ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
KABUPATEN BANYUMAS Periode tahun 2014-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gerlar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Laurensia Koen Indriaswari
NIM : 132114025
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
KABUPATEN BANYUMAS Periode tahun 2014-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gerlar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Laurensia Koen Indriaswari
NIM : 132114025
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Motto dan Persembahan
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; Terjadilah padaku seturut kehendak-Mu”
(Lukas 1:38)
“Do the best and pray. God will take care of the rest”
“Dan apa saja yang kamu minta dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya”
(Matius 22:21)
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
KABUPATEN BANYUMAS Periode tahun 2014-2016
Dan diajukan untuk diuji pada tanggal 15 Juni 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja ataupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Juli 2017 Yang membuat pernyataan,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Laurensia Koen Indriaswari
Nomor Induk Mahasiswa (NIM) : 132114025
Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Santa Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
KABUPATEN BANYUMAS Periode tahun 2014-2016
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis tanpa
meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan seharusnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 31 Juli 2017
Yang Menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulisan mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Selaku Rektor Univesitas Sanata Dharma yang telah memberikan
kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian penulis.
2. Drs. Gabriel Anto Listianto, M.S.A., Ak selaku Dosen Pembimbing yang
selalu memberikan arahan, dukungan, serta masukkannya kepada penulis.
3. Dosen Penguji yang memberikan arahan dan masukkan kepada penulis.
4. Seluruh Dosen Program Studi Akuntansi yang memberikan ilmu kepada
penulis selama kuliah.
5. Ir.Tjutjun Sunarti Rochidie, M.Si selaku Kepala Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas yang telah memberikan
izin kepada saya untuk melakukan penelitian.
6. Ir.Udiarto, MT selaku Kepala Bagian Bina Program yang telah membantu
penulis dalam mengumpulkan data penelitian.
7. Bapakku Matheus Kuncono dan Ibuku Elisabeth Sri Indrijati tercinta,
terimakasih atas segala cinta dan doa yang selalu kalian berikan untukku,
terimakasih atas dukungan dan semangat yang tiada henti.
8. Untuk kakakku Fransisca Ayu Krisnasari , adikku Paskalis Indriato
Kuncono dan Petrus Krisologus Surya Kuncono yang aku sayangi,
terimakasih untuk semangat yang selalu diberikan.
9. Untuk teman-temanku Tata, Filli, Voni, Linda, Dhita, Yovita, Feli, Mba
Tira, dan Bella terimakasih atas doa dan selalu memberikan semangat serta
dukungan yang diberikan.
viii
11.Teman-teman satu perjuangan MPAT Pak Anto yang memberikan
semangat serta masukan bagi penulis.
12.Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Yogyakarta, 31 Juli 2017
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRAC ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Kinerja ... 7
1. Pengertian Kinerja ... 7
2. Indikator Kinerja ... 8
3. Syarat-syarat Indikator Kinerja ... 9
4. Pengertian Pengukuran Kinerja... 11
5. Tujuan Pengukuran Kinerja ... 11
6. Manfaat Pengukuran Kinerja ... 13
B. Value for Money ... 14
x
2. Indikator Value for Money ... 15
3. Manfaat Value for Money... 16
C. Value for Money dalam Pengukuran Kinerja ... 17
D. Standar Pelayanan Minimal ... 21
E. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban ... 23
F. Penelitian Terdahulu ... 25
G. Kerangka Berfikir... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A. Jenis Penelitian ... 31
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 31
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32
D. Sumber Data ... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ... 32
F. Teknik Analisa Data ... 33
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 37
A. Visi Misi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan ... 37
B. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan ... 38
C. Strategi dan Kebijakan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan ... 41
D. Struktur Organisasi ... 50
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Deskripsi Data ... 51
B. Analisis Data ... 52
C. Pembahasan ... 94
BAB VI KESIMPULAN ... 97
A. Kesimpulan ... 97
B. Keterbatasan Penelitian ... 97
C. Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 98
LAMPIRAN ... 100
Lampiran 1 Izin Penelitian ... 100
Lampiran 2 LKPJ Tahun 2014 ... 102
Lampiran 3 LKPJ Tahun 2015 ... 112
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tujuan, Sasaran dan Indikator Sasaran ... 37
Tabel 2 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan ... 43
Tabel 3 Perhitungan Ekonomi tahun 2014 ... 50
Tabel 4 Perhitungan Ekonomi tahun 2015 ... 54
Tabel 5 Perhitungan Ekonomi tahun 2016 ... 58
Tabel 6 Perhitungan Efisiensi tahun 2014 ... 64
Tabel 7 Perhitungan Efisiensi tahun 2015 ... 68
Tabel 8 Perhitungan Efisiensi tahun 2016 ... 72
Tabel 9 Perhitungan Efektivitas tahun 2014 ... 78
Tabel 10 Perhitungan Efektivitas tahun 2015 ... 82
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Value for money ... 28
xiii ABSTRAK
ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
KABUPATEN BANYUMAS
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 yang diukur dengan menggunakan metode value for money.
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa dokumentasi dan wawancara. Dalam penelitian ini, pengukuran nilai ekonomi membandingkan realisasi dana yang digunakan dengan dana yang dianggarkan. Nilai efisiensi menggunakan perbandingan output dan input dari data Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas, sedangkan nilai efektivitas dihitung berdasarkan perbandingan outcome dan output dimana nilai outcome adalah dampak yang ditimbulkan atas kegiatan yang telah dilaksanakan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas dari seluruh kegiatan pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 menunjukan kinerja yang cukup ekonomis, kurang efisien, dan kurang efektif.
xiv ABSTRACT
AN ANALYS VALUE FOR MONEY IN PERFORMANCE MEASUREMENT IN THE DEPARTEMENT OF AGRICULTURE
ESTATE CROPS AND FORESTRY REGENCY OF BANYUMAS Period year 2014-2016
Laurensia Koen Indriaswari NIM: 132114025 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2017
The aim of this research is to assess the performance of the Departement of Agriculture Estate Crops and Forestry Regency of Banyumas from 2014 to 2016 using value for money method.
The type of this research is a case study in the Departement of Agriculture Estate Crops and Forestry Regency of Banyumas. This study obtaines the data by documentation and interview. In this research, researcher compares the realization of budget with the budget to measuring economic value. The efficiency value is measured by comparing the output and the input obtained from Public Accountability Report on Budget (Indonesian term “LKPJ”), while the value effectiveness is measured by comparing outcomes and outputs. The value of the outcomes is the activities that have been implemented.
