Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB
AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Pendidikan Khusus
Oleh
Jeane Maria T. 1106482
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB
AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Oleh
Jeane Maria T.
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Khusus
© Jeane Maria T.2015 Universitas Pendidikan Indonesia
April 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Jeane Maria T., 2015
LEMBAR PENGESAHAN
JEANE MARIA T. 1106482
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNA RUNGU KELAS III DI SLB
AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr.PERMANARIAN SOMAD,M.Pd NIP.1954 0408 1981032001
Pembimbing II
Dr.Hj. TATI HERNAWATI,M.Pd NIP.1963 0208 1987032001
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Khusus
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNA RUNGU KELAS III DI SLB AL-FITHRI
KABUPATEN BANDUNG
Bicara sebagai suatu simbol linguistik merupakan ekspresi verbal dari bahasa yang digunakan individu dalam komunikasi. Komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi suatu pertukaran pikiran dan perasaan. Sedangkan anak tunarungu memiliki permasalahan sebagai dampak dari ketunarunguannya dalam aktifitas sehari-hari. Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam mengembangkan pengucapan konsonan bilabial. Modalitas utama dalam mengembangkan konsonan bilabial ialah dengan pembelajaran artikulasi. Fokus masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana persiapan pembelajaran artikulasi yang dilakukan oleh guru, Bagaimana pelaksanaan, materi pembelajaran artikulasi, bagaimana evaluasi pembelajaran artikulasi yang dilakukan guru dan mengetahui hambatan - hambatan apa yang dihadapi guru dan Upaya – upaya yang dilakukan guru dalam menangani hambatan – hambatan yang dihadapai guru. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kwalitatif. Penelitian dilakukan terhadap satu orang guru dan tiga orang tua murid. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian terhadap subjek guru ialah persiapan yang dilakukan guru yaitu membuat rencana program pembelajaran (RPP). Pelaksanaan pendekatan dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, dengan materi latihan pengucapan supaya otot-otot mulut tidak kaku, biasanya membuka dengan apa yang dibawa anak. Misal: guru ingin mengajarkan artikulasi konsonan “b” maka guru mengaitkan dengan barang yang dibawa anak “buku” dilanjut “bbb” “bbbbbb” “bababa...dst.. Guru menggunakan media kartu gambar, cermin dalam kelas untuk melakukan pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan pengucapan konsonan bilabial. Evaluasi pembelajaran artikulasi yang dilakukan yaitu dengan mengucapkan dua kata yang berbeda seperti kata lilin dan bola. Hambatan yang dialami guru adalah belum mempunyai ilmu yang mumpuni sehingga belum mengetahui tahap-tahap pembelajaran artikulasi, dalam hal ini tahap-tahap pembelajaran masing-masing konsonan. Belum membuat rencana program pembelajaran artikulasi sesuai dengan tahap-tahap perkembangan masing-masing konsonan apakah mulai dari yang termudah ke yang sulit atau sebaliknya. Upaya yang dilakukan guru adalah karena waktu hanya beberapa jam saja disekolah maka guru bekerjasama dengan orangtua, guru memberikan Pekerjaan Rumah sesuai dengan materi, guru berupaya berdiskusi dengan expert yang lain agar mendapatkan informasi keilmuan untuk meningkatkan pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan pengucapan bilabial.
Jeane Maria T., 2015
ABSTRACT
LEARNING ARTICULATION IN DEVELOPING CONSONANTS BILABIAL IN CLASS III DEAF CHILDREN SLB AL-FITRI IN REGENCY BANDUNG
Speech as a linguistic symbol is the verbal expression of the language used in the communication of individuals. Communication is the sending and receiving of messages or news between two or more people in a proper way, so that the message is understood. Communication is an exchange of the mind and feelings. While deaf children have problems as an impact of his/her hearing loss in daily activities. Children with hearing loss have a difficulties in developing a bilabial consonant pronunciation. The main modalities in developing bilabial consonant is the articulation of learning. The focus of the problem in this research is How to preparation the articulation of learning undertaken by teachers, How to implementation, learning materials articulation, how to evaluate the articulation of learning that teachers undertake, and to know what the barriers faced by teachers and the efforts of teachers in overcoming the barriers faced by teachers. This research was used descriptive qualitative approach. Research carried out on one teacher and three students. Data collected through observation, interviews and document study. The results of research on the subject of teacher is preparation that teachers do that make learning program plan (RPP). implementation of the approach is done before learning begins, the pronunciation training materials so that the muscles of the mouth is not rigid, Efforts teachers usually open to what brought the child. For example: the teacher wants to teach articulation of consonants "b" then the teacher associate with goods brought kids "book" continued "bbb" "bbbbbb" "Bababa ... etc. Teachers use a media card image, the mirror in the classroom to make learning articulation in developing bilabial consonant pronunciation. Articulation of learning evaluation is made by saying two different words as words candle and balls. Barriers experienced teachers are not qualified to have knowledge so do not know the stages of learning articulation, in this case the learning stages of each consonant. Not to make the learning program plan articulation according to the developmental stage of each consonant whether ranging from the easiest to the difficult or otherwise. The efforts made by teachers is due to the time just a few hours at school the teachers in collaboration with parents, teachers give homework in accordance with the material, Teachers need to discuss with other experts in order to obtain scientific information to enhance learning in developing pronunciation bilabial articulation.
