• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB

AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Khusus

Oleh

Jeane Maria T. 1106482

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

(2)

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB

AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Oleh

Jeane Maria T.

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Khusus

© Jeane Maria T.2015 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Jeane Maria T., 2015

LEMBAR PENGESAHAN

JEANE MARIA T. 1106482

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNA RUNGU KELAS III DI SLB

AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr.PERMANARIAN SOMAD,M.Pd NIP.1954 0408 1981032001

Pembimbing II

Dr.Hj. TATI HERNAWATI,M.Pd NIP.1963 0208 1987032001

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Khusus

(4)

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNA RUNGU KELAS III DI SLB AL-FITHRI

KABUPATEN BANDUNG

Bicara sebagai suatu simbol linguistik merupakan ekspresi verbal dari bahasa yang digunakan individu dalam komunikasi. Komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi suatu pertukaran pikiran dan perasaan. Sedangkan anak tunarungu memiliki permasalahan sebagai dampak dari ketunarunguannya dalam aktifitas sehari-hari. Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam mengembangkan pengucapan konsonan bilabial. Modalitas utama dalam mengembangkan konsonan bilabial ialah dengan pembelajaran artikulasi. Fokus masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana persiapan pembelajaran artikulasi yang dilakukan oleh guru, Bagaimana pelaksanaan, materi pembelajaran artikulasi, bagaimana evaluasi pembelajaran artikulasi yang dilakukan guru dan mengetahui hambatan - hambatan apa yang dihadapi guru dan Upaya – upaya yang dilakukan guru dalam menangani hambatan – hambatan yang dihadapai guru. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kwalitatif. Penelitian dilakukan terhadap satu orang guru dan tiga orang tua murid. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian terhadap subjek guru ialah persiapan yang dilakukan guru yaitu membuat rencana program pembelajaran (RPP). Pelaksanaan pendekatan dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, dengan materi latihan pengucapan supaya otot-otot mulut tidak kaku, biasanya membuka dengan apa yang dibawa anak. Misal: guru ingin mengajarkan artikulasi konsonan “b” maka guru mengaitkan dengan barang yang dibawa anak “buku” dilanjut “bbb” “bbbbbb” “bababa...dst.. Guru menggunakan media kartu gambar, cermin dalam kelas untuk melakukan pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan pengucapan konsonan bilabial. Evaluasi pembelajaran artikulasi yang dilakukan yaitu dengan mengucapkan dua kata yang berbeda seperti kata lilin dan bola. Hambatan yang dialami guru adalah belum mempunyai ilmu yang mumpuni sehingga belum mengetahui tahap-tahap pembelajaran artikulasi, dalam hal ini tahap-tahap pembelajaran masing-masing konsonan. Belum membuat rencana program pembelajaran artikulasi sesuai dengan tahap-tahap perkembangan masing-masing konsonan apakah mulai dari yang termudah ke yang sulit atau sebaliknya. Upaya yang dilakukan guru adalah karena waktu hanya beberapa jam saja disekolah maka guru bekerjasama dengan orangtua, guru memberikan Pekerjaan Rumah sesuai dengan materi, guru berupaya berdiskusi dengan expert yang lain agar mendapatkan informasi keilmuan untuk meningkatkan pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan pengucapan bilabial.

(5)

Jeane Maria T., 2015

ABSTRACT

LEARNING ARTICULATION IN DEVELOPING CONSONANTS BILABIAL IN CLASS III DEAF CHILDREN SLB AL-FITRI IN REGENCY BANDUNG

Speech as a linguistic symbol is the verbal expression of the language used in the communication of individuals. Communication is the sending and receiving of messages or news between two or more people in a proper way, so that the message is understood. Communication is an exchange of the mind and feelings. While deaf children have problems as an impact of his/her hearing loss in daily activities. Children with hearing loss have a difficulties in developing a bilabial consonant pronunciation. The main modalities in developing bilabial consonant is the articulation of learning. The focus of the problem in this research is How to preparation the articulation of learning undertaken by teachers, How to implementation, learning materials articulation, how to evaluate the articulation of learning that teachers undertake, and to know what the barriers faced by teachers and the efforts of teachers in overcoming the barriers faced by teachers. This research was used descriptive qualitative approach. Research carried out on one teacher and three students. Data collected through observation, interviews and document study. The results of research on the subject of teacher is preparation that teachers do that make learning program plan (RPP). implementation of the approach is done before learning begins, the pronunciation training materials so that the muscles of the mouth is not rigid, Efforts teachers usually open to what brought the child. For example: the teacher wants to teach articulation of consonants "b" then the teacher associate with goods brought kids "book" continued "bbb" "bbbbbb" "Bababa ... etc. Teachers use a media card image, the mirror in the classroom to make learning articulation in developing bilabial consonant pronunciation. Articulation of learning evaluation is made by saying two different words as words candle and balls. Barriers experienced teachers are not qualified to have knowledge so do not know the stages of learning articulation, in this case the learning stages of each consonant. Not to make the learning program plan articulation according to the developmental stage of each consonant whether ranging from the easiest to the difficult or otherwise. The efforts made by teachers is due to the time just a few hours at school the teachers in collaboration with parents, teachers give homework in accordance with the material, Teachers need to discuss with other experts in order to obtain scientific information to enhance learning in developing pronunciation bilabial articulation.

