ABSTRAK
Perkembangan zaman dan peningkatan persaingan yang terjadi di Indonesia memacu setiap perusahaan agar dapat mengikuti arus untuk ikut mensejajarkan usahanya dengan perusahaan lain. Salah satu perusahaan yang semakin berkembang adalah perusahaan yang bergerak di bidang ekonomi, yaitu bank. Sebagaimana yang diketahui, di Indonesia banyak sekali bank, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang membuat semakin ketatnya persaingan.
Bank “X” yang diteliti penulis terletak di kota Cimahi. Pelayanan yang diberikan oleh karyawan Bank “X”, khususnya bagian teller sangat menentukan kepuasan nasabah, karena pekerjaannya berhadapan langsung dengan nasabah. Dalam melakukan pekerjaannya, disamping membutuhkan kecepatan, ketelitian, teller dtuntut harus bersikap ramah. Hal ini menambah besarnya tanggung jawab pekerjaan bagian ini, sehingga menimbulkan beban mental yang tinggi.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan penulis, didapatkan bahwa saat ini teller Bank “X” masih sering melakukan kesalahan pada saat bekerja. Kondisi seperti ini selain merugikan teller juga merugikan nama baik bank, misalnya kesalahan pada saat melakukan transaksi dengan nasabah, dimana teller kurang teliti menghitung uang yang diterima dari nasabah yang berakibat kurangnya uang yang diterima. Hal pertama yang dilakukan teller bila menghadapi masalah ini adalah menelpon nasabah kemudian menjelaskannya. Bila nasabah tidak mau menambah kekurangan, maka teller tersebut yang berkewajiban mengganti. Selain merugikan teller, hal tersebut juga mengurangi kredibilitas bank.
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh Bank “X” tersebut, penulis melakukan pengukuran mengenai beban kerja mental yang dirasakan karyawan teller dengan menggunakan metoda Subjective Workload Assesment Technique (SWAT). Bila ternyata beban mental yang diterima tiap tellernya terlalu tinggi atau terlalu rendah, penulis memberikan usulan untuk meratakan beban kerjanya, agar setiap teller merasakan beban kerja yang sama. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan performansi kerja teller.
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN ...………ii
PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI ...……….iii
ABSTRAK………...iv
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH………...………..v
DAFTAR ISI……..…...viii
DAFTAR TABEL………. ...xi
DAFTAR GAMBAR…… ...xii
DAFTAR LAMPIRAN…. ...xiii
BAB 1 PENDAHULUAN.. ...1 - 1
1.1 Latar Belakang. ...1 - 1
1.2 Identifikasi Masalah...1 - 2
1.3 Pembatasan Ruang Lingkup Penelitian dan Asumsi ...1 - 3
1.4 Perumusan Masalah ...1 - 3
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...1 - 3
1.6 Sistematika Penulisan ...1 - 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...2 - 1
2.1 Ergonomi ...2 - 1
2.1.1 Sejarah Perkembangan Ergonomi...2 - 1
2.1.2 Definisi Ergonomi...2 - 1
2.3.1.2 Model Pengukuran Konjoin ...2 - 16
2.3.1.2.1 Model Aditif ...2 - 16
2.3.1.2.2 Tes Aksioma...2 - 17
2.3.1.2.3 Penskalaan ...2 - 18
2.3.2 Uji Kecocokan Kendall...2 - 20
2.3.3 Uji Korelasi Spearman ...2 - 22
2.3.4 Tahap Pemberian Nilai (Event Scoring) ...2 - 23
2.3.5 Keunggulan dan Kelemahan Metode SWAT ...2 - 24
2.4 NASA-TLX ...2 - 24
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ...3 - 1
3.1 Penelitian Awal...3 - 1
