• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Kemandirian Emosional pada Siswi SMA yang Tinggal di Asrama "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Kemandirian Emosional pada Siswi SMA yang Tinggal di Asrama "X" Bandung."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelititan ini dilakukan untuk mengetahui derajat kemandirian emosional pada siswi SMA yang tinggal di asrama “ X “ Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian maka rancangan penelitian yang diajukan bersifat deskriptf. Variabel penelitian ini adalah kemandirian emosional dan sampelnya adalah siswi SMA yang tinggal di asrama ” X ” Bandung.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan sampel yang diperoleh sebanyak 32 siswi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner kemandirian emosional disusun oleh peneliti berdasarkan teori dari Steinberg (2002).

Berdasarkan pengolahan hasil try-out alat ukur diperoleh 38 item yang dapat digunakan untuk alat ukur kemandirian emosional dengan reliabilitas 0,778 dan validitas antara 0,391 sampai dengan 0,915. Pengolahan data menggunakan SPSS 13

Kesimpulan yang dapat diambil adalah: Sebanyak 75% responden memiliki kemandirian emosional yang rendah dan 25% responden memiliki kemandirian emosinal yang tinggi. Ini berarti sebagaian besar siswi penghuni asrama “ X “ masih memperlihatkan kekurangmampuan untuk melepaskan diri dari ketergantungan & keterlibatan orang tua atau orang dewasa lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Faktor-faktor yang mendasari kemandirian emosional yaitu : Orang tua dan Peer group.

(2)

Universitas Kristen Maranatha

Daftar Isi

LEMBAR JUDUL...I

LEMBAR PENGESAHAN...II

ABSTRAK...III

KATA PENGANTAR...IV

DAFTAR ISI ...VII

DAFTAR BAGAN ...XI

DAFTAR TABEL...XI

DAFTAR LAMPIRAN...………...XII

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ……….……...1

1.2 Identifikasi Masalah ……….8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ……….8

1.4 Kegunaan Penelitian ……….8

1.5 Kerangka Pikir ……….………….9

(3)

Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemandirian……. ………..………..18

2.1.1 Kemandirian Sebagai Isu Penting …….………18

2.1.2 Pengertian Kemandirian……….………20

2.1.3 Fungsi Kemandirian ………..….………21

2.1.4 3 tipe Kemandirian………...22

2.1.4.1 Kemandirian Emosional.……….………...22

2.1.4.2 Kemandirian Perilaku……….………....22

2.1.4.3 Kemandirian Nilai………...…...23

2.1.5 Kemandirian Emosional………..…………...23

2.16 Tinjauan Mengenai Kemandirian Emosional………..…….………...25

2.2 Pemahaman Masa Adolescene ……….………..29

2.2.1 Perkembangan Fisik ...……….…...29

2.2.1.1 The Nature of Pubertal Proses...30

2.2.1.2 Physical Development...30

2.2.2 Perubahan pada Masa Remaja...…….…………31

2.2.3 Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja...………...34

(4)

Universitas Kristen Maranatha BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ……….……...37

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….…..38

3.2.1 Variabel Penelitian……….…...38

3.2.2 Definisi Operasional……….38

3.2.2.1 Kemandirian Perilaku……….38

3.3 Alat Ukur ………..39

3.3.1 Alat Ukur Kemandirian Emosional……….…...39

3.3.1.1 Sistem Penilaian Alat Ukur Kemandirian Emosional …..40

3.3.2 Validitas dan Reliabilitas………....41

Uji Validitas……..………..………....41

Uji reliabilitas……….42

3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling………...………..43

3.4.1 Populasi Sasaran...…..………..43

3.4.2 Karakteristik Populasi...43

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel…...………43

(5)

Universitas Kristen Maranatha BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden………...45

4.2 Hasil Pengolahan Data dan Pembahasan..………..46

4.3 Pembahasan………...49

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan………54

5.2 Saran………...…....55

5.2.1 Saran untuk Penelitian Lanjutan……….55

5.2.2. Saran untuk Guna Laksana……….55

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RUJUKAN

(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

BAGAN

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir……….………...16 Bagan 1.2 Rancangan Penelitian ………….………37

TABEL

Tabel 4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia………...……45 Tabel 4.1.2 Gambaran Responden Lamanya Tinggal ……….……...…46 Tabel 4.2.1. Derajat Kemandirian .………46 Tabe4.2.2. Tabulasi Silang Derajat Kemandirian dengan Aspek-Aspek

(7)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat Ukur Kemandirian emosional

Lampiran 2 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kemandirian Emosional

Lampiran 3 Karakteristik Responden Lampiran 4 Tabel Jawaban De -Idealized Lampiran 5 Tabel Jawaban Parent As People Lampiran 6 Tabel Jawaban Non- Dependency Lampiran 7 Tabel Jawaban Individuated Lampiran 8 Tabel Kemandirian Emosional

Lampiran 9 Tabulasi Silang antara Kemandirian Emosional dengan Data Penunjang Tabel A. Kelengkapan OrangTua

Tabel B. Teman Dekat Tabel C. Banyaknya Teman

(8)
(9)

Lampiran 1

KATA PENGANTAR

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk tugas akhir mencapai gelar sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung, peneliti akan mengadakan Penelitian sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti mengharapkan bantuan dan kerjasama saudari-saudari sekalian untuk mengisi angket yang diberikan.

Data-data yang saudari berikan sangat bermanfaat bagi peneliti dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang psikologi. Oleh karena itu, kami mengharapkan kesungguhan saudari dalam mengisi angket ini. Perlu diketahui ini bukanlah suatu tes, sehingga tidak ada jawaban yang benar maupun yang salah. Jawaban beserta identitas saudari akan kami jaga kerahasiaanya.

Atas kerja sama dan kesediaanya, peneliti mengucapkan terima kasih.