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Jeane Maria T., 2015
DAFTAR ISI
ABSTRAK……… i
KATA PENGANTAR………. ii
UCAPAN TERIMA KASIH………... iii
DAFTAR ISI.……… iv
BAB I PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang………...1
B. Fokus Masalah……….. 5
C. Tujuan dan Manfaat penelitian……….. 5
1. Tujuan Penelitian………. 5
2. Manfaat Penelitian………... 5
BAB II LANDASAN TEORI………. 7
A. Konsep Dasar Tunarungu………... 7
1. Pengertian tunarungu……… 7
2. Dampak Ketunarunguan Terhadap Perkembangan Anak Tunarungu……….. 8
3. Klasifikasi Tunarungu..……… 15
B. Pembelajaran Artikulasi………. 22 1. Komponen Pembelajaran....………. 23
2. Pembelajaran Artikulasi………... 34
C. Konsonan ………... 37 1. Pengertian Konsonan……… 37 2. Klasifikasi Bunyi konsonan……….. 38 BAB III METODE PENELITIAN……… 48
A. Tempat Penelitian……….. 49
B. Subjek Penelitian………... 49
C. Tahap-tahap Penelitian……….. 49
D. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data………... 52
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Teknik Analisis data……….. 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 59
A. Hasil Penelitian....……….... 59
B. Pembahasan...……… 79
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 89
A. Kesimpulan………. 89
B. Rekomendasi..……… 94
DAFTAR PUSTAKA.……….. 96
LAMPIRAN
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang masalah
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Di sisi lain
pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi
sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru
mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga
mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan
pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan
kreatifitas pengajar. Pelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan
pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada
keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui
perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain
pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan
kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran) diakses tanggal 15 Maret 2015. Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20,
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Oleh karena itu dari hasil observasi
interaksi sangat dibutuhkan dalam Pembelajaran Artikulasi untuk
2
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
gangguan dengar di kelas III SDLB AL-FITHRI kab. Bandung. Dalam hal ini,
anak dengan gangguan mendengar bukan berarti tidak bisa bicara.
Sepertinya sangatlah benar, untuk membahas pentingnya mendengar,
berbicara, dan bahasa serta perkembangan keaksaraan dalam bahasa. Hilangnya
pendengaran berpengaruh pada proses komunikasi yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa lisan. Akar permasalahannya, pada gangguan pendengaran,
yang berdampak pada perolehan simbol atau pengucapan: yaitu, pada
pengalaman dan stimulus yang bermakna, dianggap perlu untuk pengembangan
bahasa lisan. Kita dapat mengilustrasikan hal ini sebagai berikut, (Lovinger,
Brandell, & Seestedt-Stanford, 1991): Berhenti sejenak dan dengarkan. Apa yang
Anda dengar? ... Bagaimana kita belajar untuk membedakan perbedaan suara ini,
pengalaman mengasosiasikan suara, dan memberi makna? Bagaimana kita belajar
memahami suara, membentuk kata-kata untuk berkomunikasi? Telinga berfungsi
sebagai mekanisme umpan balik yang utama dalam perkembangan dan produksi
bicara. Suara diterima oleh telinga, diartikan oleh otak dan reaksi dinyatakan
dengan menggunakan kata-kata.
Input suara ke otak untuk penyimpanan, analisis, dan asosiasi dilakukan
melalui telinga. Tidak mendengar suara manusia tidak berkembang pula
kemampuan untuk berbicara. Hal ini juga ditetapkan bahwa individu yang lahir
dengan gangguan pendengaran yang signifikan tidak dapat mengembangkan
komunikasi lisan secara alami. Sedangkan anak-anak dengan pendengaran normal
belajar bahasa ibu, kemudian menggunakan aturan, anak-anak yang tuli
mempelajari aturan bahasa ibu agar kompetensi linguistik akan diperoleh.
Konservasi dan rehabilitasi pendengaran (bicara dan bahasa) menjadi tugas yang
penting bagi pendidik, audiolog, dan ahli patologi bahasa bicara. Kita bisa
mengubah pandangan semula dengan mencatat (lagi) bahwa tidak selalu jelas
sehingga bahkan gangguan pendengaran yang relatif sedikit secara negatif dapat
mempengaruhi perkembangan bahasa lisan, keaksaraan, dan prestasi akademik.
Bicara dan bahasa tidak dapat dipisahkan karena bicara merupakan bagian dari
3
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK dilaksanakan antar individu atau kelompok masyarakat dimana mereka tinggal.
Jadi bicara dan bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan
sehari – hari. Bicara sebagai suatu kemungkinan manusia mengucapkan bunyi –
bunyi bahasa melalui organ – organ artikulasi. Bicara merupakan perbuatan
manusia yang sifatnya individual. (Varekamp,1973:27) Ketika dalam pengucapan
mengalami gangguan maka akan terganggu juga proses bicara seseorang.
Berry and Eisenson, 1978 (Travis,1957 ; 684 ) menyimpulkan ;
Gangguan bicara adalah sebagai berikut : 1). Tidak mudah didengar 2). Tidak langsung didengar dengan jelas 3). Secara vokal terdengar tidak enak 4). Terdapat kesalahan pada bunyi-bunyi tertentu 5). Sulit melakukan pergerakkan organ bicara 6). Terdapat kekurangan dari sisi linguistik 7). Terlambat perkembangan bahasa dan bicara 8). Terlihat tidak menyenangkan bila bicara
Pusat bicara terdapat di otak dan alat ucap dalam rongga mulut
mengeluarkan dalam bentuk suara yang baik (verbal). Untuk suatu,
perkembangan bahasa dan bicara diperlukan pendengaran yang baik serta
kamampuan pengenalan kata-kata yang baik, perkembangan kognisi, sosial,
motorik kasar dan halus, motorik rongga mulut, serta dukungan lingkungan
sekitar anak yang optimal. Dalam pembelajaran artikulasi, semua hal tersebut
diatas saling mempengaruhi dan memberi umpan balik terhadap,
perkembangan bahasa dan bicara seseorang. Jika salah satu mengalami
gangguan, maka akan mengalami gangguan bicara terutama pada pengucapan
masing-masing konsonan.
Pendengaran merupakan alat sensoris utama untuk berbicara dan berbahasa.
Kehilangan pendengaran sejak lahir atau sejak usia dini akan menyebabkan
kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain secara lisan.