3.2 Pembatasan Ruang Lingkup Penelitian dan Asumsi ...3 - 1
3.3 Perumusan Masalah ...3 - 1
3.4 Pemilihan Metode Penelitian ...3 - 1
3.5 Pembuatan Alat untuk Pengamatan ...3 - 4
3.6 Pengumpulan Data ...3 - 4
3.7 Pengolahan Data…….. ...3 - 4
3.8 Analisis dan Usulan ...3 - 4
3.9 Kesimpulan dan Saran ...3 - 5
BAB 4 PENGUMPULAN DATA ...4 - 1
4.1 Data Teller ...4 - 1
4.2 Hasil Penyusunan Kartu SWAT ...4 - 2
4.3 Hasil Penilaian Beban Kerja Event Scoring ...4 - 5
4.4 Hasil Wawancara ...4 - 5
4.5 Rekap Jumlah Kesalahan ...4 - 6
5.1.3.2 Solusi Penskalaan (Scalling Solution) Data Kelompok ...5 - 3
5.1.3.3 Skala Akhir Data Kelompok ...5 - 4
5.1.4 Pengolahan Data Event Scoring...5 - 5
5.1.5 Rekapitulasi Jumlah Kesalahan ...5 - 6
5.1.6 Uji Korelasi...5 - 7
5.2 Analisis ...5 - 9
5.2.1 Analisis Scale Development ...5 - 9
5.2.2 Analisis Event Scoring...5 - 10
5.2.3 Analisis Tiap Faktor dalam SWAT...5 - 10
5.2.4 Analisis Prototype...5 - 11
5.2.5 Analisis Skala Data Kelompok ...5 - 12
5.2.6 Analisis Event Scoring...5 - 15
5.2.6.1 Analisis Beban Kerja per Teller Tiap Hari...5 - 15
5.2.6.2 Analisis Beban Kerja Total Semua Teller tiap Hari...5 - 19
5.2.6.3 Analisis Kesalahan yang dilakukan Teller...5 - 19
5.2.6.4 Analisis Jumlah Kesalahan...5 - 21
5.2.7 Usulan ...5 - 22
5.2.7.1 Usulan Pembagian Tugas Kolektor...5 - 22
5.2.7.2 Usulan Pembagian Tugas Teller ...5 - 23
5.2.7.3 Usulan Acara Kebersamaan ...5 - 24
5.2.7.4 Usulan Diberikannya Bonus...5 - 24
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...6 - 1
DAFTAR TABEL
Tabel
Judul
Halaman
4.1 Hasil Pengurutan Kartu Awal oleh Kelima Teller 4 - 2
4.2 Hasil Pengurutan dari Urutan Program SWAT 4 - 4
4.3 Hasil Penilaian Beban Kerja Teller 4 - 5
4.4 Rekap Jumlah Kesalahan Tanggal 3-7 April2006 4 – 6
4.5 Rekap Jumlah Kesalahan Periode Juli-Oktober 2005 4 – 6
4.6 Rekap Jumlah Kesalahan Periode Juli sampai Oktober 2005 4 - 8
5.1 Nilai Korelasi Prototype 5 - 2
5.2 Hasil Kepentingan Tiap Faktor untuk Data Kelompok 5 - 3
5.3 Hasil Skala Akhir untuk Data Kelompok 5 - 4
5.4 Event Scoring Tiap Subjek per Hari 5 - 5
5.5 Nilai Event Scoring Tiap Subjek per Hari 5 - 5
5.6 Rekapitulasi Jumlah Kesalahan (Periode Juli 2005 sampai
Oktober 2005) 5 - 6
5.7 Rekap Jumlah Kesalahan Tanggal 3 April sampai 7 April 2006 5 - 7
5.8 Total Beban Kerja dan Jumlah Kesalahan Teller 5 - 7
5.9 Perhitungan Korelasi Beban Kerja dan Jumlah Kesalahan 5 - 8
5.10 Jadwal Kolektor Sekarang 5 – 23
5.11 Jadwal Kolektor yang Diusulkan 5 – 23
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Judul
Halaman
2.1 Kurva Hubungan Beban Kerja dengan Hasil Kerja Keseluruhan 2 – 12
3.1 Metodologi Penelitian 3 – 2
5.1 Grafik Tingkatan Beban dan Utilitas Faktor Waktu 5 – 13
5.2 Grafik Tingkatan Beban dan Utilitas Faktor Mental 5 – 14
5.3 Grafik Tingkatan Beban dan Utilitas Faktor Stress 5 – 14
5.4 Grafik Tingkat Kepentingan Data Kelompok 5 – 15
5.11 Grafik Jumlah Kesalahan Periode Juli sampai Oktober 2005 5 – 22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Judul
Halaman
1 Kuesioner L1 – 1
2 Prosedur Penyusunan Kartu SWAT L2 – 1
3 Hasil Program SWAT L3 – 1
4 Kartu SWAT L4 – 1
Lampiran
KUESIONER PENELITIAN TUGAS AKHIR
Topik : “Pengukuran Beban Kerja Mental dalam Upaya Meningkatkan
Performansi Kerja Teller di Bank “X” Cimahi dengan Metode
Subjective Workload Assessment Technique (SWAT)”.
