• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of DIPLOMASI PERTAHANAN INDONESIA DALAM ASEAN OUTLOOK ON THE INDO-PACIFIC (AOIP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of DIPLOMASI PERTAHANAN INDONESIA DALAM ASEAN OUTLOOK ON THE INDO-PACIFIC (AOIP)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

[corresponding author: @gmail.com]

Jurnal Transformasi Global Vol. 9 No. 2 [2022]

Universitas Brawijaya

DIPLOMASI PERTAHANAN INDONESIA DALAM ASEAN OUTLOOK ON THE INDO-PACIFIC (AOIP)

Islamia Dwi Setyorini Universitas Brawijaya ABSTRACT

Currently, the Indo-Pacific region is one of the regions that become an important concept in international relations, especially by ASEAN countries. This happens because, there is an awareness that this area is a strategic area in various aspects and have a positive effect on countries in the region. However, the region also has several threats, for example with the presence of a rivalry between two big powers, the United States and China, and the existence of territorial sovereignty claims in the region. Thus, there is a need for awareness and efforts of regional countries to maintain the stability of the region from existing influences and threats. One form of awareness of the importance of maintaining the Indo-Pacific region can be seen with the ASEAN Outlook on the Indo-Pacific. Where, AOIP is initiated by one of the countries in the region, namely, Indonesia. Where, AOIP becomes a means of Indonesian defense diplomacy in achieving national and regional interests. So, to understand more clearly about this, this article will explain how defense diplomacy conducted by Indonesia in AOIP. And, this article was analyzed using descriptive methods.

Namely, by explaining and providing an overview of existing phenomena. Based on the process of collecting data from books, journals, and related official websites that can help explain and analyze this topic. And, the results of this analysis prove that AOIP becomes a form of Indonesian defense diplomacy, because Indonesia sees various threats present in the region that can endanger its sovereignty and even the stability of the Indo-Pacific region. Thus, in its implementation, Indonesia conducts diplomacy

through cooperation with countries in the region

Keywords: AOIP, Defense diplomacy, Indonesia, ASEAN, national interest

INTRODUCTIONS

Istilah “Indo-Pasifik”, pada dasarnya merupakan konsep geografis. Akan tetapi, pada perkembangannya mulai bermunculan diskusi terkait dengan konsep ini. Sekitar awal abad ke-21, Tiongkok dan India mulai memberikan perhatian mereka terhadap Indo-Pasifik, berbeda dengan Amerika Serikat (AS) yang pada saat itu tidak terlalu memperhatikan konsep ini. Namun, setelah terjadinya pergantian presiden di AS, yakni Presiden Barack Obama, Indo-Pasifik mulai menjadi konsep yang berhasil menarik atensi AS. Terlebih pada masa Presiden Trump, Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan beberapa negara lainnya secara resmi mengusulkan Indo-Pacific Initiative sebagai bagian dari kebijakan luar negerinya, yang mana Trump menyatakan bahwasanya pengusulan ini dilakukan untuk membedakan antara Trump dengan pendahulunya dalam perihal kebijakan luar negeri (Zhang, 2018).

Titik awal utama dari strategi Indo-Pasifik AS ialah untuk menahan Tiongkok dan mempertahankan

‘hegemoni’ nya dalam konteks penurunan relatif kekuatan AS. Terlepas dari faktor perubahan atau transisi pemerintahan AS dari “penyeimbangan kembali Asia-Pasifik” yang digagas di bawah pemerintahan Obama menjadi “strategi Indo-Pasifik” yang berada di bawah pemerintahan Trump, penahanan terhadap Tiongkok tidak berubah. Menurut AS, “Belt and Road Initiative” (BRI) menjadi konsekuensi geopolitik yang timbul dikarenakan adanya peningkatan ekonomi internasional Tiongkok dan kemudian pada prosesnya menjadi ancaman utama yang perlu ditangani oleh strategi Indo-Pasifik AS (Liu, 2018). Terlebih lagi, berdasarkan pernyataan dari Philip S. Davidson selaku Komandan Komando Indo- Pasifik AS, pada bulan April tahun

(2)

[114] Diplomasi Pertahanan Indonesia Dalam Asean Outlook On The Indo-Pacific (AOIP)

2019, People’s Republic of China (PRC) atau disebut juga dengan Tiongkok telah mengambil alih Laut Cina Selatan melalui ekspansi militer di wilayah yang mencakup pulau rahasia dan pembangunan pulau buatan.

Selain itu, melalui One Belt, One Road, Tiongkok menggunakannya sebagai strategi maritim di mana adanya keinginan dan ambisinya untuk mendominasi pasifik dan menjadi resident power di Laut India (Malik, 2020).

Apabila meninjau dari perspektif Tiongkok yang memandang Indo-Pasifik, negara ini memiliki motifnya tersendiri berupa kepentingan-kepentingan yang terutama berikaitan dengan ekonomi. Pada Laut China Timur dan Selatan, Tiongkok melihat adanya upaya untuk mendapatkan kuasa atau kontrol yang digunakan untuk mempertahankan kepentingannya dan juga mengamankan statusnya sebagai kekuatan regional yang unggul (Jakobson, Linda; Medcalf, 2015). Tak hanya itu, dalam melihat Samudra Hindia, Tiongkok menganggapnya sebagai penjagaan energi dan jalur kehidupan ekonomi ke Timur Tengah dan Afrika. Selain itu, perlu diketahui bahwasanya Tiongkok memiliki tujuan maritim tersendiri, yakni untuk memastikan bahwa akses ke laut dekat Tiongkok tidak ditolak dan apa yang dianggapnya ialah termasuk ke dalam hak kedaulatan maritimnya. Selain itu, sebagian besar impor energi Tiongkok dan barang-barang lainnya melalui Laut China Selatan dan pada tingkat yang lebih rendah, melalui Laut Cina Timur. Menanggapi intensi AS terhadap Tiongkok yang berusaha untuk melakukan semacam ‘penahanan’, Tiongkok memandang

tindakan tersebut sebagai upaya yang dilakukan untuk menaklukkan dirinya.

Rivalitas antara AS-Tiongkok memang tidak dapat terhindarkan sedari dulu. Persaingan ini sendiri diliputi oleh berbagai akomodasi kepentingan bersama yang tidak terselesaikan oleh Washington dan Beijing selama dekade terakhir abad kedua puluh dan dekade pertama abad kedua puluh satu. Cakrawala geopolitik Tiongkok yang diperluas, terutama perhatian Tiongkok terhadap maritim, pada realitanya memiliki perbedaan paham dengan rekonseptualisasi AS di Asia-Pasifik (Scobell, 2020). Hal ini kemudian semakin diperparah dengan persaingan AS-Tiongkok di Indo-Pasifik.