(6)

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

(7)

Jeane Maria T., 2015

DAFTAR ISI

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH………... iii

DAFTAR ISI.……… iv

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang………...1

B. Fokus Masalah……….. 5

C. Tujuan dan Manfaat penelitian……….. 5

1. Tujuan Penelitian………. 5

2. Manfaat Penelitian………... 5

BAB II LANDASAN TEORI………. 7

A. Konsep Dasar Tunarungu………... 7

1. Pengertian tunarungu……… 7

2. Dampak Ketunarunguan Terhadap Perkembangan Anak Tunarungu……….. 8

3. Klasifikasi Tunarungu..……… 15

B. Pembelajaran Artikulasi………. 22 1. Komponen Pembelajaran....………. 23

2. Pembelajaran Artikulasi………... 34

C. Konsonan ………... 37 1. Pengertian Konsonan……… 37 2. Klasifikasi Bunyi konsonan……….. 38 BAB III METODE PENELITIAN……… 48

A. Tempat Penelitian……….. 49

B. Subjek Penelitian………... 49

C. Tahap-tahap Penelitian……….. 49

D. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data………... 52

(8)

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Teknik Analisis data……….. 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 59

A. Hasil Penelitian....……….... 59

B. Pembahasan...……… 79

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 89

A. Kesimpulan………. 89

B. Rekomendasi..……… 94

DAFTAR PUSTAKA.……….. 96

LAMPIRAN

(9)

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang masalah

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Di sisi lain

pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi

sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru

mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga

mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat

mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek

psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan

hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan

pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan

kreatifitas pengajar. Pelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan

pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada

keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui

perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain

pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan

kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran) diakses tanggal 15 Maret 2015. Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20,

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Oleh karena itu dari hasil observasi

interaksi sangat dibutuhkan dalam Pembelajaran Artikulasi untuk

(10)

2

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gangguan dengar di kelas III SDLB AL-FITHRI kab. Bandung. Dalam hal ini,

anak dengan gangguan mendengar bukan berarti tidak bisa bicara.

Sepertinya sangatlah benar, untuk membahas pentingnya mendengar,

berbicara, dan bahasa serta perkembangan keaksaraan dalam bahasa. Hilangnya

pendengaran berpengaruh pada proses komunikasi yang berkaitan dengan

penggunaan bahasa lisan. Akar permasalahannya, pada gangguan pendengaran,

yang berdampak pada perolehan simbol atau pengucapan: yaitu, pada

pengalaman dan stimulus yang bermakna, dianggap perlu untuk pengembangan

bahasa lisan. Kita dapat mengilustrasikan hal ini sebagai berikut, (Lovinger,

Brandell, & Seestedt-Stanford, 1991): Berhenti sejenak dan dengarkan. Apa yang

Anda dengar? ... Bagaimana kita belajar untuk membedakan perbedaan suara ini,

pengalaman mengasosiasikan suara, dan memberi makna? Bagaimana kita belajar

memahami suara, membentuk kata-kata untuk berkomunikasi? Telinga berfungsi

sebagai mekanisme umpan balik yang utama dalam perkembangan dan produksi

bicara. Suara diterima oleh telinga, diartikan oleh otak dan reaksi dinyatakan

dengan menggunakan kata-kata.

Input suara ke otak untuk penyimpanan, analisis, dan asosiasi dilakukan

melalui telinga. Tidak mendengar suara manusia tidak berkembang pula

kemampuan untuk berbicara. Hal ini juga ditetapkan bahwa individu yang lahir

dengan gangguan pendengaran yang signifikan tidak dapat mengembangkan

komunikasi lisan secara alami. Sedangkan anak-anak dengan pendengaran normal

belajar bahasa ibu, kemudian menggunakan aturan, anak-anak yang tuli

mempelajari aturan bahasa ibu agar kompetensi linguistik akan diperoleh.

Konservasi dan rehabilitasi pendengaran (bicara dan bahasa) menjadi tugas yang

penting bagi pendidik, audiolog, dan ahli patologi bahasa bicara. Kita bisa

mengubah pandangan semula dengan mencatat (lagi) bahwa tidak selalu jelas

sehingga bahkan gangguan pendengaran yang relatif sedikit secara negatif dapat

mempengaruhi perkembangan bahasa lisan, keaksaraan, dan prestasi akademik.

Bicara dan bahasa tidak dapat dipisahkan karena bicara merupakan bagian dari

(11)

3

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK dilaksanakan antar individu atau kelompok masyarakat dimana mereka tinggal.

Jadi bicara dan bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan

sehari – hari. Bicara sebagai suatu kemungkinan manusia mengucapkan bunyi –

bunyi bahasa melalui organ – organ artikulasi. Bicara merupakan perbuatan

manusia yang sifatnya individual. (Varekamp,1973:27) Ketika dalam pengucapan

mengalami gangguan maka akan terganggu juga proses bicara seseorang.

Berry and Eisenson, 1978 (Travis,1957 ; 684 ) menyimpulkan ;

Gangguan bicara adalah sebagai berikut : 1). Tidak mudah didengar 2). Tidak langsung didengar dengan jelas 3). Secara vokal terdengar tidak enak 4). Terdapat kesalahan pada bunyi-bunyi tertentu 5). Sulit melakukan pergerakkan organ bicara 6). Terdapat kekurangan dari sisi linguistik 7). Terlambat perkembangan bahasa dan bicara 8). Terlihat tidak menyenangkan bila bicara

Pusat bicara terdapat di otak dan alat ucap dalam rongga mulut

mengeluarkan dalam bentuk suara yang baik (verbal). Untuk suatu,

perkembangan bahasa dan bicara diperlukan pendengaran yang baik serta

kamampuan pengenalan kata-kata yang baik, perkembangan kognisi, sosial,

motorik kasar dan halus, motorik rongga mulut, serta dukungan lingkungan

sekitar anak yang optimal. Dalam pembelajaran artikulasi, semua hal tersebut

diatas saling mempengaruhi dan memberi umpan balik terhadap,

perkembangan bahasa dan bicara seseorang. Jika salah satu mengalami

gangguan, maka akan mengalami gangguan bicara terutama pada pengucapan

masing-masing konsonan.

Pendengaran merupakan alat sensoris utama untuk berbicara dan berbahasa.

Kehilangan pendengaran sejak lahir atau sejak usia dini akan menyebabkan

kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain secara lisan.

Kehilangan pendengaran pada seorang anak juga berpengaruh pada

perkembangan fungsi kognitifnya, karena anak tunarungu mengalami kesulitan

dalam memahami informasi yang bersifat verbal terutama konsep-konsep yang

bersifat abstrak yang memerlukan penjelasan. Pemahaman konsep dan proses

pembentukan pengertian betapa pun sederhananya diperlukan keterampilan

(12)

4

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tunarungu mengalami kesulitan dalam berbahasa secara lisan. Oleh karena itu,

anak tunarungu mengalami kesulitan dalam mengikuti program pendidikan.

