a a
PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR BARAT
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
Jl. Raden Anom Pekon Rawas, Kecamatan Pesisir Tengah Kabupatan Pesisir Barat
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
PEKERJAAN :
PENYUSUNAN
KAJIAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR DAN PULAU
PISANG DI KABUPATEN PESISIR BARAT
TAHUN ANGGARAN 2022
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
KAJIAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR DAN PULAU PISANG DI KABUPATEN PESISIR BARAT
1. LATAR BELAKANG
Sumberdaya pesisir dan lautan, merupakan salah satu modal dasar pembangunan saat ini, disamping sumberdaya alam darat, sehingga peranan sumber daya pesisir dan laut semakin penting untuk memicu pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan masyarakat di Kabupaten Pesisir Barat. Seperti kita ketahui Kabupaten Pesisir Barat kaya akan potensi alam, dimana wisata bahari menjadi sector unggulan, dimana Kabupaten Pesisir Barat merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi parawisata bahari yang besar di Provinsi Lampung dengan panjang pantai + 210 km. Salah satu potensi unggulan wisata bahari di Kabupaten Pesisir Barat terdapat di Kecamatan Pulau Pisang, dengan pengembangan parawisata di Kecamatan Pulau Pisang dapat mendukung peningkatan perekonomian daerah.
Kawasan pesisir merupakan daerah pertemuan antara berbagai aspek kehidupan yang ada di darat, laut dan udara, sehingga bentuk wilayah pesisir merupakan hasil keseimbangan dinamis dari proses pelapukan (weathering) dan pembangunan ketiga aspek di atas. Selain itu wilayah ini merupakan tempat bertemunya berbagai kepentingan pembangunan baik pembangunan sektoral maupun regional serta mempunyai dimensi internasional. Berbagai kegiatan dan pembangunan yang intensif dilakukan seperti pelabuhan, pertambangan, perikanan, industri, pariwisata, maupun pemanfaatan sumber daya alam secara langsung. Perbedaan yang mendasar secara ekologis di wilayah pesisir sangat berpengaruh pada aktifitas masyarakatnya.
Kerentanan perubahan secara ekologis berpengaruh secara signifikan terhadap usaha perekonomian yang ada di wilayah tersebut, karena ketergantungan yang tinggi dari aktivitas ekonomi masyarakat dengan sumberdaya ekologis tersebut. Jika sifat
kerentanan wilayah tidak diperhatikan maka akan muncul konflik antara kepentingan memanfaatkan sumberdaya pesisir untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan pembangunan ekonomi dalam jangka pendek dengan kebutuhan generasi yang akan datang terhadap sumberdaya pesisir.
Penyusunan kajian pengembangan kawasan pesisir dan Pulau Pisang sesuai dengan amanat Pasal 7 UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil yang telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dimana perlu dintegrasikan kegiatan-kegiatan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah, antar sektor, dunia usaha, dan masyarakat.
Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan guna melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan dan memperkaya sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan. Di samping itu menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, memperkuat peran masyarakat serta meningkatkan nilai sosial, ekonomi dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil.
Terdapat berbagai isu-isu dan permasalahan penting di wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil Kabupaten Pesisir Barat yang bilamana tidak segera dilakukan upaya pengelolaannya akan dapat membawa dampak negatif dikemudian hari. Beberapa permasalahan yang ada antara lain: potensi sumberdaya alam wilayah pesisir belum dimanfaatkan secara optimal, pemanfaatannya belum memperhatikan aspek-aspek kelestarian dan keberlanjutan lingkungan, tarik menarik kepentingan dalam pengelolaan wilayah pesisir, ego sektoral, adanya konflik di masyarakat terhadap pemanfaatan ruang pesisir dan laut, dan lain-lain.
Untuk menindaklanjuti berbagai isu dan permasalahan yang ada serta untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Peisir Barat secara lestari dan berwawasan global serta bermanfaat bagi
kemakmuran rakyat, maka perlu dilakukan Kajian Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat.
2. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN
Maksud, tujuan, dan sasaran kegiatan ini adalah:
a. Maksud
Menciptakan keharmonisan spasial dan keseimbangan pembangunan di Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat.
b. Tujuan
Arahan rencana pengembangan kawasan pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat yang menjadi panduan bagi pemerintah daerah, swasta, masyarakat, dan swasta.
c. Sasaran
Sasaran yang akan dicapai kegiatan ini anatara lain:
1) Teridentifikasinya potensi dan pemanfaatan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang Kabupaten Pesisir Barat;
2) Teridentifikasinya dampak kegiatan dari wilayah sekitar yang mempengaruhi Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang;
3) Teridentifikasinya isu-isu perencanaan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang;
4) Teridentifikasinya potensi sumber daya pada Kawasan Pesir dan Pulau Pisang;
5) Tersusunnya rencana struktur ruang dan pola ruang Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat;
6) Terformulasikannya kebijakan dan strategi, arahan, ketentuan pengendalian, pemanfaatan ruang dan indikasi program pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat.