Dalam melihat sentimen yang terjadi antar kedua belah pihak ini, Indonesia berada pada posisi yang dilema. Hal ini dikarenakan, Indonesia berada pada pusat wilayah Indo-Pasifik, memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan stabilitas regional, serta Indonesia juga harus sekaligus berada pada lini terdepan dalam diplomasi global untuk mempertahankan perdamaian, karena memiliki peran sebagai “norm-setter”, “consensus- builder”, hingga “peacekeeper” (Sulaiman, 2019). Hal ini membuat Indonesia harus membangun hubungan diplomatik dengan negara-negara yang termasuk ke dalam United Nations, terkecuali Israel. Selain itu, dalam upaya mewujudkan perdamaian, salah satu hal yang dapat dilakukan Indonesia di tengah kondisi kawasan yang dinamis ini, ialah dengan meningkatkan kepercayaan melalui mutual restraint dan dengan mengedepankan “an Indo-Pacific treaty of friendship and cooperation” dengan setiap negara yang terdapat dalam kawasan ini yang saling berkomitmen untuk menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan untuk mempromosikan konsep keamanan yang mencakup segala hal atau yang bersifat komprehensif. Secara tidak langsung, dalam konteks ini, dimaksudkan bahwa dibanding Indonesia berusaha untuk ‘melawan’ emerging power dari Tiongkok, Indonesia cenderung lebih mencoba untuk mengakomodasi Tiongkok ke dalam sistem ini dan di satu sisi juga turut menyebarkan norma terkait mutual restraint terhadap Tiongkok serta meningkatkan kepercayaan antar negara di kawasan Indo-Pasifik.

Terkait dengan kerjasama yang dilakukan antara Indonesia dengan negara-negara ASEAN lainnya, pada bulan Juni tahun 2019, para pemimpin ASEAN mengadopsi ‘ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP)’

yang bertujuan untuk mempresentasikan suara kolektif mereka tentang wacana Indo-Pasifik yang muncul yang sebelumnya aktif dipromosikan oleh AS, India, Jepang dan Australia – disebut juga dengan the Quad (Quadrilateral Security Dialogue) (Ha, 2021). AS tentu sangat menyambut dengan baik AOIP.

Tidak hanya itu, dalam upaya menciptakan kawasan yang lebih aman, AS berupaya meningkatkan kerja sama maritim dan menegakkan hukum dan standar internasional untuk menyelesaikan tantangan geopolitik, termasuk di Laut China Selatan (State, 2021).

Indonesia, selaku salah satu negara yang turut menjadi anggota ASEAN dan menyaksikan rivalitas anatara AS dan China di Indo-Pasifik, merasa tidak nyaman dengan pendekatan yang dilakukan oleh AS yang bertujuan untuk mengisolasi Tiongkok. Jakarta melihat ‘the Quad’ sebagai koalisi strategis potensial dari kekuatan eksternal tanpa adanya keterlibatan ASEAN. Jakarta yang dalam konteks ini adalah Indonesia, telah

(3)

[corresponding author: xxx]

Jurnal Transformasi Global [115]

mengembangkan suatu strategi Indo-Pasifik yang berpusat pada ASEAN dan mengedepankan prinsip- prinsip inklusivitas ASEAN – termasuk terhadap China. Di satu sisi, berbeda dengan Indonesia, AS tidak menggunakan kata ‘inclusive’, tetapi menggunakan ‘free’ di dalamnya (Acharya, 2019).

Selain itu, di bawah pemerintahan Joko Widodo, dalam bagaimana Indonesia memposisikan dirinya di tengah-tengah dinamika kawasan ini, maritim menjadi salah satu fokus Jokowi untuk tetap mempertahankan Indonesia, terkhusus teritorinya. Ambisi Presiden Joko Widodo terhadap pan-Indo-Pacific direpresentasikan melalui doktrin “maritime axis” yang menunjukkan kebijakan luar negeri Indonesia dan juga memberikan gambaran mengenai ambisi pertahanan Indonesia (Agastia & Perwita, 2015). Secara garis besar “maritime axis”

ini juga dimaksudkan untuk lebih menekankan kepada pertahanan maritim Indonesia di tengah-tengah perselisihan teritori maritim dengan negara-negara tetangga, yang mana hal ini membuat Indonesia untuk lebih menekankan kepada adanya kerjasama antar negara-negara di kawasan ini, terutama dalam kerjasama maritim.

Berangkat dari paparan di atas, hal yang menjadi menarik untuk dikaji dalam penulisan ini adalah bagaimana diplomasi pertahanan Indonesia di kawasan Indo-Pasifik secara garis besar berfokus kepada pertahanan maritim Indonesia – yang juga sekaligus menjadi visi dan misi Jokowi dalam masa pemerintahannya – serta dengan turut menjalin kerjasama dengan negara-negara di kawasan ini, terutama negara ASEAN melalui kerangka AOIP dalam upaya mempertahankan stabilitas kawasan dan juga sekaligus untuk tidak menunjukkan ‘keberpihakan’ Indonesia kepada pihak mana pun.

Penulis kemudian mengangkat suatu rumusan masalah: bagaimana diplomasi pertahanan Indonesia di kawasan Indo-Pasifik. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Indonesia memposisikan dirinya dalam dinamika kawasan Indo-Pasifik yang dipenuhi dengan berbagai perselisihan dan sentimen- sentimen, melalui diplomasi pertahanan Indonesia yang dapat dilihat pada kerjasama Indonesia dengan ASEAN dan negara-negara lainnya dalam kawasan ini, terutama dalam kerangka AOIP dan kerjasama maritim.

ANALYTICAL FRAMEWORK

Ketika berbicara tentang diplomasi, hanya ada dua tipe diplomasi, yaitu diplomasi dengan metode soft power atau hard power dan cara mereka menggunakan metode tersebut dalam menciptakan dan memelihara hubungan antar negara. Diplomasi cenderung diasosiasikan sebagai soft power sedangkan penggunaan kekuatan militer dianggap sebagai penggunaan hard power. Fungsi utama diplomasi itu sendiri, sebagaimana tercantum dalam Vienna Convention dan sudah dipraktikkan selama berabad-abad yaitu sebagai seni ilmu representasi yang efektif, komunikasi dan juga negosiasi (Sudarsono, Mahroza, & D.W., 2018)

Sedangkan, diplomasi pertahanan itu sendiri juga dikenal sebagai diplomasi militer, yaitu penggunaan kekuatan militer tanpa kekerasan, mengadaptasi diplomasi publik melalui kegiatan, seperti pertukaran budaya, pertukaran perwira, kunjungan kapal, misi pelatihan gabungan dan juga latihan militer bersama. Tujuan utama diplomasi pertahanan adalah pembentukan dan pelaksanaan bersama kebijakan keamanan negara, dan bertugas untuk menciptakan hubungan internasional dalam jangka panjang yang stabil di bidang pertahanan negara.

Ernest Satow mendefinisikan diplomasi pertahanan sebagai penerapan kebijaksanaan dan kecerdasan dalam pelaksanaan hubungan luar negeri antara pemerintah dan negara sekitarnya atau dapat disimpulkan bahwa diplomasi adalah keterampilan untuk menentukan bagaimana memenangkan kepentingan negara tanpa harus menimbulkan kekerasan atau permusuhan. Dalam hal pertahanan itu sendiri, diplomasi pertahanan dapat menjadi cara yang berarti untuk memenangkan kepentingan nasional melalui penggunaan militer sebagai alat atau sumber daya tanpa memicu permusuhan (Sudarsono et al., 2018).

