ALOKASI DANA DESA
Studi Kasus Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Maria Fransisca Vina Febriani Manaan NIM : 132114057
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE
DALAM PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN
PERTANGGUNGJAWABAN ALOKASI DANA DESA
Studi Kasus Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Kabupaten BantulSkripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Maria Fransisca Vina Febriani Manaan NIM : 132114057
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
S k r i p s i
PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE
DALAM PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN
PERTANGGUNGJAWABAN ALOKASI DANA DESA
Studi Kasus Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul
Oleh :
Maria Fransisca Vina Febriani Manaan NIM : 132114057
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing,
iii SKRIPSI
PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE
DALAM PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN
PERTANGGUNGJAWABAN ALOKASI DANA DESA
Studi Kasus Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Kabupaten BantulDipersiapkan dan ditulis oleh: Maria Fransisca Vina F. M
NIM: 132114057
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal ... 2017
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua ...
Sekretaris ...
Anggota ...
Anggota ...
Anggota ...
Yogyakarta, 2017 Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Dekan
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Pertolonganku adalah dari Tuhan, yang menciptakan langit dan bumi”
[Mazmur 121:2]
Apa yang kau alami kini, Mungkin tak dapat engkau mengerti.
Satu hal tanamkan dihati,
Indah semua yang Tuhan beri [Maria Shandi]
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah,
maka pintu akan dibukakan bagimu”. [Ulangan 31:6]
Ku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus
Bapak Servasius Yori Manaan dan Mama Weldetrudis Herly Astuty
Mas Vanny, Mbak Endar, Mbak Vita, Mas Andy, Mbak Nia
Neva, Areta dan Ben
Keluarga besar
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
“PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN ALOKASI DANA DESA” Studi Kasus Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan diajukan untuk diuji pada tanggal 14 Juni 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja ataupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Juli 2017 Yang membuat pernyataan,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Maria Fransisca Vina F. M
NIM : 132114057
Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENERAPAN
PRINSIP GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE DALAM
PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN
ALOKASI DANA DESA” Studi Kasus Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul.
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 31 Juli 2017
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan berkat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan,
dukungan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma
yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan
kepribadian di Universitas Sanata Dharma kepada penulis.
2. A. Yudi Yuniarto, S.E., MBA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma.
3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., CA., selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian di
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
kepada penulis.
4. Dr. Fr. Ninik Yudianti., M. ACC, QIA selaku dosen pembimbing skripsi yang
viii
5. Ilsa Haruti Suryandari, SE., SIP., M.Sc., AK., CA. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan studi.
6. Kepala Desa Wijirejo dan segenap pamong Desa Wijirejo yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Bapak, Ibu, kakak-kakak, keponakan beserta keluarga besar tercinta atas doa,
kasih sayang, perhatian, masukkan dan pengorbanan yang begitu besar secara
moral maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Sahabat dan teman seperjuanganku Mbak Karin, Alma, Tata, Siska, Lidya,
Martin, Indah, Ensa, Mbak Agatha, Kak Aven, Kak Dita, Mbak Maria, Kak
Stella, Mbak Fanny, dan teman-teman MPAT Kelas A terimakasih telah
menemani, memberi motivasi dan berproses bersama sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 31 Juli 2017
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
C. Good Government Governance ... 15
D. Prinsip Transparansi ... 16
E. Prinsip Akuntabilitas ... 18
F. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa ... 19
1. Perencanaan ADD ... 20
2. Pelaksanaan ADD ... 20
3. Pertanggungjawaban ADD ... 21
x
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel ... 28
1. Prinsip Good Government Governance ... 28
2. Perencanaan Alokasi Dana Desa ... 28
3. Pelaksanaan Alokasi Dana Desa ... 28
4. Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa ... 28
F. Teknik Analisis Data ... 29
G. Kerangka Penelitian... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA WIJIREJO ... 40
A. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 40
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Deskripsi Data Responden ... 44
1. Responden Berdasarkan Usia ... 45
2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46
3. Responden Berdsarkan Lama Jabatan ... 46
4. Responden Berdasarkan Pendidikan ... 47
B. Deskripsi Hasil Kuesioner ... 47
C. Penerapan Prinsip Good Government Governance dalam Perencanaan ADD di Desa Wijirejo ... 54
D. Penerapan Prinsip Good Government Governance dalam Pelaksanaan ADD di Desa Wijirejo ... 59
E. Penerapan Prinsip Good Government Governance dalam Pertanggungjawaban ADD di Desa Wijirejo ... 64
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Prinsip Good Government Governance,
Perencanaan ADD, Pelaksanaan ADD,
dan Pertanggungjawaban ADD ... 29
Tabel 4.1 Pekerjaan Masyarakat Desa Wijirejo Tahun 2016 ... 41
Tabel 4.2 Jumlah Prasarana Pendidikan Desa Wijirejo Tahun 2016 ... 42
Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Wijirejo Tahun 2016 ... 42
Tabel 4.4 Sarana/Prasarana Kesehatan Desa Wijirejo Tahun 2016 ... 43
Tabel 4.5 Sarana/Prasarana Ibadah Desa Wijirejo Tahun 2016 ... 43
Tabel 5.1 Data Profil Responden ... 44
Tabel 5.2 Data Responden berdasarkan Usia ... 65
Tabel 5.3 Data Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 46
Tabel 5.4 Data Responden berdasarkan Lama Jabatan ... 46
Tabel 5.5 Data Responden berdasarkan Pendidikan ... 47
Tabel 5.6 Data Hasil Kuesioner Transparansi ... 48
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Surat Ijin Penelitian ... 79
LAMPIRAN 2 Kuesioner Penelitian ... 80
LAMPIRAN 3 Daftar Pertanyaan Wawancara ... 85
xiv ABSTRAK
PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE DALAM PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN
ALOKASI DANA DESA
Studi Kasus Desa Wijirejo Kecamatan Kabupaten Bantul
Maria Fransisca Vina Febriani Manaan NIM : 132114057
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis penerapan prinsip good government governance khususnya prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban alokasi dana desa di Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari wawancara, kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip transparansi dan akuntabilitas telah diterapkan dengan baik dalam perencanaan dan pelaksanaan alokasi dana desa. Sedangkan dalam pertanggungjawaban alokasi dana desa, meskipun prinsip transparansi akuntabilitas sudah diterapkan dengan baik, masih ditemukan kesulitan dalam proses administrasi. Kendala utamanya adalah peraturan yang berubah-ubah setiap tahunnya, sehingga Pemerintah Desa masih memerlukan pendampingan dari Pemerintah Daerah dalam penyesuaian perubahan peraturan.
