• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Self-Esteem pada Siswa-Siswi Kelas X di SMAK "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Self-Esteem pada Siswa-Siswi Kelas X di SMAK "X" Bandung."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Tak berkesudahan kasih setia Tuhan,

tak habis-habisnya rahmat-Nya,

Selalu baru tiap pagi;

besar kesetiaan-M u!

“Tuhan adalah bagianku,” kata jiwaku,

oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.

Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya,

bagi jiwa yang mencari Dia.

( Ratapan 3 : 22-25)

K ita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja

dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan

bagi mereka yang mengasihi Dia,

yaitu bagi mereka yang terpanggil

sesuai dengan rencana Allah.

(2)

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Self-Esteem Pada Siswa-Siswi Kelas X di SMAK “X” Bandung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dan self-esteem pada siswa-siswi kelas X di SMAK “X” Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling, Ukuran sampel pada penelitian ini adalah 150 siswa.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pola asuh orang tua dari Baumrind (1971) dan teori self-esteem dari Coopersmith (1967). Pengambilan data dilakukan dengan alat ukur pola asuh orang tua yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori Baumrind (1971) dan alat ukur modifikasi Self-Esteem Inventory yang dibuat oleh Coopersmith (1967).

Pengolahan data menggunakan metode statistik Rank Spearman. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai-nilai koefisien korelasi antara empat tipe pola asuh dengan self-esteem. Koefisien korelasi antara pola asuh tipe authoritative dan self-esteem sebesar 0,499.Artinya ada hubungan antara pola asuh orang tua tipe authoritative dengan self-esteem. Koefisien korelasi antara pola asuh tipe indulgent dan self-esteem sebesar 0,457. Artinya ada hubungan antara pola asuh orang tua tipe indulgent dengan self-esteem. Koefisien korelasi antara pola asuh orang tua tipe authoritarian dan self-esteem sebesar 0,205. Artinya tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua tipe authoritarian dengan self-esteem. Koefisien korelasi antara pola asuh orang tua tipe neglectful dan self-esteem sebesar 0,017. Artinya tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua tipe neglectful dengan self-esteem.

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. iii

KATA PENGANTAR……….. iv

DAFTAR ISI……… viii

DAFTAR TABEL……….xiii

DAFTAR BAGAN………xiv

DAFTAR LAMPIRAN………..xv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah………...1

1.2.Identifikasi Masalah………..10

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian……….10

1.3.2 Tujuan Penelitian………...10

1.4.Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis ………11

1.4.2 Kegunaan Praktis………...11

1.5.Kerangka Pikir………12

(4)

1.7.Hipotesis Penelitian……….26

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Self-Esteem

2.1.1 Pengertian Self-Esteem………...27 2.1.2 Area dalam Self-Esteem………..30 2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan

Self-Esteem………..30 2.1.4 Derajat Self-Esteem………..35 2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Tingkat

Self-Esteem………37 2.2. Pola Asuh Orang Tua

2.2.1 Definisi Pola Asuh Orang Tua………...38 2.2.2 Tipe Pola Asuh Orang Tua……….…39 2.2.3 Kaitan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Anak……….42 2.2.4 Kaitan Pola Asuh Orang Tua dengan Self Esteem Remaja…44 2.3. Remaja

(5)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian………..…51

3.2. Variabel Penelitian Dan Definisi 3.2.1 Variabel Penelitian………..52

3.2.2 Definisi Variabel 3.2.2.1 Definisi Konseptual Pola Asuh Orang Tua………..52

3.2.2.2 Definisi Operasional Pola Asuh Orang Tua……….52

3.2.2.3 Definisi Konseptual Self-Esteem……….53

3.2.2.4 Definisi Operasional Self-Esteem………....53

3.3 Alat Ukur 3.3.1 Alat Ukur Pola Asuh Orang Tua………..54

3.3.2 Alat Ukur Self-Esteem……….56

3.3.3 Data personal dan Data Penunjang………...58

3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling 3.4.1 Populasi Sasaran………59

3.4.2 Karakter Populasi………...59

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel………..60

3.5. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur 3.5.1 Validitas Alat Ukur………...61

(6)

3.6. Teknik Pengolahan Data………...63 3.7. Hipotesis Penelitian……….……....68

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Sampel………...69 4.2. Hasil Penelitian

4.2.1 Korelasi Pola Asuh Orang Tua dan Self-Esteem

4.2.1.1 Korelasi Pola Asuh Orang Tua Authoritative dan

Self-Esteem………...70 4.2.1.1 Korelasi Pola Asuh Orang Tua Authoritarian dan

Self-Esteem………...70 4.2.1.1 Korelasi Pola Asuh Orang Tua Indulgent dan

Self-Esteem………...71 4.2.1.1 Korelasi Pola Asuh Orang Tua Neglectful dan

Self-Esteem………...71 4.2.2 Gambaran Pola Asuh Orang Tua………..……….72 4.2.3 Gambaran Self-Esteem………..72 4.2.4 Gambaran Pola Asuh Orang Tua dan Self-Esteem……….………..73 4.2.5 Gambaran area-area Self-Esteem………..74 4.2.6 Gambaran Pola Asuh Orang Tua dan area-area Self-Esteem

(7)

4.2.6.2 Gambaran Pola Asuh Orang Tua dan area keluarga..………78

4.2.6.3 Gambaran Pola Asuh Orang Tua dan area teman sebaya…..79

4.2.6.4 Gambaran Pola Asuh Orang Tua dan area sekolah…………80

4.3 Pembahasan………...81

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………91

5.2. Saran 5.2.1 Saran Untuk Sekolah………...92

5.2.2 Saran Untuk Siswa...………...92

5.2.3 Saran Untuk Orang Tua………...92

5.2.4 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya.………...93

DAFTAR PUSTAKA………94

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.3.1 Alat Ukur Pola Asuh Orang Tua………. 55

Tabel 3.3.2 Alat Ukur Self-Esteem ……….57

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin……….. 69

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia……….. 69

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua………72

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Self-Esteem ………...72

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Antara Pola Asuh Orang Tua dan Self-Esteem ……73

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Area Self-Esteem ………...74

Tabel 4.6.1 Distribusi Frekuensi Area Self-Esteem yang Tinggi……….. 75

Tabel 4.6.2 Distribusi Frekuensi Area Self-Esteem yang Rendah………. 76

Tabel 4.7 Tabulasi Silang Antara Pola Asuh Orang Tua dan Area Diri………...77

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Antara Pola Asuh Orang Tua dan Area Keluarga …..78

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Antara Pola Asuh Orang Tua dan Area Teman Sebaya ………..79

(9)

DAFTAR BAGAN

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket Data Pribadi 2. Kuesioner Self-Esteem

3. Kuesioner Pola Asuh Orang Tua 4. Alat Ukur Self-Esteem Inventory

5. Alat Ukur Pola Asuh Orang Tua 6. Skor Data Pola Asuh Orang Tua 7. Skor Data Self-Esteem

8. Skor Area Diri 9. Skor Area Keluarga 10. Skor Area Sekolah 11. Skor Area Teman Sebaya 12. Tabel Data

13. Tabel Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Self-Esteem

(11)

16. Tabel Data Penunjang 17. Karakteristik Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Adams, Gerald R. 1983. Adolescent Life Experiences. California : Wadsworth, Inc.

Atkinson, Rita L. Pengantar Psikologi Jilid Satu. Batam : Interaksara.

Burns,R.B. 1979. The Self Concept In Theory, Measurement, Development, and Behavior. London : Longman Group Ltd.

Clemes, Harris, Ph.D., 1995. Bagaimana Meningkatkan Harga Diri Remaja. Jakarta : Binarupa Aksara.

Coopersmith, Stanley.1967. The Antecedent of Self Esteem. San Fransisco : W.H. Freeman and Company.

Gulo, W.2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hurlock, Elizabeth B., 1980. Terjemahan. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Kaplan, Robert M.1982. Psychological Testing Principles, Applications, and Issues. Monterey, California : Brooks / Cole Publishing Company.

(12)

Maccoby, E. 1980. Social Development Psychological Growth and the Parent Child Relationship. New York : Harcourt Brace Javanovicle, Inc.

Santrock, John W. 1998. Adolescence. United State of America : McGraw-Hill Companies, Inc.

Shaffer, David R., 1994. Social and Personality Development. California : Wadsworth,Inc.

Siegel, S. 1986. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu – Ilmu Sosial. Jakarta : PT. Gramedia.

Sudjana, Prof.Dr, M.A.,M.Sc. 1996. Metoda Statistik. Bandung : Tarsito

(13)
(14)

KATA PENGANTAR

Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai pandangan Saudara terhadap diri dan keluarga Saudara. Sehubungan dengan kepentingan tersebut, saya sangat mengharapkan bantuan Saudara untuk mengisi kuesioner yang tersedia.