Sehingga diperlukan media secara visual untuk membantu pembelajaran

artikulasi dalam mengembangkan masing-masing konsonan. Dalam hal ini,

konsonan bilabial terutama dalam membedakan pengucapan konsonan bibir.

Sepertinya, gerakannya sama-sama menutup antara konsonan /m/./b/,/p/,/w/

akan tetapi dalam proses pelafalannya berbeda dan artinya juga pasti berbeda.

Pada anak tuna rungu terjadi masalah dalam pelafalan konsonan tersebut,

karena secara visual sama gerakan bibir menutup dan anak tunarungu tidak

bisa melafalkan konsonan bilabial dengan baik, karena merupakan dampak dari

ketunarunguannya. Membutuhkan proses latihan karena penutupan bibir pada

anak tunarungu terjadi secara kuat dimana anak ingin merasakan penutupan

bibir, sementara untuk konsonan bilabial penutupan bibirnya ada yang sangat

lembut dan ada yang penutupan bibirnya sangat kuat. Berdasarkan studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti di SLB Al-Fithri Banjaran pembelajaran

artikulasi terutama dalam mengembangkan konsonan pada siswa kelas III,

ketiga siswa tidak pernah menggunakan alat bicaranya karena anak tidak tahu

apa yang harus diucapkan. Karena alat bicaranya tidak pernah digunakan

untuk berbicara maka alat bicara tersebut menjadi kaku, sehingga bicara anak

tunarungu tidak jelas dan tidak dimengerti dengan baik oleh orang lain.

Kesalahan sering muncul dari ucapan ketiga siswa tersebut, salah satunya

adalah pengucapan konsonan bilabial sering tertukar.

Menjadi seorang guru artikulasi bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.

Banyak hal-hal yang harus dipahami/dikuasai oleh seorang guru artikulasi

diantaranya konsosnan bilabial, karakteristik anak, dan juga beberapa sikap

seperti sabar, telaten, serta pantang menyerah. Sangat perlu sekali seorang

ortopedagog untuk mempelajari artikulasi dengan sungguh-sungguh. Seperti

yang diungkapkan dalam www.speechtherapy.sg bahwa artikulasi adalah

rangkaian pergerakan organ bicara dalam mulut yang menghasilkan

(13)

5

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK Berdasarkan permasalahan yang dialami dalam pembelajaran artikulasi,

guru terhadap ketiga anak yang mengalami gangguan pendengaran dimana cara

pembelajaran guru yang belum tepat. Selain hambatan pada bahasa dan bicara

lebih khusus lagi pada pengucapan huruf atau konsonan – konsonan seperti;

konsonan bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua

belah bibir: /p/, /b/, /m/, dan /w/. Karena kedua belah bibir sama-sama

bergerak, serta keduanya juga menjadi titik sentuh dari bibir yang lainnya,

maka sekaligus sebagai artikulator (tempat terbentuknya konsonan bilabial).

Dari masalah diatas, peneliti ingin meneliti lebih secara mendalam

mengenai pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial

pada anak tunarungu kelas III di SLB AL-FITHRI Kab.Bandung

B.Fokus Masalah

Fokus masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana pembelajaran

artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial pada anak tunarungu kelas

III di SLB AL-FITHRI Kab.Bandung?”. Dari fokus penelitian ini maka dirinci

melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana persiapan pembelajaran artikulasi yang dilakukan oleh guru?

2. Bagaimana pelaksanaan, materi pembelajaran artikulasi?

3. Bagaimana evaluasi pembelajaran artikulasi yang dilakukan guru?

4. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi guru dalam pembelajaran artikulasi

dan upaya apa yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan-hambatan?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang

persiapan, pelaksanaan, materi, evaluasi pembelajaran artikulasi,

hambatan-hambatan dalam pembelajaran artikulasi dan upaya yang dilakukan guru

dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam pembelajaran pada anak

tunarungu kelas III di SLB AL-FITHRI Kab. Bandung.

(14)

6

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut ;

a. Manfaat Teoritis

Memberikan pengetahuan atau informasi yang berhubungan dengan

pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial pada

anak tunarungu kelas III di SLB AL-FITHRI Kab. bandung.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Peneliti

Pengalaman yang memberikan wawasan mengenai pembelajaran

artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial pada ketiga anak

tunarungu kelas III di SLB AL FITHRI Kab. Bandung.

2) Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang tepat, mengatasi

hambatan dalam pembelajaran artikulasi, dan mengupayakan

pengembangan pengucapan konsonan bilabial pada ketiga anak

(15)

Jeane Maria T., 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2002 : 1) “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat eksploratif,

yaitu dengan studi deskriptif. John W. Creswell (2007 : 4), menyebutkan bahwa

metode penelitian kualitatif adalah :

Merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema khusus ke tema-tema yang umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel. Siapapun yang terlibat dalam penelitian ini harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.

Penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini, karena penelitian ini

menekankan pada upaya investigative untuk mengkaji secara alamiah fenomena

yang tengah terjadi dalam mengetahui pembelajaran artikulasi dalam

mengembangkan konsonan bilabial.

Metode penelitian digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas serta

petunjuk bagaimana penelitian ini dilaksanakan.

Penggunaan metode penelitian mencakup pendekatan, strategi, subjek,

penelitian, teknik pengumpulan data dan pengolahan data agar keilmiahan dan

hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenaran, keobjektifan, dan

keakuratannya.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, karena penelitian ini

bermaksud memahami, mengungkap, menjelaskan berbagai gambaran dan

(16)

49

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang ada dilapangan kemudian dirangkum menjadi kesimpulan deskriptif

berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti. Penelitian deskriptif

kualitatif merupakan penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel

dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya.

Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang

bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang

terjadi di dalam masyarakat, pertentangan 2 keadaan / lebih, hubungan

antarvariabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan

lain-lain. masalah yang diteliti dan diselidiki oleh penelitian deskriptif kualitatif

mengacu pada studi kuantitatif, studi komparatif, serta dapat juga menjadi sebuah

studi korelasional 1 unsur bersama unsur lainnya. Biasanya kegiatan penelitian ini

meliputi pengumpulan data, menganalisis data, meginterprestasi data, dan diakhiri

dengan sebuah kesimpulan yang mengacu pada penganalisisan data tersebut.

A.Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SLB Al-Fithri Kabupaten Bandung. Alasan

pemilihan tempat didasarkan pada kebutuhan data penelitian.

B.Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mereka yang menjadi

narasumber yang bersedia memberikan berbagai informasi berisikan

keterangan dan data penting yang sangat dibutuhkan dalam penelitian ini. Pada

penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru SDLB kelas III di

SLB Al-Fithri Kabupaten Bandung.

C.Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-Tahap penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut :

1. Tahap Pralapangan

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Kegiatan ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses

penelitian. Intinya berupa penyusunan rancangan penelitian yang

diajukan kepada Dewan Skripsi Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Setelah disetujui

(17)

50

Jeane Maria T., 2015

rancangan penelitian, peneliti melaksanakan konsultasi dan bimbingan

intensif dengan dosen pembimbing, dan dosen pembimbing I maupun

dosen pembimbing II. Setelah itu peneliti menyusun rencana untuk ke

lapangan yang sesuai dengan latar belakang.

b. Memilih Latar Penelitian

Proses pemilihan latar penelitian ini diawali dengan data yang

ditemukan oleh peneliti terhadap SLB AL Fithri yang beralamat di JL.

Cimuncang Banjaran kabupaten Bandung bahwa pada sekolah tersebut

terdapat banyak siswa tingkat SD dengan berbagai macam karakteristik.

Untuk itu penulis ingin mendapatkan deskripsi mengenai pembelajaran

artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial siswa tunarungu

tingkat SD di SLB tersebut.

c. Mengurus Perijinan

Pengurusan perijinan yang bersifat administratif dilakukan dimulai

dari tingkat Jurusan, Fakultas, dan Universitas. Dari tingkat Fakultas

peneliti memperoleh Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing dan

Surat Pengantar ke tingkat Universitas, yaitu kepada Rektor I melalui

Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK).

Setelah itu peneliti memperoleh surat rekomendasi untuk disampaikan

pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) kota Bandung,

dilanjutkan lagi ke Walikota Bandung dan beralkhir kepada Kepala

sekolah SLB AL Fithri Banjaran.

d. Menyiapkan perlengkapan penelitian

Pada tahap ini peneliti menyiapkan segala perlengkapan yang

dibutuhkan untuk memperlancar, memperjelas, dan mempermudah

kegiatan pengumpulan data yang diperoleh dilapangan, adapun kegiatan

pada tahap ini adalah mempersiapkan instrumen penelitian, yang terdiri

dari kisi-kisi wawancara dan kisi-kisi observasi. Berdasarkan kisi-kisi

yang dibuat disusun pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan dan

pedoman observasi berupa acuan tentang arah, sasaran, dan tujuan dari

(18)

51

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wawancara yang dilakukan peneliti juga menyiapkan alat perekam

untuk merekam suara hasil wawancara.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Maksud dari memahami latar penelitian adalah mengenal segala unsur

lingkungan sosial, fisik, dan keadaan sekolah serta untuk lebih

mempersiapkan diri baik mental maupun fisik dan juga mempersiapkan

perlengkapan yang dibutuhkan. Memahami latar penelitian dimaksudkan

pula untuk mengamati kemampuan berbicara anak tunarungu ketika

sedang mengikuti berbagai kegiatan disekolah. Peneliti pun selalu

berhubungan dengan informan yang fungsinya sebagai pemberi informasi

tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informasi tersebut mengenai

nilai – nilai, sikap, bangunan fisik sekolah, maupun proses suatu

kebudayaan setempat. Selain itu juga mengidentifikasi segala hal yang

berkaitan dengan pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan

konsonan bilabial.

b. Penarikan kasus

Berdasarkan pada permasalahan penelitian yaitu mengenai

Pembelajaran Artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial, maka

untuk membantu mempermudah pengumpulan data digunakan penarikan

kasus dengan sumber data utama agar data yang diperoleh sesuai dengan

tujuan yang diharapkan.

c. Hubungan Peneliti dengan Subjek

Untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, peneliti

berupaya secara optimal membina dan menciptakan hubungan yang

bersifat integratif dengan para subjek penelitian sebagai sumber data

sehingga segala informasi yang berkaitan dengan focus penelitian

diperoleh secara benar, akurat, dan lengkap.

d. Peran Peneliti

Peneliti berperan sebagai alat atau instrumen utama dalam penelitian

(19)

52

Jeane Maria T., 2015

meskipun berperan sebagai instrumen utama namun peran penelitian ini

bersifat non partisipan oleh karena itu peneliti hanya menangkap,

mengamati dan mempelajari gejala – gejala yang terjadi dalam latar

penelitian.

D.Instrumen dan Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam

penelitian ini, karena tujuan utama sebuah penelitian adalah mengumpulkan

data. Dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan

beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu; wawancara, observasi,

dokumentasi, dan diskusi terfokus (Focus Group Discussion), dan melakukan

studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15).

Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Teknik Pengumpulan data

Menurut Lofland dalam Moleong (1993 : 112) sumber data utama

dalam penelitian kualitatif ialah kata – kata dan tindakan, selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumentasi dan lain – lain. Walaupun dikatakan

bahwa sumber data di luar kata dan tindakan merupakan data tambahan,

namun jelas sumber data tersebut tidak dapat diabaikan.