Kehilangan pendengaran pada seorang anak juga berpengaruh pada
perkembangan fungsi kognitifnya, karena anak tunarungu mengalami kesulitan
dalam memahami informasi yang bersifat verbal terutama konsep-konsep yang
bersifat abstrak yang memerlukan penjelasan. Pemahaman konsep dan proses
pembentukan pengertian betapa pun sederhananya diperlukan keterampilan
4
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tunarungu mengalami kesulitan dalam berbahasa secara lisan. Oleh karena itu,
anak tunarungu mengalami kesulitan dalam mengikuti program pendidikan.
Sehingga diperlukan media secara visual untuk membantu pembelajaran
artikulasi dalam mengembangkan masing-masing konsonan. Dalam hal ini,
konsonan bilabial terutama dalam membedakan pengucapan konsonan bibir.
Sepertinya, gerakannya sama-sama menutup antara konsonan /m/./b/,/p/,/w/
akan tetapi dalam proses pelafalannya berbeda dan artinya juga pasti berbeda.
Pada anak tuna rungu terjadi masalah dalam pelafalan konsonan tersebut,
karena secara visual sama gerakan bibir menutup dan anak tunarungu tidak
bisa melafalkan konsonan bilabial dengan baik, karena merupakan dampak dari
ketunarunguannya. Membutuhkan proses latihan karena penutupan bibir pada
anak tunarungu terjadi secara kuat dimana anak ingin merasakan penutupan
bibir, sementara untuk konsonan bilabial penutupan bibirnya ada yang sangat
lembut dan ada yang penutupan bibirnya sangat kuat. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti di SLB Al-Fithri Banjaran pembelajaran
artikulasi terutama dalam mengembangkan konsonan pada siswa kelas III,
ketiga siswa tidak pernah menggunakan alat bicaranya karena anak tidak tahu
apa yang harus diucapkan. Karena alat bicaranya tidak pernah digunakan
untuk berbicara maka alat bicara tersebut menjadi kaku, sehingga bicara anak
tunarungu tidak jelas dan tidak dimengerti dengan baik oleh orang lain.
Kesalahan sering muncul dari ucapan ketiga siswa tersebut, salah satunya
adalah pengucapan konsonan bilabial sering tertukar.
Menjadi seorang guru artikulasi bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Banyak hal-hal yang harus dipahami/dikuasai oleh seorang guru artikulasi
diantaranya konsosnan bilabial, karakteristik anak, dan juga beberapa sikap
seperti sabar, telaten, serta pantang menyerah. Sangat perlu sekali seorang
ortopedagog untuk mempelajari artikulasi dengan sungguh-sungguh. Seperti
yang diungkapkan dalam www.speechtherapy.sg bahwa artikulasi adalah
rangkaian pergerakan organ bicara dalam mulut yang menghasilkan
5
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK Berdasarkan permasalahan yang dialami dalam pembelajaran artikulasi,
guru terhadap ketiga anak yang mengalami gangguan pendengaran dimana cara
pembelajaran guru yang belum tepat. Selain hambatan pada bahasa dan bicara
lebih khusus lagi pada pengucapan huruf atau konsonan – konsonan seperti;
konsonan bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua
belah bibir: /p/, /b/, /m/, dan /w/. Karena kedua belah bibir sama-sama
bergerak, serta keduanya juga menjadi titik sentuh dari bibir yang lainnya,
maka sekaligus sebagai artikulator (tempat terbentuknya konsonan bilabial).
Dari masalah diatas, peneliti ingin meneliti lebih secara mendalam
mengenai pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial
pada anak tunarungu kelas III di SLB AL-FITHRI Kab.Bandung
B.Fokus Masalah
Fokus masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana pembelajaran
artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial pada anak tunarungu kelas
III di SLB AL-FITHRI Kab.Bandung?”. Dari fokus penelitian ini maka dirinci
melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana persiapan pembelajaran artikulasi yang dilakukan oleh guru?
2. Bagaimana pelaksanaan, materi pembelajaran artikulasi?
3. Bagaimana evaluasi pembelajaran artikulasi yang dilakukan guru?
4. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi guru dalam pembelajaran artikulasi
dan upaya apa yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan-hambatan?
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang
persiapan, pelaksanaan, materi, evaluasi pembelajaran artikulasi,
hambatan-hambatan dalam pembelajaran artikulasi dan upaya yang dilakukan guru
dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam pembelajaran pada anak
tunarungu kelas III di SLB AL-FITHRI Kab. Bandung.
6
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut ;
a. Manfaat Teoritis
Memberikan pengetahuan atau informasi yang berhubungan dengan
pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial pada
anak tunarungu kelas III di SLB AL-FITHRI Kab. bandung.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Peneliti
Pengalaman yang memberikan wawasan mengenai pembelajaran
artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial pada ketiga anak
tunarungu kelas III di SLB AL FITHRI Kab. Bandung.
2) Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang tepat, mengatasi
hambatan dalam pembelajaran artikulasi, dan mengupayakan
pengembangan pengucapan konsonan bilabial pada ketiga anak
Jeane Maria T., 2015
BAB III
METODE PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2002 : 1) “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu”.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat eksploratif,
yaitu dengan studi deskriptif. John W. Creswell (2007 : 4), menyebutkan bahwa
metode penelitian kualitatif adalah :
Merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema khusus ke tema-tema yang umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel. Siapapun yang terlibat dalam penelitian ini harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.
Penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini, karena penelitian ini
menekankan pada upaya investigative untuk mengkaji secara alamiah fenomena
yang tengah terjadi dalam mengetahui pembelajaran artikulasi dalam
mengembangkan konsonan bilabial.
Metode penelitian digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas serta
petunjuk bagaimana penelitian ini dilaksanakan.