3. KELUARAN
Tersusunnya kajian pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat.
4. LOKASI PEKERJAAN
Lokasi pekerjaan adalah Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat.
5. SUMBER PENDANAAN
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan: APBD Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2022 melalui DPA Kegiatan Penyusunan Kajian Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat, Tahun Anggaran (TA) 2022 dengan dengan pagu anggaran sebesar Rp. 650.000.000,- (Empat Ratus Lima Puluh Juta Rupiah).
6. ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Pesisir Barat;
7. DATA DASAR
Data dasar Kajian Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat, yaitu:
a. Perda Provinsi Lampung No. 12 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah No. 1 tentang RTRW Provinsi Lampung Tahun 2009-2029;
b. Perda Provinsi Lampung No. 1 Tahun 2018 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Lampung Tahun 2018-2038;
c. Perda Kabupaten Peisir Barat No. 8 Tahun 2017 tentang RTRW Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2017-2037;
d. RTRW Kabupaten Pesisir Barat 2017-2037;
e. RPJPD Kabupaten Pesisir Barat;
f. RPJMD Kabupaten Pesisir Barat; dan
g. Data – data Statisitik Kabupaten Pesisir Barat.
8. STUDI-STUDI TERDAHULU
Studi-studi terdahulu Kajian Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat diantaranya RTRW Kabupaten Pesisir Barat tahun 2017- 2037 dan dokumen lainnya yang terkait.
9. PEDOMAN UMUM DAN PETUNJUK TEKNIS
Pedoman umum dan petunjuk teknis yang dipergunakan dalam kegiatan ini yaitu pedoman, kriteria, referensi hukum dan standard yang berlaku di Indonesia secara umum dan khusus yang terkait.
10. LANDASAN HUKUM
Kegiatan Kajian Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat ini didasarkan pada beberapa peraturan perundangan sebagai berikut:
a. Undang-undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
b. Perda Provinsi Lampung No. 12 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah No. 1 tentang RTRW Provinsi Lampung Tahun 2009-2029;
c. Perda Provinsi Lampung No. 1 Tahun 2018 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Lampung Tahun 2018-2038; dan
d. Perda Kabupaten Peisir Barat No. 8 Tahun 2017 tentang RTRW Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2017-2037.
11. RUANG LINGKUP KEGIATAN
Ruang lingkup kegiatan Kajian Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat dimaksud yang meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan persiapan pelaksanaan kegiatan utamanya melakukan studi literatur sebagai awal atau referensi untuk pelaksanaan kegiatan. Studi
literatur dari studi terdahulu digunakan sebagai data sekunder dalam penyusunan Rencana Zonasi ini. Data studi literatur yang dikumpulkan meliputi kebijakan, kondisi fisik wilayah, kondisi sosial budaya, kondisi ekonomi, kondisi pemanfaatan ruang eksisting, kondisi ekologi serta rencana/studi terkait lainnya.
1) Kebijakan meliputi RTRW Kabupaten, RPJM Kabupaten dan kebijakan lain yang terkait;
2) Kondisi fisik, menyangkut kondisi geologi/tatanan tektonik (jalur gempa , jenis tanah dan jenis batuan), morfologi pantai (bentuk permukaan pulau, evolusi pantai, bentuk dan tipe pantai), hidro-oceonografi (arus pasang surut, bathimetri, kecepatan arus permukaan, Iklim dan cuaca), keterdapatan pulau kecil (paparan benua, kelanjutan benua) dan lokasi/posisi (pulau perbatasan, pulau terluar, pulau di perairan pedalaman);
3) Kondisi Sosial Budaya, menyangkut sebaran dan jumlah penduduk, interaksi penduduk, budaya dan adat istiadat, sejarah sosial dan issue permasalahan sosial budaya;
4) Kondisi Ekonomi, menyangkut PDRB, PAD, sebaran potensi ekonomi, basis ekonomi lokal, keterkaitan ekonomi dan skala ekonomi (produksi dan pemasaran).
5) Kondisi Pemanfaatan Ruang Eksisting, menyangkut penggunaan ruang wilayah pesisir dan laut masing-masing sektor dan komoditi serta aspek permasalahannya.