Hormat Kami,

(10)

PEDOMAN PENGISIAN KUESIONER

Saudari diminta kesediaanya untuk menghayati bagaimana penghayatan saudari dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada. Kemudian berilah tanda silang (X) disebelah kanan pada kolom yang sesuai. Alternatif jawaban yang dapat saudari pilih antara lain :

SS (Sangat sesuai) : bila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan keadaan diri saudari

S (sesuai) : bila pernyataan tersebut cukup sesuai dengan keadaan diri saudari

TS (Tidak sesuai) : bila pernyataan tersebut kurang sesuai dengan keadaan diri saudari

STS (Sangat tidak sesuai) : bila pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan keadaan diri saudari

(11)

DATA PRIBADI

(Isilah di sebelah kolom titik dua)

Nama / intial :

Usia :

Suku bangsa :

Pendidikan terakhir :

Kelas / semester :

Nama sekolah :

Lama Tinggal di asrama :

DATA PENUNJANG

( pililah salah satu pilihan jawaban dengan melingkari yang sesuai dengan saudari)

Apakah orang tua ada lengkap ? Ya / Tidak

Jika salah satu orang tua anda telah meninggal, yang dianggap figur dominan Ayah /

ibu / paman / kerabat / suster di asrama /

Apakah anda mempunyai teman dekat ? Ya / Tidak

Apabila mempunyai teman dekat , berapa orang ? 1 / 2 / 3 / 4 / 5 / 6 / 7/ 8 / 9 / 10 /

10 >

(12)

• Apakah dalam mengambil keputusan mengenai permasalahan pribadi anda, anda meminta bantuan orang tua ? Ya / Tidak

• Apakah saran dan masukan dari orang tua anda mempengaruhi anda dalam mengambil suatu keputusan ? Ya / Tidak

Item Kemandirian Emosional

ASPEK INDIKATOR ITEM

1.Siswa tidak memandang Orangtuanya sebagai orang yang paling ideal

( de- idealized)

• remaja mampu memandang dan menerima orangtuanya sebagaimana adanya,

• remaja dapat memandang

orangtuanya bukan sebagai orang yang paling ideal

1. Saya merasa, orangtua lebih banyak menentukan masa depan saya (-)

2. Saya mengerti keterbatasan orangtua saya dalam memenuhi keinginan saya (+)

3. Saya kecewa dengan keterbatasan orangtua saya. (-) 4. Saya hanya mendengar

pendapat dari orangtua saya saja. (-)

5. Saya tahu bahwa orangtua saya pernah melakukan sesuatu kesalahan. (+)

6. Saya merasa, orangtua saya adalah orang yang paling baik yang pernah saya kenal. (-) 7. Saya yakin bahwa orangtua

saya tidak pernah berbuat salah (-)

(13)

2. Siswa Menggangap Orangtuanya seperti orang dewasa lainya atau sebagai individu biasa

( parent as people )

remaja

mampu

memandang

orangtuanya seperti

memandang orang

dewasa lainnya,

remaja dapat

berinteraksi dengan

ibu dan ayahnya

sebagai sesama orang

dewasa,

remaja dapat

berdiskusi secara

leluasa dan bebas

dengan orangtuanya,

remaja mampu

menyatakan

perbedaan pendapat

lain yang sebijaksana seperti orang tua saya (-)

9. Saya merasa, orangtua saya tidak pernah takut terhadap apapun

(-)

10. Saya merasa, orang tua saya pernah mengalami kegagalan dalam kehidupan. (+)

11. Saya merasa, orangtua saya pernah kecewa dengan apa yang pernah dilakukanya (+) 12. Saya merasa, orang tua saya

kurang mengerti apa yang saya inginkan dalam kehidupan (+) 13. Saya dapat menolak pendapat

orangtua saya yang bertentanggan dengan pendapat saya (+)

14. Saya dapat bercanda dengan orangtua saya seperti dengan teman saya (+)

15. Saya dapat memeberikan nasehat / petunjuk kepada orangtua saya apabila ia melakukan suatu kesalahan ( + )

16. Saya dapat menyuruh orangtua saya untuk mengambilkan sesuatu benda (+)

(14)

3. Siswa tidak lagi tergantung oleh orang tuanya

( non-dependency )

dengan orangtuanya

remaja

lebih

mengandalkan

dirinya sendiri

daripada bergantung

pada orangtuanya,

remaja mampu untuk

membuat keputuasan

untuk menyelesaikan

masalahnya,

18. Apabila terjadi pertentangan pendapat antara saya dan ayah saya, saya selalu menuruti pendapat orangtua saya (-)

19. Saya tunduk terhadap perintah orangtua saya (-)

20. Saya mengikuti saran yang disampaikan oleh orangtua saya kepada saya, walaupun saran tersebut tidak baik untuk saya (-)

21. Saya selalu menggalah apabila terjadi pertengkaran dengan orangtua saya, walaupun belum tentu saya yang salah

( - )

22. Saya dapat berdiskusi tentang masalah apapun dengan orangtua saya (+)

23. Saya tidak dapat pergi keluar rumah tanpa permisi kepada orangtua saya (-)

24. Saya tidak dapat keluar rumah, sebelum orangtua saya ada dirumah (-)

25. Apabila saya mengalami masalah saya meminta pendapat orangtua ( - )

26. Orangtua selalu mengingatkan saya tentang bertingkah laku di asrama ( - )

(15)

4. Mahasiswa memiliki hal pribadi yang tidak ingin diketahui oleh orang tuanya ( Individuated )

remaja

mampu

memilki pribadi yang

berbeda dengan

orangtuanya,

28. Keputuasan orangtua merupakan yang terbaik bagi

saya( - )

29. Pendapat orangtua adalah yang terbaik bagi saya ( - )

30. Saya berusaha mengatasi gejolak perasaan saya secara sendiri, tanpa melibatkan orangtua. ( + )

31. Apabila saya mengalami kesulitan saya berusaha menyelesaikannya sendiri ( + ) 32. Menurut saya orangtua hanya

dapat memberikan saran bagi masalah saya, tetapi dalam mengambil keputusan saya sendiri ( + )

33. Saya berusaha untuk tidak menghubungi orangtua apabila mengalami permasalahan di asrama ( + )

34. Orangtua saya selalu memberikan petunjuk apa yang harus saya lakukan untuk masa depan saya ( -)

35. Orangtua saya menyuruh saya untuk tinggal di asrama( - ) 36. Saya dapat menata masa depan

saya tanpa bantuan orangtua saya ( + )

37. Saya menceritakan setiap permasalahan yang saya hadapi kepada orangtua saya ( - )

(16)

remaja merasa

berbeda dengan orang

tuanya;

remaja menegakkan

privasi dengan

orangtuanya.

orangtua mengetahui tentang semua persoalan saya ( - )

39. Saya menceritakan permasalahan saya kepada

temen dekat saya ( - )