Diplomasi pertahanan juga dapat dilakukan sebagai rangkaian kegiatan yang pada umumnya dilakukan oleh perwakilan departemen pertahanan atau instansi pemerintah lainnya dalam rangka memenangkan kepentingan nasional di bidang keamanan dan pertahanan dengan prioritas penggunaan negosiasi dan instrumen diplomasi lainnya (Rendi Prayuda, 2019).

(4)

[116] Diplomasi Pertahanan Indonesia Dalam Asean Outlook On The Indo-Pacific (AOIP)

Selain Angkatan bersenjata, instrumen diplomasi pertahanan yaitu kontak bilateral dan multilateral antara perwakilan sipil dan militer tertinggi dari kementerian pertahanan atau mengembangkan dan menyepakati perjanjian internasional bilateral di bidang kerja sama militer, pelatihan dan pendidikan prajurit dan pegawai sipil kementerian pertahanan, transfer keahlian dan konsultasi dibidang kontrol demokratis dan sipil atas Angkatan bersenjata, memelihara kontak reguler antara personel militer, unit militer dan sipil dinegara mitra baik di kementerian pertahanan maupun di unit militer, memasok peralatan, persenjataan dan bahan bakar militer lainnya dan juga berpartisipasi dalam Latihan dan pelatihan militer bilateral dan multilateral (Muniruzzaman, 2020).

Selain itu juga instrumen tidak dapat di klasifikasikan dengan detail, karena adanya kondisi khusus yaitu sistem administrasi, kemampuan keuangan, struktur ekonomi, pertahanan dan potensi ilmiah, ukuran angkatan bersenjata, lokasi geopolitik, situasi keamanan, agenda, partisipasi dalam organisasi keamanan internasional, hubungan dengan negara tetangga dan banyak faktor lainnya membuat masing-masing dari mereka beroperasi di sektor prioritas untuk diri mereka sendiri dengan cara mereka sendiri, secara fleksibel dan rasional, dengan menggunakan alat yang tersedia (Muniruzzaman, 2020).

Diplomasi Pertahanan cukup cepat menjadi aspek penting dari kebijakan luar negeri, seperti yang terlihat berkembang di antara negara-negara kuat, seperti Amerika Serikat, Cina, Inggris, India, Prancis, Spanyol, dan Rusia. Tergantung pada agenda negara, negara-negara kuat menggunakan diplomasi pertahanan untuk membangun dominasi di antara tetangga regional dan mendikte kebijakan luar negeri mereka untuk memperjelas syarat dan ketentuan mereka dalam aliansi.

Diplomasi pertahanan memainkan peran penting dalam penataan dan penerapan kebijakan keamanan di sebagian besar negara. Bagi banyak negara, ini adalah instrumen khusus kebijakan luar negeri dan mengambil tempat permanen dalam sistem kerja sama antara negara dan organisasi regional dan internasional. Kegiatan diplomasi pertahanan, sebagai instrumen kebijakan luar negeri dan keamanan negara, berkontribusi pada pengembangan kerja sama militer dan membangun hubungan yang tepat antar negara. Di bidang ini, khususnya, mengaktifkan sumber daya Kementerian Pertahanan Nasional, termasuk Angkatan Bersenjata (Muniruzzaman, 2020).

Sistem pertahanan yang efektif dan fungsional dalam arti sistem adalah sistem yang pada dasarnya berfungsi untuk memperkuat dan memantapkan posisi negara dalam arena permainan global. Ini adalah instrumen kebijakan luar negeri, kebijakan keamanan nasionalnya, dan elemen sistem kontra-krisis. Ini menstabilkan hubungan internasional, meningkatkan keberlanjutan dan transparansi, dan dengan demikian, mengurangi risiko konflik bersenjata.

Diplomasi militer seperti ini melakukan beberapa fungsi dasar, yaitu pengumpulan, penyaringan, analisis informasi, intelijen tentang angkatan bersenjata, keamanan serta situasi keamanan di negara tuan rumah atau negara penerima. Ini juga mencakup peningkatan kerja sama, menciptakan media komunikasi, dan hubungan yang saling menguntungkan antara angkatan bersenjata negara lain dan negara sendiri, serta penyelenggaraan kunjungan kerja perwakilan otoritas pertahanan dan dukungan kontrak bisnis di bidang persenjataan dan peralatan militer antar negara bagian dan yang terpenting, keterwakilan negara pengirim dan angkatan bersenjatanya di negara penerima.

Terdapat 6 fungsi dasar diplomasi pertahanan antara lain:

1. Mendukung tujuan diplomatik negara secara keseluruhan. Dalam hal ini diplomasi pertahanan akan mendukung secara penuh kepentingan dan tujuan negara yang tertuang didalam misi diplomatik mereka. Dengan adanya dukungan tersebut, maka diharapkan adanya keselarasan dalam semua aspek untuk membantu negara mewujudkan tujuan diplomatik mereka.

2. Mengumpulkan dan menganalisis informasi yang berkaitan dengan angkatan bersenjata dan situasi keamanan. Fungsi yang kedua menunjukan bahwa fungsi diplomasi pertahanan sangat berguna dalam membuat kebijakan pertahanan negara, karena salah satunya adalah dengan

(5)

Jurnal Transformasi Global [117]

3. mengadakan diplomasi pertahanan akan membuat negara mendapatkan informasi yang berkaitan dengan keamanan atau militer. Informasi yang didapatkan diolah dan dianalisis, sehingga dapat dijadikan kebijakan atau strategi pertahanan negara.

4. Mempromosikan kerjasama, komunikasi, dan hubungan timbal balik antar angkatan bersenjata. Aspek angkatan bersenjata atau militer menjadi salah satu aspek utama dalam pertahanan negara. Diplomasi pertahanan memiliki peran yang penting bagi militer suatu negara agar mereka dapat bekerja sama dengan militer dari negara lain. Hal tersebut akan membantu bagi setiap militer yang terlibat guna memperbaiki dan menambah kualitas/kapabilitas militer mereka.

5. Mengatur dan memelihara hubungan pertahanan resmi. Beberapa tahun terakhir aliansi keamanan antar negara menjadi salah satu hal yang dikejar banyak negara. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya negara yang memahami bahwa aspek keamanan menjadi salah satu aspek fundamental suatu negara berdiri dengan aspek lain salah satunya adalah ekonomi.

Diplomasi pertahanan memiliki fungsi untuk menjaga atau mengatur hubungan pertahanan suatu negara dengan negara lain agar relasi pertahanan diantara mereka dapat berjalan dengan baik.

6. Mendukung ekspor senjata dan peralatan. Alutsista militer menjadi aspek penting dalam pertahanan suatu negara agar dapat mampu mengantisipasi serangan ataupun untuk menjaga keseimbangan keamanan negara mereka. Dengan adanya diplomasi pertahanan, maka salah satu agenda yang dapat diupayakan adalah dengan mengadakan ekspor senjata ataupun peralatan untuk melengkapi alutsista militer mereka.