6) Kondisi Ekologi, menyangkut sebaran biota (endemik, langka, hampir punah, invansi), jenis dan sebaran ekosistem (mangrove, terumbu karang, pantai berbatu) dan kondisi sumberdaya alam (pencemaran perairan, kerusakan terumbu karang, kerusakan mangrove); dan
7) Rencana/stdi terkait lainnya.
b. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dimaksudkan untuk mengidentifikasi pemanfaatan sumberdaya dan isu-isu perencanaan, serta pengumpulan bahan peta dasar dan peta
tematik sesuai skala peta yang telah ditentukan. Kebutuhan Data Dasar dengan jenis-jenis data dasar serta kedalaman informasi yang dibutuhkan meliputi Jenis data dasar sebagai berikut :
1) Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)
Merupakan data pada skala 1:25.000 yang mencakup kedalaman informasi topografi, batas administrasi sampai desa, gedung dan bangunan, jaringan jalan, jaringan sungai dan tubuh air.Data ini dapat diperoleh dari Bakosurtanal.
2) Peta Sistim Lahan dan Kesesuaian Lahan (Landsystems and Landsuitability)
Merupakan data pada skala 1:100.000 yang mencakup kedalaman informasi Sistim Lahan dan bentuk lahan. Sistim lahan terdiri dari : Pantai, Rawa Pasut, Dataran Aluvial, Jalur Kelokan, Rawa-Rawa, Lembah Aluvial, Kipas & Lahar, eras- teras. Dataran. Bentuk Lahan terdiri dari : Kemiringan Relief, Lebar Puncak, LembahLembah, Jenis Batuan/Mineral Dominan, Daerah Iklim, Kesesuaian Lahan.
Data ini dapat diperoleh dari Bakosurtanal, Dishidros TNI AL.
3) Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN) dan Lingkungan Perairan Indonesia (LPI) Merupakan data pada skala 1:100.000 sampai dengan skala 1:50.000 yang mencakup kedalaman informasi Garis Pantai, Batu Karang, Terumbu, Beting Karang, Tempat Berlabuh, Menara Suar, Dilarang Berlabuh, Garis Cakupan 4 sd 12 mil laut, Stasiun Radar, Kerangka Berbahaya, Kabel Dalam Air, Pipa Dalam Air, Sistim PemisahanLalulintas, Batas Sektor, Daerah Latihan, Daerah Larangan, Terlarang, Pelampung. Data ini dapat diperoleh dari Bakorsurtanal, Dishidros TNI AL.
4)Bathimetri (kedalaman laut)
Merupakan data dengan skala 1:25.000 sd skala 1:10.000 meliputi kedalaman informasi kedalaman perairan yang bisa diperoleh dari : Dishidros, Bakorsurtanal, LPI, LLN ataupun dengan survei bathimetri.
5) Geologi dan geomorfologi
Merupakan data dengan skala 1:100.000 sd 1:50.000 tentang bentuk dan tipe pantai, jenis substrat dasar dan geologi dasar laut yang bisa diperoleh dari : BALITBANG KKP, PPGL, kajian terkait sebelumnya dan ground check di lapangan.
6) Oceanografi
Merupakan data tentang hidrologi, oceanografi fisika, kimia dan biologi yang bisa didapatkan dari survey lapangan dan kajian terkait sebelumnya.
7) Ekosistem pesisir dan sumberdaya ikan
Merupakan data yang disajikan pada skala 1:50.000 sd 1:25.000 tentang kondisi, jenis dan kelimpahan biota yang ada pada ekosistem pesisir (mangrove, padang lamun dan terumbu karang) yang bisa diperoleh dari : interpretasi citra Alos Pansharp (Alos Avnir 2 dan Alos Prism), ground check, penyelaman dan kajian terkait sebelumnya.Data potensi sumberdaya ikan untuk ikan demersal dapat diperoleh dengan penyelaman, sedangkan untuk ikan pelagis dengan parameter SST, chlorofil, salinitas, dan upwelling, atau ground check dengan menggunakan fishfinder.
8) Infrastruktur
Merupakan data tentang sistem jaring transportasi, energi, telekomunikasi, sumberdaya air, sarana prasarana perikanan dan prasarana lainnya yang bisa didapatkan dari : RTRW, Dinas PU dan kajian terkait sebelumnya.
9) Pemanfaatan lahan daratan (Land use)
Merupakan data pada skala 1:50.000 sd 1:25.000 meliputi penggunaan lahan darat (land use) eksisiting di wilayah pesisir dan ground check. Penyajian data penggunanaan lahan dan kedalaman informasi mengacu pada SNI yang ada.