The result of this study indicated that the performance of Departement of Agriculture Estate Crops and Forestry of Banyumas for all activities from 2014 to 2016 was reasonably economic, less efficient and less effective.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kini kinerja instansi pemerintah menjadi sorotan dengan semakin
tingginya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi
publik. Masyarakat sering menilai instansi pemerintah sebagai sarang
inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu
merugi. Citra buruk yang masih melekat pada sebagian besar pelayanan
publik di Indonesia salah satunya disebabkan masih kurangnya
professionalisme petugas pada instansi pemerintah dalam memberikan
pelayanan. Kenyataan ini menyadarkan akan pentingnya perhatian khususnya
pada peran petugas langsung dalam pelayanan publik. Masyarakat yang
semakin cerdas dan kritis juga menuntut dilakukannya transparansi dan
akuntabilitas publik oleh instansi pemerintah. Dengan adanya tuntutan untuk
transparansi dan melakukan akuntabilitas publik maka instansi pemerintah
perlu melakukan pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja sangat diperlukan untuk menilai akuntabilitas
organisasi dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik dan tepat
sasaran. Adapun pengukuran kinerja instansi pemerintah merupakan alat
manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas dalam rangka menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap instansi pemerintah mengenai
kegiatan atau program yang telah dilaksanakan berdasarkan tolok ukur yang
telah dibuat (standar minimum pelayanan publik) atau berdasarkan basis
regular dan pelayanan publik dalam rangka meningkatkan akuntabilitas
publik. Pengukuran kinerjapada instansi pemerintah dilakukan untuk
memenuhi tiga maksud. Pertama, untuk membantu memperbaiki kinerja
pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah
berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya
akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam
pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan
untuk pengalokasian sumber daya dan membantu dalam pembuatan atau
pengambilan keputusan. Ketiga, untuk mewujudkan pertanggungjawaban
publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Tuntutan akan kualitas dan profesionalisme pada instansi pemerintah
dapat dinilai dengan menggunakan konsep value for money dalam
menjalankan aktivitasnya. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi
output yang dihasilkan saja, tetapi secara terintegrasi harus
mempertimbangkan input,output, dan outcome secara bersama-sama. Value
for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
berdasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Ekonomi berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu
pada harga yang terendah. Efisien berarti pencapaian output yang maksimum
program dengan target yang ditetapan. Prinsip value for money dalam rangka
pengukuran kinerja dipengaruhi oleh kemampuan pemerintah daerah dalam
melaksanakan mekanisme manajemen pemerintahannya yang bertumpu pada
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang baik.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Demi (2014), Nindy
(2014), dan Niken (2014) menunjukan bahwa kinerja keuangan memenuhi
kriteria ekonomi, efisien dan efektivitas yang baik. Namun, menurut Tri
(2011) dan Sutrimin (2013) menunjukan kinerja keuangan memenuhi kriteria
efisien, efektivitas namun tidak ekonomis.
Dengan memperhatikan kinerja instansi pemerintah yang kian menjadi
sorotan, maka penulis tertarik untuk mengemukakan masalah dalam
menganalisis kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Banyumas periode tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 dengan
menggunakan metode Value for money. Semua masalah inilah yang menjadi
latar belakang penulisan skripsi, sehingga penulis bermaksud untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Value for Money dalam
Pengukuran Kinerja pada Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Banyumas pada tahun 2014 sampai dengan 2016.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis
merumuskan bagaimana value for money dalam pengukuran kinerja pada
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas pada tahun
C. Tujuan Penelitian
Tujuan adanya penelitian ini adalah mengetahui kinerja Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas dengan menggunakan
pendekatan value for money.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan acuan
pustaka atau bahan acuan, sehingga dapat memberikan
masukan-masukan bagi pihak-pihak yang berminat untuk mendalami topik yang
sama.
2. Bagi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sekaligus
umpan balik mengenai pengukuran kinerja kepada Dinas Pertanian
Kabupaten Banyumas sehingga dalam melaksanakan program atau
kegiatan di masa depan dapat berjalan secara ekonomis, efisien, dan
efektif.
3. Bagi penulis
Hasil penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan menjadi
wahana dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari khususnya
E.
Sistematika PenulisanDalam penelitan ini terdapat enam bab, dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan secara singkat mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Bab ini menguraikan teori yang menjadi landasan dalam penelitian
ini, seperti kajian pustaka, kerangka pemikiran serta teori-teori dan
pemikiran ahli yang mendukung pembahasan masalah dalam
penelitian.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini menguraikan secara singkat mengenai metode penelitian,
jenis dan sumber data, metode analisis, dan sistematika pembahasan.
Bab IV : Gambaran umum
Bab ini menguraikan secara singkat mengenai objek penelitian
dalam hal ini Dinas Pertanian Kabupeten Banyumas.
BAB V : Pembahasan
Bab ini membahas mengenai analisis perhitungan hasil kuisioner
atas kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas berdasarkan
pendekatan Value For Money, serta menganalisis serta deskriptif
hasil dari perhitungan rasio keuangannya tersebut.
Bab VI : Penutup
Bab ini menggambarkan tentang kesimpulan atas pembahasan
masalah serta saran-saran yang diberikan kepada Dinas Pertanian
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A.Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi
dan visi organisasi. Secara umum, kinerja merupakan prestasi yang dicapai
oleh organisasi dalam periode tertentu (Bastian, 2006: 274).
Menurut Mahsun (2006: 25), kinerja (performance) adalah gambaran
mengenai tingkat pencapaian suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk
menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok
individu. Kinerja bisa hanya diketahui jika individu atau kelompok
individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu
yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau
organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
gambaran pencapaian pelaksanaan program dalam mewujudkan visi, misi,
2. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitaif dan/atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan (BPKP 2000 dalam Mahsun, 2006: 71). Sementara Lohman
(dalam Mahsun 2006: 71), indikator kinerja (performance indicator)
adalah suatu variable yang digunakan untuk mengekspresikan secara
kuantitaif efektivitas dan efisiensi proses atau operasi dengan berpedoman
pada target-target dan tujuan organisasi. Sehingga jelas bahwa indikator
kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan
pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran
tertentu.