Informasi yang Saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan agar Saudara dapat mengisi kuesioner ini sungguh-sungguh dan sesuai dengan kondisi pribadi Saudara. Saya pun akan menjaga kerahasiaan jawaban Saudara.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah Saudara berikan.

Bandung, November 2006

(15)

I. ANGKET DATA PRIBADI

Dalam angket ini Saudara diminta untuk mengisi data pribadi Saudara dan beberapa pertanyaan yang menyangkut diri Saudara. Kejujuran Saudara dalam mengisi angket ini sangat saya harapkan. Jawaban Saudara akan dirahasiakan.

Petunjuk Pengisian :

Isilah daftar pertanyaan ini. Bila Saudara menemukan pertanyaan yang memerlukan uraian jawaban, jawablah dengan kalimat yang singkat dan jelas. Jika Saudara menemukan pertanyaan pilihan berganda, Saudara pilih salah satu alternatif jawaban yang terlah tersedia.

Nama : ……… Jenis Kelamin : ……… Anak ke : ……… dari ….. saudara

Sejak kecil tinggal bersama orang tua(ayah dan ibu) : Ya / Tidak. Jika jawab “tidak”, saat ini saya tinggal dengan :

a. Ayah saja, sejak kapan?... b. Ibu saja, sejak kapan ? ……….

(16)

1. Bagi Saudara, hal apa yang merupakan keberhasilan ? a. Mendapat nilai baik

b………. c……… Bagaimana perasaan Saudara waktu Saudara mendapat keberhasilan ?

……… Apa yang Saudara lakukan ketika menghadapi keberhasilan ?

………. Bagaimana sikap orang tua terhadap keberhasilan Saudara?

a. memuji keberhasilan saya b. tidak peduli

c. ……… Bagaimana sikap teman sekelas terhadap keberhasilan Saudara?

a. memuji keberhasilan saya b. tidak peduli

c. mengkritik

d.……… Bagaimana sikap guru terhadap keberhasilan Saudara?

a. memuji keberhasilan saya b. tidak peduli

(17)

2. Bagi Saudara, hal apa yang merupakan kegagalan ? a. Mendapat nilai buruk

b……… c……… Bagaimana perasaan Saudara waktu Saudara mengalami kegagalan ?

……… Apa yang Saudara lakukan ketika menghadapi kegagalan ?

……… Bagaimana sikap orang tua terhadap kegagalan Saudara?

a. memarahi saya b. tidak peduli c. menasihati

d. memberi support / dukungan

e. ……… Bagaimana sikap teman sekelas terhadap kegagalan Saudara?

a. mengejek saya b. tidak peduli c. mengkritik

d.……… Bagaimana sikap guru terhadap kegagalan Saudara?

(18)

II. KUESIONER

SELF-ESTEEM

Petunjuk Pengisian :

Jawablah semua pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang berada di sebelah pernyataan. Tidak ada jawaban benar atau salah. Semua jawaban benar jika hal itu sesuai dengan diri Saudara.

Keterangan :

SS = Sangat sesuai dengan apa yang saya rasakan S = Sesuai dengan apa yang saya rasakan

TS = Tidak sesuai dengan apa yang saya rasakan

STS = Sangat tidak sesuai dengan apa yang saya rasakan

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya adalah orang yang percaya diri.

2. Saya mudah merasa kecewa terhadap keluarga 3. Saya merasa guru saya menghargai pendapat saya.. 4. Saya merasa sebagai orang yang gagal.

5. Saya merasa hidup saya menyedihkan.

6. Saya tidak malu untuk mengungkapkan pendapat saya di kelas. 7. Saya tidak terpengaruh dengan komentar teman-teman.

8. Saya merasa teman-teman memperhatikan saya.

(19)

9. Saya merasa nyaman dengan relasi keluarga. 10. Saya takut teman-teman menolak saya. 11. Saya menghormati orang tua.

12. Dalam bergaul saya bersikap sopan. 13. Peraturan sekolah mengekang saya.

14. Saya dapat berkata jujur kepada keluarga saya. 15. Saya merasa banyak orang yang mengasihi saya. 16. Guru saya tidak memperhatikan saya.

17. Di rumah saya merasa sedih.

18. Saya percaya bahwa saya mampu mencapai prestasi akademik yang baik.

19. Saya tidak memahami diri sendiri. 20. Saya menuruti perintah guru.

21. Saya merasa ingin meninggalkan rumah. 22. Saya mampu bergaul dengan siapa saja.

23. Saya mengetahui kelebihan diri saya.

24. Saya merasa kaku untuk bergaul dengan orang lain. 25. Keluarga saya mendukung saya.

26. Teman-teman mengakui prestasi saya yang baik.

27. Saya tidak nyaman dengan suasana kegiatan belajar mengajar di kelas.

(20)

III. KUESIONER POLA ASUH ORANG TUA

Petunjuk Pengisian :

Jawablah semua pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang berada di sebelah pernyataan. Tidak ada jawaban benar atau salah. Semua jawaban benar jika hal itu sesuai dengan diri Saudara.

Keterangan :

SS = Sangat sering

S = Sering

J = Jarang

SJ = Sangat Jarang

No Pernyataan SS S J SJ

1 Orang tua mengerti keinginan saya.

2 Orang tua tidak meluangkan waktu untuk saya.

(21)

5 Orang tua memberitahu konsekuensi yang saya terima jika melanggar peraturan orang tua.

No Pernyataan SS S J SJ

6 Saya tidak diizinkan mengikuti organisasi / klub tertentu. 7 Ketika saya gembira, orang tua tidak bertanya apa yang

membuat saya gembira.

8 Orang tua mengajak saya berdiskusi.

9 Orang tua tidak peduli terhadap nilai-nilai saya. 10 Pendapat saya tidak didengar oleh orang tua.

11 Saat libur orang tua mengajak saya berekreasi.

12 Orang tua tidak mengharapkan saya mendapat nilai yang baik. 13 Orang tua mengizinkan saya pergi bersama dengan teman

malam hari.

14 Orang tua menghargai komentar saya.

15 Orang tua tidak memberitahu konsekuensi yang saya terima jika melanggar peraturan orang tua.

16 Orang tua mengetahui kalau saya sedang membutuhkan masukannya.

17 Orang tua tidak dapat mengerti perasaan yang sedang saya alami.

18 Orang tua memuji saya ketika saya memenangkan suatu perlombaan.

19 Orang tua tidak mengatur dengan siapa saya harus bergaul. 20 Jika saya melanggar peraturan, orang tua belum tentu

(22)

21 Jika saya mendapat nilai ulangan baik, orang tua memuji saya. 22 Orang tua tidak memperdulikan tindakan saya.

No Pernyataan SS S J SJ

23 Orang tua bersedia mendengarkan “curhat” saya.

24 Orang tua tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan saya.

25 Orang tua membuat banyak aturan atau tuntutan. 26 Orang tua memotong ketika saya berbicara.

27 Orang tua menghukum saya jika saya membantah keinginan orang tua.

28 Orang tua tidak peduli jika saya melanggar perkataan orang tua. 29 Ketika saya mengalami kegagalan, orang tua menanyakan

mengapa saya gagal.

30 Orang tua tidak bertanya tentang barang apa yang saya inginkan.

(23)
(24)
(25)
(26)
(27)

XIII. TABEL HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA

DAN

SELF-ESTEEM

13.1. Korelasi Pola Asuh Orang Tua Tipe Indulgent dan Self-Esteem

VAR00001 VAR00002

Spearman's rho VAR00001 Correlation Coefficient 1.000 .457

Sig. (2-tailed) . .010

N 31 31

VAR00002 Correlation Coefficient .457 1.000

Sig. (2-tailed) .010 .

N 31 31

13.2. Korelasi Pola Asuh Orang Tua Tipe Neglectful dan Self-Esteem

VAR00001 VAR00002

Spearman's rho VAR00001 Correlation Coefficient 1.000 .017

Sig. (2-tailed) . .922

N 36 36

VAR00002 Correlation Coefficient .017 1.000

Sig. (2-tailed) .922 .

(28)

13.3. Korelasi Pola Asuh Orang Tua Tipe Authoritative dan Self-Esteem

VAR00001 VAR00002

Spearman's rho VAR00001 Correlation Coefficient 1.000 .499

Sig. (2-tailed) . .002

N 37 37

VAR00002 Correlation Coefficient .499 1.000

Sig. (2-tailed) .002 .

