model pembelajaran kooperatif:

1) Penjelasan materi

Pada awal pembelajaran, guru menjelaskan pokok materi pelajaran kepada siswa sebelum belajar kelompok. Guru dapat menggunakan metode ceramah atau tanya jawab. Tujuan penjelasan ini adalah pahamnya siswa akan tugas-tugasnya dalam belajar kelompok.

2) Belajar dalam kelompok

Setelah pokok materi dijelaskan, maka siswadiminta untuk belajar dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Pembentukan kelompok oleh guru ini bersifat heterogen .

3) Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dapat dilakukan melaui tes maupun kuis, baik individu maupun kelompok. Tes individu untuk mengetahui kemampuan setiap siswa, dan tes kelompok untuk mengetahui kemampuan suatu kelompok. 4) Pengakuan tim

(52)

yang lain untuk bekerjasama lebih kompak dan belajar lebih keras. Demikian pula tim yang telah dinyatakan unggul hendaknya dapat mempertahankan dan terus meningkatkan prestasinya.

Masih dalam Suyadi (2013:70), dalam implementasinya, efektifitas keempat prosedur pembelajaran koopeartif tersebut dapat dikembangkan menjadi enam tahapan. Keenam tahapan pembelajaran tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut:

TabelB2.1BTahapBPelaksanaanBCooperative LearningB

TahapanB Cooperative learning TindakanBGuruB Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan

motivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa

Tahap 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau lewat bahan baacaan

Tahap 3 Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Tahap 4 Membimbing kelompok

bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas Tahap 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Tahap 6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya individu maupun hasil belajar individu atau kelompok

(53)

E. ModelBPembelajaranBKooperatifBtipeBNumbered Heads Together (NHT)B

1. PengertianBNumbered Heads Together(NHT)B

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembeajaran kooperatif yang menekankanpada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi peserta didik dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. NHT pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan peserta didik dalam menelaah materi yaang tercakup dalam suatu materi pelajaran dan mengecek pemahaman terhadap isi pelajaran tersebut ( Ani Setiani, 2015:260)

2. Langkah-langkahBPembelajaranBKooperatifBtipeBNumbered Heads

Together (NHT)B

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen (Ibrahim, 2000:28) untukmelibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT tersebut adalah : 1) Pembentukan kelompok, 2) Diskusi Masalah, 3) Tukar jawaban antar kelompok. Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000:29) menjadi enam langkah sebagai berikut:

(54)

LangkahB1. Persiapan.

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat skenario pembelajaran dan LKS yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

LangkahB2. Pembentukan kelompok.

Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test)

sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

LangkahB 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan.

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

LangkahB4. Diskusi masalah

(55)

dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

LangkahB5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

LangkahB6. Memberi kesimpulan.

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

F. MotivasiBBelajarB

1. PengertianBMotivasiBBelajarB

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan (Winkel dalam Imron Ali, 1996:30).

(56)

kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal belajarnya dan sangat sedikit pula kesalahan dalam belajarnya.

Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa adalah dorongan kuat yang berasal dari dalam diri maupun luar diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar demi mencapai tujuan tertentu.

Menurut Sardiman (2009:83), siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus-menerus dalam waktu yang lama.

b. Ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa. c. Tidak cepat puas dengan prestasi yang dimiliki.

d. Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar.

e. Lebih suka belajar sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. f. Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.

g. Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini. h. Senang mencari dan melepaskan masalah.

2. TeoriBMotivasiBmenurutBAbrahamBMaslowB

(57)

1) Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling kuat, meliputi kebutuhan-kebutuhan pokok manusiawi seperti kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat berlindung, yang penting untuk mempertahankan hidup. Apabila kebutuhan ini kurang terpenuhi, maka kebutuhan laiannya mungkin akan terdesak kebelakang, namun suatu kebutuhan jika sudah dipenuhi maka ia bukan kebutuhan lagi. Dengan demikian memungkinkan munculnya kebutuhan lain yang bersifat sosial. 2) Kebutuhan akan keselamatan

Jika kebutuhan fisiologis sudah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan baru yang dapat dikategorikan dalam kebutuhan akan keselamatan. Kebutuhan tersebut meliputi kemanan, ketergantungan, kebebasan dari rasa takut, cemas, perlindungan, dan sebagainya.

3) Kebutuhan akan rasa cinta

(58)

4) Kebutuhan akan harga diri

Kebutuhan ini diklasifikasikan dalam dua perangkat tambahan. Pertama keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan, keunggulan dan kemampuan, kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia, serta kemerdekaan dan kebebasan. Kedua, keinginan akan nama baik atau gengsi, prestise, status, ketenaran. Pemenuhan kebutuhan akan harga diri membawa perasaan percaya pada diri sendiri, kekuatan maupun kegunaan dan rasa diperlukan oleh dunia.

