• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK .

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK ."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Model-Model Pembelajaran Matematika yang dibina oleh Aning Wida Yanti, S.Si, M.Pd

Oleh:

Dewi Jannatun Na’im (140311606617) M Rojih Makmury (140311603371 ) Ria Agnisari Ramadhanna (140311605334) Shohwa Dzulfida Afwa (140311606192)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori behavioristik?

2. Sebutkan tokoh-tokoh yang menganut teori behavioristik?

3. Bagaimanakah pendapat para tokoh mengenai teori belajar behavioristik? 4. Apa saja model-model pembelajaran yang menggunakan teori belajar behavioristik?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar behavioristik.

2. Untuk mengetahui siapa saja dan pendapat para tokoh mengenai teori belajar behavioristik.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Behaviorisme

Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus).

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.

(5)

kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).

Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: 1. Reinforcement and Punishment

2. Primary and Secondary Reinforcement 3. Schedules of Reinforcement

4. Contingency Management

5. Stimulus Control in Operant Learning

6. The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).

Prinsip-prinsip teori behaviorisme 1. Obyek psikologi adalah tingkah laku

2. semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek 3. mementingkan pembentukan kebiasaan

Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik

(6)

1. Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis) 2. Mementingkan bagian-bagian (elentaristis)

3. Mementingkan peranan reaksi (respon)

4. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar 5. Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu 6. Mementingkan pembentukan kebiasaan.

7. Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan gagal’ atau trial and error.

2.2 Tokoh-tokoh teori behavioristik

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000). Jadi perubahan tingkah laku akibat belajar dapat berwujud konkrit, yaitu dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan “Teori Connectionism”.

(7)

Dalam penelitiannya, Thorndike menggunakan beberapa jenis binatang, yaitu anak ayam, anjing, ikan, kucing dan kera. Percobaan yang dilakukan mengharuskan binatang-binatang tersebut keluar dari kandang untuk memperoleh makanan. Untuk keluar dari kandang, binatang-binatang tersebut harus membuka pintu, menumpahkan beban, dan mekanisme lolos lainnya yang sengaja dirancang. Pada saat dikurung, binatang-binatang tersebut menunjukkan sikap mencakar, menggigit, menggapai dan bahkan memegang / mengais dinding kandang. Cepat atau lambat, setiap binatang akan membuka pintu atau menumpahkan beban untuk dapat keluar dari kandang dan memperoleh makanan. Pengurungan yang dilakukan berulang-ulang menunjukkan penurunan frekuensi binatang tersebut untuk melakukan pencakaran, penggigitan, penggapaian atau pengaisan dinding kandang, dan tentu saja waktu yang dibutuhkan untuk keluar kandang cenderung menjadi lebih singkat.

(8)

Dari hasil penelitiannya, Thorndike menyimpulkan bahwa respon untuk keluar kandang secara bertahap diasosiasikan dengan suatu situasi yang menampilkan stimulus dalam suatu proses coba-coba (“trial and error”). Respon yang benar secara bertahap diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba, sementara respon yang tidak benar melemah atau menghilang. Teori Connectionism Thorndike ini juga dikenal dengan nama “Instrumental Conditioning”, karena respon tertentu akan dipilih sebagai instrumen dalam memperoleh “reward” atau hasil yang memuaskan. Thorndike mengemukakan tiga dalil tentang belajar, yaitu :

1. Law Of Effect (Dalil / Hukum Sebab Akibat)

Dalil / hukum ini menunjukkan kuat lemahnya hubungan stimulus dan respon tergantung kepada akibat yang ditimbulkan. Apabila respon yang ditimbulkan mendatangkan kesenangan, maka respon tersebut akan dipertahankan atau diulang ; sebaliknya jika respon yang ditimbulkan adalah hal yang tidak menyenangkan, maka respon tersebut dihentikan atau tidak diulang lagi.

2. Law Of Exercise (Dalil / Hukum Latihan Atau Pembiasaan)

Dalil / hukum ini menunjukkan bahwa stimulus dan respon akan semakin kuat manakala terus menerus dilatih atau diulang ; sebaliknya hubungan stimulus dan respon akan semakin melemah jika tidak pernah dilatih atau dilakukan pengulangan.

3. Law Of Readiness (Dalil / Hukum Kesiapan)

Menurut dalil / hukum ini, hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada kesiapan dalam diri individu. Jika seorang ada kesiapan untuk merespon atau bertindak, maka tindakan yang dilakukan akan memberi kepuasan dan mengakibatkan orang tersebut untuk tidak melakukan tindakan-tindakan lain.

(9)

lain yang sejenis atau mirip (associative sbifting). Teori Connectionism dari Thorndike ini dikenal sebagai teori belajar yang pertama.

Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikut: a. Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response)

Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh prooses trial dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Hukum Sikap ( Set/ Attitude)

Hukum ini menjelaskan bahwa perilakku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi , sosial , maupun psikomotornya.

c. Hukum Aktifitas Berat Sebelah ( Prepotency of Element)

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi ( respon selektif). d. Hukum Respon by Analogy

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama maka transfer akan makin mudah.

e. Hukum Perpindahan Asosiasi ( Associative Shifting)

(10)

Selain menambahkan hukum-hukum baru, dalam perjalanan penyampaian teorinya thorndike mengemukakan revisi Hukum Belajar antara lain :

1. Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan saja tidak cukup untuk memperkuat hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa pengulanganpun hubungan stimulus respon belum tentu diperlemah.

2. Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk perubahan tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.

3. Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan respon.

4. Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada individu lain.

Teori koneksionisme menyebutkan pula konsep transfer of training, yaitu kecakapan yang telah diperoleh dalam belajar dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang lain. Perkembangan teorinya berdasarkan pada percobaan terhadap kucing dengan problem box-nya. Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya.

Thorndike berkeyakinan bahwa prinsip proses belajar binatang pada dasarnya sama dengan yang berlaku pada manusia, walaupun hubungan antara situasi dan perbuatan pada binatang tanpa dipeantarai pengartian. Binatang melakukan respons-respons langsung dari apa yang diamati dan terjadi secara mekanis(Suryobroto, 1984).

b). Teori Belajar Menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara

(11)

perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

c). Teori Belajar Menurut Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull

mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

d). Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

(12)

perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie – Guthrie dan Horton (1946) secara cermat mengamati sekitar delapan ratus kali tidak melepaskan diri dari kotak teka-teki yang dilakukan oleh kucing yang kemudian observasi ini dilaporan dalam sebuah buk yang berjudul cats in a Puzzle Box. Kotak yang ereka pakai sama dengan yang dipakai

Thorndike dalam melakukan eksperimennya. Guthrie dan Horton

menggunakan banyak kucing sebaai subyek percobaan, akan tetapi mereka melihat kucing kelar dari kotak dengan cara sendiri-sendiri dan berbeda-beda.

Dari percobaan diatas respon khusus yang dipelajari oleh hewan tertentu adalah respon yang dilakukan hewan sebelum ia keluar dari kotak. Karena respon ini cenderung diulang lagi saat kucing diletakkan di kotak di waktu yang lain, maka ia dinamakan stereotyped behavior (perilaku strereotip).

Guhtrie dan Horton mengamati bahwa seringkali hewan, setelah bebas dari kotak akan mengabaikan ikan yang diberikan kepadanya. Meskipun hewan itu mengabaikan obyek yang disebut penguatan tersebut, kucing dapat keluar dari kotak dengan lancar ketika diwaktu yang lain ia dimasukkan lagi ke dalam kotak. Observasi ini, menurut Guthrie

(13)

mempertahankan respons di dalam kondisi yang menstimulasi sebelumnya.

e). Teori Belajar Menurut Skinner

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui

interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak

sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya

mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami

hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuaensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengmukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.

Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :

Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah keluar untuk mencari

(14)

Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah

penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner

membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau

menunjukkan perilaku tidak senang.

Beberapa prinsip Skinner antara lain :

 Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah

dibetulkan, jika benar diberi penguat.

 Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.  Materi pelajaran, digunakan sistem modul.

 Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk itu

lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman

 Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.

 Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya

hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio reinforcer.

 Dalam pembelajaran digunakan shaping.

2.3 Model-model pembelajaran teori behavioristik 1. Direct Instruction

(15)

Prinsip penggunaan teori perilaku ini dalam belajar adalah pemberian penguatan yang akan meningkatkan perilaku yang diharapkan. Penguatan melalui umpan balik pada setiap tahapan tugas yang diberikan kepada pebelajar merupakan dasar praktis penggunaan teori ini dalam

pembelajaran.

Para ahli psikologi perilaku memfokuskan pada cara-cara melatih seseorang untuk menguasai sejumlah keterampilan kompleks yang melibatkan kerja yang akurat dan presisi dan melibatkan koordinasi dengan orang lain. Prinsip pembelajaran langsung difokuskan pada konseptualisasi kinerja pebelajar ke dalam tujuan yang akan dicapai melalui pelaksanaan tugas-tugas yang harus dilakukan, dan pengembangan aktivitas latihan untuk memantapkan penguasaan setiap komponen tugas yang diberikan. Istilah directive digunakan untuk menekankan

pembelajaran dalam mencapai tujuan bahwa siswa dapat meniru perilaku-perilaku atau keterampilan yang dimodelkan atau diperagakan atau diinstruksikan oleh guru.