Dalam melakukan penelitian Tugas Akhir, peneliti melakukan pengukuran
beban kerja mental karyawan yang bekerja di Bank “X” Cimahi. Beban kerja
mental yang diukur merupakan tekanan kerja yang dilihat dari segi waktu,
mental, psikologis dan fisik.
Tujuan dilakukannya penyebaran kuesioner ini untuk mengetahui besarnya beban
kerja mental yang dialami karyawan selama bekerja. Karena diketahui beban kerja
yang dialami karyawan selama bekerja bila terlalu tinggi akan menghasilkan
pekerjaan yang tidak optimal, sebaliknya bila beban kerja yang terlalu rendah
maka akan merugikan perusahaan (tujuan perusahaan tidak tercapai)
Peneliti mengucapkan banyak terimakasih atas kerjasama dan kesediaannya
menjadi responden dalam penelitian ini.
Lampiran
KUESIONER BEBAN KERJA TELLER BANK “X”
9 Kuesioner ini diisi saat sedang bekerja
9 Untuk setiap nomor diisi 1 hari sekali
Pembobotan beban kerja yang diberikan tiap nomor adalah:
Angka 1 untuk beban kerja rendah
Angka 2 untuk beban kerja sedang
Angka 3 untuk beban kerja tinggi
Penjelasan beban kerja:
Beban waktu: apakah waktu yang disediakan cukup untuk menyelesaikan
pekerjaan?
Beban Mental: apakah dibutuhkan konsentrasi, perhitungan, mengingat informasi
dan mengambil keputusan dalam melakukan pekerjaan?
Beban psikologis: apakah anda merasa bingung, lelah, tertekan selama
bekerja?apakah kondisi lingkungan tempat kerja sudah nyaman?
Keterangan pengisian:
Lingkarilah salah satu skala 1, 2 atau 3 sesuai dengan persepsi anda untuk setiap harinya.
HARI SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
Lampiran
PROSEDUR PENYUSUNAN KARTU SWAT
1. Kartu SWAT ini terdiri atas 27 kartu yang merupakan kombinasi dari tiga
deskriptor yaitu Beban Waktu (Time Load), Beban Usaha Mental (Mental
Effort Load), dan Beban Tekanan Psikologis (Psychological Stress Load)
dengan tingkatan Tinggi, Sedang dan Rendah.
2. Anda diminta untuk menyusun dan mengurutkan kartu dari beban terendah
sampai beban tertinggi menurut persepsi anda
3. Contoh kartu
A
3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi
2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah. Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian,
ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.
2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan
performansi yang dibutuhkan.
Penjelasan kartu:
Beban Waktu: apakah waktu yang disediakan cukup untuk menyelesaikan
Lampiran
Beban Psikologis: apakah anda merasa bingung, lelah, tertekan selama
bekerja?apakah kondisi lingkungan tempat kerja sudah nyaman?
Contoh diatas 2 Æ kebingungan, kelelahan, tekanan dalam taraf sedang, sehingga
anda dapat mengatasinya dengan baik.