5) Kebutuhan akan perwujudan diri

Meskipun semua kebutuhan telah dipenuhi, seseorang masih sering merasa tidak puas dan muncul kegelisahan yang baru, kecuali jika ia melakukan apa yang secara individual sesuai dengan dirinya. Kebutuhan ini dapat dikatakan sebagai perwujudan diri. Seseorang akan cenderung untuk mewujudkan dirinya sesuai dengan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kecenderungan ini dapat diungkapkan sebagai keinginan untuk makin lama makin istimewa, untuk menjadi apa saja menurut kemampuannya. Kebutuhan ini terlihat jelas biasanya ketika keempat kebutuhan sebelumnya sudah terpenuhi.

B

B

(59)

B

B

B

B

B

B

B

BBBGambarB2.1BSegitigaBMotivasiB

B

G. SikapBBelajarB

Sikap belajar adalah kecenderungan perilaku seseorang tatkala mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Sikap belajar adalah perasaan senang atau tidak senang, perasaan setuju atau tidak setuju, perasaan suka atau tidak suka terhadap guru, tujuan, materi dan tugas-tugas serta lainnya (Alisuf, 1996).

Sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku ketika ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Menurut Fishbein dan Ajzen (dalam Alisuf:1996) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif, negatif, atau pun netral terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran.

(60)

yang berhubungan dengan akademik, dimana perilaku ini didapatkan dari pengalaman-pengalaman dalam hidupnya yang akan mengarah kepada perilaku yag baik maupun yang tidak baik dan senang maupun tidak senang.

B

H. MateriBAjarB

1. PengertianBBelahBKetupat

Belah ketupat dapat diperoleh dari segitiga sama kaki dan bayangannya oleh pencerminan terhadap alasnya.

GambarB2.2B

GambarB2.

Pada gambar 2.

diperoleh dari ΔABK sama kaki dan ΔA bayangan ΔABK kar

ketupat adalah segi empat yang dibentuk dari segitiga sama kaki dan bayangannya, dengan alas sebagai sumbu cerminnya.

yang berhubungan dengan akademik, dimana perilaku ini didapatkan dari pengalaman dalam hidupnya yang akan mengarah kepada perilaku yag baik maupun yang tidak baik dan senang maupun tidak senang.

ianBBelahBKetupatB

Belah ketupat dapat diperoleh dari segitiga sama kaki dan bayangannya oleh pencerminan terhadap alasnya.

GambarB2.2BSegitigaBSamaBKakiBABCB

GambarB2.3BSegitigaBSamaBKakiBABCBdanBBayangannya

Pada gambar 2.3 ditunjukkan belah ketupat A eh dari ΔABK sama kaki dan ΔADK. Segitiga A bayangan ΔABK karena pencerminan terhadap alas A

ketupat adalah segi empat yang dibentuk dari segitiga sama kaki dan bayangannya, dengan alas sebagai sumbu cerminnya. B

yang berhubungan dengan akademik, dimana perilaku ini didapatkan dari pengalaman dalam hidupnya yang akan mengarah kepada perilaku yag baik maupun yang tidak baik dan senang maupun tidak senang.

Belah ketupat dapat diperoleh dari segitiga sama kaki dan

B danBBayangannyaB

ditunjukkan belah ketupat ABKD yang . Segitiga ADK merupakan ena pencerminan terhadap alas AK. Maka belah ketupat adalah segi empat yang dibentuk dari segitiga sama kaki dan

(61)

2. Unsur-unsurBBelahBKetupat

Perhatikan gambar belah ketupat di bawah ini

B

Belah ketupat

merupakan hasil pencerminan terhadap alasnya. Dari pencerminan tersebut:

menempati menempati

Akibatnya

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada belah ketupat semua sisinya sama panjang.

Perhatikan gambar belah ketupat di bawah ini

GambarB2.4BBelahBKetupatBABCDB

Belah ketupat dibentuk dari ∆ dan merupakan hasil pencerminan terhadap ∆ dengan alasnya. Dari pencerminan tersebut:

menempati sehingga =

menempati sehingga =

merupakan segitiga sama kaki, maka =

merupakan segitiga sama kaki, maka Akibatnya = = =

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada belah ketupat semua sisinya sama panjang.

DAB

sisinyaBsamaBpanjang.B

dan ∆ yang dengan sebagai

(62)

b. KeduaB diagonalB setiapB belahB ketupatB merupakanB sumbuB

simetri.

Perhatikan gambar belah ketupat di

Ada 2 buah sumbu simetri yakni

diagonal dari belah ketupat. Hal ini dapat dilihat dari: i) Jika belah ketupat

dan

ii) Jika belah ketupat dan

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada belah ketupat, kedua diagonalnya merupakan sumbu simetri.