7. Mewakili negara dan angkatan bersenjata pada upacara atau acara resmi. Perwakilan suatu negara dalam acara kenegaraan resmi yang diadakan oleh sebuah negara menjadi hal yang sangat penting karena dengan kehadiran tersebut maka akan menunjukan itikad baik dan sebagai simbol keharmonisan hubungan negara tersebut. Aktor diplomasi pertahanan bisa menjadi representasi negara untuk hadir dalam acara kenegaraan atau untuk mewakili militer sebagai pemenuhan undangan resmi tersebut (Pajtinka, 2016).

Maka, dengan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pelaksanaan diplomasi pertahanan akan efektif jika dilakukan bersama atau diiringin dengan upaya pada seluruh aspek dalam pemerintahan, seperti aspek ekonomi, politik, sosial, budaya, dan juga militer.

Figur 1. Landasan Konseptual Kebijakan Diplomasi Pertahanan (Sumber: Olahan Penulis)

(6)

[118] Diplomasi Pertahanan Indonesia Dalam Asean Outlook On The Indo-Pacific (AOIP)

Sebelum merumuskan kebijakan yang akan dibuat, maka harus terlebih dahulu untuk melihat kepentingan nasional apa yang sedang dituju, karena baik dari kebijakan luar negeri ataupun kebijakan pertahanan harus sesuai atau satu jalur dengan kepentingan nasional. Setelah mendapatkan kebijakan yang akan diterapkan, maka berlanjut ke elemen instrumen yang akan gunakan, dalam instrumen pertahanan dan militer akan bergantung kepada kebijakan luar negeri sedangkan pada instrumen diplomasi akan bergantung pada kebijakan pertahanan yang akan diambil. Oleh karena itu, dalam merumuskan kebijakan diplomasi pertahanan dibutuhkan kesamaan tujuan dan langkah oleh aspek-aspek yang telah dijelaskan di atas agar tujuan dari diplomasi pertahanan dapat tercapai.

Teori tersebut digunakan dengan harapan agar dapat menganalisis diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia, khususnya dalam sektor pertahanan dengan melihat Indonesia sendiri berada dalam kawasan Asia Pasifik dan juga menjadi anggota ASEAN yang mana terdapat 2 kekuatan negara besar yang bertemu di kawasan tersebut, yaitu Amerika dan China. Dengan demikian, langkah atau kebijakan Indonesia menjadi penting untuk dilihat ke depannya dalam menyikapi rivalitas antara China dengan Amerika Serikat, karena sedikit banyak hal tersebut akan mempengaruhi stabilitas keamanan kawasan Asia Pasifik dan juga Asia Tenggara.

RESULT AND DISCUSSION

Indonesia dan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) dalam dinamika Indo-Pasifik

Dengan semakin beragam dan banyaknya aktor yang berinteraksi di dunia internasional, Indonesia berusaha untuk mengimbangi tantangan – tantangan perkembangan dunia internasional yang semakin masif dengan konsepsi Indo-Pasifik. Berdasar pada pernyataan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, konsepsi Indo-Pasifik yang dimaksud ialah menitik beratkan pada pembangunan kawasan atau sistem regional yang bersifat inklusif untuk mewujudkan habit of dialogue,serta menefisiensikan building blocks dengan tujuan mewujudkan kawasan atau regional yang damai dan bebas (Nurhasya, 2018). Kedatangan para aktor besar seperti, Tiongkok, Amerika Serikat, India, dan lainnya di kawasan Indo- Pasifik memang membuat kawasan tersebut mendapat keutungan, yaitu dengan bertambahnya tingkat ekonomi kawasan. Namun di samping itu, datangnya aktor besar ini juga membawa ancaman terhadap stabilitas keamanan kawasan Indo-Pasifik. Pada dasarnya, ancaman di kawasan Indo-Pasifik tidak jauh dari perebutan atau penyerangan atau sengketa batas wilayah dan keamanan maritim. Saat ini, stabilitas keamanan yang menjadi isu keamanan dipercaya akan meningkat. Perebutan kekuasaan atas wilayah oleh para aktor yang turut hadir dan terlibat akan “mengganggu” perdamaian di kawasan.

Setelah melalui beberapa proses diplomasi dan juga negosiasi pada dinamika organisasi, konsep Indo- Pasifik Indonesia disetujui oleh ASEAN. ASEAN mengadopsi konsep tersebut sehingga dinamakan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP). AOIP disepakati pada 22 Juni 2019 dalam KTT ASEAN di Bangkok.

Dengan disepakatinya AOIP ini menunjukkan bahwa strategi diplomasi Indonesia dalam mendeliberasikam sebuah pandangan berhasil. Hal ini merupakan gal yang terbilang penting bagi Indonesia, karena memiliki peran sentral untuk menjaga stabilitas, perdamaian, dan keutuhan kawasan. (Pangestu, Hikmawan, & Fathun, 2021)

Sebagai penggagas ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP), Indonesia melihat pentingnya pendekatan Indo-Pasifik terhadap ASEAN dari perspektif pertahanan, terkhusus pada kerjasama pertahanan dengan mitra dialog ASEAN. Wakil Meneteri Pertahanan mengatakan bahwa “ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) dari Perspektif Pertahanan, berfungsi sebagai pedoman bagi ASEAN dibidang kerjasama pertahanan. Selain itu, AOIP juga bertujuan untuk menjembatani kepentingan negarayang berada pada wilayah Indo-Pasifik dalam menjaga keamanan, perdamaian, dan kemakmuran denganperan sentral serta strategis ASEAN (“Wamenhan: AOIP Menjembatani Kepentingan Indo-Pasifik,” 2021).

ASEAN Outlook on Indo-Pacific (AOIP) merupakan gagasan pemerintah Indonesia yang dilihat

(7)

Jurnal Transformasi Global [119]

berdasar pada potensi di kawasan regionalnya. Mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalewaga, merupakan orang yang mencetuskan AOIP ini pertama kali pada tahun 2013 konsep ini yang kemudian dikembangkan lagi pada tahun 2017. Pada tahun 2018, di KTT ASEAN-India, Bapak Joko Widodo menyampaikan secara langsung mengenai gagasan AOIP secara umum. Pada pemaparan konsep yang diajukan Indonesia, organisasi sentral yang berada di kawasan Asia Pasifik dan Samudra Hindia adalah ASEAN (Wulandari, Sushanti, & Putri, 2017). ASEAN Outlook on Indo-Pacific (AOIP) secara teknis menjadi diplomasi pertahanan Indonesia, khususnya pada pertahanan maritim. AOIP menjadi wadah atau platform yang menampung kerjasama yang bersifat inklusif dan menjadi strategi pertahanan maritim.

Pengusulan beberapa konsep dalam mendukung strategi diplomasi yang diperankan Indonesia cukup memberikan efek domino yang signifikan terhadap kawasan Indo-Pasifik dengan pemusatan pada nilai sentralitas ASEAN. Indonesia menerapkan strategi kebijakan pertahanan negara mereka dengan cara diplomasi dan kerjasama Internasional yang terus dikembangkan. Hal ini didukung dengan kebijakan politik luar negeri bebas aktif di mana pengeloloaan keamanan regional lebih diarahkan. tentunya dengan kompleksitas permasalahan ancaman dalam pertahanan di kawasan Indo-Pacific menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia dalam mengimplementasikan kebijakan diplomasi pertahanan mereka. Scanning analisa serangkaian permasalahan di kawasan Indo-Pacific kemudaian direspon Indonesia dengan membuat lingkungan strategis dengan segala flashpoint yang ditimbulkan dengan tetap bersandar pada politik luar negeri bebas aktif, khususnya dalam menyikapi hubungan bilateralnya dengan AS maupun Cina (Saha, 2018).