Kata Kunci : alokasi dana desa, good government governance, transparansi, akuntabilitas.
xv ABSTRACT
APPLICATION OF GOOD GOVENRMENT GOVERNANCE PRINCIPS IN THE PLANNING, IMPLEMENTATION, AND RESPONSIBILITY OF
VILLAGE FUND ALLOCATION
A Case Study atDesa Wijirejo Kecamatan Kabupaten Bantul
Maria Fransisca Vina Febriani Manaan Student Number: 132114057
Sanata Dharma University Yogyakarta
2017
This Research aims to describe and analyze the application of Good Government Governance principles in the planning, implementation, and responsibility process of village fund allocation at Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul.
This research was a case study with descriptive analytical approach. The data collection techniques are interview, questionnaire, observation, and documentation. The analysis technique is descriptive qualitative analysis.
The result indicated that the principles of transparency and accountability have been well implemented in the planning and application process of the village fund allocation. While in the responsibility there was a difficulty in the administration process. The main constraint was the regulation that change annually, so that the Village Government still need assistance from the Local Government to respond to regulatory changes.
Keywords: village fund allocation, good government governance, transparency, accountability
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang menganut prinsip demokrasi dalam sistem
pemerintahannya. Demokrasi dalam pemerintahan dipahami sebagai
pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Selanjutnya, untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis, pemerintah
Indonesia melaksanakan pemerintahannya dengan sistem desentralisasi.
Dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah telah diatur
mengenai pelaksanaan sistem desentralisasi di negara Indonesia. Pemerintah
pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk
melakukan serangkaian proses, mekanisme dan tahap perencanaan yang dapat
menjamin keselarasan pembangunan (Thomas,2013). Selanjutnya, untuk
mendukung penerapan sistem desentralisasi, pemerintah menggunakan sistem
otonomi daerah. Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan UU Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas UU Nomor 23 Tahun 2014, otonomi
daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan otonomi daerah, pemerintah memberikan hak,
sumber daya yang dimiliki daerah tersebut untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat.
Sistem desentralisasi dan sistem otonomi daerah yang diterapkan
pemerintah Indonesia sejak era reformasi ini telah menuntut pemerintah daerah
untuk semakin mandiri dalam pembangunan daerah masing-masing dengan
berdasar pada pemberdayaan potensi dan masyarakat setempat. Sistem
desentralisasi diterapkan hingga pemerintahan tingkat desa.
Menurut UU nomor 6 tahun 2014 tentang desa, desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintahan desa memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan
pelayanan publik. Oleh karena itu, pemerintah desa memerlukan kewenangan
tersendiri dan fasilitasi dari pemerintahan di atasnya untuk menjalankan
pemerintahannya. Dalam pembangunan desa, pemerintah pusat telah
menyerahkan wewenang seutuhnya kepada pemerintah desa. Selanjutnya,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah berperan menjadi fasilitator,
Selanjutnya, untuk mendukung pembangunan desa, pemerintah pusat melalui
pemerintah daerah memberikan dukungan dana bagi setiap desa, melalui
adanya Alokasi Dana Desa.
Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah
Kabupaten/Kota untuk Desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten atau kota untuk
menunjang segala sektor di masyarakat, serta untuk memudahkan pemerintah
dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa, khususnya dalam melakukan pemerataan dalam penataan
keuangan dan akuntabilitasnya, serta untuk mendorong peningkatan swadaya
gotong royong masyarakat. Alokasi Dana Desa (ADD) bersumber dari bagi
hasil pajak dan sumber daya alam ditambah Dana Alokasi Umum (DAU) yang
diterima oleh pemerintah kabupaten / kota setelah dikurangi Dana Alokasi
Khusus (DAK) paling sedikit 10 % diperuntukkan bagi desa dengan pembagian
secara merata dan adil dengan penerapan rumus Alokasi Dana Desa Minimal
dan Alokasi Dana Desa Proporsional (BPMPD, 2014 dalam Wida, 2016).
Dengan adanya Alokasi Dana Desa, pemerintah desa diharapkan dapat
melaksanakan pembangunan sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat,
masalah yang dihadapi, aspirasi masyarakat, dan potensi yang dimiliki. Alokasi
dana desa yang dapat mendukung pembangunan desa menuntut pengelolaan
yang baik dari pemerintah desa supaya dapat digunakan dengan optimal dan
jauh dari resiko penyelewengan oleh pihak pengelola. Maka dari itu,
pertanggungjawabannya diharapkan dapat sesuai dengan prinsip Good
Government Governance atau tata kelola pemerintahan yang baik, diantaranya
adalah transparan dan akuntabel.
Good Government Governance (Soepomo, 2007 dalam Yudea, 2009)
merupakan proses penciptaan lingkungan atau atmosfir kelembagaan yang
memungkinkan adanya interaksi antar strata pemerintahan dan antara
pemerintah dan rakyatnya (masyarakat dan swasta/dunia usaha) dalam suatu
tata nilai yang baik dan disepakati bersama. Menurut Organization for
Economic Cooperation and Development, ada 4 hal pokok yang menjadi
prinsip dari Good Government Governance yaitu keadilan, transparansi,
akuntabilitas, dan tanggungjawab. Penerapan prinsip-prinsip Good
Government Governance pada dasarnya merupakan perwujudan keamanahan
pengelola dalam menjalankan tugas yang diamanatkan kepadanya dan
kejujuran dalam pelaporan keuangan (Pratolo, 2010). Transparansi dan
akuntabilitas adalah prinsip Good Government Governance yang harus
diterapkan oleh setiap level pemerintahan. Dengan penerapan prinsip
transparansi, masyarakat akan memperoleh informasi aktual dan faktual yang
berguna bagi mereka dalam berbagai hal. Akuntabilitas adalah prinsip
pertanggungjawaban publik dimana pemerintah bertanggung jawab terhadap
pelaporan mulai dari proses penganggaran atau perencanaan, penerapan,
hingga pertanggungjawaban. Pratolo (2010) menyebutkan bahwa apabila
informasi disampaikan secara transparan kepada masyarakat, maka akan
pemerintah sehingga akan menimbulkan kinerja pemerintah menjadi lebih
baik. Apabila pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat
diterapkan dengan baik oleh pemerintah kepada masyarakat, maka akan
menimbulkan suatu kepercayaan yang tinggi dari masyarakat terhadap
pemerintah sehingga akan menimbulkan kinerja pemerintah menjadi lebih
baik.