Menurut Bastian (2006: 267), indikator kinerja adalah ukuran
kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan
indikator masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat
(benefit), dan dampak (impacts).
a. Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan
agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan
keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia,
informasi, kebijaksanaan/peraturan perundang-undangan.
b. Indikator keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan langsung
dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau nonfisik.
dihasilkan dari suatu kegiatan. Dengan membandingkan keluaran,
suatu organisasi dapat menganalisis ketercapaian kegiatan terlaksana
sesuai rencana.
c. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
Pegukuran indikator outcome seringkali rancu dengan indikator
output. Indikator outcome lebih utama dari sekedar output. Meskipun
kegiatan telah dicapai dengan baik, namun belum tentu outcome
kegiatan telah dicapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian
atas hasil lebih tinggi yang mungkin mencakup kepentingan banyak
pihak. Dengan indikator outcome, suatu organisasi dapat mengetahui
hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya dan memberikan kegunakaan yang besar bagi
penggunanya.
d. Indikator manfaat (benefits) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan
akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator manfaat menggambarkan
manfaat yang diperoleh dari indikator hasil.
e. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik
positif maupun negatif terhadap setiap tingkatan indikator berdasarkan
asumsi yang telah ditetapkan.
3. Syarat- syarat Indikator Kinerja
Indikator kinerja dapat berbeda untuk setiap organisasi, namun ada
Palmer (dalam Mahsun 2006: 74), syarat-syarat indikator kinerja yang
ideal harus mencakup sebagai berikut:
1) Consitency. Berbagai definisi yang digunakan untuk merumuskan
indikator kinerja harus konsisten, baik antara periode waktu maupun
antar unit-unit organisasi.
2) Comparibility. Indikator kinerja harus mempunyai daya banding
secara layak.
3) Clarity. Indikator kinerja harus sederhana, didefinisikan secara jelas
dan mudah dipahami.
4) Controllability. Pengukuran kinerja terhadap seorang manajer publik
harus berdasarkan pada area yang dapat dikendalikan.
5) Contingency. Perumusan indikator kinerja bukan variabel yang
independen dari lingkungan internal dan eksternal. Struktur
organisasi, gaya manajemen, ketidakpastian dan kompleksitas
lingkungan.
6) Comprehensiveness. Indikator kinerja harus merefleksikan semua
aspek perilaku yang cukup penting untuk pembuatan keputusan
manajerial.
7) Boundedness. Indikator kinerja harus difokuskan pada faktor-faktor
utama yang merupakan keberhasilan organisasi.
8) Relevance. Berbagai penerapan membutuhkan indikator spesifik
9) Feasibility. Target-target yang digunakan sebagai dasar perumusan
indikator kinerja harus merupakan harapan yang realistik dan dapat
dicapai.
4. Pengertian Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah proses
penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan
sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan
jasa; hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan
efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robert dalam Mahsun, 2006:
25)
Sementara menurut Lohman (dalam Mahsun 2006: 25), pengukuran
kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target
tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi.
Whittaker (BPKP 2000 dalam Mahsun 2006: 25) menjelaskan bahwa
pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan
untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran
kinerja merupakan suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat
atau menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran,
dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta
5. Tujuan Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja bertujuan untuk menilai sukses atau tidaknya
suatu organisasi, program, atau kegiatan. Pengukuran kinerja diperlukan
untuk menilai tingkat besarnya penyimpangan antara kinerja aktual dan
kinerja yang diharapkan. Hal yang mendasari pentingnya pengukuran
kinerja sektor publik terkait dengan tanggung jawabnya dalam memenuhi
akuntabilitas dan harapan masyarakat. Menurut Mahmudi (2005: 97)
pengukuran kinerja pada sektor publik memiliki beberapa tujuan sebagai
berikut:
a. Menciptakan akuntabilitas publik.
Penilaian kerja menunjukan seberapa besar kinerja dicapai yang
menjadi dasar penilaian dalam akuntabilitas. Kinerja tersebut diukur
dan dilaporkan dalam bentuk laporan kinerja sebagai bahan untuk
mengevaluasi kinerja organisasi dan berguna untuk pihak internal
maupun eksternal organisasi.
b. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi.
Penilaian kinerja berfungsi sebagai tonggak yang menunjukan tingkat
ketercapaian tujuan dan menunjukan apakah organisasi berjalan sesuai
dengan arah tujuan atau menyimpang dari tujuan organisasi.
c. Memperbaiki kinerja periode – periode berikutnya.
Penerapan penilaian kinerja dalam jangka panjang bertujuan untuk
menciptakan keadaan dimana setiap orang dalam organisasi dituntut
untuk berprestasi.
d. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai
Penilaian kinerja merupakan sarana untuk pembelajaran pegawai
tentang bagaimana seharusnya mereka bertindak dan memberikan
dasar dalam perubahan perilaku, sikap, ketrampilan, atau pengetahuan
kerja yang harus dimiliki pegawai untuk mencapai hasil kerja terbaik.
e. Memotivasi pegawai.
Dengan adanya penilaian kinerja yang dihubungkan dengan
manajemen kompensasi, maka pegawai yang berkinerja tinggi atau
baik akan memperoleh penghargaan.
6. Manfaat Pengukuran Kinerja
Sektor publik tidak bisa lepas dari kepentingan umum sehingga
kinerja mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa berhasil misi sektor
publik tersebut dapat dicapai penyedia jasa dan barang publik. Sementara
dari perspektif internal organisasi, pengukuran kinerja juga sangat
bermanfaat untuk membantu kegiatan manajerial keorganisasian. Adapun
manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal
organisasi sektor publik ( Bastian 2006: 275):
1) Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan
untuk pencapaian kerja.
3) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dean
membandingkan dengan skema kerja serta melakukan tindakan untuk
memperbaiki kinerja.
4) Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas kinerja
yang dicapai setelah dibandingkan dengan skema indikator kinerja
yang telah disepakati.
5) Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam
upaya memperbaiki kinerja organisasi.
6) Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
8) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
9) Menunjukan peningkatan yang perlu dilakukan.
10) Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.
B.Value for Money
1. Pengertian Value for Money
Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi
pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang
dihasilkan saja, melainkan harus mempertimbangkan input, output, dan
outcome bersama-sama (Mardiasmo 2002: 127).