Konsep ASEAN Outlook on the Indo- Pacific (AOIP) yang digagas Indonesia menjadi benang merah dalam melihat bagaimana kerjasama kemananan dapat dilakukan. Implementasi diplomasi pertahanan mencakup strategi pertahanan dalam bidang kerjasama, strategi pertahanan militer dan nirmiliter serta strategi pertahanan maritim (Pangestu et al., 2021). Defense diplomacy for confidence building measures (CBMs), Defense diplomacy for defense capabilities, Defense diplomacy for defense industry menjadi komponen karakteristik dalam perwujudan diplomasi pertahanan (Syawfi, 2009). Indonesia sebagai salah satu negara yang dipertimbangkan di kawasan Indo-Pacific kiat melakukan urusan diplomasi dengan penekanan pada konsep "an Indo-Pacific Framework for Mutually Beneficial Cooperation". Metode penekanan pada konsep ini merupakan salah satu cara yang dilakukan Indonesia dalam membuat diplomasi pertahanan mereka.

Gagasan dibuat dengan tujuan membangun sistem kawasan dengan rasa saling percaya satu sama lain antar negara di kawasan (Confidence Building) serta menumbuhkan (habit of Dialogue). Seperti yang telah dijelaskan pada konsep di atas bahwa dalam mewujudkan diplomasi pertahanan terdapat beberapa komponen di dalamnya, maka salah satu pembentukan an Indo-Pacific Framework for Mutually Beneficial Cooperation" termasuk kedalam Defense diplomacy for confidence building measures (CBMs). Hal ini dilakukan untuk meminimalisir ketegangan yang akan terjadi antar negara-negara kawasan serta mengilangkan rasa tidak percaya dengan pembangunan transparansi mengenai pengembangan militer masing- masing negara, sehingga negara satu sama lain dapat mengurangi security dilemma.

Selanjutnya dalam Defense Diplomacy for Defense Capabilities, Indonesia mengasah peningkatan kapabilitas militernya dengan penguatan postur pertahanan seperti peningkatan kekuatan baik matra darat, matra laut dan matra udara. Ditambah dengan konsesus yang digagas seperi konsep joint pattern menjadi implementasi tersendiri bagi Indonesia dalam meningkatkan kapablitas militernya (Yarger, 2006).

Peningkatan kapablitas militer juga dilakukan dengan cara kerjasama antar negara-negara salah satu cara yang digunakan yaitu pembelian alutsista. Kerja sama Keamanan di bidang militer memiliki dampak positif terhadap upaya untuk mengatasi ancaman non-tradisional seperti pembajakan/ maritime terrorism yang terjadi di kawasan. dikarenakan permasalahan kawasan yang semakin kompleks dengan munculnya isu non tradisional seperti maritime, perdagangan manusia, penyelundupan narkoba maka Indonesia dengan diplomasi pertahanannya harus fokus pada peningkatan kapabilitas militernya (Santi, 2018). Indonesia juga melakukan profesionalisme SDMnya yaitu TNI, Inteligence, dialog strategis dan pelajar dengan melakukan exchange pembelajaran dengan negara di kawasan Indo-Pasifik (Kemhan RI, 2015). kerja sama diplomasi pertahanan Indonesia diarahkan terhadap pertahanan nasional serta dukungan bagi capacity building SDM militer Indonesia.

Kemudian Defense diplomacy for Defense Industry yang dilakukan Indonesia dalam meningkatkan diplomasi pertahanannya diabstraksikan dengan peningkatan pertahanan dalam bidang industrinya.

(8)

[120] Diplomasi Pertahanan Indonesia Dalam Asean Outlook On The Indo-Pacific (AOIP)

Penjualan produk dengan cara ekspor perlengkapan terus dilakukan Indonesia dengan catatan mencapai 284,1 juta dolar AS, atau Rp 4,5 triliun selama tahun 2015 hingga 2018. Angka penjualan sebesar 161 juta dolar dilakukan PT. Dirgantara Indonesia. Selain itu ekspor PT. Pindad dengan produk panser Anoa, kendaraan tempur, senjata, dan amunisi untuk memenuhi kebutuhan sejumlah negara di Asia Tenggara, Afrika, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Nigeria, serta Timor Leste. Berbagai penguatan indistri oleh perusahaan- perusahaan Indonesia dalam bidang pertahanan terus melakukan kontribusinya dalam peningkatan pertahanan sebagai bagian dari strategi kepentingan nasional. Diplomasi pertahanan yang dilakukan Indonesia di kawasan Indo-Pasific dapat dilihat dari kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan dalam program pengembangan pesawat tempur KFX/IFX. Dalam cakupan yang luas proses diplomasi Indonesia dapat diidentifikasi dalam beberapa kategori seperti, fase inisiasi kerja sama sampai disepakati untuk porsi CSA dan WAA sebesar 80:20, serta lisensi penggunaan data-data intelektual (Yanuarti, Indri. Wibisono, Makarim. Midhio & Wayan, 2020).

Berikut beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat dirumuskan untuk meningkatkan strategi pertahanan Indonesia melalui diplomasi pertahanan mengacu kepada ends, means, dan ways, serta tiga peran diplomasi pertahanan Indonesia. Rekomendasi kebijakan berfokus kepada bagaimana kepentingan nasional akan diwujudkan, yaitu yang pertama perlu untuk menegakkan kepentingan nasional yang mutlak. Diplomasi pertahanan dilakukan untuk mendukung fungsi pertahanan dalam melindungikedaulatan dan keutuhan NKRI dari berbagai ancaman. Kedua, perlu meningkatkan kepentingan nasional yang menyangkut pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yang menjunjung tinggi toleransi dan demokratis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan upaya pencegahan dan penyelesaian konflik baik di dalam negeri maupun luar negeri. Ketiga, dengan meningkatkan stabilitas nasional dan regional dengan cara semakin aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia.

Selanjutnya, upaya keempat adalah perlunya untuk mengembangkan industri pertahanan domestik, seperti melakukan investasi terhadap keberadaan industridan penelitian sarana pertahanan tersebut. Hal ini penting agar Indonesia tidak bergantung kepada pasokan alat pertahanan dari luar negeri yang dikhawatirkan dapat membahayakan kepentingan nasional. Langkah-langkah tersebut perlu dilakukan dengan penuh komitmen untuk memenuhi minimum essential force (MEF) dalam rangka meningkatkan kapabilitas pertahanan Indonesia baik di dalam negeri, regional, hingga internasional.