40. Saya merasa tidak perlu menceritakan permasalahan saya kepada teman dekat saya ( + )

41. Saya mencerikan permasalahan saya kepada ibu doa di asrama ( - )

42. Penting bagi saya untuk merahasiakan hal pribadi saya ( + )

43. Saya tidak suka orang lain mengetahui hal pribadi saya ( +)

44. Saya rasa, orangtua hanya mengetahui hal-hal yang bersifat akademik ( + )

45. Saya rasa, teman hanya mengetahui hal-hal mengenai kegiatan yang saya lakukan di asrama ( + )

46. Orangtua saya tidak menggetahui apabila saya sedang sedih ( + )

47. Orangtua saya tidak menggetahui apabila saya sedang senang ( + )

(17)

49. Apabila saya menghadapi permasalahan di sekolah, keputusan saya dalam mengatasi masalah adalah yang terbaik bagi saya ( + )

50. Bagi saya orang tua hanyalah tempat untuk bertukar pikiran, bukan tempat untuk tergantung didalam kehidupan ( + )

(18)

Lampiran 2

Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas

1.

DE – IDEALIZE

Pertanyaan Koef.Validitas Kesimpulan pert_8 0.915 TERIMA pert_10 0.497 TERIMA pert_13 0.455 TERIMA pert_15 0.531 TERIMA pert_17 0.754 TERIMA pert_19 0.597 TERIMA pert_21 0.212 DITOLAK pert_22 0.902 TERIMA pert_23 0.482 TERIMA pert_26 0.727 TERIMA pert_28 0.604 TERIMA

Derajat reliabiltas aspek de-idealize = 0,745

2.

PARENT AS PEOPLE

Pertanyaan Koef.Validitas Kesimpulan

pert_4 0.500 TERIMA pert_14 -0.108 DITOLAK pert_20 0.613 TERIMA pert_27 -0.247 DITOLAK pert_29 0.764 TERIMA pert_30 0.446 TERIMA pert_33 0.539 TERIMA pert_36 0.281 DITOLAK pert_37 0.497 TERIMA pert_40 0.338 TERIMA pert_41 0.513 TERIMA pert_43 -0.265 DITOLAK pert_44 0.391 TERIMA pert_4 0.500 TERIMA

Derajat reliabiltas aspek parent as people = 0,650

3.

NON – DEPEDENCY

Pertanyaan Koef.Validitas Kesimpulan
(19)

pert_31 0.858 TERIMA pert_32 0.874 TERIMA pert_34 0.706 TERIMA pert_35 0.715 TERIMA pert_38 0.410 TERIMA pert_39 -0.103 DITOLAK pert_47 0.495 TERIMA pert_49 0.118 DITOLAK pert_50 0.719 TERIMA

pert_5 0.394 TERIMA

Derajat reliabiltas aspek non-depedency = 0,777

4.

INDIVIDUATED

Pertanyaan Koef.Validitas Kesimpulan pert_1 0.727 TERIMA pert_2 0.576 TERIMA pert_3 0.717 TERIMA pert_7 0.454 TERIMA pert_11 0.781 TERIMA pert_16 0.406 TERIMA pert_18 0.085 DITOLAK pert_25 -0.271 DITOLAK pert_42 0.406 TERIMA pert_45 0.239 DITOLAK pert_46 0.609 TERIMA pert_48 -0.114 DITOLAK pert_1 0.727 TERIMA

Derajat reliabiltas aspek individuated = 0,692

(20)

Lampiran 3

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Subjek

Data Responden

Usia Suku Kelas

Lama

Tinggal

1 17

Batak

3

3

2 15

Jawa

2

3

(21)

Lampiran 4

Tabel jawaban responden

A. Tabel Jawaban De-Idealized

Subjek

Item

kategori

8 10 13 15 17 19 21 22 23 26 28

total

1 4 1 4 3 3 4 4 3 4 1 1

32

tinggi

2 4 2 4 3 4 4 4 4 3 3 2

37

tinggi

3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 3 2

34

tinggi

4 3 1 4 2 3 3 4 2 3 2 2

29

tinggi

5 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2

30

tinggi

6 3 1 4 3 3 2 3 3 3 3 2

30

tinggi

7 2 1 3 3 3 3 4 3 3 2 2

29

tinggi

8 1 1 3 3 3 3 4 2 3 1 1

25

rendah

9 4 1 3 4 4 4 3 4 3 3 3

36

tinggi

(22)
(23)

Lampiran 5

B.

Tabel

Jawaban

Parent

As

People

subjek

Item

kategori 4 14 20 27 29 30 33 36 37 40 41 43 44 total

(24)
(25)

Lampiran 6

C. Tabel Jawaban Non-Dependency

subjek

Item

kategori

5 6 9 12 24 31 32 34 35 38 39 47 49 50 total

(26)
(27)

Lampiran 7

D.

Tabel

Jawaban

Individuated

subjek

Item

kategori

1 2 3 7 11 16 18 25 42 45 46 48 total

1 1 1 1 1 1 1 4 4 1 4 3 3 25 rendah

2 2 4 2 1 3 3 3 3 3 4 4 2 34 tinggi

3 4 4 4 4 3 1 3 1 2 2 2 2 32 tinggi

4 3 2 2 3 2 2 3 4 2 4 4 2 33 tinggi

5 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 27 rendah

6 3 2 2 2 2 2 1 3 2 3 3 3 28 rendah

7 2 1 1 2 1 2 3 4 2 3 3 2 26 rendah

8 2 4 2 2 1 3 2 3 2 1 2 2 26 rendah

9 1 1 1 1 1 1 2 3 2 3 2 2 20 rendah

10 3 1 3 2 3 2 2 2 1 3 4 3 29 rendah

11 4 1 4 1 3 2 4 3 2 4 4 1 33 tinggi

12 2 2 3 2 1 2 4 3 2 4 2 3 30 tinggi

13 4 1 4 1 3 4 2 1 4 4 4 4 36 tinggi

14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 27 rendah

15 3 3 3 2 3 2 3 2 2 1 3 3 30 tinggi

16 4 1 1 3 2 1 2 1 1 4 4 3 27 rendah

17 4 1 1 1 3 2 4 2 1 3 3 2 27 rendah

18 3 3 3 2 3 2 3 3 2 4 3 2 33 tinggi

19 2 2 2 1 3 1 2 2 1 4 3 1 24 rendah

20 4 2 2 1 1 3 3 2 3 4 4 2 31 tinggi

21 3 3 3 2 3 2 2 2 2 4 1 2 29 rendah

22 1 1 1 1 1 2 3 4 2 3 3 4 26 rendah

23 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 24 rendah

24 3 2 2 2 3 2 3 3 2 4 4 2 32 tinggi

25 2 1 1 2 1 1 3 4 2 3 3 2 25 rendah

(28)