Adapun teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

a. Observasi

Pengamatan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini hanya

menggunakan mata tanpa ada alat standar lain, dalam melakukan

observasi peneliti sangat memperhatikan hal – hal :

1) Isi dari pengamatan

2) Mencacat pengamatan

3) Ketepatan pengamatan

(20)

53

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam melakukan pengamatan peneliti mengaitkan pada dua hal,

yakni informasi dan konteks. Hal ini sesuai merujuk pada Nasution

(1996 : 58) yang menyatakan bahwa “informasi yang dijelaskan dari konteksnya akan kehilangan makna.” Jadi makna sesuatu tidak dapat

dilepaskan dari konteksnya yang ada. Observasi ditujukan kepada guru,

dan untuk mengobservasi ; pelaksanaan pendekatan dan materi serta

evaluasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran artikulasi.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

terjadinya komunikasi verbal antara pewawancara dan subjek yang

diwawancara. Wawancara yang mendalam dengan responden dilakukan

dalam bentuk Tanya jawab dan diskusi. Dalam wawancara ini peneliti

meminta informan memberikan informasi sesuai dengan yang dialami,

diperbuat, dan dirasakan atau pernah diketahui yang mengarah kepada

pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial.

Menurut Moleong (2010 : 186), “Wawancara merupakan percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu.” Agar mempermudah peneliti dalam mendokumentasikan berbagai

data dan informasi yang disampaikan oleh guru, maka hasil wawancara

dicatat. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan

mewawancarai guru SLB AL Fithri. Wawancara yang akan dilakukan

adalah wawancara yang bersifat terstruktur, dengan menggunakan

pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan untuk mempermudah

peneliti dalam melakukan wawancara.

Nasution, 1996 (dalam Zainab, 2010 : 33) menjelaskan bahwa :

(21)

54

Jeane Maria T., 2015

Pada penelitian ini, wawancara dilakukan kepada guru untuk

berusaha mengungkap data tentang; pendekatan, materi pembelajaran

artikulasi, evaluasi yang dilakukan guru, dan hambatan – hambatan yang

dihadapi guru serta upaya – upaya guru dalam mengatasi hambatan –

hambatan yang dialami dalam mengembangkan pengucapan bilabial pada

siswa yang mengalami gangguan dengar kelas III di SLB AL FITHRI.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi ( documentary study) adalah suatu teknik

pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen –

dokumen baik dokumen tertulis, maupun dokumen gambar. Studi

dokumentasi dalam penelitian ini bermaksud menelaah dokumen –

dokumen yang telah ada. Pada penelitian ini dokumen yang ditelaah

berupa dokumen yang berupa bahan tertulis dan gambar pada Rencana

Program Pembelajaran ( RPP ) sebagai acuan guru dalam melakukan

pembelajaran.

2. Instrument Penelitian

Kisi – kisi Pedoman penelitian pembelajaran artikulasi dalam

mengembangkan konsonan bilabial pada anak tunarungu kelas III di slb

al-fithri kabupaten bandung (Studi Deskriptif Di SLB Al-Fithri Banjaran)

Fokus Penelitian Pertanyaan Penelitian Aspek yang Diungkap Subjek Tehnik

(22)

55

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dilakukan guru

dalam mengatasi

hambatan-hambatan

3. Teknik Pencatatan data

Pencatatan data pada setiap kali melakukan penelitian merupakan

suatu hal yang sangat penting. Proses pencatatan data tersebut dalam

penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu sebagai berikut :

a. Pencatatan formal dan lengkap

Pencatatan formal dan lengkap merupakan pencatatan data yang

disusun berdasarkan catatan yang dibuat di lapangan. Data – data yang

masih kasar dan mentah kemudian dicatat kembali secara lengkap dan

sistematis dengan cara – cara berikut :

1)Mengorganisasikan data

Setelah data terkumpul selanjutnya diorganisasikan sesuai dengan

pertanyaan penelitian yang meliputi persiapan, pelaksanaan, materi

dan evaluasi serta hambatan-hambatan dan upaya-upaya dalam

mengatasi hambatan-hambatan.

2) Mengabstraksikan data ke dalam matriks

Peneliti menuangkan data – data ke dalam matriks berdasarkan

pertanyaan penelitian agar terlihat gambaran secara keseluruhan atau

bagian – bagian tertentu dari penelitian ini.

3) Penambahan data sepanjang waktu

Penambahan data sepanjang waktu dilakukan ketika diperoleh data

atau informasi yang baru. Hal ini dilakukan hingga penelitian

berakhir.

E. Pengujian keabsahan data / triangulasi

Moleong (1993 : 178) mengatakan “Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

(23)

56

Jeane Maria T., 2015

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu yang berbeda

dalam metode kualitatif (Patton dalam Moleong, 1993 : 187). Hal ini menurut

Moleong (1993 : 179) dapat dicapai dengan jalan :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka teknik triangulasi pada penelitian

ini sebagai berikut :

Data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi

dokumen direduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan diorganisasi dengan cara

sedemikian rupa. Kemudian dilakukab crosscheck atau dicek silang

didiantara ketiga data tersebut. Dengan demikian, validitas data yang ada

dapat dipertanggungjawabkan karena data akhir yang didapat adalah

hasil perbandingan dari berbagai sumber data yang ada.

Peneliti perlu melakukan pemeriksaan secara seksama dan teliti, hal

tersebut dilakukan untuk menilai apakah data – data yang diperoleh itu

sudah sahih dan dapat dipercaya atau valid, sebab hanya data valid yang

dapat diteliti. Validitas suatu data dilihat dari substansi, sumber data,

maupun pengambilan datanya. Dalam melaksanakan pemeriksaan

keabsahan data ada beberapa teknik yaitu, ketekunan pengamatan

dalam bersosialisasi maupun dalam melakukan interaksi di lingkungan

sekolah harus dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh keabsahan data

yang diperlukan. Apapun yang berkaitan dengan setting kelas dan

keadaan sekolah serta pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan

konsonan bilabial yang ditunjukkan subjek penelitian dicatat dan

didokumentasikan. Pemeriksaan melalui diskusi, teknik ini dilakukan

dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh

dalam bentuk diskusi analitik dengan pihak – pihak yang dianggap

mampu memberikan masukan terhadap penelitian ini, yaitu dengan

(24)

57

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F.Teknik Analisis data

Penelitian kualitatif memperoleh data dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam – macam dan

dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Analisis data dilakukan

dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit – unit,

melakukan sintesa, menyusn ke dalam pola, memilih mana yang penting yang

akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang akan diceritakan kepada orang

lain.