4. Untuk lebih memudahkan dalam menyusun kartu, lihat dulu angka yang
tertera dikartu, misalnya kartu A angkanya 322 artinya beban waktu tinggi,
beban mental sedang, beban psikologis sedang. Kartu G angkanya 212 artinya
beban waktu sedang, beban mental rendah, beban psikologis sedang. Bila A
dibandingkan dengan G maka A bebannya lebih besar dari G, untuk itu kartu
G diletakkan diatas kartu A.
5. Dalam menyusun kartu diharapkan tidak ada pengaruh dari orang lain
6. Dalam menyusun kartu ini dibutuhkan pengertian dan pemahaman.
Saya mengucapkan terima kasih atas kerjasamanya.
Lampiran
LAMPIRAN 3
Lampiran
A
3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi
2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.
Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.
2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.
B
1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.
1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak
2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.
C
1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.
2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.
Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.
Lampiran
D
3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi
1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak
3. Stress yang berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat sangat tinggi. Dibutuhkan pengendalian diri yang tinggi.
E
2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.
3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total
2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.
F
1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.
2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.
Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.
Lampiran
G
2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.
1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak.
2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.
H
3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi
1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak.
1. Terdapat sedikit kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dan dapat dengan mudah diatasi.
I
3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi
3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total
Lampiran
J
1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.
2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.
Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.
2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.
K
2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.
3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total
1. Terdapat sedikit kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dan dapat dengan mudah diatasi.
L
3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi
3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total
Lampiran
M
1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.
3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total
3. Stress yang berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat sangat tinggi. Dibutuhkan pengendalian diri yang tinggi.
N
1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.
1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak.
1. Terdapat sedikit kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dan dapat dengan mudah diatasi.
O
3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi
2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.
Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.
Lampiran
P
3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi
1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak.
2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.
Q
2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.
2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.
Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.
2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.
R
2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.
3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total
Lampiran
1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.
3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total
2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.
T
3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi
3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total
2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.
U
2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.
1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak.
Lampiran
2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.
2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.
Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.
1. Terdapat sedikit kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dan dapat dengan mudah diatasi.
W
1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.
1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak.
3. Stress yang berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat sangat tinggi. Dibutuhkan pengendalian diri yang tinggi.
X
1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.
3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total
Lampiran
Y
3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi
2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.
Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.
1. Terdapat sedikit kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dan dapat dengan mudah diatasi.
Z
2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.
1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak.
3. Stress yang berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat sangat tinggi. Dibutuhkan pengendalian diri yang tinggi.
ZZ
2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.
2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.
Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman dan peningkatan persaingan yang terjadi di
Indonesia memacu setiap perusahaan agar dapat mengikuti arus untuk ikut
mensejajarkan usahanya dengan perusahaan lain. Salah satu perusahaan yang
semakin berkembang adalah perusahaan yang bergerak di bidang ekonomi, yaitu
bank. Sebagaimana yang diketahui, di Indonesia banyak sekali bank, baik dari
dalam negeri maupun dari luar negeri yang membuat semakin ketatnya
persaingan.
Bank “X” yang diteliti penulis terletak di kota Cimahi. Pelayanan yang
diberikan oleh karyawan Bank “X”, khususnya bagian teller sangat menentukan
kepuasan nasabah, karena pekerjaannya berhadapan langsung dengan nasabah.
Dalam melakukan pekerjaannya, disamping membutuhkan kecepatan, ketelitian,
teller dtuntut harus bersikap ramah. Hal ini menambah besarnya tanggung jawab
pekerjaan bagian ini, sehingga menimbulkan beban mental yang tinggi.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan penulis,
didapatkan bahwa saat ini teller Bank “X” masih sering melakukan kesalahan
pada saat bekerja. Kondisi seperti ini selain merugikan teller juga merugikan
Bab 1 Pendahuluan 1 - 2
beban mental yang diterima terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka akan diberikan
usulan untuk mengatasi hal tersebut agar performansi kerja teller lebih dapat
ditingkatkan, sehingga jumlah kesalahan yang dilakukan teller akibat beban kerja
yang tidak optimal dapat dikurangi.