27 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 29 rendah

28 2 1 2 2 2 2 3 4 2 3 2 3 28 rendah

29 2 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 34 tinggi

30 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 28 rendah

31 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 4 3 27 rendah

(29)

Lampiran 8

Tabel kemandirian emosional

Subjek

de-idealize

(30)

Parent As People

(31)

non-dependency

5 6 9 12 24 31 32 34 35 38 47 50

4

1

4 2 1 4 1 4 1 1 1 2

4

2

2 4 3 4 3 4 4 3 1 3

3

1

4 3 3 4 2 4 3 2 2 2

4

1

2 4 1 2 1 2 1 1 2 3

3

2

2 3 2 3 2 2 2 2 3 3

3

2

3 2 2 3 2 3 2 3 3 2

3

1

1 2 1 2 1 2 1 1 1 1

4

1

1 4 3 2 1 2 1 1 1 2

1

1

1 1 1 1 1 1 2 4 1 1

2

1

3 2 2 2 1 3 1 1 1 1

4

1

3 3 2 1 1 3 1 1 1 2

4

1

2 2 1 3 2 1 3 2 2 3

4

1

4 2 2 4 3 4 3 1 1 1

4

1

2 2 1 3 2 3 2 2 1 3

3

2

3 2 3 3 2 3 2 2 4 1

3

1

2 3 1 3 3 3 2 1 1 1

1

1

1 1 1 1 1 1 1 4 1 1

1

1

1 3 2 3 3 3 3 1 2 2

3

1

3 2 2 2 3 3 2 1 2 3

3

2

3 2 2 3 1 3 2 2 2 2

3

2

3 3 3 3 3 3 3 2 2 3

4

1

1 2 1 3 1 1 1 1 1 4

3

1

2 1 2 2 3 3 3 2 2 3

2

1

4 2 2 4 1 4 3 1 3 3

4

1

2 1 1 2 2 2 2 1 1 1

3

1

2 2 2 4 2 3 3 3 2 3

(32)

2

1

1 2 1 2 2 2 2 1 1 1

3

2

3 3 3 3 2 3 2 2 3 2

3

2

3 2 3 3 3 3 3 2 2 3

2

2

3 2 1 3 2 3 2 2 2 3

(33)

Individuated

Total

Kategori

1 2 3 7 11 16 42 46

(34)
(35)

Lampiran 9

[image:35.612.133.441.235.320.2]

Tabulasi silang kemandirian emosional dengan data penunjang

Tabel A. Tabulasi Silang Kemandirian Emosional Dengan Kelengkapan

Orang Tua Orang Tua Kemandirian Emosional Total Rendah Tinggi

%

%

% Ya 21 65.6 7 21.9 28 87.5

Tidak 3 9.4 1 3.1 4 12.5

[image:35.612.129.451.370.454.2]

Total 24 75 8 25 32 100

Tabel B. Tabulasi Silang Kemandirian Emosional Dengan Teman Dekat

Teman Dekat

Kemandirian Emosional

Total Rendah Tinggi

%

%

%

Tidak 3 100.0 0 0.0 3 9.4

Ya 21 72.4 8 27.6 29 90.6

Total 24 75.0 8 25.0 32 100.0

Tabel C. Tabulasi Silang Kemandirian Emosional Dengan Banyaknya

Teman Banyaknya Teman Kemandirian Emosional Total Rendah Tinggi

%

%

%

1 2 66.7 1 33.3 3 9.4

2 1 50.0 1 50.0 2 6.3

3 2 100.0 0 0.0 2 6.3

4 3 60.0 2 40.0 5 15.6

5 2 100.0 0 0.0 2 6.3

6 0 0.0 1 100.0 1 3.1

7 2 66.7 1 33.3 3 9.4

10 2 100.0 0 0.0 2 6.3

[image:35.612.132.480.530.700.2]
(36)
[image:36.612.128.486.158.241.2]

Tabel D. Tabulasi Silang Kemandirian Emosional Dengan Menceritakan

Kepada Orang Lain

Menceritakan kepada orang lain

Kemandirian Emosional

Total Rendah Tinggi

%

%

%

Ya 22 68.8 7 21.9 29 90.6

Tidak 2 6.3 1 3.1 3 9.4

[image:36.612.128.483.314.403.2]

total 24 75.0 8 25.0 32 100

Tabel E. Tabulasi Silang Kemandirian Emosional Dengan Meminta Bantuan

Orang Lain

Meminta bantuan orang lain

Kemandirian Emosional

Total Rendah Tinggi

%

%

%

Ya 16 50 7 21.9 23 71.9

Tidak 8 25 1 3.1 9 28.1

total 24 75 8 25 32 100

Tabel F. Tabulasi Silang Kemandirian Emosional Dengan Pengaruh Dari

Orang Tua

Pengaruh dari orang tua

Kemandirian Emosional

Total Rendah Tinggi

%

%

%

Ya 24 75 7 21.9 31 96.9

Tidak 0 0 1 3.1 1 3.1

[image:36.612.128.485.464.562.2]
(37)
[image:37.612.163.478.176.646.2]

Lampiran 10

Tabel Scoring Data Penunjang

Subjek Data Penunjang

(38)

Keterangan data penujang :

1. Mengenai orang tua sebagai figure dominan 2. Mengenai teman dekat

3. Banyaknya teman dekat

4. Menceritakan masalah kepada orang lain 5. Dalam mengambil keputusan pibadi

6. Pengaruh orangtua dalam keputuasan pribadi

Keterangan jawaban data penunjang :

1. ya 2. tidak

Untuk no 3 :

(39)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan selanjutnya, seorang anak akan menjadi dewasa, sehingga secara perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungan terhadap orangtua, atau orang lain yang menjadi figur significant. Hal ini merupakan suatu proses alami yang dilewati oleh setiap individu

Setiap orangtua tentunya memiliki harapan-harapan pada anak yang diasuhnya dan dirawatnya. Salah satu harapan orangtuanya adalah agar anaknya mencapai keberhasilan dalam hidupnya. Kriteria keberhasilan yang dicapai seorang anak mengandung makna yang luas, namun pada usia remaja keberhasilan didasarkan pada prestasi belajar dan kemandirian remaja.