N 37 37

13.4. Korelasi Pola Asuh Orang Tua Tipe Authoritarian dan Self-Esteem

VAR00001 VAR00002

Spearman's rho VAR00001 Correlation Coefficient 1.000 .205

Sig. (2-tailed) . .172

N 46 46

VAR00002 Correlation Coefficient .205 1.000

Sig. (2-tailed) .172 .

(29)

XIV.

TABLE SAMPLE SIZE FOR A GIVEN

POPULATION SIZE

Yang dibuat oleh Krejcie dan Morgan (dalam Sekaran, 2000:295)

(30)

XV. TABEL SKOR

POLA ASUH ORANG TUA DAN

SELF-ESTEEM

SUBYEK Self-Esteem POLA ASUH KATEGORI POLA ASUH

(31)
(32)
(33)

128 89 88 AUTHORITARIAN

129 89 100 AUTHORITATIVE

130 70 71 NEGLECTFUL

131 82 93 AUTHORITATIVE

132 87 91 INDULGENT

133 87 86 AUTHORITARIAN

134 81 98 AUTHORITATIVE

135 79 84 NEGLECTFUL

136 82 91 INDULGENT

137 91 93 INDULGENT

138 91 98 AUTHORITATIVE

139 84 89 INDULGENT

140 83 87 INDULGENT

141 81 82 NEGLECTFUL

142 75 92 AUTHORITARIAN

143 79 93 AUTHORITATIVE

144 86 95 AUTHORITATIVE

145 78 81 NEGLECTFUL

146 77 91 AUTHORITATIVE

147 78 72 NEGLECTFUL

148 80 90 INDULGENT

149 83 90 AUTHORITARIAN

(34)

XVI. TABEL DATA PENUNJANG

16.1. Tabel Usia dengan Self-Esteem

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data penunjang siswa-siswi kelas X SMAK “X” Bandung sebagai berikut :

Self-Esteem

Usia Tinggi Rendah

Total

15 tahun 55 46,61% 63 53,39% 118 100%

16 tahun 20 62,5% 12 37,5% 32 100%

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 118 siswa-siswi kelas X SMAK “X” Bandung yang berusia 15 tahun, 55 siswa (46,61%) mempunyai self-esteem yang tinggi dan 63 siswa (53,39%) mempunyai self-esteem yang rendah. Dari 32 siswa-siswi kelas X SMAK “X” Bandung yang berusia 16 tahun, 20 siswa (62,5%) mempunyai self-esteem yang tinggi dan 12 siswa (37,5%) mempunyai self-esteem yang rendah.

16.2. Tabel Jenis Kelamin dengan Self-Esteem

Self-Esteem

Jenis

Kelamin Tinggi Rendah

Total

Pria 34 50% 34 50% 68 100%

(35)

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 68 siswa kelas X SMAK “X” Bandung, 34 siswa (50%) mempunyai self-esteem yang tinggi dan 34 siswa (50%) mempunyai self-esteem yang rendah. Dari 82 siswi kelas X SMAK “X” Bandung, 41 siswi (50%) mempunyai self-esteem yang tinggi dan 41 siswi (50%) mempunyai self-esteem yang rendah.

16.3. Gambaran Pola Asuh Orang Tua Tipe Neglectful

Tabel 16.3.1.

Hal yang merupakan keberhasilan bagi siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe neglectful sebagai berikut :

Mendapatkan nilai baik 17 47,22% Mendapatkan apa yang diinginkan 10 27,79% Dirinya dihargai 2 5,56% Membahagiakan orang tua 2 5,56%

Mencapai target 2 5,56%

Mendapat ranking 10 besar 1 2,77% Menjadi orang kaya 1 2,77%

Naik kelas 1 2,77%

(36)

Tabel 16.3.2.

Perasaan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe

neglectful ketika berhasil sebagai berikut :

Senang 15 41,68%

Bangga 12 33,33%

Puas 5 13,89%

Bahagia 2 5,56%

Gembira 1 2,77%

Tidak merasa bangga 1 2,.77%

Total 36 100%

Tabel 16.3.3.

Yang ingin dilakukan oleh siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe neglectful ketika berhasil sebagai berikut :

Melakukan keberhasilan yang lain 15 41,68%

Bersyukur kepada Tuhan 4 11,12%

Menceritakan keberhasilan kepada orang lain 7 19,44% Merayakan keberhasilan dengan teman atau keluarga 3 8,33% Memenuhi semua keinginan orang tua 2 5,56%

Jalan-jalan 2 5,56%

Senyum 1 2,77%

Berterima kasih kepada orang tua 1 2,77% Tidak ingin melakukan apa-apa 1 2,77%

(37)

Tabel 16.3.4.

Sikap teman sekelas terhadap keberhasilan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe neglectful sebagai berikut :

Memuji 22 61,11%

Tidak peduli 12 33,33% Turut merasa bangga 2 5,56%

Total 36 100%

Tabel 16.3.5.

Sikap guru terhadap keberhasilan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe neglectful sebagai berikut :

Memuji 22 61,11%

Tidak peduli 13 41,66%

Menasihati agar terus berkarya 1 2,77%

(38)

Tabel 16.3.6.

Hal yang merupakan kegagalan bagi siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe neglectful sebagai berikut :

Mendapatkan nilai buruk 15 41,68% Tidak mendapatkan apa yang diharapkan 9 25% Tidak mencapai target 4 11,12% Mengecewakan orang tua 2 5,56% Tidak dapat menghadapi masalah 2 5,56% Salah dalam bertindak 1 2,77% Tidak masuk ranking 10 besar 1 2,77% Tidak mampu menjadi teman yang baik 1 2,77% Tidak dihargai oleh orang lain 1 2,77%

Total 36 100%

Tabel 16.3.7.

Perasaan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe

(39)

Tabel 16.3.8.

Yang ingin dilakukan oleh siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe neglectful ketika gagal sebagai berikut :

Berusaha lagi di lain kesempatan 15 41,69% Memperbaiki kesalahan 5 13,89%

Merenungi kesalahan 4 11,12%

Menangis 3 8,33%

Meminta dukungan keluarga atau teman 3 8,33%

Melupakan kegagalan 2 5,56%

Berdoa 1 2,77%

Mencari solusi 1 2,77%

Bersyukur kepada Tuhan 1 2,77% Menceritakan kegagalan kepada sahabat 1 2,77%

Total 36 100%

Tabel 16.3.9.

Sikap teman sekelas terhadap kegagalan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe neglectful sebagai berikut :

Tidak peduli 11 30,55% Memberi dukungan 15 41,69% Mengkritik 8 22,22%

Mengejek 1 2,77%

Menasihati 1 2,77%

(40)

Tabel 16.3.10.

Sikap guru terhadap kegagalan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe neglectful sebagai berikut :

Menasihati 17 47,22% Tidak peduli 10 27,78% Mengkritik 6 16,67% Memberi dukungan 2 5,56% Memberi semangat 1 2,77%

Total 36 100%

16.4. Gambaran Pola Asuh Orang Tua Tipe Authoritarian

Tabel 16.4.1.

Hal yang merupakan keberhasilan bagi siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritarian sebagai berikut :

Mendapat nilai baik 24 52,17% Memperoleh apa yang diinginkan 13 28,26%

Naik kelas 4 8,7%

Lulus SMA 2 4,35%

Mendapat juara kelas 2 4,35% Semua masalah dapat diatasi 1 2,17%

(41)

Tabel 16.4.2.

Perasaan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe

authoritarian ketika berhasil sebagai berikut : Senang 22 47,83%

Bangga 14 30,43% Bahagia 9 19,57% Puas 1 2,17% Total 46 100%

Tabel 16.4.3.

Yang ingin dilakukan oleh siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritarian ketika berhasil sebagai berikut :

Meningkatkan keberhasilan yang sudah diperoleh 17 36,96%

Bersyukur kepada Tuhan 17 36,96%

Mempertahankan keberhasilan yang sudah diperoleh 11 23,91% Menceritakan keberhasilan kepada sahabat 1 2,17%

Total 46 100%

Tabel 16.4.4.

Sikap teman sekelas terhadap keberhasilan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritarian sebagai berikut :

Memuji 31 67,39% Tidak peduli 10 21,74%

Iri 5 10,87%

(42)

Tabel 16.4.5.

Sikap guru terhadap keberhasilan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritarian sebagai berikut :

Memuji 37 80,43% Tidak peduli 9 19,57% Total 46 100%

Tabel 16.4.6.

Hal yang merupakan kegagalan bagi siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritarian sebagai berikut :

Mendapat nilai buruk 22 47,84% Tidak mendapatkan apa yang diinginkan 10 21,74%

Tidak naik kelas 8 17,39%

Mengecewakan orang tua 3 6,52% Gagal mencapai cita-cita 1 2,17% Tidak dihargai oleh orang lain 1 2,17% Tidak mempunyai teman 1 2,17%

(43)

Tabel 16.4.7.