Teknik analisis data mengacu pada pendapat Huberman dalam Sugiyono

(2008 : 337) mengemukakan “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sampai datanya jenuh.” Secara sistematis

langkah – langkahnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Data reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan

pada hal – hal yang penting, dan membuang yang tidak perlu. Dengan

demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan

mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data selanjutnya.

2. Data display

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah membuat

display data. Display data merupakan suatu cara menggolongkan data ke

dalam kelompok yang disajikan dalam bentuk matriks sehingga data mudah

dibaca dan dipahami serta menggambarkan keseluruhan atau bagian –

bagian tertentu dari penelitian.

3. Menarik kesimpulan dan verifikasi

Menarik kesimpulan dilakukan sejak awal hingga akhir proses

penelitian guna mempermudah peneliti untuk mendapatkan makna dari

setiap data yang masih dikumpulkan. Kesimpulan yang diambil pada

mulanya masih bersifat sementara dan masih diragukan. Oleh karena itu,

kesimpulan senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk

menjadi tingkat kepercayaan penelitian.

Langkah terakhir dalam analisis data, peneliti melakukan penafsiran

(25)

58

Jeane Maria T., 2015

membandingkannya dengan teori – teori yang relevan agar data – data

(26)

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Persiapan pembelajaran artikulasi yang dilakukan guru

Aspek yang pertama ini menunjukan bahwa guru sudah melakukan

persiapan dengan membuat rencana program pembelajaran mata pelajaran,

dalam mengembangkan konsonan bilabial. Berdasarkan hasil dokumentasi

yang peneliti dapatkan untuk persiapan pembelajaran artikulasi yang

dilakukan guru yaitu Rencana Program Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

sebagai persiapan acuan guru dalam pembelajaran. Guru harus menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan pembelajaran yang

berlangsung, sesuai dengan rambu-rambu seperti, aspek-aspek perencanaan yang terdiri dari, tujuan pembelajaran yang mengacu pada

standar kompetensi, indikatornya jelas, sesuai dengan ranah tujuan

komprehensif serta sesuai dengan kurikulum. Bahan belajar/materi

pelajaran, mengacu atau sesuai dengan tujuan, disusun secara sistimatis,

menggunakan bahan belajar sesuai dengan kurikulum dan memberikan

pengayaan. Strategi/metode pembelajaran, disesuaikan dengan tujuan,

pemilihan metode disesuaikan dengan materi, penentuan langkah-langkah

proses pembelajaran berdasarkan metode yang digunakan, alokasi waktu

proses pembelajaran sesuai dengan proporsi, penetapan metode berdasarkan

pertimbangan kemampuan siswa, dan guru memberikan pengayaan kepada

siswa. Dari pengamatan peneliti dalam hal alokasi waktu guru terkadang

masih belum sesuai dengan proporsi, terkadang melebihi waktu proporsi.

Media pembelajaran, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi

pembelajaran, kondisi kelas, disesuaikan dengan jenis evaluasi, kemampuan

guru, disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Dari

pengamatan peneliti media belum sesuai dengan rambu-rambu karena hanya

(27)

90

Jeane Maria T., 2015

mengacu pada tujuan pembelajaran, mencantumkan bentuk evaluasi, jenis

evaluasi, dan evaluasi disesuaikan dengan aturan-aturan evaluasi. Untuk

evaluasi dari pengamatan peneliti, guru sudah melaksankan sesuai dengan

Rencana Program Pembelajaran.

2. Pelaksanaan pendekatan, materi pembelajaran artikulasi

Aspek kedua ini, menunjukan bahwa guru melakukan pendekatan kepada

siswa sebelum pelajaran dimulai dengan mengkondisikan kelas membentuk

lingkaran. Pendekatan dilakukan dengan materi latihan pengucapan dengan

tujuan agar gerakan-gerakan otot mulut tidak kaku. Kemudian dilanjutkan

dengan mata pelajaran sambil memperhatikan artikulasi dari masing-masing

siswa. Apabila ada siswa dengan pengucapan artikulasi yang belum baik,

maka guru melaksanakan perbaikan pengucapan dengan posisi didepan

cermin guru berdampingan dengan siswa dalam kelas.

proses pembelajaran harus sesuai dengan rambu-rambu seperti,

penampilan guru dalam membuka pelajaran harus menarik perhatian

siswa, guru harus memberikan motivasi pada awal pelajaran, memberikan

apersepsi (berkaitan dengan materi sebelumnya dengan materi yang akan

disampaikan), guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

diberikan, memberikan acuan bahan belajar yang akan diberikan. Dalam

pengamatan peneliti, guru belum maksimal melaksanakan rambu-rambu

diatas. Sikap guru dalam proses pembelajaran yaitu pada kejelasan

artikulasi dan suara guru, variasi gerakan badan tidak mengganggu perhatian

siswa, antusiasme dalam penampilan, mobilitas posisi mengajar. Dari

pengamatan peneliti sikap guru dalam proses pembelajaran sudah sesuai

dengan rambu-rambu terutama dalam pengucapan dan suara serta mobilitas

dalam posisi mengajar guru menghampiri siswa yang kurang konsentrasi

belajar sehingga siswa berkonsentrasi dalam belajar. Bahan belajar(materi

pelajaran), disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan

dalam RPP, kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar (materi), kejelasan

dalam memberikan contoh, dan guru harus mempunyai wawasan yang luas

dalam menyampaikan bahan belajar. Proses Pembelajaran sangat penting

(28)

91

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau indikator yang telah

ditetapkan, memiliki ketrampilan dalam menanggapi dan merespon

pertanyaan siswa, ketepatan menggunakan alokasi waktu yang disediakan.