Kepentingan Indonesia dalam Kerjasama ASEAN Outlook on the Indo-Pacific

Setelah kurang lebih dua tahun, Indonesia berhasil mengawal inisiasi kerangka kerja sama AOIP yang pada akhirnya disetujui dan dibentuk tahun 2019. AOIP yang disusun oleh Indonesia memiliki karakter yang kuat dalam menggambarkan kawasannya. Tanpa menghilangkan sentralitas ASEAN, Indonesia menggagas Outlook ini untuk dapat digunakan oleh ASEAN secara umum dan Indonesia secara khususnya. Hal ini berkaitan dengan posisi ASEAN di Indonesia. Indonesia dengan politik luar negeri yang bebas aktif menjadikan ASEAN sebagai landasan penting dalam politik luar negerinya, sehingga Indonesia dapat memajukan kepentingan nasionalnya melalui ASEAN (Agastia, I Gusti Bagus Dharma dan Perwita, 2015).

Indonesia melihat peluang yang ada di kawasan ASEAN sebagai ruang yang dapat membantu Indonesia dalam cakupan kerja samanya. Keberhasilan Indonesia membawa isu maritim dalam agenda ASEAN juga merupakan langkah awal yang membantu Indonesia membuka jalan demi mencapai visinya, yakni Poros Maritim Dunia (PMD). Isu maritim bagi Indonesia saat ini merupakan ancaman yang memberikan dampak pada aspek penting terkait permasalahan yang mengancam ekonomi, pertahanan dan keamanan Indonesia seperti permasalahan perbatasan, isu perompak dan penangkapan ikan ilegal, sertaperubahan geopolitik yang mengancam sentralitas kawasan menjadi skala utama dalam pemetaan kepentingan Indonesia yang digagas dalam PMD (Anwar Fotuna, 2020). Dalam mewujudkan PMD in,i,Indonesia lebih banyak melihat kerjasama dan pemanfaatan kekuatan di dalam negeri (inward looking), sehingga semua fokus kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan Indonesia selama ini mengarah ke pembenahan infrastruktur serta pembangunan ke pelabuhan baru di dalam negeri. Sementara pembangunan dalam negeri masih berjalan,

(9)

Jurnal Transformasi Global [121]

kasus yang berada di luar perbatasan Indonesia menarik minat pemerintah. Ancaman-ancaman yang hadir di tengah perubahan geopolitik ini kembali memberikan Pemerintah Indonesia sebuah ruang berpikir untuk menggagas konsep yang berhubungan dengan luar perbatasan Indonesia yang dalam hal ini termasuk kawasan regional Indonesia. Dalam hal ini, pembentukan AOIP merupakan jembatan bagi Indonesia untuk membantu menyelesaikan permasalahannya di luar perbatasan Indonesia (outward looking) (Jenderal & Pertahanan, 2014).

Melalui AOIP ini, akan mewujudkan nawacita PMD Indonesia. Salah satunya yakni mewujudkan ekonomi maritim yang berdampak dengan meningkatnya kapasita pelayaran agar efektifitas proses ekonomi dapat bertambah. Hal ini diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai pusat jalur perdagangan dunia.

Indonesia tidak bisa hanya membenahi infrastruktur di dalam negeri, namun perlu juga pembenahan dalam keamanan untuk dapat menjamin pelayaran yang ada di perairan Indonesia agar tidak mengalami ancaman.

Melalui AOIP mampu menyelesaikan isu stabilitas keamanan di luar perbatasan bahkan ketika disetujuinya AOIP akan memberikan Indonesia bantuan pada pemenuhan investasi untukpembangunan di Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, permasalahan infrastruktur laut yang digunakan Indonesia sebagai alat untuk perkembangan ekonomi diharapkan bisa berkembang. Selain itu, Indonesia juga memiliki ASEAN untuk tetap menjaga hubungan luar negerinya, sehingga menumbuhkan investasi di Indonesia akan lebih mudah.

Kemudian, AOIP sebagai strategi pertahanan Indonesia digunakan untuk mempertahankan arsitektur kompleks keamanan kawasan Asia Tenggara. Dihadapkan pada kekhawatiran mengenaikestabilan dan perdamaian di Asia Tenggara terutama masa depan ASEAN serta seluruh Asia Timur, disadari pusat gravitasi geoekonomi dan geopolitik dunia berubah dari Barat ke Timur. Tiongkok makinmelaju sebagai kekuatan baru, sementara Amerika Serikat (AS) mencoba mempertahankan supremasinya di dunia. Tiongkok melalui Belt and Road Initiative (BRI) serta dinamika konfliktual perbatasan di Laut China Selatan mengancam posisi keamanan Indonesia. Melalui AOIP menjanjikan bahwa ASEAN akan tetap mempertahankan sentralitas menghadapi perubahan arsitektur kawasan di Asia Tenggara dan sekitarnya. Dengan outlook tersebut, ASEAN akan menjadi (Leading Role) penengah di dalam lingkup strategis dan kepentingan yang bermain. AOIP merupakan respons tantangan yang meningkat dari tekanan luar yangbisa mengancam persatuan ASEAN. Diharapkan Outlook Indo-Pasifik ASEAN bisa dijadikan sebagai landasan di antara kekuatan besar (Sari & Delanova, 2021).

ASEAN Outlook on the Indo-Pacific dari Perspektif Pertahanan, berfungsi sebagai panduan bagi ASEAN di bidang kerja sama pertahanan dengan mitra dialog. Selain itu, AOIP juga bertujuan menjembatani kepentingan negara-negara Indo-Pasifik dalam menjaga perdamaian, keamanan, dan kemakmuran dengan peran sentral serta strategis ASEAN. Hal ini merupakan respon dari dinamika geopolitik yang berkembang saat ini, demi memastikan kawasan tetap stabil, damai, dan sejahtera. Dengan adanya AOIP, negara-negara ASEAN mengedepankan dialog, saling kepercayaan dan win-win solution. Sedangkan tujuan dan prinsip AOIP, dapat memberikan panduan bagi keterlibatan ASEAN di kawasan Asia-Pasifik dan Samudra Hindia, guna mendorong mitra eksternal ASEAN dalam melakukan kerja sama praktis pada empat bidang utama yang diidentifikasi dalam AOIP (Yanuarti, Indri. Wibisono, Makarim.Midhio & Wayan, 2020).

Capaian dalam ASEAN Outlook on the Indo-Pasific (AOIP)

AOIP yang diinisiasi atau digagas oleh Indonesia dirasa memiliki peran yang penting dalam penguatan hubungan kawasan atau regional. Kerja sama regional yang melibatkan atau terkoneksi dengan AOIP ini menguat tanpa ada maksud untuk membangun rivalitas dan kompetisi atau bahkan menumbuhkan rasa saling bersaing dalam mengusung konsep pembangunan di kawasan Indo-Pasifik. AOIP ini lebih menekankan pada dialog dan kerja sama, sehingga menciptakan rasa saling percaya.

AOIP terlihat siap dengan dinamika geopolitik yang kian berkembang. Dari perspektif pertahanan, AOIP juga berperan dalam menjaga kestabilitasan kawasan agar tetap damai dan sejahtera. Dengan adanya AOIP,

(10)

[122] Diplomasi Pertahanan Indonesia Dalam Asean Outlook On The Indo-Pacific (AOIP)

negara-negara ASEAN dan kawasan Indo-Pasifik dapat mengedepankan rasa saling percaya, dialog, dan juga win-win solution. Kerja sama yang melibatkan AOIP akan mendorong mitra eksternal dari kawasan untuk melakukan kerja sama pada empat bidang utama atau area kerja sama yang dimiliki AOIP.