Perasaan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe

authoritarian ketika gagal sebagai berikut : Sedih 22 47,84%

Kecewa 12 26,08% Putus asa 10 21,74% Kesal 1 2,17% Marah 1 2,17% Total 46 100%

Tabel 16.4.8.

Yang ingin dilakukan oleh siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritarian ketika gagal sebagai berikut :

Berusaha terus untuk mencapai tujuan 27 58,7% Mencari penyebab kegagalan 8 17,39% Memperbaiki kesalahan 6 13,04%

Tidur 2 4,35%

Mengurung diri 2 4,35%

Melupakan kegagalan tersebut 1 2,17%

(44)

Tabel 16.4.9.

Sikap teman sekelas terhadap kegagalan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritarian sebagai berikut :

Memberi dukungan 22 47,83% Tidak peduli 10 21,74% Mengkritik 9 19,56% Mengejek 3 6,52% Menghibur 2 4,35%

Total 46 100%

Tabel 16.4.10.

Sikap guru terhadap kegagalan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritarian sebagai berikut :

Menasihati 16 34,81% Memberi dukungan 21 45,65% Mengkritik 5 10,87% Tidak peduli 4 8,67%

(45)

16.5. Gambaran Pola Asuh Orang Tua Tipe Indulgent

Tabel 16.5.1.

Hal yang merupakan keberhasilan bagi siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe indulgent sebagai berikut :

Mendapatkan nilai yang baik 12 38,69% Mendapatkan apa yang diinginkan 10 32,26% Melakukan yang terbaik meskipun tidak berhasil 3 9,68% Menang dalam pertandingan 2 6,45%

Naik kelas 1 3,23%

Menjadi anak yang berbakti 1 3,23%

Hidup mapan 1 3,23%

Menjadi orang sukses 1 3,23%

Total 31 100%

Tabel 16.5.2.

Perasaan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe

indulgent ketika berhasil sebagai berikut : Senang 14 45,16%

(46)

Tabel 16.5.3.

Yang ingin dilakukan oleh siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe indulgent ketika berhasil sebagai berikut :

Berusaha mencapai keberhasilan yang lain 13 41,93%

Bersyukur kepada Tuhan 6 19,35%

Mempertahankan keberhasilan 2 6,45%

Membanggakan keluarga 2 6,45%

Menceritakan keberhasilan kepada orang lain 2 6,45%

Berteriak 2 6,45%

Merayakan keberhasilan 1 3,23%

Membantu teman yang belum berhasil 1 3,23% Berterima kasih kepada orang yang mendukung keberhasilan 1 3,23%

Pergi main 1 3,23%

Total 31 100%

Tabel 16.5.4.

Sikap teman sekelas terhadap keberhasilan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe indulgent sebagai berikut :

Memuji 29 93,54% Memberi selamat 1 3,23% Tidak peduli 1 3,23%

(47)

Tabel 16.5.5.

Sikap guru terhadap keberhasilan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe indulgent sebagai berikut :

Memuji 28 90,31%

Memberi dukungan 1 3,23% Tidak peduli 1 3,23% Memberi selamat 1 3,23%

Total 31 100%

Tabel 16.5.6.

Hal yang merupakan kegagalan bagi siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe indulgent sebagai berikut :

Mendapat nilai buruk 14 45,15 Tidak mendapat sesuatu yang diinginkan 9 29,03%

Tidak naik kelas 3 9,68%

Tidak berhasil dalam segala hal 2 6,45% Gagal menjadi orang yang baik 1 3,23% Gagal dalam pendekatan dengan lawan jenis 1 3,23% Belum mencoba melakukan hal yang terbaik 1 3,23%

(48)

Tabel 16.5.7.

Perasaan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe

indulgent ketika gagal sebagai berikut :

Tabel 16.5.8.

Yang ingin dilakukan oleh siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe indulgent ketika gagal sebagai berikut :

Mencoba lagi dan berusaha untuk memperbaiki kegagalan 20 64,5%

Bersyukur kepada Tuhan 3 9,68%

Tidak ingin bertemu dengan orang 2 6,45%

Marah kepada siapapun 2 6,45%

Tidur 1 3,23%

Ingin memutar waktu 1 3,23%

Memikirkan sesuatu yang positif 1 3,23% Minta dukungan dari orang tua 1 3,23%

Total 31 100%

(49)

Tabel 16.5.9.

Sikap teman sekelas terhadap kegagalan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe indulgent sebagai berikut :

Memberi dukungan 18 58,07% Mengkritik 6 19,35% Tidak peduli 4 12,9% Menasihati 2 6,45% Menghibur 1 3,23%

Total 31 100%

Tabel 16.5.10.

Sikap guru terhadap kegagalan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe indulgent sebagai berikut :

Menasihati 19 61,29% Memberi dukungan 8 25,81% Tidak peduli 2 6,45% Mengkritik 2 6,45%

(50)

16.6. Gambaran Pola Asuh Orang Tua Tipe Authoritative

Tabel 16.6.1.

Hal yang merupakan keberhasilan bagi siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritative sebagai berikut :

Mendapat nilai yang baik 21 56,77% Mencapai target 11 29,73% Memenuhi harapan orang tua 2 5,4% Mampu menyelesaikan masalah 1 2,7%

Naik kelas 1 2,7%

Memenangkan perlombaan 1 2,7%

Total 37 100%

Tabel 16.6.2.

Perasaan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe

authoritative ketika berhasil sebagai berikut : Senang 15 40,56%

(51)

Tabel 16.6.3.

Yang ingin dilakukan oleh siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritative ketika berhasil sebagai berikut :

Mempertahankan keberhasilan 13 35,15% Menceritakan keberhasilan kepada keluarga atau teman 9 24,32%

Beryukur kepada Tuhan 9 24,32%

Berterima kasih kepada orang tua 4 10,81%

Merayakan keberhasilan 1 2,7%

Tersenyum 1 2,7%

Total 37 100%

Tabel 16.6.4.

Sikap teman sekelas terhadap keberhasilan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritative sebagai berikut :

Memuji 28 75,68%

Iri 8 21,62%

(52)

Tabel 16.6.5.

Sikap guru terhadap keberhasilan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritative sebagai berikut :

Memuji 27 72,98% Tidak peduli 9 24,32% Memotivasi 1 2,7% Total 37 100%

Tabel 16.6.6.

Hal yang merupakan kegagalan bagi siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritative sebagai berikut :

Mendapat nilai buruk 11 29,73% Gagal meraih target 10 27,03% Tidak mendapat yang diinginkan 6 16,245 Tidak dapat memenuhi harapan orang tua 3 8,1% Tidak dapat menyelesaikan masalah 3 8,1%

Tidak naik kelas 2 5,4%

Berbuat dosa 1 2,7%

Tidak mempunyai teman 1 2,7%

(53)

Tabel 16.6.7.

Perasaan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe

authoritative ketika gagal sebagai berikut : Sedih 17 45,96%

Kecewa 15 40,54% Putus asa 3 8,1% Sebal 1 2,7% Menyesal 1 2,7% Total 37 100%

Tabel 16.6.8.

Yang ingin dilakukan oleh siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritative ketika gagal sebagai berikut :

Mencoba kesempatan berikutnya dengan lebih baik 22 59,48%

Memperbaiki kesalahan 9 24,32%

Tidur 1 2,7%

Menangis 1 2,7%

Menceritakan kepada orang lain 1 2,7% Mengidentifikasi penyebab kegagalan 1 2,7% Berhenti berusaha untuk mencapai tujuan 1 2,7%

Bersyukur kepada Tuhan 1 2,7%

(54)

Tabel 16.6.9.

Sikap teman sekelas terhadap kegagalan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritative sebagai berikut :

Memberi dukungan 17 45,96% Mengkritik 12 32,43% Tidak peduli 5 13,51%

Mengejek 2 5,4%

Menghibur 1 2,7%

Total 37 100%

Tabel 16.6.10.