10) Kesesuaian lahan perairan
Merupakan data tentang kondisi fisika, kimia dan biologi perairan yang akan dimanfaarkan untuk menganalisa kesesuaian perairan untuk kegiatan lindung dan budidaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau yang bisa diperoleh dari : RTRW dan hasil analisis.
11) Pemanfaatan ruang laut (Marine use)
Merupakan data tentang penggunaan ruang laut eksisting seperti : lokasi karamba, lokasi bagan, lokasi bangunan pantai, lokasi lepas pantai, pariwisata, pertambangan, konservasi yang sudah ditetapkan, dll yang bisa diperoleh dari : interpretasi citra, ground check dan kajian lain.
12) Sumberdaya air
Merupakan data mengenai Sumberdaya Air Permukaan dan Air Tanah di Wilayah Perencanaan, yang bisa diperoleh dengan analisis citra penginderaan jauh, Analisis debit berbasis DAS, dan RTRW, Dinas PU dan kajian terkait sebelumnya.
13) Sosial dan budaya
Merupakan data tentang kondisi sosial dan kelembagaan, seperti kependudukan,
adat istiadat, agama, masyarakat adat dan kearifan lokal yang bisa diperoleh dari
RTRW, BPS, wawancara, dll.
14) Ekonomi wilayah
Merupakan data tentang kondisi ekonomi makro dan mikro yang bisa diperoleh dari : RTRW, BPS, wawancara, dll.
15) Risiko bencana
Merupakan data, informasi dan peta tentang kerawanan bencana seperti sea level rise, tsunami, banjir, badai, gelombang pasang/ekstrim/rob, tanah longsor, landsubsidence, intrusi laut,gempa, abrasi, sedimentasi yang bisa diperoleh dari:
BNPB, BPBD, RTRW dan pemodelan.
Pengumpulan data dan informasi dari sumber kedua yaitu lembaga atau institusi yang telah melakukan proses pengumpulan data lapangan dan mendokumentasikannyadalam bentuk laporan, buku, diagram, peta, foto, dan media penyimpanan lainnya disebut sebagai Pendekatan Survei Data Sekunder. Jenis data dasar yang digunakan untuk memulai proses penyusunan rencana zonasi Kabupaten Pesisir Barat antara lainberupa peta-peta dan literatur yang bersumber dari beberapa instansi.
c. Survei Lapangan
Survei lapangan dilaksanakan dalam rangka pengumpulan data sekunder dan primer yang belum tersedia. Survey ini dilaksanakan dalam rangka melakukan verifikasi terhadap data sekunder yang sudah terkumpul sebelumnya serta melakukan pengumpulan data primer. Pengumpulan data primer merupakan kegiatanpengumpulan data yang dilakukan secara sistematis melalui perekaman data (observasi, pengambilan sampling, penghitungan, pengukuran, wawancara, kuesioner atau focus group discussion) langsung dari sumber pertama (fenomena/objek yang diamati).
Data primer yang dikumpulkan melalui survey, antara lain : 1) Oseanografi
Seluruh pengumpulan data primer dataset oseanografi dilakukan hingga kedalaman 50 m, data yang diambil meliputi:
a) Fisika Perairan
Data fisika perairan yang diukur meliputi:Arus, Pasang Surut, Gelombang, Suhu, Kecerahan, Total Suspended Solid (TSS). Mencakup data:
Suhu;
Suhu diukur dengan thermometer. Suhu dianalisis dengan citra satelit dan
dilakukan ground check pada 10 titik yang lokasinya ditentukan berdasarkan analisis citra satelit. Peta suhu skala 1:50.000, digambar dalam bentuk kontur isoline dengan interval 1 ( C).
Kecerahan;
Kecerahan dilakukan secara insitu dengan menggunakan secchi disk. Peta kecerahan skala 1:50.000, digambar dalam bentuk kontur isolinedengan interval per 1 m.
Total Suspended Solid (TSS) di analisis di laboraturium.
2) Kimia dan Biologi Perairan a) pH dan Salinitas
pH, Salinitas diukur dengan menggunakan alat ukur. Peta pH dan Salinitas digambar pada skala 1:50.000. Peta pH digambar dalam bentuk kontur isoline
dengan selang 0,5. Peta Salinitas digambar dalam bentuk kontur isoline dengan selang 0,1mg/l.
b) COD, BOD, Amonia
COD, BOD, Amonia dilakukan sampling untuk diukur dan dianalisis. Peta COD, BOD, Amonia digambar pada skala 1:50.000. Peta COD dan BOD digambar dengan bentuk kontur isoline dengan selang 0,4 mg/l. Peta Amonia digambar dalam bentuk kontur isoline dengan selang 0,1 mg/l.