Sejak dibentuknya, AOIP memiliki empat (4) prioritas area kerja sama yang sejalan dengan kepentingan nasional Indonesia. Keempat area kerja sama tersebut, diantaranya adalah Maritime Cooperation (kerja sama maritim), Connectivity (konektivitas), Sustainable Development Goals (SDGs), dan Economic and Other Possible Areas of Cooperation (ekonomi dan bidang kerjasama lainnya) (ASEAN OUTLOOK ON THEINDO- PACIFIC, n.d.).

Maritime Cooperation atau kerja sama maritim, mencakup pada mencegah, mengelola, dan akhirnya menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih fokus, damai, dan komprehensif mengenai tantangan geopolitik yang muncul dan dihadapi negara – negara di kawasan yang berkaitan dengan isu – isu maritim seperti sengketa maritim, eksploitasi sumber daya laut yang tidak berkelanjutan, peningkatan keamanan pada wilayah laut, dll (Maulana, 2021). Lalu, area kerja sama yang kedua adalah Connectivity atau konektivitas. Connectivity atau konektivitas mencakup dalam menjajaki bidang prioritas utama kerja sama untuk memperkuat MPAC 2025 yang ada dan mempromosikan kemakmuran serta pembangunan di kawasan Indo-Pasifik, mengembangkan agenda pembangunan kemitraan publik-swasta (KPS) regional untuk memobilisasi sumber daya untuk proyek konektivitas termasuk proyek infrastruktur di kawasan Indo-Pasifik khususnya, dll. (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, 2019).

Area kerja sama AOIP yang ketiga adalah Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs yang diwujudkan melalui AOIP mencakup kontribusi dalam pencapaian SDGs melalui pemanfaatan ekonomi digital, meningkatkan penyelarasan agenda pembangunan regional dengan SDGs, seperti Visi ASEAN2025 dan Agenda PBB 2030 untuk pembangunan yang berkelanjutan, dan mempromosikan kerja sama dengan pusat studi dan dialog pembangunan berkelanjutan ASEAN dan lembaga terkait lainnya. Terakhir, areakerja sama keempat adalah pada bidang ekonomi. Pada area ini lebih pada memperdalam integrasi ekonomi, memastikan stabilitas dan ketahanan keuangan, dan memperkuat serta mempromosikan perdagangan dan juga investasi dengan mendukung implementasi Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2025 dan perjanjian perdagangan bebas lainnya termasuk Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Tidak hanya itu, pada area ini juga mencakup pengembangan sektor swasta, termasuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga dijajaki lebih lanjut untuk memungkinkan partisipasi mereka dalam rantai nilai regional dan global (ASEAN OUTLOOK ON THE INDO-PACIFIC, n.d.).

CONCLUSION

Melalui hasil analisis di atas, maka dapat dipahami bahwa kawasan Indo-Pasifik saat ini menjadi salah satu fokus utama bagi negara-negara di ASEAN. Adapun hal yang mendorong anggapan ini adalah pertama, Indo- Pasifik berada di posisi yang strategis dalam berbagai aspek bagi negara-negara di sekitarnya, sehingga kawasan ini menjadi wilayah penting dalam kegiatan negara kawasan. Kedua, adanya rivalitas dua kekuatan besar yakni Amerika Serikat dan Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik, tentunya menjadi perhatian khusus bagi negara-negara ASEAN, karena ini memberikan pengaruh bagi negara-negara di kawasan. Ketiga, klaim Tiongkok atas Laut China Selatan yang disertai dengan penguatan militernya menjadi ancaman bagi Kawasan Indo-Pasifik. Dimana menurut Tiongkok, Laut Cina Selatan dilihat sebagai peluang bagi mereka untuk memperkuat kekuasaan dan perekonomiannya. Sehingga, ini memberikan ancaman bagi kedaulatan wilayah negara kawasan Indo-Pasifik.

Maka, dengan melihat beberapa hal tersebut, Indonesia sebagai salah satu negara di kawasan Indo- Pasifik menginisiasi AOIP sebagai upaya untuk menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik dari berbagai pengaruh maupun ancaman yang ada. Selain iut, Indonesia sebagai norm-setter, consensus-builder, dan peacekeeper membuat AOIP menjadi salah satu sarana diplomasi pertahanannya yang mana di dalamnya terdapat empat kerangka kerjasama yang merupakan output bagi kepentingan nasional Indonesia di kawasan

(11)

Jurnal Transformasi Global [123]

Indo-Pasifik, yakni kerjasama maritim, konektivitas antar negara kawasan Indo-Pasifik untuk memperkuat kerjasama, pencapaian SDGs, dan kerjasama ekonomi juga kerjasama di bidang lainnya. Selain itu, melalui AOIP, Indonesia juga dapat mencapai kepentingan untuk melindungi diri dan kedaulatannya dari dominasi atau hegemoni dua kekuatan besar, yakni Amerika Serikat dan Tiongkok. Contohnya, melalui AOIP Indonesia berupaya untuk menargetkan diplomasi pertahanannya untuk mencegah adanya dampak negatif yang ditimbulkan atas ketegangan di Laut China Selatan dan mencegah ketergantungan Indoesia pada AS maupun Tiongkok.

Kondisi ini menunjukkan adanya relevansi diplomasi pertahanan Indonesia dengan konsep diplomasi pertahanan, yakni Indonesia melakukan diplomasi terhadap eksternal karena berupaya untuk meraih kepentingannya tanpa kekerasan. Melalui kerja sama Indonesia dalam AOIP berguna untuk melindungi keamanan, kedaulatan negara, serta ancaman yang ada di Kawasan Indo-Pasifik bersama negara lain di dalamnya serta menunjukkan adanya upaya diplomasi pertahanan Indonesia yang disertai dengan upaya pembangunan kawasan untuk mewujudkan habit of dialogue-building, blocks-confidence building, kerjasama maritime, dan kerjasama di bidang lain. Terakhir, sebagai upaya internal untuk meningkatkan kapabilitas teknologi dan kualitas SDM militernya..Selain melakukan compliance standar keamanan badan keuangan, dalam menangani tindak kriminal money laundering, khususnya negara, harus ada upaya untuk meningkatkan sistem keamanan lembaga keuangan mengikuti perkembangan teknologi. Tidak dapat dipungkiri, semakin canggih dan maju sistem teknologi, maka ancaman penyalahgunaan terhadap hal tersebut juga semakin besar. Sehingga, pihak berwenang harus bisa selangkah lebih maju dalam mencegah aktivitas money laundering. Untuk itu, evaluasi secara konstan mengenai sistem keamanan yang ada perlu dilakukan sebagai upaya antisipasi dalam menghadapi money laundering.

(12)

REFERENE

[124] Diplomasi Pertahanan Indonesia Dalam Asean Outlook On The Indo-Pacific (AOIP)

Acharya, A. (2019). Why ASEAN’s Indo-Pacific outlook matters.

Agastia, I Gusti Bagus Dharma dan Perwita, B. (2015). Jokowi’s Maritim Axis Change and Continuity of Indonesia’s Role in Indo-Pacific. Journal of ASEAN Studies, 3(1), 33–41.