Menurut Mardiasmo et al (2009: 4) menjelaskan bahwa value for
money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisien dan
Berdasarkan dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
value for money adalah suatu konsep pengukuran kinerja sektor publik
yang memiliki tiga elemen yaitu ekonomis, efisien, dan efektivitas dalam
memanfaatkan sumber daya yang tersedia, dimana pengertian dari
masing-masing elemen tersebut adalah:
1) Ekonomi
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan input dimana barang dan
jasa dibeli pada kualitas yang diinginkan pada harga terbaik yang
dimungkinkan (Bastian 2006: 280). Di sisi lain, ekonomi hanya
menekankan pada input. Ekonomi terkait dengan sejauh mana
organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources dengan
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
2) Efisien
Efisien adalah hubungan antara input dan output dimana barang dan
jasa yang dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output
tertentu (Bastian 2006: 280). Semakin besar rasio tersebut semakin
efisien suatu organisasi.
3) Efektivitas
Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, dimana
efektivitas diukur seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan
prosedur organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Bastian
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas hanya
menekankan pada sisi output saja.
2. Indikator Value for Money
Tuntutan masyarakat dalam value for money adalah ekonomis (hemat)
dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien dalam arti bahwa
penggunaan atau pengorbanannya diminimilkan dan hasilnya
dimaksimalkan, serta efektif (berhasil guna) dalam arti pencapaian tujuan
dan sasaran. Peranan indikator kinerja pada value for money adalah untuk
menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk pembuatan
keputusan. Indikator value for money dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Indikator alokasi biaya (ekonomis dan efisiensi)
Ekonomis artinya pembelian barang dan jasa dengan tingkat kualitas
tertentu pada harga terbaik (spending less).
Efisiensi artinya output tertentu dapat dicapai dengan sumber daya
yang serendah-rendahnya (spending well).
b. Indikator kualitas pelayanan (efektivitas)
Efektivitas artinya kontribusi output terhadap pencapaian tujuan dan
sasaran yang ditetapkan (spending wisely).
3. Manfaat Value for Money
Menurut Halim (2002:14) konsep value for money sangat penting bagi
pemerintah sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat karena
a. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan
publik yang diberikan tepat sasaran.
b. Meningkatkan mutu pelayanan publik.
c. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan
terjadinya penghematan dalam penggunaan input.
d. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik.
e. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public costs
aweareness), sebagai akar pelaksanaan akuntabilitas publik.
Dari berbagai manfaat diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan
value for money dalam pengukuran kinerja organisasi sektor publik sangat
membantu suatu instansi pemerintah agar dapat memberikan pelayanan
kepada masyarakat dengan tepat dan sesuai sasaran sehingga terciptanya
mutu pelayanan yang baik dengan penggunaan sumber daya yang
ekonomis dan efisien.
C.Value for Money dalam Pengukuran Kinerja
Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi yang bersangkutan
mampu melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan pada standar yang tinggi dengan biaya yang rendah. Secara teknis
kinerja yang baik bagi suatu organisasi dicapai ketika administrasi dan
penyediaan jasa oleh organisasi yang bersangkutan dilakukan pada tingkat
yang ekonomis, efisien dan efektif sesuai dengan konsep value for money.
Langkah-langkah pengukuran value for money dalam pengukuran kinerja
1. Pengukuran Tingkat Ekonomi
Ekonomis (kehematan) sebagai tingkat biaya yang dikeluarkan untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau memperoleh sesuatu. Ekonomi
berhubungan dengan biaya operasi (cost of operational). Untuk melihat
seberapa besar tingkat ekonomis sebuah anggaran dapat dilihat dari
pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan organisasi sektor publik.
Pengukuran tingkat ekonomi memerlukan data-data anggaran pengeluaran
dan realisasinya. Berikut formula untuk mengukur tingkat ekonomi:
Tingkat Ekonomi menurut Mahmudi (2010: 84) :
Ekonomi =
Input Nilai
Input
x 100%
Keterangan :
Input : Realisasi anggaran
Nilai input : Anggaran
Menurut Mardiasmo (2002: 5) input adalah sumber daya yang
digunakan untuk suatu pelaksanaan kebijakan program dan aktivitas. Input
tersebut dapat berupa kas, bahan baku, infrastruktur dan masukan lainnya.
Maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan input adalah realisasi
anggaran, dimana realisasi anggaran merupakan sejumlah dana yang
diterima oleh organisasi yang kemudian digunakan untuk memenuhi
kepentingan organisasi.
Nilai input merupakan sejumlah dana yang diperkirakan akan
dikeluarkan oleh suatu organisasi untuk memenuhi kepentingan
adalah anggaran atau dapat dikatakan sebagai target. Anggaran merupakan
perencanaan keuangan untuk masa depan yang pada umumnya mencakup
waktu selama satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter (Mahsun
2014: 145).
Kriteria Ekonomi menurut Mahsun (2006: 186) adalah :
a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x<100%) berarti ekonomis.
b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x=100%) berarti ekonomi
berimbang.
c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x>100%) berarti tidak ekonomis.
2. Pengukuran Tingkat Efisiensi
Menurut Mardiasmo (2002: 4), efisiensi adalah pencapaian output
yang dimaksimumkan dengan input tertentu atau penggunaan input
terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan
perbandingan output dengan input yang dikaitkan dengan standar kinerja
atau target yang telah ditetapkan.
Tingkat Efisiensi menurut Mahmudi (2010: 85) :
Efisiensi =
Input Output
x 100%
Keterangan :
Output : Presentase hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan
Input : Presentase nilai ekonomi
Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas,
dan kebijakan. Dalam penelitian yang dimaksud dengan output adalah
Input yang akan dibandingkan dengan output untuk menentukan
tingkat efisiensi adalah presentase nilai ekonomi, yaitu hasil yang
diperoleh atas perbandingan antara realisasi anggaran dengan anggaran.
Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk
atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya
dan dana yang serendah-rendahnya (spending well). Kinerja organisasi
dikatakan efisien apabila output yang dihasilkan lebih besar dari inputnya.
Kriteria Efisiensi menurut Mahsun (2006: 187) adalah:
a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x<100%) berarti tidak efisien.
b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x=100%) berarti efisiensi
berimbang.
c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x>100%) berarti efisien.
3. Pengukuran Tingkat Efektivitas
Efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target
yang ditetapkan ( Mardiasmo 2002: 4). Efektivitas (hasil guna) adalah
ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam usaha mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Tingkat Efektivitas menurut Mahmudi (2010: 187) :
Efektivitas =
Outp ut Outcome
x 100%
Keterangan :
Outcome : presentase dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan.