(40)

2 Universitas Kristen Maranatha bersifat pribadi yaitu orangtua menginginkan anaknya untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak berpacaran dulu, serta kemana anaknya harus melanjutkan pendidikanya, hal ini membuat remaja ingin berontak terhadap campur tangan orangtua yang menyebabkan remaja menjadi frustrasi.

Disisi lain, ada juga remaja yang masih sangat tergantung secara emosional pada orangtuanya, mereka menjadi “ anak manja “ yang mengidolakan orangtuanya , orang tuanya dianggap yang paling ideal sehingga remaja merasa nyaman untuk menuruti keingginan orangtua dalam memperlakukan dirinya. Hubungan orangtua dan anak seperti ini sebenarnya tidak menjadi masalah, tetapi menyebabkan remaja tidak menjadi mandiri secara emosional.

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal bagi remaja yang didalamnya terdapat kegiatan pembelajaran dengan kurikulum yang sesuai dengan ketetapan oleh Depdiknas. Sekolah bukan hanya sebagai sarana bagi siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan namun dapat merupakan sarana untuk mengembangkan potensi diri dan pembentukan kepribadian serta kemandirian.

(41)

3 Universitas Kristen Maranatha Tinggal di asrama adalah salah satu pilihan para orangtua untuk menunjang pendidikan bagi anaknya. Asrama berfungsi sebagai tempat tinggal yang memiliki sistem, aturan, serta disiplin sebagai layaknya sebuah keluarga yang didalamnya terbina interaksi antara siswa sesama penghuni asrama dan para pengasuh asrama. Pada intinya, pola pembinaan di asrama bertujuan agar siswa bersekolah lebih lancar dan terdukung kegiatan belajarnya.

Tentang kehidupan di asrama sebagaimana dikutip dari F. Numberi (

Harian Kompas, desember 2001) “ Selain membina mental dan watak

kebersamaan antara berbagai golongan, pendidikan pola asrama dapat mengarahkan sistem belajar yang lebih teratur dan efektif bagi para siswa. Mereka dapat membangun suatu suasana budaya belajar yang tekun, rajin, disiplin dan mampu untuk mengatur dirinya sendiri. Suasana belajar di asrama memungkinkan siswa untuk dapat mengemukakan pemikiran dan menerima perbedaan pendapat dengan orang lain serta mengambil keputusan tanpa dibantu oleh orangtua “.

Begitu pula pendapat Drost ( Harian Kompas, Januari 2003) yang

menyatakan bahwa “ Hal paling mendasar dari pendidikan di asrama ialah situasi hidup yang terpisah dari keluarga. Kehidupan siswa di asrama bersifat

Komunalistik (kebersamaan dalam kelompok). Berbagai siswa berasal dari

daerah-daerah berbeda, tetapi kemudian dalam kehidupan asrama menjadi satu keluarga di bawah asuhan dan pembinaan asrama “.

(42)

4 Universitas Kristen Maranatha diartikan sebagai peningkatan kematangan dan tanggung jawab. ( www. Kompas.

com, 2003)

Asrama “ X “ adalah salah satu asrama Katholik yang berdiri di bawah naungan perhimpunan biarawati Ursulin yang telah berdiri kurang lebih 70 tahun. Adapun penghuninya adalah para siswi SMA dan mahasiswi, yang berasal dari berbagai propinsi di Indonesia. Keseluruhan penghuni asrama “ X “ saat ini berjumlah 42 orang yang terdiri atas 32 siswi SMA dan 10 orang mahasiswi. Asrama “ X “ adalah asrama yang tidak menyatukan antara tempat tinggal dengan sekolah, artinya para penghuni asrama tidak bersekolah pada institusi pendidikan yang bernaung di bawah yayasan yang sama dengan asrama tempat tinggal siswi. Adapun sebagai syarat utama untuk dapat diterima pada asrama “ X “ adalah siswi atau mahasiswi telah diterima pada sekolah pilihannya tersebut dan berasal dari luar Kota Bandung.

Menurut Ibu kepala asrama, persyaratan utama bagi siswi yang tinggal di asrama adalah kemandirian. Pada dasarnya kehidupan di asrama berbeda dibandingkan kehidupan di rumah. Khususnya apabila siswi menemui permasalahan atau kesulitan maka dirinyalah yang harus menyelesaikannya. Begitu pula, di asrama siswi harus mengatur dirinya sendiri mulai dari cara belajar, membersihkan pakaian, membereskan kamar tidur, mematuhi peraturan asrama, dan mencoba beradaptasi dengan kehidupan asrama yang serba mandiri.

(43)

5 Universitas Kristen Maranatha sebagai tempat untuk berkeluh-kesah, serta mendoakan siswi asrama. Orangtua diperbolehkan menjenguk anaknya hanya pada hari libur sebanyak satu kali dalam sebulan, begitu pula, dengan siswa hanya diperbolehkan menginap di rumah keluarga atau orangtua satu kali dalam sebulan pada hari libur, walaupun jarang terjadi karena pada umumnya tempat tinggal siswi asrama jauh di luar Kota Bandung.

Terdapat peraturan yang wajib dipatuhi oleh semua siswi penghuni asrama yaitu, jam makan malam (pukul 17.00 sampai pukul 18.00), jam hening (pukul 20.00 sampai pukul 6.00) yaitu siswi tidak boleh berbicara di dalam kamar, tidak boleh mengajak teman berbeda kamar berkunjung ke dalam kamar, siswi harus tidur sendiri di kamar masing-masing. Adapula waktu belajar yang harus ditepati bagi kelas 1 dan 2 SMA, yaitu ( pukul 19.00 sampai 20.30) dilaksanakan di ruang belajar diawasi oleh suster pembina.