Sikap guru terhadap kegagalan siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe authoritative sebagai berikut :

Menasihati 20 54,06% Memberi dukungan 12 32,43% Tidak peduli 4 10,81% Mengkritik 1 2,7%

(55)

XVII. KARAKTERISTIK SEKOLAH

SMAK “X” merupakan salah satu sekolah terfavorit di kota Bandung. SMAK “X” mendapatkan ranking satu untuk program IPA di Jawa Barat. SMAK “X” juga menerapkan kurikulum yang berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi, yaitu kurikulum yang menekankan keaktifan serta kompetensi siswa dalam proses belajar dan mengajar. Selain itu, SMAK “X” menjadi sekolah terfavorit karena SMAK “X” sering memenangkan perlombaan dengan sekolah lain, bahkan berpartisipasi pada olimpiade komputer, biologi, matematika, dan sebagainya. SMAK “X” juga menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan di luar negeri, seperti Nanyang University serta universitas-universitas di Australia dan Swiss sehingga banyak alumni SMAK “X” yang mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke universitas luar negeri. SMAK “X” juga menyadari bahwa bahasa Inggris menjadi kebutuhan sehingga SMAK “X” mendatangkan native speaker untuk mengajar bahasa Inggris di kelas-kelas. Untuk meningkatkan kualitas pengajar, guru-guru SMAK “X” mendapatkan pelatihan baik berupa workshop maupun program-program lainnya. SMAK “X” juga pernah mendapat bantuan seorang guru Bahasa Inggris dari Tuart College, Perth, Australia untuk memberikan workshop. Bahkan guru-guru SMAK “X” pernah mengadakan

study tour ke Nanyang University, Singapura. Selain SMAK “X” mempunyai kelas X-XII reguler, SMAK “X” mempunyai satu kelas dengan program akselerasi dan dua kelas dengan program bilingual.

(56)
(57)

IV. Alat Ukur

Self Esteem Inventory (SEI)

Reliabilitas = 0,8539

Aspek Item validitas Keterangan

+ Saya adalah orang yang percaya diri. 0,4319 diterima

+ Saya mengetahui kelebihan diri saya. 0,4218 diterima

+ Saya memahami diri saya sendiri. 0,4581 diterima

+ Saya merasa banyak orang yang mengasihi saya. 0,6018 diterima

- Saya tidak memahami diri sendiri. 0,4620 diterima

- Saya merasa sebagai orang yang gagal. 0,5323 diterima

Diri

- Saya merasa hidup saya menyedihkan. 0,5901 diterima

+ Saya tidak malu untuk mengungkapkan pendapat saya di kelas. 0,3398 diterima + Saya percaya bahwa saya mampu mencapai prestasi akademik yang baik. 0,3884 diterima

+ Saya merasa guru saya menghargai pendapat saya.. 0,3406 diterima

+ Saya menuruti perintah guru. 0,3908 diterima

Sekolah

(58)

- Peraturan sekolah mengekang saya. 0,4408 diterima

- Guru saya tidak memperhatikan saya. 0,4348 diterima

+ Saya dapat berkata jujur kepada keluarga saya. 0,4937 diterima

+ Keluarga saya mendukung saya. 0,4620 diterima

+ Saya menghormati orang tua. 0,5399 diterima

+ Saya merasa nyaman dengan relasi keluarga. 0,5277 diterima

- Di rumah saya merasa sedih. 0,5434 diterima

- Saya merasa ingin meninggalkan rumah. 0,4633 diterima

Keluarga

- Saya mudah merasa kecewa terhadap keluarga 0,5757 diterima

+ Saya mampu bergaul dengan siapa saja. 0,3522 diterima

+ Saya merasa teman-teman memperhatikan saya. 0,3352 diterima

+ Dalam bergaul saya bersikap sopan. 0,4140 diterima

+ Saya tidak terpengaruh dengan komentar teman-teman. 0,3255 diterima - Saya merasa kaku untuk bergaul dengan orang lain. 0,4213 diterima

- Saya takut teman-teman menolak saya. 0,3797 diterima

Teman Sebaya

(59)

V. Alat Ukur Pola Asuh Orang Tua

Reliabilitas = 0,8735

Aspek Indikator Item validitas Keterangan

+ Orang tua mengerti keinginan saya. 0,3933 diterima

+ Orang tua mengetahui kalau saya sedang membutuhkan masukannya. 0,3801 diterima - Orang tua tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan saya. 0,3728 diterima Perhatian terhadap

kebutuhan remaja

- Orang tua tidak bertanya tentang barang apa yang saya inginkan. 0,3982 diterima

+ Orang tua mengajak diskusi. 0,4154 diterima

+ Saya dan orang tua mengobrol. 0,5140 diterima

+ Saat libur orang tua mengajak saya berekreasi. 0,3828 diterima Kesediaan untuk

meluangkan waktu dan melakukan

kegiatan bersama - Orang tua tidak meluangkan waktu untuk saya. 0,3282 diterima + Orang tua bersedia mendengarkan “curhat” saya. 0,4723 diterima + Orang tua bertanya apa yang membuat saya kesal atau marah. 0,5531 diterima - Orang tua tidak dapat mengerti perasaan yang sedang saya alami. 0,4336 diterima Kepekaan terhadap

emosi remaja

- Ketika saya gembira, orang tua tidak bertanya apa yang membuat saya gembira. 0,5227 diterima + Orang tua memuji saya ketika saya memenangkan suatu perlombaan. 0,3331 diterima + Ketika saya mengalami kegagalan, orang tua menanyakan mengapa saya gagal. 0,3191 diterima + Jika saya mendapat nilai ulangan baik, orang tua memuji saya. 0,4817 diterima Afeksi

Kesiapan menanggapi prestasi dan

(60)

dicapai oleh remaja

+ Saya tidak diizinkan mengikuti organisasi / klub tertentu. 0,6798 diterima - Orang tua mengizinkan saya pergi bersama dengan teman malam hari. 0,5988 diterima - Orang tua tidak mengatur dengan siapa saya harus bergaul. 0,6521 diterima Orang tua

membatasi tingkah laku remaja

- Orang tua tidak memperdulikan tindakan saya. 0,7204 diterima + Orang tua mengharuskan saya masuk jurusan tertentu. 0,5380 diterima + Orang tua membuat banyak aturan atau tuntutan. 0,6209 diterima - Orang tua tidak mengkritik tindakan saya. 0,5392 diterima Orang tua

memberikan tuntutan kepada

remaja - Orang tua tidak mengharapkan saya mendapat nilai yang baik. 0,6226 diterima + Orang tua menghukum saya jika saya membantah keinginan orang tua. 0,5278 diterima + Pendapat saya tidak didengar oleh orang tua. 0,5638 diterima + Orang tua memotong ketika saya berbicara. 0,5959 diterima Orang tua tidak

memberikan peluang kepada

remaja - Orang tua menghargai komentar saya. 0,4806 diterima

+ Orang tua memberitahu konsekuensi yang saya terima jika melanggar peraturan orang tua.

0,5540 diterima - Orang tua tidak peduli jika saya melanggar perkataan orang tua. 0,5790 diterima - Jika saya melanggar peraturan, orang tua belum tentu menghukum saya. 0,6249 diterima Kontrol

Orang tua bersikap tegas dan ketat terhadap remaja

- Orang tua tidak memberitahu konsekuensi yang saya terima jika melanggar peraturan orang tua.

(61)

(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)

144 3 3 3 4 4 3 2 3 3 4 3 2 3 2 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 86 TINGGI

145 3 4 1 3 4 4 3 3 3 3 3 2 1 3 3 4 3 3 2 2 1 2 2 3 4 3 3 3 78 RENDAH

146 2 2 1 3 3 4 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 77 RENDAH

147 2 3 2 4 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 4 2 3 2 4 2 3 2 4 3 2 3 78 RENDAH

148 3 4 2 3 3 3 2 3 4 3 4 4 1 3 3 1 4 2 3 2 4 3 3 2 4 2 2 3 80 RENDAH

149 3 3 3 4 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 4 3 2 3 3 2 3 3 83 TINGGI

150 2 3 2 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 83 TINGGI

(71)

1 4 5 15 19 23 28 TOTAL KATEGORI SUBYEK 2 9 11 17 21 25 14 TOTAL KATEGORI

(72)
(73)
(74)
(75)
(76)

3 6 13 16 18 20 27 TOTAL KATEGORI SUBYEK 7 8 10 12 22 24 26 TOTAL KATEGORI

(77)
(78)
(79)

3 4 3 3 2 2 3 20 TINGGI 149 3 2 3 3 3 3 2 19 RENDAH

2 4 3 3 3 3 3 21 TINGGI 150 2 3 3 3 3 2 3 19 RENDAH

19 20

(80)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Dalam menghadapi tantangan dan persaingan dalam dunia pendidikan dan pekerjaan semakin ketat serta semakin tinggi tuntutan kompetisinya, orang ingin memperoleh kesuksesan. Semua orang segala usia dan pekerjaan ingin mencapai kesuksesan. Seorang karyawan ingin memperoleh jabatan yang tinggi dan ada kepuasan dalam pekerjaan. Orang tua merasa bangga jika anak-anaknya sukses dalam segala hal. Di bidang akademis siswa berkompetisi untuk mendapatkan kesuksesan berupa prestasi belajar yang baik.