Penelitian ini dilakukan di Desa Wijirejo dengan berfokus pada
penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas yang dilakukan oleh
pemerintahan desa dalam mengelola alokasi dana desa. Penelitian ini penting
dilakukan karena hasil penelitian dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi
pemerintah Desa Wijirejo dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa.Desa
Wijirejo adalah salah satu dari empat desa yang ada di Kecamatan Pandak
Kabupaten Bantul. Desa Wijirejo terdiri dari 10 dusun, yaitu dusun Pandak,
Bajang, Gesikan 3, Gesikan 4, Bergan, Ngeblak, Pedak, Kauman, Gedongsari,
dan Kualangan. Desa Wijirejo termasuk salah satu desa maju di Kecamatan
Pandak. Desa Wijirejo mendapatkan alokasi dana desa mulai dari tahun 2015
yaitu sebesar Rp1.178.378.000 sedangkan dalam Anggaran Pendapatan
Belanja Desa tahun 2016, jumlah alokasi dana desa Wijirejo sebesar
Rp1.223.300.000.
Motivasi penulis dalam melakukan penelitian mengenai Penerapan
Prinsip Good Government Governance dalam Perencanaan, Pelaksanaan, dan
Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa (Studi Kasus Desa Wijirejo
mendeskripsikan dan menjelaskan penerapan prinsip Good Government
Governance dalam perencanaan hingga pertanggungjawaban pengelolaan
Alokasi Dana Desa yang terdapat di Desa Wijirejo Kecamatan Pandak
Kabupaten Bantul.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah prinsip Good Government Governance telah diterapkan dalam
perencanaan Alokasi Dana Desa di Desa Wijirejo?
2. Apakah prinsip Good Government Governance telah diterapkan dalam
pelaksanaan Alokasi Dana Desa di Desa Wijirejo?
3. Apakah prinsip Good Government Governance telah diterapkan dalam
pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa di Desa Wijirejo?
C.Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti.
Penerapan prinsip Good Government Governance yang akan diteliti berfokus
pada penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas, dari keempat prinsip yang
ada, yakni keadilan, transparansi, akuntabilitas, dan responsibilitas. Hal ini
dilakukan karena prinsip transparansi dan akuntabilitas dinilai sebagai prinsip
yang paling dekat kaitannya dengan peranan masyarakat secara langsung,
mengingat tujuan Alokasi Dana Desa adalah mendukung pemerintah desa untuk
D.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah sebagaimana tersebut diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan dan menganalisis penerapan prinsip Good Government
Governance dalam perencanaan Alokasi Dana Desa di Desa Wijirejo.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis penerapan prinsip Good Government
Governance dalam pelaksanaan Alokasi Dana Desa di Desa Wijirejo.
3. Mendeskripsikan dan menganalisis penerapan prinsip Good Government
Governance dalam pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa di Desa
Wijirejo.
E.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat meberikan manfaat bagi berbagai pihak
antara lain:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
bagi peneliti tentang penelitian dan tentang transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan Alokasi Dana Desa.
2. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan bagi
kemajuan akademisi dan dapat dijadikan acuan atau referensi bagi
penelitian selanjutnya.
Sebagai masukan kepada Pemerintah Desa Wijirejo Kecamatan Panarukan
dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Alokasi
Dana Desa.
F. Sistematika Penulisan
Bab I: Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah. batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II: Landasan Teori
Pada bab ini akan diungkapkan mengenai teori-teori yang menyangkut
alokasi dana desa dan Good Government Governance yang akan dipakai
penulis sebagai dasar untuk menganalisis data-data yang diperoleh dari
Desa Wijirejo.
Bab III: Metode Penelitian
Pada bab ini terdiri dari jenis penelitian, jenis dan sumber data, teknik
pengumpulan data, lokasi penelitian, variabel penelitian, pengukuran
variabel, keabsahan data, teknik analisis data, dan kerangka pemecahan
masalah yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan.
Bab IV: Gambaran Umum Objek Penelitian
Pada bab ini berisi mengenai gambaran umum Desa Wijirejo, yang
BabV: Analisis Data Dan Pembahasan
Pada bab ini akan diuraikan analisis data dan hasil penelitian yang
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang diteliti.
BabVI: Penutup
Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis data dan pembahasan
dalalm BAB V, keterbatasan penelitian, dan saran yang sekiranya
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Desa
1. Pengertian Desa
Menurut UU No. 6 Tahun 2014, Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa
adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Desa. Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan dalam
demokrasi penyelenggaraan pemerintah desa. Anggota BPD ialah wakil
dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah.
Anggota BPD terdiri dari ketua RW, pemangku adat, golongan profesi,
pemuka agama atau tokoh masyarakat lainnya.
Menurut Paul H. Landis dalam Syachbrani (2012), Desa adalah suatu
wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri:
pergaulan hidup yang saling kenal-mengenal antar penduduk; pertalian
perasaan yang sama tentang suatu kesukaan dan kebiasaan; kegiatan
ekonomi yang pada umumnya agraris dan masih dipengaruhi oleh alam
sekitar, seperti iklim dan keadaan serta kekayaan alam. Syarat dalam
pembentukan sebuah desa, di antaranya sebagai berikut :
1. Batas usia desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak
pembentukan;
2. Jumlah penduduk, yaitu:
a. Wilayah Jawa paling sedikit 6.000 (enam ribu) jiwa atau 1.200
(seribu dua ratus) kepala keluarga;
b. Wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa atau 1.000
(seribu) kepala keluarga;
c. Wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 (empat ribu) jiwa atau 800
(delapan ratus) kepala keluarga;
d. Wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling sedikit 3.000
(tiga ribu) jiwa atau 600 (enam ratus) kepala keluarga;
e. Wilayah Nusa Tenggara Barat paling sedikit 2.500 (dua ribu lima
ratus jiwa atau 500 (lima ratus) kepala keluarga;
f. Wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, SulawesiTenggara,
Gorontalo, dan Kalimantan Selatan paling sedikit 2.000 (dua ribu)
jiwa atau 400 (empat ratus) kepala keluarga;
g. Wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, dan Kalimantan Utara paling sedikit 1.500 (seribu lima
h. Wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara paling
sedikit 1.000 (seribu) jiwa atau 200 (dua ratus) kepala keluarga;
dan
i. Wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 (lima ratus) jiwa
atau 100 (seratus) kepala keluarga.
3. Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antarwilayah;
4. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat
sesuai dengan adat istiadat Desa;
5. Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung;
6. Batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah
ditetapkan dalam peraturan Bupati/ Walikota;
7. Sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan pelayanan publik;
dan
8. Tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan
lainnya bagi perangkat Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
2. Struktur Organisasi Desa
Menurut UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, dalam melaksanakan
pemerintahan desa, terdapat tugas pemerintahan yang harus dilakukan oleh
tiap desa. Tugas Pemerintah Desa adalah sebagai berikut :
a. Memimpin penyelenggaran Pemdes berdasarkan kegiatan yang di
b. Mengajukan Rencana Peraturan Desa
c. Menetapkan Peraturan Desa
d. Mengajukan Rencana APBDes
e. Membina kehidupan Masyarakat Desa
f. Membina perekonomian Desa
g. Mengkoordinasiakan Pembangunan Desa secara partisipatif dan
Swadaya Masyarakat
h. Meningkatkan Kesejahteraan rakyat
i. Ketentraman dan ketertiban
j. Menjalin hubungan kerja sama dengan mitra Pemdes
k. Pengembangan Pendapatan Desa dan sebagainya
Struktur Organisasi Pemerintah di tiap Desa di seluruh Kabupaten
Bantul dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:
Sumber : Peraturan Bupati Bantul Nomor 42 Tahun 2016
LURAH DESA BPD
SEKRETARIAT DESA CARIK DESA
URUSAN KEUANGAN
SEKSI PEMERINTAHAN
SEKSI PELAYANANAN SEKSI
KESEJAHTERAAN
PEDUKUHAN
URUSAN TATA USAHA
DAN UMUM
URUSAN PERENCANAAN
Keterangan:
: garis komando/tanggung jawab
B.Alokasi Dana Desa
Menurut UU No. 6 Tahun 2014 dana Desa adalah dana yang bersumber
dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang
ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan,
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Alokasi Dana Desa adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah
dikurangi Dana Alokasi Khusus. ADD sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima
kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah
dikurangi dana alokasi khusus. Secara terperinci, pengalokasian ADD dalam
APBDes wajib memperhatikan peruntukannya dengan persentase anggaran : 1.
Paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja desa
digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa, 2. Paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah
anggaran belanja desa yang digunakan untuk penghasilan tetap dan tunjangan
kepala desa dan perangkat desa, operasional Pemerintah Desa, tunjangan dan
operasioanal Badan Permusyawaratan Desa, dan insentif rukun tetangga (RT)
Tujuan Alokasi Dana Desa adalah:
1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah desa dalam pelaksanaan
pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan kewenangannya;
2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara
partisipastif sesuai dengan potensi desa;
3. Meningkatnya pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha bagi masyarakat desa;
4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong.
C.Good Government Governance
Good Government Governance merupakan proses penciptaan
lingkungan atau atmosfir kelembagaan yang memungkinkan adanya interaksi
antar strata pemerintahan dan antara pemerintah dan rakyatnya (masyarakat dan
swasta/dunia usaha) dalam suatu tata nilai yang baik dan disepakati bersama
(Soepomo, 2007, dalam Yudea, 2009).Organization for Economic Cooperation
and Development menyebutkan 4 hal pokok yang menjadi prinsip dasar Good
Government Governance, yaitu:
1. Keadilan (Fairness)
Melindungi segenap kepentingan dan stakeholder lainnya dari
rekayasa-rekayasa dan transaksi-transaksi yang bertentangan dengan peraturan
yang berlaku.
Meningkatkan keterbukaan (disclosure) dari kinerja pemerintah daerah
secara teratur dan tepat waktu (timely basis) serta benar (accurate)
3. Dapat dikontrol (Accountibility)
Menciptakan sistem pengawasan yang efektif didasarkan atas distribusi
dan keseimbangan kekuasaan (distribution and balance of power)
4. Tanggungjawab (Responsibility)
Pemerintah memiliki tanggungjawab untuk mematuhi hukum dan
ketentuan peraturan yang berlaku termasuk tanggap terhadap
kepentingan masyarakat.
D.Prinsip Transparansi
Pada Pasal 4 ayat 7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
No. 37 Tahun 2007, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dikatakan
transparan adalah prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan
daerah. Dengan adanya transparansi menjamin akses atau kebebasan bagi setiap
orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,
yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanannya, serta
hasil-hasil yang dicapai.
Transparansi pengelolaan keuangan publik merupakan prinsip Good
Government Governance yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik.
Dengan dilakukannya transparansi tersebut publik akan memperoleh informasi
untuk (1) membandingkan kinerja keuangan yang dicapai dengan yang
direncanakan (realisasi v.s anggaran), (2) menilai ada tidaknya korupsi dan
manipulasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban
anggaran, (3) menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan
yang terkait, (4) mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu
antara manajemen organisasi sektor publik dengan masyarakat dan dengan pihak
lain yang terkait (Mahmudi, 2010).
Setidaknya ada enam prinsip transparansi yang dikemukakan oleh
Humanitarian Forum Indonesia (HFI) dalam Rahmawati (2014) yaitu:
1. Adanya informasi yang mudah dipahami dan diakses (dana, cara
pelaksanaan, bentuk bantuan atau program)
2. Adanya publikasi dan media mengenai proses kegiatan dan detail
keuangan.
3. Adanya laporan berkala mengenai pendayagunaan sumber daya dalam
perkembangan proyek yang dapat diakses oleh umum.
4. Laporan tahunan
5. Website atau media publikasi organisasi
6. Pedoman dalam penyebaran informasi
Kristiantem (2006) dalam Rahmawati (2014) menyebutkan bahwa transparansi
dapat diukur melalui beberapa indikator :
a. Kesediaan dan aksesibilitas dokumen
b. Kejelasan dan kelengkapan informasi
d. Kerangka regulasi yang menjamin transparansi
E.Prinsip Akuntabilitas
Menurut Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan RI, dalam Subroto (2009), akuntabilitas adalah
kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan
menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/pimpinan suatu unit organisasi
kepada pihak yang memiliki hak atau yang berwenang meminta
pertanggungjawaban. Akuntabilitas adalah hal yang penting untuk menjamin
nilai – nilai seperti efisiensi, efektifitas, reliabilitas, dan prediktibilitas. Suatu
akuntabilitas tidak abstrak tapi kongkrit dan harus ditentukan oleh hukum
melalui seperangkat prosedur yang sangat spesifik mengenai masalah apa saja
yang harus dipertanggungjawabkan. Sulistiyani dalam Subroto (2009)
menyatakan bahwa tranparansi dan akuntabilitas adalah dua kata kunci dalam
penyelenggaraan pemerintahan maupun penyelenggaraan perusahaan baik,
dinyatakan juga bahwa dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk
menyajikan dan melaporkan segala kegiatan terutama dalam bidang administrasi
keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Akuntabilitas dapat dilaksanakan
dengan memberikan akses kepada semua pihak yang berkepentingan, bertanya
atau menggugat pertanggungjawaban para pengambil keputusan dan pelaksaan
baik ditingkat program, daerah dan masyarakat. Dalam hal ini maka semua
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan Alokasi Dana Desa harus dapat
diakses oleh semua unsur yang berkepentingan terutama masyarakat di
Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang
berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan, dan
pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan
kepada DPRD dan masyarakat. Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk
mengetahui anggaran tersebut tetapi juga berhak untuk menuntut
pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut
(Mardiasmo, 2002: 105).