Siswi SMA yang tinggal di asrama tersebut berusia antara 15 sampai 18 tahun yang digolongkan pada fase remaja madya (Santrock, 1986). Pada tahap perkembangan remaja individu dihadapkan pada berbagai isu perkembangan psikososial, yang salah satunya adalah perkembangan kemandirian (Steinberg,

2002). Remaja yang mandiri adalah remaja yang mampu mengatur dirinya sendiri,

menegakkan independency terhadap orangtua. Perbedaan lingkungan rumah dengan asrama akan menuntut remaja untuk mengembangkan kemandirian.

(44)

nilai-6 Universitas Kristen Maranatha nilai orang lain. Siswi mandiri tidak lagi memandang orangtua sebagai figur ideal, artinya tidak memandang orangtua sebagai orang yang “ selalu tahu ” dan “ selalu benar “. Selain itu siswi mandiri akan memiliki kebebasan pribadi (privacy) dan berani bertanggung jawab atas segala tindakannya.

Steinberg (2002) membedakan kemandirian menjadi tiga bentuk, yaitu :

kemandirian emosional (emotional autonomy) yang melibatkan perubahan bentuk (transformasi) dalam membina relasi dengan orang-orang terdekat, khususnya dengan orangtua; kemandirian perilaku (behavioral autonomy) merujuk pada kapasitas remaja untuk mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mampu untuk melaksanakannya; dan kemandirian nilai (value autonomy) yang diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan nilai-nilai, konsep-konsep, dan prinsip yang dimilikinya sendiri tatkala hendak mengambil keputusan atau melakukan tindakan. Penelitian ini akan difokuskan pada kemandirian emosional.

Siswi yang tinggal asrama “ X “ tersebut pada umumnya baru pertama kali jauh dan lepas dari pengawasan orang tua, oleh karenanya, persiapan yang paling utama adalah mandiri secara emosional. Siswi yang mandiri secara emosional berarti harus mampu menyelesaikan dan mengatasi berbagai permasalahan dirinya seperti rasa takut, sedih serta kecewa tanpa bantuan orang tuanya.

(45)

7 Universitas Kristen Maranatha membuat siswi menemukan berbagai permasalahan bagi dirinya yang menuntut siswi lebih mandiri secara emosional.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang siswi yang tinggal asrama “ X “ di Kota Bandung, diketahui bahwa terdapat 40% memiliki kemandirian emosional yang cenderung tinggi. Hal ini ditunjukkan, siswi tersebut yang memutuskan sendiri untuk tinggal di asrama, siswi tersebut mampu mengatasi permasalahannya sendiri tanpa meminta bantuan orangtua, siswi menggangap orangtuanya bukan sebagai orang yang paling ideal serta paling berkuasa, siswi tersebut menganggap orangtuanya bukan sebagai model, tetapi dapat dijadikan teman untuk bertukar pikiran yang mampu untuk menyatakan perbedaan pendapat, siswi tersebut masih menjaga privasinya untuk tidak diketahui oleh orangtuanya.

Sedangkan 60% memiliki kemandirian emosional yang cenderung rendah. Hal ini di tunjukkan bahwa yang menyuruh siswi tersebut untuk tinggal di asrama adalah orangtuanya, siswi masih meminta bantuan kepada orang tua apabila mengalami suatu permasalahan, masih memandang orang tua sebagai orang yang berkuasa dan sebagai model, orangtua mengetahui tentang hal privasi mereka.

(46)

8 Universitas Kristen Maranatha kerena itu peneliti tertarik untuk melakukan survey mengenai bagaimana kemandirian emosional pada siswi SMA yang tinggal di asrama “ X “ Bandung.

1.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut diatas, maka menimbulkan pertanyaan sebagai berikut :

- Seperti apakah gambaran kemandirian emosional pada siswi SMA yang tinggal di asrama “ X “ Kota Bandung?

1.2 Maksud Dan Tujuan Penelitian

- Maksud penelitian adalah untuk memperoleh gambaran tentang

kemandirian emosional pada siswi SMA yang tinggal di asrama “ X “ Kota Bandung.

- Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui derajat kemandirian

emosional pada siswi SMA yang tinggal di asrama “ X “ Kota Bandung.

-1.3 Kegunaan Penelitian

1.3.1 Kegunaan Ilmiah

(47)

9 Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Kegunaan Praktis

- Memberikan informasi bagi para orang tua, dan kalangan pendidik lainnya mengenai pentingnya kemandirian emosional bagi remaja. - Memberikan informasi bagi psikolog, terapis dan para ahli lainnya

untuk memberikan masukan bagi pengembangan kemandirian emosional pada remaja.

1.4 Kerangka Pemikiran

Siswi SMA yang tinggal di asrama “ X “ berusia antara 15 sampai 18 tahun dan tergolong fase remaja madya (Santrock, 1986). Masa remaja adalah tahapan yang akan dilewati oleh individu pada perkembangan sepanjang rentang kehidupan, terletak antara masa anak–anak dan masa dewasa. Masa remaja juga disebut sebagai masa transisi dari masa anak-anak menjadi masa remaja, dan didalamnya terjadi perubahan yang pesat dalam aspek fisik, pikologis, sosial, maupun emosional.

Pada masa remaja terdapat hal-hal baru yang ditemukan seiring masa perkembangannya yaitu , perkembangan identitas diri dan perubahan berpikir konkret menjadi berpikir secara formal sehingga membuat remaja menjadi lebih kritis (Steinberg, 2003) .

(48)

10 Universitas Kristen Maranatha yang layak tersebut, bagi siswi baru yang berasal dari luar daerah Bandung dan mereka tidak mempunyai keluarga maka mereka pun akan memilih tinggal asrama, karena tinggal di asrama merupakan tempat tinggal sementara selama masa bersekolah.

Tinggal di asrama pada umumnya bertujuan agar siswi bersekolah lebih lancar dan terdukung proses belajarnya serta peningkatan kematangan dan tanggung jawab yang membentuk kemandirian karena jauh dari orangtua. Siswi yang tinggal yang tinggal di asrama, dituntut untuk hidup lebih mandiri dibanding dengan siswi yang tinggal dengan orangtuanya. Siswi yang tinggal di asrama harus mampu menghadapi berbagai permasalahnya dan mengatur kehidupan sehari-hari sendiri, termasuk dalam menyelesaikan masalah tanpa bantuan orangtua dan percaya akan kemampuan dirinya untuk membuat keputusan yang terbaik dalam menyelesaikan masalah tersebut, oleh karena itu mereka dituntut mengembangkan kemandirian yaitu salah satu aspeknya kemandirian emosional.