(81)

2

Saat ini orang tua berusaha memberikan pendidikan yang terbaik untuk putra-putrinya. Hampir semua orang tua berlomba-lomba mencari sekolah favorit bagi anak-anak mereka. Orang tua tidak peduli bahwa untuk masuk sekolah favorit membutuhkan biaya besar, asalkan anak-anaknya dapat bersekolah di sana.

SMAK “X” merupakan salah satu sekolah terfavorit di kota Bandung. SMAK “X” pernah mendapatkan peringkat satu untuk program IPA di Jawa Barat. SMAK “X” juga menerapkan kurikulum yang berbasis kompetensi, yaitu kurikulum yang menekankan keaktifan serta kompetensi siswa dalam proses belajar dan mengajar. Selain itu, SMAK “X” menjadi sekolah terfavorit karena SMAK “X” sering memenangkan perlombaan dengan sekolah lain, bahkan berpartisipasi pada olimpiade komputer, biologi, matematika, dan sebagainya. SMAK “X” juga menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan di luar negeri sehingga banyak alumni SMAK “X” yang mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke universitas luar negeri. SMAK “X” juga menyadari bahwa bahasa Inggris menjadi kebutuhan sehingga SMAK “X” mendatangkan native speaker untuk mengajar bahasa Inggris di kelas-kelas. Dengan keadaan SMAK “X” yang seperti itu maka SMAK “X” membutuhkan murid-murid berprestasi supaya murid-murid SMAK “X” dapat diterima di universitas yang terkemuka, baik di dalam maupun luar negeri. Untuk mencapai prestasi yang baik, siswa perlu mempunyai self-esteem yang tinggi.

(82)

3

pengalaman yang telah dikumpulkan sepanjang hidupnya. Ada siswa yang berpendapat dirinya pandai atau bodoh, merasa kecewa atau senang, menyukai atau tidak menyukai diri sendiri. Semua kesan, penilaian, dan pengalaman yang dimiliki oleh siswa menambah perasaan senang tentang nilai diri siswa atau malah memberikan perasaan tidak nyaman. Ada siswa yang mempunyai self-esteem yang tinggi dan ada pula yang rendah.

Siswa yang memiliki self-esteem yang tinggi akan memiliki ciri-ciri yang tampak melalui perilakunya, seperti merasa mampu menyelesaikan tugas dan yakin bahwa ia akan berhasil dan dihargai, memiliki kepercayaan diri yang baik, tidak diwarnai oleh perasaan takut, berusaha mewujudkan harapannya, menghargai, dan menerima diri sendiri. Mereka pun bangga akan prestasinya dan mengakui akan prestasinya tersebut. Selain itu, mereka lebih kreatif dan asertif. Siswa lebih aktif berdiskusi daripada mendengarkan di dalam kelompok. Mereka juga lebih mudah untuk menjalin persahabatan dan dapat mengemukakan opini mereka. Mereka mandiri dan membuat pilihan serta mengambil keputusan seperti tentang bagaimana memanfaatkan waktu luang, menggunakan uang, dan lain-lain. Siswa akan mencari teman untuk bersosialisasi. Mereka tidak menunda pekerjaan dan mengerjakannya dengan penuh keyakinan meskipun pekerjaan yang mereka lakukan hanya pekerjaan ringan, seperti menyapu halaman, mencuci piring, atau menghibur teman yang sedih. Mereka juga mampu menghadapi frustrasi dengan baik.

(83)

4

diwarnai oleh ketakutan, kurang dapat menerima diri, mudah putus asa, pesimis, mudah tersinggung, dan mudah frustrasi. Mereka meremehkan bakat dan potensi yang ada di dalam dirinya. Mereka merasa orang lain tidak menghargainya. Karena mereka kurang percaya diri maka mereka pun tidak mau berusaha keras untuk menghadapi tantangan atau masalah. Mereka menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan. Mereka jarang mau mengakui kesalahan dan kelemahan dirinya. Gagasan dan perilakunya pun kerap berubah mengikuti orang lain. Siswa yang self-esteemnya rendah tidak bisa mengekspresikan perasaannya. Mereka lebih suka mendengarkan daripada berperan aktif dalam kelompok diskusi, dan lebih suka menghindar.

(84)

5

Berdasarkan survey awal terhadap tiga puluh sembilan siswa-siswi kelas X SMAK “X “ diketahui bahwa enam belas orang (41,03%) menyatakan bahwa mereka menerima kekurangan, kelebihan, dan potensi diri mereka. Mereka juga merasa bahwa mereka merasa nyaman dengan suasana relasi keluarga di rumah. Siswa-siswi tersebut menyatakan orang tua, saudara, dan guru mereka menghargai dan memperhatikan mereka. Mereka pun bangga dengan prestasi belajar. Enam belas orang tersebut mempunyai teman banyak dan tidak kesulitan untuk mencari teman. Mereka juga bergaul dengan siapa saja. Ketika menghadapi kesulitan, mereka yakin dapat mengatasi kesulitan tersebut. Mereka menyatakan bahwa mereka dapat mengambil keputusan dan tidak terpengaruh oleh pendapat orang. Hal ini menunjukkan bahwa 41,03% dari tiga puluh sembilan siswa SMAK “X” memiliki kecenderungan self-esteem yang tinggi.

Dua puluh tiga orang (58,97%) menyatakan bahwa mereka tidak menerima kekurangan, kelebihan, dan potensi diri mereka. Mereka merasa tidak memiliki keistimewaan pada dirinya. Siswa-siswi tersebut juga merasa bahwa mereka tidak nyaman ketika mengobrol dan berkumpul dengan keluarga di rumah. Mereka menyatakan orang tua dan saudara tidak memperhatikan mereka, begitu pula dengan guru mereka. Mereka pun tidak puas dengan prestasi belajar. Dua puluh tiga siswa tersebut mempunyai teman sedikit. Ketika menghadapi kesulitan, mereka tidak yakin dapat mengatasi kesulitan tersebut dan menghindari kesulitan. Hal ini menunjukkan bahwa 58,97% dari tiga puluh sembilan siswa SMAK “X” memiliki kecenderungan

(85)

6

Santrock (1998) menyatakan bahwa derajat self-esteem remaja dipengaruhi oleh orang tua dan teman sebaya. Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya di sekolah, di lembaga-lembaga organisasi dan keagamaan, ataupun di klub-klub olah raga. Mereka akan berusaha untuk menjalin pertemanan dengan banyak teman sebayanya. Teman-teman mereka akan memberi penilaian tentang diri remaja. Remaja pun menilai dirinya berdasarkan penilaian teman-teman. Teman-teman sebaya pun dapat mempengaruhi self-esteem siswa-siswi kelas X SMAK “X”.

Selain itu, orang tua adalah orang terpenting dalam hidup siswa-siswi kelas X SMAK “X”. Orang tua memiliki pengaruh yang kuat dalam hal bagaimana siswa menilai tentang dirinya. Perlakuan orang tua dalam mendidik siswa akan mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Bagaimana kepribadian siswa, apakah kepribadiannya menyenangkan atau tidak menyenangkan, semuanya itu tergantung dari bagaimana cara orang tua mendidik siswa yang pada akhirnya menjadi pengalaman bagi siswa untuk menilai dirinya sendiri. Sikap dan perlakuan orang tua dalam mendidik remaja biasa dikenal sebagai pola asuh. Dengan perkataan lain, pola asuh orang tua dapat berpengaruh terhadap pembentukan self esteem siswa-siswi kelas X SMAK “X”. Menurut Baumrind (1971), ada empat tipe pola asuh orang tua , yaitu authoritarian, authoritative, indulgent, dan neglectful.

(86)

7

dengan aturan yang berlaku, pasti ada hukumannya. Namun, orang tua hanya sedikit atau bahkan tidak memuji jika siswa berperilaku sesuai aturan orang tua. Selain itu, orang tua selalu mengatakan apa yang harus dilakukan oleh siswa, tanpa menjelaskan mengapa siswa harus melakukan hal tersebut.

Pada pola asuh orang tua tipe authoritative, orang tua menggunakan penjelasan, diskusi, dan alasan dalam mendidik tingkah laku siswa. Orang tua yang authoritative

akan memberi alasan bila memberi larangan kepada siswa. Siswa diajak berargumen mengenai dampak baik dan buruk dari sebuah larangan sehingga terjalin komunikasi yang sehat antara orang tua dan siswa. Orang tua memperhatikan kebutuhan dan perasaan siswa.