Menurut Solihin (2007) dalam Rahmawati (2014) indikator
minimum akuntabilitas yaitu :
a. Adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur
pelaksanaan
b. Adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan atau kelalaian dalam
pelaksanaan kegiatan
c. Adanya output dan outcome yang terukur
F. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa (ADD)
Perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban ADD berpedoman
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun
2014 pasal 20, 24, dan 38 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
1. Perencanaan ADD
a. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang
b. Sekretaris Desa menyampaikan Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa kepada Kepala Desa.
c. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh Kepala Desa kepada
Badan Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan disepakati
bersama.
d. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disepakati bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lambat bulan Oktober
tahun berjalan.
2. Pelaksanaan ADD
a. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan
kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.
b. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di
wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
c. Semua penerimaan dan pengeluaran desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.
3. Pertanggungjawaban ADD
a. Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun
b. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari pendapatan,
belanja, dan pembiayaan.
c. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Desa.
d. Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilampiri:
a. format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
APBDesa Tahun Anggaran berkenaan;
b. format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun
Anggaran berkenaan; dan
c. format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
G.Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran Penerapan Prinsip Good Government Governance
Dalam Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa
dapat digambarkan dalam bagan kerangka pikir sebagaimana Gambar 2.2
berikut :
UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Bupati Bantul Nomor 19 Tahun 2016
Pengelolaan Alokasi Dana Desa di tingkat Desa
Perencanaan ADD Pelaksanaan ADD Pertanggungjawaban ADD
Partisipasi
Transparansi
Transparansi
Akuntabilitas
Akuntabilitas
BAB III Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan analisis
deskriptif. Teknik studi kasus adalah salah satu teknik pengumpulan data yang
dibutuhkan dengan cara menarik sampel dari unit sampel tertentu yang
berhubungan dan dipelajari secara lebih mendalam (Wiyono, 2011:135).
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer menurut Sanusi (2014:104) adalah data yang pertama kali
dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti. Peneliti dapat mengontrol tentang
kualitas data tersebut, dapat mengatasi kesenjangan waktu antara saat
dibutuhkan data itu dengan yang tersedia, dan peneliti lebih leluasa
dalam menghubungkan masalah penelitiannya dengan kemungkinan
ketersediaan data di lapangan. Di dalam penelitian ini data primer
diperoleh melalui wawancara langsung, observasi, dan kuesioner yang
ditujukan kepada pihak yang bersangkutan dengan pengelolaan Alokasi
Dana Desa di Desa Wijirejo. Data primer dalam penelitian ini berupa
penilaian para narasumber dan responden terhadap penerapan prinsip
Good Government Governance dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa
Wijirejo yang tertuang dalam jawaban kuesioner dan wawancara, serta
hasil observasi peneliti terhadap pengelolaan Alokasi Dana Desa
Wijirejo dalam bentuk foto.
2. Data Sekunder
Menurut Sanusi (2014:104), data sekunder adalah data yang sudah
tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain. Peneliti dapat memanfaatkan
data tersebut menurut kebutuhannya. Data sekunder penelitian ini
diperoleh dari data milik pemerintahan Desa Wijirejo dan data di
Kecamatan Pandak. Data-data tersebut antara lain berupa data jumlah
penduduk Desa Wijirejo, data wilayah Desa Wijirejo,laporan keuangan
Desa Wijirejo, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Wijirejo
tahun 2016. Selain itu, data sekunder dalam penelitian ini juga dapat
berupa foto-foto yang tersedia berkaitan dengan pelaksanaan
pengelolaan Alokasi Dana Desa Wijirejo.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Wawancara
Teknik ini dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan secara lisan kepada para pejabat desa Wijirejo yang akan
menjadi narasumber dalam penelitian ini. Narasumber yang akan
diwawancara adalah Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan
Permusyawaratan Desa), Ketua LPMD (Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa), Kepala Urusan Pemerintahan dan Sekretaris TPK
(Tim Pengelola Kegiatan). Wawancara yang akan dilakukan
berkaitan dengan bagaimana penerapan prinsip Good Government
Governance yang dibatasi pada prinsip transparansi dan prinsip
akuntabilitas berlangsung dalam pengelolaan ADD yang dibatasi
pada proses perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban.
Selain itu, wawancara ini dilakukan agar peneliti dapat memperoleh
jawaban yang lebih mendalam dan lebih lengkap dari para
narasumber. Dalam penelitian ini peneliti membuat 13 daftar
pertanyaan wawancara (terlampir) yang akan diajukan kepada para
pejabat desa Wijirejo yang akan menjadi narasumber dalam
penelitian ini. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dibantu
dengan alat perekam. Alat perekam ini digunakan untuk bahan cross
check bila pada saat analisa terdapat data, keterangan atau informasi
yang tidak sempat dicatat oleh peneliti.
2. Kuesioner
Teknik ini dilakukan dengan mengajukan serangkaian daftar
pertanyaan (terlampir) kepada para pejabat desa dan perwakilan
masyarakat Desa Wijirejo yang menjadi responden dalam penelitian
ini. Kuesioner ini akan digunakan untuk memperoleh data tentang
apakah prinsip Good Government Governance yang dibatasi pada
diterapkan pada proses pengelolaan Alokasi Dana Desa yang
dibatasi pada proses perencanaan, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban. Dalam penelitian ini terdapat 17 item
pertanyaan yang ada pada kuesioner, dengan indikator pertanyaan
mengenai penerapan prinsip transparansi dalam perencanaan ADD
sejumlah 3 pertanyaan, penerapan prinsip transparansi dalam
pelaksanaan ADD sejumlah 4 pertanyaan, penerapan prinsip
transparansi dalam pertanggungjawaban ADD sejumlah 5
pertanyaan. Selanjutnya, indikator pertanyaan mengenai penerapan
prinsip akuntabilitas dalam perencanaan ADD sejumlah 2
pertanyaan, penerapan prinsip akuntabilitas dalam pelaksanaan
ADD sejumlah 1 pertanyaan, dan penerapan prinsip akuntabilitas
dalam pertanggungjawaban ADD sejumlah 2 pertanyaan. Dalam
penelitian ini terdapat 25 orang responden yang terdiri dari Kepala
Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan Keuangan, Kepala Urusan
Kesejahteraan dan 1 (satu) anggotanya, 2 (dua) orang pegawai
kelurahan,Ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa) dan 3 (tiga)
anggotanya, Ketua LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa) dan 3 (tiga) anggotanya, Sekretaris TPK 2016 (Tim Pengelola
Kegiatan), serta 9 (sembilan) Kepala Dukuh di Desa Wijirejo.