Direct Instruction atau pembelajaran langsung digunakan oleh para peneliti untuk merujuk pola-pola pembelajaran dimana guru banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa melalui latihan-latihan dibawah

bimbingan dan arahan guru. Dengan demikian tujuan pembelajaran distrukturkan oleh guru.

Tujuan utama model direktif adalah memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilaku dihubungkan dengan pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang

(16)

atau pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Dengan demikian pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran dimana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. Model ini sangat cocok jika uru menginginkan siswa menguasai informai atau keterampilan tertentu. (Gerten, Taylor & Graves, 1999), akan tetapi jika guru menginginkan siswa belajar

menemukan konsep lebih jauh dan melatihkan keterampilan berpikir lainnya, maka model ini kurang cocok.

Karakteristik Model Pembelajaran Langsung

Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya sintaks atau tahapan pembelajaran. Di samping harus memperhatikan sintaks, guru yang akan menggunakan model pembelajaran langsung juga harus memperhatikan variabel-variabel lingkungan lainnya, yaitu fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi untuk kemajuan siswa, waktu, dan dampak netral dari pembelajaran.

Fokus akademik diartikan sebagai prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus dilakuikan siswa , selama pembelajaran, aktivitas akademik harus ditekankan. Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika guru memilih tugas-tugas siswa dan melaksanakan pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber belajar selama pembelajaran , dan meminimalisasikan kegiatan non akademik diantara siswa. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga guru memiliki harapan yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa. Dengan demikian pembelajaran langsung sangat mengoptimalkan penggunaan waktu.

Sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996:349) adalah sebagai berikut.

1. Orientasi

(17)

orientasi dapat berupa : a) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa; b) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; c)

memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan

dilakukan; d) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan e) menginformasikan kerangka pelajaran.

2. Presentasi

Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa : a) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek; b) pemberian contoh-contoh konsep; c) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; d) menghindari disgresi; e) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.

3. Latihan terstruktur

Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah. 4. Latihan terbimbing

Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengasah kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.

5. Latihan mandiri

Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.

Borich dalam Udin S, (1992:107) mengemukakan sintaks pembelajaran langsung sebagai berikut.

a) Review harian

- Pengecekan pekerjaan yang lalu - Pengarahan ulang

(18)

- Memberi pandangan umum - Menjabarkan langkah khusus c) Membimbing kegiatan siswa

- Memberikan penegasan - Memberi umpan balik khusus - Mengecek pengertian

- Melanjutkan kegiatan

d) Memberikan koreksi dan umpan balik - Memberi koreksi

- Memberi umpan balik e) Memberi latihan bebas

f) Review mingguan dan bulanan

Slavin (2003:222) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut.

1. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pembelajaran kepada siswa. Dalam fase ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.

2. Mereview pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam fase ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.

3. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh,

mendemonstrasikan konsep dan sebagainya.

4. Melaksanakan bimbingan, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.

5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam fase ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih

keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.

6. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.

(19)

Berdasarkan sintaks di atas, model pembelajaran langsung mengutamakan pendekatan deduktif, dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik. Suasana pembelajaran terkesan lebih terstruktur dengan peranan guru yang lebih dominan.

2. Teaching centered

Pada sistem pembelajaran model Teacher Centered Learning, guru lebih banyak melakukan kegiatan belajar-mengajar dengan bentuk

ceramah (lecturing). Pada saat mengikuti kuliah atau mendengarkan ceramah, siswa sebatas memahami sambil membuat catatan, bagi yang merasa memerlukannya. Guru menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber ilmu. Model ini berarti memberikan informasi satu arah karena yang ingin dicapai adalah bagaimana guru bisa mengajar dengan baik sehingga yang ada hanyalah transfer pengetahuan.

Pendekatan teacher center dimana proses pembelajaran lebih berpusat pada guru hanya akan membuat guru semakin cerdas tetapi siswa hanya memiliki pengalaman mendengar paparan saja. Output yang

dihasilkan oleh pendekatan belajar seperti ini tidak lebih hanya menghasilkan siswa yang kurang mampu mengapresiasi ilmu

pengetahuan, takut berpendapat, tidak berani mencoba yang akhirnya cenderung menjadi pelajaran yang pasif dan miskin kreativitas.

Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teacher Center Learning

Kelebihan Kelemahan

Sejumlah besar informasi dapat diberikan dalam waktu singkat

Pengajar mengendalikan

pengetahuan sepenuhnya, tidak ada partisipasi dari pembelajar

Informasi dapat diberikan ke sejumlah besar siswa

Terjadi komunikasi satu arah, tidak merangsang siswa unuk

(20)

Pengajar mengendalikan

sepenuhnya organisasi, bahan ajar, dan irama pembelajaran

Tidak kondusif terjadinya critical thinking

Merupakan mimbar utama bagi pengajar dengan kualifikasi pakar

Mendorong pembelajaran pasif

Bila pembelajaran diberikan dengan baik menimbulkan inspirasi dan stimulasi bagi siswa

Suasana tidak optimal untuk pembelajaran secara aktif dan mandiri

Metode asesmen cepat dan mudah

Contoh Kasus Penerapan Teori Belajar Behaviorisme:

Ani merupakan seorang murid yang tidak begitu berprestasi di bidang akademik sewaktu duduk di bangku SD. Setelah mengamati anak perempuannya yang tak becus dalam urusan sekolah, Ibu Ani

menawarkan sebuah perjanjian yang rupanya dapat menumbuhkan motivasi belajarnya. Apabila Ani bisa memperoleh peringkat sepuluh besar, Ani akan terbebas dari segala urusan rumah tangga, seperti mengepel, menyapu, mencuci, dan lain sebagainya.

Alhasil, Ani pun giat belajar demi terbebas dari kewajiban membantu ibu. Dan tanpa disangka, Ani berhasil memperoleh peringkat pertama. Senyuman penuh kebahagian, syukur, dan rasa bangga pun yang terukir di wajah ibu setelah pulang mengambil rapor. Hal ini menyebabkan Ani menjadi kian kalut dalam usaha mempertahankan juara kelas dari tahun ke tahun. Dan banyak hal positif yang saya rasakan setelah itu, seperti lebih dihargai teman dan guru. Sayangnya, ketika Ani gagal menjaga konsistensi tersebut, maka Ani akan mendapatkan beberapa hal sebagai ganjaran, seperti berkurangnya waktu bermain dan sudah tentu harus tetap mengerjakan tugas bersih-bersih rumah.

Dari Contoh Kasus Teori Belajar Behaviorisme di atas, dapat dijabarkan beberapa hal sebagai berikut :

(21)

2. Penguatan negatif (Negative reinforcer) merupakan penguatan yang didasarkan pada prinsip bahwa frekuensi dari respons meningkat diikuti oleh stimulus yang tidak menyenangkan, misalnya usaha belajar meningkat dikarenakan untuk menghindari tugas-tugas rumah. 3. Hukuman (punishment) adalah suatu konsekuensi yang menurunkan

(22)

Kelebihan teori belajar (behaviorisme) adalah sebagai berikut: 1. Sangat cocok diterapkan kepada siswa atau anak yang masih

membutuhkan dominasi orang tua.

2. Pembelajaran dapat mudah diarahkan dan diganti dengan stimulus-stimulus yang diinginkan.

3. Pembelajaran mempunyai orientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.

Kekurangan teori belajar (behaviorisme) adalah sebagai berikut: 1. Menyebabkan proses pembelajaran yang tidak menyenangkan dan

pendidik terkesan menjadi bersikap otoriter kepada siswa.

2. Pembelajaran hanya perpusat pada guru sehingga pemikiran siswa tidak bisa berkembang secara lebih kreatif.

(23)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Dalam teori behaviorisme, ingin

menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Sari, Dini Komala. 2014. Tokoh-tokoh Aliran Behavioristik. (online). https://dinikomalasari.wordpress.com/2014/04/04/tokoh-tokoh-aliran-behavioristik/. Diakses pada 26 Januari 2017

Steviani. 2014. Model Pembeajaran Behavioristik. (Online).

http://stevianiboru.blogspot.co.id/2014/01/model-pembelajaran-behavioristik.html. Diakses pada 26 Januari 2017

Poetra, Adi. 2011. Model-model Pemblajaran. (Online).

http://adipilomidonat.blogspot.co.id/2011/12/model-model-pembelajaran.html. Diakses pada 26 Januari 2017

Referensi

Dokumen terkait

Perspektif Behaviorisme menyatakan bahwa perilaku abnormal dapat berkembang melalui respon yang dipelajari dengan cara yang sama seperti perilaku

 Disposisi Pribadi untuk mendefinisikan sifat individual, merupakan struktur neuropsikis umum (yang khas bagi individu) dengan kapasitas menjadikan banyak stimulus

Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma Stimulus – Respon (S-R), yaitu suatu proses yang memberikan respon

Dari hasil penelitiannya, Thorndike menyimpulkan bahwa respon untuk keluar kandang secara bertahap diasosiasikan dengan suatu situasi yang menampilkan stimulus

Namun sejatinya, kendatipun menurut teori belajar behavioristik dapat diambil suatu hubungan kausal antara janji (targhib dan tarhib) sebagai stimulus, dan perilaku manusia

stimulus respon. h) Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kegagalan yang perlu dihukum. i) Aplikasi teori ini menuntut maha- siswa

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan