• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi konsep diri siswa kelas IX SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Kabupaten Pegunungan Bintang-Papua tahun pelajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deskripsi konsep diri siswa kelas IX SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Kabupaten Pegunungan Bintang-Papua tahun pelajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS IX SMP YPPK BINTANG TIMUR MABILABOL KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG-PAPUA TAHUN AJARAN 2015/2016 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN

TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

Piet Tapyor

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan konsep diri siswa kelas IX SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun ajaran 2015/2016 dan mengidentifikasi usulan topik bimbingan pribadi sosial berdasarkan item yang capaian skornya rendah. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah “Seberapa baik tingkat konsep diri yang dimiliki oleh siswa kelas IX SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Pegunungan Bintang-Papua?” Masalah kedua, “Berdasarkan analisis butir-butir instrument kuesioner konsep diri yang terindikasi rendah, topik-topik bimbingan pribadi-sosial apa saja yang perlu diberikan untuk siswa?”

Subjek penelitian ini adalah 56 siswa kelas IX SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun ajaran 2015/2016. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari 48 butir item pernyataan, terbagi menjadi lima aspek yaitu diri fisik, moral, pribadi, keluarga, dan sosial. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan membuat tabulasi data, menghitung rata-rata skor siswa, menghitung skor rata-rata setiap butir item pernyataan pada kuesioner, dan menentukan kategori diagnosis berdasarkan penggolongan tingkat konsep diri siswa yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup rendah, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) terdapat 20 orang (35,7%) siswa yang memiliki konsep diri yang sangat tinggi, 30 orang (53,6%) siswa memilki konsep diri yang tinggi, 6 orang (10,7%) siswa memiliki konsep diri yang sedang, tidak ada siswa yang memiliki konsep diri rendah dan sangat rendah. Secara umum hasil penelitian menunjukkan siswa-siswi kelas IX SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Kabupaten Pegunungan Bintang Papua memiliki konsep diri yang tinggi. (2) berdasarkan analisis capaian skor butir-butir kuesioner konsep diri diperoleh 5 item yang masuk dalam kategori sedang dan 1 item masuk dalam kategori rendah. Berdasarkan keenam item konsep diri yang sedang dan rendah tersebut, diusulkan topik- topik bimbingan pribadi sosial untuk membantu meningkatkan konsep diri siswa kelas IX SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Kabupaten Pegunungan Bintang Papua.

(2)

ABSTRACT

THE DESCRIPTION OF SELF-CONCEPT AMONG THE IX GRADE STUDENTS OF YPPK BINTANG TIMUR JUNIOR HIGH SCHOOL IN MABILABOL, PEGUNUNGAN BINTANG REGENCY, PAPUA, ACADEMIC

YEAR 2015/2016 AND ITS IMPLICATIONS ON PROPOSED TOPICS FOR PERSONAL AND SOCIAL GUIDANCE School in Mabilabol, Pegunungan Bintang Regency, Papua, academic year 2015/2016 and to identify the proposed topics for personal and social guidance based on the achieved low scores of the questionnaire items. The first research problem was, “How good is the level of self-concept among the IX grade students of YPPK Bintang Timur Junior High School in Mabilabol, Pegunungan Bintang Regency, Papua?”; the second research problem was, Based on the questionnaire items which obtained low scores, what topics for personal and social guidance should be proposed?”

The subjects were 56 IX grade students of YPPK Bintang Timur junior High School in Mabilabol, Pegunungan Bintang Regency, Papua, academic year 2015/2016. The research instrument was a questionnaire consisting of 48 statement items, divided into five aspects : the physical, moral, personal, family and social self. The data analysis technique used was tabulating data, calculating the average scores of the students, calculating the average score of each item in self-concepts. In general, the results showed that self-concept among the IX grade students of YPPK Bintang Timur Junior High School in Mabilabol, Pegunungan Bintang Regency, Papua, academic year 2015/206 was described as high. (2) Based on the analysis of the achieved scores of the questionnaire items, 5 items were categorized as medium and 1 item was categorized as low. Based on the six items of low and medium self-concepts, topics for personal and social guidance were proposed to develop self-concept among the IX grade students of YPPK Bintang Timur Junior High School in Mabilabol, Pegunungan Bintang Regency, Papua

(3)

DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS IX SMP YPPK BINTANG TIMUR MABILABOL KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG-PAPUA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Piet Tapyor NIM : 111114048

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

ii

DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS IX SMP YPPK BINTANG TIMUR MABILABOL KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG-PAPUA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Piet Tapyor NIM : 111114048

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016

(5)
(6)
(7)

MOTTO

Tetapi barang siapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya,

ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya,

akan menjadi mata air didalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada

hidup yang kekal”

(Yohanes 4.1-14)

(8)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

 Bunda Maria dan Tuhan Yesus yang selalu mendampingi setiap langkahku.

 Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang-Papua yang telah mendorong saya secara materi maupun moril dan juga memberikan sumbangsih dan kesempatan yang Pemerintah berikan kepada saya untuk menyelesaikan studi jenjang pendidikan S 1.

 Alm. Ibu Patima Uropmabin yang selalu mendoakan saya dan adik-adik sehingga membuat saya termotivasi.

 Alm. Bapak Manu Tapyor yang selalu memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun material.

 Adikku Soter Tapyor yang selalu mendukung saya.

 Bapak Edmondus Opki S.IP yang selalu memberi semangat secara moril maupun material.

(9)
(10)
(11)

ABSTRAK

DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS IX SMP YPPK BINTANG TIMUR MABILABOL KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG-PAPUA TAHUN AJARAN 2015/2016 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN

TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

Piet Tapyor

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan konsep diri siswa kelas IX SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun ajaran 2015/2016 dan mengidentifikasi usulan topik bimbingan pribadi sosial berdasarkan item yang capaian skornya rendah. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah “Seberapa baik tingkat konsep diri yang dimiliki oleh siswa kelas IX SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Pegunungan Bintang-Papua?” Masalah kedua, “Berdasarkan analisis butir-butir instrument kuesioner konsep diri yang terindikasi rendah, topik-topik bimbingan pribadi-sosial apa saja yang perlu diberikan untuk siswa?”

Subjek penelitian ini adalah 56 siswa kelas IX SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun ajaran 2015/2016. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari 48 butir item pernyataan, terbagi menjadi lima aspek yaitu diri fisik, moral, pribadi, keluarga, dan sosial. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan membuat tabulasi data, menghitung rata-rata skor siswa, menghitung skor rata-rata setiap butir item pernyataan pada kuesioner, dan menentukan kategori diagnosis berdasarkan penggolongan tingkat konsep diri siswa yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup rendah, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) terdapat 20 orang (35,7%) siswa yang memiliki konsep diri yang sangat tinggi, 30 orang (53,6%) siswa memilki konsep diri yang tinggi, 6 orang (10,7%) siswa memiliki konsep diri yang sedang, tidak ada siswa yang memiliki konsep diri rendah dan sangat rendah. Secara umum hasil penelitian menunjukkan siswa-siswi kelas IX SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Kabupaten Pegunungan Bintang Papua memiliki konsep diri yang tinggi. (2) berdasarkan analisis capaian skor butir-butir kuesioner konsep diri diperoleh 5 item yang masuk dalam kategori sedang dan 1 item masuk dalam kategori rendah. Berdasarkan keenam item konsep diri yang sedang dan rendah tersebut, diusulkan topik- topik bimbingan pribadi sosial untuk membantu meningkatkan konsep diri siswa kelas IX SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Kabupaten Pegunungan Bintang Papua.

Kata kunci: Konsep Diri Siswa

(12)

x

ABSTRACT

THE DESCRIPTION OF SELF-CONCEPT AMONG THE IX GRADE STUDENTS OF YPPK BINTANG TIMUR JUNIOR HIGH SCHOOL IN MABILABOL, PEGUNUNGAN BINTANG REGENCY, PAPUA, ACADEMIC

YEAR 2015/2016 AND ITS IMPLICATIONS ON PROPOSED TOPICS FOR PERSONAL AND SOCIAL GUIDANCE School in Mabilabol, Pegunungan Bintang Regency, Papua, academic year 2015/2016 and to identify the proposed topics for personal and social guidance based on the achieved low scores of the questionnaire items. The first research problem was, “How good is the level of self-concept among the IX grade students of YPPK Bintang Timur Junior High School in Mabilabol, Pegunungan Bintang Regency, Papua?”; the second research problem was, Based on the questionnaire items which obtained low scores, what topics for personal and social guidance should be proposed?”

The subjects were 56 IX grade students of YPPK Bintang Timur junior High School in Mabilabol, Pegunungan Bintang Regency, Papua, academic year 2015/2016. The research instrument was a questionnaire consisting of 48 statement items, divided into five aspects : the physical, moral, personal, family and social self. The data analysis technique used was tabulating data, calculating the average scores of the students, calculating the average score of each item in self-concepts. In general, the results showed that self-concept among the IX grade students of YPPK Bintang Timur Junior High School in Mabilabol, Pegunungan Bintang Regency, Papua, academic year 2015/206 was described as high. (2) Based on the analysis of the achieved scores of the questionnaire items, 5 items were categorized as medium and 1 item was categorized as low. Based on the six items of low and medium self-concepts, topics for personal and social guidance were proposed to develop self-concept among the IX grade students of YPPK Bintang Timur Junior High School in Mabilabol, Pegunungan Bintang Regency, Papua

Keyword : Self-concept of students

(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Pengasih dan Maha Penyayang, atas berkat dan kasih sayangnya yang berlimpah, sehingga terselesaikanlah penulisan skripsi ini.Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Disadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu di ucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku ketua Program studi Bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Rohandi, Ph.D. Sebagai Dekan Fakulitas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Ag. Krisna Indah Marheni S.Pd., M.A. sebagai dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga serta mengarahkan dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku wakil wakil ketua program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini.

5. Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mencurahkan ilmunya dengan sepenuh hati sehingga berguna untuk bekal hidup.

6. Sr. Elisabeth Maria Sedo Uran S.Pd selaku kepala sekolah yang telah bersedia untuk menerima saya sebagai mahasiswa yang sedang penelitian di sekolah SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Kabupaten pegunungan Bintang. Dan juga telah memberikan banyak masukan dalam hal motivasi secara moral maupun moril.

7. Dolvince Hasyo S.Pd selaku Guru Bimbingan dan Konseling yang telah menerima saya dan juga telah memberikan banyak pengalaman, masukan yang membuat saya termotivasi untuk tidak putus asa.

(14)

xii

8. Kedua orang tua Alm. Bapak Manu Tapyor dan Alm. Ibu Patima Uropmabin yang selalu memberikan dukungan baik material maupun spiritual serta kasih sayang dan perhatian yang sangat luar biasa

9. Bapak Edmondus Opki, S.IP. yang telah memberikan dukungan secara material maupun spiritual serta motivasi dan memberikan perhatian selama ini.

10.Sr. Laura Naibaol yang telah memberikan motivasi dan dorongan dan tak heti-hentinya memberikan perhatian selama empat stenga tahun. 11.Desiana Mardila S.Pd yang telah membantu saya atau mendampingi

saya sehingga skripsi ini dapat terselesai dengan baik

12.Teman-teman seperjuangan yang sama-sama kuliah dan sama-sama menulis skripsi dan saling membantu untuk mengatasi segala kesulitan yang ada selama menulis skripsi ini; Sr. Laura, Linggar, Noel, Ridam, Fika, Resa Ating, Tari, Sr. Kiki, Sr. Vero, Desta, Yhosua, Rinno, Aji, Bayu, Adven, Lilis, Metta, Sulistyani, Irma, Pinem, Andribiliantoro, Nita dan lain-lainya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

13.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dibuat dengan menggunakan penelitian dalam waktu tertentu sehingga bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini, akan tetapi saya berharap semoga skripsi dapat memberikan sumbangan positif bagi semua.

Penulis

Piet Tapyor

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

4. Pembentukan dan Perkembangan Konsep Diri ... 18

(16)

xiv

5. Faktor-Faktor Pembentuk Konsep Diri ... 20

6. Aspek-Aspek Konsep Diri ... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43

1. Deskripsi Konsep Diri Siswa ... 43

2. Hasil Analisis butir-butir instrumen konsep diri yang terindikasi rendah ... 45

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 48

1. Deskripsi tingkat konsep diri siswa kelas IX SMP YPPK Bintang Timur Mbilabol Kabupaten Pegunungan Bintang papua Tahun Ajaran 2015/2016. ... 48

2. Deskripsi Butir-butir Instrumen Konsep Diri Terindikasi Rendah ... 51

C. Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial sebagai implikasi hasil penelitian ... 53

(17)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 56 B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA ... 59

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Subjek Penelitian ... 29

Tabel 2. Norma Skoring ... 32

Tabel 3. Kisi- Kisi Kuesioner ... 32

Tabel 4. Jumlah Item-item yang Valid dan Tidak Valid ... 35

Tabel 5. Kriteria Guilford ... 37

Tabel 6. Norma Kategorisasi ... 40

Tabel 7. Pengkategorisasian Deskripsi Konsep Diri Siswa ... 41

Tabel 8. Pengkategorian Skor Item ... 42

Tabel 9. Hasil Kategorisasi Konsep Diri Siswa ... 44

Tabel 10. Hasil Kategorisasi Skor Item Konsep Diri ... 45

Tabel 11. Item Konsep diri Siswa yang Tergolong rendah ... 47

Tabel 12 Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial ... 54

Tabel 13 Usulan Silabus Topik Bimbingan Pribadi-Sosial yang Relevan untuk Meningkatkan Konsep Diri ... 55

(19)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Diagram Deskripsi Konsep Diri ... 44 Diagram 2. Kategorisasi Skor Item Konsep Diri ... 46

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Hasil Penelitian Konsep Diri Siswa ... 61

Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas... 63

Lampiran 3. Kuesioner Konsep Diri ... 68

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian ... 76

(21)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah dan fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini kehidupan manusia berada dalam era globalisasi, yang

ditandai dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang

pesat. Supaya manusia bisa bersaing dan mengikuti perkembangan jaman,

manusia harus menjadi sumber daya yang berkualitas. Salah satu cara untuk

meningkatkan kualitas manusia adalah melalui pendidikan. Pendidikan

diberikan supaya manusia bisa memiliki prestasi dan pada akhirnya bisa

bersaing dalam era globalisasi. Jika prestasi baik maka dapat dikatakan bahwa

pendidikan yang diberikan sudah berhasil. Prestasi menjadi tolak ukur dari

berhasilnya pendidikan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mencapai

prestasi belajar adalah konsep diri (Soemanto dalam Tengget, 2014). Konsep

diri dibagi menjadi dua yaitu konsep diri positif dan negatif. Jika seseorang

memiliki konsep diri yang positif maka orang tersebut akan menghasilkan

perasaan positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan

mudah berubah, mudah menggali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup

yang sehat, sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya. Orang yang

memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul tentang dirinya,

(22)

2

dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang bermacam-macam

tentang dirinya sendiri, sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi

positif dan dapat menerima keberadaan orang lain. Sebaliknya individu

dengan konsep diri yang negatif akan memiliki pandangan yang tidak teratur

tentang dirinya sendiri dan tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan

diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan

kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya. Orang yang memiliki

konsep diri negatif akan memiliki pandangan bahwa dirinya sendiri

benar-benar tidak teratur.

Surahkmadi (dalam Tengget, 2014), mengatakan konsep diri sebagai

gambaran mental yang dimiliki seseorang mengenai pribadi dirinya. Konsep

diri yang baik akan membuat remaja berpikir positif tentang diri mereka,

maupun menerima keadaan diri dan merasa nyaman dengan diri mereka.

Dalam keadaan konsep diri yang baik remaja juga akan memenuhi tugas

perkembangannya dengan baik. Sementara remaja yang memiliki konsep diri

yang buruk tentu akan membuat remaja berpikir negatif tentang dirinya,

kurang menerima diri, dan tidak akan merasa nyaman dengan keadaan diri

mereka. Konsep diri yang buruk dapat menjadi penghambat remaja dalam

proses pemenuhan masa remajanya.

Setiap orang pasti memiliki konsep diri, termasuk remaja. Masa

remaja merupakan masa pencarian jati diri. Di masa ini, remaja harus mampu

mulai mengenal bagaimana dirinya dan dapat memahami dirinya. Konsep diri

(23)

akhirnya remaja memiliki rasa percaya diri. Melalui rasa percaya diri tersebut,

diharapkan remaja dapat bersaing untuk mendapatkan prestasi yang baik.

Namun dalam kenyataannya, untuk mencapai prestasi belajar remaja sering

tidak percaya diri pada kemampuannya sehingga menghambat untuk

mendapatkan prestasi belajar yang maksimal.

Penelitian yang dilakukan oleh Tengget (2014), menunjukkan bahwa

semakin baik konsep diri maka semakin baik prestasi belajarnya. Demikian

pula sebaliknya semakin konsep diri siswa menurun maka prestasi belajar

siswa rendah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Guru BK SMP

YPPK Bintang Timur Mabilabol Pegunungan Bintang Papua diperoleh

informasi bahwa masih banyak siswa mendapatkan prestasi belajar yang

kurang memuaskan karena tidak memiliki konsep diri positif.

Penelitian yang dilakukan oleh Sihantoro (2014), menunjukkan bahwa

Siswa merasa kurang percaya diri akan kemampuan yang dimiliki dan kurang

memahami dirinya sendiri. Siswa yang memiliki konsep diri negatif seperti

siswa memahami kesulitan dalam bergaul dengan lawan jenis, malu berbicara

didepan kelas, dan tidak percaya akan kemampuan sendiri inilah yang perlu

dibantu untuk mengembangkan konsep dirinya menjadi yang lebih baik,

sehingga dirinya dapat berkembang. Apabilah siswa memiliki konsep diri

yang baik maka segala sesuatu yang dikerjakan akan menuju kearah

keberhasilan karena seseorang yang memiliki konsep diri yang baik akan

merasa dirinya mampu menyelesaikan semua tugas sesuai dengan

(24)

4

Penelitian dilakukan di SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol

Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Peneliti ingin meneliti bagaimana

konsep diri siswa yang berada di kelas IX SMP YPPK Bintang Timur

Mabilabol Pegunungan Bintang Papua. Peneliti tertarik untuk meneliti di

sekolah tersebut karena sekolah tersebut belum pernah dijadikan sebagai

tempat penelitian. Selain itu menurut pengalaman pribadi peneliti yang

berasal dari Papua, siswa yang berasal dari papua yang akan menempuh

pendidikan lanjut di kota besar seperti Yogyakarta cenderung memiliki

konsep diri yang negatif.

Sampai saat ini, belum ada upaya di sekolah untuk meningkatkan

konsep diri positif. Guru bimbingan dan konseling di sekolah tersebut belum

menjalankan tugas sesuai dengan kompetensinya sebagai guru BK. Program

bimbingan dan konseling tidak dapat berjalan dengan maksimal. Guru

bimbingan dan konseling inilah yang diharapkan mampu membuat program

bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan permasalahan yang dihadapi oleh

siswa sehingga dapat membantu siswa untuk memiliki konsep diri positif.

Berdasarkan uraian di atas membuktikan bahwa konsep diri sangat

penting bagi siswa sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

(25)

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah diatas, terkait dengan tingkat

konsep diri siswa dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Siswa tidak memahami pentingnya konsep diri positif.

2. Prestasi siswa kurang maksimal karena siswa tidak memiliki konsep diri

positif

3. Belum ada upaya untuk meningkatkan konsep diri positif.

C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada kajian yang diharapkan dapat menjawab

masalah-masalah yang teridentifikasi diatas, khususnya masalah mengenai

seberapa tinggi tingkat konsep diri siswa kelas IX SMP YPPK Bintang Timur

Mabilabol Pegunungan Bintang-Papua. Penelitian ini juga berfokus untuk

mencari topik-topik bimbingan pribadi sosial yang sesuai dengan kebutuhan

siswa berdasarkan analisis butir-butir kuesioner yang capaian skornya rendah.

D. Rumusan Masalah

1. Seberapa tinggi tingkat konsep diri yang dimiliki oleh siswa kelas IX

SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Pegunungan Bintang-Papua?

2. Berdasarkan analisis butir-butir kuesioner yang capaian skornya

terindikasi rendah, topik-topik bimbingan pribadi-sosial apa saja yang

(26)

6

E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yaitu:

1. Mendeskripsikan tingkat konsep diri siswa kelas IX SMP YPPK Bintang

Timur Mabilabol Pegunungan Bintang-Papua.

2. Mengidentifikasi butir-butir kuesioner yang capaian skornya terindikasi

rendah untuk diusulkan sebagai topik-topik bimbingan pribadi-sosial

yang relevan dengan kebutuhan dan permasalahan siswa.

F. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap muncul beberapa manfaat sebagai berikut:

l. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat

digunakan untuk melihat sekolah yang mengalami konsep diri yang

rendah.Selain itu, dari penelitian ini ada manfaat yang dapat

diperoleh dan memberikan gambaran atau solusi untuk sekolah SMP

YPPK Bintang Timur Mabilabol sehingga meningkatkan konsep

(27)

b. Bagi siswa

Siswa dapat memahami pentingnya konsep diri dalam masa

perkembangan mereka, dengan konsep diri yang positif maka siswa

dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik dan bisa

mengembangkan interaksi dengan teman-teman.

c. Guru pembimbing atau konselor sekolah

Guru pembimbing atau konselor sekolah dapat mengetahui

deskripsi konsep diri para siswa kelas IX SMP YPPK Bintang Timur

Mabilabol Kabupaten Pegunungan Bintang Papua dan dapat

memberikan pelayanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan

kebutuhan para siswa, khususnya untuk membimbing para siswa

mengembangkan konsep dirinya.

d. Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan bagi peneliti yang berkaitan dengan topik konsep

diri.

G. Definisi Operasional

Adapun Definisi Operasional Variabel dalam penelitian:

1. Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri atau merupakan

gambaran yang bersifat individu yang sangat pribadi atau dinamis.

2. Siswa Sekolah menengah pertama adalah siswa-siswa yang berada pada

(28)

8

BAB II KAJIAN TEORI

Bab ini berisi penjelasan mengenai pengertian konsep diri, jenis-jenis

konsep diri, aspek-aspek konsep diri, pembentukan dan perkembangan konsep

diri, faktor-faktor pembentuk konsep diri serta implikasi topik-topik bimbingan

pribadi sosial.

A. Hakikat Konsep Diri l. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang

dirinya (Hurlock, 1989), Menurut Centi (dalam Tengget, 2014), konsep

diri adalah gagasan tentang dirinya sendiri yang terdiri dari seseorang

melihat diri sendiri (self image), memberi penilaian tentang diri (self

evaluation), dan menginginkan dirinya sendiri menjadi pribadi seperti

yang diharapkan (self ideal). Konsep diri meliputi semua yang dipikirkan

dan dirasakan seseorang tentang dirinya dan juga seluruh kepercayaan

dan perilaku yang dipegang tentang dirinya. William Brooks (dalam

Rakhmat, 2005), menyatakan konsep diri sebagai “thosesical, and

psychological perceptions of ourselves that we have derived from

experiences and our interaction with other”. Konsep diri merupakan

persepsi atau pandangan seseorang tentang dirinya menyangkut diri fisik,

psikis maupun sosial yang diperoleh dari pengalaman dan interaksinya

(29)

dengan orang lain. Jadi, konsep diri berkembang sebagai akibat dari

hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulannya.

Seifert dan Hoffnung (dalam Desmita 2014), menjelaskan konsep

diri merupakan suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri

sendiri. Menurut pemikiran Muntholi’ah (2002), konsep diri dapat

diartikan sebagai gambaran mental seseorang terhadap dirinya pandangan

terhadap diri, serta usaha untuk menyempurnakan dan mempertahankan

diri. Sementara menurut Bums (1992), konsep diri adalah hubungan

antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily

(dalam Desmita, 2014), mendefenisikan konsep diri sebagai sistem yang

dinamis dan kompleks dari keyakinan yang dimiliki seseorang tentang

dirinya termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku

yang unik dari individu tersebut.

Williams Brooks (dalam Rahmat, 1996), mendefinisikan konsep

diri sebagai pandangan dan perasaan tentang diri sendiri. Persepsi diri

meliputi persepsi tentang diri yang ditinjau dari aspek psikologis, fisik

dan sosial, yang berasal dari pengalaman-pengalaman dan interaksi

dengan orang lain. Cawagas (dalam Pudjiyognyanti, 1995), menjelaskan

konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisik,

karakteristik pribadinya, motivasi, kelemahan, kepandaian dan

kegagalannya. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang

dimiliki orang tentang diri mereka sendiri, meliputi karakteristik fisik,

(30)

10

Konsep diri merupakan gambaran yang bersifat individu dan

sangat pribadi, dinamis dan evaluatif yang masing-masing orang

mengembangkannya di dalam transaksi-transaksinya dengan lingkungan

kejiwaannya dan yang dia bawa di dalam perjalanan hidupnya. Konsep

diri adalah satu gambaran campuran dari apa yang individu pikirkan,

pendapat orang-orang mengenai diri sendiri, dan seperti apa seseorang

inginkan (Burns, 1993).

Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku

individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih

efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan

intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat

dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptive (Budi Anna

Keliat, 1992).

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep

diri diartikan sebagai pandangan, perasaan, pikiran dan penilaian

individu terhadap dirinya sendiri. Konsep diri merupakan suatu hal yang

sangat penting dalam pengintegrasian kepribadian, memotivasi tingkah

laku sehingga pada akhimya akan tercapai kesehatan mental. Konsep diri

dapat didefinisikan sebagai gambaran yang ada pada diri individu yang

berisikan tentang bagaimana individu melihat dirinya sendiri sebagai

pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri, bagaimana individu

(31)

bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang

diharapkan.

2. Jenis-Jenis Konsep Diri

Menurut Calhoun & Acoccela (1990), dalam perkembangannya

konsep diri terbagi dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.

a. Konsep diri positif

Konsep diri positif lebih kepada penerimaan diri bukan sebagai

suatu kebanggan yang besar tentang diri. Konsep diri positif bersifat

stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif

adalah individu yang tahu betul tentang dirinya, dapat memahami

dan menerima sejumlah fakta yang bermacam-macam tentang

dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan

dapat menerima keberadaan orang lain. Individu yang memiliki

konsep diri yang positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai

dengan realitas, yaitu tujuan yang mempunyai kemungkinan besar

untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan didepannya

serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan.

Singkatnya individu yang memiliki konsep diri positif adalah

individu yang tahu betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima

segala kelebihan dan kekurangan, evaluasi terhadap dirinya menjadi

lebih positif serta mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai

(32)

12

b. Konsep diri negatif

Calhoun & Acoccela (dalam Tengget, 2014), membagi

konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu:

1) Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak

teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri.

Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya kekuatan

dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya.

2) Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal

ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat

keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan

adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam

pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.

3. Dimensi-dimensi dalam Konsep Diri

Fitts (dalam Agustiani, 2009), membagi konsep diri dalam dua

dimensi pokok, yaitu sebagai berikut:

1) Dimensi Internal

Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal

(internal frame af reference) adalah penilaian yang dilakukan

individu yakni penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya

sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiridari

(33)

a. Diri identitas (identity self)

Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada

konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, “siapakah saya?”

Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan

simbol-simbol yang diberikan pada diri (self) oleh individu-individu

yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan

membangun identitasnya, misalnya “Saya Ita”. Kemudian

dengan bertambahnya usia dan interaksi dengan lingkungannya

pengetahuan individu tentang dirinya juga bertambah, sehingga

ia dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan hal-hal

yang lebih kompleks, seperti “Saya pintar tetapi terlalu gemuk”

dan sebagainya.

Pengetahuan individu tentang dirinya juga bertambah, sehingga

ia dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan hal-hal

yang lebih kompleks, seperti “Saya pintar tetapi terlalu gemuk”

dan sebagainya

b. Diri pelaku (behavioral self)

Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah

lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang

dilakukan oleh diri”. Selain itu bagian ini berkaitan erat dengan

diri identitas. Diri yang adekuat akan menunjukkan adanya

keserasian antara diri identitas dengan diri pelakunya sehingga

(34)

14

maupun diri sebagai pelaku. Kaitan dari keduanya dapat dilihat

pada diri sebagai penilai.

c. Diri penerima/penilai (judging self)

Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar dan

evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator)

antara diri identitas dan diri pelaku.

Manusia cenderung memberikan penilaian terhadap apa yang

dipersepsikannya. Oleh karena itu, label-label yang dikenakan

pada dirinya bukanlah semata-mata menggambarkan dirinya

tetapi juga sarat dengan nilai-nilai. Selanjutnya penilaian ini

lebih berperan dalam menentukan tindakan yang akan

ditampilkannya.

Diri penilai menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau

seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan diri yang

rendah akan menimbulkan harga diri (self esteem) yang rendah

pula dan akan mengembangkan ketidakpercayaan yang

mendasar pada dirinya. Sebaliknya bagi individu yang memiliki

kepuasan diri yang tinggi, kesadaran dirinya lebih realistis,

sehingga lebih memungkinkan individu yang bersangkutan

untuk melupakan keadaan dirinya dan memfokuskan energi

serta perhatiannya ke luar diri, dan pada akhirnya dapat

(35)

Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang

berbeda-beda, namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk

suatu diri yang utuh dan menyeluruh.

2) Dimensi Eksternal

Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan

dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain

di luar dirinya. Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya

diri yang berkaitan dengan sekolah, organisasi, agama dan

sebagainya. Namun dimensi yang dikemukakan oleh Fitts (dalam

Agustiani, 2009), adalah dimensi eksternal yang bersifat umum bagi

semua orang dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu :

a. Diri Fisik (physical self)

Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan

dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang

mengenai kesehatan dirinya penampilan dirinya (cantik, jelek,

menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek,

gemuk, kurus).

b. Diri etik-moral (moral-ethical self)

Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat

dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini

menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungannya dengan

(36)

16

nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik

dan buruk.

c. Diri pribadi (personal self)

Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang

keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik

atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh

mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana

ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

d. Diri keluarga (family self)

Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang

dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini

menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap

dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun

fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga.

e. Diri Sosial (social self)

Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi

dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.

Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya

dalam dimensi eksternal ini dapat dipengaruhi oleh penilaian dan

interaksinya dengan orang lain. Seseorang tidak dapat begitu saja

menilai bahwa ia memiliki fisik yang baik tanpa adanya reaksi

dari orang lain yang memperlihatkan bahwa secara fisik ia

(37)

Demikian pula seseorang tidak dapat mengatakan bahwa

ia memiliki diri pribadi yang baik tanpa adanya tanggapan atau

redaksi orang lain di sekitarnya yang menunjukkan bahwa ia

memang memiliki pribadi yang baik. Seluruh bagian diri ini, baik

internal maupun eksternal, saling berinteraksi membentuk suatu

kesatuan yang utuh untuk menjelaskan hubungan antara dimensi

internal dan dimensi eksternal, Fitts (dalam Agustiani, 2009),

mengemukakan suatu analogi dengan mengumpamakan diri

secara keseluruhan sebagai sebuah jeruk, yang dapat dipotong

secara horizontal maupun vertikal.

Potongan yang diperoleh dengan cara horizontal akan

tampak berbeda dari yang dipotong secara vertikal, walaupun

keduanya merupakan bagian dari suatu keseluruhan yang sama.

Jika bagian-bagian internal dianggap sebagai lapisan-lapisan yang

membentuk jeruk tersebut, maka diri identitas bagian yang paling

dalam, diri tingkah laku merupakan kulit luar, dan diri

penerimaan adalah bagian yang mengantarai kedua bagian lainnya

itu. Sedangkan bagian diri eksternal dapat diumpamakan sebagai

bagian-bagian vertikal dari jeruk itu. Masing-masing merupakan

bagian lain dan semua bagian ini turut menentukan bentuk dan

struktur jeruk tersebut secara keseluruhan. Bagian-bagian internal

dan eksternal tersebut saling berinteraksi satu sama lain, sehingga

(38)

18

diperoleh lima belas kombinasi yaitu identitas fisik, identitas

moral-etik, identitas pribadi, identitas keluarga, identitas sosial,

tingkah laku pribadi, tingkah laku keluarga, tingkah laku sosial,

penerimaan fisik, penerimaan moral-etik, penerimaan pribadi,

penerimaan keluarga dan penerimaan sosial.

4. Pembentukan dan Perkembangan Konsep Diri

Konsep diri berperan penting dalam menentukan perilaku

seseorang guna mempertahankan keselarasan batin, mengatasi konflik

yang ada pada dirinya, dan untuk menafsirkan pengalaman yang

didapatkan, karena itu konsep diri diperlukan seseorang untuk dijadikan

sebagai acuan dan pegangan hidup tuntunan kebutuhan (Muntholi'ah,

2002).

Konsep diri seseorang bukan merupakan pembawaan sejak lahir

melainkan terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan

seseorang dari masa kecil sampai dewasa. Selain itu konsep diri

dihasilkan dari proses interaksi individu dengan lingkungan secara terus

menerus.

Konsep diri seseorang pada masa kanak-kanak biasanya berbeda

dengan konsep diri yang dimiliki ketika memasuki masa usia remaja.

Konsep diri seorang anak bersifat tidak realistis, tetapi kemudian konsep

diri yang tidak realistis itu berganti dengan konsep diri yang baru sejalan

dengan penemuan tentang dirinya atau pengalaman pada usia

(39)

Rosenbelg (dalam Rahmawati, 2000), menjelaskan bahwa pada

masa remaja terjadi kekacauan konsep diri individu. Hal ini disebabkan

karena adanya perkembangan kognitif pada masa remaja. Perkembangan

kognitif remaja tidak hanya tercermin dalam sikap dan nilai terhadap

orang tua maupun masyarakat, tetapi juga terjadi pada dirinya sendiri dan

karakteristik kepribadiannya.

Konsep diri berkembang berdasarkan hubungan anak dengan

orang 1ain, misalnya dengan orang tua dan anggota keluarga yang lain.

Berdasarkan proses pembentukannya Hurlock (1992), membagi konsep

diri menjadi primer dan sekunder. Konsep diri primer dibentuk

berdasarkan pengalaman anak di rumah berhubungan dengan

anggota-anggota keluarga yang lain seperti orang tua, dan saudara-saudaranya.

Sementara itu konsep diri sekunder terbentuk seiring dengan

bertambahnya hubungan anak di luar rumah, maka anak memerlukan

konsep diri orang lain terhadap dirinya sendiri. Keluarga dan teman

sebaya memberikan sifat-sifat dasar sosial dalam pembentukan dan

perkembangan konsep diri seseorang. Seseorang dapat mengenal diri

pribadinya melalui orang lain. Jadi perkembangan konsep diri merupakan

penciptaan sosial, hasil belajar melalui hubungan dengan orang lain.

Menurut Fuad Nashori (2000), menjelaskan bahwa konsep diri

berkembang melalui proses, pada umumnya individu mengobservasi

fungsi dirinya selanjutnya individu menerima umpan balik tentang siapa

(40)

20

melakukan perbandingan dengan orang lain. Orang lain yang dimaksud

dan yang akan menumbuhkan tanda pada konsep diri individu adalah

orang tuanya, kawan sebaya, dan masyarakat. Sikap dan respon orang

tua, teman sebaya, dan lingkungan akan menjadi informasi bagi individu

yang bersangkutan untuk menilai siapa dirinya. Seringkali dari kita

sendirilah yang menyebabkan persoalan bertambah rumit dengan berfikir

yang tidak-tidak terhadap sesuatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri.

Namun dengan sikap yang dinamis, konsep diri dapat mengalami

perubahan yang lebih positif. Dari hal ini, tentunya dapat disimpulkan

bahwa konsep diri tidak terbentuk dan berkembang dengan sendirinya,

melainkan didukung oleh adanya interaksi individu dengan orang lain

juga dengan lingkungannya.

5. Faktor-faktor Pembentuk Konsep Diri

Menurut Susana, Tjipto (2006), ada empat faktor yang berperan

dalam pembentukan konsep diri individu yaitu:

a. Faktor Kemampuan

Setiap anak punya kemampuan. Oleh karena itu, berilah anak

peluang agar ia mampu melakukan sesuatu.

b. Faktor Perasaan

Pupuklah rasa berarti pada diri anak dalam setiap aktifitas sekecil

dan sederhana apa pun dia jangan dicemooh sehingga menimbulkan

(41)

c. Faktor Kebajikan

Bila anak telah memiliki perasaan berarti, maka akan tumbuh

kebajikan dalam dirinya anak merasa lingkungan adalah tempat yang

menyenangkan. Tempat dengan atmosfir menyenangkan akan

menjadi wahana subur bagi anak karena dia akan berbuat kebajikan

bagi lingkungan.

d. Faktor Kekuatan

Pola perilaku berkarakteristik positif memberi kekuatan bagi anak

untuk melakukan perbuatan yang baik. Dengan kekuatan diri, anak

dapat menghalau upaya yang negatif. Konsep diri dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya ialah keadaan jasmani atau fisik,

perkembangan psikologis, peranan keluarga dan lingkungan sosial

budaya (Muntholi' ah,2002).

6. Aspek-Aspek Konsep Diri

Seperti telah dijelaskan dalam pengertian di atas, konsep diri

adalah gambaran, seseorang secara keseluruhan tentang keadaan dirinya.

Semua segi kehidupan dalam diri seseorang, mencakup segi fisik, segi

psikis, segi sosial dan lain-lain, dapat membentuk dan menentukan

gambaran atau konsep tentang keadaan dirinya. Aspek-aspek yang terdapat

dalam konsep diri antara lain meliputi keadaan fisik, keadaan dirinya

sebagai seorang pribadi, faktor interaksi sosial dengan orang lain, peran

dirinya dalam kehidupan keluarga serta penilaian orang tentang dirinya

(42)

22

Keadaan tubuh atau fisik seseorang menjadi hal penting dalam

membentuk konsep tentang dirinya. Penilaian negatif orang lain tentang

keadaan fisik misalnya gemuk, kurus dan penampilan tidak menarik akan

turut membuat seseorang itu menilai dirinya sama dengan penilaian orang

lain sehingga dirinya merasa tidak menarik dan hal tersebut memunculkan

adanya konsep tentang dirinya yang negatif. Bentuk tubuhatau ciri-ciri

fisik tersebut dapat mempengaruhi kepribadian remaja. Bentuk tubuh yang

menyimpang dari keadaan normal, misalnya terlalu gemuk, terlalu kurus,

tinggi dan pendek dipandan sebagai hal “buruk” dan merupakan faktor

yang tidak menguntungkan bagi perkembangan konsep diri remaja.

Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri,

penampilan perbedaan diri yang dimaksudkan misalnya adalah adanya

cacat fisik. Setiap cacat fisik merupakan sumber memalukan bagi remaja,

sedangkan adanya daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang

menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial

(Hurlock, 1990).

Penilaian diri seseorang tentang keadaan dirinya seperti pikiran,

perasaan dan sikap terhadap dirinya turut mempengaruhi terbentuknya

konsep diri seseorang. Pikiran dan perasaan tentang dirinya kadang

muncul akibat dari faktor fisiknya. Misalnya orang lain menilai dirinya

sebagai seseorang yang tidak menarik karena berbadan kurus. Penilaian

(43)

berpikir bahwa dirinya memang tidak menarik dan akhirnya memunculkan

pikiran negatif tentang dirinya sendiri.

Kehidupan dalam sebuah keluarga juga turut membentuk konsep

diri seseorang. Peranan orang tua menjadi sangat penting dalam

mempengaruhi konsep diri seseorang remaja. Ikatan emosional yang

pertama dirasakan dalam diri seseorang anak adalah dengan orang tuanya.

Richard dan Humber (dalam Rakhmat, 2005), menamainya dengan istilah “affective others” yaitu orang lain yang dengan mereka remaja mempunyai

ikatan emosional. Ikatan emosional tersebut juga dapat dirasakan dengan

saudara kandung atau anggota keluarga yang lainnya. Keluarga yang

dengan tulus menerima, menyayangi, mencintai dan menghargai anaknya

cenderung membuat anak tersebut dapat memandang dirinya secara

positif. Tetapi sebaliknya “apabila masing-masing anggota tidak memberi

kehangatan cinta kasih sayang dan tidak menunjukkan penerimaan

terhadap diri anak, akan cenderung membuat anak memandang dirinya

secara negatif (tidak layak diterima, disayangi dan sebagainya).

Kehidupan seseorang tidak terlepas dengan lingkungan

disekitarnya, artinya, setiap individu membutuhkan interaksi dengan orang

lain dalam menjalani peran kehidupannya. Setiap perilaku seseorang selalu

mendapat penilaian dari orang lain. Adanya unsur penerimaan dari orang

lain turut membentuk konsep diri seseorang, artinya apabila orang lain

merasa nyaman dan menghargai serta menerima kita maka cenderung akan

(44)

24

apabila orang lain atau masyarakat dilingkungan sekitar tidak menerima,

menghargai dan cenderung telah memberi sebuah “cap” buruk tentang

perilaku atau perbuatan seseorang maka penilaian dan pandangan terhadap

diri yang muncul cenderung bersifat negatif.

Berdasarkan pernyataan diatas, jelas bahwa banyak aspek yang

dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan konsep diri

seseorang. Berbagai pernyataan mengenai aspek-aspek konsep diri di atas

didukung oleh Agustiani (2009), mengemukakan beberapa aspek yang

mendasari konsep diri yaitu:

a. Diri fisik (physical self)

Diri fisik merupakan penilaian individu terhadap segala sesuatu

yang dimiliki oleh individu seperti bentuk tubuh, pakaian, benda yang

dimilikinya, kesehatan, penampilan diri dan lain sebagainya. Gambaran

tentang tubuh merupakan dari diri fisik yang mendasari individu dalam

berpikir dan menilai tentang keadaan dirinya sebagai laki-laki dan

perempuan.

b. Diri sosial (social self)

Diri sosial meliputi bagaimana peran sosial yang dimainkan

oleh individu atau remaja khususnya dan sejauh mana penilaian

individu terhadap baik buruknya perilaku atau perbuatan mereka. Setiap

peranan yang dimainkan oleh individu akan dapat memunculkan

adanya suatu penghargaan sosial dari orang lain tentang bagaimana

(45)

adanya penerimaan dan pengakuan sosial dari kelompok teman sebaya

misalnya, menjadi suatu dasar untuk perkembangan setiap perilakunya.

c. Diri moral (moral self)

Diri moral meliputi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang memberi

arti dan arah/tujuan bagi kehidupan individu.Diri moral juga merupakan

aspek yang berkaitan dengan perasaan seseorang mengenai

hubungannya dengan tuhan dan penilaiannya tentang sesuatu hal yang

dianggap baik dan tidak baik.

d. Diri psikis (psychological self)

Diri psikis meliputi pikiran, perasaan dan sikap-sikap individu

terhadap dirinya sendiri. Diri psikis berkaitan pula dengan bagaimana

seseorang dalam memandang dirinya berdasarkan pada sifat, karakter

maupun perasaan-perasaan yang dimunculkan ketika menghadapi

stimulus tertentu.

B. Bimbingan Pribadi Sosial

1 Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial

Dalam buku-buku Bimbingan dan konseling di Institusi

pendidikan oleh Winkel dan Sri Hastuti (2012), bimbingan pribadi sosial

berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri, dalam

mengatur diri sendiri dalam bidang kerohanian, perawatan jasmani,

pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya serta

(46)

26

berbagai lingkungan. Bimbingan pribadi sosial yang diberikan dijenjang

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi sebagian disalurkan melalui

bimbingan kelompok dan sebagian lagi melalui bimbingan individual,

serta mengandung unsur-unsur yaitu:

a. Informasi tentang fase atau tahap perkembangan yang sedang dilalui

oleh siswa remaja.

b. Penyadaran akan keadaan masyarakat dewasa ini yang semakin

berkembang dalam jaman modern dan apa makna ilmu pengetahuan

serta teknologi bagi kehidupan manusia.

c. Pengaturan diskusi kelompok mengenai kesulitan yang dialami oleh

kebanyakan siswa.

d. Pengumpulan data yang relevan untuk mengenal kepribadian siswa.

Menurut Dr. Syamsu Yusuf, L.N & Dr. A. Juntika Nurihsan

(2010), sosial pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para

individu dalam memecahkan masalah-maslah sosial pribadi. Yang

tergolong dalam masalah-masalah sosial pribadi adalah masalah

hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, penyesuaian diri

dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat tinggal, dan

penyelesaian kelompok.

Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan

kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam

menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan

(47)

dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam

permasalahan yang dialami oleh individu. Bimbingan pribadi sosial

diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif,

interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem

pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif, serta

(48)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu

penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, serta teknik

analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif yaitu penelitian

yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat

penelitian dilakukan (Arikunto, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh gambaran mengenai konsep diri siswa kelas IX SMP YPPK

Bintang Timur Mabilabol Pegunungan Bintang-Papua Tahun Ajaran

2015/2016.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Mabilabol Kabupaten Pegunungan

Bintang-Papua tepatnya di SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol. Peneliti

memutuskan untuk meneliti SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol karena

sekolah ini belum pernah dijadikan tempat penelitian. Waktu pelaksanaan

penelitian ini adalah bulan Juli 2015 dan membutuhkan waktu kurang lebih 3

minggu.

(49)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IX SMP YPPK Bintang Timur

Mabilabol Kabupaten Pegunungan Bintang-Papua tahun 2015/2016. Populasi

penelitian mencakup seluruh siswa pada tingkat kelas IX yaitu mencakup

seluruh siswa kelas IX. Jumlah populasi penelitian adalah 63 siswa, yang

terbesar dalam 2 kelas yaitu sebanyak 31 siswa kelas B dan 32 siswa kelas A

Peneliti memilih siswa Kelas IX karena siswa kelas IX rata-rata berusia l3-15

tahun dan tergolong sebagai tahap remaja.

Subjek yang digunakan adalah individu pada sekolah menengah

pertama kelas IX. Sebelum subjek melakukan penelitian SMP YPPK Bintang

Timur Mabilabol dilihat dari karakteristik konsep diri yang rendah dengan

melihat kurang percaya dirinya dengan keadaan dirinya. Data subjek

penelitian sebagai berikut:

Tabel 1

Data Subjek Penelitian Konsep Diri Siswa Kelas IX

SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Pegunungan Bintang Papua

No Kelas Hadir

1 IX A 28

2 IX B 28

Total 56

D. Teknik dan Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang disusun berdasarkan aspek-aspek konsep diri menurut

(50)

30

dua bagian yaitu yang pertama berisi tentang kata pengantar, petunjuk

pengisian kuesioner, dan bagian yang kedua berisi tentang pernyataan

yang mengungkapkan gambaran konsep diri. Kisi-kisi kuesioner

konsep diri dapat dilihat pada tabel I. Peneliti terlebih dahulu membuat

kisi-kisi dengan menentukan indikator dari aspek masing-masing

konsep diri kemudian peneliti membuat item-item dari indikator

tersebut.

Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan

kuesioner konsep diri tersebut antara lain:

1. Kuesioner Konsep Diri

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Kuesioner adalah sekumpulan daftar pertanyaan atau

pernyataan tertulis yang diberikan pada subjek penelitian

(Arikunto, 2003). Kuesioner ini bersifat tertutup karena alternatif

jawaban sudah disediakan sehingga subjek tinggal memilih

alternatif jawaban yang sesuai (Arikunto, 2013). Kuesioner yang

disusun oleh memuat aspek dari masing-masing konsep diri.

Masing-masing memiliki tiga aspek yaitu aspek diri fisik, aspek

diri etik, aspek diri pribadi Fitts (dalam Agustiani, 2009).

2. Format Pernyataan Skala

Bentuk skala dalam kuesioner ini mengacu pada model

skala likert, dimana masing-masing item membentuk item

(51)

mengukur sikap, pendapat, persepsi sekelompok orang tentang

fenomena sosial. Pada skala ini variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator variabel

tersebut dijadikan sebagai dasar untuk menyusun item-item

instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono

2011).

Skala ini dimodifikasi dengan empat pilihan jawaban, yaitu

sangat sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak sesuai (TS), dan sangat tidak

sesuai (STS). Maksud jawaban SS-S-TS-STS adalah untuk melihat

kecenderungan pendapat responden kearah sesuai atau kearah tidak

sesuai.

Untuk item favourable, skor bergerak dari 4 untuk sangat

sesuai (SS), 3 untuk sesuai (S), 2 untuk tidak sesuai (TS), dan 1

untuk sangat tidak sesuai (STS). Demikian juga untuk item

unfavourable, skor 1 untuk sangat sesuai (SS), 2 untuk sesuai (S), 3

untuk tidak sesuai (TS), 4 untuk sangat tidak sesuai (STS). Tidak

ada skor 0 karena sifat jawaban akan tidak menjadi mutlak ya atau

(52)

32

Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek konsep diri

dalam Agustiani (2006). Operasional objek penelitian ini

dijabarkan lebih lanjut dalam konstruk instrument pada tabel

(53)

3 Diri pribadi 3.1 Perasaan-perasaan

4 Diri Keluarga 4.1 Menyadari peran dan fungsinya dalam

Validitas suatu instrumen penelitian adalah derajat yang menunjukkan

dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2009). Uji

validitas item dilakukan untuk mengetahui apakah instrument yang

disusun dapat dipergunakan untuk mengukur apa yang akan diukur.

Semakin tinggi nilai validitas item menunjukkan semakin valid instrument

(54)

34

ini adalah validitas isi. Furchan (dalam Tengget, 2014), menjelaskan

bahwa validitas isi merupakan validitas yang seharusnya menjadi isi suatu

tes.

Pada tahap ini sudah melakukan analisis butir item pernyataan kuesioner

konsep diri positif siswa. Hal ini bertujuan agar setiap item pernyataan

yang dibuat tepat atau sesuai dengan konstruk kisi-kisinya.