Penggunaan metode penelitian mencakup pendekatan, strategi, subjek,
penelitian, teknik pengumpulan data dan pengolahan data agar keilmiahan dan
hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenaran, keobjektifan, dan
keakuratannya.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, karena penelitian ini
bermaksud memahami, mengungkap, menjelaskan berbagai gambaran dan
49
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang ada dilapangan kemudian dirangkum menjadi kesimpulan deskriptif
berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti. Penelitian deskriptif
kualitatif merupakan penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel
dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya.
Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang
bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang
terjadi di dalam masyarakat, pertentangan 2 keadaan / lebih, hubungan
antarvariabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan
lain-lain. masalah yang diteliti dan diselidiki oleh penelitian deskriptif kualitatif
mengacu pada studi kuantitatif, studi komparatif, serta dapat juga menjadi sebuah
studi korelasional 1 unsur bersama unsur lainnya. Biasanya kegiatan penelitian ini
meliputi pengumpulan data, menganalisis data, meginterprestasi data, dan diakhiri
dengan sebuah kesimpulan yang mengacu pada penganalisisan data tersebut.
A.Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SLB Al-Fithri Kabupaten Bandung. Alasan
pemilihan tempat didasarkan pada kebutuhan data penelitian.
B.Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mereka yang menjadi
narasumber yang bersedia memberikan berbagai informasi berisikan
keterangan dan data penting yang sangat dibutuhkan dalam penelitian ini. Pada
penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru SDLB kelas III di
SLB Al-Fithri Kabupaten Bandung.
C.Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-Tahap penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut :
1. Tahap Pralapangan
a. Menyusun Rancangan Penelitian
Kegiatan ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses
penelitian. Intinya berupa penyusunan rancangan penelitian yang
diajukan kepada Dewan Skripsi Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Setelah disetujui
50
Jeane Maria T., 2015
rancangan penelitian, peneliti melaksanakan konsultasi dan bimbingan
intensif dengan dosen pembimbing, dan dosen pembimbing I maupun
dosen pembimbing II. Setelah itu peneliti menyusun rencana untuk ke
lapangan yang sesuai dengan latar belakang.
b. Memilih Latar Penelitian
Proses pemilihan latar penelitian ini diawali dengan data yang
ditemukan oleh peneliti terhadap SLB AL Fithri yang beralamat di JL.
Cimuncang Banjaran kabupaten Bandung bahwa pada sekolah tersebut
terdapat banyak siswa tingkat SD dengan berbagai macam karakteristik.
Untuk itu penulis ingin mendapatkan deskripsi mengenai pembelajaran
artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial siswa tunarungu
tingkat SD di SLB tersebut.
c. Mengurus Perijinan
Pengurusan perijinan yang bersifat administratif dilakukan dimulai
dari tingkat Jurusan, Fakultas, dan Universitas. Dari tingkat Fakultas
peneliti memperoleh Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing dan
Surat Pengantar ke tingkat Universitas, yaitu kepada Rektor I melalui
Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK).
Setelah itu peneliti memperoleh surat rekomendasi untuk disampaikan
pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) kota Bandung,
dilanjutkan lagi ke Walikota Bandung dan beralkhir kepada Kepala
sekolah SLB AL Fithri Banjaran.
d. Menyiapkan perlengkapan penelitian
Pada tahap ini peneliti menyiapkan segala perlengkapan yang
dibutuhkan untuk memperlancar, memperjelas, dan mempermudah
kegiatan pengumpulan data yang diperoleh dilapangan, adapun kegiatan
pada tahap ini adalah mempersiapkan instrumen penelitian, yang terdiri
dari kisi-kisi wawancara dan kisi-kisi observasi. Berdasarkan kisi-kisi
yang dibuat disusun pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan dan
pedoman observasi berupa acuan tentang arah, sasaran, dan tujuan dari
51
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wawancara yang dilakukan peneliti juga menyiapkan alat perekam
untuk merekam suara hasil wawancara.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Maksud dari memahami latar penelitian adalah mengenal segala unsur
lingkungan sosial, fisik, dan keadaan sekolah serta untuk lebih
mempersiapkan diri baik mental maupun fisik dan juga mempersiapkan
perlengkapan yang dibutuhkan. Memahami latar penelitian dimaksudkan
pula untuk mengamati kemampuan berbicara anak tunarungu ketika
sedang mengikuti berbagai kegiatan disekolah. Peneliti pun selalu
berhubungan dengan informan yang fungsinya sebagai pemberi informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informasi tersebut mengenai
nilai – nilai, sikap, bangunan fisik sekolah, maupun proses suatu
kebudayaan setempat. Selain itu juga mengidentifikasi segala hal yang
berkaitan dengan pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan
konsonan bilabial.
b. Penarikan kasus
Berdasarkan pada permasalahan penelitian yaitu mengenai
Pembelajaran Artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial, maka
untuk membantu mempermudah pengumpulan data digunakan penarikan
kasus dengan sumber data utama agar data yang diperoleh sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
c. Hubungan Peneliti dengan Subjek
Untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, peneliti
berupaya secara optimal membina dan menciptakan hubungan yang
bersifat integratif dengan para subjek penelitian sebagai sumber data
sehingga segala informasi yang berkaitan dengan focus penelitian
diperoleh secara benar, akurat, dan lengkap.
d. Peran Peneliti
Peneliti berperan sebagai alat atau instrumen utama dalam penelitian
52
Jeane Maria T., 2015
meskipun berperan sebagai instrumen utama namun peran penelitian ini
bersifat non partisipan oleh karena itu peneliti hanya menangkap,
mengamati dan mempelajari gejala – gejala yang terjadi dalam latar
penelitian.
D.Instrumen dan Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian ini, karena tujuan utama sebuah penelitian adalah mengumpulkan
data. Dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan
beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu; wawancara, observasi,
dokumentasi, dan diskusi terfokus (Focus Group Discussion), dan melakukan
studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15).
Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Teknik Pengumpulan data
Menurut Lofland dalam Moleong (1993 : 112) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata – kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumentasi dan lain – lain. Walaupun dikatakan
bahwa sumber data di luar kata dan tindakan merupakan data tambahan,
namun jelas sumber data tersebut tidak dapat diabaikan.
Adapun teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
a. Observasi
Pengamatan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini hanya
menggunakan mata tanpa ada alat standar lain, dalam melakukan
observasi peneliti sangat memperhatikan hal – hal :
1) Isi dari pengamatan
2) Mencacat pengamatan
3) Ketepatan pengamatan
53
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam melakukan pengamatan peneliti mengaitkan pada dua hal,
yakni informasi dan konteks. Hal ini sesuai merujuk pada Nasution
(1996 : 58) yang menyatakan bahwa “informasi yang dijelaskan dari konteksnya akan kehilangan makna.” Jadi makna sesuatu tidak dapat
dilepaskan dari konteksnya yang ada. Observasi ditujukan kepada guru,
dan untuk mengobservasi ; pelaksanaan pendekatan dan materi serta
evaluasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran artikulasi.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
terjadinya komunikasi verbal antara pewawancara dan subjek yang
diwawancara. Wawancara yang mendalam dengan responden dilakukan
dalam bentuk Tanya jawab dan diskusi. Dalam wawancara ini peneliti
meminta informan memberikan informasi sesuai dengan yang dialami,
diperbuat, dan dirasakan atau pernah diketahui yang mengarah kepada
pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial.
Menurut Moleong (2010 : 186), “Wawancara merupakan percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu.” Agar mempermudah peneliti dalam mendokumentasikan berbagai
data dan informasi yang disampaikan oleh guru, maka hasil wawancara
dicatat. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan
mewawancarai guru SLB AL Fithri. Wawancara yang akan dilakukan
adalah wawancara yang bersifat terstruktur, dengan menggunakan
pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan untuk mempermudah
peneliti dalam melakukan wawancara.
Nasution, 1996 (dalam Zainab, 2010 : 33) menjelaskan bahwa :
54
Jeane Maria T., 2015
Pada penelitian ini, wawancara dilakukan kepada guru untuk
berusaha mengungkap data tentang; pendekatan, materi pembelajaran
artikulasi, evaluasi yang dilakukan guru, dan hambatan – hambatan yang
dihadapi guru serta upaya – upaya guru dalam mengatasi hambatan –
hambatan yang dialami dalam mengembangkan pengucapan bilabial pada
siswa yang mengalami gangguan dengar kelas III di SLB AL FITHRI.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi ( documentary study) adalah suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen –
dokumen baik dokumen tertulis, maupun dokumen gambar. Studi
dokumentasi dalam penelitian ini bermaksud menelaah dokumen –
dokumen yang telah ada. Pada penelitian ini dokumen yang ditelaah
berupa dokumen yang berupa bahan tertulis dan gambar pada Rencana
Program Pembelajaran ( RPP ) sebagai acuan guru dalam melakukan
pembelajaran.
2. Instrument Penelitian
Kisi – kisi Pedoman penelitian pembelajaran artikulasi dalam
mengembangkan konsonan bilabial pada anak tunarungu kelas III di slb
al-fithri kabupaten bandung (Studi Deskriptif Di SLB Al-Fithri Banjaran)
Fokus Penelitian Pertanyaan Penelitian Aspek yang Diungkap Subjek Tehnik
55
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dilakukan guru
dalam mengatasi
hambatan-hambatan
3. Teknik Pencatatan data
Pencatatan data pada setiap kali melakukan penelitian merupakan
suatu hal yang sangat penting. Proses pencatatan data tersebut dalam
penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu sebagai berikut :
a. Pencatatan formal dan lengkap
Pencatatan formal dan lengkap merupakan pencatatan data yang
disusun berdasarkan catatan yang dibuat di lapangan. Data – data yang
masih kasar dan mentah kemudian dicatat kembali secara lengkap dan
sistematis dengan cara – cara berikut :
1)Mengorganisasikan data
Setelah data terkumpul selanjutnya diorganisasikan sesuai dengan
pertanyaan penelitian yang meliputi persiapan, pelaksanaan, materi
dan evaluasi serta hambatan-hambatan dan upaya-upaya dalam
mengatasi hambatan-hambatan.
2) Mengabstraksikan data ke dalam matriks
Peneliti menuangkan data – data ke dalam matriks berdasarkan
pertanyaan penelitian agar terlihat gambaran secara keseluruhan atau
bagian – bagian tertentu dari penelitian ini.
3) Penambahan data sepanjang waktu
Penambahan data sepanjang waktu dilakukan ketika diperoleh data
atau informasi yang baru. Hal ini dilakukan hingga penelitian
berakhir.
E. Pengujian keabsahan data / triangulasi
Moleong (1993 : 178) mengatakan “Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
56
Jeane Maria T., 2015
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu yang berbeda
dalam metode kualitatif (Patton dalam Moleong, 1993 : 187). Hal ini menurut
Moleong (1993 : 179) dapat dicapai dengan jalan :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka teknik triangulasi pada penelitian
ini sebagai berikut :
Data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi
dokumen direduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan diorganisasi dengan cara
sedemikian rupa. Kemudian dilakukab crosscheck atau dicek silang
didiantara ketiga data tersebut. Dengan demikian, validitas data yang ada
dapat dipertanggungjawabkan karena data akhir yang didapat adalah
hasil perbandingan dari berbagai sumber data yang ada.