3. Observasi
Teknik observasi dilakukan dengan cara mengamati dan
dibangun dari hasil pelaksanaan Alokasi Dana Desa tahun 2016 di
Desa Wijirejo. Teknik observasi ini dilakukan dengan alat bantu
yaitu kamera, agar peneliti dapat mengabadikan kegiatan dan
melampirkan foto objek-objek yang menjadi hasil pelaksanaan
Alokasi Dana Desa tahun 2016 di Desa Wijirejo. Selain itu peneliti
akan menggunakan alat bantu lain yaitu catatan baik berupa daftar
cek atau penilaian peneliti atas hasil observasi.
4. Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dengan mendokumentasikan data-data
milik pemerintah Desa Wijirejo, yaitu data jumlah penduduk Desa
Wijirejo, data profil Desa Wijirejo, laporan keuangan Desa Wijirejo
tahun 2016, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Wijirejo
tahun 2016. Dokumen-dokumen tersebut akan digunakan sebagai
dokumen pendukung dalam penelitian ini.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten
Bantul, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2016 hingga Februari
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang digunakan, yaitu :
1. Prinsip Good Government Governance
Variabel prinsip Good Government Governance yang akan diteliti
dibatasi pada prinsip transparansi dan akuntabilitas.
2. Perencanaan Alokasi Dana Desa
3. Pelaksanaan Alokasi Dana Desa
4. Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa
Pengukuran semua variabel tersebut dilakukan dengan checklist
penerapan prinsip Good Government Governance yaitu untuk prinsip
transparansi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban alokasi dana desa. Variabel-variabel tersebut akan diukur
menggunakan skala nominal dengan pilihan jawaban ya dan tidak dengan
disertai keterangan.
Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Prinsip Good Government Governance, Perencanaan ADD, Pelaksanaan ADD, dan Pertanggungjawaban ADD
Pilihan Jawaban
Kuesioner Kriteria
Ya
Prinsip Good Government Governance diterapkan dalam Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa
Tidak
Prinsip Good Government Governance tidak diterapkan dalam Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif kualitatif.
Dalam menjawab rumusan masalah tentang “Apakah prinsip Good
Government Governace telah diterapkan dalam perencanaan Alokasi Dana Desa
di Desa Wijirejo”, peneliti akan melakukan beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Menjumlah jawaban dari kuesioner yang telah diisi oleh responden
sesuai dengan klasifikasi yang ditentukan.
Peneliti akan menjumlah jawaban “ya” pada kuesioner yang
berarti bahwa prinsip Good Government Governace telah diterapkan
dalam perencanaan Alokasi Dana Desa, dan jawaban “tidak” yang
berarti bahwa prinsip Good Government Governace tidak diterapkan
dalam perencanaan Alokasi Dana Desa.
2. Mempersentasekan jumlah jawaban dari kuesioner.
Peneliti akan membagi jumlah responden yang menjawab ya atau
tidak dari setiap pertanyaan kuesioner dengan jumlah seluruh
responden yaitu 25 orang responden yang terdiri dari Kepala Desa,
Sekretaris Desa, Kepala Urusan Keuangan, Kepala Urusan
Kesejahteraan dan 1 (satu) anggotanya, 2 (dua) orang pegawai
kelurahan, Ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa) dan 3 (tiga)
dan 3 (tiga) anggotanya, Sekretaris TPK 2016 (Tim Pengelola
Kegiatan), serta 9 (sembilan) Kepala Dukuh di Desa Wijirejo. Hasil dari
pembagian tersebut akan dikalikan dengan 100% sehingga
akanmenghasilkan persentase jumlah jawaban ya atau tidak dari setiap
pertanyaan.
3. Menganalisis hasil dari kuesioner yang telah dipersentasekan.
Peneliti akan menganalisis total jawaban yang telah
dipersentasekan. Total persentase akan menghasilkan pembahasan
mengenai prinsip Good Government Governace yang diterapkan dalam
perencanaan Alokasi Dana Desa di Desa Wijirejo. Selain itu,
keterangan yang ada dalam kuesioner akan membantu peneliti dalam
menganalisis lebih mendalam tentang seberapa jauh penerapan prinsip
Good Government Governace yang diterapkan dalam perencanaan
Alokasi Dana Desa di Desa Wijirejo atau alasan mengapa prinsip Good
Government Governace tidak diterapkan dalam perencanaan Alokasi
Dana Desa.
4. Mendeskripsikan hasil wawancara yang telah dilakukan.
Peneliti akan mendeskripsikan hasil jawaban wawancara dari
para narasumber Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan
Kesejahteraan, Kepala Urusan Keuangan, Ketua BPD (Badan
Masyarakat Desa), Kepala Urusan Pemerintahan dan Sekretaris TPK
(Tim Pengelola Kegiatan) yang berkaitan dengan bagaimana penerapan
prinsip Good Government Governace dalam perencanaan Alokasi Dana
Desa Wijirejo.
5. Menganalisis hasil wawancara yang telah dideskripsikan.
Peneliti akan menganalisis jawaban para narasumberyakni
Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan Keuangan, Ketua BPD
(Badan Permusyawaratan Desa), Ketua LPMD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa), dan Kepala Urusan Pembangunan
mengenai penerapan prinsip Good Government Governace dalam
perencanaan Alokasi Dana Desa. Selain itu, peneliti akan menganalisis
keseuaian antara hasil jawaban wawancara tersebut dengan hasil
jawaban kuesioner. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mendapatkan
hasil pembahasan yang lebih mendalam mengenai penerapan prinsip
Good Government Governace dalam perencanaan Alokasi Dana Desa
Wijirejo.
6. Menarik kesimpulan dari hasil analisis jawaban kuesioner dan jawaban
wawancara.
Peneliti akan menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah
dilakukan oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
prinsip Good Government Governace telah diterapkan dalam
Government Governace diterapkan dalam perencanaan Alokasi Dana
Desa, dan alasan atau hambatan yang ada jika prinsip Good
Government Governace tidak diterapkan dalam perencanaan Alokasi
Dana Desa.
Dalam menjawab rumusan masalah tentang “Apakah prinsip Good
Government Governace telah diterapkan dalam pelaksanaan Alokasi Dana Desa
di Desa Wijirejo”, peneliti akan melakukan beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Menjumlah jawaban dari kuesioner yang telah diisi oleh responden
sesuai dengan klasifikasi yang ditentukan.
Peneliti akan menjumlah jawaban “ya” pada kuesioner yang
berarti bahwa prinsip Good Government Governace telah diterapkan
dalam perencanaan Alokasi Dana Desa, dan jawaban “tidak” berarti
bahwa prinsip Good Government Governace tidak diterapkan dalam
pelaksanaan Alokasi Dana Desa.