Outcome merupakan persentase dampak suatu program atau kegiatan
terhadap masyarakat, sedangkan output adalah hasil yang dicapai dari
suatu program yang dilakukan oleh organisasi. Kinerja suatu organisasi
dapat dikatakan efektivitas apabila suatu organisasi berhasil mencapai
tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif.
Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kriteria Efektivitas menurut
Mahsun (2006: 187) adalah:
a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x<100%) berarti tidak efektif.
b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x=100%) berarti efektif
berimbang.
c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x>100%) berarti efektif.
D.Standar Pelayanan Minimal
Desain sistem manajemen kinerja sektor publik tidak dapat dipisahkan dari
penentuan standar pelayanan publik. Standar pelayanan publik merupakan
standar kinerja minimal yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik.
Dalam rangka memenuhi standar pelayanan publik tersebut, setiap unit
pelayanan harus menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Standar pelayanan minimal merupakan suatu istilah dalam pelayanan
publik yang menyangkut kualitas dan kuantitas pelayanan publik yang
disediakan oleh pemerintah sebagai salah satu indikator kesejahteraan
masyarakat. Standar pelayanan minimal mencakup kewenangan wajib instansi
wajib adalah bentuk kewenangan instansi penyedia pelayanan publik yang
penyelenggaraannya diwajibkan oleh pemerintah untuk menjamin
terlaksananya pelayanan dasar kepada masyarakat. Jenis pelayanan berisi
tentang bentuk-bentuk pelayanan yang dapat diberikan oleh instansi sebagai
bentuk pelaksanaan kewenangan wajib. Jenis pelayanan tersebut kemudian
ditentukan indikatornya berdasarkan indikator tersebut, selanjutkan ditentukan
nilainya. Nilai inilah yang menjadi standar pelayanan minimal yang harus
dipenuhi.
Standar pelayanan minimal memiliki nilai yang sangat strategis baik bagi
instansi pemerintah maupun bagi masyarakat. Adapun nilai strategis tersebut
yaitu: Pertama, standar pelayanan minimal dapat dijadian sebagai tolak ukur
dalam menentukan biaya yang diperlukan untuk membiayai penyediaan
pelayanan. Kedua, standar pelayanan minimal dapat dijadikan sebagai acuan
kualitas dan kuantitas suatu pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan wajib yang didesentralisasikan
perlu diatur dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM). Peraturan lebih rinci
Standar Pelayanan Minimal termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65
Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal. Tujuan dari Standar Pelayanan Minimal adalah:
1. Akan menjamin kualitas minimum dari suatu pelayanan publik yang dapat
dinikmati oleh masyarakat, sekaligus akan terjadi pemerataan pelayanan
2. Standar pelayanan minimum sangat didesak untuk disusun, khususnya
bagi kabupaten/kota yang memang secara langsung merupakan penyedia
pelayanan publik.
3. Posisi provinsi yang dalam pelaksanaan kewenangan daerah lebih banyak
bertindak sebagai pendukung, fasilitator, atau koordinator bagi
pelaksanaan kewenangan lintas kabupaten/kota, maka sebaiknya dalam
penyusunan standar pelayanan minimal tidak melepaskan diri dari posisi
dan peran tersebut, sehingga lebih mendorong daerah kabupaten/kota
untuk lebih berinisiatif melaksanakan kewenangan daerah.
4. Kemampuan seorang pemimpin daerah dalam mendelegasikan wewenang
ke unit-unit organisasi juga menentukan keberhasilan daerah dalam
melaksanakan standar pelayanan minimal.
E.Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)
LKPJ disusun berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
yang merupakan penjabaran tahunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah. LKPJ dimaksud disampaikan kepada DPRD sebagai
representasi kedaulatan rakyat, yang berhak untuk mengetahui sejauh mana
kinerja pemerintahan dalam usahanya untuk merealisasikan visi dan misi
kepala daerah sebagaimana telah menjadi kontrak sosial pada saat
mencalonkan diri sebagai kepala daerah, dan telah dituangkan di dalam
RPJMD, termasuk didalamnya adalah Renstra transisi. Dengan demikian,
pertanggungjawaban publik yang bersifat politis, bukan semata-mata
pertanggungjawaban birokratis yang bersifat administratif. LKPJ
sekurang-kurangnya menjelaskan :
1. Arah kebijakan umum pemerintahan daerah Arah kebijakan umum
pemerintahan daerah memuat visi, misi, strategi, kebijakan dan prioritas
daerah.
2. Pengelolaan keuangan daerah secara makro, termasuk pendapatan dan
belanja daerah; Pengelolaan keuangan daerah memuat: (a) Pengelolaan
pendapatan daerah meliputi intensifikasi dan ekstensifikasi, target dan
realisasi pendapatan asli daerah, permasalahan dan solusi; dan (b)
Pengelolaan belanja daerah meliputi kebijakan umum anggaran, target dan
realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah, permasalahan dan
solusi.
3. Penyelenggaraan urusan desentralisasi Penyelenggaraan urusan
desentralisasi memuat penyelenggaraan urusan wajib dan urusan pilihan,
yang meliputi: (a) Program dan kegiatan serta realisasi pelaksanaan
program dan kegiatan; dan (b) Permasalahan dan solusi
4. Penyelenggaraan tugas pembantuan Penyelenggaraan tugas pembantuan
meliputi tugas pembantuan yang diterima dan tugas pembantuan yang
diberikan.
5. Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan. Penyelenggaraan tugas
kegiatan serta realisasi pelaksanaan kegiatan; dan (b) Permasalahan dan
solusi.
Penyusunan LKPJ bertujuan untuk mengetahui keberhasilan atau
kegagalan Kepala Daerah dalam menjalankan tugasnya selama periode tertentu
dalam peningkatan efisiensi, efektivitas, produktivitas dan akuntabilitas
penyelenggaraan Pemerintah Daerah melalui pengawasan DPRD. Hasil
pembahasan DPRD atas LKPJ Kepala Daerah ditetapkan dalam keputusan
DPRD berupa catatan-catatan yang sifatnya strategis untuk dipedomani oleh
Kepala Daerah dalam pelaksanaan tugasnya. LKPJ dari Kepala Daerah kepada
DPRD bersifat informatif, dengan demikian tidak ada opsi menerima atau
menolak LKPJ. Apabila ada hal-hal yang dianggap tidak sesuai dengan
kebijakan yang telah disepakati, DPRD dapat menggunakan hak
interpelasi/meminta keterangan dan atau hak angket. Materi yang dibahas oleh
DPRD adalah mengenai berbagai kegiatan untuk dilihat kesesuaiannya antara
kebijakan yang telah disetujui bersama baik dalam bentuk Rencana
Strategis/RPJMD maupun yang tertuang dalam APBD, termasuk dampak
langsung yang nampak maupun dampak yang tidak segera nampak.