Dalam pengamatan peneliti, guru masih belum konsisten dalam penggunaan

alokasi waktu yang tersedia. Menggunakan media harus memperhatikan

prinsip-prinsip penggunaan media, ketepatan/kesesuaian penggunaan media

dengan materi yang disampaikan, guru harus memiliki ketrampilan dalam

penggunaan media pembelajaran, guru harus membantu meningkatkan

perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pengamatan penelti,

media masih kurang mendukung kegiatan pembelajaran karena hanya

terbatas pada media yang ada dikelas. Evaluasi, dalam hal evaluasi guru

sudah melakukan penilaian yang relevan dengan tujuan yang telah

ditetapkan, guru menggunakan bentuk dan jenis penilaian, penilaian yang

diberikan sesuai dengan Rencana Program Pelaksanaan (RPP). Menutup

Kegiatan pembelajaran dalam kegiatan akhir belajar guru harus meninjau

kembali materi yang telah diberikan, memberikan kesempatan pada siswa

untuk bertanya dan guru menjawab pertanyaan siswa, memberikan

kesimpulan kegiatan pembelajaran. Tindak lanjut yaitu dimana guru harus

memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun kelompok,

menginformasikan materi/bahan ajar yang akan dipelajari berikutnya,

memberikan motivasi untuk selalu terus belajar dan mengerjakan pekerjaan

rumah. Dari pengamatan peneliti guru sudah melakukan sesuai dengan

rambu-rambu diatas.

3. Evaluasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran artikulasi

Aspek yang ketiga ini, guru melakukan evaluasi pembelajaran artikulasi

dengan kata-kata yang berbeda, untuk mengevaluasi pengucapan siswa

khususnya pada konsonan bilabial. Guru mengucapkan kata “lilin” dan

“bola” untuk memastikan apakah siswa sudah bisa, guru meminta siswa mengulangi pengucapan kedua kata “lilin” dan “bola” dan mendokumentasi

kedua kata “lilin” dan “bola” dengan menyuruh siswa menuliskan dipapan

(29)

92

Jeane Maria T., 2015

4. Hambatan-hambatan yang dihadapi guru serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan

a. Aspek keempat ini guru mempunyai hambatan secara informasi

keilmuan pembelajaran artikulasi yang belum mumpuni. Sehingga

belum mengetahui tentang tahap-tahap pembelajaran artikulasi dalam

hal ini tahap-tahap pembelajaran masing-masing konsonan. Sehingga

belum terbiasa untuk melatih organ bicara siswa supaya lancar dalam

pengucapan konsonan bilabial. Guru menyebutkan bahwa mengalami

hambatan/kesulitan dalam persiapan mengkondisikan siswa di kelas.

Hal ini dikarenakan siswa asyik ngobrol dengan teman-teman.

Sehingga saya (guru), harus menarik perhatian siswa dengan berdiri

didepan kelas sambil memberikan isyarat agar siswa kembali pada

posisi untuk siap belajar. Dalam materi pembelajaran artikulasi guru

belum menguasai secara menyeluruh. Sehingga dalam menanamkan

konsep konsonan bilabial pada siswa, guru masih harus banyak

belajar. Pendekatan/metode dalam pengamatan peneliti hanya

terbatas pada pendekatan/metode oral. Hal ini dikarenakan pemahaman

dan penguasaan guru yang belum mumpuni tahap-tahap pembelajaran

artikulasi khususnya dalam mengembangkan konsonan bilabial. Media

dalam pengamatan peneliti, masih kurang mendukung dan hanya

terbatas pada media yang ada dikelas. Dan belum membuat rencana

program pembelajaran artikulasi sesuai dengan tahap-tahap

perkembangan masing-masing konsonan. Evaluasi sesuai dengan

pengamatan peneliti, guru tidak megalami kesulitan hal ini karena

ketiga siswa sangat antusias. Ketiga siswa sangat senang dengan

evaluasi menjawab spontan, walaupun pengucapan ketiga siswa

kurang jelas, mereka sangat senang menjawab pertanyaan guru.

Hambatan lain guru belum membuat rencana program pembelajaran

yang sesuai dengan perkembangan masing-masing konsonan. Upaya

guru dalam mengatasi hambatan – hambatan dalam pembelajaran

artikulasi yaitu guru selalu bekerjasama dengan orangtua dengan

(30)

93

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komunikasi dirumah. Karena memanfaatkan waktu dirumah karena

disekolah belajar hanya dalam beberapa jam saja. Dalam upaya

mengatasi hambatan dalam persiapan pembelajaran sesuai dengan

pengamatan peneliti, guru berusaha mengkondisikan kelas dengan

membangun konsentrasi para siswa. Agar memusatkan perhatian pada

guru karena pelajaran akan dimulai dengan memberikan pertanyaan

kepada siswa Dn, “Dani dirumah belajar apa”? dengan pengucapan

yang kurang jelas siswa Dn memberikan jawaban yang artinya sebagai

berikut, “belajar baca buku”. Guru berupaya menggali ilmu tentang

Pembelajaran artikulasi terutama dalam mengembangkan

konsonan-konsonan terutama pada konsonan-konsonan bilabial, agar lebih kaya sehingga

dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa pada awal

pembelajaran guru membimbing anak didalam kelas secara klasikal,

tetapi setelah mengetahui karakteristik setiap individu siswa yang

dihasilkan dari hasil assesmen awal, maka hal pertama yang dilakukan

guru adalah membuat program pembelajaran individual yang sesuai

dengan karakteristik individu tersebut. Karena hal ini sangat

menentukan bagi pelayanan di dalam penyampaian materi, hal ini juga

tidak bermaksud dengan membeda-bedakan kemampuan siswa, akan

tetapi alangkah baiknya jika seorang guru bisa melayani anak didalam

kelas dengan mengetahui latar belakang siswa, agar memudahkan guru

dalam memberikan atau menyampaikan pembelajaran. Cara

berkomunikasi, dalam pembelajaran didalam kelas guru sering

mengajak siswa untuk bisa berkomunikasi, dalam hal ini guru

menggunakan sistem komunikasi oral dalam memberikan pelayanan

terhadap siswa, dan apabila siswa kurang mengerti siswa diajak

berlatih artikulasi diruangan kelas di depan cermin, hal ini sering

dilakukan, latihan artikulasi di dalam kelas. Karena tidak ada ruangan

khusus. Guru berupaya menambah ketrampilan dalam menggunakan

metode dan diperlukan dukungan kepala sekolah dalam memfasilitasi

untuk meningkatkan sumber daya manusia dalam hal ini guru agar

(31)

94

Jeane Maria T., 2015

penyediaan media pembelajaran agar lebih mendukung Kegiatan

Belajar Mengajar kelas III.