2. Mempersentasekan jumlah jawaban dari kuesioner.
Peneliti akan membagi jumlah responden yang menjawab ya atau
tidak dari setiap pertanyaan kuesioner dengan jumlah seluruh
responden yaitu 25 orang responden yang terdiri dari Kepala Desa,
Sekretaris Desa, Kepala Urusan Keuangan, Kepala Urusan
Kesejahteraan dan 1 (satu) anggotanya, 2 (dua) orang pegawai
kelurahan, Ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa) dan 3 (tiga)
anggotanya, Ketua LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa)
Kegiatan), serta 9 (sembilan) Kepala Dukuh di Desa Wijirejo. Hasil dari
pembagian tersebut akan dikalikan dengan 100% sehingga akan
menghasilkan persentase jumlah jawaban ya atau tidak dari setiap
pertanyaan.
3. Menganalisis hasil dari kuesioner yang telah dipersentasekan.
Peneliti akan menganalisis total jawaban yang telah
dipersentasekan. Total persentase akan menghasilkan pembahasan
mengenai prinsip Good Government Governace yang diterapkan dalam
pelaksanaan Alokasi Dana Desa di Desa Wijirejo. Selain itu, keterangan
yang ada dalam kuesioner akan membantu peneliti dalam menganalisis
lebih mendalam tentang seberapa jauh penerapan prinsip Good
Government Governace yang diterapkan dalam pelaksanaan Alokasi
Dana Desa di Desa Wijirejo atau alasan mengapa prinsip Good
Government Governace tidak diterapkan dalam pelaksanaan Alokasi
Dana Desa.
4. Mendeskripsikan hasil wawancara yang telah dilakukan.
Peneliti akan mendeskripsikan hasil jawaban wawancara dari
para narasumber yakni Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan
Kesejahteraan, Kepala Urusan Keuangan, Ketua BPD (Badan
Permusyawaratan Desa), Ketua LPMD (Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa), Kepala Urusan Pemerintahan dan Sekretaris TPK
prinsip Good Government Governace dalam pelaksanaan Alokasi Dana
Desa Wijirejo.
5. Menganalisis hasil wawancara yang telah dideskripsikan.
Peneliti akan menganalisis jawaban para narasumber yakni
Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan Keuangan, Ketua BPD
(Badan Permusyawaratan Desa), Ketua LPMD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa), dan Kepala Urusan Pembangunan
mengenai penerapan prinsip Good Government Governace dalam
pelaksanaan Alokasi Dana Desa. Selain itu, peneliti akan menganalisis
keseuaian antara hasil jawaban wawancara tersebut dengan hasil
jawaban kuesioner. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mendapatkan
hasil pembahasan yang lebih mendalam mengenai penerapan prinsip
Good Government Governace dalam perencanaan Alokasi Dana Desa
Wijirejo.
6. Menarik kesimpulan dari hasil analisis jawaban kuesioner dan jawaban
wawancara.
Peneliti akan menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah
dilakukan oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
prinsip Good Government Governace telah diterapkan dalam
pelaksanaan Alokasi Dana Desa dan seberapa jauh prinsip Good
Government Governace diterapkan dalam pelaksanaan Alokasi Dana
Government Governace tidak diterapkan dalam pelaksanaan Alokasi
Dana Desa.
Dalam menjawab rumusan masalah tentang “Apakah prinsip Good
Government Governace telah diterapkan dalam pertanggungjawaban Alokasi
Dana Desa di Desa Wijirejo”, peneliti akan melakukan beberapa tahapan sebagai
berikut:
1. Menjumlah jawaban dari kuesioner yang telah diisi oleh responden
sesuai dengan klasifikasi yang ditentukan.
Peneliti akan menjumlah jawaban “ya” pada kuesioner yang
berarti bahwa prinsip Good Government Governace telah diterapkan
dalam perencanaan Alokasi Dana Desa, dan jawaban “tidak” berarti
bahwa prinsip Good Government Governace tidak diterapkan dalam
pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa.
2. Mempersentasekan jumlah jawaban dari kuesioner.
Peneliti akan membagi jumlah responden yang menjawab ya atau
tidak dari setiap pertanyaan kuesioner dengan jumlah seluruh
responden yaitu 25 orang responden yang terdiri dari Kepala Desa,
Sekretaris Desa, Kepala Urusan Keuangan, Kepala Urusan
Kesejahteraan dan 1 (satu) anggotanya, 2 (dua) orang pegawai
kelurahan, Ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa) dan 3 (tiga)
anggotanya, Ketua LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa)
dan 3 (tiga) anggotanya, Sekretaris TPK 2016 (Tim Pengelola
pembagian tersebut akan dikalikan dengan 100% sehingga akan
menghasilkan persentase jumlah jawaban ya atau tidak dari setiap
pertanyaan.
3. Menganalisis hasil dari kuesioner yang telah dipersentasekan.
Peneliti akan menganalisis total jawaban yang telah
dipersentasekan. Total persentase akan menghasilkan pembahasan
mengenai prinsip Good Government Governace yang diterapkan dalam
pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa di Desa Wijirejo. Selain itu,
keterangan yang ada dalam kuesioner akan membantu peneliti dalam
menganalisis lebih mendalam tentang seberapa jauh penerapan prinsip
Good Government Governace yang diterapkan dalam
pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa di Desa Wijirejo atau alasan
mengapa prinsip Good Government Governace tidak diterapkan dalam
pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa.
4. Mendeskripsikan hasil wawancara yang telah dilakukan.
Peneliti akan mendeskripsikan hasil jawaban wawancara dari
para narasumber yakni Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan
Kesejahteraan, Kepala Urusan Keuangan, Ketua BPD (Badan
Permusyawaratan Desa), Ketua LPMD (Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa), Kepala Urusan Pemerintahan dan Sekretaris TPK
(Tim Pengelola Kegiatan) yang berkaitan dengan bagaimana penerapan
prinsip Good Government Governace dalam pertanggungjawaban
5. Menganalisis hasil wawancara yang telah dideskripsikan.
Peneliti akan menganalisis jawaban para narasumber yakni
Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan Keuangan, Ketua BPD
(Badan Permusyawaratan Desa), Ketua LPMD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa), dan Kepala Urusan Pembangunan
mengenai penerapan prinsip Good Government Governace dalam
pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa. Selain itu, peneliti akan
menganalisis keseuaian antara hasil jawaban wawancara tersebut
dengan hasil jawaban kuesioner. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat
mendapatkan hasil pembahasan yang lebih mendalam mengenai
penerapan prinsip Good Government Governace dalam perencanaan
Alokasi Dana Desa Wijirejo.
6. Menarik kesimpulan dari hasil analisis jawaban kuesioner dan jawaban
wawancara.