(49)

11 Universitas Kristen Maranatha Hal inilah yang menjadi tanda apakah siswa tersebut telah mengembangkan kemandirian emosional atau belum, oleh karena itu mereka dituntut untuk mengembangkan kemandirian emosional dalam dirinya.

Dikaitkan dengan remaja yang berstatus sebagai siswa SMA dan tinggal di asrama ”X“ di Kota bandung, kemandirian merupakan salah satu aspek penting dalam tugas perkembangan kehidupan remaja SMA, tidak terkecuali yang tinggal di asrama, karena kemandirian adalah salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai oleh setiap remaja sebagai persiapan untuk melangkah ke masa dewasa.

Steinberg (2002) menyatakan bahwa meskipun perkembangan kemandirian

merupakan isu psikososial yang penting sepanjang rentang kehidupan, namun perkembangan kemandirian yang menonjol terjadi selama masa remaja, karena perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan sosial yang pesat yang terjadi pada periode ini.

Sejalan dengan perubahan-perubahan yang mendasar di atas, remaja juga dihadapkan pada tugas untuk mengembangkan kemandirian. Menurut Steinberg

(2002), bentuk kemandirian yang paling mula harus dikembangkan adalah

kemandirian emosional. Kemandirian emosional merujuk kepada perubahan dalam hubungan dengan orang-orang terdekat khususnya orangtua.

(50)

12 Universitas Kristen Maranatha Ketiga tipe kemandirian akan berkembang secara bertahap sesuai dengan perkembangan individu yang bersangkutan. Diawali oleh perkembangan kemandirian emosi (emotional autonomy), kemandirian perilaku (behavioral

autonomy) dan kemandirian nilai (value autonomy). Perkembangan kemandirian

emosi dan tingkah laku berlangsung lebih awal yaitu pada masa remaja awal (usia 11 sampai 14 tahun) dan remaja madya (usia 15 sampai 18 tahun) sedangkan perkembangan kemandirian nilai berlangsung pada (usia 19 sampai 21 tahun)

Berdasarkan teori perkembangan yang menyatakan bahwa remaja diharapkan sudah mengembangkan kemandirian emosional serta keberadaan siswi yang jauh dari orangtua maka, penelitian ini akan difokuskan pada kemandirian emosional (emotional autonomy). Kemandirian emosional (emotional autonomy) merupakan suatu tipe dari kemandirian yang berhubungan dengan perubahan dalam hubungan dengan orang-orang terdekat, khususnya orangtua. Kemandirian emosional meliputi empat aspek, yaitu:

De-idealized, remaja mampu memandang dan menerima orangtuanya sebagaimana adanya, bukan lagi sebagai figur yang paling ideal yang selalu tahu dan selalu benar dan remaja mampu menerima orangtuanya sebagai mana adanya;

Parent as people, remaja mampu memandang orangtuanya seperti memandang

(51)

13 Universitas Kristen Maranatha bergantung pada orangtuanya, dengan cara mengatasi sendiri gejolak perasaan-perasaan (bingung, kecewa, sedih, takut, gembira, marah) yang dialaminya, remaja mampu untuk membuat keputusan dalam menyelesaikan masalahnya, meskipun demikian remaja dapat mendiskusikan dengan orang tuanya dan mampu mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang dipilihnya untuk mengatasi masalah-masalah pada dirinya sendiri; Individuated, remaja mampu memilki pribadi yang berbeda dengan orangtuanya, remaja merasa berbeda dengan orang tuanya, remaja menegakkan privasi.

Adapun keempat aspek di atas bila dijelaskan pada siswi asrama “ X “ Bandung, misalnya apabila Siswi mendapat sanksi karena melanggar aturan tata tertib asrama, maka ia berpikir bahwa sanksi ini adalah konsekuensi yang harus di pikulnya sendiri oleh karena itu orang tua tidak perlu tahu (Individuated), Siswi mencoba untuk mempertanggung jawabkan resiko dari sanksi yang diterimanya (Non - dependency), Siswi memandang bahwa kesalahannya karena melanggar peraturan asrama dan mendapatkan sanksi bisa saja terjadi terhadap siapapun termasuk orangtuanya (De-Idealized), ketika orangtuanya bertanya mengenai kesalahan yang diperbuatnya di asrama maka siswi dapat membicarakan dengan orang tua secara dewasa (Parent as People)

(52)

14 Universitas Kristen Maranatha ide-ide dan nilai-nilai tanpa berperan sebagai anak. Kemandirian emosional memungkinkan siswi remaja untuk lebih mandiri, kompeten dan seorang yang telah terpisah dengan orang tuanya. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemandirian yaitu faktor kelompok teman sebaya dan faktor orangtua serta orang dewasa yang lain.

Faktor pertama, kelompok teman sebaya bisa menjadi lingkungan yang menguji keterampilan remaja dalam membuat keputusan dimana kehadiran orang dewasa untuk memonitor dan mengontrol teman sebaya menjadi berkurang (Hill

& Holmbeck, 1986).

Faktor kedua, Orangtua atau orang dewasa lain dapat membantu kemandirian remaja dengan berangsur-angsur mengendurkan kendali namun mereka tetap melengkapi aturan dan memonitor kebebasan kepada remaja dan menuntut agar lebih baik dalam memerintah dirinya. (James Yoanisi &

Jacquline smollar, 1985, dalam Shaffer,1994)

Dengan adanya kelompok teman sebaya dan peran orangtua dalam kehidupan remaja maka, bisa membuat remaja menjadi lebih mandiri atau menjadi kurang mandiri secara emosional, remaja cenderung tergantung dan bertingkah laku sesuai dengan saran kelompok teman sebaya dan orangtuanya atau remaja bisa menerima pendapat dari orang tua dan teman sebagai bahan masukan tetapi masih dapat melakukan kehendaknya pribadi di dalam menyelesaikan permasalahnya.

(53)

15 Universitas Kristen Maranatha remaja. Perkembangan kemandirian pada masa remaja adalah bertahap, progresif meskipun penting secara relatif tidak berlangsung secara dramatik, sebab pada masa ini remaja akan melewatkan waktu jauh dari pengawasan langsung orangtua dan remaja akan mempelajari tingkah laku sendiri menurut cara-cara yang bertanggung jawab.