Peneliti perlu melakukan pemeriksaan secara seksama dan teliti, hal
tersebut dilakukan untuk menilai apakah data – data yang diperoleh itu
sudah sahih dan dapat dipercaya atau valid, sebab hanya data valid yang
dapat diteliti. Validitas suatu data dilihat dari substansi, sumber data,
maupun pengambilan datanya. Dalam melaksanakan pemeriksaan
keabsahan data ada beberapa teknik yaitu, ketekunan pengamatan
dalam bersosialisasi maupun dalam melakukan interaksi di lingkungan
sekolah harus dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh keabsahan data
yang diperlukan. Apapun yang berkaitan dengan setting kelas dan
keadaan sekolah serta pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan
konsonan bilabial yang ditunjukkan subjek penelitian dicatat dan
didokumentasikan. Pemeriksaan melalui diskusi, teknik ini dilakukan
dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh
dalam bentuk diskusi analitik dengan pihak – pihak yang dianggap
mampu memberikan masukan terhadap penelitian ini, yaitu dengan
57
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F.Teknik Analisis data
Penelitian kualitatif memperoleh data dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam – macam dan
dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Analisis data dilakukan
dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit – unit,
melakukan sintesa, menyusn ke dalam pola, memilih mana yang penting yang
akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang akan diceritakan kepada orang
lain.
Teknik analisis data mengacu pada pendapat Huberman dalam Sugiyono
(2008 : 337) mengemukakan “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sampai datanya jenuh.” Secara sistematis
langkah – langkahnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Data reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan
pada hal – hal yang penting, dan membuang yang tidak perlu. Dengan
demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan
mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data selanjutnya.
2. Data display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah membuat
display data. Display data merupakan suatu cara menggolongkan data ke
dalam kelompok yang disajikan dalam bentuk matriks sehingga data mudah
dibaca dan dipahami serta menggambarkan keseluruhan atau bagian –
bagian tertentu dari penelitian.
3. Menarik kesimpulan dan verifikasi
Menarik kesimpulan dilakukan sejak awal hingga akhir proses
penelitian guna mempermudah peneliti untuk mendapatkan makna dari
setiap data yang masih dikumpulkan. Kesimpulan yang diambil pada
mulanya masih bersifat sementara dan masih diragukan. Oleh karena itu,
kesimpulan senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk
menjadi tingkat kepercayaan penelitian.
Langkah terakhir dalam analisis data, peneliti melakukan penafsiran
58
Jeane Maria T., 2015
membandingkannya dengan teori – teori yang relevan agar data – data
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Persiapan pembelajaran artikulasi yang dilakukan guru
Aspek yang pertama ini menunjukan bahwa guru sudah melakukan
persiapan dengan membuat rencana program pembelajaran mata pelajaran,
dalam mengembangkan konsonan bilabial. Berdasarkan hasil dokumentasi
yang peneliti dapatkan untuk persiapan pembelajaran artikulasi yang
dilakukan guru yaitu Rencana Program Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
sebagai persiapan acuan guru dalam pembelajaran. Guru harus menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan pembelajaran yang
berlangsung, sesuai dengan rambu-rambu seperti, aspek-aspek perencanaan yang terdiri dari, tujuan pembelajaran yang mengacu pada
standar kompetensi, indikatornya jelas, sesuai dengan ranah tujuan
komprehensif serta sesuai dengan kurikulum. Bahan belajar/materi
pelajaran, mengacu atau sesuai dengan tujuan, disusun secara sistimatis,
menggunakan bahan belajar sesuai dengan kurikulum dan memberikan
pengayaan. Strategi/metode pembelajaran, disesuaikan dengan tujuan,
pemilihan metode disesuaikan dengan materi, penentuan langkah-langkah
proses pembelajaran berdasarkan metode yang digunakan, alokasi waktu
proses pembelajaran sesuai dengan proporsi, penetapan metode berdasarkan
pertimbangan kemampuan siswa, dan guru memberikan pengayaan kepada
siswa. Dari pengamatan peneliti dalam hal alokasi waktu guru terkadang
masih belum sesuai dengan proporsi, terkadang melebihi waktu proporsi.
Media pembelajaran, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, kondisi kelas, disesuaikan dengan jenis evaluasi, kemampuan
guru, disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Dari
pengamatan peneliti media belum sesuai dengan rambu-rambu karena hanya
90
Jeane Maria T., 2015
mengacu pada tujuan pembelajaran, mencantumkan bentuk evaluasi, jenis
evaluasi, dan evaluasi disesuaikan dengan aturan-aturan evaluasi. Untuk
evaluasi dari pengamatan peneliti, guru sudah melaksankan sesuai dengan
Rencana Program Pembelajaran.
2. Pelaksanaan pendekatan, materi pembelajaran artikulasi
Aspek kedua ini, menunjukan bahwa guru melakukan pendekatan kepada
siswa sebelum pelajaran dimulai dengan mengkondisikan kelas membentuk
lingkaran. Pendekatan dilakukan dengan materi latihan pengucapan dengan
tujuan agar gerakan-gerakan otot mulut tidak kaku. Kemudian dilanjutkan
dengan mata pelajaran sambil memperhatikan artikulasi dari masing-masing
siswa. Apabila ada siswa dengan pengucapan artikulasi yang belum baik,
maka guru melaksanakan perbaikan pengucapan dengan posisi didepan
cermin guru berdampingan dengan siswa dalam kelas.
proses pembelajaran harus sesuai dengan rambu-rambu seperti,
penampilan guru dalam membuka pelajaran harus menarik perhatian
siswa, guru harus memberikan motivasi pada awal pelajaran, memberikan
apersepsi (berkaitan dengan materi sebelumnya dengan materi yang akan
disampaikan), guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
diberikan, memberikan acuan bahan belajar yang akan diberikan. Dalam
pengamatan peneliti, guru belum maksimal melaksanakan rambu-rambu
diatas. Sikap guru dalam proses pembelajaran yaitu pada kejelasan
artikulasi dan suara guru, variasi gerakan badan tidak mengganggu perhatian
siswa, antusiasme dalam penampilan, mobilitas posisi mengajar. Dari
pengamatan peneliti sikap guru dalam proses pembelajaran sudah sesuai
dengan rambu-rambu terutama dalam pengucapan dan suara serta mobilitas
dalam posisi mengajar guru menghampiri siswa yang kurang konsentrasi
belajar sehingga siswa berkonsentrasi dalam belajar. Bahan belajar(materi
pelajaran), disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan
dalam RPP, kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar (materi), kejelasan
dalam memberikan contoh, dan guru harus mempunyai wawasan yang luas
dalam menyampaikan bahan belajar. Proses Pembelajaran sangat penting
91
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau indikator yang telah
ditetapkan, memiliki ketrampilan dalam menanggapi dan merespon
pertanyaan siswa, ketepatan menggunakan alokasi waktu yang disediakan.