F. Penelitian Terdahulu
Dian (2011) meneliti dengan judul evaluasi kinerja keuangan Dinas
Kesehatan Kota Makasar melalui pendekatan value for money. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan Dinas Kesehatan Kota
Makasar melalui pengujuran 3E (ekonomi, efisiensi, dan efektivitas). Dalam
efisiensi menggunakan perbandingan output dan input dari data LAKIP Dinas
Kesehatan Kota Makasar, sedangkan nilai efektivitas dihitung berdasarkan
perbandingan nilai outcome dan output. Hasil penelitian ini menunjukan untuk
tingkat ekonomi dan efisiensi mencapai hasil yang cukup baik. Namun, untuk
tingkat efektivitasnya masih kurang baik karena didasari oleh tingkat
kepuasaan masyarakat yang belum maksimal.
Penelitian yang dilakukan oleh Afsita (2013) yang berjudul analisis value
for money dan akuntabilitas dalam menigkatkan pelayanan publik pada PDAM
Tirta Musi Palembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Value for
Money dan Akuntabilitas dapat Meningkatkan Pelayanan Publik. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik survei, wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
menganalisis value for money dengan menggunakan data anggaran perusahaan
dari tahun 2010 sampai 2012. Dan akuntabilitas untuk menilai akuntabilitas
perusahaan dengan menggunakan data rekapitulasi pelanggan dari tahun 2010
sampai 2012. Hasil menunjukkan bahwa value for money pada perusahaan
tidak berjalan dengan baik karena tidak ekonomis, tidak efisien, dan tidak
efektif. Sedangkan akuntabilitas perusahaan sudah cukup baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Demi (2014) dengan judul analisis value
for money dalam pengukuran kinerja Dinas Pertanian DIY. Tujuan penelitian
ini yaitu mengetahui kinerja Dinas Pertanian DIY periode tahun 2011-2012
ditinjau dari elemen ekonomi, efisien, dan efektivitas berdasarkan dari data
LAKIP Dinas Pertanian DIY periode tahun 2011-2012. Metode pengumpulan
data yang digunakan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan tingkat
ekonomis, efisien, dan efektivitasnya mampu mencapai hasil yang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Niken (2014) dengan judul analisis kinerja
keuangan melalui pendekatan value for money Dinas Kesehatan Kabupaten
Gunung Kidul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Dinas
Kesehatab Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2012 yang diukur
menggunakan pendekatan value for money. Jenis penelituan yang digunakan
adalah studi kasus pada Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi dan
kuisioner. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja Dinas Kesehata
Gunungkidul pada tahun 2012 untuk kegiatan Pengembangan Media Promosi
dan Informasi Sadar Hidup Sehat menunjukan kinerja yang ekonomis, cukup
efisien, dan sangat efektif. Pada kegiatan Pengadaan obat-obatan dan
Perbekalan Kesehatan menunjukan kinerja yang sangat ekonomis, sangat
efisien, dan cukup efektif. Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul
pada tahun 2012 mampu mencapai hasil yang cukup baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Nindy (2014) dengan judul penelitian
analisis pengukuran kinerja Pemerintah Daerah dengan menggunakan prinsip
value for money pada Kabupaten Sumenep. Tujuan penelitian adalah untuk
menganalisis kinerja pemerintah daerah Kabupaten Sumenep dengan
kinerja pemerintah daerah Kabupaten Sumenep periode tahun 2010-2013
secara keseluruhan adalah baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Isna (2015) yang berjudul analisis kinerja
keuangan dengan pendekatan value for money pada Pengadilan Tinggi Tebing
Tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan
Pengadilan Negeri Tebing Tinggi dengan pendekatan value for money, yaitu
dengan pengukuran 3E (ekonomis, efesiensi, dan efektivitas). Hasil penelitian
menunjukan untuk tingkat ekonomis selama 4 tahun terakhir mengalami
peningkatan sebesar 102,27%, tetapi peningkatan yang terjadi membuat rasio
tidak memenuhi standar ekonomis value for money. Tingkat efesiensi selama 4
tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 107,69%, rasio berada di atas
100% sehingga untuk rasio efesiensi tidak memenuhi standar efesien value for
money. Rasio efektivitas selama 4 tahun terakhir sudah memenuhi standar
sehingga menunjukan bahwa Pengadilan Negeri Tebing Tinggi sudah efektif
dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat, tetapi tetap diperlukan
adanya peningkatan pelayanan agar efektivitas Pengadilan Negeri Tebing
G.Kerangka Berfikir
Gambar 1. Value for money Sumber: Mardiasmo (2002)
Tolak ukur dalam anggaran belanja suatu organisasi, baik organisasi yang
berorientasi laba (swasta) maupun organisasi nonprofit (sektor publik) adalah
kinerja keuangan dengan melalui pendekatan value for money yang
mempertimbangkan ekonomi, efisiensi, dan efektifitas. Ekonomi merupakan
perbandingan antara masukan yang terjadi (input) dengan nilai masukan yang
seharusnya (input value). Dalam konteks organisasi pemerintahan, ukuran
ekonomi berupa anggaran yang dialokasikan untuk membiayai aktivitas
tertentu. Apabila sumber daya yang dikeluarkan berada di bawah anggaran
maka terjadi penghematan, ssebaliknya apabila di atas anggaran maka terjadi
pemborosan. Efisiensi merupakan perbandingan antara barang dan jasa
(output) yang dihasilkan sebuah kegiatan/aktivitas dengan sumber daya (input) KINERJA
VALUE FOR MONEY
INPUT VALUE INPUT OUTPUT OUTCOME
EFISIENSI EFEKTIVITAS
yang digunakan. Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi
mencapai tujuannya. Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat
dan dampak (outcome) dan keluaran (output) program dalam mencapai tujuan
program. Semakin kontribusi output yang dihasilkan berperan terhadap
pencapaian tujuan dan sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses
kerja suatu unit organisasi. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program
31 BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian ini
dilakukan dengan cara mengamati objek tertentu dan dengan waktu yang telah
ditentukan untuk mengetahui secara mendalam bagaimana kinerja Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas dan oleh sebab itu
hasil dan kesimpulan penelitian ini hanya berlaku untuk Pemerintah Kabupaten
Banyumas.
B.Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang-orang yang terkait dalam penelitian.
Mereka memberikan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian. Dalam
penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Kepala Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas, Sub Bagian
Umum, Sub Bagian Perencanaan, dan Sub Bagian Administrasi.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan
dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek
penelitiannya adalah kinerja keuangan yang diukur melalui pendekatan
value for money. Penelitian dilakukan dengan melihat kinerja keuangan
Urusan Pemerintah Daerah pada Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutan Kabupaten Banyumas
C.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Banyumas yang beralamat di Jalan. Prof. Suharso No.45
Purwokerto. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2017.
D. Sumber Data 1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer, yaitu sumber data penelitian yang berasal dan diperoleh
secara langsung. Data tersebut adalah Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Banyumas.
b. Data Sekunder, yaitu data dari hasil penelitian lapangan pada instansi
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas.
E.Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Studi Pustaka. Pengumpulan data melalui studi pustaka dilakukan dengan
mengkaji buku-buku atau literatur dan jurnal ilmiah untuk memperoleh
landasan teoritis yang kuat dan menyeluruh tentang mengukur kinerja
keuangan pemerintah dengan menggunakan prinsip value for money.
2. Wawancara yaitu suatu cara untuk mendapatkan informasi dengan
dari Instansi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Banyumas maupun pihak lain yang dianggap kompeten dalam
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini. Dari metode
ini diharapkan dapat memperoleh informasi faktor-faktor yang
menghambat dan mendukung pelaksanaan dari program dan kegiatan yang
dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Banyumas
3. Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang ditujukan pada
pengukuran dan penjelasan, melalui sumber-sumber dokumen. Dalam hal
ini mengutip arsip-arsip dan catatan-catatan yang ada di Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Banyumas. Dari metode ini diharapkan diperoleh
data tentang perkiraan kinerja keuangan yang diukur dari tingkat ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas.
F. Teknik Analisa Data
Untuk menjawab permasalahan yang ada, penulis menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Analisis deskriptif komparatif yaitu menganalisa suatu organisasi dengan
teknik perbandingan antara elemen yang sama untuk beberapa periode
waktu yang berurutan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
year-to-year change analysis dimana peniliti akan membandingkan laporan
keterangan pertanggungjawaban yang ada untuk melihat setiap
tentang arah perubahan yang terjdi dan juga untuk memprediksi tentang
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang.
2. Analisis pengukuran kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Banyumas dengan menggunakan metode value for money
yang mengukur suatu kinerja organisasi dengan tiga elemen yaitu,
ekonomi, efisiensi, dan efektifitas. Dalam penelitian ini, guna untuk
mengetahui kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Banyumas yang akan dinilai dari Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban (LKPJ) tahun 2014 sampai dengan tahun 2016, maka
dilakukan pengukuran sebagai berikut:
a. Tingkat Ekonomi menurut Mahmudi (2010: 84)
Ekonomi =
Input Nilai
Input
x 100%
Keterangan:
Input : Realisasi Anggaran
Harga Input : Anggaran
Kriteria Ekonomi menurut Mahsun (2006: 186) adalah:
1) Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x<100%) berarti ekonomis.
2) Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x=100%) berarti ekonomi
berimbang.
3) Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x>100%) berarti tidak
b. Tingkat Efisiensi menurut Mahmudi (2010: 85)
Efisiensi =
Input Output
x 100%
Keterangan:
Output : Persentase hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan.
Input : Persentase nilai ekonomi.
Dalam penelitian ini, nilai output dapat diketahui dengan meghitung
rata-rata persentase capaian pada indikator output, sedangkan nilai
input sendiri merupakan persentase nilai ekonomi yaitu perbandingan
antara realisasi anggaran dengan anggaran.
Kriteria Efisiensi menurut Mahsun (2006:187) adalah:
1) Jika nilai kurang dari 100% (x<100%) berarti tidak efisien.
2) Jika diperoleh nilai sama dengn 100% (x=100%) berarti efisien
berimbang.
3) Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x>100%) berarti efisien.
c. Tingkat Efektivitas menurut Mahmudi (2010: 187)
Efektivitas =
Outp ut Outcome
x 100%
Keterangan:
Outcome : Persentase dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan.
Output : Persentase hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan.
Dalam penelitian ini, nilai outcome dapat diketahui dengan
sedangkan untuk mengetahui nilai output dengan menghitung rata-rata
persentase capaian pada indikator output.
Kriteria Efektivitas menurut Mahsun (2006: 187) adalah
1) Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x<100%) berarti tidak
efektif.
2) Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x=100%) berarti efektif
berimbang.
37 BAB IV
GAMBARAN UMUM
DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANYUMAS
A.Visi dan Misi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. 1. Visi
Visi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas
merupakan penjabaran dari Visi Kabupaten Banyumas. Visi Kabupaten
Banyumas tahun 2013-2018 adalah terwujudnya Pemerintah Banyumas
yang bersih dan adil menuju masyarakat yang sejahtera, berdaya saing dan
berbudaya berlandaskan pada iman dan taqwa. Visi tersebut dijabarkan
menjadi visi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, yaitu:
terwujudnya Pertanian Perkebunan dan Kehutanan yang produktif,
efisien,berdaya saing dan lestari berwawasan lingkungan, serta berpotensi
investasi, didukung pemerintahan yang bersih dan adil menuju
kesejahteraan petani.
2. Misi
Dalam mewujudkan visi tersebut disusun misi Dinas Pertanian Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Banyumas, sebagai berikut:
a. Mengembangkan pertanian perkebunan dan kehutanan yang maju,
berkeadilan, merata, berkelanjutan, berkerakyatan, berdaya saing,
berwawasasan lingkungan dan berpotensi investasi melalui
b. Mengembangkan teknologi dan informasi serta penyediaan sarana
prasarana produksi guna mewujudkan ketersediaan pangan dan
kesejahteraan masyarakat.
c. Menyelenggarakan konservasi dan rehabilitasi sumberdaya lahan dan
hutan, pemanfaatan sumberdaya pertanian, kebun dan hutan secara
lestari.
d. Memberdayakan kelompok tani dan meningkatkan pendapatan dan
peran serta masyarakat sekitar lahan dan hutan.
e. Meningkatkan intensifikasi dan diversifikasi produksi pertanian
perkebunan dan kehutanan.
B.Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan.