c) Klorofil
Klorofil dianalisis dengan citra satelit dan dilakukan ground check pada titik yang lokasinya ditentukan berdasarkan analisis citra satelit. Peta klorofil skala
1:50.000, digambar dalam bentuk kontur isoline dengan selang 0,1 mg/m3. 3) Ekosistem pesisir
a) Terumbu Karang
Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi tentang terumbu karang yang meliputi : sebaran, luasan, dan kondisi terumbu karang. Untuk
mendeteksi keberadaan, sebaran dan luasan terumbu karang dilakukan analisis citra satelit, dengan resolusi minimal 20 x 20 m. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk penentuan lokasi sample. Berdasarkan penentuan titik sample, dilakukan survey lapangan dan mencatat data primer untuk mengetahui tutupan dan kondisi terumbu karang.
b) Lamun
Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi tentang lamun yang meliputi : sebaran, luasan, dan kondisi lamun. Berdasarkan penentuan titik sample, dilakukan survey lapangandan pencatatan untuk mengetahui jenis dankondisi lamun.
c) Mangrove
Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi tentang mangrove yang meliputi : jenis, sebaran, luasan, dan kondisi (penutupan tajuk dan kerapatan pohon) mangrove. Untuk mendeteksi keberadaan, sebaran dan luasan mangrove dilakukan analisis citra satelit, dengan resolusi minimal 20 x 20 m. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk penentuan lokasi titik sample pengamatan. Berdasarkan penentuan titik sample, dilakukan survey lapangan untuk mengetahui penutupan tajuk (%) dan kerapatan pohon (jumlah pohon per hektare) dan kondisi mangrove.m Pada saat pengamatan ekosistem, diamati juga spawning ground, nursery ground, dan feeding ground.Peta ekosistem pesisir skala 1:50.000 digambar sebaran dalam bentuk polygon dan kondisi dalam bentuk pie chart.
4) Sumberdaya ikan a) Ikan Demersal
Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai jenis dankelimpahan ikan demersal diperoleh dari hasil survey lapangan. Survey lapangan dilakukan bersamaan dengan survey ekosistem (terumbu karang,lamun, dan mangrove), untuk memperoleh jenis, kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi ikan demersal, dan makrobentos.
Peta sumberdaya ikan demersal skala 1:50.000 digambar dalam bentuk pie chart dengan informasi dasar ekosistem pesisir.
b) Ikan Pelagis
Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai lokasi, keberadaan, jenis dan kelimpahan ikan pelagis. Untuk mendeteksi keberadaan
ikan pelagis dilakukan analisis citra satelit, dengan resolusi minimal 20 x 20 m terhadap klorofil dan suhu permukaan laut, serta dikombinasikan dengan pola arus dari hasil simulasi model hidrodinamika. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk penentuan lokasi ground checkatau wawancara/kuisioner dengan nelayan untuk mengetahui jenis dan kelimpahan ikan. Peta sumberdaya ikan pelagis skala 1:50.000 digambar dalam bentuk polygon, dan jenis serta kelimpahan ikan dalam bentuk pie chart dengan informasi dasar lokasi fishing ground.
c) Jenis Ikan yang dilindungi
Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai jenis ikan yang dilindungi dilakukan secara bersamaan dengan survei ikan pelagis dan ikan demersal.
5) Pemanfaatan wilayah laut eksisting
Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai jenis dan lokasi pemanfaatan wilayah laut yang telah ada. Untuk mendeteksi lokasi pemanfaatan wilayah laut yang ada dilakukan analisis citra satelit dan data sekunder pemanfaatanwilayah laut. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk ground check untuk mengetahui jenis pemanfaatan wilayah laut yang ada. Peta pemanfaatan wilayahlaut skala 1:50.000 digambar dalam bentuk polygon dan point.
6) Substrat Dasar Laut
Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai lokasi dan jenis
substrat dasar laut. Untuk mendeteksi lokasi dan jenis substrat dasar laut dilakukansurvey pengambilan sample pada titik pengamatan. Survey substrat dasar laut dilakukan pada kedalaman maksimal 100 m. Hasil pengambilan sample substrat dasar laut dianalisis di laboratorium untuk mengetahui persentase ukuran butir dan jenis substrat.Peta substrat dasar laut skala 1:50.000 digambar dalam polygon.
7) Infrastruktur
Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai infrastruktur (sarana prasarana kelautan dan perikanan).Untuk mendeteksi lokasi dan sebarannya dilakukan ground check dengan menggunakan GPS. Peta infrastruktur skala 1:50.000 digambar dalam bentuk point.