Pola asuh orang tua tipe permissive terdiri atas pola asuh orang tua indulgent dan pola asuh neglectful. Pada pola asuh orang tua indulgent, orang tua bersikap hangat kepada siswa dan cenderung memanjakan siswa. Semua permintaan siswa dikabulkan. Orang tua cenderung tidak mengarahkan siswa untuk bertingkah laku apa saja. Orang tua tidak memberi batasan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Kadang kala orang tua melarang siswa untuk berbuat sesuatu, tetapi tidak konsisten. Pada pola asuh orang tua neglectful, orang tua tidak memperdulikan kebutuhan, perasaan, dan perbuatan siswa. Mereka lebih memperhatikan aktivitas diri sendiri dan tidak terlibat dengan aktivitas siswa. Mereka juga tidak memberi larangan atau aturan apapun pada siswa. Siswa bebas melakukan apapun yang mereka sukai.

(87)

8

menetapkan target terhadap mereka. Orang tua jarang meluangkan waktu dengan mereka. Orang tua pun jarang berkomunikasi. Mereka menyatakan bahwa orang tua memarahi mereka tanpa bertanya lebih dulu. Siswa-siswi tersebut juga menyatakan bahwa orang tua langsung menerapkan peraturan, tanpa memberi kesempatan untuk bertanya. Orang tua juga langsung memarahi dan memberi hukuman kepada siswa ketika mereka berbuat salah. Hal ini menunjukkan bahwa 28,21% dari tiga puluh sembilan siswa SMAK “X” menerima pola asuh orang tua yang cenderung

authoritarian. Dari sebelas orang tersebut, enam orang dengan self-esteem yang cenderung rendah dan lima orang dengan self-esteem yang cenderung tinggi.

Dua puluh dua orang dari tiga puluh sembilan siswa-siswi kelas X SMAK “X” (56,39%) berpendapat bahwa orang tua mendukung kegiatan mereka. Mereka menyatakan bahwa orang tua sering meluangkan waktu dengan mereka. Orang tua bertanya dulu sebelum mengambil keputusan. Orang tua menanyakan tentang kesulitan mereka. Siswa-siswi tersebut juga menyatakan bahwa orang tua bertanya dulu apakah mereka menyetujuinya ketika orang tua menerapkan peraturan. Orang tua juga memarahi dan memberitahu alasannya kepada mereka ketika mereka berbuat salah. Hal ini menunjukkan bahwa 56,39% dari tiga puluh sembilan siswa SMAK “X” menerima pola asuh orang tua yang cenderung authoritative. Dari dua puluh dua orang tersebut, sepuluh orang dengan self esteem yang cenderung rendah dan dua belas orang dengan self-esteem yang cenderung tinggi.

(88)

9

Mereka juga menyatakan bahwa orang tua jarang meluangkan waktu dengan mereka. Orang tua tidak bertanya tentang keadaan mereka. Siswa-siswi tersebut menyatakan bahwa orang tua tidak memarahi, tidak memberi hukuman, dan tidak memperdulikan mereka ketika mereka berbuat salah. Hal ini menunjukkan bahwa 7,7% dari tiga puluh sembilan siswa SMAK “X” menerima pola asuh orang tua yang cenderung neglectful. Ketiga orang tersebut memiliki self-esteem yang rendah.

Tiga orang dari tiga puluh sembilan siswa-siswi kelas X SMAK “X” (7,7%) menyatakan bahwa orang tua membiarkan dan tidak memperdulikan kegiatan mereka. Namun, mereka menyatakan bahwa orang tua meluangkan waktu dengan mereka. Orang tua mereka bertanya tentang kesulitan mereka. Siswa-siswi tersebut juga menyatakan bahwa orang tua tidak memarahi dan tidak memberi hukuman mereka ketika mereka berbuat salah. Hal ini menunjukkan bahwa 7,7% dari tiga puluh sembilan siswa SMAK “X” menerima pola asuh orang tua yang cenderung indulgent. Dari tiga orang tersebut, dua orang dengan self-esteem yang cenderung rendah dan satu orang dengan self-esteem yang cenderung tinggi.

Berdasarkan fakta tersebut, terlihat bahwa semua tipe pola asuh memungkinkan berkaitan dengan self-esteem tinggi maupun rendah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dan self-esteem

(89)

10

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat:

1. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua yang authoritarian dengan

self-esteem pada siswa-siswi kelas X di SMAK “X” Bandung ?

2. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua yang authoritative dengan self-esteem pada siswa-siswi kelas X di SMAK “X” Bandung ?

3. Apakah ada hubungan antara pola asuh indulgent dengan self-esteem pada siswa-siswi kelas X di SMAK “X” Bandung?

4. Apakah ada hubungan antara pola asuh neglectful dengan self-esteem pada siswa-siswi kelas X di SMAK “X” Bandung?

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pola asuh orang tua dan self-esteem pada siswa-siswi kelas X di SMAK “X” Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua tipe authoritarian, authoritative, neglectful, dan indulgent dengan

(90)

11

1.4.Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan :

Dapat menjadi informasi di bidang psikologi perkembangan dan pendidikan guna menambah pemahaman peneliti lain mengenai self-esteem

dan pola asuh orang tua .

1.4.2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan :

1. Menjadi bahan informasi bagi orang tua tentang pola asuh orang tua yang dapat menunjang self-esteem yang diharapkan.

2. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pendidik sehingga dapat membantu meningkatkan self-esteem remaja dikaitkan dengan pola asuh orang tua.

(91)

12

1.5. Kerangka Pikir

Siswa-siswi yang duduk di kelas X berada dalam masa remaja. Pada masa remaja mereka akan mengalami perubahan sosioemosional. Perubahan sosioemosional meliputi usaha remaja untuk mencari identitas dirinya. Identitas yang dicari oleh remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya atau apa peranannya dalam masyarakat (Santrock, 1998). Pada saat siswa-siswi kelas X SMAK “X” mencari identitas dirinya, mereka akan mencoba berbagai hal sehingga terbentuk pengalaman. Seluruh pengalamannya itu akan mempengaruhi penilaian remaja tentang dirinya (self-esteem). Self-esteem akan mempengaruhi cara seorang siswa memandang dirinya yang pada akhirnya mempengaruhi perilaku siswa dalam merespon sesuatu.

Self-esteem adalah evaluasi atau penilaian yang dibuat oleh individu mengenai sejauhmana dirinya mampu, berarti, berhasil, dan berharga. Penilaian diri tersebut akan menentukan penghargaan atau penilaian individu atas dirinya sendiri. Penilaian pribadi akan keberhargaan diri akan diekspresikan oleh individu berupa sikap terhadap dirinya sendiri. Individu yang mempunyai penilaian diri tinggi akan dapat mengekspresikan diri sendiri dengan baik, yakin akan kemampuan dirinya, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang belum dikenal, sedangkan individu yang mempunyai penilaian diri rendah akan rendah diri dan terlihat sebagai orang putus asa dan depresi (Coopersmith, 1967).

Self-esteem juga mempengaruhi prestasi akademik siswa (Clemes,1995). Self-esteem yang tinggi mempermudah proses belajar. Siswa yang mempunyai self-esteem

(92)

13

yang rendah. Ia akan menyelesaikan semua tugas belajarnya dengan penuh percaya diri dan semangat sehingga ia mencapai prestasi akademik yang baik. Hal ini dikarenakan penilaian terhadap dirinya merupakan “modal” untuk belajar sehingga ia mempunyai harapan bahwa ia dapat mencapai prestasi yang baik. Di samping itu, self-esteem remaja mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Siswa yang self-esteemnya tinggi akan merasa bahwa dirinya diterima oleh orang lain. Orang-orang yang berhubungan dengannya juga merasa senang karena ia tidak menuntut secara berlebihan kepada orang lain untuk memperoleh penghargaan dan perhatian. Ia dapat bekerja sama dengan orang lain. Self-esteem pun dapat mempengaruhi kreativitas siswa.

Seseorang dapat memiliki self-esteem yang tinggi atau rendah. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang ia peroleh sepanjang hidupnya. Menurut Coopersmith ( 1967 ), ada empat macam pengalaman yang membentuk

self-esteem, yaitu power berupa kemampuan mengendalikan apa yang terjadi pada dirinya dan kemampuan mempengaruhi orang lain; significance berupa penghargaan, perhatian, dan kasih sayang dari orang lain; virtue berupa kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan standar moral dan etika di lingkungan; competence berupa kemampuan dalam menampilkan kerja yang baik sesuai dengan yang diharapkannya.