Dalam pengamatan peneliti, guru masih belum konsisten dalam penggunaan
alokasi waktu yang tersedia. Menggunakan media harus memperhatikan
prinsip-prinsip penggunaan media, ketepatan/kesesuaian penggunaan media
dengan materi yang disampaikan, guru harus memiliki ketrampilan dalam
penggunaan media pembelajaran, guru harus membantu meningkatkan
perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pengamatan penelti,
media masih kurang mendukung kegiatan pembelajaran karena hanya
terbatas pada media yang ada dikelas. Evaluasi, dalam hal evaluasi guru
sudah melakukan penilaian yang relevan dengan tujuan yang telah
ditetapkan, guru menggunakan bentuk dan jenis penilaian, penilaian yang
diberikan sesuai dengan Rencana Program Pelaksanaan (RPP). Menutup
Kegiatan pembelajaran dalam kegiatan akhir belajar guru harus meninjau
kembali materi yang telah diberikan, memberikan kesempatan pada siswa
untuk bertanya dan guru menjawab pertanyaan siswa, memberikan
kesimpulan kegiatan pembelajaran. Tindak lanjut yaitu dimana guru harus
memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun kelompok,
menginformasikan materi/bahan ajar yang akan dipelajari berikutnya,
memberikan motivasi untuk selalu terus belajar dan mengerjakan pekerjaan
rumah. Dari pengamatan peneliti guru sudah melakukan sesuai dengan
rambu-rambu diatas.
3. Evaluasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran artikulasi
Aspek yang ketiga ini, guru melakukan evaluasi pembelajaran artikulasi
dengan kata-kata yang berbeda, untuk mengevaluasi pengucapan siswa
khususnya pada konsonan bilabial. Guru mengucapkan kata “lilin” dan
“bola” untuk memastikan apakah siswa sudah bisa, guru meminta siswa mengulangi pengucapan kedua kata “lilin” dan “bola” dan mendokumentasi
kedua kata “lilin” dan “bola” dengan menyuruh siswa menuliskan dipapan
92
Jeane Maria T., 2015
4. Hambatan-hambatan yang dihadapi guru serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan
a. Aspek keempat ini guru mempunyai hambatan secara informasi
keilmuan pembelajaran artikulasi yang belum mumpuni. Sehingga
belum mengetahui tentang tahap-tahap pembelajaran artikulasi dalam
hal ini tahap-tahap pembelajaran masing-masing konsonan. Sehingga
belum terbiasa untuk melatih organ bicara siswa supaya lancar dalam
pengucapan konsonan bilabial. Guru menyebutkan bahwa mengalami
hambatan/kesulitan dalam persiapan mengkondisikan siswa di kelas.
Hal ini dikarenakan siswa asyik ngobrol dengan teman-teman.
Sehingga saya (guru), harus menarik perhatian siswa dengan berdiri
didepan kelas sambil memberikan isyarat agar siswa kembali pada
posisi untuk siap belajar. Dalam materi pembelajaran artikulasi guru
belum menguasai secara menyeluruh. Sehingga dalam menanamkan
konsep konsonan bilabial pada siswa, guru masih harus banyak
belajar. Pendekatan/metode dalam pengamatan peneliti hanya
terbatas pada pendekatan/metode oral. Hal ini dikarenakan pemahaman
dan penguasaan guru yang belum mumpuni tahap-tahap pembelajaran
artikulasi khususnya dalam mengembangkan konsonan bilabial. Media
dalam pengamatan peneliti, masih kurang mendukung dan hanya
terbatas pada media yang ada dikelas. Dan belum membuat rencana
program pembelajaran artikulasi sesuai dengan tahap-tahap
perkembangan masing-masing konsonan. Evaluasi sesuai dengan
pengamatan peneliti, guru tidak megalami kesulitan hal ini karena
ketiga siswa sangat antusias. Ketiga siswa sangat senang dengan
evaluasi menjawab spontan, walaupun pengucapan ketiga siswa
kurang jelas, mereka sangat senang menjawab pertanyaan guru.