8) Demografi dan Sosial
Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai :
a) Demografi, meliputi : jumlah penduduk, gender, tenaga kerja, jumlah nelayan dan pembudidaya ikan, mata pencaharian, pendidikan;
b) Sosial, meliputi : wilayah masyarakat hukum adat (lokasi, batas dan karakteristik), wilayah penangkapan ikan secara tradisional (lokasi, batas, dankarakteristik);
c) Budaya, meliputi : kondisi dan karakteristik masyarakat setempat termasuk tempat suci dan kegiatan peribadatannya, aktifitas/ritual keagamaan, situs cagar budaya dll.
Peta demografi dan sosial skala 1:50.000 digambar dalam bentuk point/polygon disertai informasi dalam bentuk diagram/tabel/pie chart.
Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai:
Kegiatan ekonomi masyarakat (tingkat pendapatan masyarakat per kecamatan);
Kondisi sarana dan prasarana pendukung (jaringan jalan, transportasi laut,
transportasi udara, tingkat aksesibilitas);
Kondisi fasilitas dan utilitas (listrik, telekomunikasi, air bersih dan lain-lain);
dan
Peta sosial, ekonomi, dan budaya skala 1:50.000 digambar dalam bentuk point
dan/atau polygon.
9) Resiko Bencana dan Pencemaran
Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai resiko bencana (jenis, lokasi, batas, riwayat kebencanan, tingkat kerusakan, kerugian) danpencemaran (sumber pencemaran). Untuk mendeteksi resiko bencana danpencemaran dilakukan ground check dengan menggunakan GPS dan wawancara. Peta resiko bencana dan pencemaran skala 1:50.000 digambar dalam bentuk polygon.
d. Identifikasi Potensi Wilayah
Identifikasi potensi wilayah meliputi: Pengolahan dan analisis data untuk disusun dalam peta-peta tematik, Identifikasi pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau- pulau kecil, Identifikasi potensi perkembangan wilayah, Identifikasi dampak kegiatan dari wilayah sekitar yang mempengaruhi wilayah perencanaan, dan Identifikasi Isu Perencanaan.
e. Analisa Data
Analisa data pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang yaitu terdiri dari (i) Analisis Data : Analisis Kebijakan, Kewilayahan, Sosial Ekonomi, Potensi Sumberdaya, Pemanfaatan Sumberdaya, Pemanfaatan Ruang, Kesesuaian Ruang, dan Daya Dukung, (ii) Matriks Keterkaitan Antar Zona, dan (iii) Draft Dokumen Awal Konsep Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang (Rencana Zonasi dan Album Peta).
f. Konsultasi Publik 1 (Konsep Rencana Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang)
Konsultasi public 1 (pertama) bertujuan untuk memberitahukan hasil-hasil penyusunan konsep rencana pengembangan kawasan pesisir dan Pulau Pisang (rencana zonasi) pada tahap awal yaitu hasil pengumpulan data, survei lapangan (identifikasi data dan informasi dan penyusunan paket sumberdaya) sampai mengidentifikasi potensi wilayah (nilai sumberdaya dan isu permasalahan) dandimaksudkan untuk menjaring masukan dan perbaikan data maupun informasi mengenai konsep rencana pengembangan (draft rencana zonasi) yang telah disusununtuk mendapatkan kesepakatan awal.
g. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang Penyusunan rencana pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang berisi arahan pemanfaatan zona dan rekomendasi terhadap RTRW Kabupaten Pesisir Barat merupakan hasil akhir dari serangkaian proses analisis pemanfaatan ruang sampai dengan penyerasian, penyelarasan, dan penyeimbangan dengan RTRW maupun kebijakan daerah yang lain yaitu dengan melalui penetapan kawasan, zona, dan sub zona. Penentuan arahan pemanfaatan kawasan, zona, sub zona dan arahan pemanfaatannya merupakan hasil yang telah dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Stakeholder terkait melalui konsultasi publik kedua.
h. Konsultasi Publik 2 (Rencana Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang)
Setelah diperoleh masukan dari para stakeholder, maka dilanjutkan dengan penyusunan rencana pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang yang terdiri dari arahan pemanfaatan zona serta nilai-nilai utama dari zona tersebut. Dalam pernyataan zona harus disebutkan mengenai prioritas utama pembangunan dan isu- isu perencanaan strategis untuk 5 tahun kedepan serta kebutuhan pengendalian ruangnya.