Peneliti akan menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah
dilakukan oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
prinsip Good Government Governace telah diterapkan dalam
pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa dan seberapa jauh prinsip
Good Government Governace diterapkan dalam pertanggungjawaban
Alokasi Dana Desa, dan alasan atau hambatan yang ada jika prinsip
Good Government Governace tidak diterapkan dalam
G.Sistematika Penelitian
Berdasarkan uraian pendahuluan, landasan teori dan metode penelitian, peneliti
mencoba memberikan gambaran umum mengenai kerangka penelitian pada
Gambar 3.1 sebagai berikut:
Mulai
Selesai Pengumpulan Data
Data Primer Data Sekunder
Kesimpulan Pembahasan Wawancara
Kuesioner Observasi
Dokumen-dokumen terkait
Analisis Data Analisis Deskripstif
Kualitatif
BAB IV
Gambaran Umum Desa Wijirejo
A.Deskripsi Wilayah Penelitian
Desa Wijirejo merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Pandak,
Kabupaten Bantul, dibentuk pada tahun 1946, yang berjarak 1 km dari pusat
pemerintahan Kecamatan, dan 6 km dari Ibukota Kabupaten Bantul.
Batas-batas wilayah Desa Wijirejo secara geografis adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Guwosari Kecamatan Pajangan
Sebelah Selatan : Desa Triharjo Kecamatan Pandak
Sebelah Barat : Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan
Sebelah Timur : Desa Gilangharjo Kecamatan Pandak
Desa Wijirejo adalah desa dengan tipologi persawahan dan memiliki luas
wilayah 4.679.559 Ha. Desa Wijirejo terdiri dari 10 (sepuluh) pedukuhan, yaitu
pedukuhan Pandak, Bajang, Gesikan III, Gesikan IV, Bergan, Ngeblak, Pedak,
Kauman, Gedongsari, dan Kwalangan. Jumlah penduduk Desa Wijirejo Tahun
2016 tercatat sebanyak 12.479 jiwa terdiri dari 6160 laki-laki dan 6319
perempuan. Jumlah penduduk suatu desa dapat menjadi pertimbangan bagi
pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan, karena penduduk adalah
sumberdaya yang sekaligus menjadi subyek dan sasaran pembangunan.
Berdasarkan data di Tahun 2015, jumlah penduduk Desa Wijirejo adalah
sebanyak 10.448 jiwa dan pada Tahun 2016 menjadi 12.479 jiwa sehingga
dalam kurun waktu satu tahun telah terjadi pertambahan penduduk sebanyak
2.031 jiwa. Berdasarkan data monografi Desa Wijirejo, sebagai desa dengan
tipologi persawahan, mayoritas pekerjaan atau mata pencaharian masyarakat
adalah petani. Hal ini dibuktikan dengan jumlah penduduk yang bekerja
sebagai petani sebanyak 1386 orang dan buruh tani sebanyak 890 orang. Secara
lebih rinci data pekerjaan masyarakat Desa Wijirejo dapat dilihat pada tabel
4.1.
Tabel 4.1 Pekerjaan Masyarakat Desa Wijirejo Tahun 2016
No Pekerjaan Jumlah Satuan
1 Pegawai Negeri Sipil 455 Orang
2 TNI/Polri 65 Orang
3 Swasta 250 orang
4 Wiraswasta/Pedagang 590 orang
5 Petani 1386 orang
6 Tukang 450 orang
7 Buruh Tani 890 orang
8 Pensiunan 255 orang
9 Nelayan 0 orang
10 Peternak 60 orang
11 Jasa 2 orang
12 Pengrajin 197 orang
13 Pekerja Seni 0 orang
14 Lainnya 0 orang
15 Tidak Bekerja/Penganggur 0 orang Sumber: Data Monografi Desa Wijirejo Tahun 2016
Pendidikan adalah hal yang akan sangat membantu kemajuan
pembangunan desa. Dengan pendidikan yang berkualitas, sebuah desa dapat
memiliki SDM yang nantinya berguna dan berperan penting dalam masyarakat
memiliki 21 buah bangunan sekolah dan dilihat dari tingkat pendidikan
masyarakat, Desa Wijirejo memiliki 4987 orang yang yang lulus sekolah.
Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.2 dan 4.3 berikut ini:
Tabel 4.2 Jumlah Prasarana Pendidikan Desa Wijirejo Tahun 2016
No Sarana/Prasarana Jumlah Satuan
1 Perpustakaan Desa 1 buah
2 Gedung Sekolah PAUD ada buah
3 Gedung Sekolah TK 8 buah
4 Gedung Sekolah SD 7 buah
5 Gedung Sekolah SMP 3 buah
6 Gedung Sekolah SMA 2 buah
7 Gedung Perguruan Tinggi 0 buah
Sumber: Data Monografi Desa Wijirejo Tahun 2016
Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Wijirejo Tahun 2016
No Tingkat Pendidikan Masyarakat Jumlah Satuan
1 Taman Kanak-Kanak 315 orang
2 Sekolah Dasar/Sederajat 1696 orang
3 SMP 1849 orang
4 SMU/SMA 522 orang
5 Akademi/D1-D3 285 orang
6 Sarjana 265 orang
7 Pascasarjana S2 8 orang
8 Pascasarjana S3 0 orang
9 Pondok Pesantren 50 orang
10 Pendidikan Keagamaan 0 orang
11 Sekolah Luar Biasa 5 orang
12 Kursus Ketrampilan 0 orang
13 Tidak Lulus 0 orang
14 Tidak Sekolah 9 orang
Sumber: Data Monografi Desa Wijirejo Tahun 2016
Selain pendidikan, kelengkapan sarana/prasarana lainnya seperti
kesehatan, ibadah dan olahraga juga dapat mendukung pemerintah desa dalam
melaksanakan pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat. Masyarakat
melaksanakan kegiatan positif dan berguna bagi pembangunan desa. Menurut
data monografi tahun 2016, Desa Wijirejo memiliki 1 buah puskesmas, 10 buah
posyandu di setiap dusun, 15 buah masjid, 1 buah sarana olahraga (lapangan
bola). Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.4, 4.5 dan 4.6 berikut ini:
Tabel 4.4 Sarana/Prasarana Kesehatan Desa Wijirejo Tahun 2016
No Sarana/Prasarana Jumlah Satuan
1 Puskesmas 1 buah
2 Poskesdes 0 buah
3 UKBM (Posyandu/Polindes) 10 buah
Sumber: Data Monografi Desa Wijirejo Tahun 2016
Tabel 4.5 Sarana/Prasarana Ibadah Desa Wijirejo Tahun 2016
No Sarana/Prasarana Jumlah Satuan
1 Masjid 15 buah
2 Mushola 17 buah
3 Gereja 2 buah
4 Pura 0 buah
5 Klenteng 0 buah