1. Tujuan
Tujuan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas
dalam pengelolaan sumberdaya lahan dan hutan adalah:
a. Meningkatkan produksi dan efisiensi usaha, kesempatan kerja dan
kesenpatan berusaha yang efisien melalui pengembangan usaha
pertanian, perkebunan dan kehutanan yang berorientasi agribisnis.
b. melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi sederhana dan
ramah lingkungan dalam peningkatan produksi hasil pertanian
perkebunan dan hutan yang berdaya saing.
c. meningkatkan pendapatan petani, nilai tambah dan kesejahteraan
d. Melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan sehingga sumberdaya
hutan dapat berfungsi dalam pengendalian bahaya banjir, erosi,
sedimentasi dan bahaya kekeringan.
e. Meningkatkan kemampuan SDM dan kelembagaan serta
pemberdayaan petani.
2. Sasaran
Sasaran Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas
dalam pengelolaan sumberdaya lahan dan hutan adalah:
a. Meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, perkebunan dan
kehutanan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha pada sektor
pertanian, perkebunan dan kehutanan yang berorientasi pada
agribisnis.
b. Terlaksananya kajian dan uji terap teknologi sederhana dan ramah
lingkungan dalam peningkatan produksi hasil pertanian perkebunan
dan kehutanan yang berdaya saing.
c. Meningkatkan pendapatan petani, nilai tambah dan kesejahteraan
masyarakat dalam pembangunan pertanian perkebunan dan kehutanan.
d. terlaksananya rehabilitasi hutan dan lahan guna mengurangi luasan
lahan dan hutan kritis, sehingga sumberdaya hutan dapat berfungsi
dalam pengendalian bahaya banjir, erosi, sedimentasi dan bahaya
kekeringan.
e. Meningkatnya kemampuan SDM dan kelembagaan serta
Keterkaitan antara tujuan dan sasaran yang hendak dicapai oleh Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas Tahun 2013-2018
adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Tujuan Sasaran dan Indikator Sasaran
No. Tujuan Sasaran Indikator Sasaran 1 Meningkatkan
produksi dan efisiensi usaha, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang efisien melalui pengembangan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha pada sektor pertanian, perkebunan dan perkebunan dan hutan yang berdaya saing. perkebunan dan hutan yang berdaya saing.
pendapatan petani, nilai tambah dan kesejahteraan petani
Peningkatan pendapatan petani.
Peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP)
4 Melaksanakan
rehabilitasi hutan dan lahan sehingga sumber daya hutan dapat
rehabilitasi hutan dan lahan guna mengurangi luasan lahan dan hutan kritis, pengendalian bahaya banjir, erosi, sedimentasi dan bahaya kekeringan
Pelaksanaan rehabilitasi lahan dan hutan
Menurunnya lahan dan hutan kritis
Tersedianya bangunan pengendali erosi
bahaya kekeringan Konservasi sumber daya
Cakupan kelompok tani dan kelompok masyarakat
Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas
C.Strategi dan Kebijakan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan 1. Strategi
Strategi yang akan dilakukan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
dalam pencapaian tujuan pembangunan pertanian di Kabupaten Banyumas
adalah:
a) Peningkatan produktifitas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
dan kehutanan.
b) Pengamanan produksi dan pengurangan kehilangan hasil panen.
c) Pengembangan komoditas unggul daerah dan pengembangan sentra
komoditas.
d) Peningkatan ketrampilan sumber daya ,amusia dan klembagaan
pertanian, perkebunan, dan kehutanan berbasis agribisnis.
e) memfasilitasi akses modal, pemasaran dan investasi komoditas
pertanian, perkebunan dan kehutanan.
f) Peningkatan kemitraaan usaha antara petani dengan pengusaha.
g) Peningkatan nilai tambah, daya saing dan mutu produk hasil
h) Pengembangan informasi berbasis data dan teknologi melalui
pengembangan sistem informasi pertanian.
i) Pengembangan teknologi tepat guna yang berwawasan lingkungan.
j) Meningkatkan pemberdayaan dan pendapatan masyarakat sekitar
hutan, kebun dan lahan.
k) meningkatkan rehabilitasi hutan dan lahan untuk mengurangi lahan
kritis dan meningktkan produktivitas lahan.
l) Pembinaan kelembagaan pertanian dan kehutaan
2. Kebijakan
Kebijakan yang dilakukan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
dalam pencapaian tujuan pembangunan pertanian di Kabupaten Banyumas
adalah:
a) Meningkatkan ketersediaan dan kualitas input produksi, antara lain
benih/ bibit, pupuk, dan sarana produksi.
b) Meningkatkan dukungan ilmu pengetahuan, teknologi terapan serta
penyuluhan pertanian, perkebunan dan kehutanan.
c) Meningkatkan efektivitas pengendalian organisme pengganggu
tanaman.
d) Mencegah/mengurangi terjadinya alih fungsi lahan pertanian secara
luas ke non pertanian serta konservasi sumber daya lahan dan air.
e) Memperluas areal lahan pertanian, perkebunan dan kehutanan baru
serta mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering, lahan basah, dan
f) Mengharmonisasikan peraturan perundangan untuk menjamin
kepastian hukum atas lahan pertanian.
g) Mengembangkan infrastruktur pertanian, perkebunan, kehutanan
seperti jalan produksi/ usaha tani, jaringan irigrasi, dan infrastruktur
pedesaan lainnya seperti alat trasportasi.
h) Mengembangkan sarana dan prasarana pemasaran dan pengamanan
produksi pertanian, perkebunan dan kehutanan.
i) Meningkatkan kajian terhadap peluang pengembangan potensi lokal
dan pengembangan plasma nutfah serta pengembangan sentra-sentra
komoditas produksi pertanian, perkebunan dan kehutanan secara
terpadu.
j) Meningkatkan kemandirian kelembagaan petani melalui peningkatkan
manajerial dan pemupukan modal usaha.
k) Meningkatkan dukungan kelembagaan perbankan dan lembaga
pengkreditan yang berpihak pada sektor pertanian, perkebunan dan
kehutanan.
l) Memperpendek rantai pemasaran melalui membangun kedekatan
aksesbilitas petani dan pengusahan dan membangun kemitraan usaha
antara petani sebagai plasma dan pengusaha sebagai inti.
m) Meningkatkan mutu produk pertanian, perkebunan, dan kehutanan,
serta efisiensi produksi, dan mengembangkan industri pengolahan
(agroindustri) hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan serta jasa