12. METODOLOGI ANALISIS
Metodologi analisis dalam kajian ini antara lain : a. Analisa Kebijakan
Analisis Kebijakan digunakan untuk melihat kedudukan wilayah perencanaan terhadap kebijakan rencana tata ruang nasional/provinsi/kab/kota, dan menyesuaikan perencanaan yang dibuat dengan kebijakan pembangunan daerah, dengan tujuan agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan. Disamping itu, analisis yang didasarkan pada kebijakan pembangunan nasional, termasuk kebijakan geopolitik dan pertahanan keamanan.
b. Analisis Kewilayahan
Analisis kewilayahan merupakan analisis untuk melihat kecenderungan perkembangan kawasan di wilayah perencanaan berdasarkan potensi fisik wilayah dan kondisi ekonomi, sosial-budaya yang ada. Analisis kewilayahan akan dapat mengeluarkan rekomendasi bagi skala pengembangan kawasan yang diharapkan dan arahnya.
c. Analisis Sosial Ekonomi dan budaya
Analisis sosial ekonomi dilakukan untuk melihat kondisi sosial ekonomi dan strukturnya di wilayah perencanaan. Analisis sosial ekonomi menyangkut sebarandan jumlah penduduk, interaksi penduduk, budaya dan adat istiadat, sejarah sosial dan issue permasalahan sosial budaya, sebaran potensi ekonomi, basis ekonomi lokal, keterkaitan ekonomi dan skala ekonomi (produksi dan pemasaran).
d. Analisis Infrastruktur
Analisis infrastruktur di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil bertujuan untuk mengetahui sebaran infrastruktur yang ada, sebagai data dasar dalam pengembangan struktur wilayah dan acuan dalam analisis proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan.Kondisi infrastruktur dapat diketahui berdasarkan data sekunder yang telah ada dan observasi langsung di lapangan.
Pemetaan dilakukan dengan cara digitalisasi data sekunder dan plotting lokasi secara langsung di lapangan, meliputi sarana dan prasarana transportasi, air berisi, listrik dan energi, sanitasi, dan prasarana lainnya.
e. Analisis Ekonomi Wilayah
Analisis ekonomi wilayah bertujuan untuk mengetahui pola distribusi perkembangan wilayah, pertumbuhan pusat-pusat kegiatan di wilayah kajian, dan komoditi basis wilayah. Analisis ekonomi wilayah meliputi : Struktur ekonomi dan pergeserannya, sektor basis, dan komoditi sektor basis.
f. Analisis Daya Dukung Wilayah
Analisis daya dukung (carrying capacity analysis) merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan.Analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan.Analisis daya dukung wilayah pesisir meliputi daya dukung fisik lingkungan (geografi, geo- morfologi, hidrologi, eko-biologis dan hidro-oseanografi) dan daya dukung sosial, ekonomi, budaya dan politik.
g. Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang
Analisis kesesuaian pemanfaatan ruang merupakan analisis yang melihat pada potensi wilayah pesisir berdasarkan kriteria-kriteria teknis kegiatan pemanfaatan ruang yang direncanakan. Analisis ini menggunakan metode overlay peta untuk masing-masing variabel fisik, sosial, ekonomi dan budaya berdasarkan kriteria kegiatan. Dari hasil analisis ini akan dihasilkan kesesuaian lahan pemanfaatan ruang dalam bentuk peta kesesuaian pemanfaatan ruang, yang antara lain akan meliputi kesesuaian pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung (konservasi), kawasan pemanfaatan umum, zona alur dan kawasan strategis.
13. FASILITAS PENUNJANG
Data dan fasilitas yang dapat disediakan oleh PA/KPA/PPK adalah data teknis maupun data non teknis dan surat menyurat kepada instansi terkait dalam rangka pengumpulan data dan survey.
14. KEWAJIBAN PENYEDIA JASA KONSULTASI
Penyedia jasa konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personil proyek/satuan kerja pejabat pembuat komitmen mencakup hal berikut :
a. Dalam proses kajian untuk menghasilkan keluaran yang diminta, konsultan perencana menyusun jadwal pertemuan berkala dengan pemberi tugas dan tim teknis; dan
b. Dalam melaksanakan pekerjaan, konsultan harus berpedoman pada masa pelaksanaan pekerjaan dengan batas waktu maksimum 5 (lima) bulan/150 hari kalender.
15. PERALATAN, MATERIAL, PERSONIL DAN FASILITAS DARI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
PPK/PA menyediakan surat referensi jika dibutuhkan untuk mempermudah mengakses data yang diperlukan.
16. LINGKUP KEWENANGAN PENYEDIA JASA
Penyedia Jasa berwenang mendapatkan laporan awal, dan laporan akhir.