B

KeduaB diagonalB setiapB belahB ketupatB merupakanB sumbuB

simetri.B

Perhatikan gambar belah ketupat di bawah ini.

GambarB2.5BBelahBKetupatBBADCB

Ada 2 buah sumbu simetri yakni dan yang merupakan diagonal dari belah ketupat. Hal ini dapat dilihat dari:

Jika belah ketupat dilipat menurut garis dan ∆ dapat menutupi secara tepat (berhimpit) Jika belah ketupat dilipat menurut garis dan ∆ dapat menutupi secara tepat (berhimpit)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada belah ketupat, kedua diagonalnya merupakan sumbu simetri.

B B

KeduaB diagonalB setiapB belahB ketupatB merupakanB sumbuB

yang merupakan diagonal dari belah ketupat. Hal ini dapat dilihat dari:

dilipat menurut garis maka ∆

dapat menutupi secara tepat (berhimpit)

maka ∆

dapat menutupi secara tepat (berhimpit)

(63)

c. KeduaBdiagonalBsetiapBbelahBketupatBsalingBmembagiBduaBsamaB

panjang.

Perhatikan gambar belah ketupat di bawah ini.

B

i)

merupakan garis tinggi sekaligus garis berat yang membagi menjadi dua bagian sama panjang yaitu

ii)

merupakan segitiga hasil pencerminan dari segitiga

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada belah ketupat, kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang.

B

KeduaBdiagonalBsetiapBbelahBketupatBsalingBmembagiBduaBsamaB

panjang.B

Perhatikan gambar belah ketupat di bawah ini.

B

GambarB2.6BBelahBKetupatBABCDB

merupakan alas dari segitiga sama kaki

merupakan garis tinggi sekaligus garis berat yang membagi menjadi dua bagian sama panjang yaitu dan

= .

merupakan garis tinggi pada segitiga merupakan segitiga hasil pencerminan dari segitiga

sebagai sumbu cermin, sehingga garis tinggi sama panjang yaitu = .

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada belah ketupat, kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang.

B B

KeduaBdiagonalBsetiapBbelahBketupatBsalingBmembagiBduaBsamaB

merupakan alas dari segitiga sama kaki , dan merupakan garis tinggi sekaligus garis berat yang membagi

dan . Sehingga

dan merupakan segitiga hasil pencerminan dari segitiga dengan

sebagai sumbu cermin, sehingga garis tinggi ∆ dan

(64)

d. KeduaBdiagonalBbelahBketupatBsalingB

Perhatikan gambar belah ketupat di bawah ini.

merupakan garis tinggi tegak lurus terhadap

merupakan garis tinggi tegak lurus terhadap

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada belah ketupat, kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.

B

KeduaBdiagonalBbelahBketupatBsalingBberpotonganBtegakBlurus.

Perhatikan gambar belah ketupat di bawah ini.

B

GambarB2.7BBelahBKetupatBABCDB

merupakan garis tinggi ∆ , sehingga tegak lurus terhadap , maka

= 90° dan ∠ = 90°

merupakan garis tinggi ∆ , sehingga tegak lurus terhadap , maka

= 90° dan ∠ = 90°

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada belah ketupat, kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.

B B

berpotonganBtegakBlurus.B

Gambar

Tabel 4.14 Pengelompokkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa .....................  94
Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Tes HasilBelajar

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan data hasil penelitian yang diperoleh, bahwa motivasi belajar siswa setelah menggunakan Model Pembelajaran kooperatif STAD dalam proses belajar mengalami

Rute ditempuh lewat jalan air yang merupakan rawa dataran rendah ditumbuhi vegetasi rawa, dengan kerapatan cukup tinggi.. Rute ini terdapat padang alang-alang

Lampiran 16 Instrumen Lembar Observasi Guru Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Siklus 1 Pertemuan kedua...165. Lampiran 17 Instrumen Lembar Observasi

Dalam penelitian ini digunakan beberapa sediaan probiotik yang berbeda, yaitu sediaan Rillus (A), Lacbon (B), Lacidofil (C), dan Lacto B (D) yaitu untuk melihat jumlah koloni

di sekolah dengan di industri, hal tersebut masih sedikit berhubungan meskipun tidak langsung dengan kompetensi siwa di sekolah. Perencanaan/persiapan Prakerin sudah

P : Apakah nilai-nilai kekeluargaan (Hibua Lamo) dapat dijadikan sebagai basis dalam merekonsiliasi kondisi masyarakat Desa Mamuya pasca perpecahan jemaat.. N : “kalau

putusan hakim pidana, maka pemutusan hubungan kerja tersebut adalah tidak sah. dan batal demi

Status hukum keadaan darurat sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b diberlakukan di sebagian atau seluruh wilayah nasional, apabila dinamika Ancaman keamanan berakibat