Bagi siswi SMA asrama “ X “ yang mempunyai kemandirian emosional yang tinggi akan menunjukan tingkah laku seperti: tidak tergesa-gesa dalam meminta bantuan orangtua saat membutuhkan bantuan, Siswi asrama tidak lagi memandang orangtua sebagai orang yang serba tahu dan mempunyai wewenang penuh. Siswi asrama dapat memandang orangtua sebagai teman atau orang yang dipercaya bukan sebagai model, selain itu juga remaja memiliki hal-hal pribadi atau kejadian yang tidak ingin diketahui oleh orangtua.

Bagi siswi SMA asrama “ X “ yang mempunyai kemandirian emosional yang rendah akan menunjukan tingkah laku seperti: tergesa-gesa dalam meminta bantuan orangtua saat membutuhkan bantuan. Siswi asrama memandang orangtua sebagai orang yang serba tahu dan mempunyai wewenang penuh. Siswi asrama tidak dapat memandang orangtuanya sebagai teman atau orang yang dipercaya melainkan sebagai model, selain itu juga remaja tidak memiliki hal-hal pribadi atau kejadian yang tidak diketahui oleh orangtua.

(54)

16 Universitas Kristen Maranatha 1.5 Skema Kerangka Pikir

Siswi SMA yang tinggal di

asrama “ X “ Kota Bandung

Tinggi

Rendah Faktor yang

berpengaruh:

• Orang tua atau figur signifikan • Teman sebaya

(peer group) • Lingkungan di

asrama

KEMANDIRIAN EMOSIONAL

Aspek-aspek : 1. De-idealized

2. Parent as people

3. Non dependency

(55)

17 Universitas Kristen Maranatha 1.6Asumsi

- Kemandirian emosional merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan hidup remaja.

- Dengan bertempat tinggal jauh dari pengawasan dan aturan orangtua (tinggal di asrama) diharapkan kemandirian emosional remaja akan terbentuk lebih baik

- Kemandirian emosional dapat berkembang dengan dukungan dari keluarga, teman, institusi sekolah dan asrama.

(56)

54 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

- Sebagian besar siswi penghuni asrama “ X “ masih memperlihatkan kekurangmampuan untuk melepaskan diri dari ketergantungan & keterlibatan orangtua atau orang dewasa lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

- Dari 25% Siswi yang memiliki kemandirian emosional yang tinggi tetapi kurang optimal pada aspek Non dependency dan Individuated artinya, masih menunjukan ketergantungan kepada orangtua atau orang dewasa lain disekitarnya, khususnya ketika dihadapkan pada situasi pemecahan masalah pada dalam kehidupan sehari-hari, ketergantungan ini, ikut diwarnai oleh keengganan siswi untuk ” berbeda ” dengan orangtuanya, tidak mampu mengembangkan privacy dihadapan orang tuanya.

- Faktor-faktor yang mendasari kemandirian emosional yaitu :

(57)

55 Universitas Kristen Maranatha tergesa-gesa dalam meminta bantuan orangtua didalam menghadapi permasalahan

Peer group, Siswi penghuni asrama “ X “ yang memiliki teman

dekat yang banyak cenderung kurang mandiri secara emosional dibandingkan siswi SMA yang memiliki teman yang tidak banyak

5.2 Saran

Berdasarkan Penelitian ini dapat diajukan saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak –pihak yang berkepentingan.

5.2.1 Untuk penelitian selanjutanya disarankan untuk meneliti Hubungan antara

Kemandirian emosional dan pola asuh orangtua

5.2.2. Bagi pihak lain yang terlibat dalam penelitian ini dapat diberikan saran

(58)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W . 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Nazir, Moh., Ph. D.2003. Metodelogi penelitian. Penerbit : Ghalia Indonesia.

Santrock, John W, 2003. Metodelogi Penelitian. Penerbit : PT . Gramedia Widiasarana

Indonesia

Steinberg, Lawrence, 2003 ; Adolescence. 3th ed., New York : McGraw Hill, Inc.

Social, Emotional, and Personality development, New York : john Wiley and Sons, Inc

Siegel, 1990 . Statistik non Parametrik untuk ilmu Sosial. Cetakan keempat. Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama.

Silalahi, 1999; Metode dan Metodelogi Penelitian, Bandung; Bina budaya

Bandung

(59)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Achmad Alvin. 2006 Hubungan Pola Asuh tipe Authoritative Dan kemandirian Perilaku Pada

Mahasiswa angkatan 2006 Fakulta psikologi Universitas “ X “ Yang Kost Di Bandung. Skripsi.

Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen maranatha

Martanti. 2005. Hubungan Antara Kemandirian Dengan Kemampuan Penyesuaian Sosial Pada

Mahasiswa Angkatan 2006 Fakultas Psikologi Universitas Unisba Yang Memiliki Kelompok

Teman Sebaya. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung

Http: // www. Maranatha.edu

Gambar

Tabel jawaban responden
Tabel kemandirian emosional
Tabel A. Tabulasi Silang Kemandirian Emosional Dengan Kelengkapan
Tabel D. Tabulasi Silang Kemandirian Emosional Dengan Menceritakan
+2

Referensi

Dokumen terkait

This paper introduces a low-cost UAV-based multi-sensor mapping payload which supports real-time processing and can be effectively used in rapid-response applications1. The

“Vous qui faites l'endormie” (dari Opera Faust) oleh Charles Gounod (Era Romantik) Bercerita tentang seorang Iblis (Mephistoteles) yang menggoda seorang manusia (Faust).. Repertoar

tampil yang lebih menarik dengan tubuh yang ideal yaitu kurus maka remaja akan memilih untuk melakukan perilaku yang tidak sehat, diet sembarangan seperti minum obat pencahar,

Dari uji korelasi rank spearman pada taraf kepercayaan 95 % menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara karakteristik sosial ekonomi dengan partisipasi dan

This broader definition indicates that literacy is not just the main business of learning to read and write and certain aspect of language knowledge such as

Kurkuminoid merupakan kumpulan tiga jenis senyawa yaitu bis-metoksi, demetoksi dan kurkumin yang dapat berpotensi sebagai sunscreen, sehingga sediaan yang akan dibuat

[r]

 Guru menyuruh siswa untuk membuat kalimat sesuai dengan gambar.  Kemudian siswa menyusun karangan