17. KUALIFIKASI PERUSAHAAN
Kualifikasi perusahaan Kajian Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang, meliputi :
a. Judul Kegiatan : Kajian Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat;
b. Lingkup Pekerjaan : Kajian Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat; dan.
c. Kualifikasi Bidang Usaha : Jasa Perencanaan Wilayah ( PR 102).
18. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat ini adalah 5 (lima) bulan terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
Tabel 1. Alokasi Waktu Kajian Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat
N
o. Kegiatan
Bulan/Minggu Ke…
I II III IV V
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan Awal
Pekerjaan
2. Inventarisasi Data Sekunder
3. Survey Lapangan 4. Indentifikasi Potensi
dan Analisis
5. Penyusunan Konsep Rencana
Pengembangan 6. Konsultasi Publik 1 7. Penyusunan Rencana
Pengembangan 8. Penyusunan Laporan
a.Laporan Pendahuluan b.Laporan Antara c. Laporan Draft Akhir d.Laporan Akhir
19. TENAGA AHLI YANG DIBUTUKAN
Tenaga Ahli yang diperlukan pada kegiatan ini, dengan kualifikasi sebagai berikut:
Tabel 2. Kebutuhan Tenaga Ahli Kajian Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat
22 N
o Uraian Tugas Kualifikasi Jumlah
Orang/Bulan A. Tenaga Ahli
1. Ketua Tim (Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota)
Sebagai
penanggung jawab pekerjaan secara keseluruhan dan bertanggung jawab secara langsung kepada Pemberi Tugas;
Mengatur semua personil yang terlibat dalam pekerjaan
pengambilan data lapangan;
Menyusun
rencana kerja dan pembagian tugas kerja;
Mengarahkan tenaga ahli dalam melaksanakan
tugas dan
tanggungjawab sesuai dengan bidang
keahliannya;
Bertanggungjawab dalam penyusunan materi laporan;
Bertanggung jawab terhadap survey instansional untuk mencari
data yang
dibutuhkan;
Bertanggung
jawab dalam
pelaksanaan asistensi,
konsultasi, dan pembahasan secara berkala dengan pemberi tugas, instansi terkait;
Memberikan
arahan dalam Kajian
Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang
Pendidikan S-1
Jurusan Teknik
Planologi/Pere ncanaan Wilayah dan Kota dengan pengalaman profesional minimal 7 (lima) tahun di
bidangnya yang
dibuktikan oleh
keterangan dari pemberi kerja dan memiliki sertifikat keahlian madya bidang Perencana.
1 (satu) orang/
5 Bulan
20. PELAPORAN DAN PEMBAHASAN
Pelaporan dan pembahasan yang dihasilkan dalam kegiatan Kajian Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat ini oleh Konsultan, adalah sebagai berikut :
a. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan merupakan laporan awal yang memuat gambaran awal kegiatan serta metodologi pelaksanaan pekerjaan. Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan. Laporan ini diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar.
b. Laporan Antara
Laporan merupakan laporan yang memuat hasil pengumpulan data serta analisis data yang merupakan fakta dan analisis kawasan Pesisir dan Pulau Pisang, dilampiri data hasil survey. Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan.Laporan ini diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar.
c. Draft Laporan Akhir
Laporan ini merupakan laporan akhir yang berisikan penyajian hasil Konsep Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat sebagaimana yang tertuang dalam tahap pengerjaan di atas serta hal – hal lainnya yang diatur di dalam tujuan dan ruang lingkup yang diatur di dalam KAK. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan. Laporan ini diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar.
d. Laporan Akhir
Laporan ini merupakan laporan akhir yang berisikan penyajian hasil analisis Kajian Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat sebagaimana yang tertuang dalam tahap pengerjaan di atas serta hal – hal lainnya
yang diatur di dalam tujuan dan ruang lingkup yang diatur di dalam KAK. Laporan ini diserahkan sebelum berakhirnya masa kontrak selambat-lambatnya 150 (seratus lima puluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan, setelah disempurnakan dari hasil pemaparan dan diskusi dengan pengguna jasa. Laporan ini diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.
e. Softfile Laporan
Softfile laporan berupa flashdisk berisikan semua data yang diperoleh dan jenis laporan yang telah disusun dalam bentuk softcopy dan dapat diolah (MS Word, MS Excel, Cad, dsb). Flashdisk laporan disampaikan bersamaan dengan penyampaian laporan akhir sebanyak 5 (lima) buah dengan ukuran 16 GB.
21. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK)/Term Of Refference (TOR) Kajian Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat untuk dapat dipergunakan sebagai acuan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan
Krui, Januari 2022 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Pesisir Barat
………
NIP. ………