1.2Identifikasi Masalah
Bank “X” merupakan bank yang mengutamakan kualitas pelayanannya
untuk nasabahnya. Karyawan yang bekerja pada bagian teller di bank mempunyai
banyak jenis elemen pekerjaan. Selain itu, karyawan dituntut memiliki kecepatan,
ketelitian dan sikap yang ramah saat melayani nasabah, hal ini menambah
besarnya tanggung jawab yang diterima bagian teller dan menambah beban
mental yang diterima teller. Kesalahan yang dilakukan teller pada saat melakukan
pekerjaannya adalah teller tidak teliti dalam menghitung uang pada saat
melakukan transaksi, uang yang diterima dari nasabah tidak dihitung dengan teliti
oleh teller sehingga kurang, juga teller tidak teliti pada saat menghitung uang
yang akan diberikan pada nasabah sehingga jumlahnya kelebihan, kesalahan ini
akan ketahuan bila teller akan mengecek ulang sebelum istirahat atau sebelum
pulang, teller tidak teliti dalam menginput data nasabah ke komputer sehingga
data nasabah tidak ditemukan kemudian diinput ulang, teller kurang teliti dalam
mengecek tanda tangan nasabah, teller tidak teliti dalam menerima valas, teller
menghilangkan arsip transaksi dari nasabah, teller tidak memberikan copyan bukti
setoran pada nasabah. Kesalahan yang dilakukan teller menjadi tanggung jawab
teller, setiap kejadian kesalahan dicatat dalam berita acara kemudian direkap dan
dikirimkan ke Bank Pusat di Jakarta. Bila masalah ini tidak diselesaikan dan
Bab 1 Pendahuluan 1 - 3
1.3 Pembatasan Ruang Lingkup Penelitian dan Asumsi
Pembatasan dalam penelitian perlu dilakukan agar tidak menyimpang dari
ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas. Batasannya sebagai berikut :
¾ Penelitian ini hanya sampai tahap perencanaan dan usulan, untuk masalah penerapan dan evaluasi tidak dilakukan
¾ Waktu penelitian dilakukan tanggal 3 sampai 7 April 2006
Asumsi dalam penelitian ini sebagai berikut:
¾ Teller yang diamati dalam keadaan sehat jasmani dan rohani
¾ Teller sudah menguasai pekerjaannya (sudah terampil)
1.4Perumusan Masalah
Masalah-masalah yang ingin diketahui dalam penelitian beban kerja ini
adalah:
1. Berapa tingkat beban kerja mental teller di Bank “X” tiap harinya?
2. Apakah ada perbedaan tingkat beban kerja mental untuk tiap harinya?
3. Pada hari apa beban kerja relatif lebih tinggi dibandingkan hari kerja
lainnya?
4. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban kerja teller
sehingga performansi kerja dapat ditingkatkan?
1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian
Bab 1 Pendahuluan 1 - 4
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu:
¾ Sebagai pedoman untuk melakukan perbaikan mengenai beban kerja mental teller
¾ Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan pada nasabah
¾ Karyawan dapat meminimasi kesalahan saat bekerja
1.6Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu
sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teori mengenai teori-teori tentang SWAT, teori yang
mendukung seperti ergonomi, teori mengenai perhitungan statistik
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tahapan-tahapan yang dilakukan penulis seperti identifikasi
masalah, studi literatur, pemilihan metode penelitian, pemilihan perusahaan,
pembuatan kartu swat, melakukan penelitian, mengolah data, menganalisis dan
Bab 1 Pendahuluan 1 - 5
BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
Bab ini berisi tentang perhitungan-perhitungan yang dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang kemudian untuk dianalisis.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari penelitian yang dilakukan dan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
• Pengukuran beban kerja karyawan teller Bank “X” dilakukan dengan metode SWAT (Subjective Workload Assesment Technique) menghasilkan
nilai Koefisien Kendalls sebesar 0.8512, hal ini menunjukkan skala yang
dipilih adalah skala kelompok. Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan beban kerja mental yang diterima teller setiap harinya tidak
merata. Besar beban kerja yang diterima dipengaruhi oleh jumlah
keramaian nasabah yang datang ke Bank, penugasan menjadi kolektor, tipe
nasabah yang datang ke bank. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa beban
kerja teller dirasakan paling tinggi terjadi pada hari Jumat. Beban kerja dari
hari Senin sampai Jumat yang dirasakan teller Diana adalah: 92.1; 44.3;
44.3; 92.1, teller Nico: 77.1; 44.3; 77.1; 44.3; 77.1, teller Gita: 85; 59.3;
44.3; 44.3; 85, teller Rini: 59.3; 59.3; 44.3; 59.3; 77.1 dan teller Nanik
sebesar: 77.1; 44.3; 44.3; 44.3; 59.3; 77.1 .