Agastia, I. G. B. D., & Perwita, A. A. B. (2015). Jokowi’s Maritime Axis: Change and Continuity of Indonesia’s Role in Indo-Pacific. Journal of ASEAN Studies, 3(1), 32–41.

Anwar Fotuna, D. (2020). Indonesia and The ASEAN Outlook om The Indo-Pacific. Jurnal International Affairs, 96(1), 111–129.

ASEAN OUTLOOK ON THE INDO-PACIFIC. (n.d.). ASEAN.

Ha, H. T. (2021). ASEAN Navigates between Indo-Pacific Polemics and Potentials (No. 49). Singapore.

Jakobson, Linda; Medcalf, R. (2015). The perception gap : Reading China ’s maritime strategic objectives in Indo-Pacific Asia. Sydney.

Jenderal, D., & Pertahanan, S. (2014). INDONESIA POROS MARITIM DUNIA : MENGEMBANGKAN KEAMANAN NASIONAL MELALUI PERSPEKTIF KERJASAMA PERTAHANAN DI KAWASAN INDONESIA GLOBAL MARITIME FULCRUM : DEVELOPING NATIONAL SECURITY THROUGH THE PERSPECTIVE OF DEFENCE COOPERATION IN THE REGION. 16–26.

Kemhan RI. (2015). Buku Putih. In Kementrian Pertahanan Republik Iindonesia. Jakarta: KEMHAN RI.

Retrieved from https://sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/03/BUKU-PUTIH- PERTAHANAN-2015.pdf

Liu, P. (2018). Connotation and Dilemma of the US Indo-Pacific Strategy and China’s Responses.

Springer Singapore. https://doi.org/10.1007/978-981-13-7693-1 Malik, D. M. (2020). Countering China’s Maritime Ambitions.

Maulana, R. (2021). Kerja Sama Maritim, Wamenhan Dorong ASEAN Outlook on the Indo-Pasific.

Muniruzzaman, A. N. M. (2020). Defence Diplomacy : A Powerful Tool of Statecraft. Claws, (Winter), 63–80.

Nurhasya, M. J. (2018). Konsepsi Indo-Pasifik sebagai Sebuah Strategi Ketahanan Politik Luar Negeri Indonesia.

Jurnal Kajian Lemhannas RI, 33, 65–76.

Pajtinka, E. (2016). Military Diplomacy and Its Present Functions. Security Dimensions: International & National Studies., (March). https://doi.org/10.24356/SD/20/9

Pangestu, L. G., Hikmawan, R., & Fathun, L. M. (2021). STRATEGI INDONESIA MEWUJUDKAN ASEAN OUTLOOK ON INDO-PACIFIC (AOIP) UNTUK MENCIPTAKAN STABILITAS DI KAWASAN INDO-PASIFIK. 26(1), 1–22.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika. (2019). Connecting the Connectivity in the Indo-Pacific : Indian Ocean and Rim Chapter. Jakarta: Kementerian Luar Negeri.

Rendi Prayuda, R. S. (2019). Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis. Journal of Diplomacy and International Studies, 02(1), 80–93.

Saha, P. (2018). The Quad in the Indo-Pacific : Why ASEAN Remains Cautious. ORF Issue Brief, (229), 12

(13)

Jurnal Transformasi Global [125]

Santi, N. (2018). Kerja Sama Indo-Pasifik harus Kompatibel dengan Poros Maritim Dunia. Retrieved from Kompasiana website:

https://www.kompasiana.com/santikanur7791/5bb4a70612ae9432ed5ad005/kerja-sama-indo-pasif ik-harus-kompatibel-dengan-poros-maritim-dinia

Sari, S., & Delanova, M. (2021). Strategi Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dalam Meningkatkan Daya Tawar Di Kawasan Indo-Pasifik. Jurnal Dinamika Global, 6(01). https://doi.org/10.36859/jdg.v6i01.415

Scobell, A. (2020). Constructing a U.S.-China Rivalry in the Indo-Pacific and Beyond. Journal of Contemporary China, 1–16. https://doi.org/10.1080/10670564.2020.1766910

State, U. S. D. of. (2021). U.S. Support for the ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.

Sudarsono, B. P., Mahroza, J., & D.W., S. (2018). Indonesia Defense Diplomacy in Achieving National Interest.

Jurnal Pertahanan & Bela Negara, 8(3), 83–102. https://doi.org/10.33172/jpbh.v8i3.450 Sulaiman, Y. (2019). Whither Indonesia’s Indo-Pacific Strategy ? (No. 105).

Syawfi, I. (2009). Aktivitas Diplomasi Pertahanan Indonesia Dalam Pemenuhan Tujuan-Tujuan Pertahanan Indonesia (2003-2008). Retrieved from

https://scholar.google.com/scholar?cluster=8343986099920831943&hl=en&oi=scholarr Wamenhan:

AOIP Menjembatani Kepentingan Indo-Pasifik. (2021).

Wulandari, K. T., Sushanti, S., & Putri, P. K. (2017). KEPENTINGAN INDONESIA DALAM MENGINISIASI PEMBENTUKAN ASEAN OUTLOOK ON INDO-PACIFIC ( AOIP ) TAHUN 2017.

Yanuarti, Indri. Wibisono, Makarim. Midhio, & Wayan. (2020). Strategi Kerja Sama Indo-Pasifik untuk Mendukung Pertahanan Negara: Perspektif Indonesia. Jurnal Strategi Pertahanan Semesta2, 6(1), 41– 70.

Yarger, H. R. (2006). Strategic Theory for the 21st century: The little book on big strategy. In Strategy. Zhang, J. (2018). The US’ Indo-Pacific Initiative and Its Impact on China. Springer Singapore.

https://doi.org/10.1007/978-981-13-7693-1

Referensi

Dokumen terkait

Pada tugas akhir ini quadcopter terintegrasi dengan sebuah camera yang berfungsi untuk mendeteksi sebuah objek dan mengikuti (tracking) pergerakan objek

Upaya meningkatkan effect size ini dapat dilakukan dengan menerapkan model belajar dan alat yang tepat untuk memastikan bahwa proses personalisasi dalam belajar

Tujuan dari penulisan ini untuk melihat strategi Indonesia dalam mewujudkan AOIP dalam rangka menciptakan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik yang mendapatkan dampak

1) Membuat cetakan lambung luar yang digunakan saat proses pembentukan untuk menyesuaikan bentuk lambung kapal dengan lines plan. Cetakan luar lambung kapal didapat

kabupaten Batang belum memiliki gambar teknik pada kapal bangunan barunya. Kurangnya pemahamanan tentang teknik pembangunan kapal secara modern terutama keutamaan

Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis semester satu telah selesai melaksanakan program PKMU yang diasramakan. Data perilaku mahasiswa

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Masjid Pakualaman sarat dengan nilai-nilai yang terkandung dalam perhitungan kosmologi Jawa se- bagai bentuk harmoni

Nilai tambah pertumbuhan ekonomi Aceh dari kegiatan usaha hulu Migas yang baik dan benar akan mampu membangun peradaban moderen yang sesuai dengan prinsip-prinsip, teori-teori