(93)

14

suatu kelompok atau komunitas. Significance diukur melalui penilaian siswa-siswi SMAK “X” terhadap seberapa banyak penghargaan, perhatian, dan kasih sayang yang diterima mereka dari orang lain. Hal ini menyangkut perasaan bahwa mereka mempunyai arti. Keberartian itu meliputi penerimaan, perhatian, dan afeksi yang diterima oleh mereka dari orang lain. Virtue adalah kemampuan siswa-siswi SMAK “X” untuk menyesuaikan diri dengan standar moral dan etis yang berlaku. Mereka menilai diri sendiri sebagaimana mereka dinilai oleh orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap siswa berbeda-beda dalam menginterpretasikan dan menghadapinya. Bila seorang siswa dapat mematuhi peraturan dan norma maka ia akan merasa sebagai orang baik. Competence adalah kemampuan siswa SMAK “X” untuk menampilkan kerja yang baik sesuai dengan yang diharapkan. Bila mereka mampu mencapainya, misalnya jika seorang siswa berharap mendapatkan prestasi yang tinggi dan ia dapat mencapainya, maka ia akan menilai dirinya positif.

(94)

15

anggota keluarga lainnya. Area teman sebaya adalah penilaian siswa terhadap pengalamannya berinteraksi dengan teman sebaya.

Coopersmith (1967) pun mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat self-esteem adalah banyaknya penghargaan dan perhatian yang diterima dari orang-orang yang berarti dalam kehidupannya (misalnya : orang tua, anggota keluarga, guru, atau teman sebaya), cara individu bereaksi terhadap kegagalan dan sejarah keberhasilan individu dalam kehidupannya, usia, dan jenis kelamin individu. Penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri merupakan hasil interpretasi subyektif individu terhadap umpan balik dari orang yang berarti dalam kehidupannya (terutama orang tua) sehingga perlakuan dan penilaian orang tua pada masa – masa sebelumnya akan mempengaruhi self-esteem remaja (Coopersmith, 1967). Orang tua yang mendominasi, menolak remaja, jarang memuji remaja, dan sering memberikan hukuman kepada remaja akan mengakibatkan remaja mempunyai self-esteem yang rendah. Hal ini berhubungan dengan significance remaja yang negatif, yaitu remaja merasa kurang dihargai dan diperhatikan. Orang tua yang menghargai remajanya, memberi pujian kepada remaja, dan memperdulikan remaja akan mempengaruhi

significance remaja yang positif. Remaja merasa diperhatikan dan dihargai sehingga memiliki self-esteem yang tinggi.

Selain itu, cara individu bereaksi terhadap kegagalan dan sejarah keberhasilan individu dalam kehidupannya. Seringnya keberhasilan dan kesuksesan yang dialami oleh remaja akan mempengaruhi competence remaja yang semakin positif. Tingkat

(95)

16

keberhasilan dan kesuksesan maka competencenya negatif. Tingkat self-esteem remaja pun semakin rendah. Di samping itu, remaja yang self-esteemnya rendah akan mudah menyerah ketika mengalami kegagalan, sedangkan remaja yang self-esteemnya tinggi tidak mudah putus asa ketika mengalami kegagalan.

(96)

17

Bagi remaja, orang tua merupakan salah satu figur orang yang dekat dan berarti baginya. Orang tua yang berinteraksi pertama kali dengan mereka sejak mereka lahir. Sikap dan perlakuan orang tua terhadap remaja (pola asuh) akan dihayati oleh remaja sehingga menimbulkan gambaran dalam dirinya apakah ia diterima dan dicintai atau ditolak dan dibenci. Perasaan inilah yang akan membentuk self-esteem seorang remaja. Selain itu interaksi antara orang tua dan remaja mempengaruhi remaja untuk mengevaluasi dirinya sesuai dengan kenyataan yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu, self esteem remaja dipengaruhi oleh interaksi antara orang tua dan remaja (Jerald G Bachman, 1977 ).

Menurut Baumrind ( dalam Maccoby, 1980 ), setiap pola tingkah laku anak berhubungan dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya. Tingkah laku dalam pola asuh adalah apa yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya dalam mengasuh dan membesarkan mereka. Pola asuh orang tua terdiri atas dua dimensi. Dimensi pertama membedakan antara orang tua yang menuntut dan orang tua yang tidak menuntut. Dimensi kedua membedakan antara orang tua yang menerima, responsif, dan berpusat pada anak dengan orang tua yang menolak, tidak responsif, dan berpusat pada orang tua. Perpaduan dua dimensi tersebut menghasilkan empat jenis pola asuh. Menurut Baumrind (dalam Santrock, 1998), empat pola asuh tersebut, yaitu pola asuh orang tua tipe authoritarian, pola asuh orang tua tipe

authoritative, pola asuh orang tua tipe indulgent, dan pola asuh orang tua tipe

(97)

18

Pola asuh orang tua tipe authoritarian mempunyai ciri dimensi kontrol yang tinggi dan dimensi afeksi yang rendah. Orang tua tipe authoritarian adalah orang tua yang mempunyai hubungan yang kurang hangat dengan remaja, artinya orang tua jarang melakukan kegiatan bersama remaja dan orang tua sangat menuntut kepatuhan dari remaja. Karena orang tua sangat menuntut kepatuhan dari remaja maka mereka menerapkan disiplin yang ketat dan memberikan peraturan yang kaku. Bila remaja melanggar peraturan yang telah ditetapkan maka orang tua tidak segan memberikan hukuman fisik dan psikis. Komunikasi yang terjadi sifatnya searah, yaitu hanya berlangsung dari orang tua kepada remaja saja sehingga remaja tidak berani mengemukakan pendapat dan membicarakan masalah mereka kepada orang tua. Selain itu, orang tua sangat menghargai pekerjaan dan usaha. Pola asuh authoritarian

akan berhubungan dengan ketidakmampuan remaja dalam berperilaku di masyarakat. Remaja yang berasal dari pola asuh yang authoritarian sering merasa khawatir, gagal ketika memulai aktivitas, dan mempunyai kemampuan komunikasi yang kurang (Baumrind, 1971).

Siswa-siswi kelas X SMAK “X” yang menerima pola asuh orang tua tipe

(98)

19

significance, yaitu mereka merasa dirinya tidak dihargai dan disayangi oleh orang tuanya. Orang tua authoritarian menerapkan disiplin, aturan, atau norma yang ketat dan menghukum siswa-siswi kelas X SMAK “X” jika melanggarnya sehingga mempengaruhi pengalaman virtue, yaitu siswa tidak akan melanggar peraturan dikarenakan mereka takut akan mendapat hukuman jika melanggar peraturan atau dijauhi jika tidak mematuhi aturan. Peraturan dan norma tidak diinternalisasi oleh siswa. Orang tua authoritarian menuntut hasil pekerjaan dan usaha dengan maksimal sehingga mempengaruhi pengalaman competence, yaitu mereka meragukan kemampuan diri sendiri dan takut berbuat salah ketika memulai pekerjaan. Mereka akan tidak percaya diri, tidak mempunyai inisiatif, pesimis, mudah cemas dan stress. Pola asuh orang tua tipe authoritarian membuat siswa-siswi kelas X SMAK “X” sulit untuk memperoleh pengalaman power, significance, virtue, dan competence yang positif sehingga membentuk self-esteem siswa-siswi kelas X SMAK “X”yang rendah pada area diri pribadi, keluarga, sekolah, dan teman sebaya.

Menurut Baumrind (1971), pola asuh orang tua tipe authoritative memiliki ciri dimensi kontrol yang tinggi dan dimensi afeksi yang tinggi. Orang tua yang

Gambar

Tabel  16.3.3.
Tabel  16.3.4.
Tabel  16.3.7.
Tabel  16.3.9.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) ada perbedaan kemampuan koneksi matematis siswa sebelum

Dari pernyataan diatas jelas terlihat tidak adanya penerapan hukum oleh hakim mengenai SEMA Nomor 4 tahun 2011 pasal 37 dan belum diaturnya perlindungan mengenai

Di antara madrasah yang memiliki daya saing tinggi ini adalah madrasah Ibtidaiyah negeri (mIn) madiun. tingginya daya saing madrasah ini terlihat dari meningkatnya jumlah

Pada penelitian tentang pelayanan kefarmasian telah dilakukan oleh Rosita (2012) dengan judul “Studi Mengenai Pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di apotek-apotek

3 Adapun penafsiran yang dimaksud adalah adakah pengaruh model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dan Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap

HIDROLISIS ENZIMATIS TEPUNG TAPIOKA MENJADI MALTODEKSTRIN DENGAN SISTEM PEMANAS

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan PT Pos Indonesia (Persero) cabang Purwokerto terhadap pelanggan untuk memberikan

• Bursa saham Korsel turun ke penutupan terendah selama lebih dari 2 bulan pada Rabu kemarin, mengikuti tekanan di bursa regional, karena investor mengurangi investasi pada