Hambatan lain guru belum membuat rencana program pembelajaran
yang sesuai dengan perkembangan masing-masing konsonan. Upaya
guru dalam mengatasi hambatan – hambatan dalam pembelajaran
artikulasi yaitu guru selalu bekerjasama dengan orangtua dengan
93
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
komunikasi dirumah. Karena memanfaatkan waktu dirumah karena
disekolah belajar hanya dalam beberapa jam saja. Dalam upaya
mengatasi hambatan dalam persiapan pembelajaran sesuai dengan
pengamatan peneliti, guru berusaha mengkondisikan kelas dengan
membangun konsentrasi para siswa. Agar memusatkan perhatian pada
guru karena pelajaran akan dimulai dengan memberikan pertanyaan
kepada siswa Dn, “Dani dirumah belajar apa”? dengan pengucapan
yang kurang jelas siswa Dn memberikan jawaban yang artinya sebagai
berikut, “belajar baca buku”. Guru berupaya menggali ilmu tentang
Pembelajaran artikulasi terutama dalam mengembangkan
konsonan-konsonan terutama pada konsonan-konsonan bilabial, agar lebih kaya sehingga
dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa pada awal
pembelajaran guru membimbing anak didalam kelas secara klasikal,
tetapi setelah mengetahui karakteristik setiap individu siswa yang
dihasilkan dari hasil assesmen awal, maka hal pertama yang dilakukan
guru adalah membuat program pembelajaran individual yang sesuai
dengan karakteristik individu tersebut. Karena hal ini sangat
menentukan bagi pelayanan di dalam penyampaian materi, hal ini juga
tidak bermaksud dengan membeda-bedakan kemampuan siswa, akan
tetapi alangkah baiknya jika seorang guru bisa melayani anak didalam
kelas dengan mengetahui latar belakang siswa, agar memudahkan guru
dalam memberikan atau menyampaikan pembelajaran. Cara
berkomunikasi, dalam pembelajaran didalam kelas guru sering
mengajak siswa untuk bisa berkomunikasi, dalam hal ini guru
menggunakan sistem komunikasi oral dalam memberikan pelayanan
terhadap siswa, dan apabila siswa kurang mengerti siswa diajak
berlatih artikulasi diruangan kelas di depan cermin, hal ini sering
dilakukan, latihan artikulasi di dalam kelas. Karena tidak ada ruangan
khusus. Guru berupaya menambah ketrampilan dalam menggunakan
metode dan diperlukan dukungan kepala sekolah dalam memfasilitasi
untuk meningkatkan sumber daya manusia dalam hal ini guru agar
94
Jeane Maria T., 2015
penyediaan media pembelajaran agar lebih mendukung Kegiatan
Belajar Mengajar kelas III.
Upaya kerjasam guru, dengan orangtua Dn dan Kn mengupayakan
les agar anak bisa berbicara. Guru selalu berupaya berdiskusi dengan
expert yang lain untuk mendapatkan informasi keilmuan dalam
meningkatkan pembelajaran artikulasi dalam mengembangkan
pengucapan konsonan bilabial pada siswa.Cara berkomunikasi, dalam
pembelajaran didalam kelas guru sering mengajak peserta didik untuk
bisa berkomunikasi, dalam hal ini guru menggunakan sistem
Komunikasi oral dalam memberikan pelayanan terhadap siswa, dan
kadang-kadang siswa diajak berlatih artikulasi. Latihan artikulasi di
dalam kelas di depan cermin. Karena tidak ada ruangan khusus untuk
latihan artikulasi..
B. REKOMENDASI
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi guru dalam
melakukan persiapan pelaksanaan, materi dan mengevaluasi pembelajaran
artikulasi, masing-masing siswa dan mengatasi hambatan pada
pembelajaran artikulasi, serta upaya-upaya dalam mengembangkan
konsonan bilabial pada anak tunarungu. Pembelajaran artikulasi
diintensifkan lagi, Alat-alat untuk artikulasi diperlengkap, Jalin kerjasama
dengan pihak orangtua supaya anak senantiasa belajar artikulasi yang baik
dan benar.
2. Bagi orangtua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi orangtua dalam
mengembangkan pengucapan konsonan bilabial pada anak tunarungu
3. Bagi Peneliti
a. Pengalaman yang memberikan wawasan mengenai pembelajaran
artikulasi dalam mengembangkan konsonan bilabial pada anak
95
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendekatan, materi serta evaluasi yang tepat sangat penting untuk
peneliti dalam menghadapi hambatan dalam pengembangan konsonan
bilabial pada anak tunarungu, kelas III SLB AL FITHRI.
b. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti untuk dapat
memberikan tindakan/latihan selanjutnya dalam mengembangkan
pengucapan konsonan bilabial siswa tunarungu di SLB AL-FITHRI
Jeane Maria T., 2015
DAFTAR PUSTAKA
Bunawan, L (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu Jakarta: Santi Rama
Atitungga, Itasari. (2008). Makalah Pelengkap Mata Kuliah Dislogia. Jakarta: Akademi Terapi Wicara – Yayasan Bina Wicara
Sadja’ah, E. (2003). Layanan Dan Artikulasi Bagi Anak Tunarungu. Bandung:
San Grafika
Sudjana, N. (2005). Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo
Sadja’ah, E. (2005). Gangguan Bicara – Bahasa. Bandung: San Grafika
Hernawati, T. (2008). Buku Artikulasi [Online] tidak diterbitkan tersedia dalam
www.UPI.Edu.co.id File direktori UPI.(31 Januari 2013)
Somad, P. dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru
Curtis, E. Weiss, Mary E. Gordon, Herold S. Lillywhite. (1987). Clinical Management of Artikulatory and Phonologic Disorder, Second Edition. USA: Williams & Wilkins.
Shipley, Kenneth G. & McAfee, Julie G. (1998). Assessment In Speech-Language Pathology. San Diego: Singular Publishing Group. INC.
Siddiq Djauhar, dkk. (2008). Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. [Online]. Tersedia:
http://aryadec2.blogspot.com/2013/01/komponen-komponen-pembelajaran. html. Diakses 20 Januari 2015
Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta
Creswell, John W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Moleong, L. J. (1993). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nasution. (2003). Metode Penelitian NaturalistikKualitatif. Tarsito Bandung.
97
Jeane Maria T., 2015
PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENGEMBANGKAN KONSONAN BILABIAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS III SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tarigan, H. (2009). Psikolinguistik. Bandung: Angkasa
Peter V. Paul, Gail M. Whitelaw (2011). Hearing and Deafness Sudbury
Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers
http://bahasaindonesiayh.blogspot.com/2012/membedakan-fonem.html, diakses 25 Agusutus 2014
http://panduanguru.com/,
http://seputarpendidikan. blogspot.com,
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196211211984031-DUDI_GUNAWAN/SISTEM_KOMUNIKASI_%274%27_%5BCompatibility_Mode%5D. pdf
diakses 25 Januari 2015
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196302081987032 -TATI_HERNAWATI/jurnal.pdf diakses 7 Februari 2015