Upaya kerjasam guru, dengan orangtua Dn dan Kn mengupayakan

les agar anak bisa berbicara. Guru selalu berupaya berdiskusi dengan

expert yang lain untuk mendapatkan informasi keilmuan dalam

meningkatkan pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan

pengucapan konsonan bilabial pada siswa.Cara berkomunikasi, dalam

pembelajaran didalam kelas guru sering mengajak peserta didik untuk

bisa berkomunikasi, dalam hal ini guru menggunakan sistem

Komunikasi oral dalam memberikan pelayanan terhadap siswa, dan

kadang-kadang siswa diajak berlatih artikulasi. Latihan artikulasi di

dalam kelas di depan cermin. Karena tidak ada ruangan khusus untuk

latihan artikulasi..

B. REKOMENDASI

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi guru dalam

melakukan persiapan pelaksanaan, materi dan mengevaluasi pembelajaran

artikulasi, masing-masing siswa dan mengatasi hambatan pada

pembelajaran artikulasi, serta upaya-upaya dalam mengembangkan

konsonan bilabial pada anak tunarungu. Pembelajaran artikulasi

diintensifkan lagi, Alat-alat untuk artikulasi diperlengkap, Jalin kerjasama

dengan pihak orangtua supaya anak senantiasa belajar artikulasi yang baik

dan benar.

2. Bagi orangtua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi orangtua dalam

mengembangkan pengucapan konsonan bilabial pada anak tunarungu

3. Bagi Peneliti

a. Pengalaman yang memberikan wawasan mengenai pembelajaran

artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial pada anak

(32)

95

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendekatan, materi serta evaluasi yang tepat sangat penting untuk

peneliti dalam menghadapi hambatan dalam pengembangan konsonan

bilabial pada anak tunarungu, kelas III SLB AL FITHRI.

b. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti untuk dapat

memberikan tindakan/latihan selanjutnya dalam mengembangkan

pengucapan konsonan bilabial siswa tunarungu di SLB AL-FITHRI

(33)

Jeane Maria T., 2015

DAFTAR PUSTAKA

Bunawan, L (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu Jakarta: Santi Rama

Atitungga, Itasari. (2008). Makalah Pelengkap Mata Kuliah Dislogia. Jakarta: Akademi Terapi Wicara – Yayasan Bina Wicara

Sadja’ah, E. (2003). Layanan Dan Artikulasi Bagi Anak Tunarungu. Bandung:

San Grafika

Sudjana, N. (2005). Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algensindo

Sadja’ah, E. (2005). Gangguan Bicara – Bahasa. Bandung: San Grafika

Hernawati, T. (2008). Buku Artikulasi [Online] tidak diterbitkan tersedia dalam

www.UPI.Edu.co.id File direktori UPI.(31 Januari 2013)

Somad, P. dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru

Curtis, E. Weiss, Mary E. Gordon, Herold S. Lillywhite. (1987). Clinical Management of Artikulatory and Phonologic Disorder, Second Edition. USA: Williams & Wilkins.

Shipley, Kenneth G. & McAfee, Julie G. (1998). Assessment In Speech-Language Pathology. San Diego: Singular Publishing Group. INC.

Siddiq Djauhar, dkk. (2008). Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. [Online]. Tersedia:

http://aryadec2.blogspot.com/2013/01/komponen-komponen-pembelajaran. html. Diakses 20 Januari 2015

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta

Creswell, John W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Moleong, L. J. (1993). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nasution. (2003). Metode Penelitian NaturalistikKualitatif. Tarsito Bandung.

(34)

97

Jeane Maria T., 2015

PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tarigan, H. (2009). Psikolinguistik. Bandung: Angkasa

Peter V. Paul, Gail M. Whitelaw (2011). Hearing and Deafness Sudbury

Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers

http://bahasaindonesiayh.blogspot.com/2012/membedakan-fonem.html, diakses 25 Agusutus 2014

http://panduanguru.com/,

http://seputarpendidikan. blogspot.com,

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196211211984031-DUDI_GUNAWAN/SISTEM_KOMUNIKASI_%274%27_%5BCompatibility_Mode%5D. pdf

diakses 25 Januari 2015

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196302081987032 -TATI_HERNAWATI/jurnal.pdf diakses 7 Februari 2015

Referensi

Dokumen terkait

merupakan pemain yang berusaha untuk meminimumkan kekalahan/kerugiannya maka bila terdapat suatu kolom dengan semua elemen dari kolom tersebut adalah sama atau

Tabel 5.5 Instrumen Cara Guru Dan Kepala Sekolah Menerangkan Dan Menjelaskan Kepada Orang Tua Kelas B PAUD Nurul Qur’ani Akan Pentingnya Memahami Dan Menanamkan Pola Asuh

PROTOTYPE PINTU OTOMATIS BERBASISKAN MIKROKONTROLER AT89S51 DAN SENSOR PING))). Ade Fathurrahman, Atit Pertiwi

Hal ini terbukti dan dapat kita lihat dari kacamata Negeri kita seiring dengan banyaknya musibah yang terjadi didaerah pesisir pantai, yang sangat menggugah hati kami untuk

Dalam rangka memperkaya referensi ilmiah internasional, Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (Ditlitabmas) kembali berlangganan jurnal Elektronik

[r]

[r]

2011.Kajian Perbaikan Teknologi Budidaya Padi Melalui Penggunaan Varietas Unggul Dan Sistem Tanam Jajar Legowo Dalam Meningkatkan Produktivitas Padi Mendukung Swasembada