Teknik uji yang digunakan adalah dengan cara mengkorelasikan

skor item terhadap skor totalnya melalui pendekatan analisis korelasi

product moment. Adapun rumusnya dapat dilihat sebagai berikut:

Rumus rxy =

rxy= Indeks korelasi Validitas item

N= Jumlah responden

X = Skor item yang akan diuji validitasnya

Y = Jumlah Skor total memuat item yang diuji validatasnya

Proses penghitungan indeks validitas item pada alat ukur

penelitian ini dilakukan dengan cara memberi skor terlebih dahulu setiap

item dan mentabulasi ke dalam tabulasi data uji coba instrument

penelitian. Penghitungan indeks validitas instrumen dilakukan dengan

menggunakan bantuan program computer statistic program for social

science (SPSS) versi 16.0. Item yang valid adalah item yang memiliki nilai

(55)

diperoleh 48 item yang valid dan 11 item yang tidak valid. Jumlah item

yang valid dan tidak valid terdapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4

Jumlah Item-item yang Valid dan Tidak Valid

No

1 Diri Fisik Mengetahui tentang keadaan tubuh (Gemuk, Kurus, pendek)

1, 9*, 14 4, 13, 2

Mengetahui tentang diri fisik yang menarik

11*, 3, 8*

12, 10, 5

Mengetahui tentang kesehatan diri 16, 19*,6*

7*, 18, 15

2 Diri etik moral

Keadaan individu dalam hubungannya dengan kehidupan agama

26, 20, 24

25, 27, 21

Nilai-nilai moral apa yang dipegangnya dalam batasan baik maupun buruk

22, 28 29, 23

3 Diri pribadi Perasaan-perasaan yang dominan dimiliki oleh individu

33*, 35, 30

31, 38, 34

Kepuasan individu dalam menilai diri, sejauh mana dia menilai dirinya sebagai seorang pribadi yang tepat

37, 32* 39*, 36

4 Diri Keluarga

Menyadari peran dan fungsinya dalam anggota keluarga

42, 49, 46

45, 47, 41

Perasaan yang dominan dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga

40, 50, 44

48, 43, 51

5 Diri sosial Kemampuan perasaan individu dalam berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan sekitar

57, 52 55, 58

Menilai diri apakah individu tersebut diterima atau ditolak dalam lingkungan sekitar

54*, 56 59, 53

Catatan: kode*) adalah keterangan item yang tidak valid

2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur menunjuk pada derajat alat tersebut

dalam mengukur apa saja yang diukurnya (Furcham dalam Tengget,

2014). Suatu tes yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan

ketelitian hasil dalam satu atau berbagai pengukuran. Reliabilitas

(56)

36

penentuan taraf reliabilitas suatu tes untuk satu kali pengukuran. Hasil

tes dianalisis dengan membelah instrumen menjadi dua bagian, bagian

pertama dari item-item bernomor ganjil dan bagian kedua berasal dari

item bernomor genap Supraktiknya (dalam Tengget 2014).

Perhitungan reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan

pendekatan koefisiensi Alpha Cronbach (α). Penggunaan teknik

analisis Alpha Cronbach didasarkan atas pertimbangan perhitungan

reliabilitas skala. Rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α)

adalah sebagai berikut:

Keterangan rumus:

: koefisien reliabilitas Alpha Cronbach

dan : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2 : varians skor skala

Berdasarkan hasil data uji coba yang telah dihitung melalui

program komputer Stastistical Product and Service Solutions

(SPSS) 16.0 for Window, diperoleh perhitungan reliabilitas seluruh instrumen dengan menggunakan rumus koefisien alpha (α), yaitu

0,790. Hasil perhitungan indeks reliabilitas dicocokkan dengan

(57)

Tabel 5 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

2 0,71 – 0,90 Tinggi

3 0,41 – 0,70 Cukup

4 0,21 – 0,40 Rendah

5 Negatif – 0,20 Sangat Rendah

Dari hasil penghitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa

koefisien reliabilitas kuesioner termasuk kualifikasi tinggi.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Persiapan dan Pelaksanaan

Berikut ini adalah langkah-langkah mengumpulkan data:

a. Penyusunan kuesioner tingkat konsep diri siswa kelas IX, disusun

berdasarkan aspek-aspek konsep diri menurut Agustiani (2006).

b. Peneliti mengidentifikasi aspek-aspek konsep diri kemudian

merumuskan indikator-indikator dari setiap aspek.

c. Peneliti merumuskan pernyataan-pernyataan item dari setiap indikator.

d. Peneliti mengkonsultasikan instrumen kepada dosen pembimbing

skripsi untuk menelaah kualitas instrumen dan memaksa validitasi isi

sebelum digunakan peneliti untuk penelitian

e. Meminta surat izin untuk melakukan penelitian pada sekretariat

Program Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang kemudian ditandatangani oleh ketua Jurusan Ilmu

(58)

38

f. Meminta tandatangan ke wakil dekan dan cap yang mengesahkan surat

tersebut.

g. Mengirim surat izin penelitian kepada kepala sekolah SMP YPPK

Bintang Timur Mabilabol Kabupaten Pegunungan Bintang –Papua.

h. Mengirim surat izin penelitian kepada Dinas P&P Kabupaten

pegunungan Bintang- Papua.

i. Meminta penentuan dan kesepakatan mengenai waktu pelaksanaan

penelitian kepada pihak sekolah. Merevisi item kuesioner dan

mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing

2. Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik uji

terpakai. Teknik uji terpakai dipilih karena keterbatasan waktu dan lokasi

penelitian yang jauh. Uji terpakai dilakukan setelah memperoleh ijin dan

kesepakatan waktu pelaksanaan dari pihak sekolah SMP YPPK Bintang

Timur Mabilabol Kabupaten pengunungan Bintang Papua.

Pada penelitian hari pertama di tanggal 5 Agustus 2015 Kelas yang

digunakan untuk penelitian adalah sebanyak 1 Kelas. Kelas IX A sebanyak

28 siswa. Sedangkan hari kedua tanggal 6 Agustus 2015 Kelas IX B

sebanyak 28 siswa. Responden digunakan untuk penelitian adalah siswa

yang hadir pada saat pengambilan data, sehingga jumlah siswa yang

digunakan sebagai responden penelitian terpakai dan mengisi instrument

Gambar

Tabel    1 Data Subjek Penelitian Konsep Diri Siswa Kelas IX
Tabel 2 Norma skoring
Tabel 4 Jumlah Item-item yang Valid dan Tidak Valid
Tabel 5 Kriteria Guilford
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan interaktif company profile perusahaan jasa konstruksi CV.. Menjadi referensi bagi kalangan desainer 3D maupun animator

a) Badan usaha yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, dan tidak sedang diberhentikan kegiatan usahanya; b) Salah satu

Landfill is a major issue in most of Indonesian cities. Without a proper treatment landfill can be hazardous to the environment. Leachate water can be adverse if polluted the

Merupakan pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut oleh bendahara pemerintah baik pusat maupun swasta berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan

Setelah menerima arahan saya untuk membeli emas, Bank hendaklah merekodkan dalam eGIA kuantiti emas yang dibeli dalam gram, harga emas yang dibeli dalam jumlah

terukur. BBPP Kupang sebagai instansi pemerintah wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dalam bentuk Laporan Kinerja. Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

2 0.19 Terampil 0.48 Mahir 0.96 Penyelia 3 0.14 Terampil 0.35 Mahir 0.70 Penyelia Per kali Per pasien Per pasien Per kali Per pasien Penjaringan kesehatan gigi dan mulut

Dengan perluasan modal yang dilakukan PT “X” yang berinvestasi pada mesin maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian layak atau tidaknya investasi berkenaan dengan