• Terdapat perbedaan tingkat beban kerja teller setiap harinya. Teller Diana, Nico, Gita, Nanik merasakan beban kerja pada hari Senin tinggi. Untuk hari
Jumat semua teller merasakan beban kerja yang diterimanya tinggi. Pada
hari Selasa dan Kamis semua teller merasakan beban kerjanya optimal. Hari
Rabu teller Diana, Gita, Rini, Nanik namun Nico merasa beban kerjanya
tinggi.
Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6 - 2
untuk nasabah perorangan dan perusahaan (coorporation) dimana nasabah
perusahaan membutuhkan waktu yang lebih lama karena transaksi yang
dilakukan besar, sehingga tidak merugikan nasabah perorangan. Adapun
usulan tambahan yang diberikan untuk mengurangi beban kerja dengan
mengadakan acara kebersamaan agar terjalin komunikasi dan hubungan
yang baik antara sesama rekan kerja maupun antara atasan dengan bawahan.
Untuk lebih memotivasi karyawan teller diusulkan pada Bank agar
memberikan bonus kepada karyawan yang tidak melakukan kesalahan
selama satu periode (6 bulan) bisa berupa uang atau penghargaan
6.2 Saran
Usulan untuk meratakan beban kerja teller sebaiknya diterapkan agar
teller tidak lagi bekerja dengan beban yang berlebihan, sehingga dapat
menghasilkan hasil kerja yang lebih baik, dimana kesalahan yang dilakukan
diharapkan berkurang. Usulan yang menjadi prioritas utama adalah usulan
mengenai pembagian tugas teller dan tugas menjadi kolektor, diharapkan setelah
usulan ini diterapkan dapat meratakan dan mengurangi beban yang diterima teller.
Usulan tambahan mengenai pemberian bonus dan acara kebersamaan dapat
diterapkan oleh Bank dan diharapkan dapat meningkatkan performansi kerja
DAFTAR PUSTAKA
1. Hedarto, Yuli. Pengukuran Beban Kerja Mental Petugas Cenralized Traffic
Control (CTC) DAOP 2 Bandung dengan menggunakan Metode Subjective
Workload Assessment Technique (SWAT). Jurusan Teknik Industri ITB, 2000.
2. Muis, Rudijanto. Analisis Data Statistik. Departement Teknik Industri UKM.
2004.
3. Pribadi, Erwin M. Paper Pengukuran Beban Kerja dengan Metode SWAT.
Salah Satu Aspek Bahasan Ergonomi Kognitif. Seminar dan Pameran
Ergonomi II, 1997. Departement Ergonomi & PVI-FTC, IPTN. 1997.
4. Reid, Gery B., Potter Scott S., & Blesser, Rein R. Subjective Workload
Assesment Technique (SWAT): A user’s Guide. Harry G. Armstrong
Aerospace Medical Research Lab. Wright-Patterson Air Force Base, Ohio.
1989.
5. Sutalaksana, Iftikar Z., Anggawisastra, Ruhana & Tjakraatmadja, Jann H.
Teknik dan Tata Cara Kerja. Departement Teknik Industri ITB.1979.
6. Utari, Yepti Dwi. Studi Beban Kerja Fisik dan Mental Masinis KA Eksekutif
Argo Gede pada Dinasan KA 19 dan KA 20 Melalui Pengukuran Denyut